• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Inkubasi Ampas Sagu dengan Mikroorganisme Lokal (MOL) “Ginta” Terhadap Kandungan Protein Kasardan SeratKasar Ampas Sagu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Inkubasi Ampas Sagu dengan Mikroorganisme Lokal (MOL) “Ginta” Terhadap Kandungan Protein Kasardan SeratKasar Ampas Sagu"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ampas Sagu

Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

mempunyai proporsi pemanfaatan yang besar dalam ransum. Bahan pakan konvensional yang sering digunakan dalam penyusun ransum sebagian besar berasal dari limbah dan pencarian bahan pakan yang paling menguntungkan

Tabel 1. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi

Zat Nutrisi Fermentasi

Sumber : Haryanto dan Philipus (1992).

Potensi penggunaan ampas sagu sebagai pakan memiliki faktor pembatas

adalah kandungan protein kasarnya rendah dan serat kasarnya tinggi. Agar menjadi bahan pakan ternak yang kaya akan protein dan vitamin, maka ampas

sagu dapat diolah dengan teknologi fermentasi (Rumalatu, 1981).

Banyak penelitian proses fermentasi yang telah dilakukan menggunakan

Effective Microorganiscm 4 ( EM4), utamanya dalam upaya penurunan kadar serat

bahan pakan dan peningkatan kadar proteinnya. Penelitian Tampoebolon (2009), melaporkan bahwa fermentasi Effective Microorganiscm 4 ( EM4) dengan ampas

(2)

Penurunan serat kasar pada hasil fermentasi ampas sagu disebabkan karena

adanya kerja dari ensim selulosa yang dihasilkan oleh Effective Microorganiscm 4 ( EM4) yang bekerja untuk merombak serat kasar. Hal ini didukung oleh pendapat

Nurhayati (2010), yang menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik dari kapang

Effective Microorganiscm 4 ( EM4) diharapkan memproduksi ensim selulose dalam jumlah banyak sehingga dapat digunakan merombak dan menurunkan serat

kasar.

Fermentasi

Fermentasi adalah proses penguraian unsur organik kompleks terutama

karbohidrat untuk menghasilkan energi melalui reaksi enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang biasanya terjadi dalam keadaan anaerob dan diiringi

dengan pembebasan gas (Sarwono, 1996).

Menurut jenis medianya, fermentasi dibagi menjadi dua golongan yaitu fermentasi medium padat dan medium cair, fermentasi medium padat adalah

proses fermentasi yang substratnya tidak larut dan tidak mengandung air bebas, tetapi cukup mengandung air untuk keperluan mikroba. Fermentasi medium cair adalah proses fermentasi yang substratnya larut dalam fase cair

(Setyawiharja, 2002).

Proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan

perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti memperbaiki mutu bahan

pangan, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Produk fermentasi biasanya mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dari pada bahan aslinya. Hal ini tidak hanya disebabkan karena mikroba yang

(3)

zat-zat yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna tetapi juga karena

adanya enzim yang dihasilkan dari mikroba itu sendiri

(Winarno dan Fardiaz, 2005).

Inkubasi

Inkubasi adalah proses penjagaan atau perawatan sesuatu hal dengan kondisi tertentu agar suatu hal tersebut dapat berkembang dengan baik. Inkubasi

bakteri adalah proses pemeliharaan kultur bakteri selama periode tertentu dengan suhu tertentu yang bertujuan untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan bakteri. Waktu inkubasi yang dibutuhkan dalam produksi enzim

bermacam-macam. Hal ini berhubungan dengan fase pertumbuhan dari mikroba itu sendiri, dimana mikroba mengalami empat fase dalam pertumbuhannya, yaitu fase lambat, fase log, fase tetap dan fase menurun. Waktu inkubasi yang optimal untuk

menghasilkan asam organik untuk fermentasi kultur permukaan adalah 7 - 10 hari,

sedangkan untuk fermentasi terendam lebih pendek yaitu 4 - 5 hari

(Kapoor et al, 1982).

Mikroorganisme Lokal (MOL)

Mikroorganisme lokal merupakan larutan fermentasi yang mengandung unsur hara mikro dan makro serta adanya kandungan bakteri yang berpotensi sebagai bioproses untuk perombak bahan organik dan perangsang pertumbuhan

(Purwasmita,2009). Penelitian tentang (MOL) “ginta” sudah banyak dilakukan terutama dibidang pertanian, maupun dalam pemanfaatannya sebagai pakan ternak

(4)

larutan MOL akan ditemukan mikroba yang bekerja selain meningkatkan nilai

nutrisi juga bisa menurunkan kandungan anti nutrisi yang terdapat pada pelepah sawit. Astuti (2012) melaporkan bahwa bioproses menggunakan MOL lebih

sederhana apabila dibandingkan dengan fermentasi dengan bakteri atau kapang yang sudah biasa dilakukan, karena fermentasi dengan MOL tidak perlu dilakukan peremajaan dan pembuataan media inokulum. Larutan MOL yang terbentuk sudah

bisa langsung dijadikan sebagai inokulum bioproses dalam substrat. Penelitian Astuti (2012), menunjukkan bahwa fermentasi kulit pisang dengan

mikroorganisme lokal isi rumen mampu meningkatkan kecernaan bahan organik kulit pisang dari 45,08% menjadi 57,34%.

Menurut Amalia (2008) membuat MOL itu mudah semua yang ada

disekitar kita bisa dipakai, semua bahan dicampur dengan larutan yang mengandung glukosa seperti nira, air gula dan air kelapa lalu ditutup dengan kertas dan dibiarkan selama 7 hari.

Mikroorganisme lokal (MOL) “Ginta” berupa larutan merupakan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumber daya yang tersedia. Larutan

Mikroorganisme Lokal (MOL) “Ginta” ini mengandung bakteri dan jamur yang berpotensi sebagai perombak bahan organik. Keunggulan penggunaan MOL “Ginta” yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya karena

memanfaatkan bahan-bahan dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah busuk dan terbuang, limbah ternak ataupun limbah rumah tangga, serta mudah

(5)

kulit pisang terhadap kandungan fraksi serat (ADF, NDF, Selulosa, hemiselulosa)

menjadi pakan ternak (Astuti et al., 2011).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,

lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat

ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dn pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-umsur C, H, O, N, P, S, dan

terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992). Protein Kasar

Protein merupakan salah satu unsure makro yang terdapat pada bahan

pangan selain lemak dan karbohidrat. Fungsi utama protein dalam tubuh adalah sebagai zat pembentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang sudah ada agar tidak mudah rusak (Winarno, 1992).

Kadar protein pada analisa proksimat bahan pakan pada umunya mengacu pada istilah protein kasar. Protein kasar memiliki pengertian banyaknya kandungan nitrogen (N) yang terkandung pada bahan tersebut dikali dengan 6,25.

Definisi tersebut berdasarkan asumsi bahwa rata-rata kandungan N dalam bahan pakan adalah 16 gram per 100 gram protein (NRC, 2001).

Serat Kasar

Serat kasar suatu bahan pakan merupakan komponen kimia yang besar

(6)

De Man (1997), serat kasar merupakan sisa makanan yang tinggal setelah proses

pencernaan asam dan basa. Serat kasar didefenisikan mencakup tiga fraksi utama yaitu : 1) Polisakarida, berkaitan dengan dinding sel tumbuhan termasuk selulosa,

hemiselulosa dan pectin, 2) Non polisakarida struktur, terutama lignin, 3) Polisakarida nonstruktur.

Lignin berasal dari bahasa latin ligmum yang artinya kayu. Lignin

merupakan senyawa kompleks yang membentuk ikatan ether dengan selulosa dan

hemiselulosa, protein dan komponen lain dalam jaringan tanaman

dan selalu terdapat dalam senyawa kompleks dinding sel (Boominathan dan Reddy, 1992).

Semakin tinggi kandungan lignin pada campuran pakan maka kecernaan

NDF semakin rendah, karena diduga lignin mempunyai pengaruh langsung

terhadap kecernaan dinding sel dibandingkan dengan kecernaan bahan organik

Gambar

Tabel 1. Kandungan zat nutrisi ampas sagu sebelum dan sesudah fermentasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Muriani (2011), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi 300 g daun gamal dengan lama fermentasi dua minggu memberikan kualitas larutan MOL yang terbaik

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama fermentasi yang terbaik dalam fermentasi Jerami padi dengan mikroorganisme lokal terhadap Bahan Kering, dan Bahan Organik, dan Abu

Pengaplikasi mikroorganisme lokal tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap tinggi tanaman karena mikroba membutuhkan waktu untuk menyediakan unsur hara,

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari tiga taraf dosis mikroorganisme lokal (MOL) yang digunakan dan dari tiga taraf lama waktu fermentasi, dosis MOL 3

Penelitian mengenai pengaruh dedak padi fermentasi menggunakan mikroorganisme lokal dalam ransum perlu dilakukan penelitian pada level yang lebih tinggi untuk

Hasil penelitian Muriani (2011), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi 300 g daun gamal dengan lama fermentasi dua minggu memberikan kualitas larutan MOL yang terbaik

Penelitian ini bertujuan mengetahui lama fermentasi yang terbaik dalam fermentasi Jerami padi dengan mikroorganisme lokal terhadap Bahan Kering, dan Bahan Organik, dan Abu

Larutan aktivator mengandung unsur hara mikro dan unsur hara makro juga dengan mikro organisme yang membantu dalam proses fermentasi pengurai bahan organik yang bermanfaat bagi