• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN BELAJAR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA KRISTEN SETIA PUTUSSIBAU TAHUN AJARAN 20112012 DALAM MATA PELAJARAN FISIKA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN BELAJAR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA KRISTEN SETIA PUTUSSIBAU TAHUN AJARAN 20112012 DALAM MATA PELAJARAN FISIKA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prog"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN BELAJAR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA KRISTEN SETIA PUTUSSIBAU TAHUN AJARAN 2011/2012 DALAM MATA PELAJARAN

FISIKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Fransiskus Ramba Agus NIM: 051424022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

FAKTOR-FAKTOR KEBIASAAN BELAJAR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA KRISTEN SETIA PUTUSSIBAU TAHUN AJARAN 2011/2012 DALAM MATA PELAJARAN

FISIKA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Fransiskus Ramba Agus NIM: 051424022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik.

Pengkhotbah 11: 6

...sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.

Yesaya 26:12

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhanku Yesus Kristus & Bunda Maria

Ayah & Ibuku tercinta

Adikku Beata Eno Ririen

Kekasihku Margareta Pamela

(6)
(7)

vi ABSTRAK

Ramba Agus, Fransiskus. 2012. Faktor-Faktor Kebiasaan Belajar Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika. Skripsi S-1. Yogyakarta : Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dan korelasi yang bertujuan untuk (1) mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran fisika; (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran fisika.

Penelitian dilaksanakan di SMA Kristen Setia Putussibau pada pada akhir oktober 2011 dengan sampel sebanyak 35 siswa. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner kebiasaan belajar dan nilai tengah semester. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan teknik regresi linier berganda. Teknik regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kebiasaan belajar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, yang mencakup kebiasaan belajar di sekolah dan kebiasaan belajar di rumah.

(8)

vii ABSTRACT

Ramba Agus, Fransiskus. 2012. Habits of Learning Factors Influencing Student Achievement Eleventh Grade Sciences SMA Kristen Setia Putussibau Academic Year 2011/2012 In Physics Lesson. S-1 Thesis. Yogyakarta: Physics Education. JPMIPA. FKIP. Sanata Dharma University.

This research is a quantitative descriptive and correlative research which is aimed to (1) knowing relationship between habit of learning and students achievement eleventh grade sciences SMA Kristen Setia Putussibau academic year 2011/2012 in physics lesson; (2) knowing factors influencing the students achievement eleventh grade sciences SMA Kristen Setia Putussibau academic year 2011/2012 in physics lesson.

The research was conducted at SMA Kristen Setia Putussibau in end of October 2011 with a sample size of 35 students. The instruments used in data gathering is a questionnaire habit of learning and value of mid-term. The obtained data were is quantitative analyzed using multiple linier regression technique. Multiple linier regression technique are used to knowing habit of learning factors influencing the student achievement, that includes habit of learning at school and habit of learning at home.

The research showed that relation between habit of learning to student achievement of SMA Kristen Setia Putussibau own the relation which are positive. From habit of learning variable having influence that is learn at home with the correlation coefficient equal to 0,344 and significant level equal to 0,021. Based on the hypothesis test obtained a statistical value comparison of T result of calculation from each habit of learning variable that is learn at school equal to 1,054 and learn at home equal to 1,666.The value of T count smaller than value T in tables of distribution T equal to 2,042. The value of T in the T distribution table used df = 30 and α = 0.05. It means that habit of learning at home variable and habit of learning at school variable didn’t significant influence on student achievement eleventh grade sciences SMA Kristen Setia Putussibau academic year 2011/2012. The factors habits of student learning that are considered a very influential on student achievement that less inclined such as embarrassed to ask the teacher, didn’t listening to explanations of teachers, didn’t match the answer with the correct answers after the test, and didn’t make essays.

(9)
(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat-Nya atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Kebiasaan Belajar Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Henokh, MA selaku Kepala Sekolah SMA Kristen Setia Putussibau yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

3. Henokh, MA selaku Guru Bidang Studi Fisika kelas XI Jurusan Ilmu Alam SMA Kristen Setia Putussibau yang telah memberikan kemudahan dan membantu dalam melaksanakan penelitian.

(11)

x

5. Ayah, Ibu, Adikku serta Keluargaku yang selalu memberikan dukungan, bantuan, doa dan kasih yang tiada habisnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. “Cinta kalian adalah Semangatku.”

6. Kekasihku Margareta Pamela yang selalu memberikan cinta, dukungan, semangat dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kesetiaan dan pengertiannya.

7. Seluruh Teman-Teman Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama kuliah.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 23 Agustus 2012 Penulis

Fransiskus Ramba Agus

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ... ii

HALAMAN PENGESAHAN .... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK .... ... vi

ABSTRACT ... ... vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... ...viii

KATA PENGANTAR .... ... ix

DAFTAR ISI ………... ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

(13)

xii

G. Variabel Penelitian Beserta Definisi Operasionalnya ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... ... 8

1. Pengertian Kebiasaan Belajar ... 14

2. Faktor-faktor Pembentuk Kebiasaan Belajar Siswa ... 15

D. Prestasi Belajar ... 33

1. Pengertian Prestasi Belajar... 33

2. Fungsi Prestasi Belajar... 34

a. Fungsi Penentuan Prestasi Belajar Bagi Siswa... 34

b. Fungsi Penentuan Prestasi Belajar Bagi Guru ... 35

c. Fungsi Penentuan Prestasi Belajar Bagi Pihak Sekolah ... 36

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa ... 36

E. Hubungan Kebiasaan Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Subyek Penelitian ... 41

C. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 42

D. Metode Penelitian ... 42

(14)

xiii

1. Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 43

2. Dokumen Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fisika ... 44

F. Validitas Instrumen ... ... 45

G. Metode Analisis Data ... 45

1. Data Hasil Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 45

2. Data Dokumen Prestasi Belajar Fisika ... 47

3. Perhitungan Statistik ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Sajian Data Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar ... 49

1. Kebiasaan Belajar ... 49

2. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fisika ... 50

B. Hasil Analisis Korelasi serta Analisis Regresi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran Fisika ... 51

C. Deskripsi Hasil Korelasi dan Hasil Regresi Variabel Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Implikasi ... ... 71

C. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... ... 74

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 77

2. Surat Keterangan Sudah Penelitian ... 78

3. Kuesioner Kebiasaan Belajar Siswa ... 79

4. Hasil Validitas Kuesioner Kebiasaan Belajar Siswa ... 83

5. Daftar Nilai Tengah Semester ... 84

6. Daftar Hasil Analisis Kuesioner dan Nilai ... 85

7. Hasil Analisis Regresi dengan SPSS ... 86

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dewasa ini masalah pendidikan merupakan suatu masalah yang diutamakan di Indonesia karena pendidikan merupakan modal utama untuk memajukan kecerdasan, kesejahteraan dan kehidupan bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional pasal 3 dikatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah sebagai berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003).

Untuk mencapai tujuan tersebut maka berdasarkan Undang-Undang sistem pendidikan nasional pasal 13 ayat (1) bahwa pendidikan di Indonesia dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional pasal 1 jalur pendidikan formal, nonformal dan informal dijelaskan sebagai berikut (UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003) :

1. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

(18)

2

Masyarakat umum sampai saat ini masih mempercayakan kaum muda mereka untuk dididik di sekolah. Sekolah dipercaya sebagai tempat yang dapat membantu kaum muda mempersiapkan dirinya menghadapi tantangan dunia modern yang penuh dengan persaingan.

Delors (1999) menguraikan bahwa di sekolah para guru berperan penting untuk membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian, mendorong ketepatan logika intelektual, dan menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam pendidikan formal dan berkelanjutan bagi peserta didiknya. Sejalan dengan uraian tersebut, Winkel (1996) berpendapat bahwa sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal, karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di kelas kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju ke kedewasaan, sejauh perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin, anak memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai yang mengantarnya ke kedewasaan.

(19)

3

pencapaian prestasi belajar secara wajar, sehingga siswa memiliki kesiapan memasuki dunia yang penuh persaingan ini.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap Pak Henokh (guru mata pelajaran fisika di SMA Kristen Setia) diketahui bahwa berdasarkan hasil rapor, pihak sekolah melihat ada gejala penurunan prestasi belajar para siswa kelas XI IPA dalam mata pelajaran fisika. Pak Henokh menduga bahwa menurunnya prestasi belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah cara belajar siswa yang kurang tepat. Atau dengan kata lain kebiasaan belajar siswa yang kurang baik. Berdasarkan dugaan tersebut peneliti berusaha memperoleh informasi mengenai kebiasaan belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia sekaligus ingin membuktikan apakah dugaan guru tersebut tepat mengenai kebiasaan belajar siswa yang kurang baik ini berhubungan atau berkorelasi dengan menurunnya prestasi belajar siswa. Dengan mengetahui informasi keadaan kebiasaan belajar siswa, peneliti berharap pihak sekolah akan dapat dengan cepat mengadakan perubahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswanya.

(20)

4

pada mata pelajaran fisika, yaitu penelitian kuantitatif deskriptif yang digunakan untuk menetapkan hubungan antara variabel-variabel. Studi korelasi antara kebiasaan belajar siswa dan prestasi belajar fisika, akan berguna sebagai masukan empirik untuk mendesain pengembangan pengajaran bagi para siswa.

B. Rumusan Masalah.

Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran fisika?

2. Faktor-faktor apa saja dalam kebiasaan belajar yang mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran fisika?

C. Pembatasan Masalah.

(21)

5 D. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran fisika.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 dalam mata pelajaran fisika.

E. Manfaat Penelitian.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Bagi calon guru dan guru secara umumnya sebagai gambaran untuk

mereka tentang kondisi siswa berkaitan dengan kegiatan belajarnya, sehingga baik bagi calon guru yang pada akhirnya akan terjun di dunia pendidikan maupun bagi guru yang sudah berkiprah di dunia pendidikan akan menyadari arti penting dari kegiatan belajar yang positif bagi para siswanya. Kemudian dari jauh-jauh hari mereka mampu mengupayakan penanggulangannya sehingga menghasilkan prestasi yang memuaskan bagi anak didiknya.

(22)

6

dan bimbingan akademik bagi siswa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di SMA Kristen Setia Putussibau.

F. Hipotesis Penelitian.

Sehubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya “Faktor-faktor Kebiasaan Belajar Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika”, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha: Ada pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika.

Ho: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika.

Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dan dengan data-data yang terkumpul.

G. Variabel Penelitian Beserta Definisi Operasionalnya.

(23)

7

dimiliki siswa seperti yang ditunjukkan oleh item-item dalam lembar kuesioner.

(24)

8 BAB II LANDASAN TEORI

Dalam kehidupan sehari-hari, dari bangun tidur sampai akan berangkat tidur lagi orang melakukan banyak kegiatan. Biasanya setiap hari orang melakukan kegiatan yang hampir sama. Oleh karena kegiatan-kegiatan itu dilakukan setiap hari, lama-kelamaan menjadi kegiatan yang bersifat rutin. Disadari atau tidak disadari akhirnya rutinitas itu menjadi kebiasaan bagi diri orang tersebut.

Hal di atas juga dialami oleh para siswa. Dari pagi hari sampai siang mereka belajar di sekolah. Di rumah pada sore atau malam hari mereka belajar lagi untuk menyiapkan pelajaran hari berikutnya atau menyelesaikan tugas-tugas pelajaran siang harinya. Pada umumnya, para siswa tidak menyadari bahwa kegiatan belajar yang dilakukannya setiap hari telah membentuk kebiasaan belajar di dalam dirinya.

(25)

9

memperbaiki kebiasaan belajar yang baik, berencana, dan efisien (Hamalik, 1983: 114).

Kebiasaan belajar yang dimiliki oleh siswa dapat berupa kebiasaan belajar yang positif atau negatif. Kebiasaan belajar yang positif tentunya akan membawa siswa pada keberhasilan studinya dan sebaliknya kebiasaan belajar yang negatif akan membawa siswa pada kegagalan studinya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, mereka diharapkan semakin menyadari dan memahami kebiasaan belajarnya, kemudian bila ingin berhasil dalam studi, mereka haruslah mengupayakan kebiasaan belajar yang positif untuk tumbuh dan terpelihara dalam dirinya.

A. Definisi Belajar.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak menyadari kalau sedang melakukan kegiatan. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Artinya berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan dari pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia sedang berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

(26)

10

mengandung makna bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig untuk mengkaji hakekat belajar yang didefinisikan sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Yang berarti belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme (manusia atau hewan) sebagai hasil pengalaman.

Selanjutnya Muhibbin (1995: 90-91) mengulas pendapat Biggs tentang Teaching for Learning yang mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif; rumusan institusional; dan rumusan kualitatif. Ketiga macam rumusan tersebut adalah sebagai berikut: a. Rumusan kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, dalam hal ini belajar dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

(27)

11

baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.

c. Rumusan kualitatif (tinjauan mutu), belajar merupakan proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Berpedoman dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan di atas, maka secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

B. Hakikat Fisika.

Untuk memahami apa itu fisika, pada bagian ini penulis akan menguraikan pengertian fisika dan pembelajaran fisika.

1. Pengertian Fisika.

(28)

12

Menurut Departemen Pendidikan Nasional 2003, mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas, 2003).

2. Pembelajaran Fisika.

Sesuai dengan hakekatnya, pembelajaran fisika meliputi tiga aspek yakni (1) pengetahuan yang meliputi; pemahaman konsep, hukum, dan teori serta penerapannya, (2) kemampuan melakukan proses meliputi; pengukuran, melakukan percobaan, bernalar melalui diskusi di dalamnya, (3) sikap keilmuan meliputi; berpikir kritis dan analitis, perhatian pada masalah-masalah sains, dan penghargaan pada hal-hal yang bersikap sains (Kartika Budi, 1998: 166). Tujuan pembelajaran IPA sebagai proses untuk meningkatkan keterampilan berpikir anak sehingga anak tidak hanya terampil dalam bidang psikomotorik dan sekedar ahli menghafal saja. Berdasarkan aspek-aspek, tujuan pembelajaran fisika dapat dijelaskan sebagai berikut:

(29)

13

Adapun bentuk-bentuk kegiatan pembelajaran fisika dalam pelaksanaannya di sekolah, yaitu:

a. Belajar tatap muka.

Belajar tatap muka disekolah merupakan kegiatan belajar yang dalam mempelajari bahan pelajarannya di dalam kelas siswa dituntun langsung oleh guru.

b. Belajar terstruktur.

Belajar terstruktur merupakan kegiatan belajar dimana siswa mempelajari bahan pelajarannya dengan menyelesaikan tugas-tugas yang telah ditentukan oleh guru tanpa kehadiran guru. Tugas-tugas yang diberikan guru tersebut biasanya disebut tugas rumah atau pekerjaan rumah.

c. Belajar mandiri.

(30)

14 C. Kebiasaan Belajar.

Untuk memahami apa itu kebiasaan belajar, pada bagian ini penulis akan mengulas pengertian kebiasaan belajar, faktor-faktor pembentuk kebiasaan belajar dan bagaimana mengungkap kebiasaan belajar siswa.

1. Pengertian Kebiasaan Belajar.

Prestasi belajar siswa hanya dapat diperoleh kalau siswa melakukan kegiatan belajar. Setiap hari siswa melakukan kegiatan belajar, baik di sekolah, di rumah atau di tempat-tempat yang lain. Tanpa disadari kegiatan belajar yang dilakukan setiap hari akhirnya menjadi suatu kebiasaan bagi siswa yaitu kebiasaan belajar.

Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah atau bawaan sejak lahir, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tidak sadar selama waktu-waktu yang lalu. Kebiasaan belajar disini merupakan kebiasaan yang baik, yaitu kebiasaan belajar yang berpedoman pada aturan-aturan yang baik (tepat).

(31)

15

Menurut Muhibbin (1995: 89), belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan hal diatas The Liang Gie (1994: 192) menekankan bahwa kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditunjukan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah. Lebih lanjut The Liang Gie menyatakan bahwa kebiasaan belajar bukanlah faktor bawaan atau bakat ilmiah yang dimiliki siswa, oleh sebab itu kebiasaan belajar dapat dimiliki siswa, maka setiap hari, setiap saat siswa harus selalu berlatih melakukan kegiatan belajarnya secara rutin.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai tindakan/perilaku siswa dalam pelaksanaan kegiatan untuk mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu dengan menggunakan berbagai sarana atau sumber secara konsisten, terus-menerus, setiap hari dengan dilandasi pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

2. Faktor-faktor Pembentuk Kebiasaan Belajar Siswa.

(32)

16

dan lain sebagainya. Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti akan mengambil salah satu faktor yaitu cara belajar siswa.

Intelegensi siswa sangat mempengaruhi cara belajar siswa karena setiap siswa memiliki intelegensi yang berbeda-beda yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa sesuai dengan intelegensi mereka. Dalam mengkaji intelegensi siswa, Suparno (2004) mengulas kesembilan intelegensi yang diutarakan oleh Gardner. Kesembilan inteligensi itu adalah inteligensi linguistik (linguistic intelligence), inteligensi matematis-logis (logical-mathematical intelligence), inteligensi ruang (spatial intelligence), inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetic intelligence), inteligensi musikal (musical intelligence), inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence), inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence), inteligensi lingkungan/naturalis (naturalist intelligence), inteligensi eksistensial (existential intelligence).

(33)

17

dan berbicara, main drama, berpuisi, berpidato serta mahir dalam perbendaharaan kata, maka siswa tersebut dikatakan memiliki inteligensi linguistik.

Kecenderungan siswa yang berpikir dengan menggunakan logika, reasoning, pola sebab akibat serta berkemampuan menonjol terkait klasifikasi dan ketegorisasi, abstraksi, simbolisasi, pemikiran induktif dan deduktif, menghitung dan bermain angka, pemikiran ilmiah, problem solving dan silogisme merupakan kemampuan siswa yang menonjol dalam inteligensi matematis-logis.

Untuk siswa yang memiliki inteligensi ruang-visual mempunyai kemampuan-kemampuan yang menonjol terkait mengenai relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat, punya persepsi yang tepat dari berbagai sudut, representasi grafik, manipulasi gambar, menggambar, mudah menemukan jalan dalam ruang, imajinasinya aktif, peka terhadap warna, garis dan bentuk.

(34)

18

mencipta melodi, peka dengan intonasi, ritmik, menyanyi, pentas musik, senang mencipta musik, pemain alat musik.

Jika ada siswa yang mudah bekerja sama dengan teman, mudah mengenal dan membedakan perasaan pribadi teman, menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal, peka terhadap teman dan empati serta suka memberi feedback maka siswa ini mempunyai kemampuan yang menonjol terkait inteligensi interpersonal. Sedangkan inteligensi intrapersonal dimiliki oleh siswa yang dapat berkonsentrasi dengan baik, kesadaran dan ekspresi perasaan-perasaan yang berbeda, pengenalan diri yang dalam, keseimbangan diri, kesadaran akan realitas spiritual, reflektif, suka kerja sendiri.

Ada tipe siswa yang senang pada alam misalnya mengenal flora dan fauna, mengklasifikasi dan identifikasi tumbuh-tumbuhan dan binatang, hidup menyatu dengan alam di luar rumah maka siswa tersebut digolongkan siswa yang memiliki inteligensi lingkungan atau biasa disebut inteligensi naturalis. Inteligensi yang kesembilan yaitu inteligensi eksistensial, yaitu kemampuan siswa yang cenderung peka dan mampu untuk menjawab persoalan eksistensi manusia, apa makna hidup ini, mengapa kita lahir dan mati (Paul Suparno, 2004: 19-48).

(35)

19

belajar yang ditempuh oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar. Aktivitas-aktivitas belajar yang biasa dilakukan adalah membaca, mendengarkan, menulis dan mencatat, membuat ihktisar atau ringkasan, menghafal, berpikir, mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan, menyusun karangan, latihan atau praktek, mempelajari ulang isi pelajaran dikelas, bertanya, menggunakan perpustakaan dan menempuh ujian. Aktivitas-aktivitas ini akan dijelaskan satu per satu di bawah ini:

1) Kebiasaan membaca.

The Liang Gie (1979: 85-86) mengulas buku Reading Skill yang ditulis oleh William D. Baker yang mengungkapkan kira-kira 85% dari seluruh materi studinya meliputi membaca. Oleh karena itu metode, kemahiran dan segi-segi lainnya yang berhubungan dengan aktivitas membaca perlu sekali dipelajari oleh para siswa. Membaca asal membaca saja tidaklah sukar jika seseorang sudah mengenal huruf. Tapi membaca buku sehingga pembacaan mendapatkan manfaat dari buku tersebut adalah suatu kecakapan yang harus sungguh-sungguh diusahakan, terutama bagi para siswa yang harus membaca buku-buku pelajaran yang tebal dan sulit, mereka harus mempunyai kemampuan sebagai pembaca yang efisien. Setiap siswa hendaknya berusaha agar menjadi pembaca yang efisien.

Ciri-ciri pembaca yang efisien ialah:

(36)

20

 Sehabis membaca dapat mengingat sebagian besar atau pokok-pokok dari apa yang dibacanya.

 Dapat membaca dengan cepat.

Tampaknya ada hubungan yang pasti dan penting antara kesanggupan membaca dan angka hasil ujian para siswa pada sekolah-sekolah di Indonesia. Siswa yang sanggup (yang mau dan mampu) secara efisien membaca buku-buku yang diwajibkan dan dianjurkan biasanya memperoleh angka yang baik dan akhirnya sukses dalam studinya.

Dengan membaca literatur wajib maka seorang siswa:

1) Telah menyiapkan diri dengan bahan-bahan pelajaran seluruhnya sehingga kalau ditanya soal-soal ujian dari buku dapat menghadapinya.

2) Dapat lebih mengerti bahan-bahan pelajaran.

3) Mempunyai pengetahuan yang lebih luas sehingga dapat menyusun jawaban-jawaban ujian yang teratur.

(37)

kebiasaan-21

kebiasaan baik itu sehingga kelak dapat terlaksana secara otomatis tanpa banyak kesulitan.

Kebiasaan-kebiasaan baik yang minimal perlu dipunyai oleh setiap siswa ialah sebagai berikut:

a. Mengindahkan syarat-syarat kesehatan dalam membaca, terutama untuk kesehatan mata.

b. Menyusun rencana dan mengatur penggunaan waktu untuk membaca.

c. Menyiapkan dan menggunakan alat tulis sewaktu membaca untuk keperluan membuat tanda-tanda dan catatan-catatan mengenai apa yang dibaca.

d. Mengenal perpustakaan-perpustakaan yang ada berikut isinya serta rajin mengunjungi perpustakaan untuk membaca pustaka-pustaka yang tidak boleh dipinjam keluar.

e. Menelaah sesuatu buku-buku untuk setiap mata pelajaran secara mendalam sehingga betul-betul memahami dan menguasai isinya.

f. Memusatkan perhatian secara penuh sewaktu membaca.

(38)

22

berapa yang digunakan oleh siswa tersebut sehingga musik tersebut dapat membantu proses belajar siswa secara efektif bukannya malah mengganggu proses belajar.

The Liang Gie (1979: 86) juga mengulas buku How to use Your Mind yang ditulis oleh Harry Dexter Kitson yang mengemukakan ketentuan-ketentuan tentang reading hygiene (kesehatan membaca) yang berikut:

 Sewaktu membaca hendaknya siswa sesekali memejamkan matanya atau melihat ke tempat yang jauh.

 Cahaya penerangan hendaknya datang dari belakang.  Pada pagina buku tidak terdapat bayangan.

 Buku dipegang oleh tangan dan tidak terletak mendatar di atas permukaan meja.

Terhadap ketentuan-ketentuan di atas The Liang Gie (1979: 87) menambahkan beberapa hal sebagai berikut:

a) Siswa sedapat-dapatnya membaca dengan menggunakan cahaya penerangan yang cukup, tidak terlampau gelap atau terlampau terang yang menyilaukan mata (misalnya di bawah sinar matahari).

b) Jarak mata dan buku kira-kira 25 – 30 cm.

(39)

23

d) Peliharalah kesehatan mata dengan sebaik-baiknya. Setiap gejala gangguan terhadap mata hendaknya seketika diperhatikan (misalnya dengan memeriksakan ke poliklinik).

e) Lamanya waktu membaca setiap kali 1 – 2 jam dan kemudian beristirahat dulu 5 – 10 menit.

2) Kebiasaan mendengarkan.

Bahan pelajaran yang siswa pelajari kebanyakan datang kepada mereka tidak melalui bacaan, tetapi diperoleh karena siswa tersebut selalu mendengarkan penjelasan guru tentang bahan pelajaran (Thomas. F. Staton, 1978: 235). Bila siswa telah memiliki kebiasaan mendengarkan pada saat guru menerangkan pelajaran, maka siswa akan lebih mudah mendengarkan orang lain yang menyampaikan informasi yang baru, mendengarkan informasi-informasi dari siaran televisi, radio yang ada kaitannya dengan suatu bahan pelajaran.

3) Kebiasaan menulis dan mencatat.

(40)

24

buku tulis maka pada akhir tahun pelajaran tentu ada lembar-lembaran yang tidak terpakai. Selanjutnya buku catatan tersebut memungkinkan siswa menghimpun semua catatan pelajaran pada satu tempat”.

Kegiatan mencatat bahan pelajaran yang dianggap penting pada saat guru menjelaskan bahan pelajaran, sebab sangat berguna bagi siswa untuk merekam informasi yang diperoleh dan mempelajarinya kembali. Kegiatan mencatat bahan pelajaran dalam buku catatan dengan rapi memberi semangat bagi siswa untuk melakukan belajar dengan rutin dan teratur. Bahan pelajaran dari buku-buku bacaan akan sangat membantu siswa menambah informasi-informasi tentang bahan pelajaran yang bersangkutan. Dengan menulis dan mencatat bahan pelajaran, dan dengan mengulang kembali bahan pelajaran yang sudah diperolehnya melalui kegiatan mendengarkan dan menatap pada saat mempelajari bahan pelajaran, serta dengan mencatat tugas-tugas yang belum selesai dalam buku kegiatan atau buku agenda, maka akan mudah bagi siswa untuk mengatur rencana belajar. Dengan demikian suatu rencana dapat diingat dan dilaksanakan dengan mudah bila dicatat. 4) Kebiasaan membuat ikhtisar atau ringkasan.

(41)

25

mencari kembali materi-materi yang telah lalu dalam buku-buku. Kegiatan meringkas atau membuat ihktisar ini juga berguna bagi siswa untuk membedakan hal-hal yang lebih penting daripada hal yang kurang penting.

Untuk mengkaji kebiasaan membuat ikhtisar atau karangan The Liang Gie (1979: 106) mengulas karangan yang ditulis oleh Francis Bacon yang berjudul Of Studies yang mengatakan: Some books are to be tasted, others to be swallowed, and some few to be chewed and digested. Yang mengandung makna bahwa sebagian buku hendaknya dicicipi, sebagian lain ditelan dan sebagian kecil hendaknya dikunyah-kunyah dan dicerna.

Berdasarkan hal tersebut maka buku pelajaran harus dikunyah dan dicerna. Usaha yang tepat untuk mengunyah dan mencerna sesuatu buku ialah dengan membuat ringkasan. Suatu ringkasan yang baik akan merupakan alat pembantu yang sangat berharga bagi setiap siswa. Dengan jalan meringkas isi buku yang tebal akan memudahkan siswa untuk menghafalnya.

(42)

26

Menggaris di bawah kalimat-kalimat penting dalam sesuatu buku belumlah berarti membuat ringkasan, karena kalimat-kalimat itu tidak diringkaskan, demikian pula isi sesuatu uraian pada bagian yang satu dengan bagian yang lainnya belum disusun dan dihubungkan menjadi suatu gambaran yang sangat jelas. Tetapi usaha menggaris itu merupakan suatu persiapan yang sangat baik untuk menyusun ringkasan. Dengan menggaris kalimat-kalimat yang penting, siswa telah mengumpulkan bahan-bahan yang perlu untuk membuat ringkasan itu.

Sebaiknya siswa barulah mulai membuat suatu ringkasan setelah ia selesai mempelajari sesuatu uraian secara keseluruhan. Biasanya yang terbaik ialah satu bab dari suatu buku. Dengan mempunyai gambaran yang lengkap mengenai isi satu bab, ia akan dapat menghubungkan pokok-pokok pikiran paragraf yang satu dengan yang lainnya secara lebih sempurna (The Liang Gie, 1979: 107).

5) Kebiasaan menghafal.

(43)

27

karena mereka tidak memperhatikan beberapa hal tertentu. Untuk dapat menghafal dengan baik The Liang Gie (1979: 123) mengulas pendapat James L. Mursell yang menulis buku Using Your Mind Effectively yang mengungkapkan bahwa ada 3 syarat yang harus dipenuhi, yaitu tujuan, pengertian dan perhatian.

Sebelum seseorang siswa mulai menghafal, ia harus mempunyai tujuan tertentu yang jelas. Dalam usaha belajar tujuan terdekat yang ingin dicapai ialah maju ujian dan lulus. Tujuan jangka panjang ialah menambah pengetahuan agar kelak sukses dalam penghidupan. Dengan senantiasa memahami sepenuhnya tujuan itu, seseorang siswa akan mempunyai keinginan secara sadar untuk mengingat-ingat apa yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya sebelum aktivitas menghafal dilakukan, bahan-bahan pelajaran harus sudah dimengerti. Akhirnya selama menghafal siswa harus benar-benar mencurahkan perhatian dengan memperhatikan bahan pelajarannya.

(44)

28

setiap siswa dalam usaha belajarnya hendaknya selalu berusaha agar ia mengerti betul-betul pelajaran itu sebelum ia memulai menghafalnya. Kalau ia mengerti dengan sebaik-baiknya pelajaran yang dihafalnya itu, pelajaran tersebut pasti tidak mudah terlupakan. Jika suatu pelajaran telah dimengerti dengan baik, untuk menghafalnya sangat mudah. Kadang-kadang cukup dengan menguraikannya sekali saja kepada teman sambil menengok kepada bukunya kalau ada hal-hal yang terlupa, pelajaran itu sudah dapat teringat dalam pikiran.

Siswa yang belajar dengan mengerti materi yang ia pelajari, akan menambah semangat dan daya belajarnya. Sering kali seseorang siswa belajar sebentar, sudah merasa lelah. Hal ini disebabkan karena ia tidak mengerti apa yang dipelajarinya itu. Keletihan itu adalah kelelahan tidak sewajarnya yang ditimbulkan oleh perasaan kesal atau jemu dalam jiwanya karena ia tidak mengerti. Selaras dengan hal tersebut The Liang Gie (1979: 125) mengulas pendapat Court dalam buku yang ditulisnya dengan judul Belajar Sendiri (gubahan Suwirjadi) yang mengatakan bahwa kelelahan itu tidak selalu disebabkan karena terlalu lama bekerja, timbulnya kelelahan dalam usaha menuntut pengetahuan sering disebabkan oleh pekerjaan yang tidak berubah.

(45)

29

apa yang dibaca itu, memang akhirnya dapat mengingat juga pelajaran tersebut, tetapi hafalan itu dalam waktu yang sangat singkat akan dilupakannya kembali. Hanya dengan menghafal sambil memperhatikan betul-betul apa yang dipelajarinya itu, barulah bahan yang bersangkutan dapat bertahan dalam ingatan untuk waktu yang cukup lama.

Selain tujuan, pengertian dan perhatian, faktor-faktor lainnya yang hendaknya diindahkan oleh para siswa yang menghafal pelajaran ialah yang berhubungan dengan kemampuan otak manusia. Ingatan seorang siswa mempunyai daya serap dan daya pateri tertentu yang tak dapat secara paksa dilampaui. Otak manusia untuk setiap jangka waktu hanya bisa menyerap sejumlah bahan pelajaran tertentu. Tidak mungkin otak itu misalnya dalam waktu 1 hari harus bisa menghafal bahan-bahan pelajaran yang telah dikumpulkan selama berbulan-bulan. Oleh karena itu usaha menghafal itu jangan dipadatkan setelah dekat ujian, melainkan jauh di muka setiap siswa sudah membagi-bagi dan mengatur waktunya untuk keperluan menghafal bahan-bahan pelajaran secara teratur dan dalam jatah-jatah tertentu sesuai dengan kekuatan ingatannya.

6) Kebiasaan berpikir.

(46)

30

pelajaran (Ahmadi dan Supriyono, 1991: 129). Dengan berpikir pula, siswa dapat mempertimbangkan kebenaran-kebenaran dari suatu materi yang disampaikan oleh guru kepadanya, sehingga ia tidak hanya menerima materi yang diajarkan, tetapi juga mengerti maksud dari materi itu.

7) Kebiasaan mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan.

Dalam mempelajari bahan pelajaran matematika, siswa mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan. Pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan membantu siswa semakin memahami bahan pelajaran tersebut. Siswa yang memiliki pemahaman terhadap bahan-bahan pelajaran tersebut akan mampu mengikuti pelajaran selanjutnya (Ahmadi dan Supriyono, 1991: 128).

8) Kebiasaan menyusun karangan.

(47)

31 9) Kebiasaan latihan atau praktek.

Salah satu kebiasaan siswa adalah belajar dengan cara mengerjakan latihan soal, dengan mencoba mencoret-coret dalam upaya untuk mengerjakan soal, siswa sudah mendapatkan pengalaman belajar. Siswa yang melakukan latihan atau praktek berarti siswa menerapkan bahan pelajaran baik dalam kaitan dengan latihan penginderaan dan anggota tubuh (keterampilan) maupun siswa menerapkan prinsip dalam penggunaan prosedur kerja dalam pemecahan masalah (Ahmadi dan Supriyono, 1991: 129).

10) Kebiasaan mempelajari ulang isi pelajaran dikelas.

Siswa yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh pada saat guru menjelaskan pelajaran, memahami bahan pelajaran dengan baik. Bahan pelajaran yang dipahami dengan baik akan disimpan dalam ingatan dengan baik pula. Pengulangan terhadap bahan pelajaran membuat penyimpanan bahan pelajaran dengan baik dalam ingatan dipertahankan dalam jangka waktu yang lama, sehingga pada waktu dibutuhkan informasi tersebut dengan mudah dimunculkan kembali (Maddox, 1983: 81-84).

11) Kebiasaan bertanya.

(48)

32

menaruh perhatian terhadap pelajarannya dan memiliki hasrat untuk maju (The Liang Gie, 1979: 125).

12) Kebiasaan menggunakan perpustakaan.

Tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa membaca. Gudang bacaan ialah perpustakaan. Setiap siswa harus mengunjungi perpustakaan di sekolahnya untuk mampu membantu usaha belajar, namun perpustakaan hanya dapat memberikan manfaat kepada seorang siswa kalau siswa sungguh-sungguh memanfaatkan buku yang tersedia (The Liang Gie, 1995: 48).

13) Kebiasaan menempuh ujian.

Babak yang terakhir dari usaha para siswa di sekolah ialah menempuh ujian secara tertulis ataupun lisan. Tes atau ujian tersebut dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh siswa menguasai ilmu yang telah dipelajarinya.

(49)

33

Apabila setiap siswa sejak awal tahun ajaran telah belajar secara tertib, mengatur waktu belajar, mengikuti pelajaran, membaca buku, membuat ringkasan dan menghafal pelajarannya, maka sesungguhnya ia sudah cukup siap siaga untuk menempuh ujian. Waktu-waktu yang terakhir menjelang bulan ujian tinggallah dipergunakan untuk memperdalam pengetahuannya dan mengulangi menghafal bahan pelajarannya (The Liang Gie, 1979: 144).

D. Prestasi Belajar.

Setiap orang dalam melakukan tindakannya selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Segala usaha dilakukan orang untuk sampai pada tujuan yang diinginkannya. Untuk mengetahui apakah usahanya telah berhasil mencapai tujuan, orang perlu mengadakan penilaian. Demikian pula dalam proses belajar di sekolah. Untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah berhasil menguasai bahan pelajaran selama batas waktu yang ditentukan (satu semester, atau satu tahun) perlu dilakukan penilaian. Penilaian ini sangat penting untuk menentukan prestasi belajar yang telah dicapai/diperoleh siswa.

1. Pengertian Prestasi Belajar.

(50)

34

kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Menurut Winkel (1984) prestasi belajar ini dapat berupa hasil yang baru dan bisa juga merupakan penyempurnaan atau pengembangan dari suatu kemampuan yang telah dimiliki. Jadi, dapat dikatakan prestasi belajar merupakan penilaian yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui proses belajar, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, dan hasil belajar berupa kemampuan-kemampuan kinerja (performance dan perilaku-perilaku) yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, setelah ia berinteraksi dengan guru di sekolah (Sudjana, 1990).

2. Fungsi Prestasi Belajar.

Penentuan prestasi belajar yang telah dicapai oleh para siswa memberikan manfaat yang besar, baik bagi siswa, guru maupun pihak sekolah (administrasi sekolah).

a. Fungsi Penentuan Prestasi Belajar Bagi Siswa.

(51)

35

guru akan menentukan langkah-langkah tertentu demi kemajuan prestasinya.

b. Fungsi Penentuan Prestasi Belajar Bagi Guru.

Seperti manfaat yang diperoleh siswa, para guru juga mendapat manfaat dari kegiatan penentuan prestasi belajar siswa. Guru dapat mengetahui seberapa jauh ia telah berhasil dan dalam hal apa ia gagal pada waktu mengajar. Hal ini akan menjadi dasar bagi guru untuk menentukan langkah selanjutnya dalam mengajar. Sumadi (1983) menyatakan bahwa hasil penentuan prestasi yang berupa nilai dapat digunakan oleh guru untuk:

1) Membantu guru dalam menilai readiness (keadaan siap) anak terhadap suatu mata pelajaran tertentu.

2) Mengetahui status anak dalam kelas.

3) Membantu guru dalam menentukan tempat murid dalam suatu kelompok pelajaran tertentu di dalam kelasnya, berdasarkan pada kesamaan kemampuan dalam kecakapan tertentu.

4) Membantu guru di dalam usaha memperbaiki metode belajar dan mengajarnya.

(52)

36

c. Fungsi Penentuan Prestasi Belajar Siswa Bagi Pihak Sekolah. Bagi pihak sekolah, khususnya dalam hal administrasi sekolah, penentuan prestasi belajar siswa membantu pihak sekolah dalam menyusun rapor siswa. Pihak sekolah mendapat manfaat:

1) Berupa data sehingga dapat menentukan status anak didik di dalam kelasnya, misalnya apakah siswa itu naik kelas atau tidak, lulus ujian atau tidak.

2) Memperoleh ikhtisar mengenai segala hasil usaha yang dilakukan oleh sesuatu lembaga pendidikan.

3) Merupakan inti laporan tentang kemajuan siswa-siswi kepada orang tua atau pejabat yang berwenang, guru-guru dan juga siswa-siswi sendiri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa.

(53)

37

a. Faktor internal, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi:

1) Faktor jasmani (faktor fisiologis).

Faktor jasmani meliputi seluruh hal yang berkaitan dengan keadaan jasmani/fisik siswa, baik itu yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman. Faktor jasmani ini, misalnya keadaan penglihatan, pendengaran, struktur tubuh siswa, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis.

Faktor psikologis yang mempengaruhi perolehan prestasi belajar siswa ini meliputi faktor psikologis yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman hidupnya. Faktor psikologis ini adalah:

a) Faktor intelektual, yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat, dan faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.

(54)

38

b. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang berpengaruh terhadap perolehan prestasi belajar siswa, antara lain:

1) Faktor lingkungan sosial di mana siswa tinggal, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok teman sebaya.

2) Faktor budaya yang ada di sekitar lingkungan hidup siswa seperti: adat-istiadat yang berlaku di masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik, misalnya iklim, fasilitas belajar di rumah, fasilitas hidup di rumah.

4) Faktor lingkungan spiritual/keagamaan dan faktor keamanan. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Selanjutnya faktor-faktor tersebut saling berinteraksi satu sama lain sehingga menghasilkan prestasi belajar.

(55)

39

dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu penelitian tentang hubungan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa.

E. Hubungan Kebiasaan Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa.

Keberhasilan siswa dalam studi dinyatakan dengan kemampuannya dalam mencapai prestasi belajar. Penulis telah menguraikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Tetapi, faktor manakah yang besar pengaruhnya dalam pencapaian prestasi belajar belum dapat dipastikan.

Pada umumnya, orang beranggapan prestasi belajar lebih banyak ditentukan oleh faktor intelegensi/kecerdasan yang dimiliki siswa. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Henry Clay Lindgren (dalam The Liang Gie, 1995: 194) terhadap sejumlah mahasiswa sukses di San Fransisco State College menunjukkan:

Kebiasaan-kebiasaan studi yang baik (good study habits) - 33 %

Minat (interest) - 25 %

Kecerdasan (intellegence) - 15 %

Pengaruh keluarga (family influence) - 5 %

Lain-lain (other) - 22%

(56)

40

(57)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, subyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, validitas instrumen, dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai kebiasaan-kebiasaan siswa dalam proses belajar fisika. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian korelasi yaitu korelasi antara kebiasaan belajar siswa dengan prestasi belajar dalam mata pelajaran fisika.

Penelitian kuantitatif deskriptif ini digunakan karena penulis bermaksud memperoleh informasi tentang kebiasaan belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012.

B. Subyek Penelitian.

Dalam penelitian ini subyek penelitian di ambil seluruh siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah total 36 siswa.

(58)

42 C. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester I, yaitu pada akhir oktober 2011. Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di SMA Kristen Setia Jl. Pierre Tendean Komplek Kodim Putussibau, Kalimantan Barat.

D. Metode Penelitian.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kenyataan yang telah terjadi sebagaimana adanya, tanpa ada manipulasi perlakuan atas subyek. Fokus yang menjadi penelitian ini adalah pengukuran terhadap hubungan antara dua fenomena. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap.

Tahap pertama adalah memberikan kuesioner kepada para siswa kelas XI IPA. Pengisian angket atau kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan-kebiasaan belajar siswa di sekolah maupun di rumah.

(59)

43 E. Instrumen Penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis instrumen, yaitu: 1. Kuesioner Kebiasaan Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika.

(60)

44

Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012

Aspek 5. Kebiasaan mempelajari ulang isi

pelajaran di kelas

21 dan 22

6. Kebiasaan menggunakan perpustakaan

28 26 dan 27

7. Kebiasaan menempuh ujian 31 dan 32

2. Dokumen Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fisika.

(61)

45

Penulis mengambil nilai ujian tengah semester mata pelajaran fisika untuk menentukan tingkat prestasi belajar fisika pada siswa, hal ini karena penulis ingin melihat keterkaitan antara prestasi belajar fisika dengan kebiasaan belajar siswa. Disebut kebiasaan jika hal tersebut dilakukan berulang-ulang dan sudah menjadi rutinitas, jadi nilai mata pelajaran fisika dari hasil ujian tengah semester yang diambil menggunakan nilai pada semester yang sedang di tempuh siswa.

F. Validitas Instrumen.

Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Paul Suparno, 2007: 68). Pada penelitian ini instrumen penelitian (kuesioner) sudah diujicobakan dengan menghasilkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,722 (lampiran 4).

G. Metode Analisis Data.

1. Data Hasil Kuesioner Kebiasaan Belajar.

(62)

46

Jawaban yang diberikan dari pernyataan yang positif dianalisis dengan skor sebagai berikut:

 Skor 4 untuk jawaban selalu (rutin)  Skor 3 untuk jawaban sering (tidak rutin)  Skor 2 untuk jawaban kadang-kadang  Skor 1 untuk jawaban tidak pernah

Jawaban yang diberikan dari pernyataan yang negatif dianalisis dengan skor sebagai berikut:

 Skor 4 untuk jawaban tidak pernah  Skor 3 untuk jawaban kadang-kadang  Skor 2 untuk jawaban sering (tidak rutin)  Skor 1 untuk jawaban selalu (rutin)

Skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner tersebut dijumlahkan. Dari hasil penjumlahan skor tersebut kemudian jumlah skor itu dibagi dengan jumlah skor maksimum dari kuesioner dan dikalikan dengan 100%. Dari hasil perhitungan itu diperoleh skor keseluruhan kuesioner kebiasaan belajar siswa dalam bentuk persentase.

(63)

47

 Interval persentase 0 – 25 berarti siswa memiliki kebiasaan belajar yang buruk.

 Interval persentase 26 – 50 berarti siswa memiliki kebiasaan belajar yang kurang baik.

 Interval persentase 51 – 75 berarti siswa memiliki kebiasaan belajar yang baik.

 Interval persentase 76 – 100 berarti siswa memiliki kebiasaan belajar yang sangat baik.

2. Data Dokumen Prestasi Belajar Fisika.

Prestasi belajar mata pelajaran fisika siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau tahun ajaran 2011/2012, direkam dari nilai ujian tengah semester. Nilai ujian tengah semester siswa tersebut diperoleh dari guru fisika untuk mengetahui tingkat prestasi belajar mata pelajaran fisika. Penulis hanya mengambil nilai siswa pada mata pelajaran fisika yaitu ketika siswa masih duduk di kelas XI tengah semester I (lampiran 5).

3. Perhitungan Statistik.

(64)

48

nilai-nilai yang diperoleh dari perhitungan SPSS ke persamaan : Y = a + b1X1 + b2X2. Dimana X1 = Variabel 1/variabel belajar di sekolah; X2 = Variabel 2/variabel belajar di rumah; Y = Nilai/prestasi; a = Konstanta; b1 = Koefisien regresi untuk variabel belajar di sekolah; dan b2 = Koefisien regresi untuk variabel belajar di rumah (Santoso, 2009: 83).

Santoso (2009: 85-86) menjelaskan untuk pengujian hipotesis digunakan Uji T dan didukung dengan nilai Koefisien Determinasi (R2)

a) Untuk Uji T digunakan hipotesis sebagai berikut: H0: b1 = 0, b2 = 0 dan Ha: b1 ≠ 0, b2 ≠ 0

b) Untuk mendukung pengujian diatas, disini juga digunakan uji Koefisien Determinasi (R2).

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan ketiga alat uji tersebut maka dapat diketahui tingkat signifikansi dari kegiatan belajar fisika dengan hasil belajar siswa dinyatakan dengan cara membandingkan nilai T hasil perhitungan dengan nilai T dalam tabel distribusi T dengan kriteria pengujian yaitu apabila -T tabel ≤ T hitung ≤ +T tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sedangkan untuk nilai R2 dapat langsung dibaca tanpa perlu membandingkannya.

(65)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan data penelitian variabel kebiasaan belajar dan variabel prestasi belajar dalam mata pelajaran fisika yang berupa nilai ujian tengah semester untuk mata pelajaran fisika pada waktu siswa masih menempuh semester I, serta data studi korelasi antara kedua variabel tersebut. Kemudian bab ini akan diakhiri dengan pembahasan hasil penelitian.

A. Sajian Data Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar.

Dari hasil kuesioner dan dokumen prestasi belajar fisika didapatkan hasil sebaran responden yaitu sebanyak 35 siswa dinyatakan memenuhi syarat/mengisi kuesioner dari jumlah keseluruhan sebanyak 36 siswa.

1. Kebiasaan Belajar.

(66)

50

Tabel 2. Analisis Rerata Persentase Kebiasaan Belajar Siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam

Mata Pelajaran Fisika

*) angka dibulatkan menjadi 2 angka dibelakang koma

Berdasarkan tabel di atas diperoleh rerata persentase dari masing-masing variabel kebiasaan belajar yaitu sebesar 80,22 ± 7,09 untuk variabel kebiasaan belajar di sekolah dengan persentase minimum sampai maksimum sebesar 63,16 sampai dengan 90,79. Serta 71,23 ± 8,55 untuk variabel kebiasaan belajar di rumah dengan persentase minimum sampai maksimum sebesar 50,00 sampai dengan 84,72. Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa kebiasaan belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia di sekolah memiliki persentase yang cenderung sangat baik sedangkan untuk kebiasaan belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia di rumah memiliki persentase yang cenderung baik.

2. Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fisika.

(67)

51

dimaksudkan agar memudahkan penulis dalam penganalisisan data. Secara lengkap dari hasil rekam nilai disajikan dalam lampiran 6. Sedangkan yang akan penulis tampilkan disini adalah hasil dari analisis rerata nilai tengah semester (prestasi belajar) siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia.

Tabel 3. Analisis Rerata Prestasi Belajar Siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata

Pelajaran Fisika

*) angka dibulatkan menjadi 2 angka dibelakang koma

Berdasarkan tabel di atas diperoleh rerata prestasi belajar siswa yaitu sebesar 64,08 ± 5,54 dengan nilai minimum sampai maksimum sebesar 50,00 sampai dengan 70,00. Dari data tersebut dapat di simpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia memiliki rerata prestasi dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 70.

B. Hasil Analisis Korelasi Serta Analisis Regresi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Fisika.

(68)

52

hasil kuesioner sebagai data independen (variabel bebas) dan perolehan nilai pada tengah semester sebagai prestasi belajar pada mata pelajaran fisika sebagai data dependen (variabel terikat). Hasil pengolahan data dengan program SPSS tercantum pada lampiran 7. Secara ringkas digambarkan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 4. Analisis Korelasi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012

Dalam Mata Pelajaran Fisika

(69)

53

Tabel 5. Analisis Regresi dan Koefisien Determinasi (R2) Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika

Model

a. Predictors: (Constant), belajar di rumah, belajar di sekolah b. Dependent Variable: prestasi

Berdasarkan analisis regresi di atas, dapat diperoleh koefisien regresi untuk masing-masing variabel yaitu sebesar 0,142 untuk belajar di sekolah (B1) dan sebesar 0,186 untuk belajar di rumah (B2) dengan nilai konstanta (a) sebesar 39,498. Dari nilai a, B1, dan B2 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Y = 39,498 + 0,142X1 + 0,186X2. Dari persamaan regresi

(70)

54

C. Deskripsi Hasil Korelasi dan Hasil Regresi Variabel Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa.

(71)

55

Selaras dengan hasil dari koefisien korelasi diatas, koefisien regresi untuk masing-masing variabel diperoleh hasil sebesar 0,142 untuk variabel kebiasaan belajar di sekolah dan 0,186 untuk variabel kebiasaan belajar di rumah. Dari koefisien regresi ini dapat digambarkan bahwa walaupun kebiasaan belajar di rumah memiliki nilai koefisien regresi yang lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan belajar di sekolah, tetapi variabel-variabel kebiasaan belajar baik di rumah maupun di sekolah mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, artinya hal ini mendukung teori yang diungkapkan oleh Henry Clay Lindgren (dalam The Liang Gie, 1995: 194) bahwa dengan semakin baik kebiasaan belajar maka prestasi dapat meningkat.

(72)

56

prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau Tahun Ajaran 2011/2012 Dalam Mata Pelajaran Fisika. Maka dapat disimpulkan variabel kebiasaan belajar di rumah dan variabel kebiasaan belajar di sekolah bukan menjadi faktor penentu yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Kristen Setia Putussibau. Untuk melihat seberapa besar sumbangan dari variabel kebiasaan belajar ditunjukkan oleh nilai dari koefisien determinasi (R2) yang mempunyai harga sebesar 0,148, ini berarti sumbangan variabel independen (kebiasaan belajar di rumah dan kebiasaan belajar di sekolah) terhadap naik turunnya atau variasi variabel dependen (prestasi) adalah sebesar 14,8% dan sisanya sebesar 85,2% merupakan sumbangan dari variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model yang diajukan dalam penelitian ini.

(73)

57

soal. Berikut lima pernyataan dari kebiasaan belajar di rumah yang cenderung baik yang memiliki rerata tertinggi.

Tabel 6. Rerata Kebiasaan Belajar Siswa di Rumah Yang Cenderung Baik yang penting dari buku pelajaran yang saya baca.

3,37 ± 0,877

3. Saya belajar tidak hanya menjelang ujian. 3,34 ± 0,906 4. Saya membuat catatan, tidak meminjam dan tidak

memfotocopy catatan milik teman menjelang hari-hari ulangan.

3,29 ± 1,045

5. Saya mencoba mengerjakan soal-soal latihan yang ada dalam buku.

3,06 ± 0,873

(74)

58

memberikan dampak terhadap prestasi siswa di sekolahnya. Sebab menurut The Liang Gie (1979: 85), siswa yang sanggup (yang mau dan mampu) secara efisien membaca buku-buku yang diwajibkan dan dianjurkan biasanya memperoleh angka yang baik dan akhirnya sukses dalam studinya.

(75)

59

Gie mengungkapkan bahwa belajar secara mati-matian setelah menjelang ujian umumnya tidak akan banyak menolong siswa. Hal yang diungkapkan oleh The Liang Gie tersebut bertujuan agar tercapainya prestasi yang baik bagi siswa. Berdasarkan hal tersebut peneliti mempunyai asumsi bahwa kebiasaan belajar di rumah harus diimbangi dengan kualitas yang memadai agar kebiasaan belajar di rumah memiliki dampak terhadap peningkatan prestasi siswa.

(76)

60

Tabel 7. Rerata Kebiasaan Belajar Siswa di Rumah Yang Cenderung Kurang

No. Penyataan Rerata ±

Standar Deviasi 1. Saya membaca buku sambil menonton pesawat

televisi atau sambil mendengarkan musik klasik ataupun musik pop.

2,51 ± 1,040

2. Saya tidak membuat catatan-catatan kecil pada bagian-bagian yang penting dari buku pelajaran yang saya baca.

2,46 ± 1,010

3. Saya tidak membaca buku pelajaran bagian demi bagian secara teliti.

(77)

61

maksimal dalam belajar, tidak salah apabila ada sebagian siswa yang senang menggunakan musik sebagai alat bantu supaya mereka mampu belajar secara optimal. Akan tetapi, hal yang harus diperhatikan adalah tipe musik dan volume tingkat berapa yang digunakan oleh siswa tersebut sehingga musik terseebut dapat membantu proses belajar siswa secara efektif bukannya malah mengganggu proses belajar. Selain kebiasaan membaca sambil menonton atau mendengarkan musik, kebiasaan belajar yang cenderung kurang yang termasuk dalam kebiasaan membaca ialah kebiasaan tidak membaca dengan teliti. Padahal kebiasaan membaca yang baik adalah menelaah sesuatu buku-buku untuk setiap mata pelajaran secara mendalam sehingga betul-betul memahami dan menguasai isinya. Dengan kata lain, ketelitian dalam membaca berpengaruh terhadap pemahaman dan penguasaan materi pelajaran.

Kebiasaan tidak membuat ringkasan adalah kebiasaan belajar yang cenderung kurang selanjutnya. Kebiasaan ini tidak seharusnya kurang karena kebiasaan membuat ringkasan ini sangat berguna bagi siswa. Dengan membuat ringkasan dari bahan yang dipelajari akan membantu siswa dalam mengingat isi suatu bahan pelajaran tertentu (bab atau subbab) atau akan membantu siswa mencari kembali materi-materi yang telah lalu dalam buku-bukunya.

Gambar

Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI IPA
Tabel 2. Analisis Rerata Persentase Kebiasaan Belajar Siswa kelas XI
Tabel 3. Analisis Rerata Prestasi Belajar Siswa kelas XI IPA SMA
Tabel 4. Analisis Korelasi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa
+6

Referensi

Dokumen terkait

Morphological observations cassava, for the varieties of Adira-1 and Cabak macao from three areas of research with different altitudes of 50 m asl, 300 m above sea level,

PENGARUH PERMAINAN MARBEL HURUF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB PURNAMA ASIH KABUPATEN BANDUNG BARAT.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan jasa pada Telkomsel Selaku penyelenggara operator seluler kartu Simpati berdasarkan

Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja yang secara

Pada simpulan hasil belajar siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan. melalui permainan sundul bola di matras mengalami

Panjang yang diukur adalah panjang total, yaitu panjang dari ujung mulut ikan hingga pangkal ekor dan ditimbang bobot basahnya, kemudian sebanyak 60-120 ekor dimasukkan

mereka lewat kepercayaan adalah cara yang mampu. membawa mereka bekerja sama untuk mentas

Dokumen kualifikasi perusahaan asli yang diupload atau dokumen yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan menyerahkan 1 (satu) rangkap rekaman (foto copy).