• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENERAPAN FREE SPACE OPTIC (FSO) PADA GEDUNG E DAN FG DI KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PENERAPAN FREE SPACE OPTIC (FSO) PADA GEDUNG E DAN FG DI KAMPUS A UNIVERSITAS TRISAKTI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

KAJIAN PENERAPAN FREE SPACE OPTIC (FSO)

PADA GEDUNG E DAN FG DI KAMPUS A

UNIVERSITAS TRISAKTI

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata* Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

[email protected]

Abstract

Free Space Optics (FSO) as Data Communication System technology contribute positively not only to its users but also to its operators. It is regarded as the development of infrared communication that can overcome some drawbacks of wireless data communication such as losses. This study concerns the implementation of Free Space Optics for cross connected buildings with the calculation of link margin factor to determine exactly the resulting performance under different kinds of weather: sunny, moderate rain and heavy rain. The results shown are those for the distance of 35.66 m. The obtained attenuation factors are as follows: -0.0078452 dB in sunny weather, -0.0156904 dB in light rain; and -0.1412136 dB in heavy rain. These results are still less than the link margin of 32.2228 dB, which means that Free Space Optics is good enough to be implemented. The result also showed that for the distance of 118.79 m, the attenuation factor is -0.4704084 dB in heavy rain and still less than the link margin of 22.5524 dB. It means that Free Space Optics can be implemented for line of sight communication.

Keywords: Free Space Optics (FSO), link margin, weather, attenuation factor

1. Pendahuluan

Kebutuhan mengakses data secara cepat sekarang ini menjadi begitu mendesak. Tidak saja karena kemajuan teknologi informasi (TI) yang juga semakin cepat, tetapi juga karena informasi telah menjadi objek bisnis. Karenanya, tuntutan akan berkualitasnya kabel serat optik menjadi begitu vital.

Setelah pemenuhan data dilakukan melalui berbagai teknologi, antara lain dari penempatan satelit di luar angkasa hingga penempatan kabel serat optik di dasar laut, tuntutan akan akses cepat itu tampaknya lebih dari sekedar menggali samudra dan mengukir luar angkasa.

(2)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

Beberapa ahli teknologi akhirnya berusaha memenuhi kebutuhan akan akses data cepat melalui perangkat serat optik dimaksud. Apalagi tuntutan itu antara lain datang dari pebisnis yang tinggal di kota-kota besar. Membongkar tatanan kota dengan menggali jalanan dan fondasi gedung pencakar langit guna menanam kabel serat optik, agaknya terlalu mahal harganya. Belum lagi izin untuk melakukan penanaman kabel tersebut juga bukan hal mudah.

Untuk itu sekarang ada sistem baru yang menggunakan sinar laser yang akan meneruskan sinar tersebut ke mesin penerima melalui media udara yang dikenal sebagai Free Space Optic (FSO).

Penggunaan FSO dalam telekomunikasi data memberikan banyak nilai positif bagi pengguna maupun penyelenggara jasa telekomunikasi.

FSO yang diadopsi komunikasi infra-merah mampu mengatasi berbagai kendala dalam bidang telekomunikasi wireless data seperti masalah loss dalam transmisi data dan performansi.

Pada penelitian ini dibahas sebuah kajian penerapan FSO antar gedung dengan menggunakan perhitungan Link Margin untuk menentukan performa dalam system FSO yang sedang dikaji.

Dalam penerapan FSO antar gedung masalah-masalah yang akan timbul bervariasi mulai dari kondisi tempat pemasangan alat yang ada di lapangan, serta perhitungan kapasitas trafik yang akan dihitung pada beberapa kondisi cuaca, yaitu kondisi cuaca cerah, hujan ringan dan hujan lebat.

Oleh karena itu penelitian ini adalah untuk menghitung Link

Margin dan Loss yang terjadi pada penerapan FSO di kampus A

Universitas Trisakti tepatnya antar gedung E dan FG.

2. Free Space Optic (FSO)

Bagian dasar dari sistem FSO merupakan sebuah unit yang ditempatkan pada atau dekat dengan sebuah network ataupun backbone yang dihubungkan melalui transmisi wireless.

(3)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Inti dari sistem merupakan penggunaan sinar infra-merah atau LASER sebagai media transmisi pada jarak antara transmitter dan receiver

line-of-sight (LOS), yang memiliki karakteristik transmisi half duplex dan full duplex (tergantung aplikasi pada jaringan yang dibutuhkan).

Dengan rangkaian konverter yang memungkinkan hubungan antar jaringan dengan konektivitas dalam berbagai peralatan dalam sebuah jaringan komunikasi voice dan data, seperti telepon, fax dan PC seperti terlhat pada Gambar 1. (Kertiyasa, Pradipta & Oky Danubrata, 2003: 24) (Wiilebrand, Dr. Heinz & Baksheesh S Ghuman, 2002: 40-45)

Gambar 1. Arsitektur FSO

Pada Gambar 2. (Kertiyasa, Pradipta & Oky Danubrata, 2003: 28) dapat dijelaskan bahwa sistem terdiri dari dua link head identik yang digunakan sebagai dua node untuk segmen point-to-point sinar infra-merah. Setiap link head memuat tiga modul dasar, yakni Infra-red Transmitter (TX), Infra-red Receiver (RX) dan Fiber Interface Board (FIB).

(4)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

Untuk sistem jarak maksimum (2-4 Km) jumlah modul transmitter naik menjadi 3 per link head, dan untuk menampung ini sebuah housing yang lebih besar digunakan sambungan data antara Outdoor Unit (ODU) dan Indoor Unit (IDU) dibuat lewat fiber optik (1300 Nm, multimode, SC, singlemode adalah suatu opsi atau pilihan) dan dari IDU ke perlengkapan jaringan pelanggan dapat berupa Fiber Optik, BNC atau RJ-45.

Gambar 2. Arsitektur Sistem FSO

Suatu sistem FSO (optical wireless) dapat dianggap seperti sebuah sistem "radio" yang menggunakan "sinar" infra-merah sebagai pengganti gelombang radio, atau sebagai suatu sistem komunikasi optik yang memancarkan sinar LASER point-to-point melalui udara, dibandingkan melalui kabel serat optik.

Tidak seperti sistem radio dan microwave, sistem FSO memerlukan perijinan spektrum atau koordinasi frekwensi dengan para pemakai lain, interferensi dari atau menuju sistem lain ataupun peralatannya bukanlah sesuatu yang harus diperhatikan, dan sinyal laser point-to-point sangatlah sulit untuk diinterupsi, oleh karena itu aman.

(5)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Data rate dapat dibandingkan dengan transmisi kabel serat optik yang dapat dibawa dengan error rate yang sangat rendah, sementara dengan lebar sinar LASER yang sempit memastikan bahwa mungkin untuk mendeteksi berbagai tranceiver tanpa adanya resiko mendapat gangguan interferensi timbal balik pada tempat yang dialokasikan.

Kebebasan dari perijinan dan peraturan menyebabkan kemudahan, kecepatan dan biaya rendah dalam pemasangan. Karena transceiver optical

wireless dapat mengirim dan menerima melalui jendela.

Sehingga bisa ditempatkan dalam gedung, sederhana dalam wiring

dan cabling dan mengijinkan sistem untuk beroperasi dalam suatu

lingkungan yang berbeda. Kebutuhan utamanya adalah transmisi

line-of-sight (LOS) antar kedua unit tersebut

3. Aplikasi Sistem FSO Di Lapangan

Kebutuhan akan jaringan LAN yang memiliki bandwidth besar saat ini sudah menjadi kebutuhan pada berbagai institusi untuk mendukung komunikasi data maupun suara. Salah satu implementasinya adalah dengan penerapan sistem Free Space Optic (FSO).

Sebagai contoh kasus aplikasi sistem FSO akan dicoba untuk diimplementasikan pada Kampus A Universitas Trisakti dengan menghubungkan link antar gedung yaitu dengan memasang sistem jaringan FSO antar gedung E dan FG. Sebagai deskripsi dapat dilihat pada Gambar 3. pada halaman berikut ini.

Pada Gambar 3. dapat digambarkan kondisi lingkungan dan sistem yang digunakan berdasarkan site survey secara kasar sebagai berikut: a. Jarak antara kedua link head secara point to point adalah 35,66 m

(berdasarkan pengukuran melalui situs Google Earth). Dan untuk memenuhi syarat line of sight masing-masing link head ditempatkan pada rooftop.

b. Kemungkinan kondisi cuaca yang terjadi di lapangan adalah cerah, hujan ringan dan hujan lebat sesuai kondisi umum cuaca di Jakarta tempat dimana dilakukan pengukuran.

Spesifikasi alat yang digunakan pada aplikasi ini menggunakan perangkat FSO yang umum dipakai pada implementasi di lapangan (PAV

(6)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

Data Systems, 2003: np) (PAV Data Systems, 2003: np). Ada beberapa faktor dalam menentukan jenis perangkat yang digunakan, salah satunya adalah faktor jarak.

Berdasarkan kondisi lingkungan pada kasus ini, dimana jarak link adalah 35,66 m, maka untuk menyesuaikan dengan spesifikasi jarak ideal maksimum dipilih model FP155/600 (230 m).

Gambar 3. Model implementasi sistem FSO dengan jarak link 35,66 m Parameter-parameter yang diperlukan dalam menentukan link

margin beberapa diantaranya telah ditetapkan dan sisanya melalui

perhitungan untuk menentukan performa sistem FSO.

3.1. Transmission Power

Transmission power adalah jumlah energi (power) yang dilepaskan

atau ditransmisikan oleh transmitter. Di sini, nilainya berdasarkan standar ukuran industri: Total Maximum Average Power Output.

(7)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Setiap produk FSO tranceiver mencantumkan nilai tersebut pada

specification sheet termasuk juga Transmit System Optical Losses. Untuk

jenis FSO tranceiver yang memiliki beberapa transmitter (multiple

transmitter), total power yang ditransmisikan dihitung dengan:

Ttotal = T + 10 log10(NT) (1)

Dimana:

T : power per transmitter (watt)

NT : jumlah transmitter

3.2. Sensitivitas Receiver

Sensitivitas receiver merupakan jumlah minimal dari energi

(power) optik yang masih dapat terdeteksi oleh receiver untuk level performa (error-rate) tertentu. Nilainya ditentukan oleh vendor FSO menurut spesifikasi peralatan.

3.3. Optical Loss

Salah satu sumber redaman yang mempengaruhi Link Margin adalah ketidak sempurnaan lensa dan elemen optik (seperti coupler). Sebagai contoh, sebuah lensa dapat meneruskan cahaya sebesar 96% sedangkan 4%-nya dipantulkan atau terserap dan hilang.

Jumlah redaman tersebut bergantung pada karakteristik alat dan kualitas lensa yang digunakan.

Nilai tersebut perlu diukur atau telah ditentukan oleh pembuat komponen-komponen optik. Dalam hal ini nilai redaman tersebut telah didapat dari spesifikasi alat yang digunakan yaitu sebesar 2 dB.

3.4. Geometrical Loss

Geometrical loss mengacu pada loss yang terjadi akibat divergensi

pancaran sinar optik. Biasanya, dalam sistem FSO, divergensi pancaran diatur agar tepat sasaran dari transmitter ke reciever.

Beberapa sistem yang menggunakan active tracking, diameter penyebaran ini bisa sangat kecil.

Dalam sistem-sistem yang tidak menggunakan active tracking (dimana sistem tracking hanya mencakup dalam jangkauan beberapa Hertz

(8)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

saja), penyebaran dari sinar tersebut diatur supaya di saat sinar itu bergoyang.

Beberapa bagian dari sinar tersebut akan selalu mengenai reciever, dan sambungan tersebut akan dijaga. Rasio antara area yang diterima oleh penerima dan area pancaran yang dikirimkan oleh pemancar merupakan nilai redaman geometrik, secara sederhana dapat dituliskan:

Rasio= 2 *     

jarak sudut divergensi pemancar optik diameter penerima optik diameter

Jika diameter dalam cm, jarak dalam km, dan divergensi dalam mrad rumus umumnya menjadi: 2 1 2 * * 100         R d d Ab Ar (2) Dimana: Ar : area penerima

Ab : area pancaran (beam)

d2 : diameter optik penerima (cm)

d1 : diameter optik pemancar (cm)

R : jarak antara pengirim dan penerima (km)

: sudut divergensi (mrad)

Hasil perbandingan biasanya dinyatakan dalam dB.

3.5. Pointing Loss

Pada instalasi dengan jarak yang jauh sangat sulit untuk melihat kearah pengirim atau penerima. Ditambah lagi sistem tracking yang mengandung residual steady-state error.

Apabila terjadi kondisi seperti di atas maka akan timbul tambahan

loss karena penerima tidak terarahkan secara akurat ke penerima. Biasanya

efek tersebut timbul untuk jarak yang lebih dari 3 Km.

Jarak antara pengirim dan penerima tidak lebih dari 1km sehingga

(9)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

3.6. Atmospheric Loss

Atmosfir (media udara) menyebabkan penurunan sinyal dan atenuasi dalam sambungan sistem FSO dalam berbagai cara, termasuk penyerapan, penyebaran, dan kilauan.

Semua efek-efek ini adalah variasi waktu dan akan bergantung pada cuaca dan kondisi lokal. Semua elemen-elemen ini berpengaruh terhadap

channel fade (penurunan kanal).

Persamaan untuk menghitung Athmospheric Loss adalah sebagai berikut: LAtmospheric = a * R (3)

Dimana:

a : atmospheric attenuation factor (dB/km)

R : jarak antara pengirim dan penerima (km)

Variabel athmospheric attenuation factor adalah nilai koefisien yang merupakan perhitungan konversi dari visibility statistic yang disurvey dan dikumpulkan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Internasional (World Meteorological Organization) yang ditunjukkan oleh Tabel 1. pada halaman berikut ini.

4. Hasil Perhitungan dan Analisis

4.1. Perhitungan Parameter Link Margin

Perhitungan Link Margin didapat dari jumlah seluruh Power optimal yang ditransmisikan dikurangi jumlah antara sensivitas receiver dan seluruh nilai rugi-rugi (redaman/loss). Maka perhitungannya menjadi:

TTotal – S + LGeo + LPo + LOp (4)

4.1.1. Transmitt Power

Dari data sheet spesifikasi alat diperoleh data jumlah transmitter 1 dimana transmitter mampu mentransmisikan power sebesar 5 mW. Dengan demikian dapat dihitung:

5 mW = 10 log 3 3

10

10

*

5

  = 6,9897 dBm

(10)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

Tabel 1. International Visibility Codes for Weather Condition and Precipitation Weather Condition Precipitation Amount (mm/hr) Visibility dB Loss/km Dense Fog 0 m 50 m -271.65 Thick Fog 200 m -59.57 Moderate Fog Snow 500 m -20.99

Light Fog Snow Cloudburst 100 770 m

1 km

-12.65 -9.26

Thin Fog Snow Heavy

Rain

25 1.9 km

2 km

-4.22 -3.96

Haze Snow Medium

Rain 12.5 2.8 km 4 km -2.58 -1.62 Light Haze

Snow Light Rain 2.5 5.9 km

10 km

-0.96 -0.44

Clear Snow Drizzle 0.25 18.1 km

20 km -0.24 -0.22 Very Clear 23 km 50 km -0.19 -0.06 4.1.2. Sensitivitas Receiver

Sensivitas receiver menurut data sheet adalah sebesar -41 dBm.

4.1.3. Geometrical Loss

Dalam perhitungan ini, digunakan rumus berikut ini.

Loss =

Ab

Ar

= 2 1 2 * * 100       R

d d (5)

(11)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Dari semua parameter yang telah disebutkan sebelumnya, untuk mempermudah dapat dibuat tabel seperti Table 2.

Tabel 2. Parameter Link Budget

Variabel Parameter Kalkulasi

T Transmission Power (dBm) Dari data sheet peralatan

NT Jumlah transmitter Dari data sheet peralatan

TTotal

Total Power Yang

Ditransmisikan (dBm) Ttotal = T + 10 log10 (NT)

D1 transmit aperture diameter (m) Dari data sheet peralatan

D2 Receive aperture diameter (m) Dari data sheet peralatan

S Sensitivitas Receiver untuk

BER 1x10-8 (dBm) Dari data sheet peralatan

Θ Sudut divergensi (rad) Dari data sheet peralatan

R Jarak (m) Kondisi lapangan

LGeo Geometric Loss (dB) 10 log

2 1 2 * * 100       R

d d

LPo Pointing Loss (dB) Asumsi 0

LOpt Optical Loss (dB) Asumsi -2dB

LAthm Athmospheric Loss (dB) a * R

Link Margin (dB) TTotal – S + LGeo + LPo + LOpt

Parameter yang diketahui dari persamaan (5) di atas:

d2 = 5 cm

d1 = 3 cm

R = 0.03566 km

(12)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372 LGeo = 10 log 2 6 * 033566 , 0 * 100 3 5        = 10 log 2 396 . 24 5     = -13,7669 dB 4.1.4. Atmospheric Loss Berdasarkan persamaan (3). LAtmospheric = a * R

Parameter yang diketahui dari persamaan di atas adalah:

a = dari tabel International Visibility Codes for Weather Condition and Precipitation (Tabel 1.)

R = 35,66 m = 0,03566 km

4.1.4.1. Kondisi Cuaca Cerah

Nilai attetuation factor menurut Internatiol Visibility Codes for

Weather Conditions and Precipitation (Tabel 1.) pada kondisi ini adalah

-0.22 dB/km, untuk jarak 35,66 m maka nilai attenuation factor-nya adalah: -0,22 dB/km * 0,03566 km = -0,0078452 dB

4.1.4.2. Kondisi Cuaca Hujan Ringan

Nilai attetuation factor menurut Internatiol Visibility Codes for

Weather Conditions and Precipitation (Tabel 1.) pada kondisi ini adalah

-0.44 dB/km, untuk jarak 35,66 m maka nilai attenuation factor-nya adalah: -0,44 dB/km * 0.03566 km = -0,0156904 dB

4.1.4.3.Kondisi Cuaca Hujan Lebat

Nilai attetuation factor menurut Internatiol Visibility Codes for

Weather Conditions and Precipitation (Tabel 1).

Pada kondisi ini adalah -3.96 dB/km, untuk jarak 35,66 m maka nilai attenuation factor-nya adalah:

(13)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

-3,96 dB/km * 0.03566 km = -0,1412136 dB

4.1. Link Margin

Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat dihitung nilai Link

Margin untuk sistem tersebut, yaitu sebagai berikut:

Link Margin = 6,9897 – (-41) + (-13,7669) + (0) + (-2)

= 32,2228 dB

Dari hasil beberapa perhitungan di atas dapat dibuat tabel Link

Margin seperti Tabel 3. berikut ini.

Tabel 3. Tabel Link Margin

Deskripsi

nilai

Satuan Cerah Hujan ringan Hujan lebat

Transmit power 6,9897 6,9897 6,9897 dBm Sensivitas Receiver -41 -41 -41 dBm Optical loss -2 -2 -2 dB Geometrical loss -13,7669 -13,7669 -13,7669 dB Pointing loss 0 0 0 dB Link margin 32,2228 32,2228 32,2228 dB Atmospheric loss -0,0078452 -0,0156904 -0,1412136 dB

Pada perhitungan di atas diperoleh link margin yang cukup besar, yaitu 32,2228 dB untuk mengatasi redaman yang timbul akibat pengaruh atmosfer sebesar -0,0078452 dB untuk cuaca cerah, -0,0156904 dB untuk kondisi cuaca hujan ringan dan -0,1412136 dB pada saat hujan lebat.

(14)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

Dengan demikian performansi sistem FSO yang diterapkan sangat bagus dan sangat mungkin untuk diterapkan, karena athmospheric loss yang ada tidak melebihi link margin.

4.2. Atmospheric Loss

Secara sederhana persamaan link sistem FSO dengan pengaruh

Athmospheric Loss (jika tanpa dipengaruhi oleh Optical loss dan Pointing loss) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Preceived = Ptransmitted *

2 1 2 2 ) * ( R d d   *10 (-a*R/10) (6)

Persamaan 3. dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

d transmitte received P P =

2 1 2 2 ) * ( R d d   *10 (-a*R/10) (7)

Seperti diketahui, persamaan umum untuk mencari nilai Loss atau redaman yaitu: Loss = 10 log d transmitte received P P (8)

Dari persamaan 4 dan 5 disubtitusikan, maka akan didapat persamaan

Atmospheric Loss, yaitu:

LAtmospheric = 10 log

2 1 2 2 ) * ( R d d   *10 (-a*R/10) (9) dimana: P = power (watt),

d1 = transmit aperture diameter (m),

d2 = receive aperture diameter (m)

θ = beam divergence (mrad)

R = jarak (km)

(15)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Parameter yang diketahui dari persamaan di atas:

d1 = 0.03 m

d2 = 0.05 m

θ = 6 mrad

R = 0.03566 km

A = atmospheric attenuation factor (dB/km)

4.2.1. Kondisi Cuaca Cerah

Nilai attetuation factor menurut Internatiol Visibility Codes for

Weather Conditions and Precipitation (Tabel 1) pada kondisi ini adalah

-0.22 dB/km, untuk jarak 35,66 m maka nilai attenuation factor-nya menjadi:

-0,22 dB/km * 0,03566 km = - 0,0078452 dB Sehingga dapat dihitung:

LAthm = 10 log

2 2 ) 03566 , 0 * 6 ( 03 , 0 05 , 0  *10 (-0,0078452*0,1/10) = 10 log (0,042005* 0,999819) = 10 log 0,041997397 = -13,7677 dB

4.2.1. Kondisi Cuaca Hujan Ringan

Nilai attetuation factor menurut Internatiol Visibility Codes for

Weather Conditions and Precipitation (Tabel 1) pada kondisi ini adalah

-0.44 dB/km, untuk jarak 35,66 m maka nilai attenuation factor-nya menjadi:

-0,44 dB/km * 0.03566 km = -0,0156904 dB Sehingga dapat dihitung:

LAthm = 10 log

2 2 ) 03566 , 0 * 6 ( 03 , 0 05 , 0  *10 (-0,0156904*0,1/10)

(16)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

= 10 log (0,042005* 0,999638) = 10 log 0,041989794

= -13,7685 dB

4.2.2. Kondisi Cuaca Hujan Lebat

Nilai attetuation factor menurut Internatiol Visibility Codes for

Weather Conditions and Precipitation (Tabel 1) pada kondisi ini adalah

-3.96 dB/km, untuk jarak 35,66 m maka nilai attenuation factor-nya menjadi:

-3,96 dB/km * 0.03566 km = -0,1412136 dB Sehingga dapat dihitung:

LAthm = 10 log

2 2 ) 03566 , 0 * 6 ( 03 , 0 05 , 0  *10 (-0,01412136*0,1/10) = 10 log (0,042005* 0,996753) = 10 log 0,041868609 = -13,7811 dB

Dari hasil perhitungan di atas link margin ditunjukkan pada Tabel 4. berikut ini:

Tabel 4. Tabel Link Margin

Deskripsi

Nilai

Satuan Cerah Hujan ringan Hujan lebat

Transmit power 6,9897 6,9897 6,9897 dBm

(17)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Deskripsi

Nilai

Satuan Cerah Hujan ringan Hujan lebat

Link margin 47,9897 47,9897 47,9897 dB

Atmospheric loss -13,7677 -13,7685 -13,7811 dB

Dari perhitungan diatas, Link Margin dan jarak transmisi merupakan parameter disain penting yang menjamin reabilitas jaringan FSO.

Link margin menunjukkan bagaimana sistem mampu menghadapi

redaman baik dari jarak, cuaca maupun sistem itu sendiri. Performa dari FSO link akan memburuk jika link margin yang tersedia lebih kecil terhadap nilai loss yang terjadi.

Jarak link yang telah ditetapkan dapat berubah-ubah bergantung pada lokasi pemasangan link head, berikut adalah jika diasumsikan dengan jarak link terjauh seperti terlihat pada Gambar 4. halaman berikut ini.

Dengan asumsi jarak kedua link head adalah sejauh 118,79 m seperti terlihat pada Gambar 4 diatas pada kondisi cuaca hujan lebat maka hasil perhitungan Link Margin seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. halaman berikut ini.

Pada perhitungan dengan kondisi jarak dan cuaca seperti di atas performansi sistem FSO yang diterapkan masih sangat bagus dan masih sangat memungkinkan untuk diterapkan, karena athmospheric loss yang ada masih jauh di bawah Link Margin.

Untuk memenuhi kondisi seperti tersebut di atas, sistem tersebut diimplementasikan dengan memenuhi syarat clear line-of-sight, yaitu menempatkan link head pada masing-masing atap gedung dan mengarahkannya satu sama lain secara tepat.

(18)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

Gambar 4. Model implementasi sistem FSO dengan jarak link head 118,79 m

Tabel 5. Tabel Link Margin

Deskripsi Nilai Hujan lebat Satuan

Transmit power 6,9897 dBm

Sensivitas Receiver -41 dBm

(19)

Yuli Kurnia Ningsih, Indra Surjati & Oky Danubrata. Kajian Penerapan Free Space Optic (FSO)

Deskripsi Nilai Hujan lebat Satuan

Geometrical loss -23,4373 dB

Pointing loss 0 dB

Link margin 22,5524 dB

Atmospheric loss -0,4704084 dB

5. Kesimpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Parameter yang paling berpengaruh pada perhitungan Atmospheric loss adalah Attenuation factor yang masing-masing berbeda untuk setiap kondisi yang berbeda.

2. Link margin dan jarak transmisi merupakan parameter desain penting yang menjamin reabilitas jaringan FSO.

3. Pada kondisi jarak 35,66 m, redaman atmosfir yang terjadi sangat kecil yaitu sebesar -0,0078452 dB untuk cuaca cerah, -0,0156904 dB untuk cuaca hujan ringan, dan -0,1412136 dB untuk cuaca hujan lebat dan dibawah link margin sebesar 32,2228 dB untuk ketiga kondisi cuaca yang berbeda.

4. Pada kondisi jarak 118,79 m yang, Free Space Optic masih cukup bagus dan bisa diterapkan karena redaman yang timbul sebesar -0,4704084 dB (pada cuaca hujan lebat) masih dibawah nilai link margin sebesar 22,5524 dB, dengan syarat Line-of-sight.

Daftara Pustaka

1. Kertiyasa, Pradipta, dan Oky Danubrata, Free Space Optic: Sistem,

(20)

JETri,

Volume 6, Nomor 2, Februari 2007, Halaman 1 - 20, ISSN 1412-0372

2. Makalah, “Technical Specification SkyNet® 10/100 Mbps”, PAV Data Systems Ltd., 2003.

3. PAV Data Systems Ltd. (Online)

(www.pavdata.com), diakses 20 September 2006.

4. Willebrand, Dr. Heinz, and Baksheesh S Ghuman., Free-Space Optics:

Enabling Optical Connectivity in Today’s Networks. Indiana: Sams

Gambar

Gambar 1. Arsitektur FSO
Gambar 2.  Arsitektur Sistem FSO
Gambar 3. Model implementasi sistem FSO dengan jarak link 35,66 m  Parameter-parameter  yang  diperlukan  dalam  menentukan  link  margin  beberapa  diantaranya  telah  ditetapkan  dan  sisanya  melalui  perhitungan untuk menentukan performa sistem FSO
Tabel 1. International Visibility Codes for Weather Condition and  Precipitation
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga setelah melalui semua proses perhitungan data yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan terhadap cara berpikir kritis siswa melalui

atau kondisi lingkungan pada lokasi yang berjauhan antara sensor node dengan koordinator.Berdasarkan pengu-jian modul wireless nrf24l01 dapat diketahui bahwa jarak

Setelah benih jangung mengalami pasca panen, mutu dan kualitas dari benih jagung rentan terserang oleh hama S zeamais tersebut Sitophilus zeamais sering disebut

Penelitian yang dilakukan Brenda Tiffani (2011) dengan judul penelitian ”Audit Manajemen Untuk Menilai efektivitas fungsi sumber daya manusia. (studi kasus pada fakultas

Simulasi diawali dengan mengadakan pendekatan terhadap harga-harga parameter dari data pengukuran lapangan dan pendekatan terhadap data sekunder dari literatur, selanjutnya

Dari evaluasi hasil pengujian photo SEM dapat dilihat bentuk dari partikel arang kayu sengon bulat tidak sempurna dan komposisi kimia yang mendominasi adalah

Pakan dalam bentuk pellet lebih efisien penggunaannya bagi itik daripada pakan dalam bentuk mash, sebab pakan dalam bentuk pellet lebih mudah dikonsumsi dan dapat

Untuk satuan pendidikan yang memiliki rombongan belajar dengan banyak peserta didik kurang dari kapasitas maksimum kelas, lantai bangunan juga memenuhi ketentuan luas minimum