• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA DEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA DEN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA DI SMPN 25 PEKANBARU

Trio Saputra

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja. Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 120 orang siswa siswi SMP N 25 Pekanbaru, data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan dua buah skala, yaitu skala komunikasi orang tua yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Djalaludin Rakhmat dengan jumlah 30 aitem dan skala kepercayaan diri yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori tentang kepercayaan diri yang disampaikan oleh Hakim dengan jumlah 36 aitem.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik metode summated ratings, analisis data dengan menggunakan analisis product moment, dengan bantuan komputer program SPSS 18.0 for windows. berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa terdapat hubungan positif antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja, koefisien korelasi sebesar 0.471 dengan p = 0.000. maka hipotesis diterima, berarti semakin tinggi komunikasi orang tua semakin tinggi kepercayaan diri dan sebaliknya semakin rendah komunikasi orang tua semakin rendah kepercayaan diri remaja.

Kata kunci : komunikasi orang tua, kepercayaan diri

RELATIONSHIP BETWEEN PARENT COMMUNICATION WITH CONFIDENCE IN ADOLESCENT

Trio Saputra

Abstract

This study aimed to determine the relationship between parental communication with confidence in adolescents. This study used subjects students 120 people SMP N 25 Pekanbaru, data were collected by using two scales, the scale used parental communication prepared by the researchers based on the theory Djalaludin aitem Grace with the number 30 and a confidence scale used structured self by the researchers based on the theory of confidence delivered by the Judge with 36 items.

(2)

hypothesis is accepted, then the higher the higher the parental communication confidence and conversely the lower the parental communication lower confidence adolescents.

Keywords: parental communication, confidence

Latar belakang

Percaya diri adalah rasa percaya bahwa ia sanggup dan mampu untuk mencapai prestasi tertentu, apabila prestasinya sudah tinggi maka individu yang bersangkutan akan lebih percaya diri, Setyobroto (dalam Wayan, 2012). Tinggi rendahnya kepercayaan diri seseorang akan tergantung pada beberapa hal, namun yang sudah jelas menurut Sarwono (2002) kepercayaan diri tergantung pada interaksi sosial seseorang. Melalui interaksi ini individu akan mendapatkan umpan balik dalam aktifitas yang dilakukannya.

Kepercayaan diri diawali dengan pengenalan secara fisik, bagaimana seseorang menilai dirinya, menerima atau menolak, perasaan inilah yang nantinya akan memberikan rasa puas ataupun sebaliknya yang akan mempengaruhi perkembangan jiwanya. Kepercayaan diri seseorang juga akan sangat dipengaruhi oleh masa perkembangan yang sedang dilaluinya. Terutama bagi remaja, kepercayaan diri ini akan mudah berubah. Hal ini tergantung pada pengalaman-pengalaman dalam hubungan interpersonalnya (Andayani dan Afianti, 1996).

Selain itu juga remaja yang memiliki kepercayaan diri akan selalu berupaya untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya dan berupaya untuk meyakini bahwa setiap orang memiliki potensi. Rasa percaya diri yang berlebihan pada umumnya didasari oleh tekanan-tekanan yang mungkin datang dari orang tua dan masyarakat, hingga tanpa sadar melandasi motivasi remaja untuk harus menjadi orang sukses. Selain itu persepsi yang kelirupun dapat menimbulkan asumsi yang keliru tentang diri sendiri hingga rasa percaya diri yang begitu besar tidak dilandasi oleh kemampuan yang nyata. Hal ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja dibesarkan, dari teman atau dari dirinya sendiri (Brewer, 2005).

Menurut Afiatin dan Martaniah (1998) Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Afiatin dan Martaniah menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri ciri-cirinya: individu merasa yakin terhadap tindakan yang dilakukan, individu merasa diterima oleh kelompoknya, dan individu percaya sekali terhadap dirinya serta memiliki ketenangan sikap.

(3)

mempunyai kemungkinan untuk sukses bila dibandingan dengan individu yang kurang atau tidak percaya diri.

Sebaliknya, orang yang kepercayaan diri bagus, mereka memiliki perasaan positif terhadap dirinya, punya keyakinan yang kuat atas dirinya dan punya pengetahuan akurat terhadap kemampuan yang dimiliki. Ciri diatas mengatakan tidak bisa mendmonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengar yang meyakinkan, disini karena bentuk lemahnya komunikasi.

Namun wujud dari harapan seperti itu, tidaklah dialami oleh semua orang, sebab dari berbagai kasus dalam kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa keluarga tidak selalu menjadi arena perkembangan yang sehat, dan kebanyakan masalah yang terjadi dapat ditelusuri, karena kurang adanya proses komunikasi dalam keluarga tersebut. (Irwanto 1985).

Peranan ayah dan ibu di rumah sangat penting. Mereka inilah yang harus selalu menciptakan kondisi yang membuat remaja cukup betah di rumah dan lebih penting lagi membuat anak menyukai keluarga sebagai panduan ideal keluarga yang kelak ia akan dibina sebagai orang dewasa. Kebebasan, ketentuan-ketentuan dan disiplin dapat disatukan secara wajar. Sikap jujur dari orang tua, komunikasi orang tua anak, ikut menyebarkan iklim kesenangan akan keluarga sendiri. Hal ini harus berdasarkan pada suatu pendekatan dialog dengan anak secara mesra. (Surakhman 1980,).

Pada hakekatnya orang tua mempunyai harapan agar anak-anak mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan apa yang baik dan tidak baik, tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang lain. Harapan ini kiranya akan lebih mudah terwujud apabila sejak mula orang tua telah menyadari peranan mereka sebagai orang tua yang besar hubungan terhadap perkembangan moral anak. (Gunarsa, 1986).

Berangkat dari permasalahan yang telah di uraikan di atas, akhirnya peneliti merasa terdorong untuk menulis topik tersebut, serta mengadakan suatu penelitian, karena kian hari permasalahan remaja makin membesar di kota-kota, dan kemungkinan besar akan merambat ke pelosok-pelosok.di samping itu, karena permasalahan mengenai komunikasi orangtua terhadap kepercayaan diri remaja, sampai saat ini belum diteliti oleh peneliti terdahulu. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menelitinya.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri remaja.

Manfaat penelitian

(4)

khusus untuk psikologi bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi, khususnya dalam ilmu psikologi remaja, sehingga dapat mempersiapkan remaja, agar lebih bersifat optimis untuk menghadapi masa depan dengan gairah dan penuh semangat.

Pengertian Kepercayaan Diri

Kepercayan diri merupakan milik pribadi yang sangat penting dan ikut menentukm kehihapaan hidup seseorang. Seseorang yang tidak mamiliki kepercayaan diri akan tumbuh menjadi individu yang tidak kreatif dan tidak produktif Menurut Rini Jasinta, (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilain positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar.

Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang indvidu yang mampukandirinya untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Ieokmono, 1983).

Berdasarkan uraian di atas dapat disipulkan bahwa pengertian rasa percaya diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan din remaja

Ada banyak unsur yang membentuk atau menghambat pekermbangan rasa percaya diri seorang. Kebanyakan unsur tersebut berasal dari norma dalam pribadi individu sendiri, tetapi ada juga yang berasal dari norma dan pengalaman keluarga, tradisi, kebiasaan dan nilai-nilai lingkungan dan kelompok dimana keluarga itu berasal (leokmono, 1983). Berapa faktor yang dapat mempengruhi kepercayaan diri seorang, antara lain :

1. Keadaan fisik

Menurut Suryabrata (1984) mengatakan bahwa bila seorang memiliki jasmania yang kurang sempurna maka timbullah perasaan tidak enak pada dirinya karena merasa tidak atau kurang berharga untuk dibandingkan dengan sesamamnya. Perasaan yang demikian itu dapat disebut rasa rendah diri. Perasaan rendah diri ini selanjutnya menyebabkan orang tersebut menjadi kurang pecaya diri.

2. Konsep diri

(5)

langkah awal untuk menumbuhkan rasa percaya diri adalah pemahaman diri yaitu pemahaman terhadap kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

3. Harga diri

Harga diri menurut Robbin sundan shater (dalam ramdani, 1991) dapat diartikan sebagai rasa menguasai dan menghargai diri sendiri dengan berdasarkan pada hal-hal yang realitas dan perasaan ini biasanya akan mempengaruhi proses berfikir, perasaan, keinginan. Nilai maupun tujuan hidupnya. Harga diri mempengaruhi kepecayaan diri seorang. Menurut Cohen (dalam Azwar, 1989) mengemukakan bahwa seorang yang memiliki self esteem atau harga diri yang tinggi cendrung lebih percaya diri dibandingkan orang-orang yang memiliki self esteem yang rendah.

Maslow (dalam Andayani dan Afiati, 1996) juga menyatakan bahwa dengan harga diri yang tinggi, seorang akan dapat mengaktualisasikan potensi dirinya. Dan pengaktualisasiaan pontensi ini, bila positif, akan meningkatkan kepercayaan diri seorang.

Sebaliknya, rasa rendah diri dapat membuat orang lekas tersinggung karena itu ia akan menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, tidak berani mengemukakan pendapa dan tidak berani bertindak. Lama kelamaan hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan diri orang tersebut (Hakim, 2002)

4. Tingkat pendidikan

Monk (2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan kepecayaan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakian banyak yang telah di pelajari individu berarti semakin mengnal diri baik kekurangan maupun kelebihannya sehingga mampu menentukan sendiri standar keberhasilannya.

Menurut Hakim (2002) juga menambahkan bahwa tingkat pendidikan formal bisa menjadi salah satu utama yang bisa menentukan tingg rendahnya status sosial seorang selain itu adanya gelar-gelar yang bisa diperoleh oleh orang yang sudah menamatkan pendidikan tinggi tertentu, juga turut menentukan tinggi rendahnya status sosial pada diri seorang. Pandangan ini menyababkan orang yang tidak mempunyai pendidikan atau gelar yang tinggi merasa rendah diri. Jika gejala ini dialami setiap hari, maka rasa rendah diri ini bisa berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.

5. Interaksi sosial akan munculkan dukungan sosial

(6)

dengan rasa percaya diri adalah bagaimana interaksi sosial dapat memunculkan dukungan. Interaksi sosial dapat digambarkan oleh adanya hubungan yang terjadi antara orang tua dan anak, sedangkan dukungan disini kaitannya dengan respon orang tua dalam memberikan pengertian, semangat. Informasi kepada remaja mengenai rasa pecaya diri mereka. Dengan adanya hubungan dari orang tua melalui proses komunikasi diharapkan mampu meningkatkan dan munculnya padangan positif akan kepercayaan diri.

6. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya kepercayaan diri individu pada umumnya laki-laki menunjukkan diri yang lebih baik dari pada perempuan, sehingga perempuan biasanya akan menampakan rasa kurang kepercayaan diri terhadap kemampuan. Perempuan cenderung kurang stabil untuk mewujudkan kemampuan dan lebih memperhatikan fisiknya sehingga banyak perempuan mengalami kurang percaya diri terhadap keadaan fisiknya. Dalam penelitiannya menurut Basow, Maccoby dan jacklin 1974 (dalam jurnal laurie L.cohen dan janet K. Swim. 1995) menyebutkan bahwa perempuan merasa berdasarkan perbedaan jenis kelamin adalah terbentuknya penelitian sosial yang mengurangi kepercayaan diri pada perempuan yang berkaitan dengan penampilan. Dengan menambah persepsi penilaian sosial maka akan mempertinggi kerusakan rasa percaya diri perempuan dari pada laki-laki. Perempuan merasa percaya diri dengan kemampuannya dalam mengerjakan suatu dengan baik dan jika dapat diterima dalam kelompok dengan penghargaan ini tidak akan menjadi sebuah ancaman. Degan rasa percaya diri mereka akan mampu mengatasi akibat/ pengaruh tekonism. Percaya diri dapat menenangkan ancaman tekonism dan dapat berdampak negatif perempuan dengan tingkat percaya diri rendah pada perempuan dengan tingkat percaya diri tinggi.

2. Ciri-ciri Percaya diri

Menurut Darajat (1990), ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah tidak memiliki keraguan dan perasaan rendah diri, tidak takut memulai hubungan dengan orang lain, tidak suka mengkritik dan aktif dalam pergaulan dan pekerjaan, tidak mudah tersinggung, berani mengemukakan pendaat, berani bertindak, dapat mempercayai orang lain. Dan selalu optimis menurut Anthoy (1996), ciri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah sebagai berikut:

1. Berpikir positif yaitu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengatasi rintangan.

2. Tidak mudah putus asa, yaitu mampu menerima kelebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya

3. Memiliki sikap mandiri, yaitu tidak bergantung pada orang lain dan melakukan sesuatu yang berdasarkan kemampuan yang dimiliki.

(7)

orang lain melalui komunikasi.

Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan pada diri sendiri untuk dapat merasa nyaman, aman yakin kepada diri sendiri tidak yakin orang lain selalu lebih baik melakukan sebaik mungkin sehing pintu terbuka dikemudian hari menetapkan tujuan yang tidak terlalu tinggi sehingga mampu meraihnya tidak merasa minder ketika membandingkan diri sendiri dengan orang lain memiliki kemampuan untuk bertindak dengan percaya diri memiliki kesadaran adanya kegagalan dan melakukan kesalahan merasa nyaman dengan diri sendiri, dan tidak khawatir dengan yang dikpirkan orang lain, memiliki keberanian untuk mencapai apa yang diinginkan.

Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi dalam bahasa Inggris communication, yang berasal darikata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama disini artinya "sama maka (Onong Uchjana dalam prasetyo, 2000,).

Komunikasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui komunikasi manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Pendek kata dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan atau berinteraksi antara satu dengan yang lain.

Menurut Edward Depari (Onong, 2000) komunikasi adalah proses penyampaian gagasan harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana, seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

Dalam pengertian paradigmatic, komunikasi mengandung tujuan tertentu ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media. Pengertian lain komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, bark langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tersimpul tujuan, yakni memberi tahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat ( opinion), atau perilaku (behavior).

Di dalam komunikasi tengah hubungan interpersonal. Melalui komunikasi interpersonal manusia dapat menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain. Dengan melakukan komunikasi manusia dapat berhubungan, berinteraksi satu dengan yang berdasarkan definisi-deifinisi di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian komunikasi adalah suatu proses penyampaian pernyataan oleh seseorang kepada orang lain, dengan mengandung tujuan tertentu, memberi tahu atau untuk mengubah sikap pendapat, atau perilaku berlangsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media.

2. Aspek-aspek Komunikasi

(8)

a. Pengertian

Penerimaan yang cermat dari stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator kegagalan dalam menerima isi dari pesan secara cermat disebut dengan kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in communication) untuk menghindari hal tersebut perlu memahami paling tidak psikologi pesan dan psikologi komunikator.

b. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujunkan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Tetapi dalam komunikasi ini dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan yang akrab, hangat dan menyenangkan

c. Mempengaruhi sikap.

Paling sering kita melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Khatib ingin membangkitkan sikap, beragama, politisi ingin menciptakan citra yang Baik, guru ingin mengajak muridnya untuk mencintai ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Semua ini adalah komunikasi persuasif. Persuasif didefenisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang yang menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.

d. Hubungan sosial yang Baik

Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang Baik. William menyebutnya kebutuhan sosial yang hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif

e. Tindakan

Tindakan adalah hasil komulatif seluruh proses komunikasi, bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi manusia.

Dari kelima aspek komunikasi yang efektif tersebut di alas akan menimbulkan perubahan perilaku pada remaja dengan informasi yang diterima dari ibunya selaku komunikator, dan akan sangat bergantung dari pembentukan sikap, untuk mewujudkan tingkah laku remaja tersebut. Untuk mewujudkan perubahan tingkah laku pada remaja, ibu harus menggunakan berbagai pendekatan pada remaja agar komunikasi yang berlangsung lebih memiliki rasa ikatan-ikatan emosional pada remaja.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keluarga

Menurut Lunadi (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga adalah sebagai berikut:

a. Citra diri

Manusia belajar menciptakm citra din melalui hubungan dengan orang lain dilingkungan. Melalui kommisi dengan orang lain seseorang akan mengetahui apakah dirinya dibenci, dicinta, dihormati, diremehkan direndahkan.

b. Lingkungan fisik

(9)

dilakukan cara untuk menyampaikan pesan, isi, infonnasi disesuaikan dengan tempat dimana komunikasi itu dilakukan karena setiap tempat mempunyai aturan, norma atau nilai-nilai sendiri.

c. Litngkungan sosial

Penting untuk dipahami, sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dalam keluarga memiliki kepekaan terhadap lingkungan sosial dapat berupa lingkungan kerja, dan lingkungan keluarga

d. Pengertian komunikasi orang tua dan remaja

Keluarga merupakan organisasi sosial yang paling penting dalam kelompok sosial keluarga juga merupakan pusat pembentukan kepribadian manusia sebagian besar dari anak manusia tumbuh, berkembang dan didewasakan dalam lingkungan keluarga. Keluarga memberi ruang kepada remaja untuk melaksanakan fungs-fungsi. Selanjutnya semakin mantap remaja memerankan peranansosial maka semakin positif dan semakin produktif dirinya. Kesuksesan dalam memainkan peranan tersebut memberikan rasa puas, bahagia, dan kestabilan jiwa dalam hidupnya. Maka perlu adanya kedewasaan psikis pada remaja agar mampu melaksanakan perkembangannya. Kedewasaan psikis mengandung pengertian: memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri, menyadari tanggung jawab pada dirinnya, memiliki tujuan dan arah hidupnya.

Menurut Sarlito Wirawan, 1989, kaitannya dengan hal ini komunikasi antara orang tua dan remaja putri bahwa remaja sebagai anggota keluarga. Bahwa keluarga merupakan lingkungan primer setiap individu, sejak ialahir sampai datang masanya meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga. Sebagai hubungan primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi adalah keluarga. Dengan demikian komunikasi yang terjalin antara orangtua dan remaja putri dilandasi perasaan aman dan bahagia yang timbul pada remaja dalam kebidupan keluarga yang harmonis tentang berbagai hal akan bisa mempengaruhi daya penyesuaian sosial pada diri remaja dimasa depan.

Remaja

Istilan Adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolescere (kata belanda, adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang digunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik.

Piaget (Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak merasa lebih tua, melainkan berada di dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara seksual matang clan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.

(10)

sosioemosional.

Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Kepercayaan Diri Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan atau masa penghubung dan masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa inii banyak perubahan yang terjadi pada diri remaja. Perubahan itu meliputi perubahan secara fisik dan psikis. Dengan adanya perubahan yang terjadi menyebabkan remaja dihadapkan pada sejumlah masalah (strumdan masa drang). Permasalahan yang sering muncul pada masa remaja berkaitan dengan perubahan fisik yang terjadi sehingga dapat menimbulkan rasa kurang kepercayaan diri. dalam hal ini remaja cenderung merasa kurang kepercayaan diri akan perubahan fisik yang mempengaruhi penampilan mereka. Hal ini didukung peneiliti andari (Brook Sgunn dan Paikoff (1993), Stattin dan Magungson (1990) dalam Santock (1995), mengatakan bahwa kematangan yang lebih awal meningkatkan anak remaja atas, sejumlah masalah. Remaja cenderung merasa percaya diri mengenai penampilan mereka Dengan munculnya rasa kurang percaya diri dapat menyebabkan remaja merasa minder, kurang optimis dan enggan dalam pergaulan.

Adanya hambatan dari lingkungan serta kurang pengertian dan dukungan dari keluarga terutama orang tua, membawa dampak yang kurang baik bagi rasa percayadiri anak. Anak akan merasa tidak dukungan atau kurang percaya diri terhadap perubahannya yang terjadi padanya.

Sejalan dengan masalah di atas maka peran orang tua sangat dibutuhkan Komunikasi, antara remaja dan orang tua mempunyai peran besar bagi remaja dalam menghadapi permasalahan rasa kurang kepercayaan diri seperti kaitannya dengan perubahan fisik yang terjadi pada mereka yang berhubungan dengan cara berpakaian dan lain sebagainya.

(11)

permasalahan remaja kaitannya dengan rasa percaya diri. Remaja akan merasa diterima, dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih matang karena orang tua dapat membantu, memahami dan memberi pengertian kepada mereka terhadap masalah yang dihadapi terutama masalah percaya diri. Oleh karena itu dengan adanaya komunikasi antara orang tua dan anak, remaja diharapkan lebih percaya diri di dalam menghadapi perubahan yang ada pada dirinya dan mampu menjadi dirinya sendiri yang lebih baik.

Hipotesis

Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan kepercayaan diri remaja semakin tinggi komunikasi orang tua dan anak, maka akan samakin baik rasa kepercayaan diri remaja. Demikian juga sebaliknya semakin rendah komunikasi orang tua dan anak, maka semakin rendah kepercayaan diri remaja

Metode Penelitian

IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas (X) : Komunikasi orang tua anak b. Variabel Tergantung (Y) : Kepercayaan diri

Komunikasi orang tua dan anak, yaitu proses pengiriman pesan-pesan antar individu dalam satu keluarga dimana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik anak, dengan efek umpan balik secara langsung. Dalam mengembangkan eksistensi anak termasuk kebutuhan fisik dan psikis, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang ke arah matang dan harmonis.

Semakin tinggi intensitas skor komunikasi orang tua dan anak yang diperoleh dari skala komunikasi orang tua dan anak, maka semakin tinggi tingkat komunikasi orang tua dan anak, sebaliknya semakin rendah skor komunikasi orang tua dan anak yang diperoleh maka semakin rendah komunikasi orang tua dan anak.

Kepercayaan diri merupakan suatu keadaan seseorang yang merasa yakin terhadap dirinya untuk mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya serta mampu untuk menilai dan memahami apa-apa yang ada pada dirinya tanpa rasa ragu-ragu dan bimbang. Kepercayaan diri memiliki ciri-ciri, diantaranya, selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu, mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya, memiliki kemampuan bersosialisasi dan selalu bereaksi positif dalam menghadapi masalah.

(12)

SUBJEK PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Hadi (2000) mengatakan bahwa populasi merupakan sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai suatu ciri yang sama dengan untuk menentukan sample terlebih dahulu harus menentukan luas dan sifat populasi juga memberikan batasan yang tegas. Jumlah siswa di SMPN 25 adalah sebanyak 1009 siswa, jadi pengambilan sampel penelitian berjumlah 120 siswa, dalam Sugiono (2004) jumlah populasi 1009 yang dijadikan sampel yang paling kecil adalah 120 orang. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja dengan karakterristik sebagai berikut:

a. Remaja umur 13-17

b. Tinggal bersama orang tua. 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random sampling yaitu teknik pemilihan subjek yang diambil secara acak yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu (Suryabrata, 2005). Yang berarti teknik pengambilannya tidak sistematis, namun secara acak dengan memperhatikan proporsi jumlah populasi pada masing-masing remaja. Tujuan utamanya adalah agar semua populasi terwakili. Jika pengambilan contoh tidak secara acak, maka tidak menjamin bahwa keseluruhan populasi dapat terwakili (Suryabrata, 2005). Ciri-ciri subjek yang diambil yaitu remaja berusia 13 sampai 17 tahun.

METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakkan dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala komunikasi orang tua anak dan skala kepercayaan diri remaja. Pengumpulan data bersifat kuantitatif dengan metode summated ratings yang berisi pernyatan favourebel dan unfavourebel (azwar 2000). Adapun skala yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Skala Kepercayaan Diri

Skala yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti menggunakan indikator berdasarkan teori Hakim (2002) yaitu : selalu bersikap tenang dalam mengerjakan sesuatu, mampu menetralisir ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi, mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi, memiliki kondisi mental dan fisik yang menunjang penampilannya, memiliki kemampuan bersosialisasi dan selalu bereaksi positif dalam menghadapi masalah.

Jumlah aitem yang direncanakan dalam skala ini adalah 36 aitem. Subjek diminta untuk menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan memilih salah satu dari empat macam pilihan yang diajukan yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1 berikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk aeitem unfavorable skornya bergerak dari 1 sampai dengan 4.

(13)

2. Skala komunikasi orang tua anak

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengungkap variabel komunikasi orang tua anak yang didasarkan pada teori Djalaludin (1996). Skala ini di susun berdasarkan modifikasi dari skala likert yang dibuat dalam empat alternatif jawaban dengan menghilangkan jawaban netral untuk menghindari jawaban mengelompok. pada skala ini terdapat 30 butir pertanyaan, yang terdiri dari kelompok pertanyaan, yaitu 15 butir pertanyaam favourable (medukung) dan 15 butir unfavorable (tidk mendukung). Subjek diminta untuk menanggapi pernyataan-pernyataan yang diajukan dengan memilih salah satu dari empat macam pilihan yang diajukan yaitu: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor dalam aitem berkisar dari 4 sampai dengan 1 berikan untuk aitem yang bersifat favorable, sedangkan untuk aeitem unfavorable skornya bergerak dari 1 sampai dengan 4.

Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi tingkat komunikasi orang tua anak dan semakin rendah nilai total yang didapat maka semakin rendah tingkat komunikasi orang tua anak.

METODE ANALISI DATA 1. Uji Prasyarat Analisis

Uji Prasyarat Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian:

a. Uji Normalitas Sebaran

Uji ini di maksudkan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu sampel. Menurut Hadi (2001) bahwa kaidah yang di gunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data adalah jika p > 0.05, maka sebarannya normal, sebaliknya jika p < 0.05, maka sebaranya tidak normal.

b. Uji Linearitas Hubungan

Uji ini bertujuan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel tergantung. Uji Linearitas juga dapat mengetahui taraf keberartian penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Apabila penyimpangan tersebut tidak berarti, maka hubungan antara variabel prediktor dengan kriterium dianggap linear. Kaidah yang digunakan adalah apabila p > 0.05, maka hubungan antara kedua variabel adalah lenear. Jika p < 0.05, maka hubungan antara kedua variabel adalah kuadratik.

2. Uji Hipotesis Penelitian

(14)

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Pekanbaru. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari pearson diketahui bahwa hipotesis yang diajukan penelitian terbukti atau diterima.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja Sekolah Menengah Pertama Negeri 25 Pekanbaru. Data yang diperoleh dari hasil analisis menunjukan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan yang positif antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri tersebut diterima, sebab variabel bebas dan variabel terikat yang dihipotesiskan memiliki korelasi yang sangat signifikan. Hal ini dapat diketahui dari koefisien korelasi (r) sebesar 0.471 dengan p= 0.000 (p<0.01). diterimanya hipotesis ini menunjukan bahwa komunikasi orang tua dapat dianggap sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi kepercayaan diri pada remaja sekolah menengah pertama negeri 25 pekanbaru.

Deskriptif dan penelitian diatas, 120 subjek yang mengalami komunikasi orang tua pada kategori sangat rendah sebanyak 12 orang atau 10%, kategori rendah sebanyak 16 orang atau 13.3%, untuk kategori sedang 39 orang atau 32. 5%, kategori tinggi sebanyak 44 orang atau 36.6%, dan pada kategori sangat tinggi sebanyak 9 orang atau 7.5%. jadi secara umum hal ini meunjukan komunikasi pada remaja sekolah menengah pertama negeri 25 pekanbaru rata-rata memiliki tingkat komunikasi orang tua yang tinggi sebesar 36.6% dan rerata sebesar 51.12.

Remaja sekolah menengah pertama negeri 25 pekanbaru yang mengalami kepercayaan diri dinyatakan pada kategori sangat rendah sebanyak 5 orang atau 4.1%, kategori rendah sebanyak 15 orang atau 12.5%, untuk kategori sedang 37 orang atau 30.8%, kategori tinggi sebanyak 44 orang atau 36.6%, dan pada kategori sangat tinggi sebanyak 19 orang atau 15.8%. jadi secara umum hal ini menunjukan kepercayaan diri pada remaja sekolah menengah pertma negeri 25 pekanbaru rata-rata memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi sebesar 26.6% dan rerata sebesar 55.73.

Melalui uji linieritas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan devation forlinearity untuk komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja sekolah menengah atas pertama negri 25 pekanbaru menghasilakan nilai F= 1.321 dengan p = 0.178 (p> 0.05) dengan demikian dapat disimpulakn bahwa hubungan komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri pada remaja sekolah menengah pertama negeri 25 pekanbaru linier.

(15)

Dari kepercayaan diri yang dimiliki, kesuksesan dan keberhasilan hidup seseorang seseorang akan dapat diprediksikan. Individu yang percaya diri biasanya selalu bersikap optimis dan yakin akan kemampuannya dalam melakukan sesuatu. Sebalikya, individu yang rasa percaya dirinya rendah akan mengalami hambatan-hambatan dalam hidupnya, baik dalam berinteraksi dengan individu lain maupun dalam pekerjaan.

Koentjaraningrat (dalam Wayan, 2012) menyatakan bahwa salah satu kelemahan generasi muda Indonesia adalah kurangnya kepercayaan diri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian Afiatin dan Martaniah, 1998 terhadap remaja siswa SMTA di Kodya Yogyakarta menunjukkan bahwa permasalahan yang banyak dirasakan dan dialami oleh remaja pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri. Melihat fenomena yang ada sekarang ini, tampak beberapa karakteristik yang mengindikasikan betapa remaja saat ini banyak yang mengalami kurang percaya diri. Beberapa karakteristik tersebut antara lain: memiliki motivasi yang rendah untuk berkompetisi, rendahnya motivasi siswa untuk mengembangkan diri dan motivasi untuk belajar, kepribadian yang cenderung labil, senang meniru dan tidak mentaati tata tertib sekolah.

Djalaluddin (1996) merumuskan beberapa aspek komunikasi yang efektif antara lain :Pengertian, Kesenangan, Mempengaruhi sikap, Hubungan sosial yang Baik, Tindakan. Dari kelima aspek komunikasi yang efektif tersebut di rasa akan menimbulkan perubahan perilaku pada remaja sebagai kownunAwy dengan informast yang diterima dari ibunya selaku komunikator, dan akan sangat bergantung dari pembentukan sikap, untuk mewujudkan tingkah laku remaja tersebut. Untuk mewujudkan perubahan tingkah laku pada remaja, ibu harus menggunakan berbagai pendekatan pada remaja agar komunikasi yang berlangsung lebih memiliki rasa ikatan-ikatan emosional pada remaja.

Monks, dkk (1994) mengatakan bahwa kualitas hubungan dengan orang tua memegang peranan yang penting. Adanya komunikasi antara orangtua dan anak pada masa remaja akan menimbulkan kedekatan. Hubungan antara ibu dan anak lebih dekat dan pada antara ayah dan anak. komunikasi dengan ibu meliputi permasalahan sehari-hari, sedangkan komunikasi dengan ayah meliputi persaingan remaja hidup dalam masyarakat

Sebagian besar siswa dapat melakukan komunikasi orang tua yang baik karena mereka memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Keberhasilan melalukan komunikasi orang tua tidak terlepas dari kepercayaan diri yang dimiliki. Siswa-siwa SMP N 25 Pekanbaru dapat berhasil membangun kepercayaan diri dengan baik dan hasil yang mereka peroleh adalah mereka dapat melakukan Komunikasi kepada orang tua dan memiliki hubungan yang baik dengan orang tuanya.

(16)

Tahapan-tahapan proses dalam mencapai komunikasi orang tua secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, orang lain dan segala sesuatu diluar dirinya, sehingga tidak pernah merasa tersisih dan kesepian. Siswa yang mampu berinteraksi terhadap sosialnya dan mendapatkan kepercayaan diri yang baik mempunyai ciri bertindak mandiri dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan sendiri, seperti menjalin relasi dengan orang lain, memiliki tanggung jawab serta mampu bertindak dengan segera. memiliki keyakinan yang kuat, memiliki persepsi diri yang positif serta suka mencari tantangan baru dan mau melibatkan diri dengan lingkungan yang lebih luas, mengungkapkan perasaannya dengan spontan, dan mampu mempengaruhi orang lain.

Komunikasi keluarga penting dalam membentuk suatu keluarga yang harmonis,dimana untuk mencapai keluarga yang harmonis semua anggota keluarga harus didorong untuk diambil bagian dalam percakapan mengemukan pendapat,gagasan serta menceritakan pengalamam-pengalaman komunikasi komunikasi orang tua anak adalah suatu proses hubungan antara oraang tua,yaitu ibu dan ayah anak. Yang merupakan jalinan yang mampu memberi rasa aman bagi anak melalui suatu hubungan yang memungkinkan kedua nya untuk saling berkomunikasi sehinga ada nya keterbukaan. Percaya diri dalam menghadapi masalah. Komunikasi antara orang tua.anak dalam keluarga merupakan interaksi yang terjadi antara angota keluarga dan merupkan dasar dari pekembangan anak (dalam Prasetyo .dkk.2000)

Menurut (Surakhman 1980,).Peranan ayah dan ibu di rumah sangat penting. Mereka inilah yang harus selalu menciptakan kondisi yang membuat remaja cukup betah di rumah dan lebih penting lagi membuat anak menyukai keluarga sebagai panduan ideal keluarga yang kelak ia akan dibina sebagai orang dewasa. Kebebasan, ketentuan-ketentuan dan disiplin dapat disatukan secara wajar. Sikap jujur dari orang tua, komunikasi orang tua anak, ikut menyebarkan iklim kesenangan akan keluarga sendiri. Hal ini harus berdasarkan pada suatu pendekatan dialog dengan anak secara mesra.

Kepercayaan diri merupakan milik pribadi yang sangat penting ikut. Menentukan kebahagian hidup seseorang seorang yang tidak memiliki, kepercayaan diri akan timbuh.menjadi individu yang tidak kreatif dan tidak produktip. Menurut Rini jacinta kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif. Baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar (Jacinta 2002) Jacinta menjelaskan bahwa rasa percaya diri sebenar menunjuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan.individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi yakni mampu dan mempercaya bahwa ia bisa karena didukung oleh pengalaman potensi aktual prestasi dan harapan yang realistik terhadap diri sendiri

(17)

menyesuaikan diri. Hal ini didukung juga dengan ciri-ciri yang terdapat pada masing-masing variabel.

Terdapat hubungan antara komunikasi orang tua dengan kepercayaan diri siswa SMP N 25 Pekanbaru, siswa SMP N 25 Pekanbaru memiliki kepercayaan diri yang tinggi maka tingkat komunikasi orang tua juga tinggi. Jika siswa tidak mempunyai kepercayaan diri maka dia tidak mampu untuk menyesuaikan diri dengan kerabat, teman-temannya dan orang-orang yang ada di sekitarnya serta lingkungannya. Tahapan-tahapan proses dalam mencapai komunikasi orang tua yang secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri sendiri, siswa yang mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya dan mendapatkan kepercayaan diri yang baik, mempunyai ciri bertindak mandiri dengan membuat pilihan dan mengambil keputusan sendiri, seperti menjalin relasi dengan orang lain, memiliki tanggung jawab dan keyakinan yang kuat serta mampu bertindak dan berprestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri. (terjemahan Rita Wiryadi). Jakarta: Binarupa Aksara

Andayani, B; Afiatin, T. 1996.[Jurnal] Psikologi. Yogyakarta: Universitas GajahMada. Nomor 6 tahun III (66-79).

Afiatin, T., Martaniah, S.M. 1998.Peningkatan Kepercayaan Diri Remaja. Jakarta : Erlangga

Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Basow Maccoby & Jaklin. 1974. The Differential Impact of Gender Rations onWomen and Men: Tokenism, Self Confidence, and Expectations.

Brewer. 2005. Bhuana Ilmu Populer . Yogyakarta: Gramedia

Dahlan, D. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia

Daradjat, Zakiah. 1994. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah .Jakarta, CV. Ruhama.

Gunarsa, S. 1991,Psikologi Praktis Anak Renaja Dan Keluarga,BPK Gunung Mulia Gerungan, W. A. 2004.Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama

Hadi, Sutrisno. 2002. Metode Research. Yogyakarta : Andi Ofsset

Hurlock, E.B. 1999. Psikologi Perkembangan “ suatu pendekatan sepanjang rentan

kehidupan” (terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarno). Jakarta : penerbit erlangga Hakim. T, 2002, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta : Purwa Suara.

Haji Masagung.Effendy, Onong Uchjaya. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

Irwanto,1985,Penyesuaian Dalam Keluarga Masalah Komunukasi,Penerbit Arca

Jacinta F,R (2002) memupuk rasa percaya diri diunduh pada tanggal 20/10/2011 sumber : http// www e-psikologi com/dewasa 161002 htm

(18)

Lunandi, A. G, 1994.Komunikasi Mengenai Peningkatan Efektivitas Komunikasi Antara Pribadi. Yogyakarta: Kanisius.

Lunandi,1992,Komunikasi Mengenai Anak,Penerbit Kanisius Lauster, P. 1978.The Personality Test . Jakarta: Bumi Aksara.

Loekmono, L. 1983. Rasa Percaya Diri Sendiri. Salatiga: Pusat BimbinganUniversitas Kristen Satya Wacana

Mappiare, A. Drs. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya ; usaha nasional.

Monks, F.J., A.M.P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono. 1998. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Martani W.; Adiyanti M.G., 1991.Kompetensi Sosial dan Kepercayaan Diri Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Monks, F.J; Knoers, A.M.P; Haditono S.R. 1994.Psikologi Perkembangan:Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gajah MadaUniversity Press.

Prasetyo, M. 2000.Kesehatan Mental Anak Dalam Keluarga. Semarang: FIPUNNES. Rachmat,J.1994,Psikologi Komunikasi Penerbit. PT Remaja Rosdakarya,Bandung Rakhmat, J. 1996.Psikologi Komunikasi. Bandung; Remaja .

Ramdhani, N. 1991. Harga Diri dan Tingkat Kecemasan pada Mahasiswa yang sulit bergaul. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UniversitasGajah Mada. Sari, 2011. Fenomena Dan Tantangan Remaja Menjelang Dewasa. Yogyakarta:

Brilliant Book.

Santrock, John W. 2002. Edisi Kelima: Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, J.W.2003. Adolancence (Perkembangan Remaja). Jakarta : Erlangga. Sarwono, W.2002. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Sugiyono, 2004. Metode Penelitian. Penerbit CV. Alfabeta. Bandung. Suryabrata ,S.1988. Metode Penelitian. Jakarta. CV. Rajawali

Referensi

Dokumen terkait

Indikasi diberikan terapi rehabilitasi medik berupa kemunduran muskuloskeletal (penurunan tonus, kekuatan, ukuran, dan ketahanan otot, keterbatasan rentang gerak sendi serta

Kelompok unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada tahun 1787 oleh seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl Axel Arrhenius, yang

memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya ketika berusia 0-6 bulan dan mempunyai bayi dengan status gizi baik yaitu

Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Identitas Profesional positif dan signifikan mempengaruhi intensi auditor untuk melakukan whistleblowing; (2) Auditor yang

(1) If the chain begins in a given transient state, and before we reach an absorbing state, what is the expected number of times that each state will be entered.. How many periods do

Apabila Anda berminat mengambil paket outbond atau training bertema budaya daerah desa wisata Gilangharjo ini menjadi rekomendasi utama karena Anda nantinya dapat belajar

(4) Kendala/hambatan yang dihadapi dalam proses pembuatan seni kerajinan perak teknik filigri adalah bahan baku yang semakin mahal, tidak adanya tempat dan ruang

CRM memungkinkan kita mengerti siapa konsumen kita sebenarnya, apa yang mereka beli dari kita dan juga yang kita sebenarnya, apa yang mereka beli dari kita dan juga yang