PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR
SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Antonius Dimas Wisnugroho
NIM: 091134111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR
SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Antonius Dimas Wisnugroho
NIM: 091134111
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO
“Always Do The Best”
Dengan segala kerendahan hati,
kupersembahkan yang terbaik dalam skripsi ini
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 9 Juli 2013 Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Antonius Dimas Wisnugroho
NIM : 091134111
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR SEDAYU
MELALUI METODE MENDONGENG”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 14 Juni 2013 Yang menyatakan,
ABSTRAK
Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode Mendongeng. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas II di SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng pada mata pelajaran PKn materi mengenal nilai-nilai Pancasila tahun pelajaran 2012/2013.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggart dengan subjek penelitian siswa kelas II yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data minat belajar adalah observasi dan kuesioner sedangkan data prestasi belajar diperoleh melalui tes tertulis dan rubrik observasi. Data capaian minat belajar yang diperoleh dari lembar observasi dan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan kriteria penyekoran dan menghitung jumlah skor keseluruhan. Data prestasi siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75.
Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa melalui metode mendongeng dilaksanakan dengan langkah-langkah yakni (1) Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran, (2) Mengkondisikan siswa di kelas, (3) Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa, (4) Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa, (5) Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng, (6) Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode mendongeng pada pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu. Data kondisi awal rata-rata minat sebelum menggunakan metode mendongeng yakni 54,8 setelah dilaksanakan siklus I rata-rata minat menjadi 79,4 kemudian rata-rata minat tersebut meningkat lagi menjadi 88,2 pada siklus II.
Rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal adalah 74,9 dengan persentase tingkat capaian siswa yang tuntas sebesar 53,33%, setelah menggunakan metode mendongeng dalam pembelajaran pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 75,9 dengan persentase ketuntasan 68,97%. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar menjadi 81,5 untuk rata-rata kelas dan persentase ketuntasan mencapai 79,31%.
ABSTRACT
Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Improving the Students Learning Interest and Learning Achievement in Civic Education Subject of the 2nd Grade at Pangudi Luhur Sedayu Primary School through Story Telling Method. Thesis. Yogyakarta. Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.
The purpose of this research was to increase the learning interest and learning achievement of the 2nd grade students at Pangudi Luhur Sedayu primary school through story telling method in civic education subject of the Pancasila value in the academic year 2012/2013.
This was a class action research employing Kemmis and Mc Taggart’s
model of class action research. The subject of the research was a group of thirty 2nd grade students. The experiment was conducted in two cycles with each cycle includes four phases namely planning, action, observation and reflection. Data collection techniques used to measure the learning interest were observation and questionnaire while written tests were used to measure the learning achievement. The learning interests data obtained from observation sheets and questionnaires were analyzed by using the scoring criteria and calculating the amount of the overall score. Student achievement data were analyzed by summing the score of all the students to calculated the average grade and the percentage of students who met the minimum completeness criteria (KKM) of 75.
The efforts to improved the learning interest and learning achievement through the method of story telling was done with the steps: (1) Selected the story according to the subject matter, (2) Conditioning the students in the class, (3) Indicated the media that will be used on students, (4 ) Teacher used media to engaged students in story telling process, (5) Teachers asked questions about the characters and the message in the story, (6) Teachers tales related to the subject matter through questions and answers.
The results showed there was an increased in learning interest and learning achievement after using story telling method in teaching civic education in 2nd graders at Pangudi Luhur Sedayu primary school. The baseline average learning interest before using the story telling method is 54.8 and after using story telling method in the first cycle the average became 79.4 then the average learning interest increased again up to 88.2 in the second cycle.
Known to the average student achievement on initial condition is 74.8 with a percentage of the level of achievement of students who was completed was 53.33%, after using the story telling method in the learning process in the first cycle, the class average increased to 75.9 with 68.97% completeness. The research was continued to the second cycle with increased performance up to 81.5 for the class average and the percentage of completeness reached 79.31%.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang
telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
Penulisan tugas akhir yang berupa skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan berhasil tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan dorongan sehingga penulisan skripsi
dapat berjalan lancar.
4. Ibu Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, bantuan berupa ide dan saran.
5. Bapak Drs. Petrus Silam, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur
Sedayu yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
6. Bapak Wahyu Wasana, S.Pd., selaku wali kelas II SD Pangudi Luhur
7. Siswa-siswi kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu.
8. Alm. Ayah yang telah menjadi sumber inspirasi.
9. Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.
10.Santa yang selalu mengingatkan untuk terus semangat dan memotivasi
sehingga skripsi dapat dicapai tepat waktu.
11.Teman-teman kelas C PGSD angkatan 2009 yang selau kompak memberi
dukungan satu sama lain.
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dari awal hingga akhir pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukan, kritik dan saran
demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas akhir masa-masa yang akan
datang. Akhir kata, semoga laporan penelitian tugas akhir ini berguna bagi semua
pihak.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. HALAMAN PENGESAHAN ………
MOTTO DAN HALAMAN PESEMBAHAN ………...
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….. ABSTRAK ………..
1.1 Latar Belakang ………
1.2 Batasan Masalah ………..
1.3 Rumusan Masalah ………...
1.4 Tujuan ………..
1.5 Manfaat Penelitian ………...
1.6 Batasan Pengertian………...
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..
2.1 Landasan Teori ..……….
2.1.1 Minat Belajar ………. 2.1.1.1 Indikator Minat Belajar ……….. 2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar ……… 2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar ……… 2.1.2 Prestasi Belajar ……….. 2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar ………
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ……….. 2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ………. 2.1.4 Metode Pembelajaran ………...
2.1.4.1 Pengertian Metode ………...
2.1.4.2 Pengertian Metode Pembelajaran ………... 2.1.5 Dongeng ………...
2.1.5.1 Pengertian Dongeng ………...
2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak ………...
2.1.5.3 Unsur-Unsur dalam Cerita Anak ………...
2.1.6 Mendongeng ………...
2.1.6.1 Pengertian Mendongeng ………...
2.1.6.2 Pelaksanaan Mendongeng ..………... 2.1.7 Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran PKn …………... 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ……….
2.3 Kerangka Berpikir ………
2.4 Hipotesis Tindakan ………...
BAB III METODE PENELITIAN ………..
3.1 Jenis Penelitian ……….
3.2 Seting Penelitian ………...
3.3 Rencana Tindakan ………
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .…….……….
3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ………..
3.4.2 Instrumen Penelitian ……….………...
3.4.2.1Instrumen Minat Belajar ….……….
3.4.2.2Instrumen Prestasi Belajar ………...
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen……….
3.5.1 Validitas Instrumen ……… 3.5.2 Reliabilitas ……….. 3.6 Teknik Analisis Data ………
3.6.1 Teknik Analisis Data Minat Belajar ………..
3.6.2 Teknik Analisis Data Prestasi Belajar ……… 3.7 Indikator Keberhasilan ………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 4.1 Hasil Penelitian ……….
4.1.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas ………..
4.1.2 Siklus I ……… 4.1.3 Siklus II ……….. 4.2 Pembahasan ……….. 4.3 Keterbatasan Penelitian ……….
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….
5.1 Kesimpulan ………
5.2 Saran ……….. DAFTAR PUSTAKA ……….
Hal.
72
73
75
75
75
79
89
99
110
111
111
112
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ………... Tabel 3.2 Peubah (Variabel) Beserta Pengumpulan Data ……….
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar (Afektif) ………
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar (Psikomotorik) ……..
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Minat ………..………...
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Tertulis ….………..
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran ………...
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Uji Validasi Perangkat Pembelajaran ……….. Tabel 3.9 Hasil Uji Validasi Perangkat Pembelajaran ………. Tabel 3.10 Penghitungan Validitas Soal Siklus I ………..………
Tabel 3.11 Penghitungan Validitas Soal Siklus II ………..….…..
Tabel 3.12 Kriteria Koefisien Realibilitas ………. ………... Tabel 3.13 Kualifikasi Hasil Realibilitas ………...………… Tabel 3.14 Teknik Analisis Observasi ………...………
Tabel 3.15 Teknik Analisis Kuesioner Minat ………..………..
Tabel 3.16 Klasifikasi Minat Siswa ………..……….… Tabel 3.17 Kriteria Skor ………. Tabel 3.18 Kriteria Keberhasilan ………... Tabel 4.1 Capaian Minat Belajar Kondisi Awal ………...
Tabel 4.2 Capaian Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal ………..……
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……….. Tabel 4.4 Capaian Minat Belajar Siklus I ……….. Tabel 4.5 Perbandingan Minat Belajar Kondisi Awal dengan Siklus I ...…..
Tabel 4.6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ……….
Tabel 4.7 Kendala dan Strategi Pemecahan Masalah ……...………. Tabel 4.8 Capaian Minat Belajar Siklus II ………. Tabel 4.9 Perbandingan minat Belajar Siklus I dengan Siklus II ...………...
Tabel 4.10 Capaian Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ……..………….
Tabel 4.11 Rangkuman Minat Belajar …………..……… Tabel 4.12 Rangkuman Klasifikasi Capaian Minat Belajar ………..……... Tabel 4.13 Rangkuman Prestasi Belajar ………...………
Tabel 4.14 Capaian Minat Belajar dan Prestasi Belajar ………
Tabel 4.15 Kriteria Keberhasilan yang Tercapai …………..………
Hal
102
102
106
107
DAFTAR LAMPIRAN
Silabus ………..………..………... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ……….. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ………. Hasil Uji Validitas ……….………. Hasil Uji Reliabilitas ………..
Instrumen Pengumpulan Data ………
Hasil Pengolahan Data ……….……….. Lembar Kuesioner Siswa ………... Lembar Soal Evaluasi Siswa ………..
Foto-Foto Kegiatan Selama Penelitian ……….………..
Surat Perijinan Kampus ……….………. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ……….…………..
Hal.
117
129
155
179
191
192
198
208
215
223
225
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Boneka Tangan ….………..
Gambar 2.2 Wayang Karton ………..
Gambar 2.3 Papan Background ………. Gambar 2.4 Kostum ……….……….. Gambar 2.5 Buku Cerita ……… Gambar 2.6 Literature Map ……… Gambar 3.1 Skema Penelitian ………
Gambar 3.2 Respon Kuesioner ………..
Gambar 4.1 Diagram Capaian Minat Belajar ………. Gambar 4.2 Diagram capaian Prestasi Belajar ………..
Hal.
32
32
33
33
34
39
36
44
109
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya strategis dalam pembentukan sistem nilai
yang ada dalam diri seseorang, dalam proses berlangsungnya pendidikan tentunya
akan diupayakan peningkatan kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia,
tak terkecuali bagi siswa Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah
salah satu mata pelajaran di mana siswa dididik mengenai nilai kehidupan yang
ada dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
yang biasa disebut dengan PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 21
Tahun 2006 tentang Standar Isi, 2006:271), dengan ini mata pelajaran PKn dapat
diartikan juga sebagai landasan untuk mengembangkan karakter siswa melalui
nilai-nilai kehidupan.
Proses belajar mengajar di sekolah dasar, tak terkecuali pada pelajaran PKn
tentunya membutuhkan banyak faktor demi mencapai keberhasilan pembelajaran,
di antaranya adalah faktor penggunaan metode pembelajaran. Metode merupakan
teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka
pembelajaran yang tepat akan membantu siswa untuk mencapai suatu hasil
pembelajaran yang memuaskan.
Salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat menarik digunakan adalah
proses pembelajaran dengan mendongeng, di mana menurut Agus (2008:14)
mendongeng merupakan kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan.
Mendongeng dapat menjadi sebuah jembatan bagi guru menyampaikan pesan
kepada siswa. Hendri (2013:18) mengatakan bahwa mendongeng bisa menjadi
metode penyampaian pesan-pesan moral yang sangat efektif, sejalan dengan hal
itu mendongeng merupakan metode yang sangat menarik bagi siswa, karena
dongeng sering disampaikan dengan menggunakan alat peraga berupa boneka atau
wayang (Agus, 2008:15). Pengajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam
memahami suatu pesan dan juga dapat merangsang kemampuan berbahasa siswa.
Penyajian pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan memberikan
stimulus yang positif sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali dengan
sistematis sesuai dengan apa yang didengar, dilihat dan dirasakan.
Saat ini masih banyak guru yang belum menggunakan metode
pembelajaran, seperti halnya dengan guru kelas II di sebuah sekolah, berdasarkan
tanya jawabdengan guru kelas diketahui bahwa guru hanya menggunakan metode
konvensional dalam mengajar. Guru berpendapat bahwa metode pembelajaran
lebih difleksibelkan saat mengajar sehingga tidak terlalu menjadi masalah dan
tidak perlu dipersiapkan, padahal kenyataannya metode pembelajaran sangatlah
penting digunakan dan harus dipersiapkan sebelum mengajar. Diketahui bahwa
prestasi belajar siswa tahun sebelumnya diketahui jumlah siswa yang tuntas
belajar hanya sebanyak 53,33 % atau 16 siswa dari jumlah keseluruhan 30 siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan belum maksimal
sehingga sebagian besar siswa juga belum memahami benar materi yang
diberikan. Data diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap
cara mengajar guru kelas, di mana siswa mengikuti pembelajaran dengan kurang
antusias dan kurang berminat dikarenakan proses pembelajaran hanya didominasi
oleh guru dari awal hingga akhir pelajaran.
Salah satu cara untuk mendapatkan minat belajar siswa yang baik dalam
pembelajaran adalah dengan pilihan metode belajar yang tepat, seperti
mendongeng. Ketika mendongeng guru akan merangsang siswa untuk
mengoptimalkan alat pendengarannya, penglihatannya dan perasaannya agar
pesan yang disampaikan guru dapat ditangkap dengan baik. Menurut guru kelas,
siswa akan senang bila dalam pembelajaran terdapat media namun guru
mengalami kesulitan mengaplikasikan media dan teknik yang tepat kepada siswa
dalam pembelajaran PKn. Hendri (2013: 200) menyampaikan bahwa metode
mendongeng dalam pembelajaran bisa disampaikan sebagai pengantar atau
selipan dalam pelajaran PKn, mendongeng pun bisa dilakukan oleh guru kelas
pada saat menyampaikan materi. Berbeda dengan ceramah yang bersifat
menggurui, mendongeng bersifat murni dan tidak menggurui (Bimo, 2011:16).
Berdasarkan dua hal tersebut mendongeng dapat digunakan sebagai metode
dalam pengajaran PKn dan akan memberikan pengaruh baik untuk memperbaiki
karena dengan suasana yang menyenangkan, siswa tidak akan merasa bahwa
mereka hanya akan mendengar ceramah sang guru dan prestasi belajar siswa
dalam belajar akan ditingkatkan melalui materi yang diberikan oleh guru melalui
isi dongeng yang bersifat nasihat ataupun materi ajar yang terselip di dalamnya.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian
“Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode Mendongeng”.
1.2 Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran PKn kelas II
semester genap di SD Pangudi Luhur Sedayu dengan menggunakan metode
mendongeng pada materi nilai-nilai kehidupan sesuai dengan kompetensi dasar
(KD) 4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam
kehidupan sehari-hari.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap
tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.
tahun pelajaran 2012/2013?
3. Apakah metode mendongeng dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap
tahun pelajaran 2012/2013?
1.4 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitiannya
adalah:
1. Mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester
genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.
2. Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD
Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui
metode mendongeng.
3. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD
Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui
metode mendongeng.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan manfaat tentang penggunaan
metode mendongeng dalam proses belajar mengajar PKn, manfaat tersebut antara
1. Bagi Guru
Bagi guru untuk menjadi kesempatan untuk memberikan bentuk
pembelajaran yang berbeda serta menambah keterampilan guru dalam
mengajar siswa melalui metode yang baru digunakan. Selain itu metode
mendongeng ini mampu meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa.
2. Bagi Siswa
Dengan metode mendongeng proses belajar akan lebih menarik.
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan membangkitkan minat belajar
siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Dongeng juga akan
memberikan nasihat dan petuah kepada siswa.
3. Bagi Peneliti
Bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan dalam
pengajaran yang kreatif dan inovatif serta tentunya bermanfaat. Selain itu,
penulis juga akan menambah pengalaman dalam mengajar khususnya saat
melakukan penelitian ini.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta kontribusi sebagai
kekayaan pustaka dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengajar PKn
dengan menggunakan metode mendongeng.
1.6 Batasan Pengertian
Peneliti membatasi pengertian terhadap beberapa istilah dalam penelitian
1. Minat belajar
Minat belajar adalah sebuah rasa yang muncul dari dalam diri siswa untuk
ingin belajar. Minat yang akan ditingkatkan ialah minat belajar siswa dalam
belajar PKn.
2. Prestasi belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari usaha belajar yang telah dicapai siswa.
Prestasi belajar yang akan ditingkatkan ialah prestasi belajar siswa dalam
pelajaran PKn. Penelitian ini akan mengambil nilai kognitif sebagai
pembanding hasil penelitian dengan kondisi awal, karena kondisi awal
hanya menggunakan penilaian kognitif.
3. Metode
Metode adalah cara yang digunakan peneliti dalam menyampaikan bahan
materi pelajaran menggunakan mendongeng dalam proses pembelajaran.
4. Dongeng
Dongeng adalah cerita yang penuh dengan khayalan dan imajinasi, dalam
penelitian ini dongeng akan ditambahkan materi pelajaran PKn yang akan
disampaikan.
5. Mendongeng
Mendongeng merupakan keterampilan bercerita dengan memasukkan materi
pelajaran ke dalam dongeng yang disampaikan oleh peneliti, dengan
menggunakan berbagai media selama pembelajaran PKn kepada siswa kelas
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab II kajian pustaka berisi landasan teori, hasil penelitian sebelumnya,
kerangka berpikir, dan hipotesis. Landasan teori membahas teori-teori yang
relevan dengan penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang berisi pengalaman
penelitian yang pernah ada, selanjutnya hasil penelitian dirumuskan dalam
kerangka berpikir dan hipotesis yang berisi jawaban sementara dari rumusan
masalah penelitian.
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Minat Belajar
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, “semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat” (Slameto, 2003:180), sejalan
dengan itu Winkel (1983:30) menuturkan bahwa minat adalah kecenderungan
yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang studi/hal tertentu
dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Dalam proses pembelajaran
tentunya minat atau perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat
penting diketahui oleh guru (Arikunto, 1980:103).Berdasarkan definisi tersebut
diri siswa agar mampu menetap pada suatu hal, dalam konteks ini yaitu menetap
dalam pembelajaran.
2.1.1.1 Indikator Minat Belajar
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.
Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
Sependapat dengan itu, Winkel (2004:212) mengungkapkan bahwa ciri-ciri
minat belajar adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik
yang sedang dipelajarinya. Hal demikian diungkapkan oleh Syah (2008:151)
bahwa pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi memungkinkan siswa
untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang dinginkan. Joko
(2012:8) juga mengemukakan bahwa ada indikator-indikator siswa yang berminat
dalam belajar, yakni ekspresi perasaan senang, perhatian dalam belajar, kemauan
mengembangkan diri dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ciri-ciri
minat belajar dapat dibagi menjadi empat indikator utama yakni:
3. Perhatian dalam pembelajaran.
4. Keterlibatan diri dalam pembelajaran.
Peneliti membagi menjadi empat indikator utama dikarenakan keempat
indikator tersebut mewakili teori indikator minat belajar. Slameto (2003:58)
mengutarakan ada lima indikator minat belajar, namun untuk poin indikator ada
rasa suka dan senang pada sesuatu dan poin indikator lebih menyukai suatu hal
yang menjadi minatnya daripada yang lain, digabungkan menjadi satu yakni
perasaan senang dan suka terhadap pembelajaran karena adanya kesamaan
maksud yaitu rasa senang dan suka. Sementara untuk pendapat dari Winkel
(2004:212) juga mendukung indikator perasaan senang dan suka terhadap
pembelajaran.
2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar
Menurut Arikunto (104-106) cara untuk mengusahakan agar unsur-unsur di
dalam kelas dapat menjadi pusat perhatian siswa demi menarik minat belajar
siswa, diantaranya adalah:
1. Bahan pelajaran yang menarik minat
“Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan
belajar mengajar karena memang bahan pelajaran itulah yang
diupayankan untuk dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru khususnya,
atau pengembangan kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus
silabus berkaitan dengan kebutuhan siswa pada usia tertentu dan dalam
lingkungan tertentu pula.”
2. Alat-alat pelajaran yang menarik minat
Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi pelajaran
adalah alat-alat pelajaran dan atau media pendidikan. Alat pelajaran
hendaknya dipilih yang sesuai dengan usia siswa. Bagi anak-anak kecil
alat-alat pelajaran dipilihkan yang berwarna-warni, ringan, dan
bentuknya aneh. Jika penggunaan alat harus perseorangan, alat-alat
tersebut dipilih yang tidak berbahaya.
3. Keadaan atau situasi yang menarik minat siswa
Keadaan atau suasan di dalam kelas hendaknya diusahakan sedemikian
rupa sehingga tidak membosankan dan cepat membuat siswa menjadi
lelah. Keadaan dan suasana menarik adalah yang mendukung
terpenuhinya kebutuhan siswa yang baik kebutuhan yang berhubungan
dengan jasmani maupun rohani. Ruangan yang cukup luas dan dapat
digunakan untuk bergerak leluasa, udara yang bebas dan segar sehingga
memungkinkan siswa dapat bernafas dengan lega, dapat menarik minat
siswa hanya pada pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan kata lain,
keadaan atau suasana lebih banyak merupakan faktor pendukung, bukan
sebagai objek yang diperhatikan.
4. Guru yang menarik perhatian
Bagaimana guru bergaya dan berprilaku banyak dibicarakan di dalam
turun dengan teratur, pandangan mata yang menunjukkan kegairahan
besar dalam mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta penguasaan
terhadap siswa.
Berdasarkan cara-cara yang tertuang di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
mencari minat siswa, guru harus mampu memfasilitasi usaha-usaha dalam
meningkatkan minat siswa, sejalan dengan itu Winkel (1984:31) menyebutkan ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa berminat
dalam belajar, antara lain:
1. Membina hubungan yang akrab dengan siswa.
Guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan siswa sehingga
tercipta keakraban dan terbina hubungan baik pula.
2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.
Bahan pelajaran yang diberikan tentunya mampu dipelajari oleh siswa
tetapi tidak terlalu sulit bahkan terlalu mudah sehingga siswa mampu
menerimanya.
3. Menggunakan media pembelajaran yang cocok.
Penggunaan media akan sangat membantu dalam proses belajar di kelas.
4. Menggunakan alat-alat pelajaran yang cocok.
Alat-alat pelajar yang digunakan ialah alat-alat yang mendukung prasana
di kelas.
6. Guru mampu menggunakan metode yang baik dalam mengajar agar
materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan menarik, selain itu
juga harus bervariasi sehingga siswa tidak bosan.
2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar
Minat belajar siswa dapat diukur menggunakan penilaian non tes. Masidjo
(1995:59) mengatakan bahwa non tes merupakan rangkaian pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab dalam sebuah situasi. Penilaian non tes dapat
berupa observasi (pengamatan), wawancara, kuesioner (angket), daftar cek dan
catatan anekdot.
2.1.2 Prestasi Belajar
Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Beberapa ahli menuturkan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil
penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan
tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan
dari siswa” (Hawadi, 2004). Selain itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan pretasi merupakan hasil dari proses belajar.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:895) prestasi belajar adalah
pelajaran, lazimnya dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Darsono
(2000:110) berpendapat bahwa “prestasi belajar siswa merupakan perubahan
-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif,
keterampilan/psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif
dengan lingkungan”. Sementara itu Sudjana (2009:22) mendefinisikan prestasi belajar sebagai “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ialah
hasil dari perubahan kemampuan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik
pada siswa setelah melalui pengalaman belajar di kelas.
2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar
Sudjana (2009, 22-23) menyebutkan bahwa klasifikasi prestasi belajar dari
Bloom secara garis besar terdapat tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif,
dan aspek psikomotorik. Berikut merupakan ketiga aspek tersebut:
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir
siswa, yang mana aspek ini berkaitan erat dengan kemampuan berpikir
siswa yang meliputi enam aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Aspek afektif
Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap, afektif
afektif yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasai, dan
internalisasi.
c. Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
kemampuan gerak fisik. Aspek ini menunjukkan kemampuan atau
keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.
Gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif merupakan aspek dalam psikomotorik.
2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Sudjana (1980:39-42) mengemukakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik, dua faktor tersebut
akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor Intrinsik
Faktor ini merupakan faktor dalam diri siswa sehingga berasal dari dalam
diri dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Faktor intrinsik
meliputi motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan, ketekunan,
sosial ekonomi dan fisik serta psikis.
2. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor dari luar diri siswa atau dari lingkungan
siswa. Kualitas dalam pengajaran di kelas juga faktor besar dalam segi
kompetensi guru dalam mengajar siswa, karakteristik kelas (suasana,
sarana dan sumber belajar), serta karakteristik sekolah (kedisiplinan,
adanya perpustakaan, tempat yang rapi, serta kenyamanan dalam belajar
di lingkungan sekolah).
2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dijelaskan dalam pasal 39 ayat 2 UU
RI No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan
Pancasila mengarah pada moral yang dapat diwujudkan dalam kehidupan
sehari-hari. Selanjutnya dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antar negara dengan negara serta pendidikan.
Berdasarkan pengertian tersebut, PKn memiliki peran penting dalam
membentuk pribadi manusia yang memiliki jiwa Pancasila dalam hidup
sehari-hari. Tujuan pembelajaran PKn adalah mampu membentuk warga Negara untuk
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara seperti yang diamanatkan oleh
pancasila dan UUD 1945.
2.1.4 Metode Pembelajaran 2.1.4.1 Pengertian Metode
Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan
suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998:1), sama
cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan. Dari pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara yang
dianggap efisien yang digunakan untuk mencapai hasil yang memuaskan.
2.1.4.2 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting,
karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran
untuk mencapai suatu tujuan. Pasaribu (1983:13-15) mengutarakan bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan,
dengan pemilihan dan penggunaan metode dalam pembelajaran bertujuan untuk
mempermudah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal serupa
juga diutarakan oleh Surakhmad dalam Wasimin (2009:3) bahwa metode
pembelajaran adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mengelola proses
belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Roestiyah
(1998:1) berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan
siswa dengan baik. Penggunaan metode secara tepat dan akurat, membuat guru
mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran, jadi guru sebaiknya menggunakan
metode mengajar karena melalui metode pembelajaran guru dan siswa akan
2.1.5 Dongeng
2.1.5.1 Pengertian Dongeng
Dongeng merupakan satu dari beberapa jenis cerita anak. Agus (2008:11)
menjelaskan bahwa dongeng merupakan cerita berisi hiburan juga ajaran moral,
selain itu dongeng menurut Alfandiyar (2007:23-24), dongeng merupakan salah
satu cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan) afektif
(perasaan, sosial), dan aspek kognitif (penghayatan) anak-anak, selain itu dongeng
pun dapat membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman baru yang belum
pernah dialaminya. Pendapat dari Endraswara (2002:115) mengungkapkan bahwa
cerita anak pada dasarnya demi perkembangan anak, karena di dalamnya
mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan
perasaan anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak, sementara
Sugihastuti (1996:69) menuturkan bahwa cerita anak adalah media seni yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya dan tidak
seorang pengarang cerita anak-anak mengabaikan dunia anak-anak. Penuturan di
atas dapat disimpulkan bahwa dongeng untuk anak merupakan cerita anak yang
berisi ajaran moral dan hiburan di mana terdapat liku-liku kehidupan untuk
mengajari anak sesuai dengan pemahaman mereka demi merangsang
perkembangan anak.
Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam proses kreatifnya, maka dari
itu cerita anak diciptakan oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri
anak-anak lewat bahasa anak-anak. Priyono (2006:3) dalam bukunya
1. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat (legenda) 2. Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang (fabel)
3. Dongeng yang berkaitan dengan fungsi pelipur lara
4. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang (mite) 5. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.
Pengelompokkan dongeng di atas juga menjadi pilihan bagi seseorang untuk
memilih dongeng mana yang akan digunakan sebagai dongeng untuk diceritakan
kepada anak Bimo (2011:37) pemilihan tema cerita menjadi penting dikarenakan
dalam memilih dongeng kita harus selalu sesuai dengan tema, kondisi acara, siapa
audience kita yang semuanya akan menentukan materi atau isi dongeng kita.
2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak
Endarswara (2002:119) mengatakan bahwa ada tiga ciri-ciri cerita anak,
yakni:
1. Berisi sejumlah pantangan, yang dimaksud adalah dalam cerita hanya
hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan dan tidak semua harus disampaikan
perlu ada penyesuaian.
2. Penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan uraian
secara langsung, tidak berkepanjangan.
3. Memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada
anak-anak.
2.1.5.3 Unsur-Unsur dalam Cerita Anak
Lustantini (1998:16) penyebab ketertarikan audience pada dongeng yang
tersebut haruslah ada dalam cerita anak yang akan dibawakan. Unsur-unsur
pembangun cerita anak tersebut, antara lain:
1. Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan
dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita. Tokoh dapat memiliki
dua sifat, yaitu protagonis (karakter yang melambangkan kebaikan,
menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan
antagonis (karakter yang berlawanan dengan tokoh protagonis,
merupakan karakter yang harus dijauihi perbuatannya).
2. Latar atau setting
Latar (setting) yaitu tempat maupun waktu terjadinya cerita. Latar
merupakan keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran
keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara
hidup maupun bahasa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat
seperti bangunan atau daerah).
3. Tema dan Amanat
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga
sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya.Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan
tujuan pemaparan cerita rekaan oleh pengarangnya (Aminuddin dalam
pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang
tema:
a. Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam cerita.
b. Pengarang menampilkan tema karena ada maksud tertentu atau pesan
yang ingin disampaikan dan maksud atau pesan yang ingin
disampaikan itu disebut amanat.
Amanat adalah gagasan yang mendasari suatu pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto,
2008: 162) jadi, amanat merupakan gagasan yang mendasari karya atau
suatu pesan baik tersirat maupun tersurat dalam suatu karya.
4. Alur
Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara
logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Sudjiman
(dalam Siswanto 2008: 159) menyatakan bahwa alur adalah peristiwa
yang diurutkan membangun pokok cerita. Alur ada dua macam, yaitu
alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun
mulai dari awal, tengah kemudian akhir yang diwujudkan dengan
pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot
balik adalah urutan peristiwa uang dimulai dari tengah, awal, akhir atau
sebaliknya. Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia)
atau sad ending (sedih).
Unsur-unsur penting di atas merupakan kunci ketertarikan pada suatu
Keempat unsur-unsur dalam cerita anak meliputi tokoh, latar, tema dan amanat,
akan menjadi bahan penelitian, sedangkan alur tidak termasuk dalam kompetensi
yang akan diteliti oleh penulis dikarenakan materi ajar kelas 2 tematik maka akan
memasukkan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengidentifikasi unsur
cerita.
2.1.6 Mendongeng
2.1.6.1 Pengertian mendongeng
Menurut Agus (2008:14) mendongeng merupakan kegiatan bercerita atau
menuturkan cerita secara lisan, di samping itu kegiatan bercerita seperti
mendongeng ini juga dinilai efektif karena cerita umumnya lebih berkesan
daripada nasihat murni, selain itu melalui cerita manusia dididik untuk mengambil
hikmah tanpa merasa digurui (Bimo, 2011:16). Mendongeng ialah kegiatan
menceritakan sesuatu ke pada penonton (audience) dengan tujuan menyampaikan
pesan dengan bantuan media yang bercerita tidak disebut dalang tetapi
pendongeng selain itu, bahan-bahan yang digunakan tidak terikat pada
pakem-pakem tertentu seperti, adanya musik pengiring, waktu pementasan, dan bahan
yang digunakan jadi, para pendongeng dapat memodifikasinya tergantung pada
kreativitas pendongeng dan sesuai dengan bahan yang ada. Mendongeng juga
memanfaatkan beberapa media dalam penyampaiannya seperti wayang, boneka,
2.1.6.2 Pelaksanaan Mendongeng
Sebelum melaksanakan kegiatan mendongeng, hendaknya melakukan
berbagai macam persiapan mulai dari langkah dalam mendongeng, pemilihan
cerita, kiat-kiat dalam mendongeng, hal-hal yang harus diperhatikan dan
perlengkapan mendongeng. Berikut hal-hal yang harus dicermati dalam
pelaksanaan mendongeng:
a. Langkah dalam Mendongeng
Abdul Aziz (2002:30-34) menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam
proses pembelajaran yaitu:
1. Pemilihan Cerita
Dalam mendongeng hendaknya memilih cerita yang benar-benar dikuasai
atau sudah paham cerita dalam dongeng, sebab cerita yang akan
disampaikan, khususnya apabila diambil dari buku ini, memuat berbagai
cerita dengan aneka bentuk, sedangkan jika mengambil bahan selain dari
buku ini maka sebaiknya guru memilih satu bentuk cerita saja.
2. Persiapan Masuk Kelas
Sebelum masuk kelas, guru hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang
akan digunakan dalam mendongeng, yang perlu diketahui bagi para guru
bahwa setiap menit waktu yang digunakan untuk berfikir dan mengolah
cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan
membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah. Begitu juga saat
menggambarkan berbagai peristiwa di hadapan anak-anak, ia dapat
merancang gambaran alur cerita dengan jelas, dan menyiapkan
kalimat-kalimat yang akan disampaikannya sebelum masuk kelas.
3. Posisi Duduk Siswa
Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para siswa dengan
sepenuh hati dan pikiran mereka, oleh karena itu guru harus dapat
menguasai cerita yang disampaikan dengan baik, sehingga mereka dapat
mengikuti jalan cerita. Keperluan ini digunakan ketika penceritaan
berlangsung, para siswa hendaknya diposisikan secara khusus, tidak seperti
waktu mereka belajar menulis dan membaca, karena yang terpenting adalah
siswa dapat menerima cerita yang disampaikan secara aktif, tidak duduk
sesukanya dan kalau perlu mereka dapat berdiri sejenak. Suasana seperti ini
akan jauh dari kesan resmi, tidak seperti umumnya pelajaran lain dan tidak
lupa diantara guru dengan murid harus terjalin keakraban yang wajar.
Selain itu Agus (2002:99) juga menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam
mendongeng ialah sebagai berikut:
1. Berkonsentrasi untuk mengingat kembali dongeng yang akan dibawakan.
Mencoba mengingat urutan cerita, tokoh-tokoh dalam dongeng, dan
membayangan seperti apa dongeng akan dibawakan.
2. Mempersiapkan kejutan-kejutan untuk diberikan kepada anak-anak
ketika proses mendongeng.
3. Buatlah kartu pengingat untuk mempermudah alur cerita. Kartu
pengingat berisi tulisan pendek hanya untuk pengingat dan bisa ditempel
4. Setelah semua siap, mulailah dengan menyapa anak-anak.
5. Setelah menyapa kemudian mulailah dengan mendongengkan cerita
untuk anak-anak.
Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menggabungkan ke dalam 6
langkah pokok di mana setiap langkah-langkah yang menyerupai atau sama akan
dijadikan sebagai satu langkah. 6 langkah dalam mendongeng antara lain:
1. Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran.
Pemilihan cerita didasarkan pada materi yang akan dipelajari, cerita akan
dibuat sendiri sehingga siswa akan lebih mudah menangkap isi dan jalan
cerita yang akan dibawakan.
2. Mengkondisikan siswa di kelas.
Guru akan mulai dengan mempersiapkan siswa sebelum dongeng
dimulai, menarik perhatian siswa dengan menyapa, nyanyian dan
mengubah posisi duduk agar tidak monoton.
3. Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa.
Guru akan menunjukkan media pada siswaa, sehingga siswa akan merasa
tertatik di awal dan menunggu penggunaan media. Adapun media yang
digunakan berbeda di setiap pertemuan yakni: boneka flanel, wayang
karton, papan background, kostum dan buku raksasa.
4. Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa.
Penggunaan media akan melibatkan siswa, di mana sesaat siswa akan
wayang, siswa juga akan menggambar di buku raksasa yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
5. Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng.
Dalam mendongeng guru juga mengajukan pertanyaan seputar dongeng
seperti:”Siapa tokoh kesukaan kalian?”, “ Bagaimana sifat dari tokoh dalam dongeng tadi?” dan pertanyaan lainnya.
6. Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya
jawab.
Guru juga akan mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran yang
dipelajari seperti menanyakan contoh perbuatan tokoh dongeng yang
akan dicontoh siswa dalam keseharian, perbuatan yang tidak boleh
dilakukan, dan lainnya.
Peneliti menyimpulkan menjadi 6 langkah pokok, di mana langkah-langkah
tersebut menjadi langkah-langkah metode mendongeng dalam penelitian ini.
b. Pemilihan Cerita
Dalam mendongeng tentunya ada cerita yang akan dibawakan, oleh karena
itu Agus (2008:96-97) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam memilih cerita yang baik, hal tersebut adalah:
1. Pilih tema cerita yang cocok untuk anak-anak.
2. Alur cerita dan kalimat di dalam cerita sederhana dan tentunya mudah
dimengerti.
4. Ada pesan moral yang bijak di setiap akhir cerita sehingga anak akan
mendapat makna serta kesan yang mendalam.
5. Dapat menginspirasi suatu tindakan moral.
6. Menimbulkan perasaan senang ketika anak mendengar cerita tersebut.
7. Membantu anak mengarahkan mereka untuk memahami dunia mereka
sendiri.
8. Kesimpulan cerita harus memotivasi perkembangan anak-anak.
Berdasarkan hal di atas, tentunya dalam memilih cerita tidak sembarangan
sehingga bagi para pendongeng harus benar-benar mengetahui isi dari cerita yang
akan didongengkan.
c. Kiat-Kiat Penting dalam Mendongeng
Menurut Hendri (2013:108-114), terdapat beberapa kiat-kiat penting dalam
mendongeng, di antaranya:
1. Berdoa sebelum mendongeng
Agar dapat berjalan dengan lancar sebelum memulai kegiatan
mendongeng, diawali dengan berdoa.
2. Mendongeng dengan cinta
Suasana yang akrab dengan anak akan membuat anak merasa nyaman dan
senang serta betah dengan apa yang kita sampaikan sehingga ketika
memasuki ruang tunjukkanlah wajauh senang dan sapaan hangat untuk
anak-anak.
Memberi salam dan senyum hangat akan membuat anak menyambut kita
dan menciptakan suasana menyenangkan.
4. Memilih cerita yang sesuai dengan minat dan keseharian anak
Cerita yang harus benar-benar dipilih dengan seksama, ini dimaksudkan
agar anak mudah menyerap isi cerita dan agar anak mau untuk
mendengarkan cerita hingga selesai karena mereka merasa tertarik.
5. Mendorong anak untuk berdiskusi dengan cerita
Dalam mendongeng kita bisa libatkan siswa dengan
pertanyaan-pertanyaan dalam dongeng agar kita bisa lebih menghidupkan dongeng
yang kita bawakan sehingga akan terbangun komunikasi antara kita
dengan anak.
6. Jangan membentak
Adakalanya anak merasa jenuh dan tidak siap, namun untuk mendapatkan
perhatian anak janganlah membentak mereka, lebih baik melakukan
pendekatan terlebih dahulu agar anak menjadi siap.
7. Menggunakan musik bibir
Pendongeng dapat mempengaruhi anak dengan menggunakan musik bibir
seperti “bem bem bem tik-tik-tik bem bem bem…”
8. Memberikan reward
Reward diberikan setelah kita selesai bercerita, reward bisa berupa materi
yang diberikan dengan menjawab pertanyaan, cara ini juga sebagai cara
d. Hal yang Harus Diperhatikan Saat Mendongeng
Agus (2008:124-125) menuliskan bahwa ada 6 hal nonverbal yang
hendaknya diperhatikan dalam mendongeng. Enam hal tersebut adalah:
1. Pola dan irama bicara.
Pola dan irama bicara saat mendongeng haruslah benar-benar jelas sehingga
bisa ditangkap dan dipahami anak dengan mudah.
2. Jarak dengan audience.
Jangan berdiri terlalu dekat namun juga jangan menempatkan diri terlalu
jauh dengan audience.
3. Gerak dan sikap tubuh
Sebagai pedongeng gerak dan sikap tubuh nerupakan salah satu cara yang
penting yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau menunjukkan
emosi.
4. Kontak mata
Saat anda mendongeng, aturlah dan usahakanlah agar pandangan mata anda
terbagi rata, tidak melulu memandang satu sudut yang kita suka.
5. Suara saat bicara
Saat mendongeng anda, harus benar-benar konsisten dalam
memperdengarkan suara-suara lembut dan merdu, atau suara-suara aneh
6. Penampilan
Sebagai pendongeng sebaiknya tampil wajar atau bernampilan secara wajar,
apabila menggunakan kostum hendaknya yang sesuai dengan tema dongeng
yang dibawakan.
Selain hal di atas, dalam mendongeng, Bimo (2011:40) mengutarakan
bahwa:
Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proposional adalah (1) narasi; (2) dialog; (3) ekspresi (terutama mimik muka); (4) visualisasi gerak/peragaman(akting); (5) ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tidak lazim; (6) media/alat peraga; (7) teknis ilustrasi lainnya misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka dalam mendongeng unsur-unsur di atas
harus diperhatikan agar pelaksanaan mendongeng dapat berjalan dengan lancar.
e. Perlengkapan Mendongeng
Dalam mendongeng, tentunya memerlukan perlengkapan sebagai alat bantu
dalam menyampaikan dongeng, adapun alat peraga atau media akan sangat
membantu penyampaian dongeng. Media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi (Sadiman,1984:7).
Notoatmojo (1993:73) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan alat peraga yaitu :
1. Sebagai alat bantu dalam latihan atau pendidikan
2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.
4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, dan tindakan.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh (Cakra, 2012:73) bahwa alat peraga
adalah wahana atau media untuk menerangkan atau mempraktikkan pada anak
didik. Anak akan cepat menangkap apabila dongeng diperagakan secara langsung
dengan alat peraga tersebut. Sebagaimana yang diungkap di atas maka peran
media dalam mendongeng juga akan menambah daya tarik tersendiri bagi siswa.
Berdasarkan tujuan di atas, maka alat peraga dapat membantu siswa dalam
memahami isi cerita yang didongengkan karena tujuan alat peraga sebagai alat
bantu dan untuk menjelaskan dan mengingat isi cerita.
Di dalam mendongeng ada beberapa pilihan alat peraga seperti yang ditulis
Bimo (2011:66-69), alat peraga tersebut diantaranya dengan membacakan cerita,
peraga gambar, papan flanel dan boneka. Penggunaan alat peraga tentunya
dimaksudkan agar mempermudah siswa untuk menangkap isi cerita, selain itu alat
peraga yang lucu dan menarik tentunya membuat siswa semakin betah untuk
memperhatikan dongeng yang dibawakan. Berikut beberapa alat peraga yang
digunakan peneliti dalam pelaksanaan mendongeng:
1. Boneka Tangan
Boneka flanel terbuat dari kain flanel yang dijahit atau direkatkan dengan
lem, penggunaan boneka tangan cukup mudah hanya dengan memasukkan
tangan pendongeng ke dalam sarung boneka. Boneka seperti ini juga bisa
diganti dengan menggunakan bahan kain perca atau kain bekas yang dijahit
Gambar 2.1 Boneka Tangan
2. Wayang Karton
Wayang dibuat dengan menggunakan karton dengan pola gambar yang
kemudian diberi warna, wayang cukup mudah digunakan dengan memegang
tongkat di bawah gambar. Siswa juga dapat membuat wayang kreasi seperti
wayang dalam mendongeng sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan mata
pelajaran seni atau kerajinan tangan.
Gambar 2.2 Wayang Karton
Papan ini terbuat dari bambu dan berfungsi untuk meletakkan
gambar-gambar yang akan digunakan sebagai setting tempat dalam kegiatan
mendongeng.
Gambar 2.3 Papan Background
4. Kostum
Dalam mendongeng juga bisa menggunakan kostum, peneliti telah
memodifikasi kostum sehingga mudah digunakan juga dengan waktu yang
sangat cepat. Kostum yang dibuat tidaklah rumit, disini digunakan beberapa
kain yang digabung. Kemudian untuk pemakaian kostum hanya tinggal
direkatkan antar bagian sehingga tidak repot dalam pemakaiannya.
5. Buku Cerita
Buku cerita bisa menjadi pilihan dalam menyampaikan dongeng. Buku yang
dibuat berikut ini termasuk dalam ukuran besar sehingga memudahkan
siswa untuk mengetahui latar cerita dan kejadian dalam cerita yang
disampaikan.
Gambar 2.5 Buku Cerita
2.1.7 Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran PKn
Mendongeng tentunya bisa menjadi sebuah metode dalam mengajar seperti
yang disampaikan oleh Hendri (2013:30), di mana metode ini memiliki daya hibur
yang luar biasa, juga mengasyikan sehingga siswa tidak seperti digurui. Hendri
(2013: 200) juga menyampaikan bahwa dongeng yang disampaikan melalui
metode mendongeng dalam pembelajaran bisa disampaikan sebagai pengantar
atau selipan dalam pelajaran PKn Dengan mendongeng penyampaian pesan-pesan
moral bisa dijalankan dengan baik. Mendongeng juga dapat dijadikan suatu alat
bukunya yang berjudul A Book for Children Literature, (Hollowell dalam Agus,
2009:44) mengemukakan bahwa:
Dongeng dapat mengembangkan imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam, memuaskan kebutuhan ekspresi diri, menanamkan pendidikan tanpa harus menggurui, menumbuhkan rasa humor yang sehat, mempersiapkan apresiasi sasta, dan memperluas cakrawala khayalan anak.
Pesan moral yang dimaksud juga tertera pada pelajaran PKn yang akan
diteliti yakni materi nilai-nilai Pancasila di mana materi tersebut bukan hanya
sebatas materi namun juga pada penanaman moral. Dongeng yang disampaikan
akan menjadi jembatan komunikasi antara guru dan siswa, pembelajaran akan
menjadi efektif bagi anak-anak, pelajaran juga akan terasa menyenangkan bahkan
menarik untuk terus disimak. Bagi siswa mereka dapat menangkap isi dan pesan
dongeng yang disampaikan oleh guru kelas, seperti halnya yang disampaikan oleh
Priyono (2006:26) bahwa kelompok anak usia 6-9 tahun sudah dapat menangkap
sisi baik dan sisi buruk dari setiap cerita yang didongengkan oleh orang tua atau
guru di sekolah.
Dongeng juga merupakan sumber inspirasi yang baik bagi pendidikan anak.
Takwin dalam Hendri (2013:56) menyebutkan bahwa banyak hal yang dapat
dipetik dari kegiatan mendongeng untuk pembelajaran, diantara hal-hal tersebut
yaitu:
1. Melatih kemampuan menyimak.
Mendengarkan dongeng yang diperagakan akan membuat siswa berusaha
menangkap isi, alur dan kejadian di dalam dongeng sehingga dengan
2. Mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan kegiatan membaca
Kegiatan mendongeng akan menjadikan siswa senang untuk
mendengarakan dongeng lagi tidak hanya sekali, apabila tidak ada
kesempatan mendongengkan anak, maka siswa dapat membaca buku
dongeng secara mandiri sehingga menambah motivasi mereka untuk gemar
membaca.
3. Menumbuhkan empati dan simpati.
Pesan moral yang ada di dalam dongeng akan menuntun anak untuk belajar
empati dan simpati dalam kehidupan mereka.
4. Menanamkan hikmah cerita.
Setiap dongeng yang diberikan tentunya harus terdapat hikmah dalam cerita
tersebut, sehingga tidak hanya sebatas cerita. Penyampaian dongeng yang
berkesan akan membuat anak secara tidak sadar akan meniru dan
mengambil hikmah dari dongeng yang dibawakan.
5. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak.
Kreativitas dan imajinasi anak tidak ada batasnya, dongeng juga akan
mengembangakan kreativitas anak ketika diminta untuk memperagakan
tokoh kesukaan mereka serta mengembangkan imajinasi mereka dalam
menangkap isi dongeng itu sendiri.
Manfaat-manfaat dongeng tersebut juga sejalan dengan pendapat Agus
(2009:22) yang mengungkapkan bahwa manfaat kebiasaan mendongeng, misalnya
adalah anak belajar mendengar, berkonsentrasi, menyerap kosa kata, membedakan
tema-tema dongeng. Berdasarkan manfaat di atas yang telah disebutkan tadi dapat
diketahui bahwa mendongeng memiliki banyak manfaat bagi anak yang dapat
diberikan pula saat proses pembelajaran di sekolah berlangsung.
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya
Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,
penelitian tersebut adalah:
1. Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Retno
Hartiningsih (2003) yang berjudul “Kemampuan Menyimak Dongeng
Detektif Kancil Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas I Sekolah Dasar
Pius I Wonosobo Tahun Ajaran 2002/2003”. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini berfokus pada aspek
pengetahuan, pemahaman dan aplikasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa aspek pengetahuan dengan bobot 20% mendapat hasil baik
sekali, sementara aspek pemahaman dengan bobot 30% mendapat hasil yang
cukup dan untuk aspek aplikasi siswa mendapat bobot 50% mendapat hasil
baik sekali sehingga rata-rata dari semua aspek yang dinilai dapat
dikategorikan bahwa kemampua menyimak tersebut mendapat hasil baik.
2. Penelitian lain ialah penelitian oleh Silfiana Mety (2010) yang berjudul
“Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengapresiasi Dongeng Siswa Kelas V SDN 1 Panjangrejo Pundong
Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010” dengan jenis penelitian yakni
nont tes (wawancara, kuesioner dan jurnal). Adapun hasil penelitian yang
dilakukan pada 30 siswa tersebut ialah skor rata-rata siklus I ialah 72,13
sedangkan siklus II menjadi 82,86 sehingga terjadi peningkatan sebesar
10,73% dan penerapan pendekatan PAKEM berhasil meningkatkan
kemampuan mengapresiasi dongeng.
3. Penelitian ialah penelitian oleh Regina Nona yang berjudul “Kemampuan
Mneyimak Cerita Anak Sepatu Baru Melalui Media Audiovisual pada Siswa
Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011”
Peneliti menggunakan tes semi obyektif pada kategori tes jawaban singkat.
Populasi dalam penelitian ini adal 30 siswa kelas II. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat kemampuan menyyimak cerita anak melalui
media audiovisual berkategori baik seklai (A) dengan skor rata-rata 54,1