• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA MUSLIM DI RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA MUSLIM DI RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA

MUSLIM DI RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO

KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Alfiyah

NIM : 21414003

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA

MUSLIM DI RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO

KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Alfiyah

NIM : 21414003

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

(4)

iv Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Alfiyah NIM : 214 14 003

Judul : PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA MUSLIM RT 01 DI DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 22 September 2018

Pembimbing

Sukron Ma’mun, S.HI, M,Si

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA Jl. TentaraPelajar No. 02 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga Website: www.iainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA MUSLIM RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO KECAMATAN GARUNG

KABUPATEN WONOSOBO DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM Oleh:

Alfiyah NIM: 214 14 003

telah dipertahankan didepan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis tanggal 27 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam (SH).

Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang :DraSitiZumrotun, M.Ag

Sekertaris Sidang : M. Yusuf Khummaini, S.H.I, M.H Penguji I :Farkhani, S.H.I, S.H, M.H

Penguji II :Dra. SitiMuhtamiroh, M.Si

Salatiga, 24September 2018 Dekan Fakultas Syariah

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Alfiyah

NIM : 214-14-003

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA TERHADAP WARGA

MUSLIM RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA

SITIHARJO KECAMATAN GARUNG KABUPATEN

WONOSOBO DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah dan boleh dipublikasikan oleh IAIN Salaiga.

Salatiga, 22 September 2018 Yang menyatakan

Alfiyah

(7)

vii MOTTO

(8)

viii PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Kedua orang tua tercinta Bapak Biham dan Ibu Muntakiyah motivator terbesar dalam hidupku, terima kasih untuk

segalanya doa yang terus mengalir, kasih sayang, pengorbanan yang tak kenal lelah, tetesan keringat dan air mata,

serta kesabaran yang begitu besar, pengorbanan mereka lah yang mengantarkanku hingga sekarang.

2. Kakaku tersayang Muhamad Khofi Romadlon yang selalu memotivasi, selalu membantu di saat kesusahan dan selalu

mendoakan agar menjadi manusia yang beruntung.

3. Kembaranku tersayang Ahmad Alfan yang selama ini berjuang bersama dari dalam perut hingga selesainya skripsi

ini, selalu menjadi bagian dalam setiap langkah, mau menjadi ojek, super hero, dialah the real soulmate.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pemulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syari‟ah. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Heni Satar N, S.H, M.S.I, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah

IAIN Salatiga.

4. Ibu Lutfiana Zahriani, S.H, M.H, selaku kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

5. Bapak Prof. Dr. MUH. Zuhri, M.A selaku Dosen Pembimbing Akademik IAIN Salatiga.

6. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I, M.S.I. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

x

8. Seluruh jajaran pengurus Bidikmisi IAIN Salatiga, dengan bantuannya dan program yang edukatif mampu mengantarkanku hingga selesainya skrpsi ini. 9. Para Pengasuh Ma‟had al-Jami‟ah Putra-Putri IAIN Salatiga terutama Pak Ali

Zamroni dan Ibu Mafaza yang mengajarkan bagaimana caranya berta‟dzim.

10. Kepada Kepala Desa Sitiharjo serta jajarannya, ketua Rt 01 dan perangkatnya dan semua narasumber yang telah bersedia memberikan informasi.

11. Teman-teman kamar asma‟ yang selalu memotivasi Uswatun, Diana.

12. Teman-teman seperjuangan MiftaChullani, Asma‟ Rasyidah, Apriliani, dan teman-teman kos, teman KKN Mb Zulfa, Mb Bray, dan Mb bebeb.

13. Teman-teman HMI Cabang Salatiga terutama komisariat Karnotoarkasy yang telah memberikan ruang untuk belajar selain di kampus dan yang selalu memotivasi.

14. Untuk teman-teman S1 Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah angkatan 2014 IAIN Salatiga dan teman-teman Bidikmisi angkatan 2014 IAIN Salatiga.

15. Para Personel Bunda Catering dan Keluarga Mahasiswa Wonosobo yang selalu memotivasi.

16. Seluruh jajaran Akademis Intitut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya terima kasih banyak telah membantu penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa selalu dalam lindungan-Nya. Amiin.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis menyadri bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Sehingga saran, kritik serta perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan segala kerendahan hati.Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 22 September 2018 Penulis

Alfiyah

(12)

xii ABSTRAK

Alfiyah (2018). Pewajiban Arisan Qurban Idhul Adha terhadap Warga Muslim dirt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dalam Tinjauan Hukum Islam. Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, S.H.I, M.S.I

Kata Kunci : Pewajiban, Qurban, Hukum Islam.

Ibadah qurban merupakan ibadah yang hukumnya sunnah muakad dan diperuntukkan bagi siapa saja yang mampu. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo, yang mewajibkan warganya untuk melakukan qurban Idhul Adha yang tidak semua masyarakat di desa tersebut orang merupakan yang mampu semua dari segi ekonomi, bahkan hal ini bisa menambah beban bagi orang yang kurang mampu. Hal ini tentu menarik dari sudut pandang syariah untuk diketahui penyebab akar sosiologisnya di masyarakat. Maka dengan latar belakang tersebut penulis fokus meneliti tentang 1.Bagaimana praktek pelaksanaan pewajiban qurban Idhul Adha di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo? 2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pewajiban qurban dengan arisan?

Dari penelitian ini jenis penelitian yang dipakai penyusun adalah kualitatif dan pendekatannya menggunakan normatif-sosiologis adalah pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

COVER ... i

NOTA PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN……….. iv

MOTTO……….v

PERSEMBAHAN………..vi

KATA PENGANTAR………..vii

ABSTRAK………. x

DAFTAR ISI……….xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… ..1

B. Fokus Penelitian………... 4

C. Tujuan Penelitian ………5

D. Manfaat Penelitian……...………...…...………..5

E. Penegasan Istilah ………...………..6

F. Tinjauan Pustaka………...………...6

G. Metode Penelitian……….. ..9

H. Sistematika Penulisan……….14

BAB IIQURBAN DALAM ISLAM A.Pengertian Qurban……….………... 15

B. Dalil-dalil tentang Qurban………...16

C.Pendapat Para Ulama tentang Hukum Qurban……….22

D.Syarat-syarat Berqurban………...24

E. Waktu dan Tempat Penyembelihan Qurban……….27

(14)

xiv

G.Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban………30

H.Pembagian Daging Qurban ………..31

I. Qurban Pada Masa Klasik ………...32

J. Hikmah Berqurban ………...36

BAB III PRAKTEK ARISAN QURBAN IDHUL ADHA A.Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian 1. Profil Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo ……….………...40

2. Tata Letak Geografis ………...40

3. Keadaan Demografi ………41

4. Sarana dan Prasarana Masyarakat ………..44

5. Keadaan Ekonomi Masyarakat ………...45

6. Keadaan Sosial Keagamaan ………48

B. Gambaran Umum Arisan Qurban dengan Arisan ………51

C.Respon Masyarakat terhadap Pewajiban Qurban dengan Arisan………….56

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA DI RT 01 DUSUN KALILAWANG DESA SITIHARJO KECAMATAN GARUNG KABUPATEN WONOSOBO A.Praktek Pewajiban Qurban Idhul Adha terhadap warga Muslim di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo……….57

B. Dampak bagi Masyarakat terhadap Pewajiban Qurban dengan Sistem Arisan………58

C.Tinjauan Hukum Islam terhadap Pewajiban Qurban dengan sistem Arisan………60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ………...66

(15)

xv

DATAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Usia ………...41

Tabel 3.2 Jenis Pekerjaan ………..42

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………...43

Tabel 3.4 Ekonomi Masyarakat ………45

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Manusia hidup dan berinteraksi dalam suatu kelompok sosial yang dinamakan masyarakat, yang semakin lama semakin berkembang dan mengalami perubahan.Dalam melakuan interaksi manusia tidak akan pernah luput dari tolong menolong antar sesama manusia karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan pernah bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam melakukan interaksinya, manusia seringkali dihadapkan dengan batasan-batasan dalam bertindak yaitu hukum dan kebudayaan atau kebiasaan setempat.

Hukum dan kebudayaan mendarah daging dalam kehidupan manusia dimana keteraturan sosial akan tercipta serta budaya yang menjadikan manusia melakukan aktivitas di dalamnya secara bersama-sama dengan manusia lain. Kebudayaan dalam sistem ekonomi masyarakat merupakan suatu hal yang wajib dipenuhi untuk mempertahankan hidup.

(17)

2

dapat dicapai dengan aman. Perlindungan terhadap kepentingan manusia diupayakan dengan diberlakukannya suatu pedoman perilaku atau bersikap dalam hidup bersama yang disebut kaidah sosial. Kaidah sosial pada hakikatnya merupakan rumusan suatu pandangan mengenai perilaku atau sikap yang sebaiknya tidak dilakukan yang dilarang dijalankan atau yang dianjurkan untuk dilakukan (Mohtar, 2005: 23).

(18)

3

Dalam praktek sehari-hari bahkan ada kecenderungan pelanggaran terhadap hak orang lain diselesaikan secara kekeluargaan tanpa menempuh jalur hukum. Dalam islam segala sesuatu baik hubungan Tuhannya maupun hubungan dengan sesama manusia juga diatur dalam pedoman hidup orang islam hukum dari segala hukum yaitu al-Quran. Di antaranya yaitu dalam melakukan berbagi dengan sesama manusia sudah diatur dalam agama islam khususnya, salah satunya yaitu dengan cara berkurban. Tradisi qurban dalam hari raya Idhul Adha memiliki dua dimensi.Pertama, makna qurban memiliki dimensi ibadah spiritual.Kedua, makna qurban sebagai dimensi sosial. dimensi ibadah dalam tradisi qurban, sudah jelas menjadi bentuk ketaatan seorang hamba terhadap Tuhannya (Abdurrahman, 1990: 125).

Melaksanakan ibadah qurban sangat dianjurkan bagi setiap muslim dan muslimah bagi yang mampu. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, dewasa ini banyak digunakan oleh masyarakat adalah dengan arisan. Dalam Al-Quran, sunnah dan hukum lainnya tidak dijelaskan mengenai kaidah qurban dengan arisan karena keinginan yang kuat dari masyarakat untuk melakukan ibadah tersebut maka masyarakat melakukan apa saja untuk agar bisa berqurban.

(19)

4

elit.Hal ini berlaku di desa bukan kota-kota yang memang sudah terbiasa makan daging (Sayid Sabiq, 1997: 95).

Dengan adanya pewajiban Qurban Idhul Adha yang terjadi di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang notabennya tidak semua masyarakat di desa tersebut orang yang mampu semua, bahkan hal ini bisa menambah beban bagi orang yang kurang mampu. Hal ini tentu menarik dari sudut pandang syariah untuk diketahui penyebab akar sosiologisnya di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pewajiban Qurban terhadap Warga Muslim di Rt 01 Dusun

Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dalam Tinjauan Hukum Islam” sebagai wujud empati terhadap fenomena yang ada

sekarang ini.

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diangkat fokus penelitian yang dapat dijadikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek pewajiban qurban Idhul Adha dengan arisan di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo?

(20)

5 C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui praktek pewajiban qurban Idhul Adha dengan arisan di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo. 2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pewajiban qurban dengan

arisan.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Untuk mengubah wawasan dan manfaat keilmuan khususnya bidang hukum dan syariah sebagai sumber referensi guna membantu pemecahan persoalan yang saling berkaitan.

2. Manfaat Praktis a. Untuk Pemerintah

Dengan dilaksanakan penelitian Praktek Arisan Qurban di daerah Garung pemerintah mampu mengetahui jumlah penduduk yang mampu berqurban, serta mensosialisasikan kepada masyarakat.

b. Untuk Masyarakat

Mendorong masyarakat untuk berqurban terutama bagi yang mampu. c. Untuk Ulama

(21)

6 E.Penegasan Istilah

1. Pewajiban menurut KBBI berasal dari kata wajib yang berarti ssegala sesuatu yang menjadi wajib, atau mengharuskan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu apabila tidak maka akan mendapatkan hukuman tertentu (Wjs. Poerwadarminta, 2003: 45).

2. Qurban adalah perintah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT untuk menyembelih binatang ternak (unta, sapi, kerbau, domba dan kambing) pada hari raya Idhul Adha sampai hari Tasriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah) dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (Saleh, 2008: 250).

3. Hukum Islam adalah hukum-hukum yang bersifat umum lagi kulli yang dapat diterapkan dalam perkembangan hukum islam menurut kondisi dan situasi masyarakat dana massa (Ash-Shiddieqy, 1988: 44)

F.Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka memiliki tujuan agar tidak terjadi pengulangan penelitian yang telah dilakukan dan bertujuaan menempatkan posisi peneliti di antara peneliti-peneliti terdahulu. Beberapa penelitian terkait yang membahas tentang Arisan Qurban Idul Adha dalam ruang lingkup yang berbeda di antaranya adalah:

Pertama, penelitian Sakhiyah (2015) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam

terhadap Pelaksanaan Arisan Kurban Jama‟ah Yasinan Dusun Karangjati Selatan

(22)

7

1. Bagaimana pelaksanaan arisan kurban jama‟ah yasinan Dusun Karangjati Selatan setelah ditinjau dari teori akad muamalah?

2. Bagaimana menurut hukum islam arisan dalam bentuk uang digunakan untuk berkurban?

Hasil penelitian di atas adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan akad arisan kurban jamaah yasinan Dusun Karangjati Selatan sebagian telah menerapkan asas-asas muamalat yaitu mubah asas kerelaan (antarodin) serta asas mendatangkan manfaat.

(23)

8

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dapat mempererat silaturahmi diantara para anggota arisan qurban dan sebagai salah satu sarana untuk tolong menolong di antara mereka.Namun dalam pelaksanaannya arisan kurban ini kurang menerapkan asas- asas keadilan bagi peserta, karena hampir di setiap tahun masih ada peserta yang meminta arisan dalam bentuk uang karena akan dipakai untuk keperluan lain. Dan penguruspun memberikannya dalm bentuk uang. Sehingga, dari sinilah terlihat adanya ketidak adilan bagi para peserta arisan. Karena peserta yang memperoleh arisan qurban sendiri tidak boleh mengambil undian dalam bentuk uang.

Kedua, penelitian Sari (2015) yang berjudul Tinjauan Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Arisan Qurban Idul Adha di Blok 3 Desa Junjang Kecamatan

Arjawinangun Cirebon Jawa Barat (Tahun 2008-2012). Penlelitian tersebt memiliki dua pokok permasalahan , yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah jenis akad perjanjian dalam pelaksanaan arisan Qurban Idul Adha di Blok 3 Desa Junjang Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat? 2. Apakah pelaksanaan arisan Qurban Idul Adha di Blok 3 Desa Junjang

Kecamatan Arjawinangun Cirebon Jawa Barat sah menurut tinjauan hukum Islam?

(24)

9

1. Akad perjanjian dalam melakukan arisan sama halnya dengan akad pinjam meminjam yang didasarkan saling tolong menolong dalam islam atas rela sama rela antar anggota arisan.

2. Karena pada hakekatnya arisan ini terjadi karena dikehendaki kedua belah pihak yang merupakan cerminan dari adanya kerelaan. Penelitian arisan kurban ini secara hukum islam adalah mubah atau dibolehkan. Manfaat lain dari di adakannya arisan kurban ini adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dapat mempererat silaturahmi diantara para anggota arisan qurban dan sebagai salah satu sarana untuk tolong menolong di antara mereka.

Dari beberapa penelitian yang ada, terlihat bahwa ada kedekatan judul dengan judul yang penulis lakukan.Penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang sudah diteliti oleh peneliti lainnya. Letak perbedaanya pada permasalahannya pada permasalahannya yaitu pertama penulis lebih melihat bagaimana praktek pewajiban qurban yang terjadi di tempat penelitian, kedua meneliti bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pewajiban qurban dengan arisan.

G.Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

(25)

10

mengenal serta mengamati informan secara apa adanya. Pada saat penelitian, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat di lapangan tersebut sehingga dapat dikontruksikan menjadi teori. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan normatif-sosiologis. Yaitu pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Maka itu penulis penulis akan mendatangi langsung Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo untuk bertanya kepada beberapa narasumber dan mendapatkan data mengenai pewajiban qurban Iduh Adha.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai pengumpul data di lapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan data di lapangan. Selain itu alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat bantu lain yang mendukung terlaksananya penelitian ini, seperti kamera dan alat perekam (STAIN Salatiga Press, 2008: 30).

3. Lokasi penelitian

(26)

11 4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Sumber data primer yaitu data yang digunakan berasal dari sumber warga Rt 01 Dusun Kalilawang, Desa Sitiharjo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo yang melakukan arisan qurban.

2) Sumber sekunder yaitu mencangkup dokumn-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang serupa, dan sebagainya yang berkaitan dengan topik yang diteliti penulis.

5. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data tentang “Pewajiban Qurban Idhul

Adha terhadap Warga Muslim di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo dalam tinjauan hukum Islam. Dengan melakukan teknik sebagai berikut:

a. Metode Observasi

(27)

12 b. Metode Wawancara

Yaitu mendapatkan informasi melalui tanya jawab langsung kepada para anggota kelompok dan pengurus serta perangkat Rt 01 serta perangkat Desa Sitiharjo untuk mendapatkan data tentang dampak dari pewajiban qurban tersebut (Maslikhah, 2013: 321).

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan rekam jejak penelitian yang dilakukan, sehingga dapat membuktikan penelitian tersebutbenar-benar terjadi di lapangan.

6. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis data yang terkumpul untuk meningkatkan pembahasan penulis tentang kasus yang diteliti dan mengkajinya sebagai temuan bagi orang lain. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis deskriptif yang mendeskripsikan tinjauan hukum Islam tentang pewajiban qurban Idhul Adha. 7. Pengecekan keabsahan data

(28)

13

fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan. Partisipan adalah satu-satunya orang yang dapat meniali secara sah kredibilitas hasil penelitian tersebut.Stategi untuk meningkatkan kredibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, trigulasi, diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif (Idrus, 2009: 50).

Sehingga dengan demikian akan menjadi perhtian penulis untuk lebih berhati-hati dari adanya kesalahan dan kekeliruan nantinya dalam pengumpulan data.

8. Tahap-tahap Penelitian

(29)

14 H.Sistematika Penulisan

Dengan menyertakan sistematika penelitian, diharapkan pembaca bisa memahami dengan mudah mengenai sistematika penelitian ini. Berikut penjelasannya:

Bab pertama berisi tentang gambaram umum dari pembahasan penelitian ini, yaitu terdiri dari: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua yaitu berisi tentang kajian teori-teori mengenai pengertian qurban, dasar hukum atau dalil tentang qurban, pendapat para ulama mengenai qurban dan hikmah adanya qurban.

Bab ketiga ini berisi tentang paparan data yang ditemukan peneliti di lapangan yaitu gambaran umum tempat penelitian atau profil Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo, gambaran umum pewajiban qurban dirt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo Kecamtan Garung Kabupaten Wonosobo.

Bab keempat ini berisi pembahasan mengenai data yang telah ditemukan di lapangan.Pembahasan tersebut meliputi praktek pewajiban qurban Idhul Adha yang terjadi di Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dan tinjauan hukum Islamnya.

(30)

15 BAB II

QURBAN DALAM ISLAM

A.Pengertian Qurban

Secara bahasa qurban berasal dari اًناَبْرُق - اًبْرُق - ُبُرْقَي - َبُرَق yang artinya menghampirinya atau mendekatinya. Sedangkan menurut istilah syara‟ qurban ialah binatang ternak yang disembelih untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT pada hari Adha, tanggal 10 Dzulhijjah dan hari-hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah).

Qurban atau udhiyyah jamak dari dhahiyyah adalah penyembelihan hewan di pagi hari. Yang dimaksudkan di sini adalah mendekatkan diri atau beribadah kepada Alllah SWT deengan cara menyembelih hewan tertentu pada hari raya haji (Idhul Adha) dan tiga hari Tasyriq berikutnya yaitu 11,12,13 Dzulhijjah sesuai dengan ketentuan syara‟ (Saleh, 2008: 250).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu (1) Persenbahan kepada Tuhan seperti biri-biri, sapi, unta yang disembelih pada hari lebaran haji. (2) Pujaan atau

persembahan kepada dewa-dewa.

Adapun pengertian qurban menurut para ahli adalah:

1. Menurut Sayyid Sabiq, qurban berasal dari kata Al-Udhiyyah dan Adh-Dhahiyyah adalah binatang sembelihan seperti unta, sapi, kambing yang disembelih pada hari raya qurban dan hari-hari Tasyriq sebagai taqarrub

(31)

16

2. Menurut Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, qurban yaitu hewan yang disembelih pada hari raya Idhul Adha dan hari-hari Tasyriq, baik berupa unta, sapi, maupun domba dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. 3. Menurut Muhammad bin Shahih Al Utsaimin, qurban adalah binatang

ternak yang disembelih pada hari raya Idhul Adha untuk menyemarakkan hari raya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.

4. Menurut Hamdan Rasyid, qurban menurut pandangan syari‟at Islam adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menyembelih hewan ternak serta membagi-bagikan dagingnya kepada fakir miskin, sejak selesai melaksanakan shalat Idhul Adha hingga berakhirnya hari Tasyriq

sebagai manifestasi dari raya syukur kepada Allah SWT serta untuk mensyiarkan agama islam (Rasjid: 3).

Jadi pengertian qurban adalah perintah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT untuk menyembelih binatang ternak (unta, sapi, kerbau, domba dan kambing) pada hari raya Idhul Adha sampai hari Tasyriq (tanggal 11,12,13 Dzulhijjah) dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

B.Dali-Dalil Tentang Qurban

a. Dalil-dalil dari Al-Qur‟an

(32)

17 1. Surat Al-Kautsar ayat 1-2

ْرَْنْاَو َكِّبَرِل ِّلَصَف َرَ ثْوَكْلا َكٰنْ يَطْعَأ آَّنِإ

Artinya: Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang

banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu; dan

berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).

Ayat ini menjelaskan bahwasanya segala sesuatu yang kita lakukan harus diniatkan hanya untuk Allah SWT begitupun dalam melaksanakan qurban harus diniatkan hanya untuk-Nya.

(33)

18

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT telah mempersiapkan hewan-hewan tertentu untuk disembelih dengan cara yang baik, kemudian hewan tersebut dibagikan kepada orang-orang sekitar terutama fakir mikin karena semua itu merupakan perintah dari-Nya dan jika perintah tersebut dilaksanakan maka kit atermasuk orang-orang yang bertaqwa dan mengingat kebesaran-Nya. bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku

menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu”.Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, InshaAllah kamu akan mendapatiku termasuk

orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan

Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah

kebesaran keduanya). Dan kami panggilah dia:”Hai Ibrahim

sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami member balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu ujian yang nyata.Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

(34)

19

menjadi salah satu disyari‟atkan perintah qurban (Mulana, Skripi UIN Raden

Intan Lampung: 2017). b. Dalil-dalil dari Hadist

Ada banyak hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang mengemukakan tentang qurban, namun peneliti hanya menuliskan beberapa di antaranya yaitu: 1. Hadist Riwayat Imam Bukhari dalam Shahih Bukhori dalam kitab Al

-Udhahiyyu pada bab Sunnati al Udhiyyati dengan nomor hadist 5119

َع ِِّبِْعَّشلا ْنَع ِّيِماَيِْلْا ٍدْيَ بُز ْنَع ُةَبْعُش اَنَ ثَّدَح ٌرَدْنُغ اَنَ ثَّدَح ٍراَّشَب ُنْب ُدَّمَُمُ اَنَ ثَّدَح

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammada bin Basyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada

kami Syu‟bah dari Zubaid Al-Iyyami dari As Sya‟bi dari Al-Barra

ra dia berkata Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda: ”Sesungguhnya yang pertama kali kita lakukan pada hari ini

(Idhul Adha) adalah mengerjakan shalat kemudian pulang dan menyembelih binatang qurban, barang siapa melakukan hal itu dia telah bertindak sesuai sunnah kita dan baarang siapa menyembelih binatang qurban sebelum (shalat Ied) maka semeblihannya itu hanya daging yang ia berikan kepada keluarganya, tidak ada hubungannya dengan ibadah qurban

sedikitpun. “Lalu Abu Burdah bin Niyar berdiri seraya berkata: “ Sesungguhnya aku masih memiliki jadz‟ah (anak kambing yang berusia dua tahun) maka beliau bersabda: “Sembelihlah namun

hal itu tidak untuk orang lain setelahmu. “Muttharif berkata: dari Amir dan Al-Barra bahwa Nabi sallallahu „alaihi wasallam

(35)

20

(shalat Ied) maka ibadah qurbanya telah sempurna dan dia telah melaksanakan sunnah kaum muslimin dengan tepat.

Hadist ini menjelaskan bahwa ibadah yang paling utama dilakukan pada hari raya Idhul Adha adalah shalat dan menyembelih hewan qurban. Hewan yang akan diqurbankan pun harus disembelih setelah pelaksanaan shalat. Apabila hewan tersebut disembelih sebelum shalat maka wajib mengganti hewan tersebut karena penyembelihan hewan yang dilaksanakan sebelum shalat bukan termasuk sebagai qurban akan tetapi merupakan ibadah biasa.

2. Hadist Riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim dalam Kitab

Al-menceritakan kepadaku Yahya bin Katsir Al-„Abrani Abu Ghassan

telah menceritakan kepada kami Syu‟bah dari Malik bin Anas dari

Umar bin Muslim dari Sa‟id bin Musayyah dari Ummu Salamah bahwa Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Jika kalian

telah melihat hilal sepuluh Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian hendak berqurban, hendaknya ia tidak mencukur rambut dan

tidak memotong kuku terlebih dahulu. “Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah bin Al-hakam Al- Hasyimi telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah bin Hakam

Al-Hasyimi telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far

(36)

21

Umar atau „Amru bin Muslim dengan sanad ini, seperti hadist

tersebut.

Hadist di atas menjelaskan bahwa apabila seseorang ingin melaksanakan qurban maka ia dilarang memotong kuku dan rambutnya. 3. Hadist Riwayat Imam Abu Daud dalam Sunan Abu Daud dalam Kitab

Al-Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al-Hubbab telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin “Ayyasy dari Abdurrahman Al-A‟raj

dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa memiliki keleluasaan (untuk berqurban) namun tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.

Hadist di atas menjelaskan tentang larangan mendekati tempat shalat apabila seseorang memiliki keleluasaan berqurban yaitu dalam hal harta namun ia tidak berqurban.

4. Hadist Riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim dalam kitab Al-Udhahiy dengan nomor hadist 3635

ا ىَّلَص ُِّبَِّنل ا ىِّحَض َلاَق ٍسَنَا ْنَع َةَد َاتَق ْنَع َةَن اَوَع ْوُ بَأ اَنَ ثَدَح ٍدْيِعَس ُنْب ُةَبْيَ تُ ق اَنَ ث َدَح

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa‟id telah menceritakan kepaa Abu „Awanah dari Qatadah dari Anas dia berkata: Nabi sallallahu „alaihi wasallaam pernah berqurban

(37)

22

bertakbir, dengan meletakkan kaki beliau dekat pangkal leher domba tersebut.

Hadist di atas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW pun pernah melaksanankan qurban yaitu dengan dua ekor kambing putih yang beliau sembelih sendiri sesuai kaidah yang ada yaitu dengan meyebut nama Allah dan takbir.

Jika dilihat dari dalil-dalil di atas bahwasanya Allah SWT memang jelas memerintahkan kita sebagai hambanya untuk melaksanakan qurban dengan menjanjikan ganjaran yang besar bagi orang yang melaksanakannya. Rasulullah SAW pun pernah melaksanakan ibadah qurban tersebut dengan memotong sendiri hewan yang beliau qurbankan sesuai dengan kriteria hewan qurban. Pelaksanaan qurban tersebut masih harus kita lakukan sampai saat ini setiap tahunnya sebagai sunnah Rasulullah SAW (Mulana, Skripsi UIN Raden Intan Lampung: 2017).

C.Pendapat Para Ulama Tentang Hukum Berqurban

Setelah mengetahui pengertian berqurban di sini penulis akan menguraikan pendapat para ulama tentang hukum berqurban. Para ulama ahli fiqih berbeda pendapat dalam menetapkan hukum ibadah qurban sehingga menjadi dua pendapat yaitu:

1. Wajib

(38)

23

seseorang tersebut memiliki kemampuan. Adapun dalil yang memperkuat pendapatnya itu adalah Firman Allah SWT dalam Surat Al-Kautsar ayat 1-3:

ِل ِّلَصَف َرَ ثْوَكْلا َكٰنْ يَطْعَأ آَّنِإ

ُرَ تْ بَْلِا َوُى َكَئِناَش َّنِإ ْرَْنْاَو َكِّبَر

Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang teputus.

Selanjutnya hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yaitu:

ُدْبَع ْنَع ٍشاَّيَع ُنْب ِللها ُدْبَع اَنَ ث َدَح ِباَبُلُا ُنْب ُدْيَز اَنَ ث َدَح َةَبْيَش ِبَِأ ُنْبِرْكَبْوُ ب َا اَنَ ث َدَح

َةَرْ يَرُى ِبَِا ْنَع ِجَرْعَْلْا ِنَْحَّْرلا

ِّحَضُي َْلََو ٌةَعَس ُوَل َنَك ْنَم َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ِللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر َّنَأ

اًن َّلََصُم َّنَبَرْقَ ي َلََف

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al-Hubbab telah menceritakan

kepada kami Abdullah bin “ayyasy dari Abdurrahman Al-A‟raj dari

Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa memiliki keleluasaan (untuk berqurban) namun tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.

Dalam hal ini qurban berlaku wajib apabila:

1. Seseorang tersebut telah bernadzar untuk berqurban.

Apabila seseorang telah bernadzar ingin menyembelih qurban maka hal tersebut menjadi wajib hukumnya. Ia wajib menyedekahkan seluruhnya dan tidak boleh dijual sekalipun kulitnya.

(39)

24 2. Sunnah Muakkad

Menurut Imam Syafi‟i dan Imam Malik, mereka berpendapat bahwa

ibadah qurban hukumnya sunnah muakkad (sangatlah dianjurkan). Imam Malik dan Imam Syafi‟i berkata: “ Aku tidak menyukai seseorang yang mampu tetapi

tidak melakukannya”. Mazhab Maliki menyebutkan bahwa hukum sunnah ini

berlaku bagi orang yang tidak sedang melakukan perjalanan haji sedangkan bagi jamaah haji diwajibkan untuk melakukan penyembelihan qurban di Mina.

ِلْوُسَر ُباَحْصَا َلاَق :َلاَق َمَقْرَا ِنْب ِدْيَز ْنَع

SAW bertanya, "Ya Rasulullah, apakah udlhiyah itu?". Jawab Nabi SAW, "Itulah sunnah ayahmu, Ibrahim". Mereka bertanya, "Apa yang kita peroleh dari udlhiyah itu, ya Rasulullah?".Jawab beliau, "Pada tiap-tiap helai bulunya kita peroleh satu kebaikan.Lalu para shahabat bertanya,

“Bagaimana dengan bulu domba, ya Rasulullah?". Beliau SAW bersabda, “Pada tiap-tiap helai bulu domba kita peroleh satu kebaikan” (HR. Ibnu Majah 2)(Matdwan, 1993: 473).

D.Syarat-syarat Berqurban

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan ibadah qurban antara lain:

a. Hewan yang dijadikan qurban harus memenuhi beberapa persyaratan. Adapun syarat-syarat hewan yang boleh dijadikan qurban antara lain:

(40)

25

2. Hewan yang hendak dijadikan qurban harus berupa hewan ternak seperti sapi, unta, kambing baik berupa local maupun domba. Seperti Firman Allah SWT dalam Al-Quran surah Al-Hajj ayat 34:

ْوُرُكْذَيِّل اًكَسنَم اَنْلَعَج ٍةَّمُأ ِّلُكِلَو

Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat telah kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).

Para ulama telah sepakat (ijma‟) bahwasanya hewan qurban yang lebih

utama adalah unta, lalu sapi/kerbau, lalu kambing.Alasannya adalah karena unta lebih banyak manfaatnya (karena lebih banyak dagingnya) bagi fakir misin dan demikian juga sapi lebih banyak dagingnya dibandingkan kambing. Dari segi umur hewan-hewan tersebut pun memiliki kriteria yang berbeda yaitu:

1). Kibasy, biri-biri atau domba yang berumur satu tahun atau lebih atau sudah tanggal gigi depannya.

2). Kambuing sudah berusia dua tahun lebih.

3). Sapi atau kerbau sudah memasuki usia minimal tiga tahun atau lebih. 4). Unta sudah memasuki usia lima tahun memasuki usia enam tahun.

(41)

26

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Az-Zuhair dari Jabir dia berkata: “janganlah kamu sembelih hewan untuk berqurban, melainkan hewan yang telah dewasa (Mutsinnah). Jika itu sulit kamu peroleh, sembelihlah jadz‟ah (HR. Muslim: 3631).

Dari penjelasan hadist di atas di kalangan para ulama terdapat perbedaan pendapat. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang cukup umurnya (mutsinnah) yaitu yang telah tanggal gigi surinya. Tetapi apabila orang yang hendak berqurban tersebut sulit untuk mendapatkan hewan tersebut maka diperbolehkan menggunakan anak kambing (jadza‟ah).

Pendapat lain mengemukakan bahwasannya hewan yang hendak dijadikan qurban tidak harus hewan yang cukup umur (mutsinnah) tetapi hewan dalam kategori jadza‟ah pun boleh meskipun tidak dalam keadaan sulit menemukan hewan yang cukup umur.

b. Hewan yang diqurbankan tidak boleh memiliki cacat. Adapun yang dimaksudkan cacat di sini mencangkup beberapa hal yaitu:

1. Salah satu matanya buta atau yang sangat jelas menunjukkan kebutaan. 2. Hewan tersebut pincang atau tidak mampu berjalan normal seperti hewan

lain yang sehat.

3. Tubuh hewan tersebut kurus sehingga tulangnya tidak bersumsum.

(42)

27

Artinya: Dari Al Bara‟ bin „Azib radhiyallahu „anhuma, ia berkata, “Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami

dan berkata, “Ada empat cacat yang tidak dibolehkan pada hewan

kurban: (1) buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya, (2) sakit dan tampak jelas sakitnya, (3) pincang dan tampak jelas pincangnya, (4) sangat kurus sampai-sampai tidak punya sumsum tulang.

Dikeluarkan oleh yang lima (empat penulis kitab sunan ditambah dengan Imam Ahmad). Dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban.

E.Waktu dan Tempat Penyembelihan Hewan Qurban

Adapun waktu penyembelihan hewan qurban yaitu mulai dari matahari tanggal 13 Dzulhijjah, dan apabila seseorang menyembelih hewan qurban diluar waktu yang telah ditetapkan tersebut maka sembelihan itu bukan termasuk sebagai qurban melainkan hanya penyembelihan biasa. Seperti hadist Rasulullah SAW yaitu:

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Ismail dari Ayub dri Muhammad bin Anas bin Malik

ra dia berkata: Nabi shallallahu „alaihi wasallam bersabda:”

(43)

28

Menurut Imam Malik, Imam Hanafi dan Imam Hambali waktu penyembelihan hewan qurban dilaksanakan pada hari raya Idhul Adha dan hari-hari berikutnya yaitu sebelas dan dua belas Dzulhijjah. Akan tetapi menurut Imam Hanafi waktu tersebut (hari raya Idhul Adha, sebelas, dua belas Dzulhijjah) itu adalah waktu penyembelihan hewan qurban untuk haji qiran dan tamattu‟.Jadi selain dari pada keduanya tidak terkait oleh waktu.

Untuk waktu penyembelihan hewan qurban yaitu dilakukan setelah selesai shalat Idhul Adha tepatnya ketika matahari mulai naik kira-kira antara pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB pada hari kesepuluh (hari Idhul Adha) dan hari tasriq (11,12,13 Dzulhijjah).

Sedangkan untuk tempat penyembelihan, hewan qurban tidak boleh disembelih kecuali di tanah yang suci. Mengenai tanah yang suci tersebut boleh dipilih di mana saja sesuai yang dikehendaki antara lain dapat dilakuakn di beberapa tempat seperti masjid, lapangan, rumah atau sekitarnya, akan tetapi penyembelihan hewan qurban tersebut lebih diutamakan dilaksanakan di tempat yang digunakan untuk shalat Idhul Adha sebagaimana Rasulullah SAW

اَنَ ث َدَح

ُللها َيِضَر َرَمُع َنْبا َّنَا ٍعِفاَن ْنَع ٍدَقْرَ ف ِنْب ٍْيرِثَك ْنَع َثْيَّلل ا َانَث َدَح ٍْيرَكُب ُنْب َيََْيَ

ىَّلَصُمْل اِب ُرَحْنَ يَو ُ حَبْذَي َمَّلَسَو ِ وْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها َلْوُسَر َناَك َلاَق ُهَرَ بْحَأ اَمُهْ نَع

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al-Laits dari Katsir bin Farqad

dari Nafi‟ bahwa Ibnu Umar radhliallahu „anhuma telah mengabarkan kepada dia Rasulullah shallallahu „alaihi

(44)

29

Akan tetapi bagi orang-orang yang melakukan ibadah haji sebaiknya mereka menyembelih hewan qurnannya di Mina, sedangkan untuk orang-orang yang menunaikan ibadah umrah mereka menyembelihnya di Marwa, karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat-tempat tahallul masing-masingnya (Sabiq, 1997: 216).

F.Sunnah dalam Berqurban

Pada saat menyembelih hewan qurban ada beberapa hal yang disunnahkan dalam berqurban di antaranya adalah:

1. Membaca Basmallah atau Bismillah. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

ِلْوَأ َلَِإ َنوُحوُيَل َيِطاَيَّشلا َّنِإَو ٌقْسِفَل ُوَّنِإَو ِوْيَلَع ِوَّللا ُمْسا ِرَكْذُي َْلَ اَِّمِ اوُلُكْأَت َلََو

ْمُكوُلِداَجُيِل ْمِهِئاَي

َل ْمُكَّنِإ ْمُىوُمُتْعَطَأ ْنِإَو

َنوُكِرْشُم

Artinya:Dan janganlah kalian memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kalian; dan jika kalian menuruti mereka, sesungguhnya kalian tentulah menjadi orang-orang yang musyrik (QS. Al-An‟am: 121).

2. Mengucapkan Takbir

Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bertakbir saat hendak menyembelih hewan qurban. Dalam hadist Rasulullah yaitu:

َلَع ُللها ىَّلَص ُِّبَِّنل ا ىِّحَض َلاَق ٍسَنَا ْنَع َةَد َاتَق ْنَع َةَن اَوَع ْوُ بَأ اَنَ ثَدَح ُنْب ُةَبْيَ تُ ق اَنَ ث َدَح

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan

(45)

30

dengan tangan belaiau sendiri sambil menyebut nama Allah dan bertakbir dan meletakkan kaki beliau di atas rusuk domba tersebut.

3. Membaca shalawat kepada Nabi shallallahu „alalihi wasallam. 4. Menghadap kiblat.

Baik penyembelih maupun hewan yang disembelih keduanya dihadapkan ke arah kiblat. Sebab Rasulullah SAW menyembelih hewan qurban dengan menghadap ke arah kiblat.

5. Membaca doa supaya qurbannya diterima oleh Allah SWT.

6. Mengasah pisau yang akan digunakan supaya lebih tajam (Ansori, 1998: 45-46).

G.Tata Cara Penyembelihan Hewan Qurban

Adapun tata cara penyembelihan hewan qurban adalah sebagai berikut:

1. Membaringkan hewan qurban dengan posisi lambung kirinya ke tanah dengan muka menghadap kiblat.

2. Mengikat semua kaki hewan tersebut dengan tali kecuali kaki sebelah kanan bagian belakang.

3. Letakkan kaki si penyembelih di atas leher atau muka hewan tersebut supaya hewan tersebut tidak dapat menggerakkan kepalanya.

(46)

31

8. Apabila orang lain yang menyembelihkan, maka si penyembelih menyebutkan nama-nama orang yang berqurban.

9. Muali menyembelih hewan. H.Pembagian Daging Qurban

Setelah selesai di sembelih daging hewan qurban tersebut kemudian dibagi-bagikan. Di kalangan para ulama terjadi perbedan pendapat yaitu mengenai seberapa banyak daging qurban yang boleh dimakan, yang untuk disedekahkan dan untuk dihadiahkan yaitu:

1. Sebagian ulama berpendapat bahwa menyedekahkan hewan qurban seluruhnya itu lebih baik.

2. Pendapat lain mengemukakan bahwa sepertiga dimakan sendiri, sepertiga dihadiahkan, kemudian sepertiga lagi disedekahkan. Pendapat ini berdasarkan atas Firman Allah SWT yaitu:

ْدُبْلاَو

اَذِإَف َّفاَوَص اَهْ يَلَع ِوَّللا َمْسا اوُرُكْذاَف ٌرْ يَخ اَهيِف ْمُكَل ِوَّللا ِرِئاَعَش ْنِم ْمُكَل اَىاَنْلَعَج َن

ُرُكْشَت ْمُكَّلَعَل ْمُكَل اَىاَنْرَّخَس َكِلَذَك َّرَ تْعُمْلاَو َعِناَقْلا اوُمِعْطَأَو اَهْ نِم اوُلُكَف اَهُ بوُنُج ْتَبَجَو

َنو

(47)

32

Pendapat kedua ini juga sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW bahwasannya Rasulullah SAW membagi daging qurban menjadi tiga bagian. Sebagian daging untuk dimakan sendiri, sebagian daging untuk dihadiahkan, dan sebagian lain untuk diberikan kepada fakir miskin. Jadi pendapat kedualah yang dapat dijadikan pilihan terbaik. Kepada orang yang berqurban diharamkan untuk menjual bagian-bagian dari hewan qurban tersebut baik berupa daging, kulit ataupun yang lainnya.

Akan tetapi, apabila seseorang berqurban dengan tujuan untuk memenuhi nadzarnya maka keseluruhan dari hewan qurban tersebut haruslah disedekahkan dan haram hukumnya untuk memakannya. Ada pendapat yang mengemukakan bahwa daging hewan qurban tersebut dikonsumsi, maka wajib mengganti seharga hewan tersebut. Pendapat lain juga mengatakan bahwa dia harus menggantinya dengan daging yang sama meskipun tidak disembelih lagi (Mulana, Skripi UIN Raden Intan Lampung: 2017).

I. Qurban pada Masa Klasik

Kata qurban ternyata telah ada sejak zaman dahulu, faktanya ternyata tradisi qurban tersebut telah dilaksanakan pada zaman Arab Jahiliyah dan masih terus dilaksanakan sampai pada saat ini:

1. Qurban pada masa Arab Jahiliyah

(48)

33

persembahan kemudian sebagian hewan sengaja dilepaskan bebas dan semuanya itu dipersembahkan untuk berhala yang mereka sembah. Adapun sembelihan pada masa Jahiliyah ada tiga yaitu:

a. Untuk memeohon keselamatan.

b. Untuk mendekatkan diri kepada yang dipuja. c. Untuk meminta ampunan.

2. Qurban bangsa Yunani dan Romawi

Bangsa Yunani membagi-bagikan daging qurban kepada orang-orang yang hadir, sedikit-sedikit dijadikan untuk berkat.Pada saat upacara penyembelihan, pendeta memercikan madu dan air kepada yang hadir, kemudian madu dan air diganti dengan air mawar.

Bangsa Finiki, Persi, Romawi dan bangsa Mesir, melakukan penyembelihan manusia untuk qurban. Adat seperti ini berlangsung sangat lama di Benua Eropa pada tahun 657 M baru kebiasaan buruk ini dilarang oleh ketua-ketua majelis agama.Akan tetapi bangsa Jerman masih tetap melaksanakannya.

Tradisi bangsa Romawi Kuno yaitu mereka memasukkan garam ke dalam qurban mereka yaitu diletakkan bersama biji gandum, karena menurut kepercayaan mereka garam merupakan pelengkap sedekah. Menurut riwayat Mesir dahulu pada tiap-tiap tahun mempersembahkan seorang gadis untuk sungai Nil. Mulanya gadis tersebut dihiasi lalu kemudian ditenggelamkan ke sungai Nil, kebiasaan ini cukup lama kemudian akhirnya dilenyapkan.

(49)

34

Qurban atau penyembelihan binatang pertama kali dilakukan oleh dua anak Adam yaitu Habil dan Qabil. Mereka diperintahkan oleh ayah mereka yaitu Adam As untuk berqurban. Dengan hati yang tulus Habil mempersembahkan hewan yang paling baik namun dengan hati yang iri Qabil berqurban buah-buahan dengan tujuan untuk mengalahkan saudaranya. Kemudian Allah SWT menerima qurban yang ikhlas yaitu yang berasal dari Habil. Dalam Qur‟an surat Al-Maidah ayat 27 dijelaskan mengenai hal tersebut yaitu:

ُ تَ ف اًناَبْرُ ق اَبَّرَ ق ْذِإ ِّقَْلُاِب َمَدآ َْنَْ با َأَبَ ن ْمِهْيَلَع ُلْتاَو

َلاَق ِرَخ ْلْا َنِم ْلَّبَقَ تُ ي َْلََو اَِهِِدَحَأ ْنِم َلِّبُق

َيِقَّتُمْلا َنِم ُوَّللا ُلَّبَقَ تَ ي اََّنِّإ َلاَق َكَّنَلُ تْ قََلِ

Artinya: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban maka diterima dari salah seorang dari mereka kedua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain

(Qabil) ia berkata (Qabil): “aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil:” Sesungguhnya Allah hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa”(QS. Al-Maidah: 27).

4. Qurban pada masa Nabi Idris As

(50)

35

Pada masa Nabi Nuh As qurban pun dilaksanakan setelah banjir yang dialami pada masa Nabi Nuh As, beliau sengaja membuat tempat yang nantinya digunakan untuk meletakkan hewan-hewan qurban, dan setelah diletakkan tersebut qurban tersebut dibakar.

6. Qurban pada masa Nabi Ibrahim As

Ternyata qurban juga terjadi pada masa Ibrahim As, pada suatu malam Nabi Ibrahim As bermimpi diperintahkan untuk menyembelih putranya Ismail. Kemudian Nabi Ibrahim pun memeberitahukan kepada putranya Ismail bahwa ia diperintahkan oleh Allah Ismail pun setuju untuk disembelih. Akhirnya Nabi Ibrahim putranya ke suatu tempat. Kemudian pisau pun diletakkan di leher putranya tersebut sekuat-kuatnya namun lehernya tidak apa-apa. Lalu tiba-tiba seekor kibasydatang menggantikan Ismail As untuk disembelih dan Ismail pun selamat. Kisah ini diuangkapkan oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an surat As

-Artinya: Maka tatkala anak itu sampai (paada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku

menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!”.Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan

(51)

36 7. Qurban pada masa Nabi Musa As

Pada masa Nabi Musa As qurban dibagi menjadi dua yaitu yang berdarah dan yang tidak berdarah. Adapun qurban yang berdarah yang dimaksud dikalangan mereka adalah:

a. Qurban dibakar

Hewan-hewan yang dijadikan qurban tersebut dibakar akan tetapi hewan tersebut tidak diambil dagingnya akan tetapi kulitnya yang dihadiahkan untuk tukang-tukang ramal.

b. Qurban penebus dosa

Untuk berqurban penebus dosa, sebagian daging hewan tersebut mereka bakar dan sebagian lainnya diberikan untuk ahli-ahli nujum untuk dimakan. c. Qurban untuk keselamatan

Hewan yang dijadiakn qurban untuk keselamatan hahal dimakan oleh mereka.

8. Qurban pada masa Nabi Muhammad SAW

(52)

37

J. Hikmah Berqurban

Berqurban mempunyai beberapa hikmah yang terkandung di dalamnya antara lain yaitu:

1. Mendapatkan cinta kepada Allah

Sejak diperintahkan, apa yang diminta dikorbankan adalah barang/sesuatu yang sangat dicintai/disukai, yang menunjukkan bahwa Allah sedang menguji apakah seorang hamba itu benar/sungguh-sungguh mencintai Allah diatas segalanya, mau mengorbankan apa saja untuk yang dicintainya, sekaligus menegaskan bahwa Allah adalah pemilik semuanya termasuk apa-apa yang ada/dititipkan pada manusia.

2. Mendapat bekal taqwa

Manusia hidup di dunia harus mencari bekal taqwa untuk keselamatan di akhiratnya, dengan menjalankan perintah Tuhan, dan menjauhi larangan-Nya. Manusia yang bertaqwa akan tumbuh perasaannya bahwa ia adalah hamba/abdi dari Tuhannya. Berkurban merupakan bentuk ketaatan dan tunduk atas perintah Tuhan.

3. Sarana mendekatkan diri pada Allah

Qurban mempunyai akar kata qaruba, yang membentuk kata: qurb

(53)

38 4. Mengharapkan kesucian diri dan hartanya

Setiap kebaikan adalah sedekah, yang berfungsi untuk mensucikan diri

dan harta.Ibadah Kurban adalah amal kebaikan yang amat disukai Allah di

Hari Raya Iedul Adha (HR. Tirmidzi).

5. Sebagai penebus dosa untuk mendapatkan ampunan (Hadist Al-Bazzar dan Ibnu Hibban)

“Hai Fatimah,berdirilah di sisi korbanmu dan saksikanlah ia,

sesungguhnya titisan darahnya yang pertama itu pengampunan bagimu atas

dosa-dosamu yang telah lalu”.

6. Menumpuk sifat terpuji dan menghilangkan sifat tercela

Melaksanakan qurban dengan penuh penghayatan dapat memupuk sifat mahmudah yang berupa ketaatan, ketundukan atas perintah-Nya, pemurah terhadap sesama, bertaubat, menambah rasa syukur, dan lainnya. Disamping itu juga memupuskan sifat mazmumah seperti cinta dunia, kikir, pelit, sombong, dendam, hasad dengki, dll.

7. Meningkatkan kasih sayang

Tidak dipungkiri bahwa qurban bermanfaat bagi sesama, menumbuhkan dan meningkatkan kasih sayang, utamanya antara yang kaya dan miskin, merekatkan hubungan yang renggang, wujud kebersamaan dan kerukunan, karena masyarakat saling bersilaturahim.

(54)

39

Ibadah qurban adalah syiar Islam yang melestarikan millah atau sunnah Nabi Ibrahim as, Nabi yang berjuluk Khalilullah (orang yang sangat dekat dengan Tuhan)

9. Pahala dan kemudahan dalam meniti di atas shiratal mustaqim

“Tiada suatu amalan yang dilakukan oleh manusia pada Hari Raya

qurban, yang lebih dicintai Allah selain daripada menyembelih haiwan Kurban. Sesungguhnya hewan kurban itu pada hari kiamat kelak akan datang berserta dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya dan kuku-kukunya, dan sesungguhnya sebelum darah kurban itu menyentuh tanah, ia (pahalanya) telah diterima disisi Allah, maka beruntunglah kamu semua dengan (pahala) kurban

itu.” (HR.Al-Tarmuzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim), dalam riwayat

lain “Muliakanlah kurban kamu karena ia menjadi tunggangan kamu di titian

(55)

40 BAB III

PRAKTEK PEWAJIBAN QURBAN IDHUL ADHA

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo

Rt 01 merupakan bagian dari Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo yang terletak di Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo. Letaknya sangat strategis di mana Rt 01 merupakan bagian yang paling dekat dengan jalan utama sehingga banyak warga Rt lain maupun desa lain melewati Rt 01. Selain sebagai jalur utama Rt 01 juga dekat dengan persawahan sehingga terasa asri.

Suasana pedesaan sangat terlihat jelas dimana di warga masyarakat Rt 01 sangat guyup rukun dalam segala kegiatan.Lingkungan sangat terjaga terlihat bersih.Selain itu di Rt 01 juga terdapat sungai yang bersih sehingga dapat dimanfaatkan oleh warganya untuk mencuci, mandi dan sekedar refresing. 2. Tata Letak Goegrafis

(56)

41

Adapun wilayah Rt 01 teletak sebagai pusat pemerintahan dimana di Rt 01 ini terdapat kantor kelurahan, Sekolah Dasar Negeri Sitiharjo, lapangan, serta gedung olahraga, Rt 01 Dusun Kalilawang juga menjadi jalur utama untuk ke desa lainya karena teletak paling timur atau paling dekat dengan jalan raya. 3. Keadaan Demografi

Rt 01 merupakan bagian dari Dusun Kalilawang termasuk dalam Desa Sitiharjo Kecamatan Garung Kabupaten Wonosobo yang memiliki jumlah penduduk 132 jiwa yang terdiri dari 59 penduduk laki-laki dan 72 dan jumlah penduduk perempuan dan terdiri dari 32 KK. Jumlah penduduk tersebut apabila diklasifikasikan menurut beberapa faktor adalah sebagai berikut:

a. Jumlah penduduk menurut segi usia.

Berikut adalah table data jumlah penduduk menurut segi usia. Tabel 3.1

Jumlah Penduduk Menurut Usia

Usia Jumlah Penduduk

< 1 Tahun 5Jiwa

1-4 Tahun 7 Jiwa

5-14 Tahun 23 Jiwa

15-39 Tahun 51 Jiwa

40-64 Tahun 32 Jiwa

(57)

42

Jumlah Total 132 Jiwa

b. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Seluruh warga Rt 01 Dusun Kalilawang ini merupakan penduduk beragama Islam. Situasi keagamaan di Desa Sitiharjo sangat diwarnai oleh kegiatan-kegiatan keagamaan di antaranya majlis jumatan, pengajian umum, pengajian remaja, pengajian lapanan dan peringatan hari besar Islam.

c. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan

Berikut adalah table data mengena jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan:

Table 3.2

Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan

Petani 8 Jiwa 10 Jiwa

Buruh 11 Jiwa 3 Jiwa

PNS 3 Jiwa Jiwa

Pegawai Stasta - -

Pedagang 2 Jiwa 1 Jiwa

Wiraswasta 6 Jiwa 1 Jiwa

(58)

43

Mayoritas warga Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo berpfofesi sebagai wiraswasta hal ini ditandai dengan banyaknya para pekerja yang tidak menetap setiap harinya. Dan sedikit sekali yang menjadi PNS dengan alasan biaya melanjutkan ke perguruan tinggi yang semakin tahun semakin meningkat.

d. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan

Berikut adalah table data mengenai jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan:

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

NO Lulusan Jumlah

1 Belum Sekolah 12 Jiwa

2 Belum Tamat SD 11 Jiwa

3 SD 53 Jiwa

4 SMP 36 Jiwa

5 SMA 18 Jiwa

6 DI-DII -

7 DIII 1 Jiwa

8 SARJANA 3 Jiwa

(59)

44

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk desa masih kurang memperhatikan tingkat pendidikan dngan masih banyaknya penduduk yang lulusan SD dan sedikit sekali yang lulusan sarjana bahkan pascasarjana.

e. Struktur Pemerintahan Rt 01 Dusun Kalilawang

Ketua Rt : Samsul Sekertaris : Arifin Bendahara : Taufik Keamanan : Ngadun

4. Sarana dan Prasarana Masyarakat

Desa Sitiharjo telah menyediakan sarana dan prasarana dalam beberapa bidang yang cukup memadai untuk menunjang berbagai kegiatan diantaranya: 1. Sarana dalam bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan Desa Sitiharjo terutama warga Rt 01 yang kebetulan terdapat SD dan merupakan modal besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas yang memiliki daya saing yang tinggi. Salah satu keberhasilan pembangunan ditandai dengan tingkat pendidikan masyarakat. Sarana pendidikan yang disediakan di Desa Sitiharjo yaitu SD Negeri Sitiharjo, 2. Sarana Bidang Kesehatan.

(60)

45

masyarakat dalam pelayanan kesehatan serta adanya kegiatan Posyandu Balita dan Posyandu Lansia, Posyandu Balita dan Lansia diadakan sebulan sekali tetapi jadwalnya berbeda, Posyandu Lansia sering mendatangkan petugas kesehatan dari Kecamatan Garung untuk memandu para Lansia melakukan senam, pengecekan kesehatan, dan pemberian Vitamin. Dalam kegiatan ini warga Rt 01 ikut berpartisipasi di mana ini merupakan program dari desa.

3. Sarana Bidang Keagamaan

Tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk melakukan ibadah. Namun di Rt 01 belum terdapat tempat ibadah di mana kegiatan ibadah biasa dilakukan di masjid dan di Pondok Pesantren Tanwirussobir yang letaknya di Rt 02, yang jaraknya tidak jauh dari Rt 01.

5. Keadaan Ekonomi Masyarakat

Tabel 3.4 Ekonomi Masyarakat

No NAMA Pekerjaan Pendapatan per

Bulan

Kondisi

Bangunan/Rumah

1 Sobarun Buruh Tani Rp. 800.000 Semi Permanen 2 Maniseh Pedagan Rp. 700.000 Semi Permanen

(61)

46 Samsul

5 Ahmad Soem Wiraswasta Rp. Permanen

6 Adek Sopir Rp. 2000.000 Semi Permanen

7 Taufik Pedagang Rp. 3000.000 Permanen 8 Wes Pedagang/usaha Rp. 10.000.000 Permanen

9 Irvan Wiraswasta Rp. 5000.000 Permanen 10 Abdul Salam Wiraswasta Rp. 2000.000 Permanen 11 Tusar Buruh Tani Rp. 800.000 Semi Permanen 12 Mad Kukuh Petani Rp. 1000.000 Semi Permanen 13 Ramlan Petani Rp. 1000.000 Semi Permanen 14 Kodirin Buruh Tani Rp. 800.000 Permanen 15 Muhamad

Faik

Wirawasta Rp. 3000.000 Permanen

16 Somedi Buruh Tani Rp. 800.000 Semi permanen 17 Khasim Buruh Rp. 1000.000 Permanen 18 Diman Buruh Rp. 800.000 Semi Permanen

(62)

47 Faruk

24 Sugeng Buruh Rp. 2000.000 Permanen 25 Lukman Buruh Rp. 2000.000 Semi Permanen 26 Fiqih Buruh Rp. 1500.000 Permanen 27 Arifin PNS/Guru Rp. 4000.000 Permanen

28 Purnomo PNS/Guru Rp. 3.500.000 Permanen 29 Mustofa Wiraswasta Rp. 800.000 Semi Permanen 30 Nur Ngalim Wiraswasta Rp. 900.000 Semi Permanen 31 Imat Rahmat Petani Rp. 1500.000 Permanen 32 Ngadun Petani Rp. 1000.000 Permanen

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian masyarakat Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai wiraswata dan pertanian, dimana di masyarakat banyak yang melakukan pencarian pasir di sungai serayu dan ada yang menjadi tukang rumput untuk sapi parapetugas desa dan banyak yang ikut membuat jalan-jalan para pemborong dari luar desa. Dan tidak kalah juga dengan para petani yang menggarap sawah baik sawah sendiri maupun ngontrak sawah bengkok maupun menggarap sawah milik orang lain.

(63)

48

lancar hal ini sangat membantu sekali dalam pengelolaan sawah. Untuk mengurangi angka pengangguran di Desa Sitiharjo khususnya Rt 01 Dusun Kalilawang biasanya diadakan semacam penyuluhan ketrampilan biasanya ini ditujukan pada ibu-ibu PKK agar dapat membantu perekonomian keluarga.

Selain itu juga di Rt 01 terdapat masyarakatnya yang bermata pencaharian sebagai pedagang baik pedagang warung di rumahnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di desa dimana kehidupan di desa masih kental dengan adanya toleransi sosial, seperti takziah, menjenguk orang di rumah sakit, menjenguk orang punya bayi, kondangan dan sebagainya.

6. Keadaan Sosial Keagamaan

Agama yang dianut oleh masyarakat Rt 01 Dusun Kalilawang Desa Sitiharjo semuanya beragama Islam dan masyarakatnya sudah cukup baik dalam menjalankan ibadah sesuai dengan ajarannya. Wajar saja bila kegiatan yang dilakukan warga Desa Sitiharjo bernuansakan keagamaan, seperti

a. IPNU IPPNU ini diakan untuk membuat daya kreatifitas para remaja agar mengurangi kegiatan diluar yang tidak bermanfaat.

b. Kegiatan pengajian malam Jumat oleh bapak-bapak ini dilakukan rutin giliran setiap rumah ke rumah bertujuan mengirim tahlil bagi arwah kerabat mereka yang sudah meninggal.

Gambar

Tabel 3.1
Table 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Ekonomi Masyarakat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Upah,Nilai Produksi,dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Kecil Genteng di Kabupaten Banjarnegara (Fakultas Ekonomi,Universitas Negeri

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap pembahasan, serta agar analisis menjadi terarah dan sesuai dengan masalah yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup

Permasalahan yang terjadi di tempat tersebut adalah banyaknya siswa yang kurang minat dalam belajar hal ini dapat terlihat dari sikap siswa yang tidak terlihat

Tujuan penelitian ini adalah menganalisa dan merancang aplikasi data warehouse untuk memperoleh informasi yang cepat, lengkap dan akurat mengenai data karyawan dalam

(Studi Komprehensif Kinerja Power Generation Ditinjau dari Nilai Entropi Siklus Uap dengan Melihat Pengaruh Jumlah Udara Pembakaran).. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan serta pengaruh waktu dan variasi penambahan air terhadap kadar karbohidrat, air, dan asam sianida dari kulit singkong

Skripsi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Ekonomi, Konsentrasi Pendidikan Administrasi Perkantoran, Jurusan Ekonomi dan Administrasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan