• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sofariah Rahmawaty, Ayu Prawesti, Sari Fatimah 2. Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Bekerja di Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sofariah Rahmawaty, Ayu Prawesti, Sari Fatimah 2. Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Bekerja di Bandung"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017

1. Pengaruh Nesting terhadap Saturasi Oksigen dan Berat Badan pada Bayi Prematur di Ruang Perinatologi

RSUP dr Hasan Sadikin Bandung

Sofariah Rahmawaty, Ayu Prawesti, Sari Fatimah 2. Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Bekerja di Bandung

Upik Rahmi, Eva Ashriprillia

3. Penerapan Teknik Pijat Effleurage terhadap Penurunan Skala Nyeri Saat Menstruasi (Dismenorea) pada Siswi Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bandung

Astri Dwi Lestari, Nandang J N, Sajodin, Heri Kurniawan

4. Kesiapan Perawat Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bandung dalam Menghadapi Bencana

Diah Ayu Sri Lestari, Ayu Prawesti Priambodo, Valentina Belinda Marlianti Lumbantobing

5. Pengaruh Metoda Ceramah dan Demonstrasi terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan mengenai Perawatan Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) dan Deteksi Dini Pneumonia pada Balita

Fanny Adistie, Ikeu Nurhidayah, Ai Mardhiyah, Sri Hendrawati, Nenden Nur Asriyani Maryam 6. Dampak Kemoterapi pada Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

Ridha Ranailla, Ai Mardhiyah, Nur Oktavia Hidayati

7. Kebutuhan Psikososial Pasien Paska Stroke pada Fase Rehabilitasi Sri Hartati Pratiwi, Eka Afrima Sari, Ristina Mirwanti

8. Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan dalam Pencegahan Gangguan Gizi Balita

Tetti Solehati, Nuroktavia Hidayati, Cecep Eli Kosasih

9. Pengaruh Patient Safety Human Patient Simulation (PS-HPS) terhadap Capaian Pembelajaran Keselamatan Pasien pada Mahasiswa Profesi Ners STIKep PPNI Jabar

Eva Supriatin, Suci Noor Hayati

10. Implementasi Fungsi Keluarga dan Self Care Behavior Lanjut Usia Penderita Hipertensi Inggriane Puspita Dewi, Salami, Sajodin

Alamat Redaksi:

STIKes ‘Aisyiyah Bandung

Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

(2)

JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017

Pelindung:

Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Santy Sanusi, S.Kep.Ners., M.Kep.

Ketua:

Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom.

Bendahara:

Riza Garini, A.Md.

Penyunting/Editor :

Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep.

Pemasaran dan Sirkulasi :

Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.

Mitra Bestari :

Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yosep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat.

Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.

Alamat Redaksi:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah

Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269

e-mail: jka.aisyiyahbdg@gmail.com

(3)

DAFTAR ISI

1. Pengaruh Nesting terhadap Saturasi Oksigen dan Berat Badan pada Bayi Prematur di Ruang Perinatologi RSUP dr Hasan Sadikin Bandung

Sofariah Rahmawaty, Ayu Prawest, Sari Fatimah ... 1 - 8 2. Kualitas Hidup Lanjut Usia yang Bekerja di Bandung

Upik Rahmi, Eva Ashriprillia ... 9 - 15 3. Penerapan Teknik Pijat Effleurage terhadap Penurunan Skala Nyeri Saat Menstruasi

(Dismenorea) pada Siswi Kelas XI di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bandung

Astri Dwi Lestari, Nandang J N, Sajodin, Heri Kurniawan ... 17 - 22 4. Kesiapan Perawat Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bandung

dalam Menghadapi Bencana

Diah Ayu Sri Lestari, Ayu Prawesti Priambodo, Valentina Belinda Marlianti

Lumbantobing ... 23 - 31 5. Pengaruh Metoda Ceramah dan Demonstrasi terhadap Pengetahuan Kader

Kesehatan mengenai Perawatan Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) dan Deteksi Dini Pneumonia pada Balita

Fanny Adistie, Ikeu Nurhidayah, Ai Mardhiyah, Sri Hendrawati, Nenden Nur

Asriyani Maryam ... 33 - 40 6. Dampak Kemoterapi pada Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

Ridha Ranailla, Ai Mardhiyah, Nur Oktavia Hidayati ... 41 - 53 7. Kebutuhan Psikososial Pasien Paska Stroke pada Fase Rehabilitasi

Sri Hartati Pratiwi, Eka Afrima Sari, Ristina Mirwanti ... 55 - 61 8. Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan dalam

Pencegahan Gangguan Gizi Balita

Tetti Solehati, Nuroktavia Hidayati, Cecep Eli Kosasih ... 63 - 69 9. Pengaruh Patient Safety Human Patient Simulation (PS-HPS) terhadap Capaian

Pembelajaran Keselamatan Pasien pada Mahasiswa Profesi Ners STIKep PPNI Jabar

Eva Supriatin, Suci Noor Hayati ... 71 - 77 10. Implementasi Fungsi Keluarga dan Self Care Behavior Lanjut Usia Penderita

Hipertensi

(4)
(5)

63

ARTIKEL PENELITIAN

JKA.2017;4(2):63-69

PENGARUH EDUKASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN DALAM PENCEGAHAN GANGGUAN GIZI BALITA

Tetti Solehati1, Nuroktavia Hidayati2, Cecep Eli Kosasih3 ABSTRAK

Gangguan gizi pada balita masih merupakan masalah di Indonesia. Kader kesehatan merupakan tenaga perpanjangan dari tenaga kesehatan yang dapat diberdayakan dalam membantu masalah tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan kader kesehatan dalam pencegahan gangguan gizi balita. Desain penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre test dan post test. Penelitian dilakukan di Desa Mekar Mukti dan Desa Karang Bungur Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang. Populasi pada penelitian ini dalah seluruh kader kesehatan pada kedua desa tersebut berjumlah 44 kader dengan total sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian instrumen kuisioner. Analisis secara statistik dengan menggunakan persentasi dan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan sebelum intervensi hampir seluruh responden berkatagori cukup sejumlah 38 orang (86,4%) berubah menjadi sebagian besar responden berkatagori baik sejumalh 29 orang (54,5%) setelah dilakukan intervensi. Pada analisa lebih lanjut ditemukan bahwa terdapat perbedaan rata rata tingkat pengetahuan kader kesehatan sebelum dan setelah intervensi pada siswa (pv=0,00). Kesimpulan pada penelitian ini ditemukan bahwa edukasi dapat meningkatkan tingkat pengetahuan kader kesehatan. Saran perlu adanya kerjasama yang berkesinambungan antara posyandu, pemerintah desa, dan puskesmas untuk mensuport para kader kesehatan dalam meningkatkan pengetahuannya secara berkala baik formal maupun secara informal, khususnya untuk mencegah gangguan gizi.

Kata kunci : edukasi, gangguan gizi balita, kader kesehatan, pengetahuan

Abstract

Nutrition distrubance of toddlers was still a problem in Indonesia. Health cadres are extension workers from health workers who can be empowered to solve that problem. The aim of the research was to determine effect of education on the level of knowledge of health cadres in the prevention of the toddler nutritional distrubance. A quasi experimental research design was conducted with pre test and post test design. The research was conducted in Mekar Mukti Village and Karang Bungur Village, Buah Dua District, Sumedang Resident. The population in this study was all health cadres in both villages amounted to 44 cadres using total sampling. Data was collected using the quisioner instrument. Statistical analysis used percentage and paired t-test. The results revealed that before the intervention almost all respondents had moderate level of knowledge 38 people (86.4%). After intervention the mean score changed to good level for almost all respondents 29 people (54.5%). In further analysis found that there was statistical significant difference in mean score of knowledge of the health cadres before and after intervention (p = 0.00). Conclusion of this study found that the education can improve the level of knowledge of health cadres in order to prevent of nutritional disorders among the toddler. This study suggests that it needs a continuous cooperation between posyandu, village government, and with puskesmas to support health cadre in increasing their knowledge periodically both formal and informally, especially to prevent malnutrition.

Keywords: education, under five year’s malnutrition, health cadre, knowledge

(6)

64 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017 LATAR BELAKANG

Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi besi, dan gangguan akibat kurang Yodium masih banyak tersebar di desa seluruh tanah air. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga dalam memilih, mengolah serta membagi makanan di tingkat rumah tangga, ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang berkualitas.

Balita merupakan kelompok yang cukup rawan beresiko mengalami gangguan gizi. Diperlukan antisipasi untuk mencegah gangguan gizi menjadi berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi yang akan menimbulkan dampak cukup besar seperti: gizi buruk, gizi kurang, kwashiorkor, dan marasmus.

Masalah gizi yang dialami oleh masyarakat di Kabupaten Sumedang khususnya di Desa Mekar Mukti dan Desa Karangbungur Kecamatan Buah Dua merupakan masalah nasional. Kondisi gangguan gizi baik yang ringan, sedang maupun yang berat akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Kondisi ganggauna gizi ini akan nampak dari tanda dan gejala yang ditampilkan oleh balita berupa penurunan berat badan atau berat badan yang tidak sesuai dengan usia, mudah terserang penyakit, penurunan kecerdasan dan perkembangan anak, anak tidak aktif.

Berdasarkan data hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) Tahun 2011, angka prevalensi balita kurang gizi di Sumedang 720 balita atau masih mencapai 9.64 % mendekati

ambang batas masalah gizi masyarakat yaitu sebesar 10 persen (http://www.sumedangkab. go.id). Pada tahun 2009 angka balita gizi buruk di Sumedang berkisar 0,90 %, tahun 2010 berkisar 0,88% , tahun 2011 berkisar 0,88, dan tahun 2012 berkisar 0,88 % (Pusdatin Kemenkes, R.I, 2009). Meskipun angka gizi buruk tersebut dibawah toleransi standar tetapi tetap harus dijadikan kajian. Menurut Ketua Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Sumedang manifestasi masalah gizi pada balita dalam suatu kelompok masyarakat dapat menggambarkan adanya masalah gizi dalam masyarakat tersebut ( http://www.pikiran-rakyat.com).

Untuk mengatasi masalah gizi pada balita, Departemen Kesehatan telah menetapkan sasaran prioritas pembangunan kesehatan tahun 2005-2009 dan salah satunya adalah program Keluarga Sadar Gizi. Keluarga Sadar Gizi adalah dimana keluarga mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi di tingkat keluarga/rumah tangga melalui perilaku yang sesuai kesehatan seperti: menimbang berat badanbalita secara teratur, hanya memberikan ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa makanan tambahan apapun, makan makanan beraneka ragam yang mengandung gizi, memasak menggunakan garam beryodium, dan mengkonsumsi suplemen zat gizi mikro sesuai anjuran yang diharuskan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007). Untuk memperkecil resiko- resiko diatas diperlukan suatu upaya pencegahan atau preventif yang didukung serta dilakukan oleh semua pihak baik keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan gizi pada balita diantaranya adalah dengan meningkatkan pengetahuan orang tua itu tentang pentingnya asupan gizi yang cukup untuk perkembangan balita, melakukan periksa balita segera memeriksaakan diri jika ada keluhan. Upaya

(7)

Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan dalam Pencegahan Gangguan Gizi Balita 65

JKA | Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017 untuk mengatasi masalah gizi ini tidaklah

mudah, perlu dukungan berbagai pihak baik dari pemerintah dalam hal ini pusat pelayanan kesehatan maupun dari peran serta masyarakat dalam bentuk peran kader yang tergabung dalam posyandu. Disamping itu perlu adanya program tertentu yang intensif untuk mendukung program peningkatan atau pencegahan gangguan gizi di masyarakat khususnya pada kelompok balita yang ada di Desa Mekar Mukti dan Desa Karangbungur Kecamatan Buah Dua. Program tersebut adalah program Pemberdayaan dan pendampingan kader kesehatan posyandu sebagai upaya pencegahan gangguan gizi. Oleh karena itu kader kesehatan perlu mendapatkan pelatihan berupa edukasi tentang pencegahan gangguan gizi pada balita untuk mengembangkan kapasitas dirinya sebagai kader kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) untuk mencapai keluarga sadar gizi, diperlukan suatu upaya pendidikan gizi masyarakat yang terus menerus serta pendampingan keluarga baik oleh tenaga profesional maupun masyarakat terlatih. Kader kesehatan merupakan masyarakat yang terlatih. Mereka merupakan tenaga perpanjangan dari tenaga kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan dari tenaga kesehatan setempat. Diperlukan pemberdayaan kader untuk membantu peran tenaga kesehatan dalam mengatasi masalah gangguan gizi pada balita. Pemberdayaan kader diharapkan dapat meningkatnya kinerja dari kader untuk mendeteksi dan melakukan pendampingan bagi balita yang menderita gangguan gizi maupun balita yang diduga memiliki resiko gangguan gizi. Sehingga diharapkan semua warga desa yang memiliki balita terhindar dari resiko gangguan gizi dan bagi balita yang sudah mengalami gangguan gizi bisa mendapatkan pelayanan yang optimal dari pelayanan kesehatan.

Agar kader kesehatan berdaya maka diperlukan pelatihan atau pemberian edukasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan untuk

memecahkan masalah kesehatan di masyarakat. Penelitian Boy, E. (2015) menyimpulkan bahwa

pelatihan efektif meningkatkan pengetahuan pada kader kesehatan. Dengan pengetahuan yang memadai maka kapasitas kader kesehatan akan memadai sehingga mampu berdaya dalam menggerakan masyarakatnya dalam upaya pencegahan gangguan gizi balita dan mensukseskan program keluarga sadar gizi. Penelitian Solehati, T. tahun 2014 pada kader kesehatan di desa Jalupang dan desa Banggalamulya dan tahun 2017 pada kader kesehatan Posyandu Kecamatan Banjaran Desa Banjaran Kabupaten Bandung membuktikan bahwa edukasi dapt meningkatkan pengetahuan dan skill kadaer kesehatan. Berbeda dengan penelitian terdahulu dimana pemberian edukasi tidak melibatkan pemaparan video, maka pada penelitian ini edukasi diberikan melalui cermah tanya jawab dan pemaparan video terkait pencegahan gangguan gizi balita. Dengan video diharapakan dapat meningkatkan minat kader kesehatan sehingga termotivasi dengan edukasi yang telah diberikan kepada mereka. Penelitian Melina, F. (2014) menunjukan bahwa media video dapat mempengaruhi motivasi.

Berdasarkan masalah tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan kader kesehatan dalam pencegahan gannguan gizi pada balita.

METODOLOGI

Desain penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre test dan post test untuk mengetahui pengetahuan kader kesehatan sebelum dilakukan edukasi dan setelah diberikan edukasi. Pada penelitian ini, sebelum intervensi dilakukan maka kader kesehatan diambil datanya terlebih dahulu untuk mengukur tingkat pengetahuan sebelum dilakukan intervensi edukasi, kemudian diberikan intervensi edukasi. Setelah dilakukan intervensi edukasi dilakukan,

(8)

66 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017

pada kader kesehatan di ambil data kembali untuk mengetahui pengaruh edukasi terhadap tingkat pengetahuan kader kesehatan. Intervensi edukasi diberikan dengan menggunakan metode ceramah tanya jawab (CTJ) dan pemutaran video terkait pencegahan gangguan gizi pada balita.

Penelitian dilakukan di Desa Mekar Mukti dan Desa Karang Bungur Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang. Populasi pada penelitian ini dalah seluruh kader kesehatan pada kedua desa tersebut berjumlah 44 kader dengan total sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian instrumen quisioner.

Data analisis, pada penelitian ini teknik analisis data untuk mengetahui hasil penelitian

digunakan analisis data univariat (persentase) dan bivariat (t test). Untuk analisis univariat teknik yang digunakan adalah dengan mengidentifikasi frekuensi (f) dan prosentase (%). Sedangkan untuk analisis bivariate, teknik analysis yang digunakan adalah menggunakan t test karena penelitian ini ingin mengetahui perbedaanaan antara dua mean (rata-rata).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian sebelum dan setelah diberikan intervensi edukasi kesehatan pada kader kesehatan di Desa Mekar Mukti dan Desa Karang Bungur Kecamatan Buah Dua Kabupaten Sumedang tentang penceghan gangguan gizi pada balita dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang pencegahan gangguan gizi pada balita

sebelum dan setelah intervensi (n: 44)

Tingkat pengetahuan Sebelum intervensi Setelah intervensi

f % f %

Buruk 3 6.8 0 0

Cukup 38 86.4 15 45.5

Baik 3 6.8 29 54.5

Total 44 100.0 44 100.0

Dari tabel 1 tersebut diatas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan kategori sebelum dan setelah intervensi. Rata-rata tingkat pengetahuan sebelum intervensi hampir seluruh responden berkatagori cukup sejumlah 38 orang (86,4%) berubah menjadi sebagian besar responden berkatagori baik sejumalh 29 orang (54,5%) setelah dilakukan intervensi.

Untuk mengetahui pengaruh penkes terhadap pengetahuan kader, maka perlu diketahui perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan sebelum dan setelah periode intervensi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai perbedaan tersebut, yaitu:

Tabel 2. Distribusi rata-rata tingkat pengetahuan sebelum dan setelah periode intervensi pada ibu-ibu kader kesehatan di Desa Mekar Mukti dan Desa Karangbungur

(n: 44) Tingkat pengetahuan Mean SD Pv Sebelum intervensi 2.00 0.37 0.00 Setelah intervensi 2.66 0.48

Tabel 2 diatas menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata rata tingkat pengetahuan kader kesehatan sebelum dan setelah intervensi (pv=0,00).

(9)

Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan dalam Pencegahan Gangguan Gizi Balita 67

JKA | Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan para kader kesehatan yang ada di Mekar Mukti dan Desa Karangbungur rata-rata tingkat pengetahuan sebelum intervensi hampir seluruh responden berkatagori cukup sejumlah 38 orang (86,4%) berubah menjadi sebagian besar responden berkatagori baik sejumalh 29 orang (54,5%) setelah dilakukan intervensi.

Kondisi tingakat pengetahuan kader seperti itu menunjukan bahwa kader kesehatan siap dan mau menerima informasi, hal ini dikarenakan semua peserta merupakan kader yang aktif yang mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Informasi diberikan dalam bentuk edukasi yang menarik. Menurut Harsono (2009) metode edukasi sebaiknya dengan media pembelajaran yang menarik sehingga tidak membosankan. Selain itu para kader memiliki motivasi untuk meningkatkan diri baik ilmu maupun prestasi kerja hal ini yang mendorong mereka untuk tetap belajar, hal ini terbukti dari ramainya mereka bertanya akan sesuatu hal yang belum mereka ketahui dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan oleh peneliti.

Analisa lebih lanjut di temukan bahwa edukasi yang dilakukan secara signifikan berbeda antara pengetahuan sebelum dan setelah intervensi edukasi (p=0.00), artinya terdapat pengaruh dari edukasi terhadap peningkatan pengetahuan kader kesehatan. Abiola, A.O (2012) menyimpulkan bahwa edukasi kesehatan memiliki dampak pada peningkatan pengetahuan. Hal ini menujukan bahwa pelatihan, edukasi, penyuluhan, atau bentuk penyegaran lain sangatlah diperlukan bagi para kader untuk updating pengetahuan mereka yang selama ini hanya berkutat di posyandu saja sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas dirinya sebagai kader kesehatan. Sunguya, B.F. (2013) yang menunjukan bahwa pelatihan

meningkatkan kualitas petugas kesehatan dengan cara memberi mereka pengetahuan dan kompetensi yang lebih untuk mengelola kondisi gizi, terutama kekurangan gizi anak. Sheffer et al (2009) menunjukkan bahwa pelatihan kepada tenaga kesehatan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap seseorang kearah yang positif. Pelatihan ini tentunya tidak hanya terbatas pada materi gizi saja akan tetapi untuk hal-hal lain dimana kebutuhan peningkatan pengetahuan diperlukan pada berbagai aspek kesehatan karena selama ini pun mereka dihadapkan pada permasalahan-permasalahan kesehatan yang mereka sendiri perlu untuk mendapatkan bantuan dalam memecahkan masalah kesehatan tersebut. Peran kader kesehatan sangatlah penting, mengingat ketersediaan jumlah tenaga kesehatan di desa yang terbatas. Kader kesehatan ini merupakan salah satu ujung tombak untuk melakukan upaya penyebaran informasi yang diberikan kepada masyarakat (Sarwani S.R.D., 2014), sehingga masyarakat menjadi tahu tentang masalah kesehatan yang dialaminya dan bagaimana harus memecahkan masalah kesehatan tersebut.

Intervensi edukasi yang diberikan pada kader kesehatan berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan kader kesehatan tentang pencegahan gangguan gizi balita. Beberapa penelitian menunjukan bahwa edukasi berpengaruh terhadap penigkatan pengetahuan. Penelitian Solehati, T. (2014) pada kader kesehatan di desa Jalupang dan desa Banggalamulya Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang yang menemukan bahwa edukasi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan skill kader kesehatan dalam Breast self Examination (BSE). Penelitian lain dari Solehati, T. (2017) pada kader kesehatan Posyandu Kecamatan Banjaran Desa Banjaran Kabupaten Bandung menemukan bahwa edukasi berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan kader kesehatan dalam

(10)

68 Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah

JKA | Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017

pemberdayaan penggunaan buku KIA. Sarwani S.R.D. (2014) pada kader kesehatan di Kecamatan Pekuncen dan Sumbang Kabupaten Banyumas menemukan pada hasil penelitiannya bahwa ceramah berpengaruh dalam meningkatkan pengetahuan kader kesehatan setelah diberi ceramah tentang talasemia. Penelitian Patompo dan Sukirman (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan pada kader kesehatan setelah diberi penyuluhan dengan metode ceramah tentang tentang Tanaman Obat Keluarga. Selain itu edukasi yang di booster dengan video menjadikan kader kesehatan mudah menerima informasi yang sedang diberikan kepada mereka dan meningkatkan motivasi untuk melakukan apa yang telah dijelaskan dalam edukasi yang diberikan oleh peneliti. Pada penelitian Melina, F. (2014) menunjukan bahwa media video dapat mempengaruhi motivasi. Dengan demikian diharapkan para kader kesehatan dapat berdaya melakukan tugasnya sebagai kader kesehatan dalam mencegah gangguan gizi balita dengan ilmu yang memadai dan motivasi yang tinggi.

Untuk mencapai keberhasilan program pencegahan gangguan gizi yang terjadi pada balita maka diperlukan koordinasi dari bebagai pihak yang terkait. Pihak yang utama adalah puskesmas dan pemerintahan desa. Oleh karenanya diperlukan langkah yang nyata untuk mendorong kader kesehatan yang ada di wilayah desa bisa berjalan dengan baik dan berkeinambungan. Kader sebagai ujung tombak pelayanan dasar di desa menjadi penting artinya apabila pelaksanaan posyandu bisa berjalan dengan baik. Untuk bisa berkesinambungan hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah dukungan dari pihak puskesmas dalam bentuk dukungan pengetahuan dan operasional, sedangkan dari pemerintah desa berupa dukungan kebijakan dan operasional juga. Karena selama ini pelatihan formal yang dilakukan secara rutin belum dilaksanakan. Kegiatan lebih dibebankan kepada bidan yang

datang ke posyandu. Keberlanjutan program yang mungkin dilaksanakan adalah melakukan penyegaran pelatihan atau penyuluhan tentang gizi dan pendampingan keluarga juga monitoring dari pihak puskesmas maupun dari pihak pemerintahan desa langsung ke para kader di masing-masing posyandu. Bisa juga ditambahkan dengan program remunerisasi bagi para kader kesehatan guna meningkatkan motivasi juga program peningkatan gizi masyarakat dalam bentuk upaya pemberian makanan tambahan yang disubsidi dari pemerintah.

SIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini ditemukan bahwa edukasi dapat meningkatkan tingkat pengetahuan kader kesehatan akan pencegahan gangguan gizi pada balita. Para kader perlu selalu meningkatkan pengetahuannya secara berkala baik formal maupun secara informal, oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang berkesinambungan antara posyandu dengan puskesmas. Perlu adanya dukungan dari pihak pemerintahan desa dan puskesmas untuk keberlangsungan program pendampingan keluarga untuk mencegah gangguan gizi.

DAFTAR PUSTAKA

Abiola, A.O., Nwogu, E.E., Ibrahim, M.T. & Hassan, R. 2012. Effect of health education on knowledge, attitude and practices of personal hygiene among secondary school students in rural Sokoto, North West, Nigeria. Nig Q J Hosp Med. 22(3):181-90 Anonim. Tangani Serius Balita Kekurangan Gizi di

Sumedang. http://www.pikiran-rakyat. com. diakses tanggal 30 Maret 2012 Boy, E. 2015. Efektifitas Pelatihan Kader Kesehatan

Dalam Penanganan Tuberkulosis di Wilayah Binaan. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia. 4 ( 2): 83-89

(11)

Pengaruh Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Kesehatan dalam Pencegahan Gangguan Gizi Balita 69

JKA | Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2017 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.

Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia-Dirjenbinkesmas Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Harsono, B. & Samsudi, S. 2009. Perbedaan Hasil Belajar antara Metode Ceramah Konvensional dengan Ceramah Bebantuan Media Animasi pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan dan Pemasangan Sistem Rem, Jurnal Pendidikan Teknik Mesin,.9(02): 71-79

Kemenkes R.I. 2009. Database Kesehatan Per Kabupaten. Bank Data Pusdatin-Depkes RI. http://www.bankdata.depkes.go.id/ propinsi/public/report/createtablepti (diakses tgl 15/12/2017)

Melina, F., Soebiyanto, A.A. & Wujoso, H. 2014. Perbedaan Media Pembelajaran (Leaflet Dan Video) Terhadap Keterampilan Sadari Ditinjau Dari Motivasi. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu”. 5(2): 116-125

Sheffer, C.E., Barone, C.P. & Anders, M.E. 2009. Training Health Care Providers in the Treatment of Tobacco Use and Dependence: Pre-and Post Training Result,

J Eval Clinic Pract. 15 (4): 607-613.

Suciati, V. 2011. 720 Balita di Sumedang Mengalami Gizi Buruk (http://www.sumedangkab. go.id).

Patompo & Sukirman. 2011. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah tentang Tanaman Obat Keluarga terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Kader Kesehatan. Jurnal Pendidikan Dokter. Vol/ Issue: 7(8).

Sarwani S.R.D., Nurhayati, N. & Supriyanto. 2014. Efektifitas Ceramah terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan tentang Penyakit Talasemia di Kecamatan Pekuncen dan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas. KESMAS, 8 (1): 29-36

Solehati, T., Fitria, Nita., & Kosasih, C.E. 2014.

The Effect of Education on Breast Self-Examination on The Knowledge and Skills of Health Cadres in Jalupang Village and Banggalamulya Village, Sub-district Kalijati Subang. UGM : Proceedeng International Paliative Care

Solehati, T., Kosasih, C.E. & Widiasih, R. . 2017. The effect of Education to The Level of Knowledge of Healthy Cadres In Using The KIA Book. Stikes BTH Tasik: Proceeding of The 1st International Seminar of Health Science-STIKes BTH.

Sunguya, B.F., Poudel, K.C., Mlunde, L.B., Urassa, D.P, Yasuoka, J. & Jimba, M. 2013. Nutrition training improves health workers’ nutrition knowledge and competence to manage child undernutrition: a systematic review. Public Health. 1 (37): 1-21

(12)

Gambar

Tabel 2.  Distribusi rata-rata tingkat  pengetahuan sebelum dan setelah periode  intervensi pada ibu-ibu kader kesehatan di  Desa  Mekar Mukti dan Desa Karangbungur

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dari perhitungan dengan sudut keruntuhan α = φ , angka keamanan yang didapat untuk guling adalah 0,9; sedangkan angka keamanan untuk geser dan daya dukung tanah dasar

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metode De Novo Programming untuk menentukan jumlah Paving cetak yang harus

Pengolahan bijih emas di daerah Waluran Su- kabumi dilakukan dengan metode amalgamasi cara langsung yaitu dengan memasukkan secara bersama- sama bahan/material yang digunakan

Masukan dari suatu proses yang dapat diubah - ubah atau dimanipulasi agar process variable besarnya sesuai dengan set point (sinyal yang diumpankan pada suatu sistem

Dilihat dari aktivitas kehidupan sufi yang selalu berusaha untuk menyucikan batin mereka, kata shafa atau shaft; tampaknya cocok dijadikan sebagai asal kata sufi

Murâbahah yang dipraktikkan di perbankan syariah adalah murâbahah li al-amir bi al-syirâ’ , yaitu transaksi jual beli di mana seorang nasabah pengajukan permohonan

Total quality management (TQM) merujuk pada penekanan kualitas yang meliputi organisasi keseluruhan, mulai dari pemasok hingga pelanggan. TQM menekankan komitmen manajemen

[r]