• Tidak ada hasil yang ditemukan

Agne NI M STUDI B JURUSAN AS KEGUR NIVERSITA YO AM KEGIA III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Agne NI M STUDI B JURUSAN AS KEGUR NIVERSITA YO AM KEGIA III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

  PENGA PAD TAH ATURAN D DA SISWA HUN AJAR PENYUSU Diajuk Me Prog PROGRAM FAKULTA UN DIRI DALA KELAS VI RAN 2010/2 UNAN SILA

kan Untuk M emperoleh G

gram Studi

Agne NI

M STUDI B JURUSAN AS KEGUR

NIVERSITA YO

AM KEGIA III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan         OLEH: es Rini Yanu

IM: 061140 BIMBINGA ILMU PEN RUAN DAN AS SANAT OGYAKAR 2011 TAN BELA OPKRI 3 YO

M IMPLIK MBINGAN B

Salah Satu na Pendidik n dan Konse

uartri 04

AN DAN KO NDIDIKAN ILMU PEN TA DHARM

TA

(2)

  PENGA PAD TAH ATURAN D DA SISWA HUN AJAR PENYUSU Diajuk Me Prog PROGRAM FAKULTA UN DIRI DALA KELAS VI RAN 2010/2 UNAN SILA

kan Untuk M emperoleh G

gram Studi

Agne NI

M STUDI B JURUSAN AS KEGUR

NIVERSITA YO

AM KEGIA III SMP BO 2011 DALAM ABUS BIM Skripsi Memenuhi S Gelar Sarjan Bimbingan         OLEH: es Rini Yanu

IM: 061140 BIMBINGA ILMU PEN RUAN DAN AS SANAT OGYAKAR 2011 TAN BELA OPKRI 3 YO

M IMPLIK MBINGAN B

Salah Satu na Pendidik n dan Konse

uartri 04

AN DAN KO NDIDIKAN ILMU PEN TA DHARM

TA

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Bila orang bodoh dapat menyadari kebodohannya, maka ia dapat dikatakan bijaksana;

tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijaksana, sesungguhnya dialah yang disebut

orang bodoh.”

( Dhammapala)

“Hargailah dirimu sendiri jika kamu ingin berharga di mata orang lain”

( Anonim )

Kupersembahkan

Karyaku ini untuk :

Bapak (PD.Dalikin) dan ibu (Ch.Lasmiyati) tercinta yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatiannya dan selalu memberiku do’a, semangat, motivasi dan dukungan

untukku.

Mas Agus dan mbak Lusi, Kakak-kakakku terimakasih atas motivasi dan perhatiannya, doa serta dukungan kalian.

Rendy, Stella dan Elda, sahabat-sahabatku, Trimakasih kalian banyak memberiku semangat.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Agustus 2011

Penulis

Agnes Rini Yanuartri

 

(7)

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Agnes Rini Yanuartri

Nomor Mahasiswa : 061114004

Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :

PENGATURAN DIRI DALAM KEGIATAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DALAM IMPLIKASI DENGAN PENYUSUNAN SILABUS BIMBINGAN BELAJAR

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 12 Agustus 2011

Yang menyatakan

(Agnes Rini Yanuartri)

(8)

ABSTRAK

PENGATURAN DIRI DALAM KEGIATAN BELAJAR DI RUMAH PADA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 DALAM IMPLIKASI DENGAN

PENYUSUNAN SILABUS BIMBINGAN BELAJAR

Agnes Rini Yanuartri, 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan seberapa baik pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011, (2) Mengidentifikasi butir-butir pengaturan diri dalam proses belajar di rumah yang kurang baik pada diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam implikasi dengan penyusunan silabus bimbingan belajar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Pengaturan Diri dalam Proses Belajar di Rumah pada siswa dengan jumlah 56 item. Aspek-aspek pengaturan diri dalam kegiatan belajar di rumah dalam skala ini adalah pendorongan diri, pengelolaan diri, pengendalian diri, dan pengembangan diri. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 125 siswa yang terdiri dari empat kelas yaitu, VIIIA 32 siswa, VIIIB 33 siswa, VIIIC 32 siswa, dan VIIID 31 siswa.

(9)

ABSTRACT

SELF-REGULATION IN HOME LEARNING ACTIVITIES OF CLASS VIII STUDENTS OF BOPKRI 3 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA, SCHOOL YEAR 2010/2011 AND ITS IMPLICATIONS FOR DESIGNING

LEARNING GUIDANCE SYLLABUS

Agnes Rini Yanuartri Sanata Dharma University

Yogyakarta 2011

The purpose of this study is (1) to describe self-regulation in home learning activities of class VIII students of Bopkri 3 Junior High School, Yogyakarta, School Year 2010/2011, (2) to identify items of the questionnaire which show low scores as the basis for designing learning guidance syllabus. This study is a descriptive study.

Research instrument is a questionnaire that consists of 56 items. The questionnaire measures some aspects of self-regulation, namely self-motivation, self-management, self-control, and self-development. Subjects of study are 125 students from 4 classes, namely class VIII A (32 students), class VIII B (33 students), class VIII C (32 students), and VIII D (31 students).

(10)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam Implikasi dengan

Penyusunan Silabus Bimbingan Belajar”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan

dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi

ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun semua

pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri

penulis.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak

yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan

dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran

untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini

sampai selesai.

2. Br. Y. Triyono, S.J, S.S., M.S. Dosen Pembimbing Akademik yang telah

(11)

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.

4. Bapak Yulius, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba instrumen

penelitian.

5. Bapak Paryadi, S.Pd. Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian

kepada para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

6. Ibu Tri Nurjayanti, S.Pd. dan Bapak Catur Suryo Nugroho S.Psi.  Guru

Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu

penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas

VIII.

7. Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah berpartisipasi

dalam proses pengumpulan data.

8. Bapak dan Ibu dan kakak-kakak saya yang selalu memberikan dukungan,

perhatian dan selalau mendoakan.

9. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang

selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses

penulisan skripsi.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

(12)

Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK………... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR... ivx

DAFTAR GRAFIK……… xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B.Rumusan Masalah……… 4

C.Tujuan Penelitian……… 5

D. Manfaat Penelitian……… 5

E.Definisi Operasional……… 7

BAB II KAJIAN TEORITIS……… 8

A.Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)... 8

B.Pengertian Belajar... 32

C.Mengembangkan Kebiasaan Belajar yang Efektif... 34

D.Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP....……… 39

BAB III METODE PENELITIAN……… 43

A. Jenis Penelitian……… 43

B. Subyek Penelitian……… 43

C. Instrumen Penelitian……… 44

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data……… 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 55

A. Hasil Penelitian... 55

B. Pembahasan ……… 59

C. Usulan Topik-topik Bimbingan……… 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 67

A. Kesimpulan……… 67

B. Saran……… 67

DAFTAR PUSTAKA……… 70

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kisi-kisi Kuisioner pengaturan diri dalam proses belajar

di rumah ………... 45

Tabel 2 : Kriteria Guilford……… 48

Tabel 3 : Kategori pengaturan diri dalam proses belajar di rumah … 54

Tabel 4 : Penggolongan Subjek dalam lima Kategori……….. 56

Tabel 5 : Penggolongan butir-butir dalam lima Kategori... 57

Tabel 6 : Butir-butir yang Belum Tercapai pada Diri Siswa……… 58

Tabel 7 : Rumusan Butir-butir yang Belum Tercapai Sebagai Usulan

(15)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : Analisis Triadik Self-regulated Functioning... 18

(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Profil Capaian Skor Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar

di Rumah Pada Subyek... 56

Grafik 2: Profil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Pengaturan Diri

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Hasil Uji Konsistensi Internal Tiap Aspek………… 72

Lampiran 2 : Data Hasil Penghitungan Reliabilitas Kuesioner………… 82

Lampiran 3 : Tabulasi Skor Kuesioner Penelitian ... 83

Lampiran 4 : Data Hasil Capaian Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar di Rumah Pada Subyek …………... 85

Lampiran 5 : Data Hasil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Pengaturan Diri dalam Kegiatan Belajar di Rumah ……... 88

Lampiran 6 : Kuesioner……… 90

Lampiran 7 : Silabus…... 97

Lampiran 8 : Satuan Pelayanan Bimbingan... 100

Lampiran 9 : Surat Pengantar Uji Coba Instrumen……… 108

Lampiran 10 : Surat Pengantar Penelitian……… 109

(18)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini dibahas latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu aktivitas alami, yang harus dilakukan oleh semua

individu, baik hewan maupun manusia. Melalui proses belajar, individu

bersangkutan melihat, mengenali, mengerti, dan memahami suatu objek. Setiap

individu belajar melalui mata sebagai indera untuk melihat, telinga sebagai

indera untuk mendengar, kulit sebagai indera peraba untuk mengenali objek,

dan juga rasa sebagai bagian dari seluruh indera dalam tubuh manusia

(Adrianus,2007).

Bagi kebanyakan siswa, belajar berarti menggaris bawahi buku pelajaran

sambil mengingat-ingat yang telah dilihat. Ada juga orang yang membuat

catatan panjang mengenai daftar barang-barang yang akan dibawa ketika

bepergian tujuannya agar mudah dalam mengingat (Prashing, 2007 : 39). Bagi

kebanyakan orang belajar berarti proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf

dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata,

didengar oleh telinga dan lain-lain, yang kemudian disusun oleh otak sebagai

hasil belajar. Itulah sebabnya orang tidak bisa belajar jika fungsi otaknya

(19)

Sesungguhnya pengertian belajar itu demikian kompleksnya sehingga

apabila orang menganggap beberapa macam perilaku yang berbeda dapat

diistilahkan secara umum sebagai belajar, tampak bahwa pendefinisian belajar

menjadi sangat kabur. Untuk itulah perlu diperjelas dan dipertegas lagi

pengertian dari belajar. Hilgard (Tanlain, 2008:27) mengemukakan “belajar

adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan”.

Sedangakan menurut Sidjabat (2001:79) belajar sebenarnya mengandung arti

bagaimana kita menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita

memproses dan menggunakan informasi tersebut.

Penelitian ini akan dipusatkan di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Dari hasil

pengamatan dan observasi peneliti pada saat melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL-BK) di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta selama

kurang lebih satu bulan, peneliti mendapatkan fakta bahwa kebanyakan siswa

belum dapat mengatur diri mereka dalam belajar terutama belajar di rumah.

Mereka cenderung masih asal-asalan dalam belajar, mereka belum dapat

memprioritaskan tugasnya sebagai seorang siswa yaitu belajar. Hal ini tampak

dari sebagian siswa mengerjakan PR atau tugas di sekolah sebelum pelajaran

dimulai. Banyaknya tugas dari sekolah juga membuat mereka harus

pintar-pintar membagi waktu antara belajar, bermain dan istirahat.

Brunner dkk. (dalam Vicente dan Arias, 2004, h. 146), memahami

pembelajaran di sekolah sebagai suatu proses pengetahuan konstruktif, kognitif

dan kompleks, dimana siswa harus membuat keputusan sehingga mengaturnya

(20)

memfokuskan konsep belajar menjadi sebuah proses mental yang aktif,

konstruktif dan terdapat self-regulation di dalamnya (Romera, 2001, h. 21).

Self-regulation yang diterapkan dalam proses belajar dikenal dengan

self-regulated learning. Menurut Zimmerman (1989, h. 329), self-regulated

learning pada siswa dapat digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang

meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasional,

maupun perilaku dalam proses belajar.

Menurut The Liang Gie (1995:189), pengaturan diri dalam proses belajar

(self regulated learning) berarti mendorong diri sendiri untuk maju, mengatur

semua unsur potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal

yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari pribadi agar lebih sempurna.

Dengan cara belajar yang salah yang dilakukan kebanyakan orang akan

menimbulkan bermacam-macam persoalan, seorang siswa yang hanya

asal-asalan dalam belajar, mereka hanya belajar ketika esok hari ada ulangan atau

sering di sebut dengan SKS (sistem kebut semalam) yang akhirnya

mengakibatkan nilai menjadi jelek dan bahkan mendapatkan nilai yang tidak

memuaskan atau bahkan akhirnya mereka menyontek karena tidak bisa

mengerjakan ulangan. Juga ketika kegiatan di sekoah sangat penuh dan banyak

tugas yang diberikan para guru para siswa cenderung menyepelekan tugas

karena mereka lebih senang bermain dan istirahat daripada belajar atau

mengerjakan PR.

Keprihatinan itu timbul karena sebagian orang tidak mau berusaha

(21)

supaya nilai yang mereka peroleh tidak hanya sekedar memuaskan diri mereka

tetapi nilai yang mereka peroleh seharusnya membuktikan prestasi dan

kemampuan dalam diri mereka. Salah satu cara untuk dapat memperbaiki nilai

mereka adalah dengan mengubah kebiasaan belajar mereka di rumah yang

sudah mendarah daging dalam diri mereka yaitu dengan mengubah cara belajar

mereka. Misalnya belajar dengan sistem SKS sedikit demi sedikit semakin

berkurang dengan cara mencatat, menulis atau merekam apa yang telah mereka

pelajari setiap malam. Atau dengan kata lain dengan mengatur diri sendiri

dalam belajar di rumah.

Kurikulum sekolah yang syarat dengan beban berbagai tugas di rumah,

maka para siswa harus mensiasati bagaimana untuk belajar di rumah yang

menuntut siswa untuk dapat mengatur belajarnya di rumah. Di sekolah mereka

sudah teratur dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sedangkan di rumah

mereka dituntut untuk lebih otonom dalam mempelajari sendiri bahan

pelajaran. Berangkat dari permasalahan diatas, peneliti ingin melihat sejauh

mana pengaturan diri siswa dalam belajar di rumah dikalangan para siswa kelas

VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dijawab adalah :

1. Seberapa baik pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa

(22)

2. Butir-butir pengaturan diri mana sajakah yang terindikasi belum memadai

dalam proses belajar di rumah pada diri siswa VIII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dalam implikasi dengan penyusunan

silabus bimbingan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan seberapa baik pengaturan diri dalam proses belajar di

rumah pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran

2010/2011.

2. Mengidentifikasi butir-butir pengaturan diri dalam proses belajar di rumah

yang kurang baik pada diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2010/2011 dalam implikasi dengan penyususnan silabus

bimbingan belajar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya

mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan

memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut teori-teori tentang

pengaturan diri dalam proses belajar sebagai bekal seorang calon guru

(23)

2. Manfaat praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan

Konseling untuk pengembangan program Bimbingan Konseling Belajar

khususnya dalam rangka meningkatkan pengaturan diri dalam proses

belajar di rumah.

b. Bagi Siswa

Siswa semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

pelajar dalam mempersiapkan masa depannya. Siswa semakin sadar

untuk berefleksi sampai seberapa baik pengaturan diri dalam proses

belajar di rumah dan dapat memperoleh bantuan-bantuan yang sesuai

untuk meningkatkan pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.

c. Bagi Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Guru Mata Pelajaran agar

guru semakin mampu mengupayakan pembelajaran yang mengarah

kepada pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.

d. Bagi peneliti

Peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian serta

belajar berpikir kritis dalam menjawab persoalan-persoalan khususnya

dalam pengaturan diri dalam proses belajar di rumah pada siswa kelas

VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Peneliti

juga belajar secara ilmiah mengenai perkembangan belajar yang ada

(24)

Bimbingan Konseling Belajar khususnya dalam rangka meningkatkan

pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.

e. Bagi peneliti lain

Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini

sehingga mampu mangembangan penelitian yang terkait dengan

pengaturan diri dalam proses belajar di rumah.

E. Definisi Operasional

Pengaturan diri dalam proses belajar adalah kemampuan untuk mengatur

dan mengelola belajar. Belajar di rumah adalah sesuatu perbuatan yang

dilakukan oleh para siswa di rumah untuk mendalami ilmu pengetahuan yang

diperoleh di sekolah dengan tujuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan atau

suatu ketrampilan. Adapun aspek-aspek dari pengaturan diri dalam proses

belajar di rumah yang diukur dalam penelitian ini antara lain, pendorongan diri,

pengelolaan diri, pengendalian diri, pengembangan diri yang ditandai oleh

indikator-indikator sebagaimana dikonstruk dalam kisi-kisi instrumen

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas landasan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Topik-topik dalam bab ini yaitu pengaturan diri dalam proses belajar, pengertian

belajar, mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif, dan karakteristisk

perkembangan belajar siswa SMP.

A. Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)

Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai ketrampilan pengaturan diri

dalam rangka mencapai tujuan belajar. Ketrampilan ini sangat penting, karena

menyangkut diri perorangan setiap siswa dalam pengaturan diri dalam belajar

terutama ketika belajar di rumah.

1. Pengertian Pengaturan Diri dalam Proses Belajar Mandiri (Self Regulated Learning)

Corno & Mandinah dan Hargis & Kerlin (Sumarmo, 2010)

mendefisikan Self-regulated learning (pengaturan diri dalam belajar)

sebagai upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam

suatu bidang tertentu, dan memantau serta meningkatkan proses

pendalaman yang bersangkutan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa

Self-regulated learning merupakan proses perancangan dan pemantauan

diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam

(26)

learning itu sendiri bukan merupakan kemampuan mental atau

keterampilan akademik tertentu seperti kefasihan membaca, namun

merupakan proses pengarahan diri dalam mentransformasi kemampuan

mental ke dalam keterampilan akademik tertentu. Mengacu pada pendapat

Corno & Mandinah dan Kerlin (Sumarmo,2010) mengklasifikasi

Self-regulated learning dalam dua katagori yaitu: (1) proses pencapaian

informasi, proses transformasi informasi, proses pemantauan, dan proses

perancangan, serta (2) proses kontrol metakognitif.

Agak berbeda dengan definisi Corno dan Mandinah (Sumarmo, 2010),

Bandura (Sumarmo, 2010)mendefinisikan Self-regulated learning sebagai

kemampuan memantau perilaku sendiri, dan merupakan kerja-keras

personaliti manusia. Selanjutnya Bandura menyarankan tiga langkah

dalam melaksanakan Self-regulated learning yaitu: (1) Mengamati dan

mengawasi diri sendiri: (2) Membandingkan posisi diri dengan standar

tertentu, dan (3) Memberikan respons sendiri (respons positif dan respons

negatif). Strategi Self-regulated learning memuat kegiatan: mengevaluasi

diri, mengatur dan mentranformasi, menetapkan tujuan dan rancangan,

mencari informasi, mencatat dan memantau, menyusun lingkungan,

mencari konsekuensi sendiri, mengulang dan mengingat, mencari bantuan

sosial, dan mereview catatan.

Schunk dan Zimmerman (Sumarmo, 2010) mendefinisikan

Self-regulated learning sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh

(27)

pada pencapaian tujuan. Menurut Schunk dan Zimmerman (Sumarmo,

2010) terdapat tiga phase utama dalam siklus Self-regulated learning yaitu:

merancang belajar, memantau kemajuan belajar selama menerapkan

rancangan, dan mengevaluasi hasil belajar secara lengkap. Serupa dengan

Schunk & Zimmerman dan Butler (Sumarmo, 2010) mengemukakan

bahwa Self-regulated learning merupakan siklus kegiatan kognitif yang

rekursif (berulang-ulang) yang memuat kegiatan: menganalisis tugas;

memilih, mengadopsi, atau menemukan pendekatan strategi untuk

mencapai tujuan tugas; dan memantau hasil dari strategi yang telah

dilaksanakan

Self-regulated learning (pengaturan diri dalam belajar) mencakup

kemampuan strategi kognitif, belajar teknik pembelajaran, dan belajar

sepanjang masa. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Schunk dan

Zimmerman (dalam Winne, 1997, h. 397), yang mengkategorikan

self-regulated learning sebagai dasar kesuksesan belajar, problem solving,

transfer belajar, dan kesuksesan akademis secara umum.

Self-regulated learning menyangkut penerapan dari model umum

regulasi dan regulasi diri (self-regulation) dalam proses belajar. Ada empat

asumsi mengenai self-regulated learning yang dipakai Wolters dkk. (2003,

h. 3- 5). Pertama, asumsi aktif dan konstruktif. Siswa sebagai partisipan

yang aktif konstruktif dalam proses belajar, baik itu aktif mengkonstruk

pemahaman, tujuan, maupun strategi dari informasi yang tersedia di

(28)

Kedua, self-regulated learning sebagai potensi untuk mengontrol.

Siswa sanggup memonitor, mengontrol, meregulasi aspek tertentu dari

kognitif, motivasi dan perilaku sesuai karakteristik lingkungan jika

memungkinkan. Ketiga, asumsi tujuan, kriteria, atau standar. Asumsi

tersebut digunakan untuk menilai apakah proses harus dilanjutkan bila

perlu ketika beberapa kriteria atau standar berubah. Keempat, asumsi

bahwa aktivitas dalam self-regulated learning merupakan penengah

(mediator) antara personal dan karakteristik konteks dan prestasi atau

performa yang sesungguhnya.

Self-regulation pada kognitif, motivasi, dan perilaku yang dimiliki

individu, merupakan perantara hubungan antara person, konteks dan

bahkan prestasi. Berdasarkan asumsi di atas self-regulated learning adalah

proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk

proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan

mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya

diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks

lingkungan (Pintrich dalam Wolters dkk., 2003, h. 5: Schunk, 2005, h.

173).

Pemaparan definisi diatas sejalan dengan definisi Zimmerman (1989,

h. 329) yang memaparkan secara umum bahwa self-regulated learning

pada siswa dapat digambarkan melalui tingkatan atau derajat yang

meliputi keaktifan berpartisipasi baik itu secara metakognisi, motivasional,

(29)

Zimmerman (dalam Montalvo dan Torres, 2004, h. 4-7), telah

memberikan gambaran perbedaan karakteristik antara siswa yang

menerapkan dan tidak menerapkan self-regulation dalam proses belajarnya

akan diuraikan sebagai berikut.

a. Mengetahui cara menggunakan serangkaian strategi kognitif yang

membantu dalam mentransformasi, mengorganisasi, mengelaborasi,

dan menemukan kembali informasi.

b. Mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol, dan mengatur

proses mental menjadi prestasi dari tujuan individu (metakognisi).

c. Mampu menentukan keyakinan motivasi dan emosi yang tepat.

d. Merencanakan waktu dan usaha yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan.

e. Melakukan peningkatan yang menunjukkan usaha terbaik dalam

proses belajar.

f. Mampu menjalani kondisi yang menuntut serangkaian strategi, yang

bertujuan mempertahankan konsentrasi, usaha, dan motivasi selama

melakukan tugas akademis.

Menurut The Liang Gie (1995:189), pengaturan diri dalam proses

belajar (self regulated learning) berarti mendorong diri sendiri untuk maju,

mengatur semua unsur potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk

mencapai hal-hal yang baik dan mengembangkan berbagai segi dari

(30)

mendasari kegiatan pengaturan diri dalam proses belajar (The Liang Gie,

1995:189), yaitu :

a. Pendorongan Diri (self motivation)

Syarat pertama bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan belajar

adalah pendorongan diri. Pendorongan diri termasuk salah satu

dorongan psikologis dari dalam diri seseorang yang merangsang diri

dalam mencapai tujuan yang didambakan. Pendorongan dari dalam diri

akan melahirkan minat dan motivasi yang besar untuk belajar dengan

sepenuh kemampuan. Seseorang dengan minat yang besar akan

mendatangkan hasil belajar yang memuaskan, karena dengan

konsentrasi maka perhatian tidak terganggu oleh hal lain sehinga akan

mudah memahami bahan pelajaran, mampu belajar dalam jangka

panjang dan bahkan memperoleh kesenangan batin dari belajar karena

bertambahnya pengetahuan.

b. Pengelolaan Diri (self organization)

Bentuk yang kedua dalam pengaturan diri adalah penyusunan diri,

yaitu mengatur dengan sebaik-baiknya pikiran, tenaga, waktu, tempat,

benda dan semua sumber daya lainnya dalam kehidupan setiap siswa

sehingga tercapai efisiensi pribadi. Efisiensi pribadi yaitu perbandingan

terbaik antara setiap kegiatan hidup pribadi dengan hasil yang

diinginkan. Dalam proses menuju kegiatan belajar mandiri penyusunan

diri diperlukan agar tercapai tujuan belajar. Pada dasarnya penyusunan

(31)

mengatur dan mengurus semua hal dalam diri sendiri supaya proses

belajar dapat berlangsung secara tertib, mudah dan lancar.

c. Pengendalian Diri (self control)

Pengendalian diri dalam proses belajar mandiri adalah perbuatan

dalam membentuk tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu

semangat, mengikis keseganan dan mengerahkan energi untuk

benar-benar melaksanakan apa yang harus dikerjakan dalam proses belajar.

Seseorang memilki tujuan dan rencana belajar yang baik tanpa

didukung dengan pengendalian diri dalam proses belajar, maka hasil

belajar yang diperoleh tidak akan memuaskan. Oleh sebab itu melatih

kontrol diri harus benar-benar diusahakan dari waktu kewaktu oleh

setiap siswa agar mencapai hasil belajar yang memuaskan.

d. Pengembangan Diri (self development)

Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri merupakan bentuk

pengaturan diri yang terakhir. Pengembangan diri adalah perbuatan

yang menyempurnakan atau meningkatkan diri sendiri dalam berbagai

hal mencakup segenap sumber daya pribadi dalam diri seorang siswa

Pengembangan diri dalam proses belajar mandiri meliputi

pengembangan fisik untuk menjaga kesehatan, pengembangan sosial

untuk meningkatkan berbagai ketrampilan hubungan antar perorangan,

pengembangan emosional untuk membina kesadaran diri yang lebih

besar dan kekokohan emosional, pengembangan intelektual untuk

(32)

membina perilaku moral dan etis, pengembangan spiritual untuk

memupuk suatu kesadaran yang lebih besar terhadap makna kehidupan.

Peneliti menyimpulkan bahwa definisi self-regulated learning adalah

proses aktif dan konstruktif siswa dalam menetapkan tujuan untuk proses

belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol

kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan

didorong oleh tujuan dan mengutamakan konteks lingkungan

2. Aspek-aspek self-regulated learning

Self-regulation merupakan fundamen dalam proses sosialisasi dan

melibatkan perkembangan fisik, kognitif dan emosi (Papalia, 2001, h.

223). Siswa dengan self-regulation pada tingkat yang tinggi akan memiliki

kontrol yang baik dalam mencapai tujuan akademisnya. Self-regulation

yang diterapkan dalam selfregulated learning, mengharuskan siswa fokus

pada proses pengaturan diri guna memperoleh kemampuan akademisnya.

Menurut Zimmerman (1989, h. 329), selfregulated learning terdiri atas

pengaturan dari tiga aspek umum pembelajaran akademis, yaitu kognisi,

motivasi dan perilaku.

Sesuai aspek di atas, selanjutnya Wolters dkk. (2003, h. 8-24)

menjelaskan secara rinci penerapan strategi dalam setiap aspek

self-regulated learning sebagai berikut. Pertama, strategi untuk mengontrol

atau meregulasi kognisi meliputi macam-macam aktivitas kognitif dan

(33)

mengubah kognisinya. Strategi pengulangan (rehearsal), elaborasi

(elaboration), dan organisasi (organization) dapat digunakan individu

untuk mengontrol kognisi dan proses belajarnya.

Kedua, strategi untuk meregulasi motivasi melibatkan aktivitas yang

penuh tujuan dalam memulai, mengatur atau menambah kemauan untuk

memulai, mempersiapkan tugas berikutnya, atau menyelesaikan aktivitas

tertentu atau sesuai tujuan. Regulasi motivasi adalah semua pemikiran,

tindakan atau perilaku dimana siswa berusaha mempengaruhi pilihan,

usaha, dan ketekunan tugas akademisnya. Regulasi motivasi meliputi

mastery self-talk, extrinsic self-talk, relative ability self-talk, relevance

enhancement, situasional interest enhancement, self-consequating, dan

penyusunan lingkungan (environment structuring).

Ketiga, strategi untuk meregulasi perilaku merupakan usaha individu

untuk mengontrol sendiri perilaku yang nampak. Sesuai penjelasan

Bandura (Zimmerman, 1989, h. 330) bahwa perilaku adalah aspek dari

pribadi (person), walaupun bukan “self” internal yang direpresentasikan

oleh kognisi, motivasi dan afeksi. Meskipun begitu, individu dapat

melakukan observasi, memonitor, dan berusaha mengontrol dan

meregulasinya dan seperti pada umumnya aktivitas tersebut dapat

dianggap sebagai self-regulatory bagi individu. Regulasi perilaku meliputi

regulasi usaha (effort regulation), waktu dan lingkungan (time/ study

environment), dan pencarian bantuan (help-seeking).

(34)

(Sumarmo, 2010) adalah tingkat dimana siswa secara metakognitif

mempunyai dorongan untuk belajar dan berpartisipasi secara aktif dalam

proses belajar mereka sendiri.

Secara metakognitif, siswa yang mengatur diri adalah mereka yang

merencanakan, mengorganisasikan, menginstruksikan diri, memonitor diri

dan mengevaluasi diri pada berbagai tahapan selama proses belajar

berlangsung. Siswa yang mempunyai dorongan untuk belajar mempunyai

otonomi atas dirinya, serta memilih, menyusun dan menciptakan

lingkungan yang dapat mengoptimalkan belajarnya.

Definisi di atas mengasumsikan pentingnya tiga unsur untuk mencapai

tujuan belajar yaitu :

a. Strategi pengaturan diri dalam belajar yaitu tindakan-tindakan dan

proses-proses yang berhubungan langsung dengan perolehan informasi

atau keterampilan.

b. Persepsi self efficacy terhadap kinerja keterampilan yaitu persepi

tentang kemampuan seseorang dalam mengorganisasikan dan

melakukan tindakan yang perlu untuk mencapai kinerja keterampilan

yang direncankan.

c. Tujuan akademik yang menunjuk pada hal-hal yang berhubungan

dengan perolehan prestasi dalam belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pengaturan diri

dalam belajar, siswa sendiri dalam belajar, siswa sendiri yang

(35)

pengetahuan dan keterampilannya, dan tidak hanya mengandalkan diri

pada guru, ataupun orang dewasa lainnya.

3. Unsur-unsur Pengaturan Diri dalam Belajar

      Thoresen dan Mahoney (dalam Zimmerman, 1989, h. 332-336)

memaparkan dari perspektif sosial-kognitif, bahwa keberadaan

self-regulated learning ditentukan oleh tiga wilayah yakni wilayah person,

wilayah perilaku, dan wilayah lingkungan seperti tergambar dalam

diagram berikut.

Gambar 1. Analisis Triadik Self-regulated Functioning

: Strategi Use

: Feedback Loop

Unsur-unsur atau faktor-faktor yang menentukan pengaturan diri dalam

belajar menurut teori social cognitive adalah:

a. Unsur Pribadi.

Persepsi self-efficacy siswa tergantung pada masing-masing empat

tipe yang mempengaruhi pribadi seseorang: pengetahuan siswa

Person (self) 

behavior  environment 

Convert

Self  Regulation 

Environmental

Self Regulation 

Behavioral 

Self  Regulation  Convert

(36)

(students' knowledge), proses metakognitif, tujuan dan afeksi (affect).

Pengetahuan self-regulated learning harus memiliki kualitas

pengetahuan prosedural dan pengetahuan bersyarat (conditional

knowledge). Pengetahuan prosedural mengarah pada pengetahuan

bagaimana menggunakan strategi, sedangkan pengetahuan bersyarat

merujuk pada pengetahuan kapan dan mengapa strategi tersebut

berjalan efektif. Pengetahuan self-regulated learning tidak hanya

tergantung pada pengetahuan siswa, melainkan juga poses metakognitif

pada pengambilan keputusan dan performa yang dihasilkan. Proses

metakognitif melibatkan perencanaan atau analisis tugas yang berfungsi

mengarahkan usaha pengontrolan belajar dan mempengaruhi timbal

balik dari usaha tersebut. Pengambilan keputusan metakognitif

tergantung juga pada tujuan (goals) jangka panjang siswa untuk belajar.

Tujuan dan pemakaian proses kontrol metakognitif dipengaruhi oleh

persepsi terhadap self-efficacy dan afeksi (affect).

Unsur pribadi yang menentukan pengaturan diri dalam belajar

adalah persepsi self efficacy siswa. Menurut Bandura (1997) pengaruh

ini sangat tergantung pada pengetahuan siswa tentang pengaturan diri,

proses metakognitif, tujuan dan keadaan afeksi siswa.

Menurut Zimmerman (Jamridafrizal, 2010) pada tingkat umum

dalam pengaturan diri, analisis tugas atau perencanaan dilakukan untuk

menyeleksi atau memilih strategi-strategi pengaturan diri. Perencaan ini

(37)

tingkatan yang lebih khusus, proses-proses mengontrol perilaku

menjadi pedoman untuk melaksanakan, menekuni dan memonitor

respon-respon penggunaan strategi belajar dalam konteks tertentu.

Perbedaan kedua proses metakognitif di atas dapat diilustrasikan

dalam strategi pengarahan diri menurut Meichembaum & Goodman

(Jamridafrizal, 2010) berikut :

Seorang anak laki-laki SMP yang tergabung dalam kelompok band

di sekolahnya secara periodik mengeluarkan bunyi yang janggal dari

terompetnya. Kesalahan ini membuat ia dicemoohkan oleh anggota

kelompok band lainnya. Untuk memperbaiki kesalahannya dalam

membaca not tertentu, ia merencanakan untuk mengingat kata-kata

kunci untuk mengingatkannya kembali nada not-not blok pada musik.

Untuk mengontrol strategi pengarahan diri, ia menyempatkan diri untuk

membaca not-not lebih baik dan mengingat kata-kata kunci untuk

membantu ingatannya. Penggunaan strategi verbalisasi tersembunyi

dapat dilanjutkan bila ia berhasil dalam mengurangi.

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa keefektifan siswa

dalam merencanakan dan mengontrol perilakunya sendiri merupakan

salah satu tanda yang memungkinkan tingkat pengaturan diri yang lebih

baik.

Proses metakognitif juga tergantung pada tujuan yang ingin dicapai

siswa. Anak laki-laki yang diilustrasikan di atas, dapat saja keluar dari

(38)

karena ia mempunyai tujuan jangka panjang yaitu keinginan menjadi

musikus yang profesional, maka ia mempunyai motivasi yang tinggi

untuk memperbaiki kesalahannya, waluapun harus dilakukannya secara

bertahap.

Dengan demikian penentuan tujuan merupakan hal yang penting

dalam pengaturan diri. Menurut Bandura (1997) banyak hasil-hasil

yang diharapkan terlalu jauh dan umum, karena itu orang harus

menciptakan pedoman bagi dirinya sendiri dan memotivasi dirinya agar

dapat mencapai hasil yang diinginkan.

Selain penentuan tujuan, keadaan afeksi juga mempengaruhi fungsi

pengaturan diri. Penelitian yang dilakukan Kuhl (jamridafrizal, 2010)

menunjukkan bahwa kecemasan dapat mengganggu berbagai proses

metakognitif, terutama dalam proses mengontrol tindakan dan

penentuan tujuan.

b. Unsur Perilaku

Terdapat tiga hal utama yang relevan dalam menganalisis

pengaturan diri dalam belajar, yaitu observasi diri, penilaian diri dan

reaksi diri (Bandura, 1997)

1) Observasi diri

Observasi diri menunjuk pada perilaku siswa yang memonitor

kinerja mereka sendiri. Dengan mengobservasi diri, siswa dapat

memperoleh informasi tentang sejauhmana kemajuan ke arah tujuan

(39)

seperti self efficacy, penentuan tujuan maupun proses metakognitif.

Menurut Zimmerman (Jamridafrizal, 2010) terdapat dua metode

yang dapat digunakan dalam mengobservasi perilaku yaitu melalui

pelaporan lisan atau tertulis, dan rekaman kuantitatif dari tindakan

yang dilakukan.

Hasil penelitian yang dilakukan Schunk (Jamridafrizal, 2010)

tentang penggunaan prosedur rekaman terhadap siswa- siswa

Sekolah Dasar yang mempunyai prestasi kurang dalam pelajaran

pengurangan (aritmatik), menunjukkan bahwa siswa-siswa yang

melakukan prosedur rekaman memperlihatkan secara signifikan

lebih tinggi dalam self efficacy, keterampilan, dan ketekunannya

dalam menghadapi tugas, dibandingkan dengan siswa-siswa yang

tidak melakukan prosedur rekaman. Studi ini menunjukkan bahwa

observasi yang dilakukan siswa secara sistematis terhadap kemajuan

belajarnya, dapat menghasilkan efek reaksi diri yang positif selama

belajar.

2) Penilaian diri

Penilaian diri menunjuk pada perilaku-perilaku siswa yang

secara sistematis membandingkan kinerja mereka dengan standar

atau tujuan tertentu. Dua cara yang umum yang dapat digunakan

siswa adalah dengan melakukan prosedur checking (misalnya

memeriksa kembali jawaban soal-soal matematika) dan dengan

(40)

kunci jawaban. Hasil penelitian yang dilakukan Schunk

(Jamridafrizal, 2010) menunjukkan bahwa kelompok siswa yang

diberi perlakuan penilaian diri memperlihatkan self efficacy yang

lebih tinggi dan lebih terampil dalam menyelesaikan tugas,

dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak diberi perlakuan.

Penelitian yang dilakukan Collin (Jamridafrizal, 2010) menunjukkan

bahwa siswa yang self efficacynya tinggi memperlihatkan penilaian

dari yang lebih baik dalam menghadapi tugas-tugas belajar yang sulit

daripada siswa yang self efficacynyarendah.

3) Reaksi diri

Reaksi diri menunjuk pada perilaku atau usaha siswa dalam

mengoptimalkan perilaku tertentu dalam belajar, mempertinggi

proses-proses pribadi selama belajar dan memperbaiki lingkungan

belajar. Menurut Bandura (1997) ketiga hal di atas sangat tergantung

satu sama lainnya. Sebagai contoh ia membuat hipotesis bahwa yang

membuat siswa lebih mengobservasi diri dipengaruhi oleh penilaian

diri mereka terhadap pekerjaan mereka dalam dua hal, yaitu yang

memberi informasi penting bagi penentuan standar kinerja dan untuk

mengevaluasi perilakunya. Kedua hal ini diasumsikan akan

mendorong reaksi diri seseorang untuk mencapai kinerja yang

diinginkan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Shapiro

(Jamridafrizal, 2010) tentang monitoring diri menunjukkan bahwa

(41)

menghasilkan berbagi efek reaksi diri yang positif selama belajar.

c. Unsur Lingkungan

Pengaruh lingkungan yang turut menentukan pengaturan diri dalam

belajar adalah peran pengalaman, modeling, persuasi verbal dan

struktur dalam konteks belajar.

1) Lingkungan sosial dan pengalaman mempunyai pengaruh yang

cukup besar dalam kehidupan manusia. Menurut Bandura (1997)

observasi diri dan pengalaman merupakan hal yang sangat

berpengaruh dalam mengubah persepsi siswa terhadap self efficacy

dan menambah pengetahuan seseorang. Karenanya peranan

pengalaman bagi siswa adalah untuk memotivasi siswa dalam

pemilihan strategi belajar.

2) Peranan modeling dalam pengaturan diri dalam belajar yang efektif

dapat mempertinggi self efficacy pada siswa yang kurang percaya

diri. Menurut Bandura (1997) modeling melalui strategi imitasi yang

efektif, dapat meningkatkan self efficacy siswa yang tidak

mempunyai pengalaman. Secara teoritis modeling akan berperan

secara efektif, apabila model merasa sama dengan yang diobservasi.

3) Persuasi verbal sebenarnya merupakan suatu metode yang kurang

efektif dalam melakukan pengaturan diri dalam belajar, karena

sangat tergantung pada tingkat pemahaman verbal siswa (Bandura,

1997). Tetapi bila dikombinasikan dengan modeling, persuasi verbal

(42)

berbagai keterampilan kognitif, afektif dan motorik (Jamridafrizal,

2010). Dalam penelitian yang dilakukan mereka tentang peran model

motorik dan verbal terhadap siswa SD dalam hal pertukaran boneka

(untuk menakuti burung), ditemukan siswa yang mengamati model

yang sacara verbal dan motorik menjelaskan rangkaian manipulasi

permainan mendapatkan lebih banyak pasangan boneka daripada

siswa-siswa yang melihat model diam. Data ini menunjukkan bahwa

penjelasan yang terinci dan pengamatan langsung terhadap gerakan

model akan mempercepat pemahaman siswa dalam proses belajar.

4) Struktur dalam konteks belajar juga mempunyi pengaruh yang cukup

besar dalam pengaturan diri, terutama menyangkut penentuan tempat

belajar dan tugas. Menurut Zimmerman (Jamridafrizal, 2010)

manusia dalam belajar tetap tergantung pada lingkungan sosial

dimana ia berada. Mengubah kondisi belajar dari suasana yang ribut

menjadi tenang akan mempengaruhi pengaturan diri dalam belajar.

4. Fase–fase self-regulated learning

Berdasarkan perspektif sosial-kognitif yang dikemukakan Zimmerman

(2000 dalam Pajares dan Urdan, 2006, h. 57-62), bahwa proses

self-regulation digambarkan sebagai pemikiran, perasaan, dan tindakan yang

muncul dari dalam diri seseorang, yang terencana dan selalu berubah

perputarannya berdasarkan performa umpan balik yang berpengaruh pada

(43)

Perputaran self-regulation mencakup tiga fase umum: fase

perencanaan, pelaksanaan, dan proses evaluasi. Ketiga fase tersebut

prosesnya sama dengan self-regulated learning. Fase perencanaan akan

mempengaruhi performa seseorang dalam proses fase kontrol performa

atau fase pelaksanaan, yang secara bergantian akan mempengaruhi fase

reaksi diri. Perputaran self-regulation dikatakan sempurna apabila proses

refleksi diri mampu mempengaruhi proses perencanaan selama seseorang

berusaha memperoleh pengetahuan berikutnya.

a. Fase perencanaan (Forethought)

Terdapat dua kategori yang saling berkaitan erat dalam fase

perencanaan:

1) Analisis tugas (Task Analysis). Analisis tugas meliputi penentuan

tujuan dan perencanaan strategi. Tujuan dapat diartikan sebagai

penetapan atau penentuan hasil belajar yang ingin dicapai oleh

seorang individu, misalnya memecahkan persoalan matematika

selama proses belajar berlangsung. Sistem tujuan dari individu yang

mampu melakukan self-regulation tersusun secara bertahap. Proses

tersebut dilakukan sebagai regulator untuk mencapai tujuan yang

sama dengan hasil yang pernah dicapai. Bentuk kedua dari analisis

tugas adalah perencanaan strategi. Strategi tersebut merupakan suatu

proses dan tindakan seseorang yang bertujuan dan diarahkan untuk

memperoleh dan menunjukkan suatu keterampilan yang dapat

(44)

Strategi yang dipilih secara tepat dapat meningkatkan prestasi

dengan mengembangkan kognitif, mengontrol afeksi dan

mengarahkan kegiatan motorik. Perencanaan dan pemilihan strategi

membutuhkan penyesuaian yang terus menerus karena adanya

perubahan-perubahan baik dalam diri individu sendiri ataupun dari

kondisi lingkungan.

2) Keyakinan motivasi diri (Self-motivation beliefs). Analisis tugas dan

perencanaan strategi menjadi dasar bagi self-motivation beliefs yang

meliputi self-eficacy, outcome expectation, minat intristik atau

penilaian (valuing), dan orientasi tujuan. Self-eficacy merujuk pada

keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk memiliki

performa yang optimal untuk mencapai tujuannya, sementara

outcomes expectation merujuk pada harapan individu tentang

pencapaian suatu hasil dari upaya yang telah dilakukannya. Sebagai

contoh, self-eficacy yang mempengaruhi penetapan tujuan adalah

sebagai berikut: semakin mampu individu meyakini kemampuannya

sendiri, maka akan semakin tinggi tujuan yang mereka tetapkan dan

semakin mantap individu akan bertahan untuk mencapai tujuan yang

(45)

b. Fase performa (Performance / Volitional control)

1) Kontrol diri (Self-control). Proses self-control seperti instruksi diri

(selfinstruction), perbandingan (imagery), pemfokusan perhatian,

dan strategi tugas, membantu individu berkonsentrasi pada tugas

yang dihadapi dan mengoptimalkan usaha untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

2) Observasi diri (Self-observation). Proses self-observation mengacu

pada penelusuran individu terhadap aspek-aspek spesifik dari

performa yang ditampilkan, kondisi sekelilingnya, dan akibat yang

dihasilkannya. Penetapan tujuan yang dilakukan pada fase

perencanaan mempermudah self-observation, karena tujuannya

terfokus pada proses yang spesifik dan terhadap kejadian di

sekelilingnya.

c. Fase refleksi diri (Self-reflection)

1) Penilaian diri (Self-judgement). Self-judgement meliputi evaluasi diri

(selfevaluation) terhadap performa yang ditampilkan individu dalam

upaya mencapai tujuan dan menjelaskan penyebab yang signifikan

terhadap hasil yang dicapainya. Self-evaluation mengarah pada

upaya untuk membandingkan informasi yang diperolehnya melalui

monitoring diri dengan standar atau tujuan yang telah ditetapkan

pada fase perencanaan.

2) Reaksi diri (Self-reaction). Proses yang kedua yang terjadi pada fase

(46)

perencanaan dan seringkali berdampak pada performa yang

ditampilkan di masa mendatang terhadap tujuan yang telah

ditetapkan.

Fase yang terjadi pada self-regulated learning sama prosesnya

dengan perputaran self-regulation. Fase tersebut terdiri dari fase

perencanaan, fase performa dan fase refleksi diri yang ketiganya

membentuk siklus yang saling terkait. Jika salah satu fase terganggu,

maka fase lainnya ikut terganggu dan tidak dapat berproses secara

lancar.

Gambar 2. Fase dan Subproses Self-regulation

5. Tipe-Tipe strategi self-regulated learning

Strategi self-regulated learning adalah tindakan dan proses yang

menunjukkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh informasi atau

kemampuan yang meliputi perantara, tujuan, dan persepsi instrumental

(Zimmerman, 1989, h. 329). Tujuan dari setiap strategi difungsikan untuk

Performance Phase Self-Control Task strategies

Imagery Self-Instruction Attention focusing

Self-Observation Metacognitive

monitoring

Self-Reflection Phase Self-Judgment Self-Evaluation Causal Attributions

Self-Reaction Adaptive inferences

Satisfactions

 

Forethought Phase Task Analysis

Goal Setting Strategic Planning

Sources of Self- Motivation Self-efficacy Task Interest/ Value

(47)

meningkatkan self-regulation baik itu fungsi pribadi, performa tindakan

akademis, dan lingkungan belajar (Zimmerman, 1989, h. 337). Strategi yang

dapat diambil sebagai contoh adalah strategi organisasi dan perubahan, latihan

dan mengingat, serta penetapan tujuan dan perencanaan berpusat pada regulasi

pribadi yang optimal. Strategi seperti self-evaluation dan pemberian konsekuensi

diri (selfconcequency) dapat meningkatkan fungsi perilaku, sedangkan strategi

penyusunan lingkungan, pencarian informasi, pemeriksaan ulang, serta

pencarian bantuan dimaksudkan untuk meningkatkan lingkungan belajar siswa.

Zimmerman dan Martinez-Pons akan memaparkan lebih jauh mengenai

tipe-tipe strategi self-regulated learning (dalam Zimmerman, 1989, h. 337). Strategi

tersebut dikelompokkan menjadi 15 tipe berdasarkan wawancara dengan

siswa-siswa sekolah menengah tentang bervariasinya strategi yang umumnya

digunakan dalam konteks belajar.

a. Evaluasi diri (self-evaluating) adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa

berinisiatif mengevaluasi kualitas atau kemajuan pekerjaan yang dilakukan.

b. Pengorganisasian dan perubahan (organizing and transforming) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif menyusun kembali

materi instruksional untuk meningkatkan proses belajar baik secara jelas

maupun tersembunyi.

c. Penetapan tujuan dan perencanaan (goal-setting and planning) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa menetapkan tujuan pendidikan atau

subtujuan dan merencanakan langkah selanjutnya, pengaturan waktu dan

(48)

d. Pencarian informasi (seeking information) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa berinisiatif untuk mendapatkan informasi berkenaan

dengan tugas selanjutnya dari sumber-sumber non-sosial ketika mengerjakan

tugas.

e. Latihan mencatat dan memonitor (keeping records and monitoring) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa berinisiatif mencatat kejadian atau

hasil-hasil selama proses belajar.

f. Penyusunan lingkungan (environmental structuring) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa berinisiatif memilih atau menyusun kondisi

lingkungan fisik untuk mempermudah belajar.

g. Pemberian konsekuensi diri (self-consequating) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa memiliki susunan dan daya khayal (imagination)

untuk memperoleh reward atau punishment apabila mengalami keberhasilan

atau kegagalan.

h. Latihan dan mengingat (rehearsing and memorizing) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa berinisiatif mengingat materi dengan cara latihan

secara overt maupun covert.

i. Pencarian bantuan sosial-teman sebaya (seeking social assistance-peers)

adalah pernyataan yang mengindikasikan individu mencoba mendapatkan

bantuan dari teman sebaya.

j. Pencarian bantuan sosial-guru (seeking social assistance-teachers) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa mencoba mendapatkan bantuan dari

(49)

k. Pencarian bantuan sosial-orang dewasa (seeking social assistance-adult)

adalah pernyataan yang mengindikasikan siswa mencoba mendapatkan

bantuan dari orang dewasa.

l. Pemeriksaan ulang catatan (reviewing records-notes) adalah pernyataan yang

mengindikasikan siswa memiliki inisiatif membaca kembali catatan.

m.Pemeriksaan ulang soal-soal ujian (reviewing records-tests) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa mempunyai inisiatif membaca

kembali soal-soal ujian.

n. Pemeriksaan ulang buku teks (reviewing records-textbooks) adalah

pernyataan yang mengindikasikan siswa memiliki inisiatif membaca kembali

buku teks untuk mempersiapkan kelas atau ujian berikutnya.

o. Lain-lain, berupa pernyataan yang menunjukkan perilaku belajar yang

diajukan oleh orang lain seperti guru atau orang tua, dan semua respon verbal

yang tidak jelas.

B. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat

siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang

dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang

dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak

(50)

Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli yang

mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Di bawah ini akan

dikemukakan pandangan beberapa ahli : Walker (Adrianus,2007),

mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat yakni belajar

merupakan perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman. Sementara itu

Morgan (Adrianus,2007), merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang

relativ menetap dalam tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman

yang lalu.

Dalam Good & Boophy (Sumarmo, 2010), mendefinisikan belajar

merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal, proses yang tidak

bisa dilihat dengan nyata yang terjadi dalam diri individu dalam usaha

memperoleh hubungan baru yang berupa antar perangsang, antar reaksi maupun

antar perangsang dan reaksi.

Crow & Crow (Sumarmo, 2010) menyatakan bahwa belajar adalah

memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap dan dapat

memuaskan minat individu untuk mencapai tujuan. Sedangkan Hintzman

(Sumarmo, 2010) menjelasakan belajar ialah perubahan yang terjadi pada

organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa mempengaruhi tingkah

laku organisme tersebut. Effendi & Praja (Sumarmo, 2010) belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman, merupakan proses,

kegiatan dan bukan tujuan.

Atkinson mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative

(51)

Bower (Sumarmo, 2010), mengemukakan belajar berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan

oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu dan perubahan tingkah

laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas kecenderungan respons pembawaan,

kematangan atau keadaan sesaat seseorang.

Hilgard (Tanlain, 2008:27) mengemukakan belajar adalah proses di

dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan. Sedangakan

menurut Sidjabat (2001:79) belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita

menerima informasi dari dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan

menggunakan informasi tersebut.

Berdasarkan beberapa rumusan definisi menurut para ahli tersebut diatas,

dapat diperjelas bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakuakan

seseorang untuk memperoleh perubahan, baik perubahan kognitif

(pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor (keterampilan).

C. Mengembangkan Kebiasaan Belajar yang Efektif

Belajar efektif artinya cara belajar yang teratur, tuntas, berkesinambungan

dan produktif yakni menghasilkan kepandaian, pengetahuan, keterampilan dan

pembentukan sikap mental dan intelektual yang baik dan bertanggung jawab.

Seorang pelajar yang belajarnya tidak teratur, tidak sungguh-sungguh,

asal-asalan, waktunya tidak menentu, tidak tuntas, tidak terus-menerus, dan tidak

berkesinambungan, baik di sekolah maupun di rumah berarti ia tidak

(52)

Sebaliknya, jika kita berusaha belajar secara teratur, tertib, disiplin,

bersungguh-sungguh, tuntas, terus-menerus, produktif, dan berkesinambungan

berarti telah mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif. Dengan

mengembangkan kebiasaan belajar efektif berarti hasil belajar yang diperoleh

jelas efeknya, atau jelas hasilnya, yaitu berupa kepandaian, penguasaan ilmu

pengetahuan, keterampilan dan terbentuknya sikap mental yang baik, unggul

dan bertanggung jawab.

Setiap siswa sebenarnya dapat mengembangkan kebiasaan belajar yang

efektif baik di sekolah maupun di rumah. Modal utama untuk membiasakan

belajar efektif adalah kemampuan yang keras untuk belajar untuk menguasai

kepandaian, ilmu pengetahuan dan keterampilan di samping kedisiplinan,

keteraturan, ketertiban, dan kesinambungan dalam belajar. Anggapan yang

menyatakan bahwa modal utama untuk sukses dalam belajar adalah tingkat

intelegensi yang tinggi dan didukung biaya tidak seluruhnya betul. Justru

sebaliknya dengan belajar efektif dan tuntas kepandaian seseorang akan terus

meningkat. Memang sekolah itu memerlukan biaya, tetapi untuk menjadi

pandai dapat diperoleh dengan jalan belajar sendiri melalui banyak membaca

berbagai jenis buku, banyak berlatih, dan banyak mencari pengalaman. Jadi,

jelaslah untuk menjadi pandai bukan karena dana, tetapi karena kemauan keras

untuk belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh dan

berkesinambungan.

Seorang siswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih

(53)

sungguh-sungguh, tetapi hanya untuk lulus saja dan bukan untuk benar-benar menguasai

ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang kelak digunakan di

masyarakat. Bahkan mempunyai sikap belajar asal-asalan, malas belajar, malas

berlatih, malas membaca buku dan malas menekuni ilmu pengetahuan sama

sekali tidak ada gunanya jika dibandingkan dengan besarnya biaya yang

dikeluarkan orangtua untuk sekolah anaknya tersebut. Sebagai siswa yang baik

dan bertanggung jawab tentu sikap belajar asal-asalan tersebut akan di

hindarinya demi kepentingan hidupnya di masa mendatang.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas maka sudah saatnya bagi siswa

untuk mengembangkan kebiasan belajar yang efektif untuk kepentingan di

masa mendatang. Berikut ini akan di gambarkan tentang cara-cara

membiasakan belajar efektif, baik di rumah maupun di sekolah.( BK Man 3

Malang, 2010) :

1. Di rumah

Mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif di rumah, antara lain

dapat ditempuh sebagai berikut :

a. Membiasakan belajar sesuai dengan jadwal pembagian waktu sehari-hari

yang telah dibuat di rumah, maksudnya waktu untuk belajar harus

digunakan untuk belajar.

b. Membiasakan mengulang semua pelajaran yang telah diberikan guru di

sekolah, termasuk mengerjakan tugas-tugas guru, seperti PR dan tugas

(54)

c. Tingkatkan ketelitian dan keseriusan dalam menekuni bahan pelajaran di

rumah sampai benar-benar menguasainya.

d. Mintalah bantuan orang tua, kakak atau teman yang diperkirakan mampu

membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah/belajar/PR.

e. Tatalah ruang belajar sedemikian rupa agar membangkitkan semangat

belajar, seperti menata buku secara rapi dan tersusun dalam rak buku,

kalau mungkin buatlah perpustakaan kecil di tempat belajar agar mudah

menemukan buku yang dibutuhkan untuk referensi/kepustakaan.

Demikian pula tempat tidur harus selalu rapi dan bersih agar udara tetap

segar dan menyenangkan.

f. Biasakan melengkapi buku-buku pelajaran dan alat-alat pelajaran secara

memadai, tetapi bukan berarti harus memaksakan diri membeli semua

buku yang dianjurkan sekolah jika belum tersedia dananya. Siswa yang

baik tentu akan sering meminjam buku perustakaan sekolah untuk

menunjang bahan bacaan di rumah.

g. Biasakan gemar membaca terutama membaca buku-buku perpustakaan

atau buku-buku umum yang dapat menunjang perluasan pengetahuan.

Buku-buku hiburan seperti surat kabar, majalah, dan buku ilmu

pengetahuan lainnya boleh pula dibaca untuk menambah wawasan di

rumah.

h. Sebelum tidur malam setelah selesai menekuni pelajaran untuk besok

(55)

sekolah besok paginya, sehingga pagi-pagi tidak harus repot-repot

mempersiapkannya.

i. Dini hari setelah sholat subuh (bagi orang Islam) jika ada waktu

manfaatkan untuk membaca buku pelajaran yang akan diajarkan guru

besok pagi.

j. Jagalah kesehatan tubuh dan mental anak dengan olahraga, istirahat,

makan dan minum, serta tidur yang cukup sehingga tidak akan

mengganggu kelancaran belajar baik di sekolah maupun di rumah.

2. Di sekolah

Mengembangkan kebiasaan belajar yang efektif di sekolah dapat

ditempuh, antara lain :

a. Biasakan datang ke sekolah tepat pada waktunya agar tidak ketinggalan

belajar di kelas

b. Biasakan mempersiapkan buku dan alat-alat tulis secara lengkap dalam

mengikuti pelajaran yang diajarkan guru di kelas.

c. Biasakan memusatkan perhatian dan menekuni setiap materi pelajaran

yang disampaikan guru di kelas, dan sekali-kali mencatat hal-hal penting

dalam buku catatan agar tidak lupa terhadap hal-hal yang penting

tersebut

d. Jika ada yang belum dipahami beranikan diri untuk bertanya kepada

guru, atau kepada teman yang diperkirakan tahu tentang hal itu.

e. Biasakan mengerjakan tugas atau soal yang diperintahkan guru untuk

(56)

menyepelekan tugas guru atau menunda-nunda pekerjaan rumah yang

dibebankan guru kepada kita.

f. Jika guru berhalangan hadir sehingga ada waktu luang dan tugas dari

guru yang tidak hadir tidak ada dapat dimanfaatkan untuk membaca buku

pelajaran, atau pergi ke perpustakaan untuk membaca buku atau

meminjam buku.

g. Hindari ajakan teman sekelas atau teman satu sekolah yang malas yang

bermaksud bercanda atau main-main meninggalkan tugas belajar.

h. Biasakan semua materi yang diajarkan guru dipelajari ulang di rumah,

termasuk merapikan catatan yang tidak jelas tadi menjadi kalimat yang

jelas dalam buku catatan anak.

i. Renungkanlah dan apresiasikanlah semua materi pelajaran yang

diajarkan guru maupun yang dibaca dari buku dengan praktik kehidupan

yang sesungguhnya di masyarakat, lingkungan agar ilmu itu benar-benar

menjadi milikmu.

D. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP

Para siswa SMP termasuk dalam kategori masa remaja. Masa remaja

merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan perubahan.

Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan

fisik dan psikis dalam diri remaja. Menurut Wirawan (2004:84) dalam masa

(57)

dalam hal belajarnya, hampir semua orang tua mengharapkan anaknya pandai di

sekolah sehingga menginginkan anaknya untuk menuruti kemauan orang tua.

Mengharapkan anak mmperoleh prestasi yang tinggi di sekolah dengan cara

mendidik anak supaya mau menuruti kemauan orang tua ternyata kurang tepat,

karena anak-anak yang berprestasi tinggi di sekolah justru mendapat latihan

untuk mandiri dan mengurus dirinya sendiri dari pada anak yang berprestasi

rendah Wirawan (2004:85). Kepandaian sering diartikan dengan angka dari

nilai rapor yang tinggi, tetapi baik buruknya angka rapor tidak selalu

disebabkan oleh kepandaian namun ada banyak faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

Menurut Muhibbin Syah (2008:184) faktor penyebab timbulnya kesulitan

belajar siswa terdiri dari dua macam yaitu :

1. Faktor Internal dari Diri Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan psiko-fisik siswa, yaitu :

a. Gangguan yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti

rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b. Gangguan yang bersifat afektif (

Gambar

Tabel 1 : Kisi-kisi Kuisioner pengaturan diri dalam proses belajar
GAMBAR 2  : Fase dan Subproses Self-regulation............................
Grafik 2:  Profil Capaian Skor Rata-rata Tiap Item Pengaturan Diri
Gambar 1. Analisis Triadik Self-regulated Functioning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Intention sendiri dipengaruhi oleh tiga determinan, yaitu evaluasi yang dimiliki remaja perokok terhadap perilaku berhenti merokok yang akan membentuk sikapnya

Penemuan metode- metode latihan yang dapat diaplikasikan dalam proses latihan sehari-hari dapat terlihat dengan jelas dalam ilmu keolahragaan secara keseluruhan

[r]

Prinsip kerja dari wind tunnel ini adalah menggerakkan udara dengan fan hisap dibagian belakang dan meletakkan benda uji pada external balance yang berfungsi

Struktur aset yang relevan, kuat dan

reDhdtu dibnh]* jcrdd

[r]

Namun dalam penelitian ini belum diteliti faktor risiko yang berhubungan dengan gaya hidup seperti merokok, obesitas, aktifitas fisik dan pola dietb. Berdasarkan