• Tidak ada hasil yang ditemukan

B A B I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "B A B I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana implementasi/penerapan salah satu bagian dari kebudayaan Jepang di tempat kerja yaitu Program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) sebagai penerapan dari Falsafah Kaizen budaya Jepang pada salah satu perusahaan manufaktur otomotif Jepang di Indonesia PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing terhadap efektifitas organisasi sehingga perusahaan Jepang tersebut mampu menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.

Menurut Keegan (1999:38), ekonomi dunia telah mengalami perubahan besar sejak Perang Dunia ke-II. Salah satu dari perubahan tersebut adalah munculnya pasar global dalam merespon peluang baru dalam hal ini pasar perbankan internasional serta munculnya pesaing global secara terus-menerus menggantikan pesaing lokal dalam hal ini bisnis perbankan lokal. Bersamaan dengan itu, integrasi ekonomi dunia meningkat secara signifikan. Integrasi ekonomi meninngkat 10 persen di awal abad 20 menjadi kira-kira 50 persen sekarang ini. Integrasi ini secara khusus terjadi di dua wilayah, Uni Eropa (sebelumnya Masyarakat Ekonomi Eropa) dan NAFTA (American Free Trade Area). Bahkan ± 25 tahun yang lalu, dunia masih belum terpadu seperti sekarang ini. Namun sekarang telah banyak terjadi perubahan organisasi dari perusahaan besar di dunia menjadi terlibat dalam perusahaan global. Dalam dekade yang lalu, terdapat perubahan besar dalam dunia ekonomi yang memegang implikasi penting terhadap bisnis. Kemungkinan suksesnya suatu bisnis lebih besar bila perencanaan dan strategi didasarkan pada realitas baru dari perubahan ekonomi dunia, sebagai berikut di bawah ini:

♦ Perpindahan modal menjadi daya penggerak ekonomi dunia, bukan lagi perdagangan.

(2)

♦ Ekonomi dunia mendominasi keadaan. Ekonomi makro negara tidak lagi mengendalikan hasil ekonomi.

♦ Pertentangan selama 75 tahun antara kapitalisme dan sosialisme telah berakhir (Keegan, 2003:38).

Dengan berbagai macam barang dan jasa yang diperdagangkan dalam kawasan nasional maupun internasional serta semakin bebas dan global perdagangan, maka Indonesia harus turut serta dalam perdagangan bebas dan global. Sedikitnya ada 6 bentuk perdagangan bebas (free trade) yakni European Free Trade Area (EFTA), European Economic Community (EEC), North American Free Trade Area (NAFTA), Australian New Zealand Clour Economic Relation (ANCER), Asia Pacific Economic Corporation (APEC) dan Asean Free Trade Area (AFTA). Indonesia sebagai salah satu Negara anggota ASEAN termasuk dalam Asean Free Trade Area (AFTA) yang dimulai pada tahun 2003. Indonesia juga ikut serta dalam organisasi World Trade Organization (WTO). Dalam rangka mempersiapkan perekonomian Indonesia ke arah global, Pemerintah Indonesia telah melakukan perubahan-perubahan kebijakan sejak tahun 1990-an. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya adalah privatisasi usaha-usaha milik negara, menghapus sistem monopoli usaha, memberikan kebebasan berusaha terhadap para investor asing. Hal tersebut dilakukan untuk menarik investor asing untuk turut menggerakkan roda perekonomian nasional serta membantu memulihkan perekonomian nasional akibat resesi ekonomi yang berkepanjangan semenjak akhir tahun 1997.

Proses globalisasi ini telah menjadi sebuah trend baru dalam aktivitas interaksi antar komunitas yang melingkupi seluruh aspek kehidupan, dan kegiatan perekonomian memiliki peranan yang sangat penting dalam proses globalisasi yang ditandai dengan adanya aktivitas ekonomi yang telah melampaui batas-batas fisik negara. Aktivitas-aktivitas ekonomi telah dilakukan secara luas dengan jaringan informasi yang tanpa batas. Selain terdapat kritik mengenai globalisasi bahwa globalisasi akan mempengaruhi sistem negara yang berkaitan dengan investasi ekonomi, distribusi kekayaan dan kemakmuran, peluang kerja, dan kekuasaan yang dimiliki serta integritas budaya, demokrasi juga ikut

(3)

terkoyak seperti dikemukakan oleh Wiseman (1998:135). Namun tak dapat dipungkiri seperti dikemukakan oleh Castells (1998:245) bahwa globaliasi sebagai sebuah proses mendunia telah memberikan dampak yang juga menguntungkan bagi perekonomian sebuah negara. Trend globalisasi yang terjadi dan dengan perubahan yang sangat signifikan adalah model kepemilikan aktivitas ekonomi, dari kepemilikan negara dan usaha-usaha yang terkontrol menuju privatisasi, deregulasi dan lebih berwawasan kompetisi. Investasi merupakan salah satu aktivitas dari globalisasi ekonomi, perubahan-perubahan kebijakan sebuah negara untuk menjadi bagian dari komunitas ekonomi dunia telah memaksa negara-negara maju dan berkembang untuk saling bersilang dalam bentuk investasi produksi atau jasa.

Marbun (1986:9) dalam bukunya Manajemen Jepang menyatakan bahwa dalam kurun waktu yang relatif singkat ternyata Jepang berhasil membangun sistem dan tingkat ekonominya dari reruntuhan Perang Dunia II, tahun 1945. Berbeda dengan fenomena umum yang berlaku sebelumnya bahwa monopoli kemajuan ekonomi dan teknologi hanya berkisar di belahan bumi bagian Barat, tampaknya Jepang berhasil menerobos fenomena ini serta menghasilkan realita baru bahwa ekonomi Jepang tidak hanya berjaya di kawasan Asia saja, namun juga mampu menerobos ke seluruh dunia. Jepang untuk pertama kalinya dalam sejarah dan pertumbuhannya dengan segala keterbatasan sumberdaya alamnya dan tradisi teknologi yang relatif muda, dapat mematahkan dominasi dan kekuatan ekonomi negara-negara ”tua dan klasik” Inggris, Perancis, Jerman dan Italia dalam percaturan ekonomi dunia. Bahkan Jepang berhasil menjadi pemimpin dalam sektor ekonomi tertentu. Menurut Pascale dan Athos (1981:23) bahwa pada tahun 1980 GNP (Gross National Product) Jepang termasuk kategori tiga besar di dunia dan diprediksi akan menjadi nomor satu di dunia. Dengan pertumbuhan GNP (Gross National Product) Jepang yang rata-rata di atas 10% sejak tahun 1950-an, Jepang telah berhasil mengorbitkan diri sebagai negara industri yang tangguh, pengekspor terbesar di Asia dan mensejajarkan Jepang dalam kelompok ekonomi raksasa dunia yang ketiga setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kalau pada tahun 1940-an, dunia, terutama negara-negara Barat menganggap enteng Jepang dan mencemooh produk Jepang

(4)

sebagai barang tiruan dan kelas rongsokan serta murahan, maka pada saat ini barang dan teknologi produk Jepang termasuk yang berkualitas tinggi, desain mutakhir dan tetap relatif murah. Menurut Fuller dan Beck (2006:192) mengemukakan bahwa hampir semua perusahaan Jepang berpotensi menjadi perusahaan global yang sesungguhnya. Sedangkan menurut Shields (1993:1) bahwa Jepang dinyatakan oleh banyak negara sebagai negara nomor dua terkuat dalam hal perekonomiannya setelah Amerika dan berpotensial untuk menjadi nomor satu di dunia.

Kehebatan manajemen Jepang menjadi buah bibir masyarakat dunia. Orang mulai ramai ingin mempelajarinya secara mendalam apa kekhususan manajemen Jepang sehingga dapat membangkitkan ekonomi Jepang sampai merajai perekonomian dunia. Meraksasanya ekonomi Jepang membuat tidak dapat mengatakan bahwa sistem manajemen Barat lebih hebat daripada manajemen Jepang. Bangsa Indonesia yang memiliki kesamaan dalam banyak hal dengan bangsa Jepang, ada baiknya juga mempelajari lebih dalam bagaimana sistem manajemen Jepang dan mengambil manfaatnya guna memajukan bangsa Indonesia.

Dalam keadaan ekonomi dunia yang mulai suram, orang baru mulai bertanya-tanya apa dan mengapa Jepang dapat meraih kesuksesan. Dunia mulai mencari-cari upaya baru dalam mengatasi suasana resesi dunia. Banyak negara industri maju dan modern mulai kagum dan terpesona oleh keberhasilan ekonomi atau sistem manajemen Jepang. Orang-orang Barat berlomba-lomba pergi ke Jepang untuk mempelajari Sistem Manajemen Jepang. Apakah rahasia di balik kesuksesan Jepang tersebut? Secara analisis sederhana maka sukses ditentukan oleh pengolahan sumber daya alam, manusia dan proses yang memutar sistem tersebut. Di balik kesulitan atas sumber daya alamnya yang sangat sedikit, Jepang memiliki sumber daya manusia yang berdisiplin dan berkualitas tinggi berikut penguasaan teknologi mutakhir. Untuk memadukan faktor-faktor tersebut tentunya diperlukan sistem manajemen yang memadai.

(5)

Menurut Sobirin (2007:39) dalam bukunya Budaya Organisasi menyatakan banyak para ahli mengatakan bahwa semangat yang begitu tinggi bangsa Jepang untuk bangkit kembali setelah perang dunia kedua ini didukung oleh budaya masyarakat Jepang yang telah berakar ratusan tahun. Sejak restorasi Meiji Jepang telah membangun sistem budaya yang begitu kukuh yang tidak lekang oleh waktu (Samson, 1997). Sistem budaya ini pulalah yang menjadi modal dasar bangsa Jepang untuk terus membangun kembali perekonomian bangsa tersebut.

Pentingnya sistem budaya ini bagi organisasi atau perusahaan juga disampaikan oleh Harian Kompas (Sabtu, 22 Maret 2008; hal. 33) dalam judul artikel Values: Bukan Basa Basi menyatakan bahwa semenjak 1994, ketika Jim Collins dan Jerry Porras mempublikasikan buku Built to Last, banyak CEO dan top management merasa kurang greget-nya bila tidak menggambarkan values perusahaannya. Saat itulah para manajemen puncak mulai tergugah tentang efektifnya kekuatan ”internal” yang ada di dalam diri individu pekerja. Bila values perusahaan ikut dihayati karyawan secara tepat, perusahaan bisa menghasilkan nilai lebih daripada sekadar uang, karena core values memberikan sense of identity, kelanggengan dan ”daya juang plus” perusahaan dalam menghadapi badai kompetisi ini.

Tidaklah mengherankan pada kondisi seperti sekarang ini, apabila berkunjung ke ruang rapat di perusahaan-perusahaan, hampir selalu terpampang poster dengan gambaran values perusahaan. Apabila diperhatikan secara seksama, sering terlihat kesamaan antara values yang digariskan satu perusahaan dengan perusahaan lain. Tidak hanya di Indonesia, namun data di majalah Fortune, menunjukkan 55% dari 100 perusahaan terbaik versi Fortune menyatakan bahwa integritas adalah value utamanya, di samping rangking kedua: kepuasan pelanggan, dan yang ketiga: kerja tim. Apabila semua perusahaan bernuansa values yang sama, apa pula yang membuat berbeda dari kompetitornya? Dengan kesamaan ini, apakah sosialisasi values yang mewabah ini masih akan menjadi value adding dalam bisnis? Terdapat banyak perusahaan yang memperlakukan values dengan cara seolah-olah values sekadar hiasan

(6)

organisasi yakni values adalah program yang bisa jalan bisa juga tidak karena tidak melekat dengan tim manajemen maupun pemilik perusahaan. Ini tentunya tidak disengaja, tetapi upaya mengaitkan dan menerjemahkan values ke dalam perangai dan perilaku sehari-hari setiap karyawan tidak mudah, apalagi kalau proses pengaitannya tidak dihayati, ditekuni sendiri oleh tim manajemen. Bahkan, apabila tidak berhati-hati bisa saja ternyata perilaku karyawan bertentangan dengan values yang terlanjur dikumandangkan ke masyarakat.

B. PERUMUSAN MASALAH

Sobirin (2007:39) dalam bukunya Budaya Organisasi menyatakan dalam upayanya untuk memulihkan perekonomian Jepang, pemerintah Jepang dengan sangat terpaksa melakukan rekonstruksi bidang ekonomi yang dalam pelaksanaannya dipandu oleh pemerintah Amerika Serikat. Pasca perang dunia kedua (1945-1950) perusahaan-perusahaan Jepang harus mengikuti semua arahan pemerintah (companies follow government guidance). Namun karena kebijakan pemerintah Jepang pada waktu itu tidak lepas dari kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Amerika, tidak bisa dihindari terjadinya Amerikanisasi pola pengelolaan perusahaan Jepang. Situasi ini terjadi sampai akhir tahun 1960-an. Titik balik mulai terjadi pada awal tahun 1970-an. Salah satu penyebabnya seperti dikatakan di atas karena krisis minyak dunia yang menyebabkan perusahaan-perusahaan Amerika mulai berguguran. Di saat yang sama perusahaan Jepang tidak saja bisa bertahan hidup namun juga mampu mengekspor produknya ke Amerika dan sekaligus membawa serta pola manajemen Jepang ke Amerika.

Sadar bahwa perusahaan-perusahaan Amerika mulai colaps karena krisis minyak dan di saat yang sama perusahaan-perusahaan Jepang masih bisa bertahan dan bahkan masih bisa menghasilkan laba, mendorong perusahaan-perusahaan Amerika salah satunya perusahaan-perusahaan konsultan McKenzie – salah satu dari perusahaan konsultan Amerika terkemuka untuk mempelajari lebih jauh mengapa hal ini bisa terjadi. Hasil kajian McKenzie menunjukkan bahwa kemampuan Jepang bertahan tidak lepas dari peran dan budaya Jepang yang

(7)

begitu kuat. Budaya bagi bangsa Jepang tidak saja menjadi landasan bagi bangsa Jepang dalam menjalankan kehidupan sehari-hari tetapi juga menjadi landasan dalam cara mengelola kegiatan organisasi perusahaan.

Menurut Wishnu AP (2008:1) dalam bukunya Meraup Keuntungan dengan Lean Manufacturing dikemukakan bahwa apabila Anda melihat seolah perusahaan Anda berjalan di tempat, penjualan meningkat namun profit tidak berubah, ada baiknya Anda mulai meningkatkan efektifitas aktivitas perusahaan Anda. Ada terdapat metode untuk melakukan efektifitas di dalam perusahaan, salah satunya adalah Metode 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, rajin). Target dari pelaksanaan metode tersebut adalah profit bagi perusahaan yang didapatkan dari peningkatan efektifitas dan efisiensi aktivitas perusahaan. Strategi atau program yang dapat mendorong pencapaian produk yang berkualitas diantaranya adalah Continuous Quality Improvements (CQI) atau Kaizen dan sikap kerja 5S (Seri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) atau menurut Fabrizio Thomas dan Don Tapping (2006:3) dalam bukunya 5S for The Office bahwa terdapat Sistem 5S untuk perkantoran, dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Sort, Set in order, Shine, Standardize dan Sustain. Menurut pendapat Ilham, Mohamad (2007), keberhasilan implementasi strategi 5S tidak lepas dari kepemimpinan yang berperan menciptakan suasana kerja yang kondusif, memberi bimbingan, arahan dan kepercayaan kepada bawahan. Kerjasama antar karyawan yang baik dan dilakukan secara berkesinambungan. Pengawasan yang selalu dilakukan oleh atasan baik melalui laporan maupun langsung ke lapangan. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia untuk semua level karyawan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menambah wawasan. Struktur organisasi yang mendukung implementasi strategi ditunjukkan dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas di dalam organisasi untuk menghindari overlapping.

Teori budaya organisasi telah mengetahui bahwa budaya perusahaan adalah salah satu ciri yang dapat dipakai sebagai petunjuk untuk membedakan satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Oleh karena itu penelitian ini memanfaatkan budaya perusahaan khususnya budaya perusahaan Jepang

(8)

sebagai faktor yang diduga sangat berkaitan dalam pola pengelolaan kegiatan organisasi perusahaan Jepang yang ada di Indonesia. Salah satu budaya Jepang yang diterapkan pada perusahaan manufaktur multinasional Jepang adalah 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) yang dapat diterjemahkan menjadi Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Menurut Chandra ID (2008) bahwa pada dasarnya 5S terkait langsung terhadap kegiatan pengorganisasian lokasi kerja dan kerumahtanggaan. Hal ini berdampak langsung terhadap efektifitas, efisiensi, produktivitas, kualitas dan keselamatan kerja. Program 5S ini dapat pula diterapkan pada perusahaan/industri yang berbeda dari industri manufaktur karena 5S ini bersifat fleksibel untuk diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan kerja jenis industri/perusahaan yang berbeda-beda.

Dikemukakan oleh Presiden Direktur PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing bahwa di antara beragam alat transportasi, sepeda motor menempati peran utama dalam sandi kehidupan masyarakat. Riset menunjukkan pasar di Indonesia telah lama diperhitungkan sebagai salah satu pasar terbesar di dunia. Hal ini menjadikan peluang bagi Yamaha untuk mendominasi pasar di masa depan terbentang luas. Dikarenakan perusahaan manufaktur otomotif ini merupakan salah satu dari lima besar perusahaan otomotif sepeda motor di Indonesia dan telah menerapkan program 5S, menjadi salah satu alasan penelitian ini dilakukan.

Pokok permasalahan utama yang akan dibahas dalam penelitian tesis ini adalah sebagai berikut di bawah ini:

1. Bagaimanakah implementasi/penerapan secara sistematis kebudayaan Jepang 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) tersebut di tempat kerja dalam hal ini pada salah satu perusahaan manufaktur otomotif Jepang PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing?

2. Bagaimanakah kebudayaan Jepang ini dipelajari, saling dihubungkan, dimiliki bersama dan berpengaruh terhadap Keefektifan Organisasi?

(9)

C. TUJUAN DAN SIGNIFIKANSI PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagaimana berikut di bawah ini:

1. Mengkaji implementasi/penerapan secara sistematis program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) kebudayaan Jepang di tempat kerja khususnya pada perusahaan manufaktur otomotif Jepang PT. Yamaha Indonesia Motor Manufacturing.

2. Mengkaji pengaruh program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke) budaya Jepang terhadap Efektifitas Organisasi.

2. Signifikansi Penelitian

Signifikansi penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu signifikansi akademis dan signifikansi praktis yang masing-masing akan dijelaskan di bawah ini:

2.1. Signifikansi Akademis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah model manajemen yang berasal dari Asia diwakili oleh Jepang, serta menambah materi referensi di lingkungan perguruan tinggi khususnya bidang ilmu administrasi yang berkaitan dengan pengembangan dan kebijakan bisnis internasional.

2.2. Signifikansi Praktis:

Manfaat lain dari segi praktis yaitu memberikan saran untuk perbaikan suasana lingkungan/tempat kerja perusahaan manufaktur Jepang yang terdapat di Indonesia khususnya PT. YIMM. Penerapan budaya 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) ini diharapkan mampu memberi dampak praktis suasana kerja yang nyaman serta menegakkan disiplin kerja para karyawan.

(10)

Di samping manfaat tersebut di atas, diharapkan hasil penelitian tesis ini menjadi referensi bagi perusahaan lainnya dengan bidang usaha berbeda dari usaha manufaktur sesuai dengan kondisi tempat kerja masing-masing jenis perusahaan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Pembahasan tesis ini dilakukan secara bertahap, bab demi bab agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang arah penulisan tesis secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab dengan uraian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah yang mendorong penulis melakukan penelitian. Dalam bab ini juga termuat perumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan signifikansi penelitian serta sistematika penulisan tesis.

BAB II TINJAUAN LITERATUR DAN METODE PENELITIAN

Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu Tinjauan Literatur dan Metode Penelitian. Dalam sub bab Tinjauan Literatur berisi teori dari berbagai sumber terpublikasi yang menunjang pembahasan penelitian ini. Sub bab ini menyajikan teori-teori budaya organisasi diantaranya fungsi-fungsi budaya organisasi, nilai bersaing budaya organisasi, pentingnya mendiagnosis budaya dan memfasilitasi perubahannya serta falsafah Kaizen yang merupakan salah satu budaya kerja bangsa Jepang dalam menghadapi persaingan bisnis dilengkapi dengan tools dari falsafah Kaizen tersebut yaitu program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) serta teori tentang Efektifitas Organisasi Dalam bab ini juga menguraikan model analisis, hipotesis, dan operasionalisasi konsep. Dalam sub bab Metode Penelitian diuraikan pendekatan penelitian, jenis/tipe penelitian, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data serta keterbatasan penelitian.

(11)

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang karakteristik dari objek penelitian yang terkait dengan penelitian. Pada bab ini akan diuraikan profil perusahaan baik sejarah pendirian perusahaan, struktur maupun fasilitas yang dimiliki perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini merupakan penjelasan dari hasil temuan di lapangan yang dikaitkan dengan konsep teori yang digunakan. Penggunaan data diolah dengan teknik analisis data dengan metode analisis deskriptif dimaksudkan untuk menguji data penelitian dengan teori-teori yang dipakai. Hasil pengujian data kemudian dibahas agar dapat dipahami makna hasil penelitian. Makna hasil penelitian yang diperoleh menjadi dasar untuk menarik kesimpulan dan merumuskan saran.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan kesimpulan daripada penelitian yang merupakan jawaban pertanyaan penelitian dengan didasarkan pada hasil penelitian dan tentang saran yang merupakan jawaban konkrit atas permasalahan yang ada.

Referensi

Dokumen terkait

Penghantar yang mempunyai tahanan kecil amat mudah dialiri arus listrik, dikatakan mempunyai daya hantar listrik yang besar. Penghantar yang mempunyai tahanan besar, sulit dialiri

Adapun hasil uji regresi linier berganda dapat dilihat dari output pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16 sebagai berikut bahwa nilai R = 0,688 atau

Judul Tugas Akhir : Sistem Administrasi Usaha Rental Mobil pada Unit.. Usaha Rental Mobil Arlinta Surabaya Dosen Pembimbing 1 : Nur Cahyo Wibowo, S.kom, M.kom Dosen Pembimbing 2

Tetapi cakrawala mereka (sebagai orang Bali) bertemu dengan cakrawala kitab Wahyu (sebagai Kitab Suci). Dalam lingkaran hermeneutis Gadamer, dipahami bahwa orang hanya

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah penentuan faktor-faktor kesiapan penerapan e-learning, pemodelan ontologi, dan penentuan

mekanik kemudian dikonversikan oleh generator menjadi energi listrik... ap panas terbuang dari hasil konversi energi tersebut kemudian ditampung ap panas terbuang dari hasil

Harus memenuhi ketentuan cara distribusi yang baik yang ditetapkan oleh menteri saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran sediaan farmasi,

Skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar PKn pada Siswa Kelas