• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Bagian Peleburan Besi Baja di PT. Gunung Gahapi Sakti Medan Tahun 2017"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 2014).

Keselamatan merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan perawatan/mesin, dan lingkungan secara luas. Tujuan keselamatan kerja agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sumber-sumber produksi dapat dipakai, dan digunakan secara efisien dan proses produksi dapat berjalan secara aman tanpa hambatan apapun (Tarwaka, 2012)

2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja

(2)

sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 2014).

Menurut Buntarto (2015), kesehatan kerja merupakan suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setingi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja.

(3)

2.1.3 Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran.

2. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3. Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka ringan. 4. Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja

lainnya.

5. Meningkatkan produktivitas.

6. Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7. Menjamin tempat kerja yang aman.

8. Memperlancar, meningkatan, mengamankan sumber, dan proses produksi.

2.2 Alat Pelindung Diri

2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).

(4)

mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala atau ikat rambut, baju yang pas dan tidak mengenakan perhiasaan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur, 2014).

Suma’mur (2014) menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pemakaian alat pelindung diri, yaitu: 1) Pengujian mutu

Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah ditentukan untuk menjamin bahwa APD akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang diharapkan. Semua APD sebelum dipasarkan harus diuji lebih dahulu mutunya.

2) Pemeliharaan APD

Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja. 3) Ukuran harus tepat

Adapun untuk memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran APD harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan gangguan pada pemakaiannya.

4) Cara pemakaian yang benar

(5)

2.2.2 Kriteria Alat Pelindung Diri

Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula beberapa kriteria dalam pemilihan APD, yaitu :

1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.

2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.

3. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu memakainya. 4. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis

bahayanya maupun kenyamanan dan pemakiannya. 5. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam wktu yang cukup lama.

7. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-tanda peringatan. 8. Suku cadang APD yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.

9. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. (Tarwaka, 2008)

2.2.3 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri

(6)

1. Alat Pelindung Kepala

Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia korosif, panas sinar matahari. Jenis alat pelindung kepala antara lain :

a) Topi Pelindung (Safety Helmets)

Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-benda keras yang terjatuh dan terkena arus listrik. Topi pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat dari plastik serta gelas (fiberglass) maupun metal. Topi pelindung dari bahan bakelite enak dipakai karena ringan tahan terhadap benturan dan benda keras serta tidak menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur pertukaran udara.

b) Tutup Kepala

Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran, korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain tahan air.

c) Topi (Hats/cap)

(7)

2. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari, pukulan atau benturan benda keras.

a) Kacamata (Spectacles)

Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil, debu dan radiasi gelombang elektromagnetik.

b) Goggle

Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu, uap dan percikan larutan bahan kimia. Goggle biasanya terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis kobalt untuk bahaya radiasi gelombang elektromagnetik mengion.

3. Alat Pelindung Telinga

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk mengurangi intensitas yang masuk kedalam telinga.

a) Sumbat Telinga (Ear Plug)

Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Ear plug yang terbuat dari kapas, spon malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (disposieble). Sedangkan yang terbuat dari bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali.

b) Tutup Telinga (Ear Muff)

(8)

menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara 30 dB(A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan api.

4. Alat Pelindung Pernafasan

Alat pelindung jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang bersifat rangsangan. Secara umum, jenis alat pelindung pernafasan yang banyak digunakan di perusahaan-perusahaan antara lain :

a. Masker

Digunakan untuk mengurangi paparan debu atau partikel-partikel yang lebih besar masuk ke dalam saluran pernafasan.

b. Respirator

Digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya. Jenis-jenis respirator ini adalah :

1. Chemical Respirator

(9)

2. Mechanical Respirator

Alat pelindung ini berguna untuk menangkap partikel-partikel zat padat, debu, kabut, uap logam dan asap. Respirator ini biasanya dilengkapi dengan filter yang berfungsi untuk menangkap debu dan kabut dengan kadar kontaminasi udara tidak terlalu tinggi atau partikel yang tidak terlalu kecil. Filter pada respirator ini terbuat dari fiberglass atau wol dan serat sintetis yang dilapisi dengan mesin untuk memberi muatan pada partikel.

Beberapa kriteria berikut ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis respirator yang tepat untuk masing- masing tempat kerja, antara lain:

1. Identifikasi kontaminan ditempat kerja 2. Perkiraan konsentrasi maksimal kontaminan 3. Kenyamanan pemakai respirator

4. Kesesuaian denga jenis dan tugas kerja

Kesesuaian dengan besar/bentuk muka individu pemakai untuk mencegah adanya celah yang terbuka (Harrianto, 2012).

5. Alat Pelindung Tangan

(10)

a) Potensi bahaya yang ada di tempat kerja, apakah berupa bahan kimia korosif, benda panas, dingin, tajam atau benda keras.

b) Daya tahan bahan terhadap bahan kimia, seperti sarung tangan karet alami tidak tepat pada paparan pelarut organik, karena karet alami larut dalam pelarut organik. c) Kepekaan objek yang digunakan, seperti pekerjan yang halus dengan memberikan benda-benda halus lebih tepat menggunakan sarung tangan yang tipis.

d) Bagian tangan yang dilindungi, apakah hanya bagian jari saja, tangan, atau sampai bagian lengan.

6. Alat Pelindung Kaki

Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik. Menurut jenis pekerjaan yang dilakukan sepatu keselamatan dibedakan menjadi :

a) Sepatu pengaman pada pengecoran baja

Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tingginya sekitar 35 cm. Pada pemakaian sepatu ini, celana dimasukkan ke dalam sepatu lalu dikencangkan dengan tali pengikat.

b) Sepatu pengaman pada pekerjaan yang mengandung bahaya peledakan

Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku yang dapat menimbulkan percikan bunga api.

(11)

Sepatu ini terbuat dari karet anti elektronik, tahan terhadap tegangan listrik sebesar 10.000 volt selama 3 menit.

d) Sepatu pengaman pada pekerjaan bangunan konsentrasi.

Sepatu ini terbuat dari bahan kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujung depannya.

7. Pakaian Pelindung

Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia. Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai lulut atau overall yaitu menutupi suluruh bagian tubuh. Apron dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik PVC/polyethyline, karet, asbes atau kain yang dilapisi alumunium. Apron tidak boleh digunakan di tempat-tempat kerja dimana terdapat mesin-mesin yang berputar.

2.3 Alat Pelindung Diri pada Pabrik Besi Baja

Menurut ILO (2005) alat pelindung diri yang digunakan pada pabrik besi baja, meliputi:

1. Pelindung kepala

(12)

yang terbuka, hanya helm yang terbuat dari bahan non-konduktor yang harus digunakan. Helm untuk orang yang bekerja di atas harus dilengkapi dengan tali kepala dagu.

Selain keamanan, pertimbangan juga harus diberikan pada aspek fisiologis yaitu kenyamanan bagi pemakainya. Helm harus seringan mungkin, fleksibel dan tidak boleh mengganggu atau melukai pemakainya dan sweatband harus digabungkan. Semua pelindung kepala harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur.

2. Perlindungan wajah dan mata

Pelindung mata digunakan untuk melindungi dari partikel, asap, debu dan bahaya kimia. Pelinung wajah harus digunakan dalam operasi tungku dan pekerjaan panas lainnya yang melibatkan paparan sumber radiasi suhu tinggi. Perlindungan juga diperlukan untuk melawan percikan api atau benda terbang yang panas. Goggles, helm atau pelindung wajah harus dipakai oleh operator.

(13)

3. Perlindungan anggota tubuh bagian atas dan bawah

Sarung tangan yang tepat dan pakaian pelindung yang sesuai dapat melindungi anggota tubuh bagian atas dan bawah, sesuai kebutuhan, harus dipakai saat terkena radiasi panas atau saat menangani zat panas, berbahaya atau zat lain yang dapat menyebabkan luka pada kulit. Tangan dan kaki harus dilindungi dari bahaya fisik, kimia dan bahaya lainnya. Pada tungkai bawah dari logam cair, percikan api atau bahan kimia korosif pada industri besi dan baja dapat menyebabkan luka bakar.

Safety shoes dan perlindungan kaki lainnya yang digunakan harus sesuai. Tinggi alas kaki pengaman meliputi pergelangan kaki, lutut atau paha tergantung pada bahaya, meskipun kenyamanan dan pergerakan harus dipertimbangkan. Sepatu atau sepatu bot harus tanpa tutp dan kaki celana harus ditarik dari atas sepatu dan tidak diselipkan di dalamnya. Sifat resistansi slip harus diperhitungkan saat memilih alas kaki. Pelindung lutut mungkin diperlukan. Semua pelindung anggota tubuh bagian atas dan bawah harus tetap bersih dan kering bila tidak digunakan dan harus diganti sesegera mungkin.

4. Alat pelindung pernapasan

(14)

Respirator harus disimpan dengan benar. Kerusakan dapat terjadi jika tidak terlindungi dari bahan fisik dan kimia seperti getaran, sinar matahari, panas, dingin yang ekstrim, kelembapan yang berlebihan atau bahan kimia yang merusak. Setiap respirator yang digunakan harus paham tentang keterbatasannya, berdasarkan sejumlah faktor seperti tingkat dan lamanya pemaparan, karakteristik kimia dan masa pakai respirator.

5. Pelindung pendengaran

Bila rekaya teknik yang efektif tidak dapat dilakukan atau saat diimplementasikan atau dievaluasi, perlindungan pendengaran harus digunakan untuk melindungi kesehatan pekerja. Penggunaan pelindung pendengaran memberikan hasil terbaik bagi pengguna yang mengetahui risiko dan terlatih penggunaannya dengan baik. Jika penyumbat telinga digunakan, perhatian khusus harus diberikan pada teknik pemasangan yang tepat. Pelindung pendengaran harus nyaman, dan pengguna harus dilatih untuk menggunakannya dengan benar.

(15)

dari pembersihan, penggantian bagian yang dapat diganti seperti bantal, dan pemantauan keseluruhan keadaan pelindung pendengaran.

6. Pakaian kerja

Pakaian kerja yang terkontaminasi dengan zat kimia atau zat harus dicuci (jika dapat digunakan kembali) atau dibuang di tempat kerja. Sebelum membeli kembali pakaian, perusahaan harus menyediakan tempat untuk pencucian, pembersihan, desinfeksi dan pemeriksaan pakaian pelindung yang telah digunakan dan mungkin terkontaminasi oleh bahan-bahan yang berbahaya bagi kesehatan.

Perusahaan harus memastikan bahwa pekerja melepaskan pakaian pelindung sebelum meninggalkan area terpapar atau tempat kerja yang terkena debu asbes, atau zat lain yang dapat menimbulkan risiko di luar area terpapar. Pakaian yang terkontaminasi harus dibuang dengan aman. Inspeksi pakaian pelindung harus dilakukan oleh pengguna sebelum digunakan.

2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemakaian APD.

Menurut Wentz dalam Linggasari (2008) faktor-faktor yang memengaruhi pekerja menggunakan APD antara lain:

1. Manajemen telah memberi contoh dengan menggunakan APD yang benar 2. Mudah, nyaman, dan kesenangan menggunakan APD

3. Mengerti akan kegunaan APD

(16)

Persyaratan umum penyediaan APD tercantum dalam Personal Protective Equipment at work Regulation 1992. APD yang efektif harus :

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. 3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.

4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas. 5. Memiliki konstruksi yang sangat kuat.

6. Tidak mengganggu APD yang lain yang sedang dipakai secara bersamaan. 7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.

Alat pelindung diri harus disediakan secara gratis, diberikan satu perorangan atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan, dan hanya digunakan sesuai peruntukannya. Dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan, dan disimpan ditempat yang sesuai ketika tidak digunakan.

Menurut teori Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan dan sikap.

(17)

3. Faktor penguat (reinforcing factor), faktor-faktor ini meliputi pengawasan dan rekan kerja.

2.4.1 Faktor Predisposisi

2.4.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pencaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmojdo, 2003).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

(18)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

(19)

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.3.1.2 Sikap

Sikap menurut Thurston dalam Winarsunu (2008) adalah taraf positif dan negatif dari efek terhadap suatu obyek yang menyatakan bahwa sikap merupakan konstruk hipotetik yang tidak dapat diukur secara langsung, oleh karenanya harus disimpulkan dari respon-respon pengukuran yang dapat diamati. Respon sikap dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : kognitif, afektif, dan konatif. Respon kognitif adalah respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja.

(20)

1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat.

2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. Seseorang akan memilih cara yang aman atau selamat yang melibatkan banyak pekerjaan hanya jika resiko yang ada pada cara yang mudah lebih besar dari pada yang aman, atau mereka menghendaki tidak ada masalah dengan pimpinannya.

3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan dengan cara-cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk menghindari ketidaknyamanan.

4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih banyak perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman.

5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan tersebut.

(21)

cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok.

2.3.2 Faktor Pemungkin

2.3.2.1 Ketersediaan APD

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan juga fasilitas/ketersediaan APD akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal.

Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada pekerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.

APD harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Contohnya, pada proses pengelasan risiko bahaya yang ada seperti infra merah dan radiasi, maka APD yang harus digunakan adalah face shield dan goggles untuk perlindungan mata dan wajah.

2.3.2.2 Kenyamanan APD

(22)

kemungkinan untuk muncul kejadian baru karena memakai safety shoes yang tidak sesuai ukuran.

Untuk memberikan perlindungan yang baik maka pakaian harus pas dan sesuai. APD biasanya didesain berdasarkan rata-rata ukuran orang Amerika atau Eropa, dan akan menjadi masalah jika digunakan oleh pekerja yang ukurannya berada diatas atau dibawah ukuran tersebut.

Perlindungan yang efektif hanya dapat dicapai melalui kecocokan alat, kesesuaian alat, perawatan APD dan digunakan dengan tepat. Yang menjadi masalah lain dalam penggunaaan APD adalah keterbatasan pergerakan dan penglihatan serta penambahan beban dari berat APD yang dibawa (Mokhtar, 1992).

2.3.3 Faktor Penguat

2.3.3.1 Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Agar pengawasan berhasil maka manajer harus melakukan kegiatan pemeriksaan, pengecekan, inspeksi, pengendalian, bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya yang mungkin terjadi.

(23)

yang diperlukan dalam melakukan pengawasan adalah memastikan tim pengawas yang telah ditunjuk untuk melakukan pemantauan secara teratur bahwa pekerja memakai APD yang disyaratkan, APD berfungsi dengan baik dan dipelihara, dan kasus mengenai APD ditangani dengan baik dan benar.

Perilaku pekerja terhadap pemakaian APD sangat dipengaruhi oleh perilaku dari manajemen. Pengawas harus menjadi contoh yang pertama dalam memakai APD. Harus ada program pelatihan dan pendidikan ke pekerja dalam hal menggunakan dan merawat APD dengan benar. (Sarwoto, 1991).

2.3.3.2 Rekan Kerja

(24)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini didasarkan pada teori Green, menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Faktor predisposisi yang memengaruhi perilaku yaitu pengetahuan dan sikap. Faktor pemungkin mencakup ketersediaan APD dan kenyamanan APD, sedangkan faktor penguat mencakup pengawasan perusahaan dan rekan kerja.

Faktor Predisposisi 1. Pengetahuan 2. Sikap

Faktor Pemungkin

1. Ketersediaan APD 2. Kenyamanan APD

Faktor Penguat

1. Pengawasan Perusahaan 2. Rekan Kerja

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Khasanah, Lisa Rohmi, Korelasi Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu

Tetapi kalau konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi para fisikawan, maka kita menggunakan istilah miskonsepsi ( misconception ). Banyak konsepsi dan miskonsepsi

Modal pada sektor lebih dipertimbangkan sebagai kendala untuk pemilihan saham daripada kelayakan dan keamanan.Untuk dapat meminimalkan risiko dalam berinvestasi,

[r]

Salah satu tanaman hutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan Sumatra, karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil

Dari penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas penggunaan software editing audio dalam pembelajaran audio dalam sajian multimedia pada kelas eksperimen dapat

[r]

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Olahraga. © Kharicmayanda 2016