• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Peranakan Etawa ( PE)

Kambing merupkan mamalia yang termasuk ordo Artiodactya, Subordo

Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra (Devendra dan Burn, 1994),

kambing peliharaan terdiri atas lima spesies yaitu Capra ibex, Capra hircus, Capra Caucasia, Capra Pyrenaica, dan Capra Falconeri. Berdasarkan sistem pencernaannya, kambing merupakan hewan mamahbiak dengan ukuran tubuh yang berukuran sedang. Pada umumnya, kambing memiliki jenggot, dahi cembung, ekor agak keatas, dan kebanyakan berbulu kurus dan kasar. Kambing sudah di budidayakan manusia sekitar 8.000 hingga 9.000 tahun yang lalu. Kambing suka hidup bekelompok 5 sampai 20 ekor. Dalam pengembaraannya mencari pakan, kelompok kambing ini dipimpin oleh kambing betina yang paling tua. Kambing jantan berfungsi sebagai penjaga keamanan rombongan.

Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan : Animali, Filum : Chordata, Kelas : Mammalia, Ordo : Artiodactyla, Famili : Bovidae, Upafamili : Caprinae, Genus : Capra, Spesies : C. Aegagrus, Upaspesies : C. a. hircus

Menurut Suparman (2007), bahwa kita mengenal salah satu bangsa kambing yang tersebar diseluruh dunia yaitu kambing kacang. Kambing kacang merupakan bangsa kambing lokal asli Indonesia. Menurut Sarwono (2002), terdapat beberapa bangsa kambing yang di pelihara di Indonesia , diantaranyna kambing PE, Nubian, Kosta, Benggala, dan Kacang. Kambing memiliki keunggulan dibandingkan dengan ternak ruminansia lain yaitu mampu beradaptasi dengan baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat hidup dan berkembang biak sepanjang tahun. Kambing merupakan hewan domestikasi tertua

(2)

yang telah bersosialisasi dengan manusia lebih dari 1000 tahun, berkuku genap dan memiliki sepasang tanduk yang melengkung. Termasuk hewan pegunungan hidup dilereng-lereng yang curam yang meiliki sifat adaptasi yang cukup baik terhadap perubahan musim (Sarwono,2009).

Kambing yakni salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu, maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki beberapa keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak. Ternak kambing dapat berfungsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat, sebagai tabungan yang dapat dijual swaktu-waktu, tambahan pendapatan dan kotorannya dapat dijadikan sebagai sumber pupuk yang sekaligus dapat memberikan keuntungan bagi petani.

Kambing PE merupakan kambing hasil perkawinan silang antara kambing Etawa yang berasal dari India dan kambing Kacang asli Indonesia dan merupakan kambing dwiguna yang mampu menghasilkan susu dan daging untuk dimanfaatkan oleh manusia (Kusuma dan Irmansah, 2009).

Kambing PE memiliki ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dengan kambing Etawa, yaitu postur tubuh yang besar, telinga panjang menggantung, muka cembung, bulu di bagian paha belakang yang panjang. Kambing PE betina memiliki ambing yang relatif lebih besar dibanding kambing lokal lainnya dan memiliki puting yang panjang (Sodiq dan Abidin, 2008).

Mulyono dan Sarwono (2010) menyatakan kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing etawa dari India dengan kambing kacang yang penampilannya mirip etawa tetapi lebih kecil. Kambing PE memiliki dua kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu (perah) dan kambing potong.

Ciri khas kambing PE antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, telinga panjang, lembek menggantung dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang, 2 bulu tumbuh panjang di bagian leher,

(3)

pundak, punggung dan paha, bulu panjang dan tebal. Warna bulu ada yang tunggal putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat dan putih bertotol hitam (Subandriyo 1995).

2.2 Pakan Kambing

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan tatalaksana. Secara umum bahan makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, tetapi tidak semua komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat dicerna oleh ternak. Bahan makanan ternak mengandung zat makanan dan merupakan istilah umum, sedangkan komponen dalam bahan makanan ternak tersebut dapat digunakan oleh ternak disebut zat makanan. Selanjutnya Badan Standarisasi Nasional juga mendefinisikan bahan pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan sebagai pakan, yang telah maupun belum diolah. Pakan merupakan bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan dan hasil industri yang mengandung nutrisi dan layak dipergunakan sebagai pakan, baik yang diolah maupun belum diolah (SNI, 2013).

Pakan diberikan kepada ternak kambing untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan ternak. Pakan yang baik mengandung protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin, dan mineral yang dapat diperoleh dari hijauan dan konsentrat. Pemberian konsentrat mendukung pertambahan bobot badan lebih cepat dalam waktu tertentu, namun pemberian harus dibatasi dengan diselingi hijauan (Sarwono, 2011). Strategi pemberian pakan harus dapat memenuhi kebutuhan energi, protein, mineral, dan vitamin tergantung pada kondisi kambing (Rashid, 2008).

Efisiensi penggunaan pakan harus benar-benarditerapkan oleh peternak. Sebagai penyumbang kebutuhan terbesar dalam total biaya produksi, secara logistik pakan harus tersedia setiap saat (daily basis) selama masa produksi. Biaya

(4)

pakan ini bahkan bisa meningkat dengantajam apabila bahan yang digunakan tidak berbasis pada sumber daya lokal. Oleh karena itu, untuk menghemat biaya pakan maka peternak harus diarahkan pada penggunaan pakan berbahan baku inkonvensional berupa sisa hasil atau limbah tanaman maupun industri agro (Ginting, 2011).

2.2.1 Konsentrat

Gambar 1. Pakan Konsentrat

Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung, dedak halus, bungkil kelapa dan tepung ikan. Kualitas pakan konsentrat komersial buatan pabrik berupa pellet memiliki kandungan protein yang tinggi (Nisma dkk., 2012).

Purbowati dkk. (2003) menyatakan bahwa pakan konsentrat yang tersusun dari limbah industri pertanian mengandung serat kasar cukup tinggi, dan

(5)

pemberian konsentrat berenergi tinggi dapat mempengaruhi konsumsi pakan dimana semakin tinggi pemberian konsentrat maka dapat menurunkan konsumsi yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi energi dalam ransum. 7 Bahan pakan penyusun konsentrat diantaranya dedak halus, jagung giling, bungkil kelapa, urea, tepung ikan, tepung tulang, ultra mineral dan garam.

2.2.2 Jagung

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah padi yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hampir keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Selain sabagai komoditas pangan, jagung sangat dibutuhkan sebagai penyusun utama bahan pakan ternak terutama unggas. Di Indonesia, jumlah kebutuhan jagung meningkat dari tahun ke tahundalam jumlah yang cukup tinggi karena adanya permintaan dari industri pakan ternak (Departemen Pertanian, 2007).

Jagung merupakan sumber energi dari penyusun utama campuran pakan untuk ayam pedaging (50% dalam ransum), juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babidan di negara Amerika sebagai bahan pakan ruminansia (Cookie dkk .,2008). Jagung merupakan butiran yang mempunyai Total Nutrien Tercerna (TDN) dan Net Energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi (81.9%) adalah karena : (1) jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BetaN) yang hampir semuanya pati, (2) jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan semua butiran kecuali oat, (3) jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu jagung mudah dicerna.

Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari butiran yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten jagung akan menurun dan atau hilang selama penyimpanan. Benih bermutu baik dan berasal dari varietasunggul merupakan factor terpenting yang dapat menentukan tinggi atau rendahnya hasil tanaman jagung. Usaha-usaha lain seperti perbaikan bercocok tanam, pengairan yang baik,pemupukan berimbang serta pengendalian hama dan penyakit, hanya dapat memberi pengaruh yang

(6)

maksimal apabila disertai dengan penggunaan benih bermutu dari varietas unggul (Udinaya, 2008).

Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan.Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahanmakanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan bakumakanan ternak. Kebutuhan akan konsumsi jagung di Indonesia terus meningkat.

2.2.3 Bungkil Kedelei

Bungkil kedelai merupakan sisa hasil proses pengolahan kedelai yang sudah diambil minyaknya sehingga tersisa hanya bungkilnya yang masih mempunyai nilai gizi (Mathius dan Sinurat, 2001). Bungkil Kedelai menjadi sumber protein yang dominan, mengingat kandungan proteinnya sebesar 40 - 48% dan energi metabolismenya 2330 kkal/kg, namun bungkil kedelai ini mempunyai keterbatasan karena kandungan asam amino methionin (Mochammad, 2014).

Bungkil kedelai merupakan produk sampingan dari ekstraksi minyak dari kedelai utuh. Bungkil kedelai adalah salah satu bahan pakan sumber protein nabati. Bungkil kedelai memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, nilai kecernaannya tinggi, baunya sedap dan dapat meningkatkan palatabilitas (Pramono dkk., 2013). Kandungan nutrien bungkil kedelai BK 87,16%, BO 80,35%, PK 49,09%, LK 2,66%, SK 5,94%, BETN 35,3%, TDN 83,2% (Sutardi, 2001)

2.2.4 Garam

Garam adalah benda padat bewarna putih berbentuk kristal merupkan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, dan Calcium

Chlorida. Sumber garam yang terdapat di alam berasal dari air laut, air danau

asin, deposi dalam taah, tambang garam, sumber air dalam tanah (Mohi RA, 2014)

Garam merupakan salah satu sumber mineral yang sangat penting untuk kerangka tubuh ternak. Sumber mineral adalah bahan pakan yang memiliki

(7)

kandungan mineral seperti garam dapur (Wahyono dan Hardianto, 2004). Bahan pakan sebagai sumber mineral adalah tepung tulang dan tepung batu.

Garam Natrium klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan Kristal berwarna putih, berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk makanan, sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH ( bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk ), sebagai zat pengawet ( Mulyono, 2009).

2.2.5 Kaliandra

Gambar 2. Pakan Kaliandra

Gambar 2. Pakan Kaliandra

Calliandra calothyrsus berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko dan

masuk ke Indonesia pada tahun 1936 melalui pulau Jawa (Stewartdkk.,2001). Spesies C. calothyrsus yang masuk ke pulau Jawa berasal dari Guatemala selatan yaitu spesies C. calothyrsus yang berbunga merah dan C.tetragona yang berbunga putih (Abqoriyah dkk., 2015).

C.calothyrsus termasuk famili Fabaceae atau Leguminosae dan subfamili Mimosoideae. C. calothyrsus merupakan genus yang besar, beranggotakan sekitar

132 jenis,tersebar dari Amerika Utara sampai Selatan, 9 jenis berasal dari Madagaskar, 2 jenis dari Afrika dan 2 jenis dari sub-benua India. Pusat

(8)

keanekaragaman genus ini berada di negara bagian Bahia, Brasil. Ada juga pusat keanekaragaman kedua di Meksiko selatandan Guatemala (Stewart dkk., 2001).

Seperti kebanyakan hijauan ternak dari jenis pohon dan perdu lainnya, C.

calothyrsus kaya protein, tetapi kandungan energi yang dapat dicerna relatif

rendah. Bagian yang dapat dimakan mengandung 20-25% protein mentah sehingga sesuai sebagai tambahan protein bagi ternak yang makanan utamanya rumput atau jenis makanan lainnya yang kualitas proteinnya rendah. Namun pemberiannya sebaiknya dibatasi palingbanyak 30-40% berat segar seluruh makanan, sebab jika lebih banyak,tidak akan dimanfaatkan seluruhnya. Salah satu faktor yang mempengaruh inilai gizi adalah kecernaannya, dan sejauh mana hijauan ternak dapat dicerna dan diserap oleh ternak. Kecernaan Kaliandra sangat bervariasisekitar 30% sampai 60% (Hendrati dkk., 2014).

Kaliandra diketahui pakan yang mengandung protein tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Tangendjaja dkk. (1992) menunjukkan bahwa hasil analisis proksimat tanaman ini yaitu protein kasar 24 %, lemak kasar 4,1–5,0%, abu 5,0– 7,6%, NDF 24,0–34,0%, selulosa 15,0%, dan lignin 10,0–11,8%. Kandungan protein kasar daun kaliandra umur 1 minggu cukup tinggi yaitu sebesar 39,28% dan semakin turun kandungan proteinnya sejalan dengan bertambahnya umur daun tanaman tersebut, hal ini disebabkan daun yang tua, serat dan bahan lainnya semakin tinggi sehingga proporsi protein dalam komposisi keseluruhan menjadi lebih kecil.

(9)

Data mengenai kebutuhan nutrisi kambing berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Kebutuhan Nutrisi Kambing Berdasarkan Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan

BB (kg) PBB (g) BK (kg) TDN (kg) PK (g) 10 0 0,32 0,16 17 25 0,36 0,21 22 50 0,37 0,25 26 75 0,35 0,30 31 15 0 0,44 0,22 23 25 0,45 0,24 25 50 0,50 0,31 33 75 0,50 0,36 37 20 0 0,54 0,27 28 25 0,58 0,32 33 50 0,60 0,36 38 75 0,62 0,41 43 100 0,62 0,46 48 25 0 0,64 0,32 33 25 0,68 0,37 38 50 0,71 0,41 43 75 0,73 0,46 48 100 0,74 0,51 53 30 0 0,74 0,37 38 25 0,77 0,41 43 50 0,80 0,46 48 75 0,83 0,51 53 100 0,84 0,56 58 125 0,84 0,60 63 40 0 0,91 0,46 48 25 0,95 0,50 53 50 0,98 0,55 58 75 1,02 0,60 62 100 1,04 0,65 67 125 1,05 0,69 72 Total 1550 20,52 12,08 1282 Rata-rata 51,67 0,68 0,42 42,73 Rata-rata (gr) 51.670 680 420 42,73

(10)

2.3 Pertambahan Bobot Badan

Susilawati (2008) juga menjelaskan bahwa kambing PE di Indonesia nenek moyangnya berasal dari india yaitu kambing ettawah. Kambing ini merupakan jenis kambing perah dan dapat pula menghasilkan daging. Kambing PE termasuk kambing yang prolifik (subur) dengan menghasilkan anak 1-3 ekor per kelahiran, dengan berat badan antara 35-45 kg pada betina, sedangkan pada kambing jantan berkisar antara 40- 60 kg tergantung dari kualitas bibit dan manajemen pemeliharaannya

Berat badan merupakan kriteria pengukuran yang penting pada seekor hewan dalam menentukan perkembangan pertumbuhannya, dan juga merupakan salah satu dasar pengukuran untuk produksi disamping jumlah anak yang dihasilkan dalam menentukan nilai ekonominya (Abrianto,2011).

Pertambahan bobot badan kambing adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjdi daging. Pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara dengan sistem semiintensif rata-rata dapat mencapai 30-50 gram perhari, sedangkan pertambahan bobot saat dipelihara secara ekstensif rata-rata hanya mencapai 20-30 gram perhari. Sistem pemeliharaan secara intensif mampu menghasilkan pertambahan bobot badan rata-rata mencapai 100-150 gram (Mulyono dan Sarwono, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi PBBH adalah bobot badan ternak dan lama pemeliharaan. Bobot badan ternak senantiasa berbanding lurus dengan tingkat konsumsinya. Semakin tinggi bobot badannya, maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram perhari (Mulyono dan Sarwono ,2007).

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) dipengaruhi oleh kualitas pakan dan sistem hormonal ternak. Januardi (2010) menyatakan bahwa pakan yang diberikan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas ternak dan mortalitas, sehingga pada pemberian pakan hijauan harus dilayukan sebelum diberikan pada ternak, karena pada sebagian pakan yang segar masih mengandung senyawa yang dapat membahayakan ternak. .

(11)

Produktivitas ternak dicerminkan oleh pertumbuhan yang pesat dan dapat diukur melalui pertambahan bobot badan dan persentase karkas yang dihasilkan. Pertambahan bobot badan ternak sangat dipengaruhi oleh jenis ternak (breed), jenis kelamin (sex), umur (age), faktor lingkungan (environment) dan pengelolaan (management) (Hafid, 2003).

Rumus Perhitungan berat badan :

PBB = Bobot Akhir – Bobot Awal Waktu Pengamatan

Gambar

Gambar 1. Pakan Konsentrat
Gambar 2. Pakan Kaliandra
Tabel 1.  Kebutuhan Nutrisi Kambing Berdasarkan Bobot Badan dan  Pertambahan Bobot Badan

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan input form input data kriteria digunakan sebagai media input data kriteria beserta nilai bobot kriteria dapat dilihat pada gambar III.2 sebagai berikut

Sementara pengambilan strategi akhir dengan metode QSPM dari beberapa dengan metode yang telah digunakan maka strategi yang baik digunakan oleh KUB Mitra Bahari dalam

Muthmainnah (2008) mendapatkan pola pertumbuhan yang bersifat alometrik negatif untuk ikan janggutan ( Polynemus longipectoralis ) di estuari Sungai Musi, yang berarti

Tengkor ak telah muncul sebagai band yang memperhatikan kondisi anak bangsa, yaitu anak-anak muda yang terbawa selera kebarat- baratanan dan terjerumus kedalam pergaulan

Sesuai UU No.23 tahun 2011 BAZNAS mengumpulkan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya. Dalam pengumpulan dana BAZNAS melakukan sosialisasi zakat ke

The effectiveness of COD value reduction obtained in this research was almost similar to the landfill leachate treatment using TiO 2 immobilized on glass plate

keseluruhan gen itu untuk menyingkirkan atau mengidentifikasi semua kemungkinan kelainan yang ada.Yang paling mungkin dilakukan adalah kedua pasangan sama-sama berusaha

[r]