• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI

MAHASISWA PPL

Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

EPIFANIA PRABANINGRUM 021334 057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

(2)

S

(3)
(4)

MOTTO

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki yang kamu inginkan,

Seandainya Sudah, apalagi yang harus diinginkan.

Bersyukurlah bahwa kamu tidak tahu sesuatu karena itu memberimu kesempatan

untuk belajar.

Bersyukurlah untuk masa sulit karena di masa itulah kamu tumbuh

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu karena itu memberi kesempatan untuk

berkembang

Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru karena itu yang akan membangun

kekuatan dan kepribadianmu

Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat karena itu merupakan pelajaran

yang amat berharga

Bersyukurlah karena rasa syukur dapat mengubah hal-hal negatif menjadi

positif

(Cak Nurchabib SCTV 2004)

(5)

Skripsi ini aku persembahkan untuk :

Bapakku tercinta Antonius Suradjiya Ibuku tercinta Purwatiningsih

(6)
(7)

ABSTRAK

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA dan SMK di Kabupaten Sleman

Epifania Prabaningrum Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (3) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (4) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (5) perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial ditinjau pengalaman membimbing; (6) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan; (7) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (8) perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan

Penelitian dilaksanakan di SMA dan SMK yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Mei 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 110 guru. Sampel penelitian berjumlah 91 guru. Tehnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji Oneway Anova dan T-test .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung = 3,470> Ftabel = 3,101); (2) ada perbedaan persepsi guru

terhadap kompetensi pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t

hitung =7,902> t tabel =1,990); (3) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap

kompetensi pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =

3,324> Ftabel = 3,101); (4) ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,202> t tabel

=1,990);(5) ada perbedaaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing (Fhitung =3,757> Ftabel = 3,101);

(6) ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =3,329> t tabel =1,990); (7) ada

perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing; (Fhitung = 3,239> Ftabel = 3,101) (8) ada

perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan (t hitung =2,702 > t tabel =1,990).

(8)

THE PERCEPTION OF SUPERVISOR TOWARDS THE COMPETENCE OF

STUDENTS TEACHING PRACTICE

A Case Study on SMA and SMK teacher’s in Sleman Regency Epifania Prabanimgrum

Sanata Dharma University 2007

The purposes of this research are to know: (1) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (2) the difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education; (3) the difference of the supervisor’s perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (4) the difference of the supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education; (5) the difference of the supervisor’s perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (6) the difference of the supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education; (7) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice; (8) the difference of the supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education.

This research was conducted on most of SMA and SMK in Sleman Regency during Mei 2007. The method of data collection was questionnaire. The population of this research was 110 teachers. The samples of this research were 91 teachers. The technique of sampling taking samples was purposive sampling. The technique of data analysis was anova and t-test.

The results of the research are: (1) there is difference of the supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,470> Ftable = 3,101); (2) there is difference of the

supervisor’s perception toward students pedagogical competence based on the level education (taccount =7,902> ttable = 1,990); (3) there is difference of the supervisor’s

perception toward students personal competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,324> Ftable = 3,101); (4) there is difference of the

supervisor’s perception toward students competence the personal based on the level education (taccount =3,202> ttable = 1,990); (5) there is difference of the supervisor’s

perception toward students social competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,757> Ftable = 3,101); (6) there is difference of the

supervisor’s perception toward students competence social competence based on the level education (taccount =3,329> ttable = 1,990;(7) there is difference of the supervisor’s

perception toward students profesional competence based on the exprerience in guiding teaching practice (Faccount = 3,239> Ftable = 3,101; (8) there is difference of the

supervisor’s perception toward students profesional competence based on the level education (taccount =2,702> ttable = 1,990)

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Drama, Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Cornelio Purwantini, Spd., MSi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skipsi ini.

6. Ibu B. Indah Nugraheni, S. Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Ibu guru di SMA,SMK negeri dan swasta se Kabupaten Sleman yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

(10)

sabar memberikan dorongan, nasehat dan selalu berdoa untuk penulis. 9. Kakakku (Cek may) dan adikku ( Tole)

10.Temen-temen di bulan oktober Lusi, Kriwol, Bowo, Boim, Mumun, Erma, Yuni akhirnya kita dapat melewati semuanya

11.Sobat-sobatku She’ska, Tea-us, Kris-sum, Elly, Dhita, Dina

12.Temen-temen PAK 2002, Wiwin, Iin, Bulan, Indri, Imas, Dewa, April, Goris, Eri, Yoyok, Duwi, dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas doa kalian dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung

Semoga semua kebaikan dan bantuannya mendapat imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Yogyakarta, Oktober 2007 Penulis

Epifania.P

(11)

Halaman HALAMAN JUDUL………

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. HALAMAN PENGESAHAN……….. i ii iii iv v MOTTO………... HALAMAN PERSEMBAHAN……….. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. ABSTRAK……….. ABSTRACT……….. KATA PENGANTAR………. vi vii viii ix xi DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… xvi xviii DAFTAR LAMPIRAN……… PENDAHULUAN……… BAB I

A. Latar Belakang Masalah………. B. Rumusan masalah…….……….. C. Tujuan Penelitian……… D. Manfaat Penelitian………..

1 1 5 6 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...

A. Pengertian Persepsi ………... B. Guru Pamong…….………. C. Kompetensi Guru…….……….. D. PPL…….……… E. Mahasiswa PPL…….………. F. Tingkat Pendidikan…….………...

9 6 13 14 24 25 26 28 31 G. Pengalaman Membimbing…….………. H. Kerangka Berpikir…….……….

(12)

A. Jenis Penelitian……….………..

B. Subjek dan Objek Penelitian……….……….

C. Waktu dan Tempat Penelitian…….………...

D. Populasi dan Sampel…….……….

E. Variabel penelitian dan Pengukuran…….……….

F. Kisi-kisi kuesioner……….. G. Uji Instrumen penelitian…..………... H. Teknik Pengumpulan Data………. I. Teknik Analisis Data……….. 1. Pengujian Normalitas dan Homogenitas………. 2. Pengujian Hipotesis………

41 41 41 42 44 45 48 51 51 52 53

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN………. A. Deskripsi Data……….... 1. Deskripsi Responden Penelitian………... a. Tingkat Pendidikan Guru………... b. Pengalaman Membimbing………... 2. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap

kompetensi pedagogik………...

3. Persentase Persepsi Guru Pamong terhadap kompetensi pribadi………...

4. Persentase Guru Pamong terhadap

(13)

5. Persentase Guru Pamong terhadap

kompetensi professional………...

B. Analisis Data……….. 1. Pengujian Prasyarat Analisis……… a. Uji Normalitas………... b. Uji Homogenitas………... 2. Pengujian Hipotesis………..

a. Hipotesis Pertama (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari pengalaman membimbing)……….

b. Hipotesis Kedua (perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik ditinjau

dari tingkat pendidikan) ………

c. Hipotesis Ketiga (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari pengalaman membimbing) ………

d. Hipotesis Keempat (perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan) ……… e. Hipotesis kelima (perbedaaan persepsi

guru pamong terhadap kompetensi sosial

ditinjau dari pengalaman membimbing)………. 71 75 75 75 76 78 78 79 80 81 83 84 f. Hipotesis Keenam (perbedaan persepsi

guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan)………

(14)

g. Hipotesis Ketujuh (perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing)… h. Hipotesis Kedelapan (Perbedaan

perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan……….. C. Pembahasan……… 1. persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pedagogik ditinjau dari pengalaman membimbing………

2. persepsi guru terhadap kompetensi pedagogik ditinjau dari tingkat pendidikan) ………. 3. persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pribadi ditinjau dari pengalaman membimbing)………..

4. persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi ditinjau dari tingkat pendidikan ……….. 86 88 88 91 94 97 99

5. persepsi guru pamong terhadap kompetensi

sosial ditinjau pengalaman membimbing……….

6. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan………...

7. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing……….

101

104

106

8. persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa

(15)

membimbing………. BAB V PENUTUP……… A. Kesimpulan ……… B. Saran-saran………. C. Keterbatasan………...

110 111 111 112

DAFTAR PUSTAKA………... LAMPIRAN………...

113 115

(16)

xvi

Tabel 4.0 Sebaran Responden Penelitian……….. Tabel 4.1 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan……….. Tabel 4.2 Deskripsi Responden Menurut Pengalaman Membimbing... Tabel 4.3 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pedagogoik mahasiswa PPL……….. Tabel 4.4 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pedagogik mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan……….……….………... Tabel 4.5 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pedagogik mahasiswa PPL ditinjau pengalaman membimbing……….……… Tabel 4.6 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pribadi mahasiswa PPL………. Tabel 4.7 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan….. Tabel 4.8 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

pribadi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing………. Tabel 4.9 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

sosial mahasiswa PPL………... Tabel 4.10 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

sosial mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan…… Tabel 4.11 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

sosial mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing……….. Tabel 4.12 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

profesional mahasiswa PPL……….. Tabel 4.13 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

profesional mahasiswa PPL ditinjau dari tingkat pendidikan………. Tabel 4.14 Persentase persepsi guru pamong terhadap kompetensi

profesional mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing……….. Tabel 4.15 Hasil Pengujian Normalitas………... Tabel 4.16 Hasil Pengujian Homogenitas Tingkat Pendidikan………... Tabel 4.17 Hasil Pengujian Homogenitas Pengalaman Membimbing………. Tabel 4.18 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong

(17)

Tabel 4.19 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pedagogik ditinjau dari Tingkat Pendidikan……… Tabel 4.20 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong

Terhadap Kompetensi Pribadi ditinjau dari Pengalaman Membimbing……….

80

Tabel 4.21 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Pribadi ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….

81

Tabel 4.22 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Sosial ditinjau dari Pengalaman Membimbing……….

82

Tabel 4.23 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Sosial ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….

83

Tabel 4.24 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Profesional ditinjau Pengalaman Membimbing……….

84

Tabel 4.25 Hasil Pengujian Perbedaan Persepsi Guru Pamong Terhadap Kompetensi Profesional ditinjau dari Tingkat Pendidikan……….

85

86 Tabel 4.26 Kesimpulan Hasil Uji Hipótesis menggunakan Anova…….

87 Tabel 4.27 Kesimpulan Hasil Uji Hipótesis menggunakan T-test……..

88

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1: Kuesioner

LAMPIRAN 2: Pengujian Instrumen Penelitian LAMPIRAN 3: Data Mentah Peneltian

LAMPIRAN 4: Pengujian Prasayarat Analis LAMPIRAN 5: Tabel F,Tabel T, Tabel R LAMPIRAN 6: Hasil Pengujian hipotesis

LAMPIRAN 7: Surat Izin Penelitian dan Surat Keterangan Penelitian

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengembangan sumber daya manusia merupakan penentu keberhasilan pembangunan nasional. Oleh sebab itu, pengembangan sumber daya manusia harus mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dengan perencanaan yang berorientasi pada masa depan. Salah satu hal yang dilakukan dalam pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan.

Ada banyak faktor yang berkaitan dengan penentuan kualitas pendidikan yaitu siswa, sarana dan prasarana, kurikulum dan profesionalitas guru. Pada penelitian ini faktor yang menjadi pusat perhatian adalah profesionalitas guru. Guru ialah pendidik yang dalam kesehariannya berinterakasi dan beraktivitas memotivasi, membimbing dan mengarahkan kemajuan siswa sebagai peserta didiknya. Tidak heran kalau kualitas pendidikan di tanah air kita rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas atau sering dikenal dengan kompetensi guru. Guru kurang menguasai 4 kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional seperti yang tercantum dalam UU 14 tahun 2005.

(20)

pada rentangan 5 sampai 7 saja (kompas, 10 Januari 2005). Hasil ujian akhir menyebabkan pertanyaan besar tentang kualitas guru saat ini.

Ketidakmampuan guru dalam menguasai kompetensi dasar khususnya tentang kualifikasi guru. Kualifikasi yang diminta oleh SLTP/SLTA tidak cocok dengan kualifikasi yang telah tersedia. Jika dilihat dari kebutuhan bidang studi distribusi penugasan yang tidak merata sehingga mutu akademik guru yang rendah dan aktifitas ilmiah yang jauh dari membanggakan serta kelayakan mengajar yang tidak memadai yang mengakibatkan pada rendahnya profesional guru.

Menurut sumber kompas, 2 Desember 2004 Input guru di Indonesia sangat memprihatinkan kualitasnya. Data Balitbang Depdiknas (1999) menunjukkan dari puluhan ribu tes calon guru PNS menunjukkan rata-rata skor tes seleksinya sangat rendah dan mutu akademik guru juga memprihatinkan. Data Balitbang Depdiknas (2001) menunjukkan rendahnya mutu akdemik guru SD, SMP, SMA dan SMK di Indonesia.

Penerapan pada kompetensi yang lain di sekolah guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga pendidik yang harus menerapkan nilai-nilai kependidikan. Di sekolah dan masyarakat seorang guru merupakan tokoh yang pantas diteladani, namun pada kenyataannya masih banyak guru berperan ganda dalam profesinya masih ada guru menjadi makelar, tukang ojek dan lain-lain. Hal ini mempengaruhi kinerja guru. Dan akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik

(21)

(Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan). Dalam proses pembelajaran di LPTK, para calon guru di didik agar bisa menguasai 4 kompetensi dasar sebagai syarat menjadi guru yang profesional.

Salah satu usaha yang ditempuh oleh LPTK mempersiapkan calon guru yang profesional dengan mata kuliah ajar PPL (Program Pengalaman Lapangan) sebagai pembekalan seperangkat kompetensi yang diperlukan calon guru.

Program pengalaman lapangan merupakan salah satu kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang mencakup baik latihan mengajar maupun tugas-tugas kependidikan di luar mengajar secara terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukkan profesi kependidikan (Hamalik,2002:171).

Pelaksanaan PPL, sebagai seorang calon guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teori melalui mata kuliah prasyarat saja, tapi calon guru juga dituntut untuk menguasai keterampilan di dalam dirinya sendiri. Oleh sebab itu, sebelum melaksanakan PPL, perlu diadakan latihan yang bertahap untuk melatih calon guru menjadi guru. Pada awalnya mahasiswa praktikan dipersiapkan melalui PPL I yang meliputi pembelajaran beberapa keterampilan di hadapan teman sendiri dan PPL II mahasiswa belajar di sekolah-sekolah. Pelaksanaan PPL II merupakan mata kuliah wajib. Harapannya adalah untuk menghasilkan calon guru yang profesional di masa mendatang dapat terwujud.

(22)

pembimbing tidak selalu dapat membimbing mahasiswa selama praktek di sekolah dalam kesehariannya sedang guru pamong yang selalu memperhatikan perkembangan mahasiswa praktikan. PPL II ini sebagai sarana bagi mahasiswa yang manfaatnya untuk mengetahui seberapa kemampuan mereka dalam menerapkan teori maupun praktek PPL I yang telah dilaksanakan.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menyoroti dari sisi guru pamong saja. Alasannya adalah guru pamong sebagai tenaga pendidik dalam sekolah yang paling banyak berhubungan langsung dengan mahasiswa praktikan selama melakukan latihan terbimbing dan latihan mandiri. Guru pamong yang diberi kewenangan untuk menilai, mengkritik, memberikan saran kemampuan mengajar mahasiswa praktikan. Dalam perkembangannya kemampuan mengajar mahasiswa praktikan dalam kesehariannya dipantau, ditentukan dari guru pamong tersebut dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh guru pamong berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan mengajar mahasiswa praktikan.

(23)

gambaran di atas untuk mengetahui kompetensi mengajar mahasiswa praktikan perlu diadakan penilaian berdasar “PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KOMPETENSI MAHASISWA PPL”. Hasil dari penelitian dapat dijadikan bahan

evaluasi guna meningkatkan kualitas mengajar mahasiswa praktikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan? 3. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi

pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing? 4. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi

pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan?

5. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing ? 6. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi

(24)

7. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing?

8. Apakah ada perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan ?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.

2. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.

4. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

(25)

6. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

7. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing.

8. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru pamong PPL II terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Mahasiswa PPL

Hasil penelitian memberi gambaran tingkat keberhasilan dalam pencapaian kompetensi dasar keguruan dan digunakan sebagai pembelajaran ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.

2. Bagi Guru

Untuk dapat lebih banyak memberikan pendampingan, pembelajarannya dan kritik bagi mahasiswa PPL II agar pelaksanaan sesuai yang diharapkannya.

3. Bagi LPTK

(26)

4. Bagi penulis

Dapat digunakan sebagai informasi seberapa besar kompetensi yang dapat dicapai oleh mahasiswa PPL.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan bentuk pengalaman yang belum disadari benar, sehingga individu yang bersangkutan belum mampu membedakan diri sendiri dengan objek yang dihayati Mahfudh (1991:73). Sementara menurut Winkel (1998:10) persepsi adalah pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang obyek belum berbeda satu dengan yang lain atau kemampuan untuk membedakan antara obyek yang satu dengan yang lain, bedasarkan ciri-ciri fisik obyek-obyek itu (misal ukuran, warna, bentuk). Pendapat lain diungkapkan oleh Walgito (1994:53) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.

(28)

Sarwono (1992:44) persepsi berasal dari pengalaman itu sendiri yang diawali oleh penginderaan yaitu ditangkapnya rangsang-rangsang dari lingkungan oleh alat-alat indera manusia. Selanjutnya, hasil penginderaan yang berupa impuls-impuls disalurkan melalui syaraf-syaraf penginderaan ke sistem syaraf pusat di otak.

Menurut Walgito (1994:54) bahwa terjadinya proses persepsi adalah jika seseorang melihat objek akan menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik) stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian, taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.

(29)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persepsi menurut Irwanto (1988:76) adalah :

1. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Dengan keadaaan tersebut manusia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Ada banyak hal dalam diri praktikan yang dapat diterima oleh guru pamong, tetapi tidak semuanya diterima oleh guru pamong dan dari perhatian inilah kemudian guru pamong membuat penilaian terhadap praktikan.

2. Ciri-ciri rangsang

(30)

3. Nilai-nilai dan kebutuhan Individu

Seorang seniman tentu punya pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya dibandingkan seorang yang bukan seniman. Sama halnya penilaian pada guru pamong dengan guru lainya berbeda-beda pada kemampuan praktikan dalam menjalankan tugasnya sekolah.

4. Pengalaman Terdahulu

Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Pengalaman yang diterima guru pamong selama berinteraksi dengan praktikan akan mempengaruhi persepsi guru pamong terhadap praktikan. Berdasarkan pengalaman, guru pamong mengharapkan kemampuan mengajar praktikan lebih baik daripada tahun lalu, atau bahkan mempertahankan jika praktikan tahun lalu mendapat kesan baik dan penilaian kemampuan mengajar yang baik pula. Harapannya adalah praktikan sebagai pendidik atau mengajar dapat memiliki profesionalisme keguruan.

5. Belajar atau Pengetahuan

(31)

diskusi kelompok. Pada saat itu juga kondisi kelas ramai sehingga menganggu kelas lain, karena tidak tahu atau tidak mengetahui dengan tepat maksud praktikan bahwa ia sedang melakukan diskusi, maka guru akan menilai kurang baik bahkan buruk terhadap praktikan dalam mengelola interaksi belajar mengajar.

B. Guru Pamong

Guru pamong merupakan tenaga supervisor yang paling banyak berhubungan langsung dengan mahasiswa calon guru (Suparno, Suyadi& Wardani,1990:38). Tugas-tugas bimbingan yang harus diberikan oleh guru pamong antara lain meliputi:

1. memberikan tugas mengajar pada waktu latihan terbimbing dan mandiri 2. membantu mahasiswa calon guru dalam mengembangkan satuan pelajaran 3. menerapkan supervisi klinis dalam pemberian bimbingan kepada

mahasiswa calon guru selama latihan mengajar

4. membimbing mahasiswa calon guru dalam mengerjakan tugas memberikan bimbingan belajar para murid, administrasi kelas, serta tugas ko dan ekstrakurikuler serta bersama-sama dengan kepala sekolah dan dosen pembimbing menetapkan mahasiswa yang sudah memenuhi syarat untuk mengikuti ujian PPL.

(32)

belajar-mengajar yang berhubungan dengan urutan bahan pelajaran, waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan bahan pelajaran, evaluasi meliputi lama waktu ulangan, bentuk soal ulangan, dan cara penilaian. Kesimpulannya adalah guru pamong diberi kepercayaan dan tugas untuk membimbing mahasiswa praktikan PPL dalam menerapkan kemampuan mengajar, kegiatan administrasi di sekolah, dan diberikan kewenangan dalam menilai kompetensi yang dicapai praktikan.

C. Kompetensi guru

Kompetensi berarti kemampuan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. The state of legally competent or qualified (Mc. Leod 1989). Menurut Samana

(1994:44) kompetensi adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakat. Kompetensi keguruan menunjuk kuantitas serta kualitas layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan secara terstandar.

(33)

kualitatif dari perilaku yang tampak sangat berarti. Barlow, Syah (1985: 229) kompetensi merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi diartikan sebagai keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dirinya sehingga dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya Mc. A.Shan (1981). Adapun menurut Finc dan Crunfilon (1979) kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.

(34)

(1984) mengemukakan empat kompetensi guru, yakni mempunyai pengetahuan dan tingkah laku manusia; mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya; mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,sekolah, teman sejawat dan bidang studi yang dibinanya; mempunyai keterampilan teknik mengajar. Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser (1970) ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni (a). menguasai bahan pelajaran, (b). kemampuan mendiagnose tingkah laku siswa, (c). kemampuan melaksanakan proses pengajaran, dan (d) kemampuan mengukur hasil belajar siswa

(35)

Berdasarkan uraian tentang kompetensi di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan yang diperoleh melalui suatu proses pembelajaran dan mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap kemampuan yang dimilikinya sebagai seorang guru. Sehingga dapat dijabarkan pengertian dari 4 kompetensi dasar keguruan yaitu:

1. Kompetensi pedagogik

Dalam UU RI no.14 kompetensi pedagogik adalah mengelola pembelajaran peserta didik. Kaltim post online dalam artikel berjudul:”Perlu Pahami Perkembangan Siswa Menuju Standar Kompetensi Guru”. Rabu 1 februari 2006 menyebutkan bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari sub komponen pengelolaan pembelajaran berupa penyusunan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian prestasi belajar anak didiknya.

2. Kompetensi kepribadian/personal

Dalam UU RI no.14 kompetensi adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berahklak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Menurut Buku Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Di Indonesia kompetensi kepribadian sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat pancasila, yang mengagungkan budaya bangsanya, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya.

(36)

Usman (1995: 16) menyatakan kompetensi pribadi meliputi mengembangkan kepribadian, berinteraksi dan berkomunikasi, melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan melaksanakan administrasi sekolah. Komponen kompetensi personal yakni guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan), guru bertindak jujur dan bertanggung jawab, guru mampu berperan sebagai pemimpin, baik di dalam lingkup sekolah maupun di luar sekolah, guru hendaknya memegang prinsip serta nilai hidup yang diyakininya, guru adalah pribadi yang mental sehat dan stabil, guru tampil secara pantas dan rapi, guru mampu berbuat kreatif.

Maka kompetensi kepribadian yaitu kemampuan diri dalam guru yang mencakup jiwa pendidik, terbuka, mampu mengembangkan diri dan memiliki integritas kepribadian.

3.Kompetensi sosial

(37)

Buku III pedoman pelaksanaan PPL kompetensi sosial terdiri beberapa komponen yaitu pergaulan di sekolah baik dengan guru pamong, guru lain maupun petugas lain dan kerjasama dengan rekan mahasiswa, guru pamong/ atau pembimbing. Komponen kompetensi sosial dalam Samana (1994:55) guru bersikap bersahabat dan trampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik,guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakatnya, guru bersedia ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkup kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya; dalam keseluruhan relasi sosial dan pofesionalnya, guru hendaknya mampu bertindak tepat waktu dalam janji dan penyelesaian tugas-tugasnya, guru hendaknya menggunakan waktu luangnya di luar tuntutan tugas keguruannya secara bijaksana dan produktif.

Peneliti menyimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah guru mampu bekerjasama, melaksanakan tugas, berpartisipasi dalam kelembagaan dan kemasyarakatan.

4.Kompetensi profesional

(38)

a. Menguasai bahan (materi) sebelum guru itu tampil di depan kelas mengelola interaksi belajar-mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini yang dimaksud ”menguasai bahan” bagi seorang guru mengandung dua prinsip yaitu menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah dan menguasai bahan pengayaan/penunjang bidang studi

b. Mengelola program belajar-mengajar. Guru yang kompeten, harus juga mampu mengelola program belajar-mengajar sesuai dengan satuan pembelajaran yang direncanakan. Ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam pengelolaan belajar-mengajar. Langkah-langkah itu sebagai berikut:

1) Merumuskan tujuan instruksional

2) Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat

3) Melaksanakan program belajar-mangajar 4) Mengenal kemampuan anak didik

(39)

c. Mengelola kelas untuk mengajar suatu kelas. Guru dituntut untuk mampu mengelola kelas dengan menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar-mengajar. Jika keadaan kelas belum kondusif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan menyangkut mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru harus mampu menciptakan iklim kelas yang dinamis dan sesuai sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. d. Menggunakan media/sumber, agar proses belajar mengajar dapat

tercapai secara maksimal, guru harus mampu memilih dan mengoperasikan media yang dipergunakan. Ada beberapa langkah dalam menggunakan media, yaitu:

1) mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media. 2) membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana

maksudnya agar mudah di dapat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.

3) menggunakan dan mengelola laboratorium dalam ruang proses belajar-mengajar.

4) menggunakan buku pegangan/buku sumber .

(40)

6) menggunakan unit microteaching

e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu maka sistem pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah. Itulah sebabnya pendidikan nasional kita dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

(41)

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran memperlancar pengelolaaan interaksi belajar-mengajar. Selain diperlukan kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain sarana-sarana pendukung yang lain, antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, di

sekolah guru berperan pula sebagai pembimbing sehingga guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan serta penyelenggaraanya di sekolah sehingga interaksi belajar-mengajar di sekolah dapat tercapai secara optimal.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrator.

(42)

Sepuluh kompetensi guru di atas merupakan hasil pengembangan yang didasarkan atas analisis tugas-tugas yang harus dikuasai oleh seorang guru profesional yang tercermin sebagai performance dalam menjalankan tugas sehari-hari Dalam perkembangannya pengertian kompetensi pedagogik dan kompetensi professional hampir sama. Komponen yang ada dalam kompetensi pedagogik tercakup dalam kompetensi profesional, maka dapat disimpulkan bahwa komponen kompetensi profesional menguasai bahan (materi), mengelola kelas, menggunakan media/sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrator, memahami prinsip-prinsip dan menafirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran

D. PPL (Program Pengalaman Lapangan)

Program Pengalaman Lapangan (PPL) adalah suatu program dalam pendidikan prajabatan guru yang dirancang untuk melatih para calon guru menguasai kemampuan keguruan yang utuh dan terintegrasi, sehingga setelah menyelesaikan pendidikannya mereka siap secara mandiri mengemban tugas sebagai guru (Suparno, Suyadi& Wardani,1990:1).

(43)

terbimbing dan terpadu untuk memenuhi persyaratan pembentukkan profesi kependidikan.

Menurut Samana (1994:42) PPL merupakan pembentukan kompetensi secara bertahap dan terintegrasi, mulai dengan pengenalan medan (observasi tahap awal), latihan keterampilan terbatas (pengajaran mikro), dan dengan melaksanakan tugas-tugas kependidikan di sekolah latihan secara utuh, aktual dan bersungguh-sungguh (menuntut dedikasi calon guru).

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan PPL adalah program kegiatan pendidikan pra-jabatan guru yang dalam pelaksanaan PPL dilakukan sesudah mahasiswa memperoleh bekal yang memadai dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru yang penerapannya dalam sekolah dengan melihat penguasaan kemampuan mengajar pada mahasiswa praktikan tersebut.

E. Mahasiswa PPL

Mahasiswa PPL adalah salah satu komponen penting yang besar pengaruhnya dalam usaha pengembangan IKIP. Buku III tentang Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan menyebutkan mahasiswa PPL sebagai calon pendidik dibimbing oleh guru pamong, dosen pebimbing dan kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di sekolah secara terpadu dan terarah.

(44)

seperti tahap-tahap lathan PPL mulai dari pengenalan lapangan, latihan keterampilan, latihan terbimbing, latihan mandiri.

Kesimpulannya mahasiswa PPL adalah program yang diikuti oleh para calon guru meliputi beberapa tahap untuk mencapai kompetensi yang telah diisyaratkan yaitu 4 kompetensi yang meliputi kompetensi profesional, kompetensi sosial, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian/personal mendapat bimbingan dan penilaian dari guru pamong, dosen pembimbing.

F.Tingkat Pendidikan

Pendidikan menurut Siagian (1996:175) adalah keseluruhan proses teknik dan metode belajar mengajar dalam rangka mengalihkan sesuatu pengetahuan dari seseorang kepada orang lain sesuai standar yang ditetapkan. Sedangkan menurut Heidjrachman et-al (2000:77) pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya peningkatan penguasaan teori dan ketrampilan memutuskan terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.

(45)

Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntunan perubahan zaman.

Ada 3 jenis-jenis pendidikan dalam Undang-undang Sistem pendidikan Nasional ini yaitu:

a. Pendidikan formal yaitu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Misalnya SD,SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

b. Pendidikan nonformal yaitu jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Misalnya berbentuk kursus-kursus.

c. Pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Menurut Winkel (1986:160) Pendidikan informal adalah suatu jenis pendidikan yang tidak terencana dan tersusun secara tegas dan tidak sistematis, dilaksanakan di luar sekolah terutama dalam keluarga. Lembaga Pengadaaan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai 4 macam program pendidikan guru Piet A. Sahertian (1994:68) terdiri atas:

1. Program gelar yang melalui jenjang sarjana (S1) dengan lama studi 4-7 tahun

(46)

4. Program Non-Gelar (program diploma) dengan rician sebagai berikut: a. Program Diploma (D1) dengan lama studi 1-2 tahun

b. Program Diploma 2 (D2) dengan lama studi 2-3 tahun c. Program Diploma 3 (D3) dengan lama studi 3-5 tahun

Selain itu juga ada program akta mengajar, yang diberikan kepada mereka yang berasal dari fakultas non keguruan untuk memperoleh kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program akta mengajar ini terdiri atas:

1.Akta I sebanyak 20 SKS selama dua semester.

2.Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.

3.Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.

4.Akta IV dengan beban kredit 20 SKS ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5.Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.

G. Pengalaman Membimbing

(47)

hidung dan lain sebagainya diteruskan melalui alat-alat tersebut ke otak lalu menafsirkan menjadi pengalaman.

Pengalaman banyak mempengaruhi keahlian dan ketrampilan kerja guru yang bersangkutan. Pengalaman kerja yang banyak, memberikan kecenderungan bahwa yang bersangkutan memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang relatif tinggi. Sebaliknya terbatasnya pengalaman yang dimiliki seseorang, kadang lebih dihargai daripada tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Susila Murtoyo,1987:90).

Menurut S.P Siagian (1984:174) seseorang yang mempunyai pengalaman kerja membawa dampak berbagai hal, seperti:

1. Cakrawala pandangan makin luas yang memungkinkan seseorang untuk lebih memahami dan mengantisipasi perubahan yang terjadi.

2. Meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan penghasilan seseorang sekaligus menambah kepuasan batin yang makin besar. 3. Meningkatkan promosi yang besar.

Dalam bekerja, seorang guru akan mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaan. Pengalaman merupakan modal utama untuk terjun dalam suatu bidang garapan. Pengalaman yang dimiliki dalam hal ini pengalaman membimbing membuat seorang guru akan dapat bekeja lebih efisien. Untuk melaksanakan kegiatan membimbing mahasiswa praktikan perlu dipertimbangkan dan ditentukkan terlebih dahulu kualitas guru tersebut.

(48)

seseorang maka orang tersebut akan lebih mampu menguasai pekerjaan. Dalam mendapatkan suatu ketrampilan dibutuhkan pengulangan terhadap apa yang dipelajari atau dikerjakan. Apabila seseorang bekerja maka ia akan menemui hal-hal yang baru dan jika hal-hal yang baru dipahami sebagai suatu pengetahuan sehingga dimilikinya, berarti ia telah mendapatkan pengalaman baru.

Pengalaman sebagai pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan dalam kaitannya dengan kerja yang dapat dimiliki oleh seseorang setelah melaksanakan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu secara kontinyu. Oleh karena itu, pengalaman bisa diperoleh apabila seseorang melakukan aktivitas secara berulang-ulang dan kontinyu maka dapat dikatakan bahwa banyak sedikitnya pengalaman kerja merupakan fungsi dari waktu dalam bekerja. Banyak sedikitnya pengalaman kerja juga akan menentukan atau menunjukkan bagaimana kualitas seseorang dalam bekerja, artinya mudah sukarnya atau cepat lambatnya seseorang dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan akan dipengaruhi oleh seberapa banyak orang tersebut telah memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan.Apabila ia harus melakukan suatu pekerjaan yang sejenis tentu dapat diselesaikannya dengan cepat dan baik, sesuai dengan pernyataan Isbani (1992) bahwa pengalaman kerja merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk menentukan kualitas tenaga kerja sebagaimana dapat dijumpai di banyak mass media.

(49)

(Bimo Walgito 1971: 4). Bimbingan yang dimaksud dalam hal ini diberikan dari guru pamong dengan perencanaan sebaik-baiknya agar benar-benar dapat membantu mahasiswa calon guru tumbuh dan berkembang menjadi guru yang profesional.

Dari pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan pengalaman membimbing adalah segala pengetahuan, ketrampilan maupun kemampuan yang diketahui dan didapatkan melalui pengamatan/partisipasi langsung selama membimbing mahasiswa praktikan. Semakin sering seseorang mengulang sesuatu, semakin bertambah kecakapan serta pengetahuannya terhadaphal-hal tersebut dan guru akan lebih menguasainya, sehingga dari pengalaman membimbing yang pernah diperolehnya, seorang dalam hal ini guru dapat mencoba dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Semakin banyak pengalaman dalam membimbing, seorang guru akan mempunyai kualitas membimbing yang semakin baik.

H. Kerangka Berpikir

(50)

1) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.

Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing mahasiswa praktikan yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi pedagogik di sekolah.

(51)

1

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi

pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing

2) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi pedagogik mahasiswa praktikan.

(52)

dan ada perbedaan persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari tingkat pendidikan orang tua siswa.

Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

2

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi

pedagogik pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

3) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.

Cara pandang guru pamong terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan dipengaruhi oleh pengalaman membimbing. Antara guru yang satu dengan guru yang lain mempunyai lama membimbing yang berbeda-beda. Kesimpulannya adalah semakin lama pengalaman yang diperoleh seseorang semakin luas pengetahuannya pada bidang yang ia tekuni. Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi pribadi di sekolah.

(53)

banyak tetntang proses pembelajaran di sekolah daripada guru yang baru memulai tugasnya di sekolah.

Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

3

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi

pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing

4) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir guru pamong berbeda-beda yang akan berpengaruh pada cara pandang dan penilaian pada mahasiswa praktikan. Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh sesorang maka semakin tinggi tingkat pemahaman pada bidang tertentu sesuai keahlian yang ditekuni. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi kualitas guru pamong tersebut dalam membimbing dan menilai kompetensi pribadi mahasiswa praktikan.

(54)

praktiknya yang dilakukan oleh guru pamong di SMU Kotamadya Bandung (Evaluasi Tentang Kinerja Guru Pamong dan kinerja Mahasiswa Praktek).

Implikasi dalam penelitian untuk meningkatkan kualitas kinerja PPL perlu komitmen yang dijadikan sumber penggerak untuk merealisasikan pembinaan kemampuan profesi dan untuk memenuhi tenaga pendidikan yang profesional di masa mendatang PPL perlu pembenahan pada guru pamong sebagai ujung tombak yang ada di barisan terdepan. Hasil penelitian Hj. Mintarsi bahwa guru pamong perlu pembinaan visi agar mampu merealisasikan misi yang diemban oleh guru pamong. Guru pamong yang perlu pembinaan terutama yang berpendidikan S1 diantaranya pembinaan diklat, seminar dan lokakarya. Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

4

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi pribadi

pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

5) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.

(55)

praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi sosial di sekolah

Pernyataan ini didukung dalam artikel Pemberdayaan/ Memperdayai? http://sahe.Institute.Blogspot.Com/2005/01/pemberdayaan/memperdayai?Jum at, 28 Januari 2005. Banyak orang bijak mengatakan bahwa semakin banyak orang berjalan maka semakin banyak yang diketahui dan pengalaman kitapun akan bertambah. Begitupun dengan perjuangan rakyat mengutip kalimat tokoh revolusioner Tiongkok Mao “ semakin lama perjuangan kita maka semakin banyaklah hal yang kita pelajari dan tak akan mengulangi kesalahan yang sama dari pendahulu kita”.

Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

5

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial

pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing

6) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

(56)

Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi sosial pada mahasiswa praktikan. Pernyataan ini didukung oleh penelitan dari Purnomo Setiadi Akbar berjudul “ Alternatif perubahan Pengembangan Guru di Indonesa” bahwa Reformasi dalam dunia pendidikan dimulai dari komponen guru dan semua aspek pribadi guru, organisasi dan instansinya. Prioritas dimulai dari komitmen jajaran pembinaan depdikbud dan stafnya untuk selalu memantau dan membina guru-guru dengan berbagai aspeknya. Guru yang memasuki kemampuan paripurna bagaimanapun bentuk kurikulum yang selalu berubah beserta tuntutannya mereka diharapkan akan mampu melaksanakan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Kajian Dikbud. No. 014. September 1998 hal 96-105

Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

6

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi sosial

pada mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

7) Persepsi guru pamong terhadap kompetensi profesional mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman guru pamong dalam membimbing.

(57)

Sama halnya pada guru pamong bahwa semakin lama pengalaman membimbing praktikan semakin tinggi tuntutan guru pamong pada praktikan dalam menerapkan kompetensi personal di sekolah

Disebutkan dalam www. Psikologi.ui.ac.id bahwa tenaga pengajar, guru besar, dosen harus memiliki tingkat pendidikan yang tinggi serta pengalaman yang luas agar dapat diterapkan untuk mahasiswa dalam mengalirkan ilmu pengetahuan dengan metode mengajar yang paling mutakhir sehingga mahasiswa dapat belajar melihat ide-ide baru dari sudut pandang psikologi, memahami, mendiskusi, dan menuliskannya

Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

7

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi

profesional pada mahasiswa praktikan ditinjau dari pengalaman membimbing

8) Persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi profesional mahasiswa praktikan ditinjau dari tingkat pendidikan

(58)

Guru pamong mempunyai tingkat pemahaman berbeda-beda dilihat dari tingkat pendidikan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang guru pamong terhadap kompetensi profesional pada mahasiswa praktikan. Senada dengan artikel dalam www. Sintang.go.id/social/default.asp? topical 36-45k Bahwa kemajuan suatu bangsa hanya ditentukkan oleh faktor penarik rakyatnya. Hal ini disebabkan semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan lebih mudah menerima dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat menjadi sumber daya yang berperan dalam meningkatkan produktivitas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari penjelasan di atas maka ditarik hipotesis sebagai berikut:

8

Ha = ada perbedaan persepsi guru pamong PPL terhadap kompetensi

(59)

BAB III

METODA PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

B. Subjek dan Objek Peneltian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru pamong yang membimbing dan mendampingi mahasiswa praktikan dalam melaksanakan tugasnya di sekolah.

2. Objek penelitian dalam tulisan ini adalah persepsi guru pamong mengenai kompetensi mengajar ditinjau dari tingkat pendidikan dan pengalaman membimbing.

C. Waktu dan Lokasi penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMU dan SMK di Sleman. Waktu

(60)

D. Populasi dan Sampel, Teknik Sampling

1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono:1999). Sesuai dengan masalah yang diteliti maka yang menjadi populasi dalam penelitian guru-guru pamong SMA dan SMK di Sleman yang pernah membimbing mahasiswa praktikan Universitas Sanata Dharma khususnya Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menurut data tahun 2004/2005/2006 untuk penerjunan I dan II yang ada jumlahnya 110 orang guru pamong

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 1999:73). Pengukuran sampel ini dihitung dengan rumus Slovin (Consuelo, 1993:161):

2

1 Ne

N n

+ =

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

(61)

2 ) 05 , 0 ( 110 1 110 + = n

= 86 orang yang akan menjadi sampel

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono 1999:78) yaitu sekolah tempat mahasiswa Universitas Sanata Dharma berpraktik PPL. Peneliti menentukkan sampel adalah guru dari 8 SMA dan 5 SMK.Berikut daftar sekolah tempat penelitian dilakukan:

Nama Sekolah Jumlah Guru Pamong SMA Bina Harapan

Sinduharjo

6 guru SMK N 2 Depok 18 guru SMA N I Depok 7 guru SMA N I Kalasan 10 guru SMA St. Mikael 3 guru SMA Negeri 2 2 guru SMA Binatama 5 guru SMKKanisius Pakem 13 guru SMA Mandala Bhakti 5 guru SMA Kolose De

Britto

5 guru SMK YPKK 1 5 guru

SMK Tarakanita 9 guru SMK YPKK 3 4 guru

(62)

E. Variabel Penelitian,Pengukurannya

1. Variabel penelitiannya

Adapun variabel dalam penelitian terdiri dari:

a.Variabel Terikat: persepsi guru pamong 4 kompetensi dasar keguruan yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional terhadap mahasiswa PPL

b.Variabel Bebas: tingkat pendidikan guru, pengalaman membimbing 2. Pengukuran Variabel

Menggunakan skala likert yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

a.Kompetensi Guru

Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan 4 alternatif jawaban yaitu:

SS = Sangat Setuju, diberi skor 4 S = Setuju, diberi skor 3

TS = Tidak Setuju, diberi skor 2

(63)

b. Tingkat Pendidikan Guru

D2= skor 1 D4/S1= skor 3 D3= skor 2 S2 = skor 4 c.Pengalaman Membimbing

< 3 kali = kurang berpengalaman, diberi skor 1 3-5 kali = cukup berpengalaman, diberi skor 2 > 5 kali = sangat berpengalaman, diberi skor 3

F. Kisi-kisi Kuesioner

Item variabel Subvariabel Sub-subvariabel Indikator

(+) (-) Kompet ensi 1. Kompetensi Pedagogik A.Kompetensi pengelolaan program pengajaran 1. metode mengajar

1,2 3 2. variasi mengajar 3. kemampuan penyusunan alat evaluasi 4. rencana pembelajaran 4,5,6 5. kemampuan mencari materi dari berbagai sumber 6. pengelolaan anak didik B.Kompetensi pengelolaan kelas 7. Keterbukaan terhadap pendapat siswa 7,8 8. Bertanggung jawab atas proses belajar siswa

9. teguran pada siswa

(64)
(65)

2.Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional E.Kompetensi menyelenggarakan administrasi F.Kompetensi kepribadian berwibawa menjadi teladan peserta didik G.Kemampuan guru dalam mengembangkan diri H.kemampuan berkomunikasi dengan lingkungannya I.Kompetensi penguasaan materi ekspresi 25.Kemampuan komunikasi kerjasama dengan tugas Bimbingan Konseling 26.Kemampuan menguasai dan mengikuti peraturan tata usaha yang berlaku

27.Tampil rapi 28.Tepat waktu

29.Berpikir kreatif

30.Sikap terbuka 31.Sikap ramah,

(66)

36.Penguasaan materi

G. Uji Instrumen penelitian

1. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Prosedur pengujian dilakukan dengan cara menganalisis setiap item dalam kuesioner dengan mengkorelasikan skor item (x) dengan skor total (y). Untuk digunakan teknik korelasi produk moment dengan rumus sebagia berikut. Rumus uji Validitas:

rxy=

( )( )

( )

[

]

×

[

( )

]

− 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N Keterangan: xy

r = korelasi product moment korelasi antara x dan y x = skor butir

y = skor total sampel uji coba N = jumlah responden

x=jumlah harga dari skor butir
(67)

y=jumlah harga dari skor total

xy=jumlah hasil x skor butir dan skor total

Besarnya dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan taraf

signifikansi ( hitung r

α) = 5 %. Jika lebih besar dari maka kuesioner

yang digunakan sebagai alat ukur dapat dikatakan valid. tabel r hitng

r

Uji validitas ini menggunakan responden yang berjumlah 30 di luar sampel penelitian dengan db=n−2. Derajat kebebasan ini sebesar 28

(30-2) sehingga dari 0,05:28 = 0,239. Uji validitas dilakukan dengan

bantuan program komputer SPPS 11,5 for windows. Pengujian validitas dilakukan di SMK Putratama. Adapun hasil pengujian validitas untuk 38 item pernyataan pada taraf signifikansi sebesar 5% adalah sebagai berikut:

tabel r No item keterangan No item keterangan tabel

r rtabel

hitung

r rhitung

(68)

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel konstruk. Kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk melakukan uji reliabilitas digunakan rumus Alpha Cronbah yaitu ( Suharsimi, 2002: 171)

2 2 1 t b σ σ

− 1 (

11 =

k k r Keterangan: = 11

r reliabilitas instrumen

k = banyak butir pertanyaan atau banyak soal

σb2 = jumlah varians butir

2= varians total t

σ

Pengujian reliabilitas juga perlu diuji signifikansinya dengan cara

membandingkan niai dengan nilai pada taraf signifikansi 5%

jika nilai lebih besar dari nilai maka dinyatakan reliabel tapi

sebaliknya jika nilai lebih kecil dari maka dinyatakan tidak

reliabel. tabel r hitung r tabel r hitung r tabel r hitung r

Perhitungan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan bantuan komputer program SPPS 11,5 for windows. Dari hasil pengujian

instrumen diperoleh sebesar 0,9386 > 0,239 taraf signifikansi 5%

maka kuesioner dapat dipercaya/dapat diandalkan sebagai alat ukur. Dengan demikian berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas di atas

(69)

dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dapat dianggap memenuhi persyaratan sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur

H.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan angket/ kuesioner. Kuesioner yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah data pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya. Daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada guru pamong sebagai responden untuk diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

I. Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis varian satu jalur (One Way Anova) dan T-test sampel. Agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari seharusnya, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Pengujian prasyarat analisis mencakup uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Pengujian Normalitas dan Uji Homogenitas a. Uji Normalitas

(70)

dan distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar. Artinya distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis (Imam Ghozali, 2002:35-36). Alat statistik untuk pengujian normalitas data penelitian ini adalah tes Kolmogorov-Smirnov. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas sebagai berikut (Imam Ghozali, 2002:36):

( )

X S

( )

X F

maksimum

D= on

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

F o = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan S ( X ) = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi n

Kriteria penerimaan:

- Jika nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari nilai probabilitas (ρ= 0,05), maka H diterima. 0

- Jika nilai Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari nilai probabilitas (ρ= 0,05), maka H ditolak. 0

b. Uji Homogenitas

(71)

mengandung arti bahwa kelompok-kelompok tersebut homogen, maka dapat dikatakan bahwa kelompok-kelompok sampel tersebut berasal dari populasi yang sama. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini. Salah satunya yaitu menggunakan Analisis Varian Satu Jalur (Sugiyono, 1991:198-200). Adapun rumus untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut :

n x n i

=1 1 X = 1 ) ( 1 2 1 −

= − n x x n i S =

Harga F tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga F tabel dengan dk pembilang ηa – 1 dan dk penyebut ηc – 1. Apabila Fhitung <

F tabel maka dapat disimpulkan bahwa varian data yang akan dianalisis

adalah homogen, dan apabila F hitung ≥ F tabel maka dapat disimpulkan

bahwa varian data yang akan dianalisis tidak homogen sehingga perhitungan ANOVA dan T-test sampel tidak dapat dilanjutkan.

2. Pengujian Hipotesis

(72)

a. Perumusan hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan persepsi guru pamong terhadap kompetensi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing

1

Ha : Ada perbedaan persepsi guru terhadap kompetensi mahasiswa PPL ditinjau dari pengalaman membimbing

1

b. Untuk menentukan tingkat signifikansi koefisien korelasi yaitu dengan membandingkan t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan db = n – 2. Berikut ini disajikan

rumus perhitungan nilai t :

r n r thit − − = 1 2

c. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan One Way Anova. Rumus yang digunakan untuk pengujian adalah sebagai berikut (Sugiyono, 1999: 75):

k N nj T x k N T n T n i k j k j j ij k j j j − − −

∑∑

= = = − =

1 1 1 2 1 2 2 2 1 F = Keterangan :

X ij = Nilai Individu ke i dari sampel j

K = Banyaknya sampel ( sampel 1, sampel 2,…,sampel k) = Banyaknya individu (ukuran) sampel j.

Nj

T j = Jumlah semua nilai individu dari sampel j. T = T + T1 2 + T3

(73)

d. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan didasarkan pada perbandingan Fhitung

dengan F tabel adalah :

ƒ Jika Fhitung ≤ F tabel maka Ho diterima <

Gambar

Tabel  4.19
tabel  maka dapat disimpulkan
Tabel 4.0 Sebaran Responden Penelitian
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa responden penelitian berpendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Weeding. Perawatan dan penyiangan bahan pustaka : Pengembangan koleksi modul 9. A.L.A Glosary of Library Terms. Chicago :American Library Association. University William

Sebagai bagian dari teknologi internet, website berperan penting dalam penyebaran informasi, berbagai kegiatan yang bersifat online, serta berbagai aktivitas lain yang

Mendeskripsikan Hubungan Antar Makna dalam Bentuk Struktur Polisemi (tagi-kouzou no hyouji)

Q: Menurut teori CREW dikatakan penyiangan yang baik seharusnya dilakukan tanpa melihat jangka waktu tetapi berdasarkan masa kegunaan buku mengapa perpustakaan USU tidak

Penulisan penelitian ilmiah ini berisikan tentang pembuatan aplikasi laporan keuangan pendapatan penjualan dengan menggunakan Microsoft Visual FoxPro 9.0 yang berisi tentang

Desain form transaksi pencatatan obat oral dapat dilihat pada Gambar 3.96. Desain Form Transaksi Pencatatan

Pembuatan website ini hanya dibatasi dengan hanya membuat Informasi umum Toko Baros Elektronik Cimahi serta aplikasi sistem informasi barang,. penjualan barang secara online ,

masalah dan kebutuhan sebuah organisasi untuk menentukan bagaimana orang , data , proses , dan teknologi informasi dapat mencapai kemajuan terbaik untuk bisnis. Analisis Sistem