BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari satu juta senyawa tersusun dari gabungan atom-atom C, H, O, N, dan unsur-unsur tertentu lainnya. Kimia organik (karbon) dipelajari secara khusus dalam ilmu kimia. Kemampuan atom C, H, O, N, dan unsur-unsur tertentu membentuk ikatan kovalen sangat banyak. Atom C dapat berhubungan satu sama lain dalam bentuk rantai lurus, bercabang, maupun berbentuk cincin. Susunan ikatan atom-atom C dalam bentuk rantai lurus, bercabang maupun cincin, ini jumlahnya hampir tak terbatas dan beragam.
Sebenarnya, kimia organik hanya membahas senyawa-senyawa yang berasal dari makhuk hidup saja. Makhluk hidup diperkirakan memiliki kekuatan vital yang diperlukan untuk mensintesis senyawa-senyawa kimia terutama C, H, O, N, dan unsur tertentu.
Pada tahun 1928 ahli kimia Jerman Friedrich Wohler memanaskan amonia sianat (senyawa anorganik) dan diperolehnya senyawa organik yakni urea.
KOCN + NH4Cl KCl + NH4OCN NH4OCN H2NCONH2 Amonium sianat Urea
Urea yang terbentuk dengan cara ini terbukti identik dengan urea yang diisolasi dari air seni, sehingga kimia organik pada saat ini tidak hanya merupakan ilmu kimia yang tidak hanya membicarakan senyawa-senyawa yang berasal dari makhluk hidup tetapi lebih luas yaitu membicarakan senyawa karbon secara menyeluruh, sehingga kimia organik sekarang lebih dikenal dengan kimia karbon.
B. Standar Kompetensi
C. Indikator
1. Menjelaskan tata nama senyawa karbon. 2. Mendeskripsikan sifat-sifat senyawa karbon. 3. Mendeskripsikan gugus fungsi dan reaksinya. 4. Menjelaskan isomer ruang dan strukturnya.
D. Ruang Lingkup
Paling sederhana di antara senyawa karbon adalah senyawa hidrogen dan karbon atau hidrokarbon yang terdiri dari rantai alkana, alkena, dan alkuna. Golongan hidrokarbon lain adalah golongan hidrokarbon aromatik yang didasarkan pada molekul benzena, (C6H6). Sifat-sifat fisik satu golongan hidro karbon seperti misalnya titik lebur dan titik didih umumnya mengikuti pola sejalan dengan kenaikan bobot molekul.
Sejumlah besar senyawa organik dihasilkan dengan masuknya atom-atom atau kelompok-kelompok atom (gugus fungsi) tertentu dalam struktur hidrokarbon. Gugus-gugus substituen ini dimasukkan melalui reaksi-reaksi kimia. Alkana dan hidrokarbon aromatik reaksi ini didasarkan reaksi subtitusi. Suatu gugus fungsi menggantikan kedudukan atom H dalam hidrokarbon. Alkena dan alkuna reaksi berlangsung secara adisi: atom-atom gugus fungsi bergabung dengan atom C dalam kedudukan tidak jenuh (ikatan rangkap).
BAB II KIMIA KARBON
A. Tata Nama Senyawa Karbon
Pemberian nama senyawa karbon merupakan hal yang paling penting untuk menyatakan apakah suatu variasi struktur itu merupakan isomer atau bukan. Jadi, untuk membedakan isomer senyawa satu dengan yang lainnya dengan melihat contoh berikut.
CH3 - CH=C - CH - CH - CH2
CH3 CH3 dan
CH3 - CH2 - CH2 - CH = CH - CH3
Dengan pemberian nama pada senyawa tersebut, dapat diketahui bahwa kedua struktur itu menyatakan senyawa yang sama.
Kemajuan kimia organik yang sangat pesat pada awal abad ke-20, memerlukan pemberian nama terhadap senyawa organik secara sistematik yang dihubungkan dengan strukturnya. Pemberian nama ini diawali pada konfrensi di Genewa pada tahun 1892 yang diatur kemudian pada tahun 1922 oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC).
Peraturan tata nama yang diterbitkan oleh IUPAC dianut oleh para ahli kimia di dunia di samping masih tetap digunakan nama trivial yaitu nama yang tidak bersistem tetapi telah lazim digunakan. Nama trivial tidak tergantung pada struktur tetapi menyiratkan asal-usul atau sifatnya. Nama trivial digunakan apabila nama bersistem terlalu panjang dan sering diterapkan untuk senyawa makro molekul seperti untuk senyawa protein.
ini akan dibahas penamaan secara IUPAC untuk senyawa karbon berikatan rangkap, alkohol, eter, alkanal, alkanon, asam alkanoat/karboksilat, ester, dan senyawa amina secara sederhana.
1. Tatanama senyawa karbon berikatan rangkap, tatanamanya sebagai berikut:
a. Rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap merupakan rantai induk. Nama rantai induk ini sesuai dengan alkana dengan mengganti akhiran –ana menjadi –ena.
b. Penomoran atom karbon dimulai dari ujung yang menyatakan tempat ikatan rangkap dengan ikatan rendah.
H H H
Contoh: CH3 - CH2 - C - C - C = CH2
Cl CH3 H
Rantai terpanjang mengandung ikatan rangkap dengan 5 atom karbon, namanya pentena. Penomoran dimulai dari ujung kiri karena letak ikatan rangkap menunjukkan nomor terendah. Senyawa tersebut namanya 2 pentena. Contoh lain:
H H H
CH3 - CH2 - C - C - C = CH2
Cl CH3 H
c. Senyawa berikatan rangkap dengan isomer geometrik yang mempunyai dua cara penamaan dengan awalan sis- bila atom-atom terletak pada sisi yang sama pada ikatan rangkap dan berawalan trans- manakala atom-atom terletak pada sisi berlawanan.
CH3 CH3 H CH3 Contoh: C = C dan C = C
H H CH3 H
Atom-atom karbon pada senyawa di atas saling berikatan dengan ikatan rangkap yang tak dapat berputar secara bebas. Pada struktur pertama kedudukan kedua gugus metil terletak pada sisi yang sama pada ikatan rangkap, jadi namanya sis 2 butena. Pada struktur kedua kedudukan gugus metil terletak pada sisi berlawanan, jadi namanya trans 2 butena.
d. Senyawa hidrokarbon berikatan rangkap yang berbentuk cincin yaitu senyawa hidrokarbon aromatik, cincin benzena dianggap sebagai induk sama seperti alkana rantai lurus. Gugus alkil, gugus halogen, gugus amino (-NH2), dan gugus nitro (-NO2) yang terikat pada cincin benzena disebut mendahului benzena. Contoh:
Nitrobenzena
CH3 Cl NH2 NO2
Metilbenzena Klorobenzena Aminobenzena
Senyawa pertama terkenal dengan nama trivial toluena dan senyawa ketiga dikenal dengan nama trivial anilina.
1
Pada cincin benzena terdapat penomoran sebagai berikut:
2. Tata cara penamaan senyawa alkohol adalah sebagai berikut: a. Rantai karbon terpanjang tempat –OH terikat pada rantai induk.
Rantai induk diberi nama sesuai dengan alkana yang akhiran –a diganti dengan –ol.
b. Penomoran dimulai dari ujung yang memberikan nomor rendah pada tempat –OH terikat.
c. Gugus aki atau gugus lainnya yang terdapat pada rantai, penamaannya sesuai dengan aturan yang berlaku dengan menyebutnya lebih dahulu.
H
Contoh: CH3 - CH2 - C - CH3
OH
Rantai karbon terpanjang yang mengandung –OH adalah empat, hingga namanya menjadi butanol. Penomoran dimulai dari ujung kanan karena memberikan nomor rendah pada tempat –OH terikat. Senyawa tersebut namanya 2 butanol. H
Contoh lain: CH3 -CH2 -CH2 - C - CH2 - CH2-OH
CH3
Rantai karbon terpanjang yang mengandung –OH adalah 6, hingga namanya menjadi heksanol. Penomoran dimulai dari ujung kanan, karena memberikan nomor terendah pada –-OH terikat. Senyawa tersebut adalah 3 metil-1 heksanol. Bila alkohol mempunyai lebih dari satu gugus –OH, maka dinamakan poliol, Contoh: diol untuk 2 gugus –OH, triol untuk 3 gugus –OH. Diol yang paling sederhana adalah:
CH2 - CH2 namanya 1.2 etanadiol
OH OH
Dengan nama trivial glikol dan triol yang paling sederhana adalah:
CH2 - CH - CH2 OH OH OH
Namanya 1.2.3 propanatriol dengan nama trivial gliserol.
3. Pemberian nama senyawa eter .
Pemberian nama eter mengunakan sistem lain yaitu penambahan nama eter pada gugus alkilnya. Senyawa CH3 – O - C2H5 namanya etilmetileter. Bila gugus alkilnya sama seperti CH3 - O - CH3, digunakan awalan di- untuk menyatakan 2 gugus yang sama. Jadi, namanya dimetileter. Kadang-kadang awalan di- dihilangkan, jadi seandainya Anda menemukan senyawa yang namanya etileter, artinya strukturnya adalah C2H5 - O - C2H5. Untuk senyawa eter yang lebih rumit, baru digunakan aturan IUPAC yaitu dengan menambahkan awalan alkoksi- untuk gugus –OR (gugus alkoksil) yang dianggap sebagai cabang.
H
Contoh: CH3 - CH2– O - CH2 - CH2 - CH2 - C - CH3
OH
4. Tata nama senyawa aldehid
a. Rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus karbonil (C=O) dinyatakan sebagai rantai induk. Namanya sesuai dengan alkana hanya akhiran –a diganti dengan –al.
b. Penomoran selalu dimulai dari karbon yang merupakan gugus karbonil.
c. Nomor cabang gugus alkil sesuai dengan aturan yang telah berlaku dan ini disebutkan lebih dahulu.
H H Contoh: CH3 - CH2 - C - C = O
CH3 H
Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbonil adalah empat, jadi namanya butanal. Karena karbon yang merupakan gugus karbonil selalu bernomor 1, maka gugus metil berkedudukan pada nomor 2. Nama senyawanya 2- metilbutanal.
5. Tata nama senyawa keton
a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbonil ditentukan sebagai rantai induk. Namanya sesuai dengan alkana hanya akhiran –a diganti oleh –on.
b. Penomoran dimulai dari ujung yang memberi nomor terendah pada tempat gugus karbonil terikat.
H
Contoh: CH3 - C - CH3 - CH2 - CH3
O - CH3
Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbonil adalah 5, jadi nama rantai induknya pentanon. Penomoran dimulai dari ujung kiri karena gugus karbonil berada pada nomor terendah. Nama senyawa tersebut adalah 3-metil –2- pentanon.
Senyawa keton mempunyai nama lain dengan membubuhi nama keton di samping nama gugus alkilnya, jadi 3-metil-2-pentanon dinamakan juga metil-se-butil- keton. Nama trivial juga sering digunakan, propanon mempunyai nama trivial aseton.
6. Sistem IUPAC untuk tata nama asam
a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus karbokil (-coo-) ditentukan sebagai rantai induk dengan gugus karboksil selalu dituliskan terakhir. Nama rantai induk diberi akhiran –oat dan ditambah nama asam pada awal nama.
b. Penomoran selalu dimulai dari karbon yang merupakan gugus karboksil.
c. Nomor cabang gugus karboksil sesuai dengan aturan yang telah berlaku dan ini disebutkan lebih dahulu.
H
Contoh: CH3 - CH2 - C - CH2 -CO-OH
CH3
gugus karboksil, hingga gugus metil terletak pada nomor 3. Nama senyawa tersebut adalah asam 3-metilpentanoat. Asam organik juga mempunyai nama trivial seperti asam format untuk HCO-OH, asam asetat untuk CH3CO-OH, asam propionat untuk C2H5CO-OH, asam butirat untuk C3H7CO-OH, dan asam valerat untuk C4H9-CO-OH. Nama trivial ini sering digunakan dalam tata nama senyawa ester seperti metilasetat untuk C3CO-OH3.
7. Senyawa karbon yang mengandung N
Gugus fungsi –NH2 disebut amina. Secara teoritis, amina diturunkan dari amonia dengan mengganti satu, dua, atau tiga atom hidrogennya dengan gugus alkil yaitu:
R - N - H yang disebut amina primer,
H
R - N - H yang disebut amina sekunder,
R
Dan R - N - R yang disebut amina tersier.
R
Tata nama untuk senyawa amina dinamakan dengan nama gugus alkil yang diikuti dengan ahiran amina.
Contoh: CH3NH2 metol amina (CH3) 2NH dimetil amina NH2
CH3N(C2H5)2 dimetilamina CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH - CH3 Sek. Amilamina
sekunder. Amina ini merupakan amina primer, karena hanya 1 at H yang diganti oleh gugus alkil dan dalam hal ini, gugus alkilnya itulah yang merupakan gugus sekunder, karena gugus –NH2 terikat pada atom C yang mengikat 2 atom C lain (amil adalah nama trivial untuk pentil).
Senyawa karbon yang mengandung gugus –NH2 (gugus amino) dan gugus karboksil dikenal dengan nama asam amino. Penamaan asam amino biasanya menggunakan nama asam trivial dengan menambahkan , atau pada gugus –NH2 terikat. Atom C yang mengandung gugus karboksil disebut atom C- dan yang di sebelahnya disebut atom C-β dan di sebelahnya lagi atom C-.
H
Contoh: CH3 - C - C = O
NH2 OH
Namanya asam aminopropionat dengan nama trivial alanina. Menurut aturan IUPAC, namanya asam 2-aminopropanoat.
B. Sifat-Sifat Senyawa Karbon
Sifat senyawa karbon pada dasarnya ditentukan oleh struktur senyawa karbon tersebut, seperti titik didih hidrokarbon bertambah bila jumlah atom karbon bertambah. Kebanyakan senyawa karbon lebih ringan daripada air.
Karena sifat senyawa itu tampak melalui strukturnya, maka suatu isomer dapat dipisahkan dari isomer lainnya. Dibandingkan dengan alkana, alkena sedikit lebih mudah larut dalam air, karena adanya elektron pi yang dapat ditarik oleh hidrogen (dari air) yang bermuatan positif.
titik leleh –25oC, m-xilena mempunyai titik leleh –48oC sedangkan p-zilena titik lelehnya 13oC. Mengapa p-xilena mempunyai titik leleh yang paling tinggi? Hal ini disebabkan karena p-xilena mempunyai bentuk lebih simetris dan dapat membentuk kisi kristal yang lebih teratur dan lebih kuat dalam keadaan padat daripada isomer O- dan m- yang kurang simetris. Kekhasan ini berlaku pada isomer p- senyawa aromatik lainnya.
Alkohol merupakan isomer fungsi dari eter. Kedua isomer itu dapat dipisahkan melalaui titik didihnya. Alkohol mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada eter dengan berat molekul yang sama. Dimetileter mempunyai titik didih –24oC sedangkan etanol titik didihnya 78,3o dan dietileter mempunyai titik didih –34,6oC sedangkan 1-butanol titik didihnya 117oC. Mengapa alkohol mempunyai titik didih yang lebih tinggi? Manakala Anda perhatikan strukturnya, ternyata alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antarmolekulnya, sedangkan eter tidak dapat. Karena alkohol mempunyai ikatan hidrogen antar molekul itulah yang menyebabkan titik didih alkohol tinggi. Adanya ikatan hidrogen antar molekul menyebabkan larutnya suatu senyawa dalam senyawa lain, seperti larutnya alkohol dalam air, larutnya eter dalam air, larutnya amina dalam air, dan sebagainya.
hidrogen dengan sesamanya, titik didihnya lebih rendah daripada alkohol padanannya.
Senyawa organik dapat membentuk dua ikatan hidrogen antara sepasang senyawa molekul, sehingga terbentuk dimer asam karbosilat. Karena kuatnya ikatan hidrogen ini (kira-kira 10 kkal/mol untuk dua ikatan hidrogen), asam karboksilat dijumpai dalam bentuk dimer, bahkan dalam fase uap.
O H O
CH3C C-CH3
O H O
Ikatan Hidrogen
Ikatan Hidrogen
Senyawa amina mempunyai ikatan hidrogen yang lebih lemah daripada alkohol, karena itu, titik didihnya lebih rendah daripada senyawa alkohol dengan berat melekul yang sama. Karena tak mempunyai ikatan NH, amina tersier dalam cairan murni tidak membentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina tersier lebih rendah daripada amina primer atau sekunder yang berat molekulnya sama.
Isomer geometrik juga dapat dibedakan dari titik didihnya, seperti sis-1.2-dikloroetana mempunyai titik didih 60oC sedangkan trans-1.2-dikloroetana titik didihnya 48oC, sis-2-butenan mempunyai titik didih 3,72oC sedangkan trans –2-butena titik didihnya 0,88oC. Karena titik didihnya berbeda, jelas kedua struktur sis dan trans itu merupakan suatu isomer.
Cahaya
Suatu polarimeter adalah alat yang dirancang untuk mempolarisasikan cahaya dan kemudian mengukur sudut putar bidang polarisasi cahaya oleh suatu senyawa karbon yang kiral. Besarnya putaran bergantung kepada struktur molekul, suhu, panjang gelombang cahaya yang digunakan, dan banyak molekul pada jalan cahaya.
Suatu senyawa karbon kiral mempunyai sudut putar tertentu yang dinyatakan dengan µ yang besarnya adalah:
(µ)
k = konsentransi larutan Contoh dalm g/ml
KOMPOSISI SENYAWA KARBON
I. Pendahuluan
Di alam ini terdapat sejumlah besar senyawa karbon. Hal ini disebabkan atom karbon ( C ) dapat membentuk ikatan dengan atom unsur-unsur lain, misalnya dengan atom unsur hidrogen, oksigen, dan nitrogen.
Dalam kegiatan ini anda akan berlatih mengamati, merangkai alat, meramalkan, dan menyimpulkan.
II. Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan anda dapat menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam senyawa hidrokarbon.
III. Alat dan Bahan
Tabung reaksi 3 buah Gula pasir Rak tabung reaksi Glukosa Statif dan klem Roti kering
Pembakar spiritus Tembaga (II) oksida Penjepit tabung Air kapur
Spatula Korek api Batang pengaduk Pipet tetes
Pipa pengalir Kertas kobal klorida Sumbat gabus berlubang
IV. Cara kerja dan pengamatan
i. Masukkan gula pasir, glukosa, dan bubuk roti kering masing-masing ke dalam tabung reaksi kering kira-kira ¼ tinggi tabung reaksi. Letakkan ketiga tabun g tersebut pada rak tabung reaksi. ii. Tetesilah kertas kobal klorida kering dengan 2 tetes air. Amati
perubahan warma yang terjadi! Setelah itu keringkan lagi dan amati perubahan warna yang terjadi. Perubahan warna yang terjadi digunakan untuk menguji adanya uap air atau air.
1. Bagaimanakah warna kertas kobal klorida kering setelah ditetesi air?
………
2. Bagaimanakah warna kertas kobal klorida setelah dikeringkan kembali?
………
iii. Ambilah tabung yang berisi gula pasir. Panaskan tabung tersebut sampai terjadi perubahan. Amati!
3. Adakah titik-titik zat cair yang terbentuk pada dinding tabung reaksi?
………
4. Menurut pendapat Anda, kira-kira zat cair apakah yang terdapat pada dinding tabung itu?
………...
5. Zat padat apakah yang terbentuk pada dasar tabung reaksi? Bagaimana warnanya?
………...
Ujilah titik-titik zat cair yang terbentuk dengan kertas kobal klorida. 6. Adakah perubahan warna pada kertas kobal klorida
tersebut?...
Samakah perubahan warna yang terjadi dengan perubahan warna pada percobaan b
...
iv. Lakukanlah percobaan yang sama untuk glukosa dan roti kering seperti pada langkah c. catatlah perubahan –perubahan yang terjadi.
v. Ambillah kembali tabung reaksi yang berisi hasil pemanasan gula pasir. Masukkan ke dalam tabung tersebut seujung spatula tembaga (II) oksida (CuO ). Tutup tabung reaksi tersebut dengan sumbat gabus yang dilengkapi pipa pengalir, kemudian hubungkan pipa tersebut dengan tabung reaksi yang berisis air kapur. Panaskan tabung yang berisi campuran hasil pemanasan gula dengan CuO. Catat perubahan-perubahan yang terjadi !
1. Adakah perubahan dalam tabung yang dipanaskan ?
………
a. Apakah yang terjadi di dalam tabung yang berisi air kapur ?
………
b. Gas apakah yang menyebabkan air kapur berubah ?
………
V. Pertanyaan
1. Dari hasil percobaan yang anda peroleh unsur apa saja yang terdapat dalam senyawa yang anda uji ?
...
2. Apakah fungsi tembaga (II) oksida dalam percobaan itu ?
C. Gugus Fungsional
Gugus fungsional adalah gugus/atom yang terikat pada rantai senyawa karbon sehingga dapat dibedakan dengan senyawa karbon yang lain. Senyawa-senyawa karbon dengan gugus fungsi tertentu memiliki sifat yang tertentu pula.
1. Alkohol
Alkohol adalah senyawa turunan alkana yang satu atomnya diganti dengan gugus hidroksil atau gugus OH.
Rumus umum :
CnH2n+1OH atau R—OH dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1)
2. Eter
Eter mempunyai gugus fungsional –O-- dan mempunyai rumus umum :
R1 – O – R2 di mana R1 dan R2 adalah alkil yang dapat sama ataupun berbeda.
3. Alkanal/Aldehida
O Alkanal/aldehida mempunyai gugus fungsional -- C
H Atau C-H-O. Aldehida mempunyai rumus umum
CnH2n+1CHO atau R—CHO dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1)
4. Keton/Alkanon
Keton/alkanon mempunyai gugus fungsional -- C = O yang disebut dengan gugus karbonil atau R-CO-R. Keton mempunyai rumus umum R1 – CO – R2 dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1) bisa sama atau berbeda.
5. Asam Alkanoat/Asam alkana karboksilat
O Asam Alkanoat mempunyai gugus fungsional -- C
OH
6. Ester
O Ester mempunyai gugus fungsional -- C
O - R’
atau COOR. Aldehida mempunyai rumus umum CnH2n+1COOR atau R—COOR’ dengan R adalah gugus alkil (CnH2n+1) R dapat sama atau berbeda.
7. Amina
Amina adalah senyawa turunan amoniak (NH3) yang sebuah atom H atau lebihnya diganti dengan gugus alkil atau hidro karbon lain. a. Amina primer
Jika suatu atom H diganti dengan gugus alkil R disebut dengan amina primer. Amina primer mempunyai gugus fungsional --NH2 dengan rumus umum R—NH2 diberi nama amina primer.
b. Amina sekunder
Amina sekunder terjadi bila dua atom H pada amoniak diganti dengan gugusalkil R1 dan R2. Amina sekunder mempunyai gugus fungsional –N –
H
Amina sekunder mempunyai rumus umum R1–NH—R2 c. Amina tersier
Amina tersier terjadi bila tiga atom H pada amoniak diganti dengan gugus alkil R1, R2, dan R3.
Amina tersier mempunyai gugus fungsional --N Dengan rumus umum R1– N – R2
GUGUS FUNGSI SENYAWA KARBON
Tujuan
a. Mengidentifiksi gugus fungsi –OH
b. Mengidentifikasi gugus fungsional alkoksi (-O-) c. Mengidentifikasi gugus fungsional alkanoat d. Mengidentifikasi gugus fungsional alkanal e. Gugus fungsional alkanon
1. Dasar Teori
Gugus fungsional ialah gugus atom yang terdapat senyawa karbon yang memberi ciri khas dalam deret homolognya. Gugus fungsional sangat penting dalam mempelajari reaksi-reaksi organik. Dengan perkataan lain, gugus fungsional adalah gugus atom yang dapat membedakan suatu golongan dari golongan lain dalam senyawa karbon. Senyawa-senyawa karbon turunan alkana memiliki gugus fungsional tertentu dengan sifat-sifat tertentu pula.
Sifat senyawa yang sudah memiliki gugus fungsional ditentukan oleh gugus fungsionalnya oleh karena pada reaksi organik pereaksi akan menyerang gugus fungsional. Perubahan gugus fungsional menyebabkan perubahan sifat senyawa asal. Tiap-tiap gugus fungsional mempunyai sifat spesifik (hanya dapat bereaksi dengan pereaksi tertentu). Contoh :
a. Gugus fungsional alkohol (-OH) bereaksi dengan logam Na, PCl3 dan PCl5.
b. Gugus fungsional alkoksi (-O-) bereaksi dengan HI.
c. Gugus fungsional alkanoat dapat mengubah warna lakmus biru menjadi merah.
Gugus fungsional alkanal bereaksi dengan pereaksi Benedict,
d. Gugus fungsional alkanon bereaksi dengan haloform (dengan halogen dalam pengaruh basa kuat).
2) Ditambah 2 tetes larutan Fehling 3) Ditambah 2 tetes larutan Tollens 4) Ditambah 2 tetes larutan KMnO4
4. Cara Kerja Percobaan 2
a. Ambil 2 mL larutan etanol dan 2 mL larutan asam asetat.
b. Campurkan kedua larutan tersebut dan tambahkan 10 tetes larutan H2SO4 pekat tetes demi tetes, amati baunya.
D. Evaluasi
1. Buat isomer-isomer dan namanya dari rumus kimia di bawah ini! a. C7H16
b. C4H10O
c. C6H12O dalam deret homolog keton. d. C5H10O2
2. Buatlah isomer-isomer geometri, namanya, dan rumus molekul dari molekul;
a. C2H2F2 b. C6H12
c. Asam amino propional d. 2 Heksanol.
3. Buat isomer-isomer rangka, posisi, dan fungsi dari rumus molekul di bawah ini berikut namanya!
BAB III PENUTUP
Senyawa organik atau senyawa karbon adalah senyawa yang mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen (H) sehingga sering disebut senyawa hidrokarbon. Selain mengandung unsur karbon dan hidrogen, senyawa karbon pada umumnya mengandung unsur oksigen (O), dan Nitrogen (N), serta beberapa unsur lain seperti belerang (S) dan unsur-unsur halogen seperti flour (F), klor (Cl), dan brom (Br). Contoh senyawa karbon lainnya adalah alkohol, eter, alkanal (aldehida), alkanon (keton), asam alkanoat (asam karboksilat), alkil alkanoat (ester), dan amina.
Atom karbon (C) sebagai penyusun utama senyawa karbon mempunyai sifat yang khas dan dapat membentuk variasi rantai karbon yang jumlahnya sangat banyak, maka diperlukan penamaan secara internasional yaitu melalui IUPAC agar mudah dipelajari.
Keisomeran sering dijumpai pada senyawa organik. Salah satu keisomeran adalah molekul-molekul dengan atom C sama tetapi salah satunya mempunyai rantai cabang C. Bentuk keisomeran yang lain didasarkan perbedaan kedudukan terikatnya gugus fungsi pada rantai atau cincin hidrokarbon. Keisomeran yang lain lagi didasarkan pada perbedaan orientasi gugus subtitusi dalam ruang (Cis-Trans).
DAFTAR PUSTAKA
Budy, J.E. 1995. General Chemistry Principle & Structure Fith. Edition; Singapore.Jhon Willey & Sons Inc.
Depdiknas, 2003. Kurikulum KBK 2004.
Depdikbud, 1997. Kimia SMU III, Kumpulan Lembar Kerja Siswa. Jakarta: Proyek Alat-alat IPA dan Pemantapan Kerja Guru, Direktorat Pendidikan Menengah Umum 2003. Contoh Silabus dan
Sistem Penilaian. Jakarta: Depdiknas
Fessenden, R.J. & J.B. Fessenden, 1983. Kimia Organik, Edisi Kedua, Jilid I, Terjemahan Endayana Pudjatmaka. Jakarta.Erlangga.
Harry Firman dan Liliasari, 1994, Kimia III untuk SMU Kelas III, Balai Pustaka. Jakarta: Depdikbud.
Morrison, R. T., Robert Neilson Boyd, 1977. Organic Chemistry. Trird Edition. India: Prentice-Hall.
Keenan, Kleinfelter, 1999. Ilmu Kimia Untuk Universitas JILID II; Harper & Row. Publisher Inc. Jakarta: Penerbit Erlangga.
PKG, JPA. 1998. Bahan Mengajar dan Analilisis Materi Perkuliahan Kimia, Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SMU,
Jakarta: Depdikbud
Sastrawijaya & Juariah 1986. Kapita Selekta Kimia Sekolah II. Jakarta. Universitas Terbuka