• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PENGADAAN MATERIAL PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN METODE MATERIAL REQUOREMENT PLANNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERENCANAAN PENGADAAN MATERIAL PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN METODE MATERIAL REQUOREMENT PLANNING"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1

PERENCANAAN PENGADAAN MATERIAL PADA

PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DENGAN

METODE

MATERIAL REQUOREMENT PLANNING

(MRP)

(Studi Kasus: Proyek Pembangunan Hotel The 101 Jalan Suryakencan Kota Bogor)

Oleh:

Wembi Misikmbo, Ike Pontiawaty, Heny Purwanti

A B S T R A K

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan satu kali dalam jangka waktu yang pendek. Karakteristik proyek dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya dan membutuhkan organisasi yang tepat. Proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain) yaitu: spesifikasi, time schedule, dan biaya. Perencanaan pengadaan material adalah pekerjaan yang dipandang serius dan tidak terpisahkan dari kegiatan proyek konstruksi. Dalam pengadaan material pada proyek mengalami keterlambatan, akan mengakibatkan dampak yang negatif terhadap progress aktivitas proyek yang berlangsung, dan secara tidak langsung mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek dan biaya yang sudah ditetapkan. Diperlukan penelitian yang baik untuk mengetahui metode yang tepat untuk meminimalisasi kendala-kendala tersebut dan mengurangi biaya yang ekonomis

Hal ini bertujuan untuk mengetahui teknik lotsizing mana yang menghasilkan biaya pengadaan material paling minimum pada proyek pembangunan gedung Hotel The 101 Bogor. Dalam perencanaan pengadaan material, metode yang akan digunakan adalah Materila Requirement Planning (MRP), dimana metode ini akan mengacu pada kebutuhan item–item yang sifatnya ketergantungan (dependent). Metode Material Requirement Planning (MRP) menginput data diantaranya volume material, time schedule, dan biaya persediaan. Teknik lotsizing yang digunakan dalam metode ini adalah teknik Lot for Lot (LfL). Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), dan Part Period Balancing (PPB).

Berdasarkan dari semua teknik yang dianalisa, teknik lotsizing yang menghasilkan biaya total paling ekonomis untuk semua material adalah teknik Part Period Balancing dengan biaya sebesar Rp.1,059,120.70 (satu milyar limapuluh sembilan juta seratus duapuluh ribu tujupuluh rupiah).

Kata kunci : Proyek, Pengadaan, Material Requirement Planning, teknik Lotsizing.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dewasa ini, dalam kegiatan konstruksi gedung pengadaan material menjadi kebutuhan yang dipandang serius oleh penyedia jasa. Hal ini dikarenakan, beberapa peneliti mengemukakan, biaya kebutuhan material dalam proyek konstruksi menyerap biaya hingga 50-70 % dari harga penawaran (Wulfram I. Evrianto 2004). Keterlambatan supliyer material dalam proyek akan memberikan dampak yang negatif sehingga mengakibatkan tertundanya pekerjaan dan akan mempengaruhi biaya dan waktu. Keinginan untuk menjaga biaya yang seekonomis mungkin dan waktu yang cepat untuk menyelesaikan pekerjaan adalah hal yang tidak mudah, tergantung pada perencanaan yang baik.

Melihat dari hal tersebut di atas, diperlukan perencanaan persediaan material yang baik, akan sangat bermanfaat untuk menjaga kemajuan dan kelanjutan dari pelaksanaan proyek pembangunan gedung Hotel The 101 Bogor dengan menerapkan metode yang efektif dan efisien, guna menjaga kemungkinan terjadinya pembengkakan biaya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Dengan latar belakang masalah di atas maka:

1. Maksud dari penelitian ini adalah memahami penerapan metode yang tepat agar mengoptimalkan biaya dan waktu kegiatan proyek menjadi afektif dan efisien.

2. Tujuan adalah mengendalikan pengadaan material sesuai dengan perencanaan yang dilakukan, baik biaya maupun waktu.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Material Requiremen Planning (MRP)

Menurut Diana K. Sofyan (2013), sistem perencanaan kebutuhan material atau dikenal dengan Material Requrement planning (MRP telah diperkenalkan sejak akhir dasawarsa pada tahun 1960-an yang ditemukan oleh Joseph Orlicky dari J.I Case Company.

Menurut Elis Pancawati dkk, dasar–dasar penyusunan Material Requirement Planning (MRP) yaitu:

 MRP menurunkan permintaan terikat untuk bahan–bahan baku, bahan–bahan pembantu, dan barang–barang setengah jadi berdasarkan jadwal pengolahan barang jadi.  MRP menetapkan jadwal pengadaan (seperti jadwal pengolahan atau pembelian) tidak jauh menyimpang dari jadwal penggunaannya.

2.2. Manfaat Sistem MRP

Metode ini menggunakan ilmu matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam proses pengadaan. Metode pengendalian pengadaan ini biasanya digunakan untuk mengendalikan

(2)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2 barang yang permintaannya hanya dipengaruhi oleh

mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produk. Secara umum asumsi untuk penggunaan persediaan tradisional adalah:

a. Permintaan lanjutan (continue demand). b. Permintaan independent.

c. Permintaan pada suatu periode dan lama waktu pengadaan bersifat random dan berdistribusi.

d. Naik–turunnya harga permintaan atau waktu pengadaan bersifat random sekitar rata–rata.

e. Kesalahan perkiraan bersifat random dan berdistribusi normal. 2.3. Kemampuan MRP

Metode Material Requrement Planning (MRP) ini bersifat oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan–aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan demikian, kehadiran MRP sangat berarti dalam meminimalisasi investasi persediaan, memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponen yang dibutuhkan dan sebagai alat pengendalian produksi dan pengadaan.

2.4. Input Sisitem MRP

Menurut Diana K. Sofyan (2013), ada 3 (tiga) proses input yang dibutuhkan dalam konsep MRP yang penting yaitu: a. Jadwal induk produksi (Master produk schedule), MPS

didasarakan pada peramalan permintaan produk akhir yang akan dibuat, MPS merupakan suatu rencana produksi yang menggambarkan hubungan antara kuantitas setiap jenis produk akhir yang diinginkan dengan waktu penyediaan. b. Catatan keadaan persediaan berisi tentang informasi atau

tentang catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua komponen yang ada dalam persediaan. c. Struktur produk, yaitu berisi informasi tentang hubungan

antara komponen–komponen dalam suatu proses untuk dikerjakan. Informasi ini dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Selain itu, struktur produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan komponen pada setiap tahap kegiatan dan jumlah produk akhir yang harus dibuat. Adapun gambaran struktur produk dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Struktur Produk (bill of materials) 2.5. Proses Pengolahan MRP

Menurut Elis Pancawati dkk, proses pengolahan MRP dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih). 2. Lotting (Penentuan Ukuran Pemesanan) 3. Offsetting (Penentuan Waktu Pemesanan)

2.6. Output Sistem MRP

Menurut Diana K. Sofyan (2013), keluaran (output) MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan cirri dari MRP yaitu:

1. Planned order schedule (jadwal pesanan terencana) adalah penentuan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.

2. Order release report (laporan pengeluaran pemesanan) berguna bagi pembeli yang akan digunakan untuk bernegosiasi dengan pemasok.

3. Changes to planning order (perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yaitu merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan perubahan jumlah pesanan.

4. Performance report (laporan penampilan) suatu tampilan yang menunjukan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan persediaan dan ukuran yang lain. 2.7. Teknik Penentuan Ukuran Lot

Menurut Elis Pancawati dkk teknik penentuan ukuran lot (lot size) adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan ukuran kuantitas pesanan. Ada dua cara pendekatan dalam menyelesaikan masalah lotsizing, yaitu pendekatan period by period dan level by level. Satu-satunya teknik lotsizing yang menggunakan pendekatan period by period yang ada sekarang adalah pendekatan koefisien. Pendekatan koefisien ini mempunyai kinerja yang lebih baik dari pada teknik-teknik lotsizing yang menggunakan pendekatan level by level. Akan tetapi pendekatan koefisien ini sangat sulit untuk diterapkan dalam MRP, sebab proses MRP yang sekarang dilaksanakan dengan level by level. Oleh karena itu teknik–teknik lotsizing yang menggunakan pendekatan level by level masih tetap digunakan dalam menentukan ukuran kuantitas pemesan pada MRP. Berikut metode yang akan digunakan dalam penentuan ukuran pemesanan diantaranya sebagai berikut:

1. Lot For Lot (LFL)

Teknik penetapan ukuran lot dengan ini dilakukan atas dasar pesanan diskrit, disamping itu teknik ini merupakan cara paling sederhanan dari semua teknik ukuran lot yang ada yang bertujuan untuk meminimumkan biaya simpan, sehingga dengan teknik ini biaya simpan menjadi nol.

2. Economic Order Quantity (EOQ)

Dalam teknik EOQ besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya–biaya pesan serta biaya-biaya simpan. Perumusan yang dipakai dalam teknik ini adalah sebagai berikut :

EOQ = √2𝐷̅𝑘 ℎ Dimana :

𝐷̅ = rata–rata kebutuhan K = biaya pesan per pesan h = biaya simpan per unit per periode

Lev. 1

A

Lev. 2

Lev. 3

F 3

E 1

E 3

D 2

B 2

C 3

(3)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3 3. Period Order Quantity (POQ)

POQ menggunakan logika dengan mengkonversikan EOQ berdasarkan jumlah periode. Suatu pesanan dengan interval ekonomi dihitung menggunakan rata– rata tingkat biaya permintaan dan dibulatkan kepada bilangan bulat yang paling dekat atau lebih besar dari nol. Kuantitas masing–masing pesanan diproyeksikan pada kebutuhan yang diperlukan. Interval pesanan ekonomi (EOI) diperoleh dari persamaan berikut:

EOI = EOQR = √RPH2RC Dimana :

EOI = interval pesanan ekonomi di dalam suatu periode

C = biaya pemesanan pada setiap pesanan H = biaya simpan pada setiap periode P = harga pembelian per unit

R = rata-rata nilai permintaan pada setiap periode 4. Part Period Balancing (PPB)

Part Period Balancing (PPB) adalah sebuah pendekatan yang lebih dinamis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan penyimpanan. PPB menggunakan informasi tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot berikutnya di masa datang.

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Data–data yang dibutuhkan dalam penelitian tugas akhir ini diambil dari data proyek yaitu, data umum dan data teknis dari proyek pembangunan gedung Hotel The 101 Bogor. Data–data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

1. Data Umum Proyek

Data umum proyek merupakan data yang berlingkup pada aktifitas proyek dengan meliputi nama proyek, lokasi proyek, pemilik proyek, penyedia jassa, waktu pelaksanaan proyek, dan untuk lebih lanjut akan dijelaskan di dalam bab berikutnya.

2. Data Teknis Penelitian

Datateknis untuk perencanaan pengadaan material terdiri dari:

 Gambar Kerja

Sebagai acuan dalam kegiatan proyek untuk meninjau area mana saja pekerjaan segera dilaksanakan.

Schedule (kurva S)

Sebagai acuan untuk mengetahui bagian–bagian pekerjaan mana saja segera dilaksanakan agar mempersiapkan persediaan material dan bobot presentase kegiatan mana saja yang harus ditinjau.  Jadwal Pelaksanaan

Sebagai acuan untuk mengetahui waktu persediaan material, pengadaan material, penggunaan material, perawatan material dalam proyek dan menghitung kebutuhan material.

 Struktur Produk Bill Of Material (BOM)

Sebagai acuan untuk mengetahui item volume pekerjaan yang akan ditinjau dan menentukan waktu pemesanan material.

3. Data Material

Data material merupakan data yang akan dipergunakan untuk mengetahui setiap kebutuhan material:

 Jenis-jenis material yang dibutuhkan dalam proyek  Spesifikasi material

 Lokasi pengambilan material

 Harga satuan barang yang dibutuhkan untuk pengadaan material

4. Lokasi Penelitian

Lokasi proyek gedung Hotel The 101 Bogor berada di Jalan Suryakencana No.171-179 Kelurahan Babakan Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor dan berikut Site Plane lokasi proyek.

3.2. Identifikasi Struktur Pekerjaan

Secara garis besar untuk pembangunan Hotel The 101 Bogor dilaksanakan bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan yang utama seperti pekerjaan persiapan, struktur bawah, lantai basement, struktur atas, dan finising. Gedung Hotel The 101 Bogor terdiri dari 12 lantai termasuk lantai mesin, dimana untuk lantai +2 sampai dengan lantai +8 adalah tower area mempunyai bentuk dan ukuran yang sama sedangkan lantai -3 sampai dengan +1 merupakan bagian podium area yang bentuk ukurannya berbeda. Dengan demikian, obyek penelitian pada studi kasus ini tertuju pada lantai 3 saja.

3.3. Langkah-langkah Penelitian

Langkah–langkah pengerjaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur mengenai perencanaan pengadaan material.

2. Pengumpulan data–data yang berkaitan dengan tugas akhir ini seperti Gambar kerja, Master Schedule pekerjaan, Analisan harga satuan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan Struktur Produk pada proyek pembangunan Hotel The 101 Bogor.

3. Membuat work breakdown structure sebagai hasil identifikasi pada objek penelitian. Dalam hal ini objek penelitian adalah pekerjaan struktur lantai 3. 4. Menyusun struktur produk/ bill of material (BOM)

dari hasil breakdown pelaksanaan pekerjaan struktur lantai 3 (tiga) dan menentukan material penyusun yang akan dianalisa kebutuhan.

5. Menghitung biaya persediaan untuk setiap jenis material. Dalam hal ini biaya persediaan material terdiri dari biaya pembelian material, biaya pemesanan material, dan biaya penyimpanan material pada proyek konstruksi.

6. Menghitung kebutuhan material total dari material– material penyusun yang telah ditentukan pada struktur produk.

(4)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4 7. Jadwal induk produksi disusun dan ini diperoleh

dengan membagi volume total material dengan waktu atau durasi yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (sebagai dasarnya adalah master schedule project).

8. Menentukan ukuran pemesanan (lotting) pada material yang dihitung kebutuhan totalnya dengan menggunakan 4 (empat) teknik lotsizing yang telah ditetapkan.

9. Menentukan waktu rencana pemesanan (offsetting). 10. Menentukan biaya total pengadaan tiap material dari

semua teknik lot size yang dilakukan.

11. Menghitung biaya total paling minimum dari pengadaan material.

12. Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

4. ANALISA DATA

4.1. Gambaran Umum Proyek

Gambaran umum mengenai pelaksanaan proyek pembangungedung Hotel The 101 Bogor ini dijelaskan sebagai berikut:

Nama Proyek : THE 101 HOTEL BOGOR Jenis Proyek : Pembangunan Gedung Hotel Lokasi Proyek : Jln. Suryakencana No.171-179 Bogor Pemberi Tugas : PT. Oasis Hotel Bogor

Konsultan Arsitektur : Sonny Sutanto a.r.c.h.i.t.e.c.t.s Konsultan Struktur : PT. Ekamitra Talentama

Konsultan M/E : PT. Makesthi Enggal Engineering Konsultan MK : PT. Tambarang Elastika Mas Quantity Surveyor : PT. Reynolds Partnership Kontraktor Utama : PT. Djhon Corporindo Sejahtera Luas Bangunan : 3.535 m2

Jumlah Lantai :

Podium area : Lantai -3 (tiga) sampai lantai +1 (satu)

Tower area : Lantai +2 sampai lantai +8 (delapan) lantai termasuk lantai mesin

Struktur Bangunan :

Struktur Bawah : Pondasi Tiang Pancang Struktur Atas : Beton Bertulang Struktur Atap : Pelat Beton 4.2. Jadwal Proyek

Proyek pembangunan Gedung Hotel The 101 Bogordilaksanakan mulai tanggal 01 Juni 2013 sampai tangga 31 Mei 2014, dengan demikian jangka waktu pelaksanaan pekerjaan proyek adalah 1 tahun (365 hari kalender). Dalam studi kasus ini akan ditinjau pada lantai 3 (tiga) dan pekerjaan struktur untuk lantai 3 (tiga) dimulai pada minggu ke–23 dan direncanakan selesai pada minggu ke–26 sesuai dengan Master Schedule, jadwal proyek yang direncanakan dapat dilihat pada lampiran 3 (tiga).

4.3. Struktur Produk (bill of materials)

Struktur produk (bill of material) berisi informasi tentang semua kebutuhan komponen maupun sub komponen yang diperlukan untuk membuat atau menghasilkan suatu produk akhir dari pekerjaan proyek tersebut. Struktur produk (bill of material) pada penelitian ini dibuat berdasarkan breakdown structure pekerjaan yang dapat ditinjau dari jadwal induk atau time schedule proyek. Pengadaan material yang akan direncanakan adalah material penyusun pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Dalam hal ini material yang akan diperhitungkan adalah material-material utama seperti multipleks, balok kayu, besi tulangan dan beton readymix. Untuklebih jelasnya mengenai pekerjaan struktur lantai 3 (tiga) dapat dilihat pada gambar 2. Dari gambar struktur produk (Bill of Material) tersebut dapat dilihat bahwa struktur produk ini memiliki empat tingkat peninjauan yaitu level 0, 1, 2 dan 3. Produk yang berada pada level 0 yaitu struktur lantai 3 merupakan produk akhir dari struktur ini, sedangkan produk yang berada dibawahnya merupakan komponen penyusunnya.

Gambar 2. Bill of Material (BOM) Struktur Produk Lantai 3 Keterangan:

Mlt.12 = Multipleks 12mm

K.Br = Kayu Borneo

D = Diameter besi beton ulir

(5)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5 Dari struktur produk (Bill of Material) tersebut di atas maka

diperoleh jenis-jenis material yang diperlukan untuk pekerjaan struktur atas lantai 3 yang kemudian akan diperhitungkan dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada (Tabel 1. Jenis Material) sebagai berikut :

Tabel 1. Jenis Material

No. Pekerjaan Jenis Material

1 Bekisting

Multipleks 12 mm Kayu Borneo 4/6 Balok Kayu Borneo 5/10 Balok Kayu Borneo 6/12

2 Besi Tulangan Besi D10 mm Besi D13 mm Besi D16 mm Besi D19 mm Besi D22 mm Wiremesh M8-150 mm

3 Beton Beton f’c 30 MPa Beton f’c 35 MPa

4.4. Perencanaan Biaya Persediaan Material

Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan material. Biaya persediaan meliputi beberapa biaya yaitu:

1. Biaya Pembelian Material

Biaya pembelian material adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli material. Perencanaan pengadaan material memiliki karakteristik bermacam–macam sehingga harga material per–unit berlainan. Besarnya biaya ini sesuai dengan jumlah material yang dibeli serta harga satuan material. Data umum biaya material diperoleh dari data analisa harga satuan material wilayah kotamadya Bogor (lampiran4).

2. Biaya Pemesanan Material

Biaya pemesanan adalah semua biaya pengeluaran yang timbul dari usaha untuk mendatangkan material dari luar proyek. Biaya pemesanan pada proyek ini meliputi biaya telekomunikasi dan biaya administrasi. Biaya telekomunikasi merupakan durasi waktu yang digunakan untuk mendatankan material, sedangkan biaya administrasi merupakan biaya percetakan.

3. Biaya Penyimpanan Material.

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran atau biaya yang timbul akibat menyimpan barang maupun bahan. Biaya penyimpanan yang diperhitungkan berupa biaya karena memiliki persediaan (inventory) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Biaya karena memiliki persediaan (inventory) dapat diukur dengan suku bunga bank sebesar 6.5 % per tahun (berdasarkan suku bunga BI 2013) dari harga material per unit. Untuk biaya penyusutan atau kerusakan dapat dihitung berdasarkan penyusutan atau kerusakan material selama penyimpanan yang diasumsikan sebesar 0,5% dari harga material per unit untuk material besi, sedangkan untuk jenis material kayu sebesar 2% (Elis

Pancawati, 2007). Dengan asumsi bahwa 1 tahun adalah 365 hari, maka perhitungan biaya penyimpanan material per hari adalah sebagai berikut :

Material kayu:

= (6.5% + 2%)

365 xhargamaterialperunit

= (8.50%)

365 x harga material per unit

Material besi:

= (6.5% + 0.5%)

365 x harga material per unit = (7.00 %)

365 x harga material per unit

4.5. Perencanaan Kebutuhan Material

Dalam perencanaan ini, analisa kebutuhan material mencakup beberapa uraian pekerjaan diantaranya meliputi beberapa perhitungan yaitu:

1. Zona Pekerjaan

Dalam pelaksanaan pekerjaan pada proyek dengan denah yang digambar oleh arsitek serta memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan, maka untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan perlu dilakukan pembagian zona pekerjaan pada gambar kerja. Dari gambar kerja (lampiran 2) pembangunan Hotel The 101 Bogor ini dibagi menjadi beberapa zona aktivitas pekerjaan, yaitu: zona 1 mulai Girdline 2 – Girdline 8 dan zona 2 mulai dari Girdline 8–Girdline13. 2. Durasi Item Pekerjaan

Sebelum menyusun jadwal induk produksi perlu diketahui durasi masing–masing item pekerjaan pada pembagian zona untuk pekerjaan struktur lantai 3 dan jadwal pelaksanaan pekerjaan. Dalam menentukan durasi pekerjaan digunakan cara empiris (berdasarkan kondisi lapangan) dan HPS (harga satuan pekerjaan). Pada durasi analisa HPS, untuk beberapa jenis kegiatan jumlah orang/hari untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan dalam satuan (m3, m2 kg dsb). Diketahuinya volume pekerjaan dan jumlah tenaga kerja yang dapat bekerja bersamaan, akan diperoleh jumlah harinya (durasi).

3. Total Kebutuhan Material

Kebutuhan material total dapat dihitung dari gambar kerja (lampiran2) yang diperoleh dari proyek kemudian dipecah structure setiap jenis pekerjaan untuk mengitung volume material, dan koefisien analisa harga satuan pekerjaan yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kotamadya Bogor (lampiran.5). Kebutuhan material total yang dihitung adalah material level 2 dan

(6)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6 level 3 pada Bill of Material struktur lantai 3 (Gambar

4.1). Berdasarkan data volume material yang ada (lampiran.1).

Tabel. 2. Total Kebutuhan Material

No. Jenis Material Sat. Vol. Kof. Berat/ lonjor Vol. Akhir Sat. a b c d=a*b/c I. PEKERJAAN BALOK 1. besi beto kg 17801,34 besi d10 kg 3128,31 1.05 7,4 443.88 lonjr besi d19 kg 1103,57 1.05 26,78 43.27 lonjr besi d22 kg 13569,55 1.05 35,76 398.43 lonjr a b c d=a*b/c 2. bekisting m2 608,45 multipleks 12mm m2 608,45 0.35 - 212..96 lbr kayu borneo 4/6 m2 608,45 0.04 0.0096 2535.19 lbr kayu borneo 5/10 m2 608,45 0.04 0.02 1216.89 lbr kayu borneo 6/12 m2 608,45 0.04 0.0288 845.06 lbr a b c d=a*b 3. beton m3 67.48 f’c = 30 mpa m3 67.48 1.00 - 67.48 m3 a b c d=a*b/c II. PEKERJAAN PELAT LANTAI

1. besi beto m2 564.34 wiremess m2 564,34 1.02 11.34 50.76 lbr a b c d=a*b/c 2. bekisting m2 564,34 multipleks 12mm m2 564,34 0.35 - 197.52 lbr kayu borneo 5/10 m2 564,34 0.04 0.02 1128.68 btng kayu borneo 6/12 m2 564,34 0.04 0.0288 783.80 btng a b c d=a*b 3. beton m3 67,72 f’c = 30 mpa m3 67,72 1.03 - 69.75 m3 a b c d=a*b/c III. PEKERJAAN KOLOM

1. besi beto kg 10404,01 besi d10 kg 3960,64 1.05 7.40 561.98 lonjr besi d13 kg 162,78 1.05 12.48 13.70 lonjr besi d16 kg 290,90 1.05 18.96 16.11 lonjr besi d22 kg 5989.68 1.05 35.76 175.87 lonjr a b c d=a*b/c 2. bekisting m2 335,52 multipleks 12mm 335,52 0.35 - 117.43 lbr kayu borneo 4/6 m2 335,52 0.04 0.0096 1398.00 btng kayu borneo 5/10 m2 335,52 0.04 0.02 671.04 btng kayu borneo 6/12 m2 335,52 0.04 0.0288 466.00 btng a b c d=a*b 3. beton m3 42.87 f’c = 35 mpa m3 42.87 1.03 - 44.16 m3 4. Jadwal Pekerjaan

Dalam melaksanakan kegiatan proyek pembangunan gedung hotel The 101 Bogor ini, berdasarkan pembagian zona pekerjaan, durasi, dan hubungan antar aktivitas sehingga dapat disusun jadwal pekerjaan struktur lantai 3 (lampiran 3) sebagai acuan untuk merencanakan pengadaan material.

4.6. Perhitungan Jumlah Material Optimum

Analisa perhitungan jumlah pesanan material optimum ini meliputi perhitungan penentuan ukuran lot (lotzising) dan waktu rencana pemesanan (offseting). Proses lotting bertujuan untuk menentukan besarnya jumlah pesanan yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan material per periode. Proses offsetting bertujuan untuk menentukan waktu rencana pemesanan guna memenuhi kebutuhan bersih agar material dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan. Sesuai dengan pembahasan Bab sebelumnya bahwa teknik penentuan ukuran lot yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah:

1.

Teknik Lot for Lot (LFL)

2.

Teknik Economic Order Quantity (EOQ)

3.

Teknik Period Order Quantity (POQ)

4.

TeknikPart Period Balancing (PPB).

(7)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7 Tabel. 3. Hasil Perhitungan Teknik Lot for Lot

(8)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8 Tabel. 4. Teknik Perhitungan Teknik Economic Order Quantity

(9)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9 Tabel. 5. Hasil Perhitungan Teknik Period Order Quantity

(10)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 10 Tabel. 6. Hasil Perhitungan Teknik Part Period Balancing

(11)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 11 Tabel. 7. Perhitungan Nilai EOQ pada setiap Material

Tabel. 8. Perhitungan Nilai POQ pada setiap Material

Tabel. 9. Perhitungan Nilai PPB pada setiap Material

4.7. Totab Biaya Persediaan Material

Berdasarkan hasil perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik lotsizing yang berbeda–beda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan biaya total persediaan yang didapatkan dari hasil pejumlahan biaya pembelian material, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya persediaan minimum.

4.8. Total Biaya Pembelian Material

Pada perhitungan total biaya pembelian, jumlah total pemesanan untuk masing-masing jenis material adalah berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan 4 teknik lotsizing. Berdasarkan perhitungan lotsizing yang telah dilakukan, teknik Lot for Lot, Period Order Quantity, dan Part Period Balancing mempunyai total biaya pembelian yang sama, sedangkan menggunakan teknik Economic Order Quantity mempunyai total biaya pembelian berbeda selengkapnya lihat pada tabel 10 dan tabel 11 berikut ini.

Tabel 10. Biaya Pembelian dengan teknik Lot for Lot, Period Order Quantity dan Part Period Balancing.

Tabel 11. Biaya Pembelian dengan teknik Economic Order Quantity

4.9. Total Biaya Pesan dan Biaya Simpan Material

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung total biaya pesan dan simpan untuk setiap jenis material. Perhitungan biaya pesan material dapat dihitung dengan cara mengalikan besarnya frekuwensi pemesanan dengan biaya per pesan. Sedangkan biaya simpan dapat dihitung dengan cara mengalikan total persediaan dengan biaya simpan per unit per hari dan berikut tabel untuk masing-masing teknik dengan biaya pesan dan simpan.

(12)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 12 Tabel. 13 Biaya pesan dan simpan dengan teknik EOQ

Tabel. 14 Biaya pesan dan simpan dengan teknik POQ

Tabel. 15 Biaya pesan dan simpan dengan teknik PPB

4.10. Total Biaya Persediaan Material

Setelah dilakukan perhitungan terhadap total biaya pembelian, total biaya pemesanan, dan total biaya penyimpanan, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan total biaya persediaan dengan menjumlahkan ketiga biaya–biaya tersebut. Berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan 4 teknik lotsizing tersebut yang dapat dimuat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel. 16 Biaya persediaan Material dengan Teknik LFL

Tabel. 17 Biaya persediaan Material dengan Teknik EOQ

Tabel. 18 Biaya persediaan Material dengan Teknik POQ

Tabel. 19 Biaya persediaan Material dengan Teknik PPB

4.11. Biaya Persediaan Material Minimu

Hasil perhitungan total biaya persediaan dengan menggunakan 4 teknik lotsizing yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil yang berbeda untuk setiap tekniknya. Dari hasil teknik lotsizing yang digunakan, biaya persediaan yang paling minimum yang dikeluarkan adalah teknik Part Perod Balancinc, Teknik Perod Order Quaintity, dan Teknik Lot For Lot. Sedangkan biaya persediaan yang ekonomis dari 4 teknik lotsizing adalah teknik Part Period Balancing. Selengkapnya dapat dilihat pada table berikut ini.

(13)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 13

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa metode Material Requirement Planning (MRP) dengan perhitungan lotsizing menggunakan teknik Lot for Lot, Economi Order Quantity, Period Order Quantity dan Part Period Balancing pada pembangunan Hotel Thel 101 Bogor ini dapat menarik kesimpulan bahwa, teknik lotsizing yang meghasilkan jumlah pemesanan dan penyimpanan

yang optimal dengan biaya persediaan yang paling minimum berdasarkan setiap jenis material adalah:

a. Teknik Part Period Balancing sendiri menghasilkan biaya paling ekonomis untuk material seperti: Multipleks 12mm, Kayu Borneo 6/12, Besi Beton D10, dan D22. Ini terjadi karena besarnya ukuran pemesanan material dalah sama dengan kebutuhan perharinya sehingga meminimalkan biaya penyimpanan per-periode.

(14)

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 14 b. Teknik Part Period Balancing maupun Period Order

Quantity menhghasilkan biaya paling ekonomis untuk material seperti: Kayu Borneo 5/10, Besi D13, D16, D19 dan Wiremess M8-150. Ini dikarenakan, frekwensi pemesanan dilakukan satu kali dan nilai EPP melebihi dari jumlah total pemesanan material sehingga dapat melakukan pemesanan cukup sekal.

c. Teknik Lot For Lot maupun Part Period Balancing menghasilkan biaya pailing ekonomis untuk material seperti: Kayu Borneo 4/6 dan Beton f’c 35 MPa. Hal ini dikarenakan, besarnya biaya penyimpanan adalah nol dan biaya pembelian adalah sama.

d. Teknik Lot For Lot, Part Period Balancing maupun Period Order Quantity menhghasilkan biaya paling ekonomis untuk material seperti: Beton f’c 30. Ini dikarenakan, frekwensi pemesanan dilakukan dua kali pemesanan dan nilai EPP tidak melebihi dari jumlah total pemesanan material sehingga dapat melakukan dua kali pemesanan sedangkan biaya penyimpanan sama dengan nol.

e. Dari hasil analisa perhitungan total biaya persediaan minimum berdasarkan 4 (empat) teknik lotsizing pada pembangunan Hotel The 101 Bogor pada lantai 3 (tiga), bahwa teknik Part Period Balancing menghasilkan total biaya persediaan yang paling minimum yaitu Rp. 1.059,120.70 (satu milyar limapuluh sembilan juta seratus duapuluh ribu tujupuluh rupia)

5.2. Saran

Saran yang disampaikan dari hasil analisa tugas akhir ini, metode MRP dapat memberikan solusi yang baik dalam meminimalkan biaya dan waktu pada pelaksanaan proyek, namun ada beberapa kelemahan yang menjadi catatan adalah:

a. Adanya kelemahan dalam perhitungan biaya pemesanan persediaan material. Hal ini dikarenakan hasil wawancara langsung dengan nara sumber (proyek manager) dan logistik bahwa biaya pemesanan dan biaya administrasi digunakan berdasarkan pengalaman komunikasi kerja, sehingga ketentuan standarisasi untuk perhitungan biaya komunikasi dan biaya administrasi sangat dibutuhkan.

b. Metode MRP yang menghasilkan biaya persediaan paling minimum untuk tugas akhir ini tidak bisa menjadi acuan untuk studi kasus pada pembangunan proyek yang lain. Sebab setiap proyek memiliki teknik lotsizing tersendiri yang sesuai dengan jenis penjadwalan, volume, dan karasteristik material yang berbeda-beda sehingga mempengaruhi jadwal induk produksi dan besarnya ukuran pemesanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Astana, I Nyoman Yuda (2007): Jurnal Ilmiah Teknik Sipil “Perencanaan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Metode MRP (Material Requirement Planning).

2. Elis Pancawati (2007): Laporan Tugas Akhir “Perencanaan Persediaan Material Pada Proyek Pembangunan Trillium Office & Rezidence Surabaya” Institute Teknologi Surabaya, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil. 3. Iman Soeharto (1999), Manajemen Proyek Jilid.1 Edisi 2 “Dari Konseptual Sampai Operasional” Erlangga. 4. Inggried Limbong: Laporan Tugas Akhir “Manajemen

Pengadaan Material Bangunan Dengan Menggunakan Metode Material Requrement Planning” Studi Kasus: Revitalisasi Gedung Kantor BPS Propinsi Sulawesi Utara. Universitas Sam Ratulangi, Fakultas Tekni Jurusan Sipil. 5. Nasution, A.H (2006), Manajemen Industri, PT Andi,

Yogyakarta.

6. Pandji Anoraga (2005), “Psikologi Kerja/RIN” Rineka Cipta. 7. Ristono, Agus (2008), Manajemen Persediaan, PT

Graha Ilmu, Yogyakarta.

8. Sofyan K. Diana (2013), Perencanaan & Pengendalian Produksi PT. Graha Ilmu Yogyakarta.

9. Wibisono Agus (2008), Material Requirement

Planning, <URL:

http://www.Aguswibisono.htm>.

10. Willem Siahaya (2013), “Manajemen Pengadaan Procurement Management” Alfabeta, cv. Bandung.

11. Wulfram I. Ervianto (2004), Teori–Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, PT Andi, Yogyakarta.

RIWAYAT PENULIS

1) Wembi Misikmbo, ST. Alumni (2014) Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor.

2) Ir. Ike Pontiawaty, MT. Staf Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor.

3) Heny Purwanti, ST, MT. Staf Dosen Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor.

Gambar

Gambar 2. Bill of Material (BOM) Struktur Produk Lantai 3  Keterangan:
Tabel 1. Jenis Material
Tabel  10.  Biaya  Pembelian  dengan  teknik  Lot  for  Lot,  Period Order Quantity dan Part Period Balancing

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pihak Pertama adalah satu-satunya pihak yang memiliki dan berhak penuh alas merek HERBAVITON yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek di Direktorat Merek,

Judul : Analisis pengaruh kredibilitas celebrity endorser , kepribadian celebrity endorser dan kreatifitas iklan terhadap keputusan pembelian sepeda motor

komposisi yang terdapat pada komposisi Medley The Phantom of The Opera karya Andrew Lloyd Webber aransemen Ed Lojeski baik secara teori, maupun praktek..

Masyarakat yang berada pada usaha perikanan laut di Kabupaten Minahasa Selatan terdiri dari pembu- didaya ikan, nelayan, dan pengelolah hasil perikanan..

Empat tahun yang akan datang 2 kali umur ayah sama dengan 5 kali umur Budi ditambah

 pemeliharaan berkala jembatan]   Pemenuhan Indikator Ketidakrataan Perkerasan Jalan diberlakukan sejak berakhirnya waktu untuk menyelesaikan pekerjaan masing-masing

BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial

[r]