PERUBAHAN FRAKSI FOSFOR CEPAT TERSEDIA
PADA TANAH TERGENANG
YANG DIAMELIORASI BAHAN ORGANIK
DINDA LESTARI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Dinda Lestari
ABSTRAK
DINDA LESTARI. Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik. Dibimbing oleh SYAIFUL ANWAR dan ARIEF HARTONO
Rendahnya kadar fosfor (P) tersedia dalam tanah menyebabkan petani berasumsi bahwa dengan menambahkan pupuk P dalam jumlah banyak akan meningkatkan ketersediaannya. Namun demikian, lama-kelamaan hal tersebut akan mengakibatkan tingginya residu P tanah dikarenakan banyaknya P yang berubah menjadi bentuk tidak tersedia. Dalam kondisi residu P tinggi pemberian pupuk P selanjutnya akan dapat berpengaruh tidak nyata pada produktivitas tanaman. P dalam tanah dapat berbentuk inorganik dan organik. P dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk ketersediaan, mulai dari cepat tersedia hingga tidak tersedia. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketersediaan residu P adalah dengan menambahkan bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian bahan organik terhadap bentuk P cepat tersedia pada tanah yang digenangi. Dosis bahan organik yang diberikan adalah 0, 500, 750, 1000, 2000 dan 5000 kg/ha, dengan tiga kali ulangan. Satuan percobaan berupa 200 g BKM tanah dalam pot berdiameter 10 cm. Setiap minggu selama 5 minggu penggenangan, sub sampel tanah diekstrak untuk menetapkan bentuk P cepat tersedia (P-NaHCO3) mengikuti prosedur fraksionasi Tiessen dan Moir tahun
1993. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P-NaHCO3 meningkat dengan
meningkatnya dosis bahan organik. P-NaHCO3 juga meningkat berdasarkan lama
waktu penggenangan. Namun demikian, terdapat dinamika yang diduga terutama sebagai akibat dinamika redoks tanah yang digenangi.
Kata Kunci : Bahan Organik, Ketersediaan P, P-NaHCO3, Waktu Penggenangan.
ABSTRACT
DINDA LESTARI. Changes of Rapid-Available Phosphorus Fraction in Submerged Soil Ameliorated with Organic Matter. Supervised by SYAIFUL ANWAR and ARIEF HARTONO
Prolong phosphorus fertilization has result in high unavailable P residue in soil. In this condition, further P fertilization will not result in higher plant productivity known as leveling off. P in soil exists in inorganic and organic forms, and in broad-range of availability from freely available to unavailable forms. The objective of this research was to study the effects of organic matter on rapidly available P extracted with 0.5 M NaHCO3 in submerged soil. Organic matter
treatments were 0, 500, 750, 1000, 2000, and 5000 kg/ha. Research unit was 200 g soil (105oC ovendry weight) in a 10 cm diameter pot. Everyweek for 5 weeks, subsamples of each research unit was extracted for determining NaHCO3-P
NaHCO3-P increased with increasing organic matter treatments and submersion
time. Some dynamics, however, were found that likely related to redox dynamics in submerged soil.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
PERUBAHAN FRAKSI FOSFOR CEPAT TERSEDIA PADA
TANAH TERGENANG YANG DIAMELIORASI BAHAN
ORGANIK
DINDA LESTARI
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik
Nama : Dinda Lestari NIM : A14100097
Disetujui oleh
Dr Ir Syaiful Anwar, MSc Pembimbing I
Dr Ir Arief Hartono, MScAgr Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Baba Barus, MSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi dengan judul Perubahan Fraksi Fosfor Cepat Tersedia pada Tanah Tergenang yang Diameliorasi Bahan Organik ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Syaiful Anwar, MSc dan Dr Ir Arief Hartono, MScAgr selaku pembimbing skripsi atas saran, arahan dan bantuan selama penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr Ir Untung Sudadi, MSc selaku dosen penguji yang telah memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik. Ucapan terimakasih spesial untuk ibu Dr Ir Sri Djuniwati MSc (alm) yang dahulu pernah membimbing penulis sehingga penulis menjadi pribadi yang lebih baik. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan terhadap Ibunda (Ninik Kartini) dan kakak-kakak tercinta (Dedi Ariyono dan Deni Aviyanto) yang selalu mendukung penulis selama proses pembuatan skripsi. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada seluruh Staf Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Tanah yang selalu membantu penulis selama mengerjakan penelitian. Penulis mengucapkan terima kasih untuk teman teman seperjuangan selama penelitian yaitu Akbar Rafsanjani dan Viona Septia Mandalika. Terima kasih penulis ucapkan kepada sahabat sahabat di Tanah 47 (Safira Sukma Hanjani, Aulia, Rifki, Irfan, Rike, Yoga) yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada sahabat sahabat di Tridara (Yuni Sarianti, Vyatra Pratiwi, Febiana, Yusrifah, Hermanda). Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1 METODE 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah 2
Perlakuan Bahan Organik dan Inkubasi Tanah 2
Ekstraksi dan Penetapan P Tersedia 3
Penetapan P Inorganik NaHCO3 3
Penetapan P Total NaHCO3 3
Penetapan P Organik NaHCO3 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hasil Analisis Sifat Tanah Awal 5
Hasil Analisis Pupuk Organik 6
Pengaruh Bahan Organik terhadap P Cepat Tersedia 7
Hasil Analisis Pi-NaHCO3 7
Hasil Analisis Po-NaHCO3 8
Hasil Analisis Pt-NaHCO3 10
Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap P Cepat Tersedia 11
Hasil Analisis Pi-NaHCO3 11
Hasil Analisis Po-NaHCO3 12
Hasil Analisis Pt-NaHCO3 14
Pembahasan 15
SIMPULAN DAN SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 17
DAFTAR TABEL
1 Hasil Analisis Tanah Awal Tanah Sawah Cangkurawok 5 2 Hasil Analisis Pupuk Kandang Kambing dan Pupuk Petroganik 6
DAFTAR GAMBAR
1 Penumbukan Tanah Menggunakan Alu 2
2 Pengaruh Bahan Organik terhadap Sebaran Konsentrasi Pi-NaHCO3
pada Setiap Waktu Penggenangan
7 3 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Pi-NaHCO3 7
4 Pengaruh Bahan Organik terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3 pada
Setiap Waktu Penggenangan
8 5 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sebaran Konsentrasi Po-NaHCO3 9
6 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Po-NaHCO3 9
7 Pengaruh Bahan Organik terhadap Sebaran Konsentrasi Pt-NaHCO3 10
8 Pengaruh Bahan Organik terhadap Konsentrasi Pt-NaHCO3 10
9 PengaruhWaktu Penggenangan dan Konsentrasi Pi NaHCO3 11
10 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi Pi-NaHCO3
11 11 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3
pada Setiap Dosis Bahan Organik
12 12 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi
Po-NaHCO3
13 13 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi
Po-NaHCO3
13 14 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi
Pt-NaHCO3
14 15 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi
Pt-NaHCO3
14 16 Karat yang Berada di Pinggiran Pot Menandakan adanya Aktivitas
Oksidasi Fe
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Fosfor (P) adalah unsur hara esensial makro kedua setelah N. Fosfor berperan penting dalam fotosintesis dan perkembangan akar. Tanaman memerlukan fosfor untuk menstimulasi pertumbuhannya karena fosfor mengatur banyak proses enzimatik. Persoalan yang umum dihadapi padafosfor dalam tanah adalah tidak semua fosfor dapat segera tersedia untuk tanaman. Fosfor tidak mudah hilang dari dalam tanah karena proses pencucian tetapi tetap terjerap pada permukaan koloid tanah. Hal ini yang menyebabkan fosfor yang berada di dalam tanah tidak langsung dapat diserap oleh tanaman. Untuk mengatasi keterbatasan P tersedia maka petani cenderung menambahkan pupuk fosfat dalam jumlah banyak untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Namun pemupukan P secara berlebihan menyebabkan terjadinya akumulasi residu P dalam tanah. Pada kondisi seperti ini maka pemupukan selanjutnya tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil. Menurut penelitian Sitorus (2013) tanah sawah di Pulau Jawa telah mengalami penumpukan residu P sangat tinggi yang terlihat dari kadar P-HCl 25% rata-rata sebesar 721 ± 436 (n=7) untuk Jawa Barat, 1320 ± 762 (n=11) untuk Jawa Tengah, dan 784 ± 283 (n=5) ppm P2O5 untuk Jawa Timur.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu diupayakan untuk meningkatkan ketersediaan residu P.
Bahan organik mempunyai peran yang penting karena berpengaruh terhadap ketersediaan hara bagi pertumbuhan tanaman dan di dalam tanah mempunyai beberapa fungsi, yaitu fungsi hara, fungsi biologi, fungsi fisik, fungsi kimia dan fungsi fisiologis (Anwar dan Sudadi, 2013). Dengan demikian bahan organik adalah salah satu aspek yang sangat penting bagi kesuburan tanah. Ketersediaan P dalam tanah dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Cara pertama yaitu melalui penggenangan. Pada tanah tergenang, Fe3+ akan tereduksi menjadi Fe2+dan menjadi bentuk yang mudah larut. Pada keadaan ini ketersediaan P bagi tanaman akan meningkat (Anwar dan Sudadi, 2013). Cara selanjutnya untuk meningkatkan ketersediaan fosfor adalah dengan menambahkan bahan organik. Hasil dekomposisi bahan organik yang berupa asam-asam organik dapat membentuk ikatan khelasi dengan ion-ion Al dan Fe sehingga dapat menurunkan kelarutan ion Al dan Fe, maka dengan begitu ketersediaan P menjadi meningkat. Asam-asam organik yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik juga dapat melepaskan P yang terjerap oleh Al dan Fe sehingga ketersediaan P meningkat (Nurhayati et al. 1986). Pada tanah masam, konsentrasi fosfat dalam tanah dikendalikan oleh kelarutan variskit (AlPO4·2H2O) dan strengit (FePO4·2H2O),
dan seri keduanya. Pada tanah alkalin konsentrasi fosfat dikendalikan oleh kelarutan oktokalsium fosfat (Ca4H(PO4)3) dan apatit (Ca5(OH)(PO4)3) (Anwar
dan Sudadi, 2013).
Tujuan
Penelitian mengenai perubahan ketersediaan P dikarenakan penambahan bahan organik pernah dilakukan oleh Djuniwati et al. (2011). Namun untuk
2
penelitian P cepat tersedia pada tanah yang digenangi belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang ditujukan untuk mempelajari pengaruh pemberian bahan organik terhadap P cepat tersedia pada tanah yang digenangi.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel tanah yang diambil dari lahan sawah Cangkurawok. Penelitian dan analisis dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian di laboratorium dilakukan dari bulan Februari 2014 hingga September 2014.
Pengambilan dan Persiapan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah dilaksanakan pada tanggal 11 Desember 2013 dengan metode komposit sebanyak 5 titik pada hamparan sawah seluas 1000 m2. Sampel tanah yang sudah diambil kemudian dikeringudarakan untuk kemudian ditumbuk dan disaring menggunakan ayakan 0.5 cm (Gambar 1). Tanah yang sudah ditumbuk kemudian ditimbang seberat 200 gram BKM ke dalam pot percobaan sebanyak 18 pot.
Gambar 1 Penumbukan Tanah Menggunakan Alu
Perlakuan Bahan Organik dan Inkubasi Tanah
Sumber bahan organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk komersial. Ada 6 dosis dan 3 kali ulangan yang digunakan dalam penelitian kali ini, yang pertama adalah kontrol (tidak diberi bahan organik), lalu berturut-turt dosis 500, 750, 1000, 2000, dan 5000 kg/ha, atau setara dengan 0.05, 0.075, 0.10, 0.20, dan 0.50 g/pot. Penyetaraan didapat dengan mengasumsikan bahwa BD sebesar 1 g/cm3 dan kedalaman tanah diperhitungkan sedalam 20 cm. Sampel tanah yang sudah diberi bahan organik kemudian digenangi setinggi ± 3 cm di atas permukaan tanah selama 28 hari dan dianalisis secara berkala setiap minggu.
3
Ekstraksi dan Penetapan P Cepat Tersedia
Untuk menetapkan nilai P cepat tersedia digunakan metode fraksionasi Tiessen dan Moir (1993) khusus untuk mengekstrak bentuk P cepat tersedia. Secara lengkap berbagai fraksi P berdasarkan fraksionasi Tiessen dan Moir (1993) yang diekstrak dengan pengekstrak spesifik adalah sebagai berikut:
1. Resin-Pinorganik (Pi) adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman.
2. Pi, Po-NaHCO3 adalah fraksi P yang cepat tersedia karena diikat oleh Fe
dan Al secara lemah.
3. Pi, Po-NaOH adalah fraksi P yang lambat tersedia karena diikat oleh Fe dan Al secara lebih kuat.
4. Pi, Po-HCl adalah fraksi P yang tidak tersedia.
5. Residual P adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai “occluded” P dan sangat sukar larut.
Pada penetapan ini P cepat tersedia dianalisis tanpa melakukan analisis P-resin terlebih dahulu, sehingga dalam penelitian ini P cepat tersedia mencakup juga P-resin. Proses pengekstraksian diawali dengan menimbang tanah sekitar 0.8 g (berat basah) dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifusi 25 mL. Setelah sampel dimasukkan ke dalam tabung maka ditambahkan larutan pengekstrak sebanyak 20 mL 0.5 M NaHCO3. Pada metode Tiessen dan Moir sampel seharusnya dikocok
selama 16 jam secara terus menerus dan disentrifusi selama 10 menit dengan kecepatan 25000 rpm. Dikarenakan alasan keamanan dan keterbatasan fasilitas pada laboratorium tempat dilaksanakannya penelitian ini maka sampel dikocok menggunakan shaker selama 2 × 2 jam dengan jeda 30 menit, dibiarkan semalaman, lalu dikocok lagi selama 2 × 2 jam dengan jeda waktu yang sama. Sampel kemudian disentrifusi selama 2 × 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Setelah sampel disentrifusi maka sampel disaring dengan menggunakan vacuum pump dan saringan milipore 0.45 µm. Sisa tanah yang berada dalam tabung ekstraksi kemudian dikeringudarakan, lalu tanah dioven pada suhu 105oC selama 24 jam untuk mendapatkan bobot kering mutlak (BKM).
Penetapan P Inorganik NaHCO3
Penetapan P inorganik NaHCO3 (Pi-NaHCO3) dilakukan dengan memipet
ekstrak sebanyak 10 mL ke dalam tabung sentrifusi dan kemudian diasamkan menggunakan larutan 0.9 M H2SO4 sebanyak 6 mL. Setelah itu sampel
dimasukkan ke dalam kulkas selama 30 menit untuk kemudian disentrifusi selama 2 × 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm, lalu didekantasi ke dalam labu takar 50 mL. Sesuai kebutuhan pewarnaan MR (Murphy dan Riley) untuk pengukuran konsentrasi P larutan, maka terhadap larutan ini perlu dilakukan pengaturan pH dengan indikator paranitrofenol (pH 5 – 7). Caranya adalah larutan dalam labu takar diberi sekitar 5 tetes indikator paranitrofenol, lalu ditetesi larutan 4 M NaOH sampai larutan berwarna kuning tetap, dan kemudian ditetesi dengan larutan 0.25
4
dengan menggunakan larutan MR (Murphy dan Riley) sebanyak 8 mL kemudian ditera dengan menggunakan aquades sampai tepat 50 mL. Dengan cara yang sama deret standar 0, 0.1, 0.3, 0.5 dan 1.0 ppm P juga dipersiapkan. Konsentrasi P pada larutan sampel dan larutan standar diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 712 nm.
Penetapan P Total NaHCO3
Penetapan P total (Pt) NaHCO3 dilakukan dengan memipet ekstrak
sebanyak 5 mL ke dalam botol vial kecil, lalu diberikan 10 mL 0.9 M H2SO4 dan
0.5 g serbuk ammonium persulfat. Gelas vial kemudian ditutup menggunakan alumunium foil, lalu diautoklaf selama 60 menit. Setelah sampel diautoklaf, larutan didekantasi ke dalam labu takar 50 mL. Kemudian dilakukan pengaturan pH menggunakan indikator paranitrofenol, larutan 4 M NaOH dan 0.25 M H2SO4
sebagaimana diuraikan sebelumnya. Pewarnaan menggunakan larutan MR (Murphy dan Riley) sebanyak 8 mL kemudian ditera menggunakan aquades sampai tepat 50 mL dan diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 712 nm. Deret standar disiapkan dengan cara yang sama.
Penetapan P Organik NaHCO3
Nilai P organik cepat tersedia (Po-NaHCO3) didapatkan dari selisih antara
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Sifat Tanah Awal
Hasil analisis pendahuluan ditampilkan pada Tabel 1. Status sifat kimia tanah dinilai berdasarkan kriteria penilaian Balai Penelitian Tanah (2009). Berdasarkan hasil analisis tersebut kadar P-Bray I termasuk harkat sedang, kadar N-total berada pada harkat sedang, K-dd termasuk pada harkat rendah dan Ca-dd nya termasuk pada harkat tinggi sehingga secara umum kesuburan tanah pada tanah sawah Cangkurawok termasuk sedang. Kadar P-HCl 25% yang merupakan cadangan P dan diperkirakan akibat penumpukan residu pemupukan P adalah sebesar 235.21 ppm P yang tergolong tinggi.
Tabel 1 Hasil Analisis Tanah Awal Tanah Sawah Cangkurawok (Anwar dan Murtilaksono, 2014)
No. Sifat Tanah Nilai (Harkat)
1 pH 5.90 (agak masam) 2 C-organik (%) 2.45 (sedang) 3 N-total (%) 0.23 (sedang) 4 P-Bray I (ppm P) 20.46 (sedang) 5 P-HCl 25% (ppm P) 231.72 (tinggi) 6 K-Bray I (ppm K) 35.40 (sedang) 7 K-HCl 25% (ppm K) 235.21 (tinggi) 8 Ca-dd 12.67 (tinggi) 9 Mg-dd 1.39 (sedang) 10 K-dd 0.29 (rendah) 11 Na-dd 0.58 (sedang) 12 KTK (me/100g) 21.49 (sedang) 13 KB (%) 69.47 (sangat tinggi) 14 Al-dd (me/100g) Tr 15 H-dd (me/100g) 0.20 16 Fe-0,05N HCl (ppm) 22.40 17 Cu-0,05N HCl (ppm) 1.45 18 Zn-0,05N HCl (ppm) 8.74 19 Mn-0,05N HCl (ppm) 24.04 20 Pasir (%) 17.71 21 Debu (%) 31.27 22 Klei (%) 51.02
23 Kelas tekstur klei berat
6
Hasil Analisis Pupuk Organik
Karakteristik pupuk organik yang digunakan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan pada Permentan No. 70/Permentan/SR.140/10/2011, dapat diketahui bahwa jenis pupuk organik yang digunakan memiliki parameter yang telah memenuhi persyaratan teknis yang berlaku untuk pupuk organik.
Tabel 2 Hasil Analisis Pupuk Organik Komersial (Sumber: Anwar dan Murtilaksono, 2014)
Keterangan:*) Standar mutu sesuai Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011 tr = tidak terukur atau dianggap nol.
Kandungan hara makro berupa N, P2O5, K2O pada pupuk sebesar 5.15%
telah memenuhi standar minimal 4%. Kandungan P total pupuk organik sebesar 2.88% P2O5, sementara kandungan cadangan P tanah sebesar 235.21 ppm P.
Sesuai dengan perlakuan bahan organik yang dilakukan, maka kemungkinan pupuk organik akan berkontribusi terhadap P terukur paling tinggi 1.35% pada dosis terendah dan 13.5% pada dosis tertinggi, sehingga tidak dilakukan koreksi adanya P terukur yang bersumber dari bahan organik yang ditambahkan.
No Parameter Pupuk Organik Komersial Standar Mutu*) 1 pH 7.65 4 – 9 2 Kadar air (%) 15.70 8 – 20 3 C-organik (%) 15.90 min 15 4 N-total (%) 0.82 - 5 C/N 19.39 15 – 25 6 P2O5 (%) 2.88 - 7 K2O (%) 1.45 - 8 N+ P2O5+ K2O (%) 5.15 min 4 9 Fe total (ppm) 186.76 maks 9.000 10 Fe tersedia (ppm) 34.15 maks 500 11 Mn (ppm) 438.76 maks 5.000 12 Zn (ppm) 104.98 maks 5.000 13 As (ppm) tr maks 10 14 Hg (ppm) tr maks 1 15 Pb (ppm) tr maks 50 16 Cd (ppm) tr maks 2 17 La (ppm) tr 0 18 Ce (ppm) tr 0
7
Pengaruh Bahan Organik terhadap P Cepat Tersedia
Hasil Analisis Pi-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Pi-NaHCO3 secara keseluruhan pada setiap dosis dan
ulangan bahan organik ditunjukkan pada Gambar 2, sedangkan rataannya disajikan pada Gambar 3. Secara rata-rata bahan organik meningkatkan konsentrasi Pi-NaHCO3 pada dosis 500 kg/ha lalu menurunkan kembali
konsentrasi Pi-NaHCO3 (Gambar 3).
Gambar 2 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sebaran Konsentrasi Pi-NaHCO3. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 1000 2000 3000 4000 5000 Pi -N aH CO 3 (p p m P)
Dosis Bahan Organik (kg/ha)
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5
Gambar 3 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Pi-NaHCO3
0 10 20 30 40 50 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Pi -N aHC O3 (p p m P)
8
Pada Gambar 3 terlihat bahwa pada dosis 0 kg/ha kadarnya 18.35 ppm P lebih rendah daripada konsentrasi Pi-NaHCO3 dengan dosis 500 kg/ha yaitu 19.43
ppm P, pada dosis 750 kg/ha konsentrasi Pi-NaHCO3 mengalami penurunan
dengan konsentrasi sebesar 18.58 ppm P, terus menurun hingga pada dosis 2000 kg/ha konsentrasinya naik menjadi 20.38 ppm P, hingga kemudian naik kembali pada dosis 5000 kg/ha dengan konsentrasi sebesar 21.77 ppm P. Gambar 4 menunjukkan pengaruh bahan organik terhadap Pi-NaHCO3 pada setiap masa
penggenangan.
Hasil Analisis Po-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Po-NaHCO3 disajikan pada Gambar 5. Konsentrasi
Po-NaHCO3 relatif lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi Pi-NaHCO3
dan pada Gambar 5 kecenderungan perubahan polanya masih fluktuatif, lebih jelasnya perubahan pola disajikan pada Gambar 6.
Gambar 4 Pengaruh Bahan Organik terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3 pada
Setiap Minggu Penggenangan 0 10 20 30 40 0 500 750 1000 2000 5000 Pi -N aH C O3 (p pm P) Minggu ke-1 0 10 20 30 40 0 500 750 1000 2000 5000 Minggu ke-2 0 10 20 30 40 0 500 750 1000 2000 5000 Pi -N aH C O3 (p pm P) Minggu ke-3 0 10 20 30 40 0 500 750 1000 2000 5000
Dosis Bahan Organik (kg/ha) Minggu ke-4 0 10 20 30 40 0 500 750 1000 2000 5000 Pi -N aH C O3 (p pm P)
Dosis Bahan Organik (kg/ha) Minggu Ke-5
9
Pada Gambar 6 konsentrasi Po-NaHCO3 pada kontrol sebesar 33.25 ppm P
lebih rendah daripada tanah yang telah diberi bahan organik yaitu pada dosis 500 kg/ha sebesar 34.65 ppm P, pada dosis 750 kg/ha sebesar 38.25 ppm P, pada dosis 1000 kg/ha menurun menjadi 37.87 ppm P dan terus turun menjadi 34.863 ppm P pada dosis 2000 kg/ha dan pada dosis terbesar yaitu 5000 kg/ha konsentrasi Po-NaHCO3 menjadi 30.18 ppm P.
Hasil Analisis Pt-NaHCO3
Perubahan pola pada P total NaHCO3 dapat dilihat pada Gambar 7, dan
rataannya disajikan pada Gambar 8. Terlihat pada Gambar 7 secara umum nilai P total yang berada di dalam tanah meningkat pada dosis 500 kg/ha kemudian Gambar 5 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sebaran Konsentrasi Po-NaHCO3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 1000 2000 3000 4000 5000 Po -N aH CO 3 (p p m P)
Dosis Bahan Organik (kg/ha)
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5
Gambar 6 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi Po-NaHCO3
0 10 20 30 40 50 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Po -N aH CO3 (p p m P)
10
menurun untuk dosis selanjutnya dan kemudian naik kembali pada dosis tertinggi yaitu 5000 kg/ha.
Pada Gambar 8 terlihat adanya lonjakan kenaikan ppm Pt-NaHCO3 dari
kontrol sebesar 43.39 ppm P menjadi 54.84 ppm P pada dosis 500 kg/ha, terus naik pada dosis selanjutnya yaitu 750 kg/ha menjadi 55.37 ppm P, kemudian menurun pada dosis 1000 kg/ha menjadi 45.51 ppm P, pada dosis 2000 kg/ha menjadi 34.86 ppm P kemudian naik kembali pada dosis 5000 kg/ha turun menjadi 46.563 ppm P.
Gambar 7 Pengaruh Bahan Organik terhadap Sebaran Konsentrasi Pt-NaHCO3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 1000 2000 3000 4000 5000 Pt --N aH CO 3 (p p m P)
Dosis Bahan Organik (kg/ha)
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4 Minggu ke-5
Gambar 8 Pengaruh Bahan Organik terhadap Rataan Konsentrasi ppm Pt-NaHCO3 0 10 20 30 40 50 60 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 Pt -N aH CO3 (p p m P)
11
Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap P Cepat Tersedia Hasil Analisis Pi-NaHCO3
Hubungan antara konsentrasi Pi-NaHCO3 dengan waktu penggenangan
disajikan pada Gambar 9, sedangkan konsentrasi rataannya terdapat pada Gambar 10.
Pada Gambar 10 ditunjukkan bahwa konsentrasi Pi-NaHCO3 pada waktu
penggenangan minggu pertama yaitu 13.45 ppm P lebih kecil daripada minggu minggu selanjutnya, yaitu sebesar 19.78 ppm P pada minggu kedua dan terus naik menjadi 25.04 ppm P pada minggu ketiga, namun turun menjadi 20.02 ppm P pada minggu keempat, dan 16.96 ppm P pada minggu kelima. Pada Gambar 11 ditunjukkan nilai rataan pengaruh waktu penggenangan dengan konsentrasi Pi-NaHCO3 pada masing-masing dosis bahan organik.
Gambar 9 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi Pi-NaHCO3 0 5 10 15 20 25 30 35 40 0 1 2 3 4 5 6 Pi -N aH CO 3 (p p m P)
Waktu Penggenangan (minggu)
Dosis 0 kg/ha Dosis 500 kg/ha Dosis 750 kg/ha Dosis 1000 kg/ha Dosis 2000 kg/ha Dosis 5000 kg/ha
Gambar 10 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi ppm Pi-NaHCO3 0 10 20 30 40 0 1 2 3 4 5 6 Pi -N aH CO 3 (p p m P)
12
Hasil Analisis Po-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Po-NaHCO3 dapat dilihat pada Gambar 12. Rataan
konsentrasinya dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 11 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Konsentrasi Pi-NaHCO3
pada Setiap Dosis Bahan Organik. 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 Pi -N aH C O3 (p pm P) 0 kg/ha 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 500 kg/ha 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 Pi -N aH C O3 (p pm P) 750 kg/ha 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 1000 kg/ha 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5 Pi -N aH C O3 (p pm P)
Waktu Penggenangan (minggu) 2000 kg/ha 0 10 20 30 40 1 2 3 4 5
Waktu Penggenangan (minggu) 5000 kg/ha
Gambar 12 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi Po-NaHCO3 0 10 20 30 40 50 60 0 1 2 3 4 5 6 Po -N aH CO 3 (p p m P)
Waktu Penggenangan (minggu)
Dosis 0 kg/ha Dosis 500 kg/ha Dosis 750 kg/ha Dosis 1000 kg/ha Dosis 2000 kg/ha Dosis 5000 kg/ha
13
Pada Gambar 13, konsentrasi Po-NaHCO3 pada minggu pertama sebesar
12.14 ppm P naik hingga minggu kedua menjadi 39.41 ppm P, namun kemudian menurun lagi pada minggu ketiga sebesar 36.61 ppm P dan naik kembali pada minggu keempat menjadi 45.13 ppm P hingga minggu kelima sebesar 47.69 ppm P.
Hasil Analisis Pt-NaHCO3
Sebaran konsentrasi Pt-NaHCO3 berdasarkan lama waktu
penggenangannya dapat dilihat pada Gambar 14.Pada Gambar 14 secara umum terlihat bahwa konsentrasi Pt-NaHCO3 terus meningkat hingga minggu
penggenangan kelima. Pada Gambar 15 ditampilkan pengaruh lama penggenangan terhadap rataan konsentrasi Pt-NaHCO3.Terlihat pada Gambar 15
bahwa konsentrasi Pt-NaHCO3 terus meningkat dari minggu penggenangan
pertama sebesar 22.23 ppm P hingga minggu kedua sebesar 59.19 ppm P namun sedikit menurun pada minggu ketiga menjadi 54.39 ppm P dan naik kembali pada minggu penggenangan keempat menjadi 63.52 ppm P dan pada minggu kelima nilainya sebesar 64.65 ppm P.
Gambar 13 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi Po-NaHCO3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 1 2 3 4 5 Po -N aH CO3 (p p m P)
14
Gambar 14 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Sebaran Konsentrasi Pt-NaHCO3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 2 4 6 Pt -N aH CO 3 (p p m P) Waktu Penggenangan
P Total Dosis 0 kg/ha P Total Dosis 500 kg/ha P Total Dosis 750 kg/ha P Total Dosis 1000 kg/ha P Total Dosis 2000 kg /ha P Total Dosis 5000 kg/ha
Gambar 15 Pengaruh Waktu Penggenangan terhadap Rataan Konsentrasi Pt-NaHCO3 0 10 20 30 40 50 60 70 80 0 1 2 3 4 5 6 Pt -N aH CO3 (p p m P)
15
Pembahasan
Bentuk-bentuk P di dalam tanah adalah bentuk yang tidak statis namun berupa kesetimbangan erapan-pelepasan dan kesetimbangan pengendapan-pelarutan yang terus berubah-ubah (Parfitt et al., 1989). Dalam penelitian ini, fluktuasi ini sangat terlihat jelas, baik dikarenakan adanya peningkatan penambahan bahan organik, maupun seiring dengan lamanya waktu penggenangan. Pada penelitian ini diperkirakan fluktuasi sangat berkaitan dengan dinamika reaksi oksidasi-reduksi. Bahan organik dalam reaksi oksidasi-reduksi berperan sebagai penyumbang atau pendonor elektron, sehingga penambahan bahan organik diperkirakan mengakibatkan reaksi reduksi akan lebih cenderung terjadi. Penggenangan akan menghambat difusi oksigen ke dalam tanah sehingga reaksi reduksi akan lebih mudah terjadi. Adanya fluktuasi menunjukkan adanya fenomena sebaliknya. Walaupun demikian secara rata-rata konsentrasi P cepat tersedia terus meningkat sejalan dengan naiknya dosis bahan organik yang diberikan. Terlihat pada Gambar 8 konsentrasi Pt-NaHCO3 terhadap bahan
organik terdapat kenaikan senilai 0.16 ppm pada dosis pertama hingga kedua, sedangkan kenaikan 0.1 – 0.2 ppm saja sudah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Anwar dan Sudadi, 2013).
Pi-NaHCO3 diinterpretasikan sebagai P yang berkorelasi tinggi dengan
serapan P oleh tanaman dan mikroba (Hartono et al., 2006). Dalam penelitian ini P-NaHCO3 disebut sebagai P inorganik cepat tersedia. Meningkatnya nilai
Pi-NaHCO3 diduga karena tingginya kadar Fe dan Al hidrous oksida dalam
tanah-tanah sawah. Banyaknya fosfor inorganik dalam tanah-tanah sekitar 35% hingga 70% dari P total di dalam tanah (Shen et al., 2011). Secara umum P cepat tersedia akan meningkat sejalan dengan lamanya waktu penggenangan, namun sedikit terjadi fluktuasi dikarenakan adanya aktivitas redoks pada tanah tergenang. Tanah yang digenangi akan mengalami peningkatan konsentrasi P dalam larutan tanah kemudian menurun untuk semua jenis tanah, tetapi nilai tertinggi dan waktu terjadinya bervariasi tergantung sifat tanah (Yoshida, 1981). Pada kondisi tergenang terdapat proses redoks yang dinamis dan terus berubah. Kondisi tereduksi menyebabkan Fe3+ akan menjadi bentuk yang lebih larut yaitu Fe2+ sehingga membebaskan sebagian P terfiksasi menjadi lebih tersedia untuk tanaman, namun pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah tanah tanpa tanaman yang menyebabkan P yang berada dalam larutan menjadi jenuh dan terjadi presipitasi kembali oleh Fe atau diretensi kembali oleh koloid tanah. Jerapan Fe dan Al terhadap P disebabkan oleh besarnya area permukaan Fe dan Al oksida yang menyebabkan tersedianya tempat untuk adsorbsi. Dalam reaksi yang lebih jauh lagi, P dapat terselubung dalam nanopores pada Fe/Al oksida dan menjadi tidak tersedia untuk tanaman (Arai dan Sparks, 2007).
Po-NaHCO3 berasal dari organik yang terikat lemah dengan Fe dan Al
hidrous oksida, akar tanaman menyerap P dalam bentuk Po terlebih dahulu sehingga Po merupakan sumber energi utama untuk tanaman. Pada penelitian ini Po-NaHCO3 memiliki kecenderungan naik. Naiknya Po-NaHCO3 dikarenakan
adanya implikasi dari naiknya dosis bahan organik yang diberikan. Bahan organik tanah mempengaruhi fiksasi P dalam beberapa cara diantaranya yaitu dengan
16
melakukan penggantian ion fosfat oleh ion humat pada kompleks jerapan, pembentukan kompleks fosfo-humat, pelapisan seskuioksida oleh bahan humus sehingga tidak tersedia tapak untuk menjerap P (Havlin, 2005). Bahan organik juga mampu meningkatkan ketersediaan P melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam asam organik dan CO2. Asam asam organik seperti asam
malonat, asam oksalat dan asam tatrat akan menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat mengikat ion Al, Fe dan Ca dari dalam larutan tanah, kemudian membentuk senyawa komplek yang sukar larut, sehingga konsentrasi ion-ion Al, Fe dan Ca yang bebas dalam larutan akan berkurang dan fosfat tersedia akan meningkat (Nurhayati et al., 1986).
Turunnya nilai Po-NaHCO3 (Gambar 6) disebabkan oleh adanya
imobilisasi oleh mikroorganisme sehingga menjadi bentuk yang tidak tersedia, juga terjadinya mineralisasi menjadi bentuk Pi-NaHCO3. Ada dua faktor yang
menunjukkan bahwa mineralisasi dari P organik terjadi dalam tanah: (1) kadar P organik tanah berkurang sedangkan bentuk P inorganik bertambah, (2) menurunnya kadar P organik berkorelasi dengan meningkatnya kadar P terekstrak (inorganik) (Leiwakabessy et al., 2003). Bentuk P organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Pada tanah gambut jumlah dari bentuk ini jauh melampaui bentuk P inorganik bahkan dapat mencapai lebih dari 80 %. Kadar P-organik dalam bahan organik kurang lebih sama dengan kadarnya dalam tanaman, yaitu antara 0.2% - 0.5% dan juga terdiri dari inositol fosfat, asam nukleat, fosfolipida, dan berbagai senyawa ester yang stabil berasal dari dinding sel bakteri dan jasad renik lainnya (Leiwakabessy et al., 2003).
Menurut Anwar dan Sudadi (2013) ketersediaan fosfor pada tanah tergenang akan meningkat karena beberapa sebab, yaitu: (1) reduksi Fe3+, (2) tersedianya P karena pelarutan lapisan oksidasi di sekitar partikel P, (3) hidrolis FePO4 dan AlPO4 pada tanah masam yang membebaskan sebagian P terfiksasi
disebabkan kenaikan pH, (4) peningkatan mineralisasi P-organik pada tanah masam akibat kenaikan pH 6-7, (5) peningkatan kelarutan apatit pada tanah kalkareus jika pH turun menjadi sekitar 6.5, dan (6) peningkatan difusi ion H2PO4.
Namun pada penelitian ini diperkirakan faktor yang menyebabkan peningkatan konsentrasi P-NaHCO3 adalah faktor pertama dan kedua .
Reaksi kimia yang berlangsung antara ion-ion fosfat dengan ion-ion besi yang bebas akan menghasilkan bentuk hidroksi fosfat yang tidak larut. Akibatnya hanya sebagian kecil dari ion fosfat yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman (Nurhayati et al.,1986). Terlihat pada Gambar 10 konsentrasi Pi-NaHCO3
menurun dari minggu penggenangan ketiga hingga kelima, hal ini diperkirakan terjadi karena adanya agregat tanah yang pecah dan kemudian mengakibatkan lepasnya oksigen yang terjebak dalam agregat pada awal penggenangan kembali ke dalam sistem sehingga nilai Eh meningkat, dan terjadi peristiwa oksidasi yang mengakibatkan P kembali dijerap oleh Fe (Gambar 16). Pada penelitian ini, konsentrasi Pt-NaHCO3 secara umum naik, meskipun ada kecenderungan
menurun yang disebabkan oleh berbagai hal, yaitu: (1) adanya aktivitas mikroorganisme yang menyebabkan turunnya ketersediaan P, (2) presipitasi kembali oleh Fe yang berada di dalam tanah dan (3) berubahnya fraksi fosfor ke dalam fraksi yang lebih sulit tersedia.
17
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Penambahan bahan organik dan lama penggenangan secara umum mampu meningkatkan jumlah P cepat tersedia, namun demikian terdapat fluktuasi terkait dengan dinamika redoks.
Saran
Perlu dilakukannya fraksionasi P secara lebih lengkap untuk mengetahui perubahan-perubahan fraksi secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar S dan Murtilaksono K. 2014. Uji Efektivitas Pupuk Petroganik terhadap Perbaikan Sifat Fisik Kimia Tanah dan Produktivitas Tanaman Padi di Cangkurawok, Musim Tanam II. Kerjasama antara PT PETROKIMIA GRESIK dan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anwar S dan Sudadi U. 2013. Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Edisi Keempat (ISBN 978-979-25-4983-6). Bogor. Arai Y and Sparks DL. 2007. Phosphate reaction dynamics in soils and soil
minerals : A multiscale approach. Adv Agron. 94: 135-179.
Balai Penelitian Tanah. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balittan. Bogor.
Barrow NJ. 1983. On the reversibility of phosphorus sorption by soils. Soil Sci. 22: 289-301.
Gambar 16 Karat yang Berada di Pinggiran Pot Menandakan adanya Aktivitas Oksidasi Fe
18
Djuniwati S, Nugroho B, and Pulunggono HB. 2011. The changes of p-fractions and solubility of phosphate rock in ultisol treated by organic matter and phosphate rock. J Trop Soils. Vol.17, No 3, 2012: 203-210
Hartono A, Funakawa S, and Kosaki T. 2006. Transformation of added phosphorus to acid upland soils with different soil properties in Indonesia.
Soil Sci. Plant Nutr., 52:734-744.
Havlin JL, Beaton JD, Nelson SL, and Nelson WL. 2005. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Pearson Pretice Hall. New Jersey.
Leiwakabessy FM, Wahjudin UM, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Diktat Kuliah Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Nurhayati, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SS, Saul MR, Diaha MA, Go BH,
dan Bailey HH. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Ilmu Tanah. BKS-PTN/USAID (University of Kentucky) W. U. A. E.
Parfitt RL, Hume LJ, and Sparlin 1989. Loss of availability of phosphate in New Zealand soils. Soil Sci. 40: 371-382.
Shen J, Yuan L, Zhang J, Li H, Bai Z, Chen X, Zhang W, and Zhang F. 2011. Phosphorus dynamics: From soil to plant. American Soc. Plant of Biologists. 156(3):997-1005.
Sitorus TE. 2013. Analisis Status Hara Fosfor Pada Berbagai Lahan Pertanian Pangan di Pulau Jawa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tiessen H and Moir JO. 1993. Characterization of Available P Sequential
Extraction. In Soil Sampling and Method Analysis. Ed Carter MR. Canadian Society of Soil Science. Lewis Publisher, Boca Raton, Florida. Willet IR, Chartres CJ, and Nguyen TT. 1988. Migration of Phosphate into
aggregated particles of ferryhydrite. Soil Sci. 39: 275-282.
Yoshida S. 1981. Foundamentals of Rice Crop Science. The International Rice Research Institute, Manila. Philipine.
19
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 April 1993 sebagai anak ketiga dari Bapak Boediono (alm.) dan Ibu Ninik Kartini. Tahun 1998 penulis memulai studinya di SDN Jatimakmur V hingga lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 128 Jakarta pada tahun 2004-2007. Setelah lulus dari SMP penulis melanjutkan studi di SMAN 67 Jakarta pada tahun 2007-2010.
Tahun 2010 penulis mengikuti seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur mandiri atau UTM dan melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor dengan Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan. Untuk menunjang pendidikan maka penulis mengambil beberapa mata kuliah tambahan yang disebut
Supporting Course. Mata kuliah tambahan tersebut antara lain adalah Bahasa Inggris Lanjut dari MKDU, Ekonomi Pertanian dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Pengelolaan Nutrisi Hutan dari Fakultas Kehutanan dan Metode Penangkapan Ikan dari Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Selain itu penulis aktif menjadi reporter di UKM Koran Kampus pada masa jabatan 2010-2011, 2011-2012. Penulis juga aktif dalam organisasi HMIT (Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah) pada masa jabatan 2011-2012 dan 2012-2013 sebagai anggota pada divisi INFOKOM. Penulis juga beberapa kali menjadi Master of
Ceremony pada berbagai kegiatan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah dan Pengantar Kimia Tanah semester genap tahun 2014, selain itu penulis mengikuti berbagai kegiatan dengan menjadi anggota maupun panitia.