• Tidak ada hasil yang ditemukan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki potensi dalam pengembangan sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa, berada di luar zona angin topan, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berkembangnya agribisnis, dan kemauan politik pemerintah untuk memberikan prioritas.

Agribisnis merupakan cara pandang baru dalam memandang pertanian. Pengertian ini ditekankan karena agribisnis sering diartikan secara sempit sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal konsep agribisnis adalah pertanian secara utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Agribisnis terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait, yaitu sub sistem agribisnis hulu, sub sistem agribisnis on-farm, sub sistem agribisnis hilir, serta subsistem agribisnis layanan penunjang.

Dalam agribisnis juga sering dikenal istilah agribisnis pangan dan agribisnis non pangan. Agribisnis pangan merupakan agribisnis yang terkait dengan seluruh sub-sub sistem agribisnis untuk komoditi-komoditi pangan. Sedangkan agribisnis non pangan merupakan agribisnis yang terkait dengan seluruh sub-sub sistem agribisnis untuk komoditi-komoditi non pangan. Contoh dari komoditi agribisnis pangan adalah padi, jagung, bayam, kangkung, jeruk, apel, ayam petelur, sapi potong, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari komoditi agribisnis non pangan adalah karet, jarak, tanaman hias, ikan hias, anjing ras, dan lain sebagainya.

Salah satu komoditi agribisnis non pangan yang masih jarang diteliti dan dikembangkan adalah anjing ras. Anjing memiliki temperamen yang baik dan bersahabat, oleh karena itu anjing cocok menjadi teman bermain seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak. Sejak jaman dahulu hewan yang konon berasal dari kerabat serigala dipelihara sebagai binatang rumahan, terutama untuk membantu manusia berburu atau menjaga rumah.

Dewasa ini ketika dunia pet atau hewan kesayangan makin maju, binatang cerdas itu masih menjadi primadona. Bermacam-macam trah (keturunan) anjing

(2)

berhasil dikembangkan, dan di luar negeri khususnya, berbagai kejuaraan anjing telah digelar. Akhir-akhir ini, di Indonesia pecinta anjing ras juga semakin banyak. Indikator utama tampak dari jumlah forum komunitas hobiis anjing ras yang terus tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Populasi anjing pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Populasi Anjing Ras di Indonesia Tahun 2007-2009

Tahun Jumlah (ekor) Perubahan (%)

2007 26.035

-2008 33.670 29,33

2009 33.721 0,15

Sumber : Perkin Pusat (2010)

Tabel 1 di atas menunjukkan jumlah populasi anjing ras di Indonesia pada tahun 2008 meningkat sebesar 29,33 persen. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 semakin banyak kennel-kennel yang berdiri di Indonesia karena semakin banyak pembiak yang membiakkan anjing ras di Indonesia. Hal ini terkait dengan semakin banyak orang yang berminat terhadap anjing ras, baik orang yang ingin membiakkan ataupun orang yang ingin memelihara. Pada tahun 2009, populasi juga meningkat sebesar 0,15 persen. Pada tahun 2009 peningkatan jumlah populasi anjing ras di Indonesia tidak terlalu signifikan karena hanya sedikit pembiak yang mendirikan kennel.

Bisnis yang berkaitan dengan hobi ini juga semakin banyak bermunculan, seperti pet shop anjing, jasa grooming (salon binatang), breeding (pembiakan), jasa pawang anjing, bahkan kini ada juga sekolah pelatihan anjing atau sekolah melatih anjing1. Pet shop merupakan toko yang menjual hewan peliharaan beserta perlengkapannya, seperti pakan, shampo, bedak, kandang, mainan, dan lain sebagainya. Hewan peliharaan yang dijual di pet shop biasanya tidak hanya anjing tetapi juga kucing, kelinci, hamster, dan kura-kura. Jasa grooming atau salon binatang juga semakin berkembang. Para pemilik anjing lebih senang

(3)

menyerahkan perawatan anjingnya kepada jasa grooming karena mereka umumnya tidak memiliki waktu untuk merawat anjingnya. Jasa grooming meliputi kegiatan memandikan, menyisir bulu, membersihkan mata dan telinga, serta memotong kuku, bahkan pada beberapa usaha grooming terdapat layanan mandi kutu atau mandi jamur untuk membasmi kutu dan jamur yang menyerang anjing atau hewan peliharaan lainnya.

Usaha breeding atau pembiakan anjing juga semakin menjamur. Para pembiak yang membiakkan ras anjing yang berbeda-beda ini memberikan pilihan bagi para pecinta anjing untuk memilih anjing ras jenis apa yang ingin mereka pelihara. Semakin banyaknya kasus jual-beli narkoba dan teror bom juga semakin menambah jajaran anjing pelacak untuk membantu tugas kepolisian. Oleh karena itu, usaha jasa pawang anjing dan pelatihan anjing juga semakin berkembang.

Selain munculnya bisnis-bisnis yang berkaitan dengan anjing, terbentuk pula Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) yang merupakan organisasi nirlaba yang menjadi induk organisasi penggemar anjing ras (anjing trah) di Indonesia. Organisasi ini adalah satu-satunya lembaga pendaftaran yang berwenang mengeluarkan surat silsilah (stamboom) anjing trah di Indonesia, dan menetapkan standar anjing trah Indonesia (Anjing Kintamani). Perkin adalah tempat pendaftaran ganti nama pemilik, kelahiran anak anjing, nama panggilan, nama kandang, pembuatan duplikat silsilah, dan registrasi ulang anjing impor2. Selain itu, Perkin dengan dukungan klub-klub anjing trah adalah satu-satunya penyelenggara resmi kontes anjing trah di Indonesia.

Kecintaan akan anjing juga diwujudkan dengan adanya Pameran Anjing Trah Perkin, yang dapat diikuti oleh suatu Himpunan Trah dan menjadi pedoman penyelenggaraan bagi pameran trahnya. Tujuan dari pameran ini adalah untuk menggalakkan para pecinta atau penggemar anjing trah untuk lebih mencintai dan mengenal anjing trah, sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pembiakan serta memanfaatkan daya guna masing-masing anjing trah, sebagai sarana untuk suatu

(4)

tinjauan terhadap hasil pembiakan, serta sebagai sarana lainnya guna kepentingan sosial atau amal serta kepentingan-kepentingan lain demi perikemanusiaan3.

Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia membuka peluang bagi berbagai macam jenis usaha untuk berkembang. Salah satunya sebagai peluang bagi para pembiak untuk mendirikan usaha pembiakan anjing. Semakin hari semakin banyak trah anjing yang dibiakkan, mulai dari anjing trah kecil, trah sedang, hingga trah besar.

Banyak jenis anjing ras yang sudah dibiakkan oleh para pembiak di Indonesia, mulai dari trah kecil sampai trah besar. Golongan yang cukup terkenal dan banyak dipelihara oleh hobiis anjing ras dari trah anjing besar adalah golongan Retreiver, yang terdiri dari Golden Retreiver dan Labrador Retreiver. Keduanya memiliki ciri fisik dan karakteristik yang hampir sama. Kedua jenis anjing ini memiliki sifat bersahabat, penurut, cerdas, dan lembut terhadap anak-anak. Ciri fisik yang membedakan kedua jenis anjing ini adalah kelebatan bulu dan warna bulu. Golden Retreiver memiliki bulu yang lebat berwarna kuning, sedangkan Labrador Retreiver memiliki bulu yang tipis dengan tiga macam variasi warna, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Di Indonesia, nama Golden Retreiver lebih terkenal dan jumlah pembiak yang membiakkan jenis anjing ini sangat banyak. Oleh karena itu, para hobiis anjing ras di Indonesia banyak yang memelihara Golden Retreiver. Sedangkan untuk Labrador Retreiver, lebih banyak orang asing yang menjadi hobiis anjing ini.

Walaupun pecinta Labrador Retreiver lebih sedikit, namun nilai ekonomis anjing ini cukup tinggi. Satu anakan Labrador Retreiver bisa dijual seharga Rp 3.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 bahkan beberapa pembiak ada yang menjual anjing ini sampai Rp 20.000.000,00. Harga yang ditawarkan biasanya bergantung dari jenis kelamin, anatomi (struktur dan organisasi tubuh), warna, serta karakteristik anakan. Selain itu, Labrador Retreiver tidak hanya berfungsi sebagai anjing peliharaan, tetapi juga berfungsi sebagai anjing pelacak yang banyak dimanfaatkan oleh kepolisian dan perusahaan security, di luar negeri anjing ini juga dimanfaatkan sebagai penuntun orang buta.

3 www.perkin.or.id. Pedoman Dasar Penyelenggaraan Pameran Anjing Trah. Diakses

(5)

Peminat anjing Labrador Retreiver pun semakin banyak. Hal ini ditandai dengan semakin banyak pembiak yang membiakkan trah ini dengan mendirikan

kennel (tempat pembiakan) Labrador Retreiver seperti yang dapat dilihat pada

Tabel 2. Pada tahun 2008, jumlah kennel Labrador Retreiver di Indonesia meningkat sebesar 6,67 persen. Pada tahun 2009, jumlah kennel Labrador Retreiver di Indonesia juga meningkat, dengan peningkatan sebesar 31,25 persen. Seiring dengan peningkatan jumlah kennel Labrador Retreiver, populasi Labrador Retreiver pun juga meningkat. Pada tahun 2008, populasi anjing Labrador Retreiver meningkat sebesar 1,41 persen. Populasi anjing ras ini juga semakin meningkat pada tahun 2009, dengan peningkatan sebesar 5,93 persen. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyak orang yang mengenal Labrador Retreiver dan ingin membiakkan atau memeliharanya. Selain itu, Labrador Retreiver juga semakin diminati oleh kepolisian, perusahaan security, serta hotel untuk dijadikan sebagai anjing penjaga atau pelacak.

Tabel 2. Jumlah Kennel Labrador Retreiver dan Jumlah Populasi Anjing Labrador Retreiver di Indonesia Tahun 2007-2009

Tahun

Jumlah Kennel Labrador Retreiver

Jumlah Populasi Labrador Retreiver Total (unit) Perubahan (%) Total (ekor) Perubahan (%)

2007 75 - 698

-2008 80 6,67 708 1,41

2009 105 31,25 750 5,93

Sumber : Perkin Pusat (2010)

Usaha pembiakan tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala umum yang dihadapi oleh para pembiak adalah wabah penyakit, persaingan harga, persaingan dalam berbagai lomba atau pameran, serta risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang rentan terjadi dalam usaha pembiakan. Risiko produksi meliputi cuaca, penyakit, kegagalan pemacakan (perkawinan), dan lain sebagainya. Pengelolaan usaha pembiakan yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan pembiak dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan

(6)

oleh pembiak untuk meminimalkan risiko, sehingga pembiak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi pembiak dalam proses pengambilan keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko yang dihadapinya.

D’Sunflower Kennel merupakan salah satu kennel yang berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini sudah memiliki nama dalam dunia kinologi, khususnya dalam trah Labrador Retreiver. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver tidak membuat D’Sunflower Kennel berhenti berproduksi tetapi tetap bertahan bahkan semakin berjaya. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko produksi sebagai upaya untuk meminimumkan risiko.

1.2. Perumusan Masalah

D’Sunflower Kennel merupakan salah satu usaha pembiakan yang berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini dimiliki oleh Bapak Rodang Baskoro dan Ibu Devi Basuki. Tujuan dari pendirian D’Sunflower kennel ini adalah untuk memajukan ras Labrador Retreiver yang ada di Indonesia. Kennel ini melaksanakan program pembiakan selektif sehingga diharapkan akan menghasilkan Labrador Retreiver dengan kualitas yang baik, baik dari sisi anatomi maupun karakternya. Pemilihan Labrador Retreiver sebagai trah yang dibiakkan di sini dikarenakan karakter Labrador Retreiver yang jinak, cerdas, dan bersahabat. Selain itu Labrador Retreiver berbulu pendek, sehingga cocok dibiakkan di Indonesia yang beriklim tropis.

Dalam menjalankan pembiakan Labrador Retreiver ini, D’Sunflower

kennel memiliki beberapa pesaing. Persaingan menjadi ketat mengingat hanya

sedikit kennel Labrador Retreiver yang berkembang di Jakarta. Kennel-kennel Labrador Retreiver yang bersaing dengan D’Sunflower Kennel diantaranya adalah BlackLiss Labradors Kennel, Beverly Hill Kennel, Simply Gallery Kennel, serta Incognito Kennel. BlackLiss Labradors Kennel berspesialisasi pada Labrador Retreiver warna hitam, sedangkan Beverly Hill Kennel memiliki pejantan dan indukan yang berasal dari Amerika. Simply Gallery Kennel sudah memiliki

(7)

banyak gelar juara, tetapi mereka menggunakan siasat penjualan dengan menahan anakan yang paling baik dan menjualnya dengan harga tinggi. Dan Incognito

Kennel tidak hanya berspesialisasi dalam trah Labrador Retreiver saja, melainkan

juga membiakkan trah Golden Retreiver.

Walaupun memiliki banyak pesaing dengan kelebihan berbeda-beda, D’Sunflower Kennel tetap bertahan. Hal ini disebabkan oleh hubungan baik yang terus dibina kepada pelanggan, sehingga pelanggan menjadi loyal. Selain itu, D’Sunflower Kennel memiliki pejantan berdaya turun baik (Morgan dan Alto). Untuk menopang usaha pembiakan ini, D’Sunflower juga menjalankan usaha sampingan lain, seperti stud service (penyedia pejantan), grooming, menjual

dogfood, menjual anjing pelacak, serta jasa pengiriman ke luar kota. Dimana

konsumen dari usaha-usaha sampingan ini adalah pelanggan (yang pernah membeli anakan dari D’Sunflower Kennel) dari kennel ini.

Pada awal pendiriannya di tahun 2002, D’Sunflower Kennel mengimpor tujuh ekor Labrador Retreiver untuk dibiakkan, yang terdiri dari satu jantan dan enam betina. Saat ini Labrador Retreiver yang dibiakkan sudah mencapai 24 ekor, yang terdiri dari enam ekor jantan dan 18 ekor betina. Labrador jantan yang dibiakkan di sini bernama Morgan, Alto, Tomtom, Angus, Prince, dan Indiana. Sedangkan Labrador betina yang ada bernama Lala, Lady, Deedee, LaVie, LaRose, Koko, Jazz, Glory, Quinnie, Perla, Madame, Mocca, Tweety, Shiraz, Oliveira, Mulan, Jameela, dan Yasmin. Selama tujuh tahun berdiri, D’Sunflower

Kennel sudah memiliki beberapa prestasi yang membanggakan, diantaranya

predikat Runner Up Best In Show yang disandang oleh Alto pada Pameran Nasional All Breed yang diselenggarakan oleh Perkin tahun 2005, Alto sebagai Labrador pertama yang lulus ujian Karya Guna standar Anjing Sahabat dan Anjing Jaga Madya, serta gelar Juara Indonesia yang disandang oleh Alto dan Prince. Sedangkan Angus (Shaundar Black Shadow) dan Prince (D'sunflower Le-monde Princedh) yang dimiliki oleh Bapak Rodang Baskoro ini merupakan dua dari empat anjing Labrador Retreiver yang sudah bergelar Indonesia Champion pada tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

(8)

Tabel 3. Daftar Anjing Labrador Retreiver yang Sudah Bergelar Indonesia

Champion pada Tahun 2008

No. Perkin Nama Anjing Nama Pemilik

01-E4839 Shaundar Black Shadow Rodang Baskoro

01-E5208 Discovery Lab's Long As you love me

Kusno Triantio SE

01-D9976 D'sunflower Le-monde Princedh Rodang Baskoro

01-E0700 Cappucino Blast Of Simply Paul Andow

Sumber : www.perkin.or.id (2009)

Dalam menjalankan usaha ini, Bapak Rodang dan Ibu Devi mengalami berbagai kendala. Kendala yang rentan dihadapi terkait dengan adanya berbagai permasalahan produksi yang disebabkan oleh risiko produksi. Perkawinan atau yang lebih sering disebut dengan istilah pemacakan dapat dilakukan pada masa

loops (haid) dari betina tiba. Untuk melakukan pemacakan, harus diketahui kapan

hari pertama betina mengalami loops. Dilihat dari 18 ekor betina yang ada, masing-masing memiliki masa loops yang berbeda-beda. Apabila kennel boy tidak teliti melakukan pemeriksaan kepada betina-betina yang ada, maka masa loops betina akan terlewatkan begitu saja sehingga waktu pemacakan tidak tepat dan mengakibatkan kegagalan kehamilan. Hal ini akan menyebabkan kekosongan produksi untuk satu betina dalam satu periode. Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan.

Masa kehamilan Labrador Retreiver berkisar antara 58-65 hari. Dalam masa kehamilannya ini betina perlu selalu dipantau. Apabila pakan, minum, serta aktivitasnya tidak dipantau, kemungkinan akan keguguran ataupun janin yang cacat akan terjadi. Dalam proses persalinan terdapat pula risiko. Apabila janin terlalu besar, perlu dilakukan operasi caesar. Jika operasi caesar terlambat dilakukan, maka janin akan meninggal. Apabila induk tidak dalam kondisi prima, kemungkinan induk meninggal juga bisa terjadi.

Risiko produksi lain yang dapat terjadi adalah penyakit menular yang menyerang anakan pada usia 3-8 minggu. Sebelum usia tiga minggu, fisik anakan lebih kuat karena kandungan kolostrum yang terdapat dalam air susu induk masih tinggi. Setelah tiga minggu, kandungan kolostrum menurun sehingga anakan

(9)

rentan penyakit. Barulah setelah berusia delapan minggu anakan memiliki antibodi yang lebih kuat karena pada usia ini vaksinasi pertama sudah bisa dilakukan. Secara umum Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel rentan terhadap penyakit batuk dan pilek. Biasanya penyakit ini terjadi pada saat pergantian musim.

Calon pembeli anakan biasanya menginginkan anakan dengan warna tertentu, tetapi anakan yang dihasilkan belum tentu memiliki warna sesuai keinginan calon pembeli, bahkan jantan berwarna coklat yang dikawinkan dengan betina yang berwarna coklat belum tentu menghasilkan anak berwarna coklat.

Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa jumlah anakan yang dihasilkan berpengaruh pada besarnya penerimaan, dimana rincian produksi (jumlah, nama, jenis kelamin, dan warna anakan) dan penerimaan anakan dapat dilihat di Lampiran 4. Selain itu warna bulu dari anakan Labrador di sini juga ikut menentukan harga penjualan. Pada kelahiran tanggal 8 Juni 2008, penerimaan yang tinggi dapat dicapai karena lima dari tujuh anakan yang dijual berwarna coklat. Berdasarkan Tabel 4 ini juga dapat dilihat adanya risiko mortalitas dari anakan. Mortalitas ini dapat terjadi karena kondisi anakan yang lemah pada saat berada dalam kandungan.

Tabel 4. Produksi Anakan Labrador Retreiver di D’Sunflower Kennel Selama Juni 2008-April 2009 Tanggal Kelahiran Jumlah Produksi (ekor) Jumlah Hidup (ekor) Tingkat Mortalitas (%) Total Penerimaan (Rp) 8 Juni 2008 8 7 12,5 60.000.000 16 Juni 2008 5 5 0 19.500.000 12 Agustus 2008 3 2 33,3 10.000.000 12 Januari 2009 9 8 11,1 37.000.000 16 April 2009 6 6 0 25.500.000

Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)

Berbagai macam risiko produksi yang ada, menyebabkan adanya fluktuasi produktivitas anakan. Pihak D’Sunflower memiliki target lima ekor anakan dapat dihasilkan dari setiap kelahiran. Namun, pada kenyataannya jumlah anakan yang

(10)

dihasilkan selalu berfluktuasi. Adanya fluktuasi produktivitas anakan biasanya terjadi karena umur produktivitas dari induk, gen induk, juga kesehatan induk. Fluktuasi dari produktivitas anakan di D’Sunflower Kennel dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Produktivitas Anakan di D’Sunflower Kennel pada Tahun 2008-2009 Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)

Adanya permasalahan produksi dalam usaha pembiakan dan kenyataan bahwa D’Sunflower Kennel mampu bertahan dan mengembangkan usahanya, menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1) Sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh D’Sunflower

Kennel?

2) Bagaimana probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D’Sunflower Kennel?

3) Bagaimana strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel.

2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D’Sunflower Kennel.

(11)

3) Menganalisis strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D’Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver.

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, antara lain :

1) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi D’Sunflower Kennel untuk meminimalisir risiko produksi.

2) Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya.

3) Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penetian ini dapat dipaparkan sebagai berikut :

1) Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah anjing Labrador Retreiver yang dibiakkan di D’Sunflower Kennel.

2) Lokasi D’Sunflower Kennel yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah lokasinpertama yang berada di Jalan Bangka II No. 97, Mampang, Jakarta Selatan.

3) Objek penelitian berupa data primer dari hasil wawancara dan diskusi langsung di D’Sunflower Kennel serta data sekunder berupa data produksi anjing Labrador Retreiver pada tahun 2008 dan 2009.

4) Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis risiko produksi yang dihadapi oleh D’Sunflower Kennel.

Gambar

Gambar 1.  Produktivitas Anakan di D’Sunflower Kennel pada Tahun 2008-2009          Sumber : D’Sunflower Kennel (2009)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis hubungan antara tingkat diversifikasi pendapatan, tingkat ketahanan pangan dan strategi coping rumah tangga petani di daerah pinggiran Kota

Dampak dari perang dagang pada rantai pasokan global ditinjau dari sejauh mana tarif dan hambatan non-tarif lainnya dapat mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan

Tujuan pembelajaran tersebut berbunyi melalui pembelajaran kooperatif berbantu media Crossword Puzzle, siswa mampu menganalisis penyebab perubahan lingkungan dan

Oleh karena itu diperlukan kajian untuk mengidentifikasi kondisi rantai pasokan dan mengukur kinerja rantai pasokan serta untuk mengidentifikasi serta menganalisis risiko

Dengan kata lain, risiko dan dampak terhadap timbulnya bencana banjir dapat dikurangi dengan upaya mitigasi, penanggulangan dan pengendalian bencana banjir yang diwujudkan

Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan melalui assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko

Ringworm atau dermatofitosis ini lebih sering menyerang anjing atau kucing dari ras yang mempunyai bulu panjang dan juga lebih sering menyerang pada anjing dan

Selain binatang anjing merupakan sosok yang bersahabat binatang anjing juga memiliki sisi keunikan tersendiri dari sifat, tingkah laku dan wajah yang lucu untuk dijadikan