• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DEPUTI DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI DEPUTI DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA - FISIP Untirta Repository"

Copied!
234
0
0

Teks penuh

(1)

i

DUKUNGAN KEBIJAKAN KEMENTERIAN

SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Dalam Menempuh Ujian Sarjana Program Strata Satu (S1)

Konsentrasi Manajemen Publik Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh :

HANISA NANIATI

NIM. 6661111486

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada

keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai

(mengerjakan yang lain). Dan berharaplah

kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah : 6-8)

“Lebih baik terlambat dan gagal daripada tidak

pernah melakukannya sama sekali”

(6)

semua.-i

Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Deputi Dukungan Kebjakan

Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia”. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2017. Dosen Pembimbing I: Oman Supriadi, S.Sos., M.Si, Dosen Pembimbing II: Yeni Widiastuti, S.Sos., M.Si

Kata Kunci: Penilaian Prestasi Kerja, Disiplin Kerja, dan Kinerja Pegawai

(7)

ii

discipline work towards official performance at state ministry wisdom support

deputy Republic Indonesia.” The Study Program of State Administration Science, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. 2017. My Guide lecturer: Oman Supriadu, S.Sos, Msi. Guide Lecturer II: Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si

Keyword: Accomplishment Evaluation, Discipline Work and Official Performance.

The background of the problem is the phenomenon of performance appraisal, discipline and performance in the Deputy of the State Ministry of State Secretariat

of the Republic of Indonesia. In performing the duties of civil servant organizations in the Ministry of State Secretariat are required to have high

performance, in order to improve the performance of employees, the implementation of performance appraisal and implementation of work discipline.

However, the results of the observations made by the achievement and discipline of the work do not run smoothly there are various problems, namely the assessment of job performance is not objective, the vacancy of office, some employees do not use their working hours effectively, the delay in the completion of the task, the absence of rewards on the target workload completed, and minor errors in letter recommendation were made.This condition certainly results in

overall organizational performance. This study aims to determine how much influence the assessment of work performance and work discipline on employee

performance. This research was conducted by taking sample of 104 espondent, using nonprobability sampling technique. Metode penelitian untuk mengoprasionalisasikan variable penelitian yaitu pendekan kuantitatif deskriptif.

From the discussion, it can be concluded that: (1) partially the performance appraisal has significant effect on the performance of the Deputy Staff of Policy

Support of the Ministry of State Secretariat, the score of t value 8.036> t table 2,625 and the sig value. is 0.00 <0.05. (2) partially work discipline has a significant effect on employee performance Deputy Policy Support Ministry of State Secretariat sig. is 0.00 <0.005. (3) simultaneously achievement and work discipline have a significant effect on employee performance. Deputy of Policy Support Ministry of State Secretariat of Republic of Indonesia obtained score

(8)

iii

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahirobbil’alamin penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan

untuk Nabi Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho,

rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Implementasi Program Beras Rumah

Tangga Miskin (Raskin) di Kelurahan Karang Anyar Kecamatan Neglasari Kota

Tangerang”.

Dengan selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dna

dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung penulis. Terlebih

kepada kedua orang tua yang telah memberikan cinta, kasih sayang serta do’a

kepada penulis yang tidak henti-hentinya. Selain itu penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Prof. Drs. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. DR. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhroman, S.Ikom., M.I.Kom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial

(9)

iv

7. Riswanda, Ph.D, Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

8. Oman Supriadi, S.Sos., M.Si, Pembimbing I yang membantu serta

memberikan arahan, saran yang berarti bagi penulis dalam menyusun skripsi.

9. Yeni Widyastuti, S.Sos., M.Si, Pembimbing II yang membantu penulis dalam

menyusun skripsi ini dengan teliti dan sabar dari awal hingga akhir.

10. Bapak Bigman T. Simanjuntak, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, yang telah memberikan

izin penelitian dan bantuan kepada peneliti untuk mencari data dan informasi

yang dibutuhkan peneliti.

11. Bapak Faisal dan Bapak Rifki pegawai Asisten Deputi Dukungan Kebijakan

Dalam Negeri, yang telah memberikan saran, semangat dalam penyelesaian

skripsi ini.

12. Seluruh Pegawai Kantor Deputi Dukungan Kebijakan Kementerian Sekretariat

Negara Republik Indonesia, yang telah banyak memberikan informasi yang

dibutuhkan peneliti dalam proses penelitian.

13. Keluarga tercinta khususnya Mama, Mama, Mama, Papa, Fitri yang telah

memberikan dorongan moril dan materiil kepada peneliti dalam

menyelesaikan studi akhir pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di

(10)

v

satu persatu, terima kasih telah menggoreskan senyuman dan semangat dalam

menyusun skripsi.

Akhirnya penulis mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan

selesainya skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan

dalam penyusunannya, sehingga penulis dengan rendah hati menerima masukan

dari semua pihak agar dapat menghasilkan karya yang lebih baik.

Serang, Desember 2018

(11)

vi

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTRAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 17

1.3. Batasan Masalah ... 18

1.4. Rumusan Masalah ... 18

1.5. Tujuan Penelitian ... 18

1.6. Manfaat Penelitian ... 19

BAB II DESKRIPSI TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori ... 20

2.1.1. Penilaian Prestasi Kerja ... 21

(12)

vii

2.1.1.3. Penilaian Prestasi Kerja Menurut

Permensesneg No. 2 Tahun 2014 ... 28

2.1.1.4. Unsur-unsur yang Dinilai Menurut Permensesneg No. 2 Tahun 2014 ... 30

2.1.2. Disiplin Kerja ... 32

2.1.2.1. Maksud dan Sasaran Kedisiplinan ... 38

2.1.2.2. Indikator Disiplin Kerja ... 40

2.1.2.3. Bentuk-bentuk Disiplin Kerja ... 43

2.1.2.4. Sanksi Pelanggaran Disiplin Kerja ... 44

2.1.3. Kinerja Pegawai Negeri Sipil ... 46

2.1.3.1. Indikator Kinerja ... 49

2.1.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 50

2.2. Penelitian Terdahulu ... 53

2.3. Kerangka Berpikir ... 54

2.4. Hipotesis Penelitian ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 46

3.2. Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian ... 59

3.3. Lokasi Penelitian ... 59

(13)

viii

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 70

3.8. Jadwal Penelitian ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 77

4.1.1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Sekretariat Negara

Republik Indonesia ... 77

4.1.2. Visi dan Misi Sekretariat Negara Republik

Indonesia ... 78

4.1.3. Susunan Organisasi Sekretariat Negara Republik

Indonesia ... 79

4.2. Hasil Penelitian ... 80

4.2.1. Karakteristik Responden ... 81

4.2.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 82

4.2.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Usia ... 82

4.2.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 83

4.2.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan

Masa Kerja ... 84

(14)

ix

4.2.2.2. Tanggapan Responden Tentang Disiplin

Kerja ... 121

4.2.2.3. Tanggapan Responden Tentang Kinerja Pegawai ... 148

4.2.3. Pengujian Persyaratan Statistik ... 175

4.2.3.1. Uji Validitas ... 176

4.2.3.2. Uji Reliabilitas ... 183

4.2.3.3. Uji Normalitas ... 184

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 185

4.2.4.1. Korelasi Product Moment ... 185

4.2.4.2. Uji Korelasi Berganda ... 186

4.2.4.3. Uji Koefisien Determinasi (Kd) ... 187

4.2.4.4. Uji Regresi Linier Berganda ... 187

4.2.4.5. Uji t hitung (Parsial) ... 189

4.2.4.6. Uji F hitung (Simultan) ... 191

4.3. Pembahasan ... 192

BAB V PENUTUP 5.1. Deskripsi objek Penelitian ... 195

5.2. Saran-saran ... 196

DAFTAR PUSTAKA

(15)

x

Halaman

Tabel 1.1. Presentase Pemotongan Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai

Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara Yang Terlambat

Masuk Bekerja ... 13

Tabel 2.1. Kriteria Penilaian Kualitas Pekerjaan ... 32

Tabel 3.1. Instrumen Penelitian ... 62

Tabel 3.2. Skoring ... 65

Tabel 3.3. Populasi Kementerian Sekretariat Negara ... 68

Tabel 3.4. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 73

Tabel 3.5. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian ... 76

Tabel 4.1. Rincian Jumlah Kuisioner ... 81

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Variabel Penilaian Prestasi Kerja (X1) ... 176

Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Variabel Disiplin Kerja (X2) ... 178

Tabel 4.4. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Pegawai (Y) ... 180

Tabel 4.5. Pengujian Reliabilitas Instrument ... 183

Tabel 4.6. Hasil Uji Korelasi Product Moment ... 185

Tabel 4.7. Hasil Uji Korelasi Berganda ... 186

Tabel 4.8. HasilUji Regresi Linier Berganda ... 188

(16)

xi

Halaman

Gambar 2.1. Mekanisme Penilaian Kinerja ... 29

Gambar 2.2. Kerangka Berfikir ... 55

Gambar 3.1. Paradigma Hubungan Antara Variabel ... 64

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Sekretariat Menteri Negara ... 80

Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 82

Gambar 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia ... 83

Gambar 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 84

Gambar 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 85

Gambar 4.6. Tugas yang pegawai kerjakan tidak pernah mendapat revisi dari atasan ... 87

Gambar 4.7. Atasan mengapresiasi tugas yang dikerjakan ... 88

Gambar 4.8. Pegawai melaksanakan review atas tugas yang diberikan .. 89

Gambar 4.9. Pegawai berusaha meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam pengerjaan tugas ... 90

Gambar 4.10. Pegawai menyelesaikan tugas dengan tepat waktu ... 91

Gambar 4.11. Pegawai termotivasi untuk menyelesaikan tugas sealu tepat waktu ... 92

Gambar 4.12. Pegawai berusaha menyelesaikan tugas dengan teliti ... 93

Gambar 4.13. Pegawai selalu mengutamakan kerapihan hasil kerja ... 94

(17)

xii

Gambar 4.16. Hasil pekerjaan pegawai mencapai target yang ditetapkan 98

Gambar 4.17. Pegawai memiliki kesiapan apabila diberikan volume

pekerjaan yang banyak ... 99

Gambar 4.18. Pegawai cepat tanggap atas pekerjaan yang diberikan ... 101

Gambar 4.19. Pegawai mengerjakan tugas dengan tepat waktu ... 102

Gambar 4.20. Pegawai tertarik untuk mencari hal baru terkait pekerjaan . 103

Gambar 4.21. Pegawai memiliki kesiapan ... 104

Gambar 4.22. Pegawai memiliki loyalitas ... 105

Gambar 4.23. Pegawai tidak memiliki jabatan di luar tugasnya ... 106

Gambar 4.24. Pegawai menjaga nama baik instansi tempatnya bekerja ... 107

Gambar 4.25. Pegawai mengutamakan kepentingan organisasi daripada

kepentingan diri sendiri ... 108

Gambar 4.26. Pegawai bertanggung jawab atas alat-alat kantor yang

digunakan ... 109

Gambar 4.27. Pegawai menyelesaikan tugas-tugas sesuai waktu yang

telah ditentukan ... 110

Gambar 4.28. Pegawai menggunakan jam kerja dengan sebaik-baiknya .. 111

Gambar 4.29. Pegawai memberikan teladan yang baik bagi rekan kerja .. 112

Gambar 4.30. Pegawai saling memotivasi ... 113

Gambar 4.31. Pegawai dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat 114

(18)

xiii

Gambar 4.34. Pegawai mampu bekerja dalam tim/kelompok ... 117

Gambar 4.35. Bekerjasama dengan rekan kerja dapat mendorong dalam

peningkatan prestasi kerja ... 118

Gambar 4.36. Pegawai dapat menerima keputusan yang sah yang

diambil atas dasar kesepakatan bersama ... 119

Gambar 4.37. Pegawai selalu berpartisipasi dalam kegiatan unit kerja .... 120

Gambar 4.38. Pegawai tidak pernah bolos saat jam kerja ... 121

Gambar 4.39. Pegawai rajin datang ke kantor tidak pernah absen tanpa

alasan yang jelas ... 122

Gambar 4.40. Pegawai dapat menggunakan jam istirahat dengan

sebaik-baiknya ... 123

Gambar 4.41. Pegawai tidak pernah meninggalkan kantor tanpa alasan

yang jelas ... 124

Gambar 4.42. Pegawai siap menerima sanksi apabila lalai dalam

melaksanakan tugasnya ... 125

Gambar 4.43. Pegawai memiliki target kerja ... 126

Gambar 4.44. Pegawai memiliki tanggung jawab atas pekerjaan yang

sudah dibebankan kepadanya ... 127

Gambar 4.45. Pegawai bertanggung jawab atas hasil pekerjaannya ... 128

Gambar 4.46. Pegawai akan bersungguh-sungguh bekerja untuk

(19)

xiv

mendapatkan sanksi ... 131

Gambar 4.49. Sanksi yang berlaku di kantor cukup ketat ... 132

Gambar 4.50. Pegawai menggunakan tanda pengenal saat di dalam dan

di luar kantor ... 133

Gambar 4.51. Pegawai memakai pakaian yang rapih dan sopan saat di

kantor ... 134

Gambar 4.52. Pegawai sangat memahami aturan yang berlaku di kantor . 135

Gambar 4.53. Para pegawai umumnya memahami SOP ... 136

Gambar 4.54. Pegawai menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan

mekanisme kerja ... 137

Gambar 4.55. Para pegawai umumnya melaksanakan tugas sesuai SOP

yang ada ... 138

Gambar 4.56. Pegawai selalu berhati-hati dalam melaksanakan

pekerjaan ... 139

Gambar 4.57. Pegawai akan memperhitungkan baik buruknya saat

mengambil keputusan ... 140

Gambar 4.58. Pegawai tidak akan membawa urusan pribadi ke dalam

pekerjaan ... 141

Gambar 4.59. Pegawai selalu berusaha bersikap professional dalam

(20)

xv

Gambar 4.61. Pegawai berusaha bersikap sopan kepada atasan dan rekan

kerja ... 144

Gambar 4.62. Pegawai selalu berusaha berbicara dengan santun kepada

atasan dan rekan kerja ... 145

Gambar 4.63. Pegawai berusaha mentaati peraturan dan norma yang

berlaku di lingkungan pekerjaan ... 146

Gambar 4.64. Pegawai senantiasa menjaga perilaku sesuai dengan norma

yang berlaku di kantor ... 147

Gambar 4.65. Pekerjaan yang diberikan sesuai tugas pokok dan fungsi

jabatan pegawai ... 148

Gambar 4.66. Tugas yang diberikan sesuai dengan kemampuan pegawai 149

Gambar 4.67. Pegawai selalu mendapatkan arahan dan bimbingan dari

atasan apabila menemui kesulitan dalam melaksanakan

pekerjaan ... 150

Gambar 4.68. Pegawai selalu diberi kesempatan untuk mengemukakan

pendapat di dalam rapat ... 151

Gambar 4.69. Pegawai selalu berdiskusi dengan atasan/rekan kerja

apabila menemukan hambatan ... 152

Gambar 4.70 Pegawai tidak merasa segan untuk mengingatkan rekan

(21)

xvi

Gambar 4.72 Interaksi atasan dengan pegawai cukup intens dalam hal

mendiskusikan pekerjaan ... 155

Gambar 4.73 Selama pegawai bisa menyelesaikan pekerjaan pada hari

itu akan pegawai akan mengerjakannya ... 156

Gambar 4.74 Pegawai mengerjakan tugas sebelum deadline ... 157

Gambar 4.75 Pegawai selalu berusaha menyelesaikan tugas dengan

sungguh-sungguh ... 158

Gambar 4.76 Pegawai dapat menerima kritik dan saran yang

membangun atas pekerjaan yang dikerjakan ... 159

Gambar 4.77 Pegawai tidak akan mengulangi kesalahan pada tugas

yang dikerjakan ... 160

Gambar 4.78 Tugas yang diberikan kepada pegawai sesuai dengan latar

belakang pendidikan ... 161

Gambar 4.79 Pegawai memiliki pengetahuan yang luas untuk

mendukung pekerjaannya ... 162

Gambar 4.80 Jabatan yang sedang diduduki pegawai saat ini sesuai

dengan pendidikan yang dimiliki ... 163

Gambar 4.81 Pegawai memiliki kemampuan memahami salah satu

bahasa asing yang membantu pegawai dalam

(22)

xvii

Gambar 4.83 Pegawai selalu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan

tugas ... 166

Gambar 4.84 Pegawai tidak mau diganggu saat mengerjakan tugas ... 167

Gambar 4.85 Pegawai tidak akan menyalahgunakan wewenang ... 168

Gambar 4.86 Pegawai akan berusaha keras untuk menyelesaikan

pekerjaan dengan baik ... 169

Gambar 4.87 Pegawai tidak menggunakan jam kerja untuk berleha-leha 170

Gambar 4.88 Pegawai akan mencari informasi sendiri yang menyangkut

pada bidang pekerjaannya ... 171

Gambar 4.89 Pegawai akan berusaha sendiri menghadapi kesulitan

dalam menyelesaikan pekerjaan ... 172

Gambar 4. 90 Pegawai akan menyelesaikan pekerjaan tanpa harus

diperintah terlebih dahulu ... 173

Gambar 4. 91 Pegawai selalu berinisiatif untuk melakukan pekerjaan ... 174

Gambar 4. 92 Pegawai memiliki dorongan pribadi untuk melaksanakan

tugas dengan baik ... 175

Gambar 4.93 Uji Normalitas ... 184

(23)

xviii Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

Lampiran 2. Data Hasil Penyebaran Kuisioner

Lampiran 3. Frekuensi Pernyataan Responen

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Instrumen

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Lampiran 6. Analisis Data Pengujian Hipotesis

Lampiran 7. Tabel Nilai-nilai Statistik (Product Moment, Distribusi t dan F)

(24)

xix

discipline work towards official performance at state ministry wisdom support

deputy Republic Indonesia.” The Study Program of State Administration Science, Faculty of Social and Political Sciences, University of Sultan Ageng Tirtayasa. 2017. My Guide lecturer: Oman Supriadu, S.Sos, Msi. Guide Lecturer II: Yeni Widyastuti, S.Sos, M.Si

Keyword: Accomplishment Evaluation, Discipline Work and Official Performance.

The background of the problem is the phenomenon of performance appraisal, discipline and performance in the Deputy of the State Ministry of State Secretariat of the Republic of Indonesia. In performing the duties of civil servant organizations in the Ministry of State Secretariat are required to have high performance, in order to improve the performance of employees, the implementation of performance appraisal and implementation of work discipline. However, the results of the observations made by the achievement and discipline of the work do not run smoothly there are various problems, namely the assessment of job performance is not objective, the vacancy of office, some employees do not use their working hours effectively, the delay in the completion of the task, the absence of rewards on the target workload completed, and minor errors in letter recommendation were made.This condition certainly results in overall organizational performance. This study aims to determine how much influence the assessment of work performance and work discipline on employee performance. This research was conducted by taking sample of 104 espondent, using nonprobability sampling technique. Metode penelitian untuk mengoprasionalisasikan variable penelitian yaitu pendekan kuantitatif deskriptif.

(25)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Saat ini instansi pemerintahan dituntut untuk menciptakan kinerja pegawai

yang tinggi untuk pengembangan pelayanan publik. Pemerintah harus bisa

membangun sekaligus meningkatkan kinerja didalam lingkungannya.

Keberhasilan pemerintah dipengaruhi beberapa faktor, salah satu faktor yang

sangat berperan adalah sumber daya manusia, karena sumber daya manusia

merupakan pelaku dari keseluruhan tingkat perencanaan sampai dengan evaluasi

yang mampu memanfaatkan sumber daya lainnya yang dimiliki oleh pemerintah.

Keberadaan sumber daya manusia dalam instansi pemerintahan memegang

peranan sangat penting. Sumber daya manusia memiliki potensi yang besar untuk

menjalankan aktivitas pemerintahan. Potensi setiap sumber daya manusia yang

ada di dalam instansi pemerintah harus dapat dimanfaatkan sebaik-sebaiknya

sehingga mampu memberikan hasil kerja yang optimal. Pengembangan SDM

merupakan cara organisasi agar dapat mempertahankan eksistensi kerja semua

komponen organisasi. Sebuah organisasi harus mampu mengoptimalkan

kemampuan sumber daya manusia yang dimilikinya agar pencapaian sasaran

dapat terlaksana, namun hal tersebut tidaklah sederhana perlu pemahaman yang

baik tentang organisasi, perlu ada strategi pengembangan yang matang agar SDM

(26)

Kondisi kualitas profesionalisme rata-rata birokrasi yang masih belum

memuaskan, salah satu penyebabnya adalah karena praktik manajemen sumber

daya manusia yang belum benar. Manusia merupakan faktor yang paling

menentukan dalam setiap organisasi, termasuk dalam hal ini birokrasi pemerintah

yang diawaki sumber daya aparautnya sebagai birokrat. Birokrat sebagai salah

satu unsur kekuatan daya saing bangsa, bahkan penentu utamanya, harus

memeiliki kompetensi dan kinerja tinggi demi pencapaian tujuan.

Di dalam aspek pemberian layanan publik dan pembangunan dibutuhkan

aparatur pemerintahan yang memiliki kualifikasi dan kemampuan tertentu. Upaya

untuk menempatkan aparatur pemerintah secara tepat, dengan memperhatikan

kecocokan antara tuntutan pekerjaan dan kualifikasi atau kemampuan merupakan

suatu keharusan. Tingkat kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintahan

yang ada perlu selalu dinilai kembali. Berdasarkan penilaian tersebut, dilakukan

peningkatan kualitas sumber daya manusia sesuai tuntutan pekerjaan dan

tanggung jawab melalui pendidikan, pelatihan, loka karya, dan sebagainya. Kritik

tentang rendahnya kualitas pelayanan, keterbatasan kemampuan, serta birokrasi

publik yang patologis terasa semakin santer, terlebih-lebih pada era bebas ini. Era

globalisasi pada saat ini setiap organisasi pemerintah dituntut untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia sehingga menjadi proaktif terhadap perubahan.

Peningkatan mutu sumber daya manusia yang strategis terhadap

keterampilan, motivasi, pengembangan dan manajemen pengorganisasian sumber

daya manusia merupakan syarat utama dalam era globalisasi untuk mewujudkan

(27)

pembangunan bidang kepegawaian di masa yang akan datang adalah

mempersiapkan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, mampu bersaing dan

mampu mengatasi perkembangan dunia yang pesat di berbagai aspek kehidupan

sehingga mampu meningkatkan mutu pelayanan serta kinerja yang tinggi.

Hal tersebut mencerminkan bahwa manajemen pemerintahan negara

sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang berperan. Tanpa

pegawai negeri yang memiliki persyaratan kompetensi, suatu sistem administrasi

negara akan mengalami kegagalan dalam mengemban misinya. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi pegawai negeri merupakan

persyaratan mutlak bagi terbangunnya sistem dan proses administrasi negara.

Setiap negara termasuk aparatur negaranya masing-masing mau tidak mau

harus mampu berlari dengan lompatan berkecepatan tinggi secara terukur, rasional

dan realistis dalam keseluruhan kreativitas dan inovasinya. Untuk negara dan

bangsa Indonesia dituntut terus menerus mentranformasikan dirinya menjadi

learning nation, learning and achievement society yang berkinerja tinggi dan

solid. Dengan kata lain, berkemampuan tinggi melakukan knowledge acquisition,

sekaligus memiliki kemampuan prima dalam mendayagunakan informasi untuk

memahami situasi dan kondisi ekstenal dengan baik, tetapi juga mampu

mengembangkan pengetahuan dan kompetensi yang baru, guna mendukung

proses pengembangan SDM yang kompetitif.

Manusia merupakan faktor paling penting menentukan dalam setiap

organisasi, termasuk dalam hal ini birokrasi pemerintah yang diawali dengan

(28)

bagaimana membangun pemerintahan yang bersih dan baik (good governance and

clean government). Aparatur birokrasi yang diharapkan mampu menjadi motivator

dan sekaligus menjadi katalisator dari bergulirnya pembangunan, tidak mampu

menjalankan perannya sebagai aparatur birokrasi modern yang tidak hanya

mengedepankan kemampuan menyelenggarakan tugas dan fungsi organisasi saja

tetapi juga mampu merespons aspirasi publik kedalam kegiatan dan program

organisasi dan mampu melahirkan inovasi baru yang bertujuan untuk

mempermudah kinerja organisasi dan sebagai bagian dari wujud aparat yang

profesional.

Sebagian bagian dari reformasi birokrasi untuk membangun birokrasi

pemerintah, dalam rangka peningkatan kapasitas sumber daya manusia aparatur

harus terus diupayakan penerapan kompetensi dengan profesionalisme dan budaya

kerja secara disiplin, sehingga mempunyai kemampuan teknis tinggi yang pada

level tertentu juga disertai manajerial yang hebat dalam segala budaya kerja keras

dan prestasi tinggi. Secara lebih sempurna lagi sesuai harapan masyarakat

sekaligus tantangan zaman, harus ditambah dengan berkomitmen dan integritas

tinggi yang dapat dipertanggung jawabkan dalam segala kreativitas dan

invovasinya ketika berkerja.

Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi

adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya

guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan

(29)

pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan

strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan

dengan dinamika tuntutan masyarakat. Salah satu langkah untuk mengupayakan

reformasi birokrasi dilakukannya E-Government dan Penilaian Prestasi Kerja.

Pemerintah harus sudah mulai menyadari bahwa pentingnya penilaian

prestasi kerja, agar dapat memperjelas tupoksi akan PNS, sekaligus menmperbaiki

citra PNS yang “buruk” di mata masyarakat. Maka diterbitkanlah peraturan yaitu

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja,

Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja PERKA Badan

Kepegawaian Negara No. 1 Tahun 2013. Penilaian prestasi kerja PNS diarahkan

sebagai pengendalian perilaku kerja produktif yang disyaratkan untuk mencapai

hasil kerja yang disepakati. Penilaian prestasi kerja PNS dilakukan berdasarkan

prinsip objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.

Penilaian prestasi kerja merupakan suatu langkah pemerintah bahwa sadar

akan pentingnya penilaian prestasi kerja bagi organisasi pemerintah. Suatu

lembaga menginginkan pegawai untuk belajar sungguh-sungguh sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki untuk mencapai kinerja yang baik. Melalui penilaian

prestasi kerja akan diketahui seberapa baik pegawai telah melakukan tugas-tugas

yang telah dibebankan kepadanya, sehingga organisasi tersebut dapat menetapkan

balas jasa yang sepantasnya atas prestasi kerja tersebut.

Penilaian prestasi kerja Pegawai akan mulai dilaksanakan serentak pada

bulan Januari 2014. Sasaran Kerja Pegawai dan perilaku kerja sudah ditetapkan

(30)

Kerja Pegawai. Penilaian pegawai dalam PP 46/2011 meliputi dua sisi, yaitu

penetapan kinerja dan disiplin pegawai. Penilaian melalui SKP dianggap lebih

adil, obyektif, transparan, akuntabel dan terukur. Penilaian dimulai dari

penetapan, pelaksanaan dan evaluasi kinerja yang dilakukan oleh PNS secara

individual.

Uji coba dilakukan pada tahun 2013 di seluruh Kementrian dan lembaga,

khususnya yang telah melaksakan reformasi birokrasi dan mendapatkan tunjangan

kinerja Penilaian pelaksanaan pekerjaan, penilaian kondite dan lain sebagainya

adalah salah satu upaya yang dilakukan organisasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi secara keseluruhan. Kebutuhan akan penilaian prestasi kerja utamanya

adalah untuk mengetahui kualitas dan kuantitas kinerja, kendala serta sikap

pegawai dalam kaitannya dengan keberadaan pegawai di dalam suatu organisasi.

Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang berbeda pegawai

berpeluang besar untuk menampilkan pola sikap yang berbeda, menunjukkan

prestasi kerja yang juga berbeda yang pada gilirannya akan mempengaruhi

instansi pemerintahan. Oleh sebab itu, maka penilaian prestasi kerja merupakan

sesuatu yang sangat penting untuk dilaksanakan. Pentingnya penilaian prestasi

kerja yang rasional diterapkan secara obyektif terlihat pada minimal dua

kepentingan, yaitu kepentingan pegawai yang bersangkutan sendiri dan

kepentingan organisasi.

Bagi para pegawai, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik

tentang berbagai hal seperti kemampuan, keletihan, kekurangan dan potensinya

(31)

pengembangan karirnya. Bagi organisasi hasil penilaian prestasi kerja para

pegawai sangat penting arti dan peranannya dalam pengambilan keputusan

tentang berbagai hal, seperti identifikasi kebutuhan program pendidikan dan

pelatihan, rekrutmen, seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem

imbalan dan berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya

manusia secara efektif.

Hal ini seperti yang dilansir dari laman website www.setkab go.id tanggal

2 Januari 2014 yang berisikan informasi terkait dengan hal tersebut di atas.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB)

Azwar Abubakar meminta para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II,

Panglima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, para Kepala Lembaga Pemerintah Non

Kementerian (LPNK),Para pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara, para

Kesekretariatan Komisi/Dewan/Badan, para Gubernur, bupati dan walikota untuk

mempersiapkan diri menerapkan penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil

(PNS) di lingkungan masing-masing.

Terhitung sejak tanggal 1 Januari 2014, pemerintah akan menerapkan

penilaian berbasis prestasi kerja. Nilai yang didapat dari hasil SKP tersebut akan

memperoleh total gaji PNS yang bersangkutan. Kebijakan baru tersebut mengacu

pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Prestasi Kerja Pegawai

Negeri Sipil. Sesuai Surat Edaran Menteri PAN-RB Nomor 02 Tahun 2013

tertanggal 15 Februari 2013 ditegaskan, secara efektif, sistem baru penilaian

prestasi kerja PNS tersebut akan berlaku serentak mulai 1 Januari 2014 ini. Dalam

(32)

- RB Azwar Abubakar menyebutkan : “Penilaian Prestasi Kerja PNS untuk

mewujudkan pegawai yang profesional dalam mendukung percepatan pelaksanaan

reformasi birokrasi”. Karena itu, setiap PNS harus memiliki rencana dan target

kerja setiap tahunnya. Prestasi kerja PNS akan dinilai berdasarkan 2 (dua) unsur

penilaian, yaitu :

1. SKP (Sasaran Kerja Pegawai). Maksudnya adalah rencana kerja dan target yang akan dicapai oleh seorang PNS.

2. Perilaku Kerja. Maksudnya adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan yang dilakukan oleh PNS atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

PP ini mensyaratkan setiap PNS wajib menyusun SKP berdasarkan

rencana kerja tahunan instansi. SKP itu memuat kegiatan tugas jabatan dan target

yang harus dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat

diukur. Dalam PP itu juga disebutkan, bahwa PNS yang tidak menyusun SKP

dijatuhi hukuman disiplin sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

mengatur mengenai disiplin PNS.

Adapun penilaian perilaku kerja meliputi aspek seperti halnya orientasi

pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerjasama, dan kepemimpinan. Khusus

penilaian kepemimpinan hanya dilakukan bagi PNS yang menduduki jabatan

struktural. Penilaian prestasi kerja PNS ini dilaksanakan sekali dalam 1 (satu)

tahun, yang dilakukan setiap akhir Desember pada tahun yang bersangkutan dan

paling lama akhir Januari tahun berikutnya.

Seiring dengan bergulirnya reformasi birokrasi di jajaran pemerintahan,

maka reformasi birokrasi sangat penting dan mendesak dilakukan di lingkungan

(33)

pelayananan yang prima cepat kepada Presiden dan Wakil Presiden sehingga

menuntut segenap aparatur pemerintahan di lingkungan Kementerian Sekretariat

Negara untuk lebih cepat, lebih akurat, lebih efektif dan lebih efisien. Karena itu,

reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara harus menjadi

sebuah keniscayaan. Tujuan utama reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian

Sekretariat Negara untuk mewujudkan lembaga Kementerian Sekretariat Negara

yang dapat memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan

Wakil Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan negara secara cepat, tepat,

akurat, dan akuntabel.

Dalam prakteknya, reformasi birokrasi menuntut pelayanan publik yang

baik, transparan, dan akuntabel; etika penyelenggaraan negara yang bebas dari

korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta tata administrasi pemerintahan yang tertib

dan teratur. Mengingat Kementerian sekretariat Negara memiliki peran yang

sangat strategis dalam memberikan dukungan teknis dan administrasi serta

analisis kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan

negara maka Kementerian Sekretariat Negara perlu didukung oleh birokrasi yang

bersih, efektif', efsien, profesional, transparan, dan akuntabel.

Kementerian Sekretariat Negara mulai melakukan reformasi birokrasi

sejak ditetapkannya Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 tentang Sekretariat

Negara dan Kabinet yang pelaksanaannya dilakukan secara komprehensif,

sistemik dan berkelanjutan. Reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian

Sekretariat Negara pada hakikatnya menata ulang mengubah memperbaiki sistem

(34)

kelembagaan, ketatalaksanaan dukungan teknis, sumber daya manusia dan sistem

informasi manajemen. Untuk melaksanakan reformasi birokrasi bidang sumber

daya manusia adalah dengan diberlakukannya Penilaian Prestasi Kerja dan

penerapan sanksi disiplin kerja.

Berdasarkan Peraturan Menteri Sekretaris Negara RI Nomor 1 Tahun 2005

tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia,

Sekretariat Negara Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang dipimpin

oleh Menteri Sekretaris Negara, berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab

kepada Presiden. Sekretariat Negara Republik Indonesia mempunyai tugas

memberikan dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dan Wakil

Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan negara. Sekretariat Negara

Republik Indonesia terdiri dari beberapa unit kerja yaitu Sekretariat Militer,

Rumah Tangga Kepresidenan, Sekretariat Wakil Presiden, dan Sekretariat Negara

RI. Sekretarait Negara RI dalam lingkup kecil terdiri dari Sekretariat Menteri

Sekretaris Negara, Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan, Deputi

Mensesneg Bidang Sumber Daya Manusia, Deputi Mensesneg Bidang Hubungan

Kelembagaan, Deputi Mensesneg Bidang Perundang-undangan dan Deputi

Mensenseg Bidang Pengawasan. Kedudukan, tugas dan fungsi yang sangat

strategis sebagaimana tersebut di atas, maka Sekretariat Negara Republik

Indonesia dituntut untuk selalu dapat menampilkan kinerja yang tinggi.

Presiden dan Wakil Presiden sangat memerlukan dukungan teknis dan

administratif yang harus dilaksanakan secara cepat, tepat, dan akurat. Sekretariat

(35)

Presiden dan Wakil Presiden. Posisi, peran, dan kedudukan Sekretariat Negara

Republik Indonesia yang sangat penting dan strategis tersebut merupakan

filter/pintu terakhir dalam proses perumusan kebijakan dan pengambilan

keputusan oleh Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini penting karena kinerja

pegawai Sekretariat Negara secara langsung akan sangat berpengaruh terhadap

kinerja Menteri Sekretaris Negara. Sekretariat Negara Republik Indonesia perlu

ditunjang oleh Sumber Daya Manusia yang mempunyai kualitas yang baik,

dengan kata lain sumber daya manusia yang kompeten dan profesional serta

memiliki integritas yang tinggi. Didukung oleh kualitas sumber daya manusia

sebagaimana dimaksud di atas, diharapkan para pejabat/pegawai di lingkungan

Sekretariat Negara Republik Indonesia akan mempunyai kinerja yang tinggi

sehingga secara bersama-sama dapat memberikan kontribusi positif terhadap

kinerja Menteri Sekretaris Negara, yang pada akhirnya dapat memberikan

kontribusi positif terhadap kinerja Presiden RI.

Salah satu bagian integral dari sumber daya manusia di lingkungan

Sekretaiat Negara Republik Indonesia yang mempunyai kedudukan sangat

strategis dan menentukan dalam pencapaian sasaran organisasi adalah para pejabat

struktural eselon I s.d. Eselon IV. Hal ini karena pada dasarnya keputusan atau

kebijakan yang diambil oleh pimpinan Sekretariat Negara Republik Indonesia,

bahkan oleh Presiden sekalipun pada awalnya diolah, disiapkan, dan dirumuskan

oleh para pejabat tersebut. Kinerja Menteri Sekretaris Negara sangat ditentukan

oleh kinerja eselon I dan II, dan kinerja eselon I dan II sangat didukung oleh

(36)

Kementerian Sekretariat Negara RI telah menetapkan Pelaksanaan

Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian

Sekretariat Negara RI sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Sekretaris

Negara RI Nomor 2 Tahun 2014. Peraturan ini digunakan untuk mengukur kinerja

individu PNS d pada satuan kerja lingkungan Sekretariat Negara serta untuk

menjamin obyektifitas pengangkatan jabatan PNS di Kementerian Sekretariat

Negara.

Selain penilaian prestasi kerja, disiplin juga berperan penting pada kinerja

pegawai, Disiplin merupakan ketaatan untuk mengikuti aturan yang menjadi

tanggung jawab aparatur. Disiplin sangat berkaitan dengan kewenangan karena

apabila wenenangan tidak dijalankan dengan semestinya, maka disiplin menjadi

lenyap. Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan

terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam

melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping

itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi

peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan

kinerja yang baik

Disiplin kerja didefinisikan sebagai suatu sikap mental yang tercermin

dalam perbuatan atau tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa

kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan

baik oleh pemerintah atau etik, norma, dan kaidah yang berlaku dalam masyarakat

untuk tujuan tertentu. Membahas disiplin kerja maka tidak lepas dari tingggi

(37)

berarti pegawai yang mematuhi aturan-aturan yang berlaku di organisasi nya serta

dapat memberikan hasil yang baik, serta waktu yang ditentukan dan bermutu. Hal

ini dilakukan untuk mewujudkan Good Governance, dan menghapus perlahan tapi

pasti citra yang buruk yang melekat pada seorang PNS. Agar disiplin pegawai

semakin meningkat, Kementerian Sekretariat Negara RI menerapkan sanksi

pemotongan intensif sebagai berikut:

Tabel 1.1

Presentase Pemotongan Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara

Yang Terlambat Masuk Bekerja

(Sumber: Peraturan Menteri Sekretaris Negara RI Nomor 3 Tahun 2014)

Penerapan sanksi yang diterapkan untuk meningkatkan disiplin pegawai

pun beragam untuk keterlamabatan 30 menit dilakukan penggantian waktu

keterlambatan setelah jam kerja, untuk 1 jam keterlambatan pengurangan intensif

sebesar 0,5 %, untuk keterlambatan 90 menit pengurangan intensif sebesar 1,25 %

(38)

sebesar 4% dan seterusnya. Menurut peneliti, penerapan sanksi atas keterlambatan

waktu sudah cukup ketat namun hanya saja masih ada pegawai yang tidak

mengindahkan peraturan tersebut. Karena kinerja Menteri Sekretaris Negara

dipengaruhi oleh pegawai esolon I, II, III, dan IV dan secara tidak langsung

berpengaruh juga dengan Presiden dan Wakil Presiden. PNS Kementerian

Sekretariat Negara ditunut memiliki kinerja yang tinggi, dalam rangka

meningkatkan kinerja PNS, maka dilaksanakanlah penilaian prestasi kerja dan

penerapan disiplin kerja. Namun, implementasi peneilaian prestasi kerja tidaklah

berjalan dengan mulus terdapat berbagai masalah, diantaranya:

Pertama, Dalam melakukan penilaian prestasi kerja, penilaian tidak hanya

berdasarkan kepada beban kerja yang diselesaikan, namun juga penilaian

mengenai sikap dan perilaku dinilai oleh atasan dan rekan kerja, sehingga

penilaian yang didapat berkecendurangan kurang obyektif. Berdasarkan informasi

yang didapat dari informan, tidak ada standar yang jelas untuk melakukan

penilaian terhadap bawahan sehingga penilaian yang dilakukan masih subyektif

karena berdasarkan ikatan pertemanan. Berdasarkan pernyataan yang disampaikan

oleh dari beberapa informan sebagai pejabat penilai pada tanggal 18 November

2014 dan 10 Maret 2014 pukul 14:00 WIB, peneliti menyimpulkan bahwa

penilaian yang mereka lakukan sebagai pejabat penilai tidak dapat murni objektif,

terdapat unsur pertemanan, dan atas nama baik bidang. Fenomena ini terjadi

karena apabila misalnya seorang analis memiliki nilai penilaian prestasi kerja nya

rendah tidak hanya sanksi diberikan kepada pegawai yang terkait tetapi juga

(39)

merupakan teguran dan catatan yang yang akan dicatat di catatan online yang

berdampak pada kenaikan jabatan kedepannya. Sehingga formulir penilaian

prestasi kerja belum dapat dijadikan tolak ukur kinerja pegawai. Karena nilai yang

diberikan tidak benar-benar objektif.

Kedua, di dalam Deputi Dukungan Kebijakan terjadi kekosongan jabatan,

sehingga terdapat pegawai yang melakukan rangkap jabatan akibat kekosongan

jabatan tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terdapat PNS

yang mengisi rangkap jabatan seperti satu orang PNS menduduki jabatan Kepala

Sub Bidang Olahrga, dan Agama dan Kepala Sub Bidang Pendidikan dan

Kebudayaan. Dan, menurut informasi yang dikemukakan oleh pegawai terkait,

pegawai tersebut tidak dijadikan Plt atau Plh sebagai jabatan yang kosong

tersebut.

Ketiga, berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, masih terdapat

pegawai yang tidak menggunakan jam kerjanya dengan baik sehingga

tugas-tugasnya menjadi menumpuk lalu mengajukan waktu untuk lembur, sebagian

pegawai belum mematuhi aturan jam kerja yang telah ditentukan.

Keempat, terdapat keterlamabatan waktu penyelesaian tugas-tugas, dengan

contoh untuk surat yang bersifat sangat segera harus dapat diselesaikan dalam

waktu 2 jam, surat yang bersifat segera harus dapat diselesaikan dalam waktu 1

hari, dan untuk surat yang bersifat biasa dalam waktu 3 hari. Namun pada

kenyataannya, penyelesaian surat-surat ini terlambat dari batas yang telah

(40)

Kelima, apabila target perkerjaan dapat dikerjaan melebihi perkerjaan yang

dibebankan tidak ada reward yang diberikan, yang akhirnya membuat pegawai

tersebut malas-malasan berkerja dan bertanggung jawab terhadap

tugasnya,begitupula sebaliknya apabila pegawai tidak dapat memenuhi perkerjaan

yang dibebankan, tidak ada sanksi yang membuat pegawai jera.

Keenam, di dalam lingkungan Kementerian Sekretariat Negara RI surat

yang dibuat tidak boleh terjadi kesalahan sama sekali, namun masih sering

terjadinya kesalahan-kesalahan kecil dalam pembuatan surat.

Dari berbagai butir-butir masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Deputi Dukungan Kebijakan Lingkungan Kementerian

Sekretariat Negara adalah Depdujak merupakan posisi yang strategis sebagai

Think Tank (Penyedia dukungan analisis kebijakan terkait kelayakan acara

Presiden, dan dukungan analisis atas permasalahan kebijakan ) via Menteri

Sekretaris Negara kepada Presiden.

Kemensetneg mempunyai tupoksi yang khas, karakteristik perkerjaannya

unik, karena selama ini PNS selalu dikaitkan oleh pelayanan publik, namun ini

melayani langsung Presiden dan Wakil Presiden, selain itu Kemsteneg sudah

menerapkan reformasi birokrasi sejak tahun 2010. Reformasi birokrasi merupakan

upaya penataan mendasar yang diharapkan dapat berdampak pada perubahan

sistem dan struktur (mekanisme, prosedur, sumber daya manusia, sarana

prasarana).

Langkah awal yang dapat mengawali reformasi birokrasi adalah dengan

(41)

yaitu sering terlamabat, tidak melaksanakan tugas dengan baik. Maka,

diterbitkanlah Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi

Kerja dan Peraturan Menteri Sekretaris Negara No.2 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Penilaian Prestasi Kerja yang bertujuan untuk menilai dan

mengetahui output yang dikerjakan oleh pegawai Kemensetneg. Selain itu

Kemensetneg juga menerapkan tunjangan berbasis kinerja, namun sejauh ini

hanya baru sampai sebatas kehadiran. Jadi, apabila pegawai tidak ada hadir,

terlambat datang atau pulang cepat akan dipotong tunjangan kinerja. Maka,

diharapkan dengan diterapkan aturan ini, akan berpengaruh pada peningkatan

kinerja pegawai.

Dari butir-butir masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengkaji penelitian yang berjudul “Pengauh Penilaian Prestasi

Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Deputi Dukungan Kebiijakan

Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara RI”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, penelitian ini perlu

adanya identifikasi permasalahan-permasalahan yang ada pada lokasi penelitian

dari hasil observasi awal. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian yaitu:

1. Terdapatnya penilaian yang kurang obyektif karena adanya hubungan

pertemanan.

2. Adanya kekososngan jabatan sehingga menyulitkan dalam pelaksaanaan

penilaian kerja.

(42)

4. Keterlambatan waktu dalam penyelesaian tugas yang dibebankan.

5. Tidak adanya reward yang diberikan apabila pegawai melebihi target yang

dibebankan.

6. Masih adanya hal-hal kecil kesalahan dalam pembuatan surat rekomendasi.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas,

mengingat ruang lingkup permasalahan yang dihadapi terlalu luas, maka masalah

dibatasi hanya meneliti Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja dan Disiplin Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara

Republik Indonesia.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada latar belakang kemudian diidentifikasikan dan

pembatasan ruang lingkup penelitian maka rumusan pada penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai

di Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia?

2. Seberapa besar Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di

Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia?

3. Seberapa Besar Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja dan Disiplin Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara

(43)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk

mengetahui seberapa besar Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja dan Disiplin Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara

Republik Indonesia.

1.6. Manfaat Penelitian

Dari judul Penilaian Prestasi Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai di Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Peneliti berharap dapat memberikan manfaat dari penelitian yang telah dilakukan.

Ada dua manfaat yang didapat dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu :

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru bagi penulis

khususnya dalam Ilmu Administrasi Negara.

b. Dapat mengembangkan teori-teori yang ada dalam dunia akademis

khususnya teori mengenai penilaian prestasi kerja, disiplin kerja dan

kinerja pegawai.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini yaitu :

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah

dan secara khusus Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia

dalam meningkatkan kinerja pegawai sehingga diharapkan adanya

(44)

b. Melalui penelitian ini diharapkan sebagai bahan informasi tambahan bagi

pembaca dan peneliti dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk

(45)

20 2.1. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian “Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja dan

Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Deputi Dukungan Kebijakan

Lingkungan Kementerian Sekretariat Negara RI” akan mendeskripsikan tentang

sumber-sumber pustaka yang menjadi rujukan dalam penelitian ini. Dalam bab ini

akan dijelaskan pula tentang penelitian terdahulu dan hipotesis penelitian.

Teori yang akan digunakan dalam variabel terkait penelitian ini adalah

penilaian prestasi kerja berdasarkan Peraturan Menteri Sekretaris Negara,

indikator disiplin kerja dan indikator kinerja. Menurut Rivai (2009 : 41) :

Administrasi Negara adalah segenap proses penyelenggaraan yang dilakukan oleh

aparatur pemerintah, untuk mengatur dan menjalankan kekuasaan Negara, guna

menyelenggarakan kepentingan umum. Dapat diketahui aparatur pemerintah yang

menjalankan aktifitas Negara adalah sumber daya manusia yaitu Pegawai Negeri

Sipil”.

Lebih lanjut Rivai (2009 : 42) mengemukakan : “Sistem pemerintahan

negara yang semakin demokratis, sistem ekonomi nasional yang bebas, menuntut

pula sistem administrasi pemerintahan yang baik (good gaovernance). Salah satu

langkah untuk mewujudkan good governance sebagaimana dimaksud yaitu untuk

mereformasi aparatur pemerintah dalam menjalankan aktifitas Negara, salah satu

langkah perintah dalam mereformasi aparatur nya yaitu dengan meningkatakan

(46)

dan meningkatkan kedisiplinan. Sebagai mesin Negara, PNS dituntut memiliki

profesionalisme yang tinggi. Tujuan Negara akan dapat dapat dicapai apabila

proses dan sistem yang ada dijalankan oleh sumber daya manusia yang kompeten.

2.1.1. Penilaian Prestasi Kerja

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2011

tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil : “Penilaian Prestasi kerja

PNS adalah suatu proses penilaian secara sistematis yang dilakukan oleh pejabat

penilai terhadap sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja PNS. Prestasi kerja

adalah hasil kerja yang dicapai oleh setiap PNS pada satuan organisasi sesuai

dengan sasaran kerja pegawai dan perilaku kerja”.

Suatu instansi atau perusahaan tentunya memiliki tujuan, tujuan inilah

yang membuat instansi atau perusahaan tersebut ada namun terkadang muncul

kendala yang membuat tujuan tersebut tidak tercapai. Untuk mencegahnya maka

perusahaan harus mendorong karyawan untuk mencapai kinerja dan prestasi yang

lebih baik dari waktu ke waktu.

Menurut Hasibuan (2003 : 105) menyatakan :

Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta ketepatan waktu. Prestasi kerja dipengaruhi oleh tiga faktor yakni kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas dan peran, serta tingkat motivasi seorang pekerja.

Handoko (2007 : 135) menyatakan bahwa : “Penilaian prestasi kerja

(performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasiorganisasi

(47)

memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik

kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka”. Selanjutnya

Mangkuprawira (2004 : 37) mendefenisikan bahwa : “Penilaian prestasi kerja

sebagai proses yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi kinerja pekerjaan

seseorang”.

Berdasarkan hal tersebut, maka pelaksanaan penilaian prestasi kerja di

dalam suatu organisasi sangatlah penting. Dengan penilaian prestasi pihak

perusahaan dapat mengambil tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keterampilan dan mengembangkan pegawainya, sesuai dengan potensi dan

keterampilan dari karyawan tersebut.

Mangkunegara (2009 : 67) menjelaskan bahwa : “Prestasi kerja adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Unsur-unsur yang dinilai dari prestasi kerja adalah kualitas kerja,

kuantitas kerja, keandalan dan sikap”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menarik suatu

kesimpulan bahwa bahwa keseluruhan unsur/komponen penilaian prestasi kerja

harus ada dalam pelaksanaan penilaiannya, agar hasil penilaian dapat

mencerminkan prestasi kerja dari para karyawan.

Lebih lanjut Mangkuprawira (2004 : 52) menyatakan bahwa :

Terdapat beberapa indikator prestasi kerja antara lain :

(48)

2. Kuantitas adalah Banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat pekerjaan dapat diselesaikan.

3. Pelaksanaan tugas adalah Kewajiban karyawan melakukan aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditugaskan perusahaan.

4. Tanggung jawab adalah Suatu akibat lebih lanjut dari pelaksanaan peranan, baik peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan

Dari beberapa pengertian penilaian prestasi kerja di atas maka peneliti

dapat menyimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang

berdasarkan beban tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Selain itu

pelaksanaan penilaian prestasi kerja sangat penting dilakukan untuk membantu

atasan di dalam mengambil keputusan mengenai promosi jabatan, pemindahan

maupun mutasi pegawai.

Menurut Hasibuan (2003 : 95) indikator penilaian prestasi kerja meliputi :

1. Kesetiaan

Kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela organisasi di dalam maupun diluar pekerjaannya.

2. Kejujuran

Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada para bawahannya.

3. Kedisiplinan

Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada mengajukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepadanya.

4. Kreativitas

Kemampuan karyawan dan mengembangkan kreativitas untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna. 5. Kerja Sama

Kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lain, sehingga hasil pekerjaan akan lebih baik.

6. Kepemimpinan

(49)

7. Kepribadian

Sikap, perilaku, kesopanan, disukai, memberikan kesan yang menyenangkan, memperhatikan sikap yang baik dan penampilan simpatik serta wajar dari karyawan tersebut.

8. Prakarsa

Kemampuan berfikir yang rasional dan berdasarkan inisiatif sendiri untuk menganalisa, menilai, menciptakan, memberikan alas an, mendapat kesimpulan dan membuat keputusan. Penyelesaian masalah yang dihadapinya.

9. Kecakapan

Kecakapan karyawan dalam menyatakan dan menjelaskan semua yang terlibat di dalam penyusunan kebijakan perusahaan.

10. Tanggung Jawab

Kejadian karyawan dalam mempertanggungjawabkan kebijaksanaan, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang digunakannya perilaku serta hasil kerja dari bawahannya.

Dari berbagai sumber, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian prestasi

kerja digunakan sebagai bahan untuk mengetahui apa saja yang dikerjakan oleh

pegawai, didalam penilaian prestasi kerja tidak hanya mengukur kinerja namun

menilai bagaimana sikap pegawai dalam menyelesaikan perkerjaannya.

2.1.1.1. Tujuan dan Manfaat Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian prestasi kerja mempunyai dasar yang penting bagi instansi atau

perusahaan sebagai alat evaluasi kinerja pegwainya dan. pengambil keputusanan

bagi pegawainya. Menurut Mangkuprawira (2004 : 73) tujuan dan manfaat dari

penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut :

1. Perbaikan kinerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja bermanfaat bagi karyawan, manajer dan Departemen personalia dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.

2. Penyesuaian kompensasi.

(50)

3. Keputusan penempatan.

Promosi, transfer, dan penurunan jabatan biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan terhadap prestasi kerja masa lalu.

4. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan.

Prestasi yang buruk mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan diri.

5. Perencanaan dan pengembangan karir.

Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karirspesifik karyawan.

6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing.

Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

7. Ketidak-akuratan informasional.

Suatu prestasi kerja yang buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dalam sistem manajemen personal.

8. Kesalahan rancangan pekerjaan.

Prestasi kerja yang buruk merupakan suatu gejala dari rancangan pekerjaan yang keliru.

9. Kesempatan kerja yang sama.

Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa adanya perbedaan. 10. Tantangan-tantangan eksternal.

Terkadang penilaian prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi keuangan atau masalah-masalah yang berhubungan dengan pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi departemen personalia dapat menawarkan bantuan.

11. Umpan balik pada SDM.

Kinerja yang baik dan buruk diseluruh organisasi mengindikasikan bagaimana baiknya fungsi departemen SDM yang diterapkan.

Tujuan penilaian prestasi kerja sebagaimana dimaksud, yaitu untuk

memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja

dari SDM Organisasi. Secara lebih spesifik, Suyoto (2011 : 45) mengemukakan :

Tujuan dari penilaian prestasi kerja adalah untuk :

1. Meningkatkan saling pengertian antara pegawai tentang persyaratan kinerja.

(51)

3. Memberikan peluang kepada pegawai untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap perkerjaan yang diembannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasarn masa depan, sehingga pegawia termotivasi untuk berprestasi sesuai dengna potensinya.

Menurut Mangkunegara (2004 : 11) manfaat penilaian prestasi kerja

pegawai adalah:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi, sanksi dan pemberhentian;

2. Untuk mengukur sejauh mana seorang pegawai dapat menyelesaikan perkerjaannya;

3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan;

4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan kefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan;

5. Sebagai indikator untuk menentkan kebutuhan akan latihan bagi pegawai yang berada di dalam organisasi;

6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai sehingga dicapai performance yang baik;

7. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan meningktakna kemampuan pegawai selanjutnya;

8. Sebagai kriteria menentukan , seleksi, penempatan pegawai dan promosi jabatan;

9. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan pegawai;

10. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job description).

Dengan demikian, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manfaat

penilaian prestasi kerja adalah sebagai pengambilan keputusan untuk promosi

jabatan, mutasi pegawai dan mengevaluasi kinerja pegawai. Dengan adanya

penilaian presta kerja, pegawai dapat mengetahui hasil dan tingkat

produktifitasnya dalam satu tahun kerja yang berguna untuk menentukan tujuan,

(52)

2.1.1.2. Hambatan-hambatan Dalam Penilaian Prestasi Kerja

Handoko (2007:140-141) mengatatakan bahwa :

Ada 5 (lima) kendala dalam melakukan penilaian kinerja, yaitu: 1. Halo Effect

Kendala ini muncul ketika orang yang menilai memiliki hubungan dengan karyawan yang dinilai, menurut Handoko faktor tersebut akan mempengaruhi objektifitas atau berpotensi menimbulkan bias.

2. Kesalahan Kecenderungan Terpusat

Penilai terkadang tidak merasa nyaman memberikan penilaian yang terlalu baik atau terlalu buruk sehingga hanya memberikan penilian rata-rata.

3. Bias Terlalu Lunak dan Terlalu Keras.

Bila standar penilaian prestasi tidak jelas maka akan muncul kecenderungan penilai memberikan penilaian yang terlalu lunak maupun penilaian yang terlalu ketat.

4. Prasangka Pribadi.

Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian mencakup faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status sosial.

5. Pengaruh Kesan Terakhir.

Kesan terakhir terkadang memberikan pengaruh yang domonan dalam proses penilaian. Bila suatu pekerjaan atau tugas berakhir maka penilaian akan baik pula namun jika berakhir buruk maka keseluruhan penilain akan menjadi buruk.

Oleh karena itu, penilaian prestasi kerja harus dikaitkan dengan usaha

pencapaian kinerja yang diharapkan, karena pada dasarnya merupakan salah satu

faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,

karena adanya kebijakan atau program penilaian prestasi kerja, berarti organisasi

telah memanfaatkan secara baik atas sumber daya manusia yang ada dalam

organisasi. Selain dari pada itu, penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika

pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut, maka

Gambar

Tabel 1.1 Presentase Pemotongan Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai
Gambar 2.1 Mekanisme Penilaian Kinerja
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Kualitas Pekerjaan
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait