• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng - USD Repository"

Copied!
256
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR

SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Antonius Dimas Wisnugroho

NIM: 091134111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR

SEDAYU MELALUI METODE MENDONGENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Antonius Dimas Wisnugroho

NIM: 091134111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Always Do The Best”

Dengan segala kerendahan hati,

kupersembahkan yang terbaik dalam skripsi ini

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Juli 2013 Penulis

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Antonius Dimas Wisnugroho

NIM : 091134111

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MINAT BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS II SD PANGUDI LUHUR SEDAYU

MELALUI METODE MENDONGENG”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 14 Juni 2013 Yang menyatakan,

(8)

ABSTRAK

Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode Mendongeng. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan minat belajar dan prestasi belajar siswa kelas II di SD Pangudi Luhur Sedayu melalui metode mendongeng pada mata pelajaran PKn materi mengenal nilai-nilai Pancasila tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Kemmis dan Mc Taggart dengan subjek penelitian siswa kelas II yang terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data minat belajar adalah observasi dan kuesioner sedangkan data prestasi belajar diperoleh melalui tes tertulis dan rubrik observasi. Data capaian minat belajar yang diperoleh dari lembar observasi dan kuesioner, dianalisis dengan menggunakan kriteria penyekoran dan menghitung jumlah skor keseluruhan. Data prestasi siswa dianalisis dengan menjumlahkan skor seluruh siswa untuk menghitung rata-rata kelas dan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 75.

Upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa melalui metode mendongeng dilaksanakan dengan langkah-langkah yakni (1) Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran, (2) Mengkondisikan siswa di kelas, (3) Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa, (4) Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa, (5) Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng, (6) Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya jawab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa setelah menggunakan metode mendongeng pada pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu. Data kondisi awal rata-rata minat sebelum menggunakan metode mendongeng yakni 54,8 setelah dilaksanakan siklus I rata-rata minat menjadi 79,4 kemudian rata-rata minat tersebut meningkat lagi menjadi 88,2 pada siklus II.

Rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal adalah 74,9 dengan persentase tingkat capaian siswa yang tuntas sebesar 53,33%, setelah menggunakan metode mendongeng dalam pembelajaran pada siklus I rata-rata kelas meningkat menjadi 75,9 dengan persentase ketuntasan 68,97%. Pada siklus II terjadi peningkatan prestasi belajar menjadi 81,5 untuk rata-rata kelas dan persentase ketuntasan mencapai 79,31%.

(9)

ABSTRACT

Wisnugroho, Antonius Dimas. 2013. Improving the Students Learning Interest and Learning Achievement in Civic Education Subject of the 2nd Grade at Pangudi Luhur Sedayu Primary School through Story Telling Method. Thesis. Yogyakarta. Elementary School Teacher Education Program. Sanata Dharma University.

The purpose of this research was to increase the learning interest and learning achievement of the 2nd grade students at Pangudi Luhur Sedayu primary school through story telling method in civic education subject of the Pancasila value in the academic year 2012/2013.

This was a class action research employing Kemmis and Mc Taggart’s

model of class action research. The subject of the research was a group of thirty 2nd grade students. The experiment was conducted in two cycles with each cycle includes four phases namely planning, action, observation and reflection. Data collection techniques used to measure the learning interest were observation and questionnaire while written tests were used to measure the learning achievement. The learning interests data obtained from observation sheets and questionnaires were analyzed by using the scoring criteria and calculating the amount of the overall score. Student achievement data were analyzed by summing the score of all the students to calculated the average grade and the percentage of students who met the minimum completeness criteria (KKM) of 75.

The efforts to improved the learning interest and learning achievement through the method of story telling was done with the steps: (1) Selected the story according to the subject matter, (2) Conditioning the students in the class, (3) Indicated the media that will be used on students, (4 ) Teacher used media to engaged students in story telling process, (5) Teachers asked questions about the characters and the message in the story, (6) Teachers tales related to the subject matter through questions and answers.

The results showed there was an increased in learning interest and learning achievement after using story telling method in teaching civic education in 2nd graders at Pangudi Luhur Sedayu primary school. The baseline average learning interest before using the story telling method is 54.8 and after using story telling method in the first cycle the average became 79.4 then the average learning interest increased again up to 88.2 in the second cycle.

Known to the average student achievement on initial condition is 74.8 with a percentage of the level of achievement of students who was completed was 53.33%, after using the story telling method in the learning process in the first cycle, the class average increased to 75.9 with 68.97% completeness. The research was continued to the second cycle with increased performance up to 81.5 for the class average and the percentage of completeness reached 79.31%.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya yang

telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Penulisan tugas akhir yang berupa skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah

satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S-1) pada Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini tidak akan berhasil tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta SJ., SS., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan dorongan sehingga penulisan skripsi

dapat berjalan lancar.

4. Ibu Ag. Kustulasari 81, S.Pd., M.A., selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, bantuan berupa ide dan saran.

5. Bapak Drs. Petrus Silam, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur

Sedayu yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Wahyu Wasana, S.Pd., selaku wali kelas II SD Pangudi Luhur

(11)

7. Siswa-siswi kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu.

8. Alm. Ayah yang telah menjadi sumber inspirasi.

9. Ibu yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi.

10.Santa yang selalu mengingatkan untuk terus semangat dan memotivasi

sehingga skripsi dapat dicapai tepat waktu.

11.Teman-teman kelas C PGSD angkatan 2009 yang selau kompak memberi

dukungan satu sama lain.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dari awal hingga akhir pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala masukan, kritik dan saran

demi kesempurnaan penyusunan laporan tugas akhir masa-masa yang akan

datang. Akhir kata, semoga laporan penelitian tugas akhir ini berguna bagi semua

pihak.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. HALAMAN PENGESAHAN ………

MOTTO DAN HALAMAN PESEMBAHAN ………...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ……….. ABSTRAK ………..

1.1 Latar Belakang ………

1.2 Batasan Masalah ………..

1.3 Rumusan Masalah ………...

1.4 Tujuan ………..

1.5 Manfaat Penelitian ………...

1.6 Batasan Pengertian………...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………..

2.1 Landasan Teori ..……….

2.1.1 Minat Belajar ………. 2.1.1.1 Indikator Minat Belajar ……….. 2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar ……… 2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar ……… 2.1.2 Prestasi Belajar ……….. 2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar ………

(13)

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ……….. 2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ………. 2.1.4 Metode Pembelajaran ………...

2.1.4.1 Pengertian Metode ………...

2.1.4.2 Pengertian Metode Pembelajaran ………... 2.1.5 Dongeng ………...

2.1.5.1 Pengertian Dongeng ………...

2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak ………...

2.1.5.3 Unsur-Unsur dalam Cerita Anak ………...

2.1.6 Mendongeng ………...

2.1.6.1 Pengertian Mendongeng ………...

2.1.6.2 Pelaksanaan Mendongeng ..………... 2.1.7 Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran PKn …………... 2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ……….

2.3 Kerangka Berpikir ………

2.4 Hipotesis Tindakan ………...

BAB III METODE PENELITIAN ………..

3.1 Jenis Penelitian ……….

3.2 Seting Penelitian ………...

3.3 Rencana Tindakan ………

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .…….……….

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data ………..

3.4.2 Instrumen Penelitian ……….………...

3.4.2.1Instrumen Minat Belajar ….……….

3.4.2.2Instrumen Prestasi Belajar ………...

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen……….

3.5.1 Validitas Instrumen ……… 3.5.2 Reliabilitas ……….. 3.6 Teknik Analisis Data ………

3.6.1 Teknik Analisis Data Minat Belajar ………..

(14)

3.6.2 Teknik Analisis Data Prestasi Belajar ……… 3.7 Indikator Keberhasilan ………. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 4.1 Hasil Penelitian ……….

4.1.1 Pra Penelitian Tindakan Kelas ………..

4.1.2 Siklus I ……… 4.1.3 Siklus II ……….. 4.2 Pembahasan ……….. 4.3 Keterbatasan Penelitian ……….

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….

5.1 Kesimpulan ………

5.2 Saran ……….. DAFTAR PUSTAKA ……….

Hal.

72

73

75

75

75

79

89

99

110

111

111

112

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Waktu Penelitian ………... Tabel 3.2 Peubah (Variabel) Beserta Pengumpulan Data ……….

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar (Afektif) ………

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Observasi Minat Belajar (Psikomotorik) ……..

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Minat ………..………...

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Soal Tertulis ….………..

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Perangkat Pembelajaran ………...

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Uji Validasi Perangkat Pembelajaran ……….. Tabel 3.9 Hasil Uji Validasi Perangkat Pembelajaran ………. Tabel 3.10 Penghitungan Validitas Soal Siklus I ………..………

Tabel 3.11 Penghitungan Validitas Soal Siklus II ………..….…..

Tabel 3.12 Kriteria Koefisien Realibilitas ………. ………... Tabel 3.13 Kualifikasi Hasil Realibilitas ………...………… Tabel 3.14 Teknik Analisis Observasi ………...………

Tabel 3.15 Teknik Analisis Kuesioner Minat ………..………..

Tabel 3.16 Klasifikasi Minat Siswa ………..……….… Tabel 3.17 Kriteria Skor ………. Tabel 3.18 Kriteria Keberhasilan ………... Tabel 4.1 Capaian Minat Belajar Kondisi Awal ………...

Tabel 4.2 Capaian Prestasi Belajar Siswa Kondisi Awal ………..……

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ……….. Tabel 4.4 Capaian Minat Belajar Siklus I ……….. Tabel 4.5 Perbandingan Minat Belajar Kondisi Awal dengan Siklus I ...…..

Tabel 4.6 Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus I ……….

Tabel 4.7 Kendala dan Strategi Pemecahan Masalah ……...………. Tabel 4.8 Capaian Minat Belajar Siklus II ………. Tabel 4.9 Perbandingan minat Belajar Siklus I dengan Siklus II ...………...

Tabel 4.10 Capaian Hasil Prestasi Belajar Siswa Siklus II ……..………….

(16)

Tabel 4.11 Rangkuman Minat Belajar …………..……… Tabel 4.12 Rangkuman Klasifikasi Capaian Minat Belajar ………..……... Tabel 4.13 Rangkuman Prestasi Belajar ………...………

Tabel 4.14 Capaian Minat Belajar dan Prestasi Belajar ………

Tabel 4.15 Kriteria Keberhasilan yang Tercapai …………..………

Hal

102

102

106

107

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus ………..………..………... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ……….. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ………. Hasil Uji Validitas ……….………. Hasil Uji Reliabilitas ………..

Instrumen Pengumpulan Data ………

Hasil Pengolahan Data ……….……….. Lembar Kuesioner Siswa ………... Lembar Soal Evaluasi Siswa ………..

Foto-Foto Kegiatan Selama Penelitian ……….………..

Surat Perijinan Kampus ……….………. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ……….…………..

Hal.

117

129

155

179

191

192

198

208

215

223

225

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Boneka Tangan ….………..

Gambar 2.2 Wayang Karton ………..

Gambar 2.3 Papan Background ………. Gambar 2.4 Kostum ……….……….. Gambar 2.5 Buku Cerita ……… Gambar 2.6 Literature Map ……… Gambar 3.1 Skema Penelitian ………

Gambar 3.2 Respon Kuesioner ………..

Gambar 4.1 Diagram Capaian Minat Belajar ………. Gambar 4.2 Diagram capaian Prestasi Belajar ………..

Hal.

32

32

33

33

34

39

36

44

109

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan upaya strategis dalam pembentukan sistem nilai

yang ada dalam diri seseorang, dalam proses berlangsungnya pendidikan tentunya

akan diupayakan peningkatan kesadaran akan tanggung jawab sebagai manusia,

tak terkecuali bagi siswa Sekolah Dasar. Pendidikan Kewarganegaraan adalah

salah satu mata pelajaran di mana siswa dididik mengenai nilai kehidupan yang

ada dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

yang biasa disebut dengan PKn dapat diartikan sebagai mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan

melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia

yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD

1945 (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 21

Tahun 2006 tentang Standar Isi, 2006:271), dengan ini mata pelajaran PKn dapat

diartikan juga sebagai landasan untuk mengembangkan karakter siswa melalui

nilai-nilai kehidupan.

Proses belajar mengajar di sekolah dasar, tak terkecuali pada pelajaran PKn

tentunya membutuhkan banyak faktor demi mencapai keberhasilan pembelajaran,

di antaranya adalah faktor penggunaan metode pembelajaran. Metode merupakan

teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka

(20)

pembelajaran yang tepat akan membantu siswa untuk mencapai suatu hasil

pembelajaran yang memuaskan.

Salah satu kegiatan pembelajaran yang sangat menarik digunakan adalah

proses pembelajaran dengan mendongeng, di mana menurut Agus (2008:14)

mendongeng merupakan kegiatan bercerita atau menuturkan cerita secara lisan.

Mendongeng dapat menjadi sebuah jembatan bagi guru menyampaikan pesan

kepada siswa. Hendri (2013:18) mengatakan bahwa mendongeng bisa menjadi

metode penyampaian pesan-pesan moral yang sangat efektif, sejalan dengan hal

itu mendongeng merupakan metode yang sangat menarik bagi siswa, karena

dongeng sering disampaikan dengan menggunakan alat peraga berupa boneka atau

wayang (Agus, 2008:15). Pengajaran yang tepat dapat membantu siswa dalam

memahami suatu pesan dan juga dapat merangsang kemampuan berbahasa siswa.

Penyajian pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan memberikan

stimulus yang positif sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali dengan

sistematis sesuai dengan apa yang didengar, dilihat dan dirasakan.

Saat ini masih banyak guru yang belum menggunakan metode

pembelajaran, seperti halnya dengan guru kelas II di sebuah sekolah, berdasarkan

tanya jawabdengan guru kelas diketahui bahwa guru hanya menggunakan metode

konvensional dalam mengajar. Guru berpendapat bahwa metode pembelajaran

lebih difleksibelkan saat mengajar sehingga tidak terlalu menjadi masalah dan

tidak perlu dipersiapkan, padahal kenyataannya metode pembelajaran sangatlah

penting digunakan dan harus dipersiapkan sebelum mengajar. Diketahui bahwa

(21)

prestasi belajar siswa tahun sebelumnya diketahui jumlah siswa yang tuntas

belajar hanya sebanyak 53,33 % atau 16 siswa dari jumlah keseluruhan 30 siswa.

Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diberikan belum maksimal

sehingga sebagian besar siswa juga belum memahami benar materi yang

diberikan. Data diperkuat dengan observasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap

cara mengajar guru kelas, di mana siswa mengikuti pembelajaran dengan kurang

antusias dan kurang berminat dikarenakan proses pembelajaran hanya didominasi

oleh guru dari awal hingga akhir pelajaran.

Salah satu cara untuk mendapatkan minat belajar siswa yang baik dalam

pembelajaran adalah dengan pilihan metode belajar yang tepat, seperti

mendongeng. Ketika mendongeng guru akan merangsang siswa untuk

mengoptimalkan alat pendengarannya, penglihatannya dan perasaannya agar

pesan yang disampaikan guru dapat ditangkap dengan baik. Menurut guru kelas,

siswa akan senang bila dalam pembelajaran terdapat media namun guru

mengalami kesulitan mengaplikasikan media dan teknik yang tepat kepada siswa

dalam pembelajaran PKn. Hendri (2013: 200) menyampaikan bahwa metode

mendongeng dalam pembelajaran bisa disampaikan sebagai pengantar atau

selipan dalam pelajaran PKn, mendongeng pun bisa dilakukan oleh guru kelas

pada saat menyampaikan materi. Berbeda dengan ceramah yang bersifat

menggurui, mendongeng bersifat murni dan tidak menggurui (Bimo, 2011:16).

Berdasarkan dua hal tersebut mendongeng dapat digunakan sebagai metode

dalam pengajaran PKn dan akan memberikan pengaruh baik untuk memperbaiki

(22)

karena dengan suasana yang menyenangkan, siswa tidak akan merasa bahwa

mereka hanya akan mendengar ceramah sang guru dan prestasi belajar siswa

dalam belajar akan ditingkatkan melalui materi yang diberikan oleh guru melalui

isi dongeng yang bersifat nasihat ataupun materi ajar yang terselip di dalamnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan melakukan penelitian

“Peningkatan Minat Belajar dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran PKn Kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu Melalui Metode Mendongeng”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran PKn kelas II

semester genap di SD Pangudi Luhur Sedayu dengan menggunakan metode

mendongeng pada materi nilai-nilai kehidupan sesuai dengan kompetensi dasar

(KD) 4.1 Mengenal nilai kejujuran, kedisiplinan, dan senang bekerja dalam

kehidupan sehari-hari.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap

tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.

(23)

tahun pelajaran 2012/2013?

3. Apakah metode mendongeng dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester genap

tahun pelajaran 2012/2013?

1.4 Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, tujuan penelitiannya

adalah:

1. Mengetahui bagaimana upaya peningkatan minat belajar dan prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD Pangudi Luhur Sedayu semester

genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode mendongeng.

2. Meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD

Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui

metode mendongeng.

3. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas II SD

Pangudi Luhur Sedayu semester genap tahun pelajaran 2012/2013 melalui

metode mendongeng.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan manfaat tentang penggunaan

metode mendongeng dalam proses belajar mengajar PKn, manfaat tersebut antara

(24)

1. Bagi Guru

Bagi guru untuk menjadi kesempatan untuk memberikan bentuk

pembelajaran yang berbeda serta menambah keterampilan guru dalam

mengajar siswa melalui metode yang baru digunakan. Selain itu metode

mendongeng ini mampu meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa.

2. Bagi Siswa

Dengan metode mendongeng proses belajar akan lebih menarik.

Pembelajaran yang kreatif dan inovatif akan membangkitkan minat belajar

siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Dongeng juga akan

memberikan nasihat dan petuah kepada siswa.

3. Bagi Peneliti

Bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan dalam

pengajaran yang kreatif dan inovatif serta tentunya bermanfaat. Selain itu,

penulis juga akan menambah pengalaman dalam mengajar khususnya saat

melakukan penelitian ini.

4. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta kontribusi sebagai

kekayaan pustaka dalam dunia pendidikan khususnya dalam mengajar PKn

dengan menggunakan metode mendongeng.

1.6 Batasan Pengertian

Peneliti membatasi pengertian terhadap beberapa istilah dalam penelitian

(25)

1. Minat belajar

Minat belajar adalah sebuah rasa yang muncul dari dalam diri siswa untuk

ingin belajar. Minat yang akan ditingkatkan ialah minat belajar siswa dalam

belajar PKn.

2. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil dari usaha belajar yang telah dicapai siswa.

Prestasi belajar yang akan ditingkatkan ialah prestasi belajar siswa dalam

pelajaran PKn. Penelitian ini akan mengambil nilai kognitif sebagai

pembanding hasil penelitian dengan kondisi awal, karena kondisi awal

hanya menggunakan penilaian kognitif.

3. Metode

Metode adalah cara yang digunakan peneliti dalam menyampaikan bahan

materi pelajaran menggunakan mendongeng dalam proses pembelajaran.

4. Dongeng

Dongeng adalah cerita yang penuh dengan khayalan dan imajinasi, dalam

penelitian ini dongeng akan ditambahkan materi pelajaran PKn yang akan

disampaikan.

5. Mendongeng

Mendongeng merupakan keterampilan bercerita dengan memasukkan materi

pelajaran ke dalam dongeng yang disampaikan oleh peneliti, dengan

menggunakan berbagai media selama pembelajaran PKn kepada siswa kelas

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II kajian pustaka berisi landasan teori, hasil penelitian sebelumnya,

kerangka berpikir, dan hipotesis. Landasan teori membahas teori-teori yang

relevan dengan penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang berisi pengalaman

penelitian yang pernah ada, selanjutnya hasil penelitian dirumuskan dalam

kerangka berpikir dan hipotesis yang berisi jawaban sementara dari rumusan

masalah penelitian.

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Minat Belajar

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan

suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, “semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat” (Slameto, 2003:180), sejalan

dengan itu Winkel (1983:30) menuturkan bahwa minat adalah kecenderungan

yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang studi/hal tertentu

dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Dalam proses pembelajaran

tentunya minat atau perhatian siswa terhadap sesuatu merupakan hal yang sangat

penting diketahui oleh guru (Arikunto, 1980:103).Berdasarkan definisi tersebut

(27)

diri siswa agar mampu menetap pada suatu hal, dalam konteks ini yaitu menetap

dalam pembelajaran.

2.1.1.1 Indikator Minat Belajar

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.

3. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.

Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.

4. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.

5. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

Sependapat dengan itu, Winkel (2004:212) mengungkapkan bahwa ciri-ciri

minat belajar adalah cenderung merasa tertarik dan senang pada materi atau topik

yang sedang dipelajarinya. Hal demikian diungkapkan oleh Syah (2008:151)

bahwa pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi memungkinkan siswa

untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang dinginkan. Joko

(2012:8) juga mengemukakan bahwa ada indikator-indikator siswa yang berminat

dalam belajar, yakni ekspresi perasaan senang, perhatian dalam belajar, kemauan

mengembangkan diri dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ciri-ciri

minat belajar dapat dibagi menjadi empat indikator utama yakni:

(28)

3. Perhatian dalam pembelajaran.

4. Keterlibatan diri dalam pembelajaran.

Peneliti membagi menjadi empat indikator utama dikarenakan keempat

indikator tersebut mewakili teori indikator minat belajar. Slameto (2003:58)

mengutarakan ada lima indikator minat belajar, namun untuk poin indikator ada

rasa suka dan senang pada sesuatu dan poin indikator lebih menyukai suatu hal

yang menjadi minatnya daripada yang lain, digabungkan menjadi satu yakni

perasaan senang dan suka terhadap pembelajaran karena adanya kesamaan

maksud yaitu rasa senang dan suka. Sementara untuk pendapat dari Winkel

(2004:212) juga mendukung indikator perasaan senang dan suka terhadap

pembelajaran.

2.1.1.2 Cara Menarik Minat Belajar

Menurut Arikunto (104-106) cara untuk mengusahakan agar unsur-unsur di

dalam kelas dapat menjadi pusat perhatian siswa demi menarik minat belajar

siswa, diantaranya adalah:

1. Bahan pelajaran yang menarik minat

“Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan

belajar mengajar karena memang bahan pelajaran itulah yang

diupayankan untuk dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru khususnya,

atau pengembangan kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus

(29)

silabus berkaitan dengan kebutuhan siswa pada usia tertentu dan dalam

lingkungan tertentu pula.”

2. Alat-alat pelajaran yang menarik minat

Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi pelajaran

adalah alat-alat pelajaran dan atau media pendidikan. Alat pelajaran

hendaknya dipilih yang sesuai dengan usia siswa. Bagi anak-anak kecil

alat-alat pelajaran dipilihkan yang berwarna-warni, ringan, dan

bentuknya aneh. Jika penggunaan alat harus perseorangan, alat-alat

tersebut dipilih yang tidak berbahaya.

3. Keadaan atau situasi yang menarik minat siswa

Keadaan atau suasan di dalam kelas hendaknya diusahakan sedemikian

rupa sehingga tidak membosankan dan cepat membuat siswa menjadi

lelah. Keadaan dan suasana menarik adalah yang mendukung

terpenuhinya kebutuhan siswa yang baik kebutuhan yang berhubungan

dengan jasmani maupun rohani. Ruangan yang cukup luas dan dapat

digunakan untuk bergerak leluasa, udara yang bebas dan segar sehingga

memungkinkan siswa dapat bernafas dengan lega, dapat menarik minat

siswa hanya pada pelajaran yang diberikan oleh guru. Dengan kata lain,

keadaan atau suasana lebih banyak merupakan faktor pendukung, bukan

sebagai objek yang diperhatikan.

4. Guru yang menarik perhatian

Bagaimana guru bergaya dan berprilaku banyak dibicarakan di dalam

(30)

turun dengan teratur, pandangan mata yang menunjukkan kegairahan

besar dalam mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta penguasaan

terhadap siswa.

Berdasarkan cara-cara yang tertuang di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk

mencari minat siswa, guru harus mampu memfasilitasi usaha-usaha dalam

meningkatkan minat siswa, sejalan dengan itu Winkel (1984:31) menyebutkan ada

beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membuat siswa berminat

dalam belajar, antara lain:

1. Membina hubungan yang akrab dengan siswa.

Guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan siswa sehingga

tercipta keakraban dan terbina hubungan baik pula.

2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit atau terlalu mudah.

Bahan pelajaran yang diberikan tentunya mampu dipelajari oleh siswa

tetapi tidak terlalu sulit bahkan terlalu mudah sehingga siswa mampu

menerimanya.

3. Menggunakan media pembelajaran yang cocok.

Penggunaan media akan sangat membantu dalam proses belajar di kelas.

4. Menggunakan alat-alat pelajaran yang cocok.

Alat-alat pelajar yang digunakan ialah alat-alat yang mendukung prasana

di kelas.

(31)

6. Guru mampu menggunakan metode yang baik dalam mengajar agar

materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik dan menarik, selain itu

juga harus bervariasi sehingga siswa tidak bosan.

2.1.1.3 Cara Mengukur Minat Belajar

Minat belajar siswa dapat diukur menggunakan penilaian non tes. Masidjo

(1995:59) mengatakan bahwa non tes merupakan rangkaian pertanyaan atau

pernyataan yang harus dijawab dalam sebuah situasi. Penilaian non tes dapat

berupa observasi (pengamatan), wawancara, kuesioner (angket), daftar cek dan

catatan anekdot.

2.1.2 Prestasi Belajar

Dalam konteks sekolah, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman siswa sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Beberapa ahli menuturkan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil

penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar siswa sesuai dengan

tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan

dari siswa” (Hawadi, 2004). Selain itu prestasi belajar merupakan hal yang tidak

dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,

sedangkan pretasi merupakan hasil dari proses belajar.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:895) prestasi belajar adalah

(32)

pelajaran, lazimnya dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru. Darsono

(2000:110) berpendapat bahwa “prestasi belajar siswa merupakan perubahan

-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif,

keterampilan/psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat interaksi aktif

dengan lingkungan”. Sementara itu Sudjana (2009:22) mendefinisikan prestasi belajar sebagai “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar ialah

hasil dari perubahan kemampuan dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik

pada siswa setelah melalui pengalaman belajar di kelas.

2.1.2.1 Aspek Prestasi Belajar

Sudjana (2009, 22-23) menyebutkan bahwa klasifikasi prestasi belajar dari

Bloom secara garis besar terdapat tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif,

dan aspek psikomotorik. Berikut merupakan ketiga aspek tersebut:

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan kegiatan berpikir

siswa, yang mana aspek ini berkaitan erat dengan kemampuan berpikir

siswa yang meliputi enam aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Aspek afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan nilai dan sikap, afektif

(33)

afektif yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasai, dan

internalisasi.

c. Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

kemampuan gerak fisik. Aspek ini menunjukkan kemampuan atau

keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah menerima pengetahuan.

Gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,

keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif merupakan aspek dalam psikomotorik.

2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Sudjana (1980:39-42) mengemukakan bahwa prestasi belajar dipengaruhi

oleh dua faktor utama yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik, dua faktor tersebut

akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Faktor Intrinsik

Faktor ini merupakan faktor dalam diri siswa sehingga berasal dari dalam

diri dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Faktor intrinsik

meliputi motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan, ketekunan,

sosial ekonomi dan fisik serta psikis.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor dari luar diri siswa atau dari lingkungan

siswa. Kualitas dalam pengajaran di kelas juga faktor besar dalam segi

(34)

kompetensi guru dalam mengajar siswa, karakteristik kelas (suasana,

sarana dan sumber belajar), serta karakteristik sekolah (kedisiplinan,

adanya perpustakaan, tempat yang rapi, serta kenyamanan dalam belajar

di lingkungan sekolah).

2.1.3 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dijelaskan dalam pasal 39 ayat 2 UU

RI No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan

Pancasila mengarah pada moral yang dapat diwujudkan dalam kehidupan

sehari-hari. Selanjutnya dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar

berkenaan dengan hubungan antar negara dengan negara serta pendidikan.

Berdasarkan pengertian tersebut, PKn memiliki peran penting dalam

membentuk pribadi manusia yang memiliki jiwa Pancasila dalam hidup

sehari-hari. Tujuan pembelajaran PKn adalah mampu membentuk warga Negara untuk

melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara seperti yang diamanatkan oleh

pancasila dan UUD 1945.

2.1.4 Metode Pembelajaran 2.1.4.1 Pengertian Metode

Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan

suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998:1), sama

(35)

cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan. Dari pendapat

di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah cara yang

dianggap efisien yang digunakan untuk mencapai hasil yang memuaskan.

2.1.4.2 Pengertian Metode Pembelajaran

Metode di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting,

karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran

untuk mencapai suatu tujuan. Pasaribu (1983:13-15) mengutarakan bahwa metode

pembelajaran adalah cara yang sistematik yang digunakan untuk mencapai tujuan,

dengan pemilihan dan penggunaan metode dalam pembelajaran bertujuan untuk

mempermudah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hal serupa

juga diutarakan oleh Surakhmad dalam Wasimin (2009:3) bahwa metode

pembelajaran adalah cara atau teknik yang digunakan dalam mengelola proses

belajar mengajar sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Roestiyah

(1998:1) berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang

dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di

dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan

siswa dengan baik. Penggunaan metode secara tepat dan akurat, membuat guru

mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran, jadi guru sebaiknya menggunakan

metode mengajar karena melalui metode pembelajaran guru dan siswa akan

(36)

2.1.5 Dongeng

2.1.5.1 Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan satu dari beberapa jenis cerita anak. Agus (2008:11)

menjelaskan bahwa dongeng merupakan cerita berisi hiburan juga ajaran moral,

selain itu dongeng menurut Alfandiyar (2007:23-24), dongeng merupakan salah

satu cara yang efektif mengembangkan aspek-aspek kognitif (pengetahuan) afektif

(perasaan, sosial), dan aspek kognitif (penghayatan) anak-anak, selain itu dongeng

pun dapat membawa anak-anak pada pengalaman-pengalaman baru yang belum

pernah dialaminya. Pendapat dari Endraswara (2002:115) mengungkapkan bahwa

cerita anak pada dasarnya demi perkembangan anak, karena di dalamnya

mencerminkan liku-liku kehidupan yang dapat dipahami oleh anak, melukiskan

perasaan anak, dan menggambarkan pemikiran-pemikiran anak, sementara

Sugihastuti (1996:69) menuturkan bahwa cerita anak adalah media seni yang

mempunyai ciri-ciri tersendiri sesuai dengan selera penikmatnya dan tidak

seorang pengarang cerita anak-anak mengabaikan dunia anak-anak. Penuturan di

atas dapat disimpulkan bahwa dongeng untuk anak merupakan cerita anak yang

berisi ajaran moral dan hiburan di mana terdapat liku-liku kehidupan untuk

mengajari anak sesuai dengan pemahaman mereka demi merangsang

perkembangan anak.

Dunia anak-anak tidak dapat diremehkan dalam proses kreatifnya, maka dari

itu cerita anak diciptakan oleh orang dewasa seolah-olah merupakan ekspresi diri

anak-anak lewat bahasa anak-anak. Priyono (2006:3) dalam bukunya

(37)

1. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat (legenda) 2. Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang (fabel)

3. Dongeng yang berkaitan dengan fungsi pelipur lara

4. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang (mite) 5. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.

Pengelompokkan dongeng di atas juga menjadi pilihan bagi seseorang untuk

memilih dongeng mana yang akan digunakan sebagai dongeng untuk diceritakan

kepada anak Bimo (2011:37) pemilihan tema cerita menjadi penting dikarenakan

dalam memilih dongeng kita harus selalu sesuai dengan tema, kondisi acara, siapa

audience kita yang semuanya akan menentukan materi atau isi dongeng kita.

2.1.5.2 Ciri-Ciri Cerita Anak

Endarswara (2002:119) mengatakan bahwa ada tiga ciri-ciri cerita anak,

yakni:

1. Berisi sejumlah pantangan, yang dimaksud adalah dalam cerita hanya

hal-hal tertentu saja yang boleh diberikan dan tidak semua harus disampaikan

perlu ada penyesuaian.

2. Penyajian secara langsung, kisah yang ditampilkan memberikan uraian

secara langsung, tidak berkepanjangan.

3. Memiliki fungsi terapan, yakni memberikan pesan dan ajaran kepada

anak-anak.

2.1.5.3 Unsur-Unsur dalam Cerita Anak

Lustantini (1998:16) penyebab ketertarikan audience pada dongeng yang

(38)

tersebut haruslah ada dalam cerita anak yang akan dibawakan. Unsur-unsur

pembangun cerita anak tersebut, antara lain:

1. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan

dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita. Tokoh dapat memiliki

dua sifat, yaitu protagonis (karakter yang melambangkan kebaikan,

menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan

antagonis (karakter yang berlawanan dengan tokoh protagonis,

merupakan karakter yang harus dijauihi perbuatannya).

2. Latar atau setting

Latar (setting) yaitu tempat maupun waktu terjadinya cerita. Latar

merupakan keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan

waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.

Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran

keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara

hidup maupun bahasa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat

seperti bangunan atau daerah).

3. Tema dan Amanat

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga

sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya.Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan

tujuan pemaparan cerita rekaan oleh pengarangnya (Aminuddin dalam

(39)

pengarang ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang

tema:

a. Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam cerita.

b. Pengarang menampilkan tema karena ada maksud tertentu atau pesan

yang ingin disampaikan dan maksud atau pesan yang ingin

disampaikan itu disebut amanat.

Amanat adalah gagasan yang mendasari suatu pesan yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar (Siswanto,

2008: 162) jadi, amanat merupakan gagasan yang mendasari karya atau

suatu pesan baik tersirat maupun tersurat dalam suatu karya.

4. Alur

Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara

logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Sudjiman

(dalam Siswanto 2008: 159) menyatakan bahwa alur adalah peristiwa

yang diurutkan membangun pokok cerita. Alur ada dua macam, yaitu

alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang disusun

mulai dari awal, tengah kemudian akhir yang diwujudkan dengan

pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot

balik adalah urutan peristiwa uang dimulai dari tengah, awal, akhir atau

sebaliknya. Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia)

atau sad ending (sedih).

Unsur-unsur penting di atas merupakan kunci ketertarikan pada suatu

(40)

Keempat unsur-unsur dalam cerita anak meliputi tokoh, latar, tema dan amanat,

akan menjadi bahan penelitian, sedangkan alur tidak termasuk dalam kompetensi

yang akan diteliti oleh penulis dikarenakan materi ajar kelas 2 tematik maka akan

memasukkan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk mengidentifikasi unsur

cerita.

2.1.6 Mendongeng

2.1.6.1 Pengertian mendongeng

Menurut Agus (2008:14) mendongeng merupakan kegiatan bercerita atau

menuturkan cerita secara lisan, di samping itu kegiatan bercerita seperti

mendongeng ini juga dinilai efektif karena cerita umumnya lebih berkesan

daripada nasihat murni, selain itu melalui cerita manusia dididik untuk mengambil

hikmah tanpa merasa digurui (Bimo, 2011:16). Mendongeng ialah kegiatan

menceritakan sesuatu ke pada penonton (audience) dengan tujuan menyampaikan

pesan dengan bantuan media yang bercerita tidak disebut dalang tetapi

pendongeng selain itu, bahan-bahan yang digunakan tidak terikat pada

pakem-pakem tertentu seperti, adanya musik pengiring, waktu pementasan, dan bahan

yang digunakan jadi, para pendongeng dapat memodifikasinya tergantung pada

kreativitas pendongeng dan sesuai dengan bahan yang ada. Mendongeng juga

memanfaatkan beberapa media dalam penyampaiannya seperti wayang, boneka,

(41)

2.1.6.2 Pelaksanaan Mendongeng

Sebelum melaksanakan kegiatan mendongeng, hendaknya melakukan

berbagai macam persiapan mulai dari langkah dalam mendongeng, pemilihan

cerita, kiat-kiat dalam mendongeng, hal-hal yang harus diperhatikan dan

perlengkapan mendongeng. Berikut hal-hal yang harus dicermati dalam

pelaksanaan mendongeng:

a. Langkah dalam Mendongeng

Abdul Aziz (2002:30-34) menjelaskan langkah-langkah mendongeng dalam

proses pembelajaran yaitu:

1. Pemilihan Cerita

Dalam mendongeng hendaknya memilih cerita yang benar-benar dikuasai

atau sudah paham cerita dalam dongeng, sebab cerita yang akan

disampaikan, khususnya apabila diambil dari buku ini, memuat berbagai

cerita dengan aneka bentuk, sedangkan jika mengambil bahan selain dari

buku ini maka sebaiknya guru memilih satu bentuk cerita saja.

2. Persiapan Masuk Kelas

Sebelum masuk kelas, guru hendaknya mempersiapkan segala sesuatu yang

akan digunakan dalam mendongeng, yang perlu diketahui bagi para guru

bahwa setiap menit waktu yang digunakan untuk berfikir dan mengolah

cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran dimulai, akan

membantu dalam penyampaian cerita dengan mudah. Begitu juga saat

menggambarkan berbagai peristiwa di hadapan anak-anak, ia dapat

(42)

merancang gambaran alur cerita dengan jelas, dan menyiapkan

kalimat-kalimat yang akan disampaikannya sebelum masuk kelas.

3. Posisi Duduk Siswa

Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para siswa dengan

sepenuh hati dan pikiran mereka, oleh karena itu guru harus dapat

menguasai cerita yang disampaikan dengan baik, sehingga mereka dapat

mengikuti jalan cerita. Keperluan ini digunakan ketika penceritaan

berlangsung, para siswa hendaknya diposisikan secara khusus, tidak seperti

waktu mereka belajar menulis dan membaca, karena yang terpenting adalah

siswa dapat menerima cerita yang disampaikan secara aktif, tidak duduk

sesukanya dan kalau perlu mereka dapat berdiri sejenak. Suasana seperti ini

akan jauh dari kesan resmi, tidak seperti umumnya pelajaran lain dan tidak

lupa diantara guru dengan murid harus terjalin keakraban yang wajar.

Selain itu Agus (2002:99) juga menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam

mendongeng ialah sebagai berikut:

1. Berkonsentrasi untuk mengingat kembali dongeng yang akan dibawakan.

Mencoba mengingat urutan cerita, tokoh-tokoh dalam dongeng, dan

membayangan seperti apa dongeng akan dibawakan.

2. Mempersiapkan kejutan-kejutan untuk diberikan kepada anak-anak

ketika proses mendongeng.

3. Buatlah kartu pengingat untuk mempermudah alur cerita. Kartu

pengingat berisi tulisan pendek hanya untuk pengingat dan bisa ditempel

(43)

4. Setelah semua siap, mulailah dengan menyapa anak-anak.

5. Setelah menyapa kemudian mulailah dengan mendongengkan cerita

untuk anak-anak.

Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti menggabungkan ke dalam 6

langkah pokok di mana setiap langkah-langkah yang menyerupai atau sama akan

dijadikan sebagai satu langkah. 6 langkah dalam mendongeng antara lain:

1. Pemilihan cerita yang sesuai dengan materi pelajaran.

Pemilihan cerita didasarkan pada materi yang akan dipelajari, cerita akan

dibuat sendiri sehingga siswa akan lebih mudah menangkap isi dan jalan

cerita yang akan dibawakan.

2. Mengkondisikan siswa di kelas.

Guru akan mulai dengan mempersiapkan siswa sebelum dongeng

dimulai, menarik perhatian siswa dengan menyapa, nyanyian dan

mengubah posisi duduk agar tidak monoton.

3. Menunjukkan media yang akan digunakan pada siswa.

Guru akan menunjukkan media pada siswaa, sehingga siswa akan merasa

tertatik di awal dan menunggu penggunaan media. Adapun media yang

digunakan berbeda di setiap pertemuan yakni: boneka flanel, wayang

karton, papan background, kostum dan buku raksasa.

4. Guru mendongeng menggunakan media dengan melibatkan siswa.

Penggunaan media akan melibatkan siswa, di mana sesaat siswa akan

(44)

wayang, siswa juga akan menggambar di buku raksasa yang telah

dipersiapkan sebelumnya.

5. Guru mengajukan pertanyaan tentang tokoh dan amanat dalam dongeng.

Dalam mendongeng guru juga mengajukan pertanyaan seputar dongeng

seperti:”Siapa tokoh kesukaan kalian?”, “ Bagaimana sifat dari tokoh dalam dongeng tadi?” dan pertanyaan lainnya.

6. Guru mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran melalui tanya

jawab.

Guru juga akan mengkaitkan dongeng dengan materi pelajaran yang

dipelajari seperti menanyakan contoh perbuatan tokoh dongeng yang

akan dicontoh siswa dalam keseharian, perbuatan yang tidak boleh

dilakukan, dan lainnya.

Peneliti menyimpulkan menjadi 6 langkah pokok, di mana langkah-langkah

tersebut menjadi langkah-langkah metode mendongeng dalam penelitian ini.

b. Pemilihan Cerita

Dalam mendongeng tentunya ada cerita yang akan dibawakan, oleh karena

itu Agus (2008:96-97) menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan dalam memilih cerita yang baik, hal tersebut adalah:

1. Pilih tema cerita yang cocok untuk anak-anak.

2. Alur cerita dan kalimat di dalam cerita sederhana dan tentunya mudah

dimengerti.

(45)

4. Ada pesan moral yang bijak di setiap akhir cerita sehingga anak akan

mendapat makna serta kesan yang mendalam.

5. Dapat menginspirasi suatu tindakan moral.

6. Menimbulkan perasaan senang ketika anak mendengar cerita tersebut.

7. Membantu anak mengarahkan mereka untuk memahami dunia mereka

sendiri.

8. Kesimpulan cerita harus memotivasi perkembangan anak-anak.

Berdasarkan hal di atas, tentunya dalam memilih cerita tidak sembarangan

sehingga bagi para pendongeng harus benar-benar mengetahui isi dari cerita yang

akan didongengkan.

c. Kiat-Kiat Penting dalam Mendongeng

Menurut Hendri (2013:108-114), terdapat beberapa kiat-kiat penting dalam

mendongeng, di antaranya:

1. Berdoa sebelum mendongeng

Agar dapat berjalan dengan lancar sebelum memulai kegiatan

mendongeng, diawali dengan berdoa.

2. Mendongeng dengan cinta

Suasana yang akrab dengan anak akan membuat anak merasa nyaman dan

senang serta betah dengan apa yang kita sampaikan sehingga ketika

memasuki ruang tunjukkanlah wajauh senang dan sapaan hangat untuk

anak-anak.

(46)

Memberi salam dan senyum hangat akan membuat anak menyambut kita

dan menciptakan suasana menyenangkan.

4. Memilih cerita yang sesuai dengan minat dan keseharian anak

Cerita yang harus benar-benar dipilih dengan seksama, ini dimaksudkan

agar anak mudah menyerap isi cerita dan agar anak mau untuk

mendengarkan cerita hingga selesai karena mereka merasa tertarik.

5. Mendorong anak untuk berdiskusi dengan cerita

Dalam mendongeng kita bisa libatkan siswa dengan

pertanyaan-pertanyaan dalam dongeng agar kita bisa lebih menghidupkan dongeng

yang kita bawakan sehingga akan terbangun komunikasi antara kita

dengan anak.

6. Jangan membentak

Adakalanya anak merasa jenuh dan tidak siap, namun untuk mendapatkan

perhatian anak janganlah membentak mereka, lebih baik melakukan

pendekatan terlebih dahulu agar anak menjadi siap.

7. Menggunakan musik bibir

Pendongeng dapat mempengaruhi anak dengan menggunakan musik bibir

seperti “bem bem bem tik-tik-tik bem bem bem…”

8. Memberikan reward

Reward diberikan setelah kita selesai bercerita, reward bisa berupa materi

yang diberikan dengan menjawab pertanyaan, cara ini juga sebagai cara

(47)

d. Hal yang Harus Diperhatikan Saat Mendongeng

Agus (2008:124-125) menuliskan bahwa ada 6 hal nonverbal yang

hendaknya diperhatikan dalam mendongeng. Enam hal tersebut adalah:

1. Pola dan irama bicara.

Pola dan irama bicara saat mendongeng haruslah benar-benar jelas sehingga

bisa ditangkap dan dipahami anak dengan mudah.

2. Jarak dengan audience.

Jangan berdiri terlalu dekat namun juga jangan menempatkan diri terlalu

jauh dengan audience.

3. Gerak dan sikap tubuh

Sebagai pedongeng gerak dan sikap tubuh nerupakan salah satu cara yang

penting yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau menunjukkan

emosi.

4. Kontak mata

Saat anda mendongeng, aturlah dan usahakanlah agar pandangan mata anda

terbagi rata, tidak melulu memandang satu sudut yang kita suka.

5. Suara saat bicara

Saat mendongeng anda, harus benar-benar konsisten dalam

memperdengarkan suara-suara lembut dan merdu, atau suara-suara aneh

(48)

6. Penampilan

Sebagai pendongeng sebaiknya tampil wajar atau bernampilan secara wajar,

apabila menggunakan kostum hendaknya yang sesuai dengan tema dongeng

yang dibawakan.

Selain hal di atas, dalam mendongeng, Bimo (2011:40) mengutarakan

bahwa:

Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proposional adalah (1) narasi; (2) dialog; (3) ekspresi (terutama mimik muka); (4) visualisasi gerak/peragaman(akting); (5) ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tidak lazim; (6) media/alat peraga; (7) teknis ilustrasi lainnya misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka dalam mendongeng unsur-unsur di atas

harus diperhatikan agar pelaksanaan mendongeng dapat berjalan dengan lancar.

e. Perlengkapan Mendongeng

Dalam mendongeng, tentunya memerlukan perlengkapan sebagai alat bantu

dalam menyampaikan dongeng, adapun alat peraga atau media akan sangat

membantu penyampaian dongeng. Media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi (Sadiman,1984:7).

Notoatmojo (1993:73) menjelaskan bahwa tujuan penggunaan alat peraga yaitu :

1. Sebagai alat bantu dalam latihan atau pendidikan

2. Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

(49)

4. Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, dan tindakan.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh (Cakra, 2012:73) bahwa alat peraga

adalah wahana atau media untuk menerangkan atau mempraktikkan pada anak

didik. Anak akan cepat menangkap apabila dongeng diperagakan secara langsung

dengan alat peraga tersebut. Sebagaimana yang diungkap di atas maka peran

media dalam mendongeng juga akan menambah daya tarik tersendiri bagi siswa.

Berdasarkan tujuan di atas, maka alat peraga dapat membantu siswa dalam

memahami isi cerita yang didongengkan karena tujuan alat peraga sebagai alat

bantu dan untuk menjelaskan dan mengingat isi cerita.

Di dalam mendongeng ada beberapa pilihan alat peraga seperti yang ditulis

Bimo (2011:66-69), alat peraga tersebut diantaranya dengan membacakan cerita,

peraga gambar, papan flanel dan boneka. Penggunaan alat peraga tentunya

dimaksudkan agar mempermudah siswa untuk menangkap isi cerita, selain itu alat

peraga yang lucu dan menarik tentunya membuat siswa semakin betah untuk

memperhatikan dongeng yang dibawakan. Berikut beberapa alat peraga yang

digunakan peneliti dalam pelaksanaan mendongeng:

1. Boneka Tangan

Boneka flanel terbuat dari kain flanel yang dijahit atau direkatkan dengan

lem, penggunaan boneka tangan cukup mudah hanya dengan memasukkan

tangan pendongeng ke dalam sarung boneka. Boneka seperti ini juga bisa

diganti dengan menggunakan bahan kain perca atau kain bekas yang dijahit

(50)

Gambar 2.1 Boneka Tangan

2. Wayang Karton

Wayang dibuat dengan menggunakan karton dengan pola gambar yang

kemudian diberi warna, wayang cukup mudah digunakan dengan memegang

tongkat di bawah gambar. Siswa juga dapat membuat wayang kreasi seperti

wayang dalam mendongeng sehingga hal ini dapat dikaitkan dengan mata

pelajaran seni atau kerajinan tangan.

Gambar 2.2 Wayang Karton

(51)

Papan ini terbuat dari bambu dan berfungsi untuk meletakkan

gambar-gambar yang akan digunakan sebagai setting tempat dalam kegiatan

mendongeng.

Gambar 2.3 Papan Background

4. Kostum

Dalam mendongeng juga bisa menggunakan kostum, peneliti telah

memodifikasi kostum sehingga mudah digunakan juga dengan waktu yang

sangat cepat. Kostum yang dibuat tidaklah rumit, disini digunakan beberapa

kain yang digabung. Kemudian untuk pemakaian kostum hanya tinggal

direkatkan antar bagian sehingga tidak repot dalam pemakaiannya.

(52)

5. Buku Cerita

Buku cerita bisa menjadi pilihan dalam menyampaikan dongeng. Buku yang

dibuat berikut ini termasuk dalam ukuran besar sehingga memudahkan

siswa untuk mengetahui latar cerita dan kejadian dalam cerita yang

disampaikan.

Gambar 2.5 Buku Cerita

2.1.7 Mendongeng Sebagai Metode Pembelajaran PKn

Mendongeng tentunya bisa menjadi sebuah metode dalam mengajar seperti

yang disampaikan oleh Hendri (2013:30), di mana metode ini memiliki daya hibur

yang luar biasa, juga mengasyikan sehingga siswa tidak seperti digurui. Hendri

(2013: 200) juga menyampaikan bahwa dongeng yang disampaikan melalui

metode mendongeng dalam pembelajaran bisa disampaikan sebagai pengantar

atau selipan dalam pelajaran PKn Dengan mendongeng penyampaian pesan-pesan

moral bisa dijalankan dengan baik. Mendongeng juga dapat dijadikan suatu alat

(53)

bukunya yang berjudul A Book for Children Literature, (Hollowell dalam Agus,

2009:44) mengemukakan bahwa:

Dongeng dapat mengembangkan imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam, memuaskan kebutuhan ekspresi diri, menanamkan pendidikan tanpa harus menggurui, menumbuhkan rasa humor yang sehat, mempersiapkan apresiasi sasta, dan memperluas cakrawala khayalan anak.

Pesan moral yang dimaksud juga tertera pada pelajaran PKn yang akan

diteliti yakni materi nilai-nilai Pancasila di mana materi tersebut bukan hanya

sebatas materi namun juga pada penanaman moral. Dongeng yang disampaikan

akan menjadi jembatan komunikasi antara guru dan siswa, pembelajaran akan

menjadi efektif bagi anak-anak, pelajaran juga akan terasa menyenangkan bahkan

menarik untuk terus disimak. Bagi siswa mereka dapat menangkap isi dan pesan

dongeng yang disampaikan oleh guru kelas, seperti halnya yang disampaikan oleh

Priyono (2006:26) bahwa kelompok anak usia 6-9 tahun sudah dapat menangkap

sisi baik dan sisi buruk dari setiap cerita yang didongengkan oleh orang tua atau

guru di sekolah.

Dongeng juga merupakan sumber inspirasi yang baik bagi pendidikan anak.

Takwin dalam Hendri (2013:56) menyebutkan bahwa banyak hal yang dapat

dipetik dari kegiatan mendongeng untuk pembelajaran, diantara hal-hal tersebut

yaitu:

1. Melatih kemampuan menyimak.

Mendengarkan dongeng yang diperagakan akan membuat siswa berusaha

menangkap isi, alur dan kejadian di dalam dongeng sehingga dengan

(54)

2. Mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan kegiatan membaca

Kegiatan mendongeng akan menjadikan siswa senang untuk

mendengarakan dongeng lagi tidak hanya sekali, apabila tidak ada

kesempatan mendongengkan anak, maka siswa dapat membaca buku

dongeng secara mandiri sehingga menambah motivasi mereka untuk gemar

membaca.

3. Menumbuhkan empati dan simpati.

Pesan moral yang ada di dalam dongeng akan menuntun anak untuk belajar

empati dan simpati dalam kehidupan mereka.

4. Menanamkan hikmah cerita.

Setiap dongeng yang diberikan tentunya harus terdapat hikmah dalam cerita

tersebut, sehingga tidak hanya sebatas cerita. Penyampaian dongeng yang

berkesan akan membuat anak secara tidak sadar akan meniru dan

mengambil hikmah dari dongeng yang dibawakan.

5. Mengembangkan imajinasi dan kreativitas anak.

Kreativitas dan imajinasi anak tidak ada batasnya, dongeng juga akan

mengembangakan kreativitas anak ketika diminta untuk memperagakan

tokoh kesukaan mereka serta mengembangkan imajinasi mereka dalam

menangkap isi dongeng itu sendiri.

Manfaat-manfaat dongeng tersebut juga sejalan dengan pendapat Agus

(2009:22) yang mengungkapkan bahwa manfaat kebiasaan mendongeng, misalnya

adalah anak belajar mendengar, berkonsentrasi, menyerap kosa kata, membedakan

(55)

tema-tema dongeng. Berdasarkan manfaat di atas yang telah disebutkan tadi dapat

diketahui bahwa mendongeng memiliki banyak manfaat bagi anak yang dapat

diberikan pula saat proses pembelajaran di sekolah berlangsung.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Terdapat dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini,

penelitian tersebut adalah:

1. Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Retno

Hartiningsih (2003) yang berjudul “Kemampuan Menyimak Dongeng

Detektif Kancil Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas I Sekolah Dasar

Pius I Wonosobo Tahun Ajaran 2002/2003”. Jenis penelitian yang

digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini berfokus pada aspek

pengetahuan, pemahaman dan aplikasi siswa. Berdasarkan hasil penelitian

diketahui bahwa aspek pengetahuan dengan bobot 20% mendapat hasil baik

sekali, sementara aspek pemahaman dengan bobot 30% mendapat hasil yang

cukup dan untuk aspek aplikasi siswa mendapat bobot 50% mendapat hasil

baik sekali sehingga rata-rata dari semua aspek yang dinilai dapat

dikategorikan bahwa kemampua menyimak tersebut mendapat hasil baik.

2. Penelitian lain ialah penelitian oleh Silfiana Mety (2010) yang berjudul

“Penerapan Pendekatan PAKEM untuk Meningkatkan Kemampuan

Mengapresiasi Dongeng Siswa Kelas V SDN 1 Panjangrejo Pundong

Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010” dengan jenis penelitian yakni

(56)

nont tes (wawancara, kuesioner dan jurnal). Adapun hasil penelitian yang

dilakukan pada 30 siswa tersebut ialah skor rata-rata siklus I ialah 72,13

sedangkan siklus II menjadi 82,86 sehingga terjadi peningkatan sebesar

10,73% dan penerapan pendekatan PAKEM berhasil meningkatkan

kemampuan mengapresiasi dongeng.

3. Penelitian ialah penelitian oleh Regina Nona yang berjudul “Kemampuan

Mneyimak Cerita Anak Sepatu Baru Melalui Media Audiovisual pada Siswa

Kelas II SD Kanisius Wirobrajan Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011”

Peneliti menggunakan tes semi obyektif pada kategori tes jawaban singkat.

Populasi dalam penelitian ini adal 30 siswa kelas II. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat kemampuan menyyimak cerita anak melalui

media audiovisual berkategori baik seklai (A) dengan skor rata-rata 54,1

Gambar

Tabel 4.12 Rangkuman Klasifikasi Capaian Minat Belajar ………..……...
Gambar 2.1 Boneka Tangan
gambar yang akan digunakan sebagai setting tempat dalam kegiatan
Gambar 2.6 Literatur Map Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

This paper addresses the author’s struggles as the student -teacher in Satya Wacana Christian University, Salatiga, Indonesia in bringing English as the

Setelah itu peneliti membandingkan antara perilaku earnings management yang berada pada tahap growth dan mature, juga mature dan stagnant dan hasilnya terdapat

Sistem Saluran Pemasaran ( marketing channel system ) adalah sekelompok saluran pemasaran tertentu yang digunakan oleh sebuah perusahaan.. Peran saluran pemasaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabilitas penampilan fenotipik dan variabilitas genetik berdasarkan pola pita RAPD tanaman manggis generasi M1

Yogyakarta merupakan kota yang mempunyai predikat kota seni dan budaya mempunyai aktifitas seni rupa yang tinggi serta banyak organisasi seni rupa, museum seni rupa, gallery

Mengingat impulse buying sangat memberikan manfaat bagi pelaku ritel, penelitian ini berusaha untuk mengkaji faktor-faktor yang ada di dalam diri konsumen meliputi

Bab ini membahas tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar pembahasan dari penulisan ini yang meliputi tentang bauran promosi yang berkaitan dengan biaya iklan dan

Penelitian mengenai “Peran Adult Attachment dan Trait Kepribadian Terhadap Kualitas Pernikahan Pada Pasangan Suami-Istri di Kota Bandung” bertujuan untuk meningkatkan