BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sampah merupakan hasil dari kegiatan manusia yang tidak di pakai lagi dan perlu penanganan yang baik untuk mengelolanya supaya tidak menimbulkan masalah. Besarnya jumlah penduduk mempengaruhi jumlah 1timbulan sampah yang dihasilkan. Beberapa kota metropolitan di Indonesia salah satunya kota Jakarta dan Medan, juga melakukan upaya dalam penanganan sampah. Perkiraan timbulan sampah di Kota Medan 86.534,64 m3/hari, (http://blh.sumutprov.go.id, diakses, 27/01/2016 18:10) yang berasal dari sampah rumah tangga, sampah dari pasar-pasar dan tempat lainnya. Penanganan yang dilakukan seperti pengangkutan sampah dari sumber sampah atau dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Di TPS ini sampah dikumpulkan dari rumah tangga, perkantoran, sekolah, dan tempat - tempat lainnya oleh petugas sampah. Dari petugas sampah itu maka sampah-sampah tersebut disatukan sebelum akhirnya truk sampah datang dan mengangkutnya dan membawanya menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Saat tiba di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah pun akhirnya di buang ke tempat tersebut. Sistem pengelolaan yang digunakan ini adalah kumpul, angkut, dan buang. Tempat pembuangan akhir merupakan solusi dari mengatasi permasalahan sampah yang terjadi saat ini.
Cara yang dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya dalam mengatasi permasalahan sampah hanya menggunakan sistem kumpul, angkut, dan buang. Itu hanya sementara dalam mengurangi jumlah sampah. Walaupun begitu, diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Berarti masih ada sekitar
1
40 % sampah yang masih berserakan dan belum teratasi. (Damanhuri:1-7). Menurut Kementrian Negara Lingkungan Hidup, sekitar 59,9 % sampah dibuang ke TPA, 40,09 % dikelola dengan ditimbun, 7,54 % dijadikan kompos, 1,61 % dimanfaatkan ulang, 35,49 % dibakar, dan 15,27 % sisanya di buang ke lingkungan. (Faizal:2012)
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang ketiga di Indonesia yang sekaligus sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan yang luasnya sekitar 26.510 hektare, memiliki jumlah penduduk 2,8 juta jiwa. Sebagai kota besar, Kota Medan juga sebagai kota pusat administrasi di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai kota pusat administrasi, Kota Medan memiliki beberapa fungsi dari kota, di antaranya:
a. Sebagai pusat produksi (production centre). Contoh: Surabaya, Gresik,
Bontang.
b. Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce). Contoh: Jakarta, Bandung, Hong Kong, Singapura dan Poznań.
c. Sebagai pusat pemerintahan (political capital). Contoh: Jakarta(ibukota Indonesia), Washington DC(ibukota Amerika Serikat), Canberra (ibukota Australia).
d. Sebagai pusat kebudayaan (culture centre). Contoh: Yogyakarta dan Surakarta.
Melihat dari fungsi kota, maka Kota Medan tidak mengherankan jika kota tersebut selalu dipenuhi berbagai aktivitas dari masyarakat dan peningkatan jumlah penduduk. Berbagai aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat serta peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi tingkat konsumsi mereka yang berdampak kepada jumlah sampah yang dihasilkan. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh setiap individu tentu berbeda dengan yang lainnya
Di Kota Medan volume sampah yang dihasilkan setiap hari mencapai 1.500-2000 ribu ton. Pada tahun 2008 ke 2009 terjadi peningkatan produksi sampah sebesar 33,85 ton. Sedangkan dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 677,89 ton. Namun, di antara tahun 2010 ke tahun 2011 malah terjadi penurunan produksi sampah sebesar 22,6556 ton. Dan pada tahun berikutnya 2011 ke tahun 2012 kembali terjadi peningkatan produksi sampah sebesar 270,3306 ton. (https://mujaiyah.wordpress.com/,diakses,18:28:16 Rabu, 27 Januari 2016)
Jumlah lahan yang dijadikan sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) sangat terbatas. Di Kota Medan sendiri memiliki dua lokasi tempat pembuangan akhir yaitu TPA Terjun yang berada di Kecamatan Medan Marelan, dan TPA Namo Bintang yang berada di wilayah Pancur batu. TPA Namo Bintang berjarak 15 km dari pusat Kota Medan, dengan luas 17,6 Ha dan beroperasi sejak tahun 1987. Sedangkan TPA Terjun berjarak 14 km dari pusat kota, dengan luas 13,7 Ha dan beroperasi sejak tahun 1993. ( Tesis Lilis Setyowati Pascasarjana USU,2007). Di daerah lain di Indonesia seperti halnya di kota Jakarta, jumlah sampah yang dihasilkan sebanyak 7.000 ribu ton per hari. Menurut Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan Jakarta merupakan kota dengan volume sampah sebesar 6.500-7.000 ribu ton per hari. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota besar di Eropa yang hanya menghasilkan sampah sampah sebanyak 1.500-2.000 ribu ton sampah per hari. (Berita satu www.beritasatu.com/diakses,kamis 7 Januari 2016)
dari jalanan atau yang terjatuh pada saat pengangkutan.(http:wikipedia/jumlah-sarana-prasarana-kebersihan)
Selain dari Pemko Medan, pengelolaan sampah juga dilakukan oleh sebagian masyarakat yang sekaligus sebagai mata pencahariannya. Mereka bekerja sebagai “pemulung” mengumpulkan barang-barang bekas yang ada di sepanjang jalan kemudian mereka pilah atau dipisahkan menurut jenisnya seperti botol bekas, plastik, ataupun lainnya yang masih memiliki nilai ekonomis jika dijual. Pemulung pun juga ada di sekitar lokasi TPA melakukan hal yang sama pula mengumpulkan barang-barang yang dapat di jual kembali. Memang yang dilakukan para pemulung tersebut merupakan salah satu upaya dalam mengurangi dan mengelola sampah tetapi itu belum cukup memberikan kontribusi dalam mengatasi permasalahan sampah.
Di kota Medan, sampah rumah tangga yang banyak menghasilkan sampah. Setiap rumah tangga tentunya terdiri dari beberapa anggota keluarga dimana jumlah konsumsinya berbeda pula. Hal itu yang membuat semakin meningkatnya jumlah konsumsi yang mengakibatkan jumlah sampah pun meningkat.
plastik, kayu yang berasal dari aktivitas perkantoran, sekolah, pusat perniagaan dan sarana-sarana publik.
Melihat kenyataannya sekarang, pengelolaan sampah belum berjalan dengan maksimal. Terbatasnya jumlah sarana dan prasarana dalam mengelola sampah, peran masyarakat juga dibutuhkan dalam mengelola sampah. Selama ini timbulan sampah yang semakin meningkat juga akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam mengelola sampah.
perkotaan. Menurut Astuti, N.A. 2013 menyatakan bahwa pengertian Bank Sampah yaitu suatu unit kerja yang melakukan pengelolaan sampah dimana kegiatannya meliputi pemilahan sampah dari sumbernya yang kemudian dikumpulkan pada suatu tempat kemudian dijual ke pihak ketiga. Bank Sampah dibuat dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah bahwa prinsip pengelolaan sampah adalah reduce, reuse, dan recycle yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mengolah sampah(http://reizacullen777.blogspot.co.id/ diakses, 3/3/2016 6:39:35 PM). Namun begitu, kehadiran bank sampah ini ternyata belum bisa sepenuhnya berjalan dikarena kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah masih rendah dan perlu diberikan pemahaman oleh pihak Bank Sampah itu sendiri.
Bukan hanya itu saja, pemerintah kota Medan juga baru saja mengeluarkan peraturan daerah (perda) mengenai persampahan yaitu Perda Nomor 6 Tahun 2015, yaitu: bahwa bagi perorangan akan dikenakan denda sebesar 10 juta rupiah atau kurungan tiga bulan penjara dan bagi instansi akan dikenakan denda sebesar 50 juta rupiah bagi siapa yang membuang sampah sembarangan. Hal ini dilakukan oleh pemko Medan mengingat jumlah sampah di kota Medan mengalami peningkatan akibat kurangnya kesadaran dari masyarakat dalam menjaga lingkungannya serta prilaku yang buruk. Peraturan ini di sampaikan di sepanjang jalan Kota Medan dan di truk pengangkut sampah supaya masyarakat dapat mengetahui dan memahaminya.
Medan Belawan, dan Bank Sampah Mutiara Medan, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai.
Bank Sampah dan Rumah Kompos di Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, merupakan salah satu bentuk kerja pengelolaan sampah antara Pemkot Medan dengan Pemkot Kitakyushu, Jepang. Bank sampah yang telah dirintis sejak februari 2013 dapat dijadikan satu solusi untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di Kota Medan. (http://www.antaranews.com/ diakses, 27/01/2016 18:13). Selain itu, ada Bank Sampah yang dibentuk oleh Pemko Medan sendiri yaitu Bank Sampah Mutiara Medan yang dibentuk atas kerja sama antara Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dan Dinas Kebersihan Kota Medan serta dengan Bapak Efendi Agus, dosen tetap di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Bank Sampah Mutiara Medan yang menjadi fokus kajian peneliti ini diresmikan langsung oleh walikota Medan yaitu Rahudman Harahap tahun 2012. Hadirnya Bank Sampah ini tentu diharapkan oleh banyak pihak untuk dapat mengurangi timbulan sampah akibat meningkatnya aktivitas manusia yang mempengaruhi jumlah konsumsinya pula. Bank Sampah Mutiara Medan ini menerima semua barang-barang bekas yang masih dapat diolah kembali seperti botol, plastik, kertas, kaleng, ataupun yang lainnya.
mampet akibat banyaknya sampah-sampah plastik khususnya yang menghalangi laju air dan pinggiran jalan yang masih dipenuhi oleh sampah. Ini menunjukkan bahwa sistem manajemen ataupun pengelola Bank Sampah Mutiara Medan belum berjalan dengan baik. Akibatnya, itu berdampak buruk atas hasil kinerja dari Bank Sampah Medan itu sendiri. Selain itu, kehadiran Bank Sampah Medan ini kurang memikat perhatian masyarakat karena kurangnya sosialisasi atau dipublikasikan dari pihak pengelola Bank Sampah Medan. Akibatnya, masyarakat pun tentu tidak tahu akan keberadaan dan informasi tentang Bank Sampah Medan dan bagaimana visi dan misinya. Selain itu, kondisinya juga semakin diperparah karena prilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan tidak mengelolanya dengan baik sehingga menambah jumlah sampah yang bertebaran di sepanjang jalan ataupun di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Ini terjadi dikarenakan kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dengan baik serta peran dari Bank Sampah belum dapat terwujud dalam membina masyarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Atas dasar itu, maka apa yang menjadi visi dan misi Bank Sampah tersebut tidak dapat berjalan di tengah-tengah di dalam masyarakat.
1.2.Tinjauan Pustaka
Istilah sampah sudah tidak asing lagi dan menjadi masalah yang seriusyang harus ditangani. Sampah dapat diartikan sebagai produk samping dari aktivitas manusia sehari-hari yang apabila tidak dikelola dengan baik akanmengakibatkan tumpukan sampah yang semakin banyak. Menurut SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan didefenisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas zat organik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola dengan baik agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.Pengertian sampah dalam modul Materi Training Untuk Tingkat Staf Teknis Proyek PLP
Sektor Persampahan : 1986 Bab II : 1) adalah ; “Sampah adalah limbah yang
berbentuk padat dan juga setengah padat , dari bahan organik dan atau anorganik, baik benda logam maupun bukan logam yang dapat terbakar dan yang tidak dapat
terbakar.” Sedangkan pengertian limbah adalah : “ Limbah adalah suatu benda
yang saat itu dianggap tidak berguna lagi, kehadirannya tidak diinginkan dan tidak disenangi, harus segera disingkirkan, merupakan benda buangan yang timbul dari
lingkungan masyarakat normal. Bentuk limbah adalah : padat,cair dan gas. ”
Dalam lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala telah diformulasikan suatu pengertian sampah yang diatur dalam Perda No 10 tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan : Bab I : Pasal 1 :
Point 7) , bahwa sampah adalah : “Sampah adalah limbah yang berbentuk padat
manusia dan sampah berbahaya.” Pengertian sampah secara khusus dikemukakan
oleh Azwar A. ( 1979 : 54) adalah : “ ….sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan
biologis karena (human waste) tidak termasuk didalamnya.” Sedangkan menurut
Mochtar M. ( 1987 : 55) sampah adalah : “ sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya ”.
Menurut UU NO.18 Tahun 2008 pasal 1 ayat 1 dan 2, Tentang Pengelolaan Sampah, bahwa sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang berbentuk padat. Kemudian sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/ atau volumenya memerlukan pengolahan khusus. Sampah umumnya dalam bentuk sisa makanan (sampah dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, debu sisa penyapuan, dan sebagaianya. Atau sampah dapat juga didefenisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses alam yang berbentuk padat.
Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai berikut:
sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
o Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
o Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat
diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
b. Sampah cair adalah sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah.
Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini
Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
c. Sampah alam adalah sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
e. Sampah konsumsi adalah sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri. (https://id.wikipedia.orgi, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
f. Limbah radioaktif adalah sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidupdan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan ditempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). (https://id.wikipedia.orgi, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
Selain itu, sampah juga dibedakan berdasarkan sifatnya, di antaranya:
b. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable) adalah Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton. (https://id.wikipedia.orgi, diakses Rabu, 27 Januari 2016 Pukul 18.30)
Berdasarkan sifat sampah seperti yang di atas tadi, maka sebagian besar sampah kota di Indonesia tergolong sampah hayati, atau dikenal sebagai sampah organik. Sampah yang tergolong organik untuk kota-kota besar bisa mencapai 70% dan sampah yang tergolong an-organik sebanyak 28%, sisanya 2% sebagai sampah yang tergolong B3 ( Bahan Bahan Berbahaya) dan perlu penanganan yang khusus. ( Damanhuri:2006/2007)
Ada beberapa kelompok atau pun sebagai sumber sampah itu dihasilkan yang menghasilkan jenis sampah yang beragam jenis, yaitu:
karena kalau dibiarkan akan menimbulkan bau dan mengundang berbagai penyakit dan hewan pengerat lainnya.
2. Sampah dari daerah komersial : sumber sampah dari kelompok ini berasal dari pertokoan, pusat perbelanjaan atau perdagangan, pasar, hotel, dan perkantoran. Dari sumber ini umumnya dihasilkan sampah berupa kertas, plastik, kayu, kaca, logam, dan juga sisa makanan. Khusus dari pasar tradisional, banyak menghasilkan sampah sisa sayur, buah, atau pun makanan yang mudah membusuk.
3. Sampah dari perkantoran atau intitusi : sumber sampah dari kelompok ini meliputi perkantoran, sekolah, rumah sakit, lembaga permasyarakatan, dan lain-lain. Dari sumber ini sampah yang dihasilkan seperti halnya dari daerah komersial non pasar.
4. Sampah dari jalan atau taman dan tempat umum : sumber sampah dari kelompok ini dapat berupa dari jalan kota, taman, tempat parkir, tempat rekreasi, saluran drainase kota, dan lain-lain. Dari daerah ini umumnya dihasilkan sampah berupa daun atau dahan pohon, pasir atau lumpuh, sampah umum seperti plastik, kertas, dan lain-lain.
Selain itu, ada beberapa karakteristik sampah, yaitu:
1. Garbage yaitu jenis sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.
2. Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik yang mudah terbakar seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas, dan sebagainya.
3. Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakartermasuk abu rokok.
4. Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.
5. Sampah industri yaitu sampah yang berasal dari industri atau pabrik-pabrik. 6. Bangkai binatang (dead animal) yaitu bangkai binatang yang mati karena alam,
ditabrak kendaraan atau dibuang orang.
7. Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) adalah bangkai mobil, sepeda, sepeda motor, dan sebagainya.
Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Cuaca : di daerah kandungan air yang tinggi, maka kelembapan sampah juga akan cukup tinggi.
b. Frekuensi pengumpulan : semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena membusuk dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan sampah kering lainnya yang sulit terdegradasi.
c. Musim : jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang berlangsung.
d. Tingkat sosial ekonomi : daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah yang terdiri dari kaleng, kertas, dan sebagainya.
f. Pendapatan per kapita : masyarakat dari tingkat ekonomi lemah akan menghasilkan total sampah yang sedikit dan homogen.
g. Kemasan produk : kemasan produk bahan kebutuhan sehari- hari juga akan mempengaruhi. Negara maju seperti Amerika tambah banyak yang menggunakan kertas sebagai pengemas, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia banyak menggunakan plastik sebagai pengemas. (Damanhuri: 2006/2007)
Itulah sebabnya mengapa Cointreau ( 1991:6) mengatakan bahwa
”sampah kota-kota di dunia ini bervariasi ciri-cirinya, tergantung menurut tingkat
Kota dengan pendapatan yang tinggi menghasilkan sampah dengan unsur kertas lebih tinggi dibandingkan organik. Berbeda dengan kota yang berpendapatan menengah dan bawah, keduanya unggul dalam sampah organik. Masih Coentreau mengatakan bahwa sebagian besar limbah negara padat di negara berkembang terdiri dari limbah makanan organik, sedikit sekali unnsur plastik, gelas, pengepak logam, dan kertas. Selain itu, bertambahnya jumlah penduduk dan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh penduduk-penduduk di kota-kota, diyakini menjadi salah satu penyebab tingginya timbulan sampah. Sampah-sampah yang diroduksi oleh penduduk kota itu, kemudian tidak dapat lagi ditangani secara baik yang akan menimbulkan masalah-masalah sosial seperti banjir ataupun, menimbulkan bau yang tidak sedap. Makin banyak orang dan makin banyak kegiatannya, maka makin besar pula sampah yang akan dihasilkannya. Namun perlu digaris bawahi, bahwa timbulan sampah di negara kaya (berekonomi maju) meski penduduknya tak selalu lebih banyak dari penduduk di negara berkembang atau miskin jumlahnya selalu besar. Faktor perkembangan ekonomi, dalam hal ini dapat mempengaruhi besarnya jumlah timbulan sampah.(Zuska:2008)
Dengan mengetahui sumber penghasil sampah tersebut, tentu dilakukan cara ataupun upaya dalam menanganinya. Pemerintah pun segera melakukan tindakan atau metode dalam mengatasi sampah tersebut di antaranya:
(1). Metode Pembuangan
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di antaranya angin berbau sampah, menarik berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)
Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah metode pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik. (sumber metode pengelolaan sampah https://id.wikipedia.org,diakses Rabu, 27 Januari 2016)
(2). Metode Daur Ulang
kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik. Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.
Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya.(https://id.wikipedia.org,diakses Rabu, 27 Januari 2016)
(3). Pengolahan biologis
dikumpulkan ke dalam sebuah kantong khusus yang digunakan untuk dikomposkan. (https://id.wikipedia.org,diakses Rabu, 27 Januari 2016)
(4). Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi.
(5). Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk, atau dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama, contoh, pengurangan bobot kaleng minuman.(https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016)
Selain itu, juga dibuat konsep tentang pengelolaan sampah yang sistematis.Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum, multikonsep yang digunakan adalah: Diagram dari hirarki limbah.
Hierarki Sampah - hierarki 2limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi
sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan limbah hierarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.
2
Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah/Extended Producer
Responsibility (EPR). (EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk
mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produk-produk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan/atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah kehidupan serta selama manufaktur.
Prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di
mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari pembuangan. (https://id.wikipedia.org, diakses Rabu, 27 Januari 2016)
Sampah tentunya sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat karena sampah sendiri dihasilkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan upaya-upaya untuk mengendalikan serta mengurangi dari dampak yang ditimbulkan oleh sampah yang sangat buruk bagi kehidupan masyarakat. Salah satu upaya tersebut adalah
termasuk dari rumah sendiri. Masyarakat memiliki peran besar dalam melakukan proses pemilahan dan pemisahan sampah rumah tangganya sendiri sehingga itu akan memudahkan proses selanjutnya dengan memisahkan mana sampah organik ddan sampah anorganik. Dengan begitu dapat memudahkan petugas sampah untuk memprosesnya lebih lanjutnya lagi. Jadi, hal yang paling dasar dalam mengelola sampah ini adalah dengan dilakukan proses pemilahan dan pemisahan sampah dari dalam rumahnya supaya dapat diproses untuk di daur ulang atau sebagainya.
2. Melakukan daur ulang. Setelah melakukan proses pemilahan dan pemisahan tentu sampah tersebut dapat di daur ulang sesuai dengan sifat dari sampah tersebut. Saat ini konsep daur ulang itu seperti 3R, reuse, reduce, dan recovery. a. Reduce adalah salah satu upaya mengurangi terbentuknya limbah, termassuk
penghematan atau pemilihan bahan yang dapat mengurangi kuantitas limbah serta sifat bahaya dari limbah.
b. Reuse adalah salah satu upaya yang dilakukan bila limbah tersebut dimanfaatkan kembali tanpa mengalami prosess atau transformasi baru seperti misalnya botol minuman kembalai menjadi botol minuman.
c. Recovery adalah salah satu upaya untuk memberikan nilai kembali limbah yang terbuang sehingga bisa dimanfaatkan kembali dalam berbagai bentuk melalui upaya pengumpulan dan pemisahan yang baik. (Damanhuri:2006/2007)
1. Alasan ketersediaan sumber daya alam yaitu beberapa sumber daya alam bersifat dapat terbarukan dengan siklus yang sistematis seperti siklus air
2. Alasan nilai ekonomi adalah limbah yang dihasilkan dari suatu kehgiatan ternyata dapat bernilai ekonomis bila dimanfaatkan kembali. Pemanfaatan tersebutdapat dalam bentuk pemanfaatan enersi,, atau bahan baik sebagai bahan utama atapun sebagai bahan pembantu
3. Alasan lingkungan adalah sebagai bentuk perlindungan kepada lingkungan sebab limbah yang dibuang ke lingkungan tentu berdampak pada keseimbangan lingkungan dan juga bagi kehidupan manusia. (Damanhuri:2006/2007)
Selain daur ulang, ada juga upaya dalam mengelola sampah yaitu dengan cara pengomposan. Pengomposan merupakan proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik yang biodegradable atau cepat terurai. Pengomposan ini bertujuan untuk membuat pupuk yang sangat berguna bagi perkembangan sebuah tanaman karena mengandung unsur zat hara yang diperlukan oleh tanaman. Kemudian upaya pengelolahan sampah yaitu insirenator atau insirenasi adalah salah satu proses pengolahan buangan dengan cara pembakaran pada temperatur yang sangat tinggi untuk mereduksi timbulan yang tergolong mudah terbakar, yang sudah tidap dapat lagi di daur ulang. (Damanhuri:2006/2007)
Malah ada yang berdampak buruk bagi lingkungan. Permasalahan sampah tidak cukup dengan metode-metode di atas tetapi harus didukung dari adanya partisipasi masyarakat khusunya. Masalah sampah perkotaan bukan hanya terletak dari keterbatasan peralatan, lahan, melainkan kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengurangi jumlah sampah. Selain itu, masih beberapa cara yang dilakukan dalam mengatasi jumlah sampah. Beberapa daerah di Indonesia bekerja sama dalam mengatasi permasalahan sampah seperti kota Denpasar, Bali. Kota Denpasar bersama daerah yang berada di sekitanya membuat suatu konsep pengelolaan sampah bersama antara kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan yang disingkat SABARGITA. Daerah tersebut membuat sistem manajemen dalam mengelola sampah di daerahnya seperti pembuatan peraturan pemerintah daerah, membentuk petugasnya.
Bukan hanya di Bali saja, di daerah lain yang berada di pulau Jawa pun tidak mau ketinggalan. Konsep yang dikembangkan di Jakarta dan di sekitarnya, yaitu pengelolaansampah bersama, khususnya dalam pengadaan TPA, bagi kota Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau disingkat JABODETABEK.
Prilaku manusia sangat berperan penting dalam mengurangi jumlah sampah. Dikarenakan manusia yang paling banyak menghasilkan sampah dalam kegiatan atau aktivitas sehari-harinya. Di dalam prilaku manusia itu dipengaruhi oleh kebudayaan setempat yang mengakibatkan perubahan pada lingkungan.
“Untuk mewujudkan Kota Medan yang bersih serta bebas dari sampah,
perlu usaha untuk mengubah prilaku masyarakat dalam bentuk kesadaran
dalam menjaga lingkungan yang sehat,”kata Plh Wali Kota Medan Syaiful Bahri Lubis di Balai Kota Medan, Senin (14/9) (http://harianandalas.com/ diiakses, Rabu, 27 Januari 2016 pukul 18:33:44)
Menurut James Spradley, bahwa kebudayaan adalah pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Artinya jika di dalam suatu masyarakat memiliki budaya hidup kurang bersih maka itu akan mempengaruhi tingkah atau prilakunya dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kebudayaan sebagaimana yang telah dikatakan Prof. Kuntjaraningrat adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan proses belajar.
Dari ketujuh unsur kebudayaan itu, maka kebudayaan itu dibagi kedalam dua bagian yaitu,
2. Kebudayaan immaterial (spiritual,batin) yaitu kebudayaaan yang tidak terlihat bentuknya namun dapat dirasakan manfaatnya (abstrak), misalnya, bahasa, religi, adat istiadat, ilmu pengetahuan.
Dalam penelitian ini, penulis memakai arti kebudayaan yang dikemukakan oleh James P Spradley. Dikatakan demikian, karena masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri berdasarkan pengetahuan mereka sebelumnya dalam mengelola sampah. Dengan pengetahuan yang dimiliki masyarakat untuk mengelola sampah rumah tanggannya tentunya akan berpengaruh bagaimana praktik dan tindakannya dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri. Hal ini terjadi pada masyarakat saat ini. Dimana pengetahuan masyarakat untuk mengelola sampah dengan praktis yakni dengan membuang sampah begitu saja tanpa ada tindakan lainnya. Ini membuat budaya untuk hidup bersih dari sampah tidak dapat terwujudkan sebab itu tadi dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih minim dalam mengelola sampah sehingga melahirkan ataupun membuat masyarakat tersebut malas untuk mengelola sampah dengan baik dan budaya hidup budaya hidup bersih.
sampah dengan baik maka itu dibutuhkan yang namanya suatau sosialisasi ataupun pemahaman kepada masyarakat. Begitu juga dengan Bank Sampah ini. Hadirnya Bank Sampah dapat memberikan suatu pengetahuan yang baru kepada masayarakat untuk mengelola sampah dengan baik. Apabila masyarakat tersebut mendapatkan suatu pengetahuan yang baru untuk mengelolas sampah yang baik tentu masyarkat tersebut akan bertindak atau mengubah pola pikirnya dan prilakunya dalam mengelola sampah rumah tangganya sendiri.
Tetap ada sesuatu yang harus dituruti, meskipun sesuatu yang harus dituntut itu juga tak henti-hentinya dipengaruhi oleh individu. Pandangan ini
sejalan dengan Pierre Bourdieu yaitu: “manusia sebagai elemen kreatif dalam
proses sosial, dipengaruhi dan mempengaruhi struktur dan merupakan petunjuk bagi konteks sosial-budaya dan mekanisme prilaku manusia”.(Zuska:2008)
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Manusia merupakan pendukung dari kebudayaan itu sendiri. Dalam banyak konsep seperti yang dikemukakan Claude Kluckhon, ditekankan bahwa
“kebudayaan merupakan proses belajar dan bukan sesuatu yang diwariskan secara
biologis”. ( Hari Poerwanto:2005).
dikarenakan kurang perdulinya dengan keseimbangan lingkungan serta pemahaman dengan sampah masih kurang yang mmenganggap sampah sesuatu yang tidak layak lagi digunakan. Padahal jika sampah diolah dengan baik tentu akan menghasilkan manfaat yang baik bagi kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, mengkaji sampah sebagai materi buangan manusia, dengan sendirinya, dapat mengungkapkan kebudayaan manusia yang menghasilkannya. (Zuska:2008)
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat mengenai sampah khususnya dalam mengelola sampah merupakan sebagai bentuk kebudayaan mereka dalam merespon keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya. Kebudayaan yang dikatakan Spradley yaitu pengetahuan yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial bisa dikatakan juga sebagai salah satu wujud dari kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Prof. Kuntjaraningrat. Adapun wujud kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Wujud kebudayaan adalah sebagai sesuatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.
2. Wujud kebudayaan adalah suatu kompleks aktivitas kelakuan berpikir dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia.
sendiri berdasarkan pengetahuan mereka yang melahirkan prilaku dan tindakan mengolah sampah rumah tangganya sendiri. Segala bentuk yang dilakukan masyarakat merupakan salah satu bentuk wujud kebudayaan khususnya dalam mengelola sampah yang baik dengan di dukung pengetahuan juga yang juga salah satu dari bagian kebudayaan dalam pemahaman dalam mengelola sampah. Kebudayaan juga memiliki peranan dalam mengelola sampah untuk mengurangi dampaknya terhadap lingkungan dan manusia. Jika di dalam masyarakat itu memiliki budaya bersih tentu akan mengola lingkungannya dengan baik termasuk mengolah sampah dengan baik. Hal ini karena bahwa sampah merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas (kebudayaan) manusia dikarenakan sampah merupakan hasil dari manusia.
3
Menurut lowrence Green, perilaku ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi yang terwujud dalm pengetahuan, sikap kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagaianya.
2. Faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak sarana.
3. Faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku, kebijakan.
Pada dasarnya ada tiga pandangan untuk memahami proses perkembangan kebudayaan. Pertama adalah bahwa kebudayaan bersifat supreorganik dan merupakan wujud tertinggi dari para individu pendukung suatu kebudayaan. Oleh karena itu, tingkah laku manusia ditentukan oleh kebudayaannya bukan sebaliknya. Kedua, sering dipergunakan oleh para ahli antropologi, dikatakan bahwa kebudayaan hanyalah merupakan suatu konsep untuk konstruksi. Melalui konsep pandangan kaum konseptualis inilah kebudayaan akhirnya dapat dipakai untuk menjelaskan dan menggambarkan tingkah laku dan yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri. Ketiga, adalah pandangan yang melihat bahwa kebudayaan itu bersifat abstrak, dan merupakan suatu konstruksi dan bukannya suatu entitas yang dapat diperhatikan secara menyeluruh.
Ada dua pengertian persepsi manusia terhadap lingkungannya (environment perception). Pertama adalah proses manusia memperoleh pengetahuan lingkungan ( objective environment) melalui rangsangan-rangsangan
3
yang diterimanya. Kedua tanggapan manusia terhadap lingkungan ( image of the environment) yang terdapat dalam pikirannya. Inilah yang membuat individu
memandang keadaan di sekitar lingkungannya sesuai dengan kebudayaannya sendiri.
Lebih lanjut Anthony Giddens menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi internal prilaku, yaitu:
1. Motivasi tak sadar, merupakan suatu kebutuhan dan keinginan yang memiliki potensi untuk mengarahkan tindakan tetapi bukan atas keinginan sendiri. 2. Kesadaran diskursif, merupakan kemampuan untuk memberikan kejelasan atas
tindakan yang dilakukan. Alsan-alasan atas tindakan telah diketahui oleh pelaku.
3. Kesadaran praktis, merupakan dimana pelaku mengetahui segala sesuatu yang dilakukan. Pelaku mengetahui alasan kenapa melakukan sesuatu dan kenapa tidak.
Peraturan Daerah yang dikeluarkan oleh pemko Medan merupakan alat hukum untuk mengendalikan prilaku masyarakat dalam mengelola sampah di samping hadirnya bank sampah tersebut. 4Hukum dalam perspektif antropologi dipelajari sebagai bagian yang integral dari kebudayaan secara keseluruhan, dan karena itu hukum dipelajari sebagai produk dari interaksi sosial yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kebudayaan yang lain, seperti politk, ekonomi, ideologi, religi, struktur sosial, dan lain-lain atau hukum dipelajari sebagai proses sosial yang
4
berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, hukum dalam perspektif antropologi bukan semata-mata berwujud peraturan perundang-undangan yang diciptakan oleh negara (state law), tetapi juga hukum dalam wujudnya sebagai peraturan-peraturan lokal yang bersumber dari suatu kebiasaan masyarakat (customary law/folk law), termasuk pula di dalamnya mekanisme-mekanisme pengaturan dalam masyarakat (self regulation) yang juga berfungsi sebagai sarana pengendalian sosial (legal order).
Bank Sampah dan perda tersebut dibuat oleh pemko Medan supaya dapat menekan jumlah timbulan sampah yang meningkat tiap tahunnya. Selain itu, kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam mengelola sampah juga perlu mendapatkan perhatian yang menyebabkan mereka kurang dalam mengelola sampah khusunya melalu Bank Sampah Medan.
1.3.Rumusan Masalah
Pada penelitian ini, peneliti memiliki beberapa permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini, di antaranya:
1. Bagaimana kebijakan dan programyang dilakukan pemerintah terkait dengan Bank Sampah di Kota Medan dalam membina prilaku masyarakat untuk mengelola sampah ?
2. Bagaimana pengetahuan dan respon masyarakat mengenai Bank Sampah Medan ?
1.4.Tujuan dan Maanfaat Penelitian
Di dalam penelitian memiliki tujuan sebagai tugas akhir mahasiswa Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kebijakan dan program Bank Sampah di Kota Medan.
2. Memberikan gambaran mengenai pengetahuan dan respon masyarakat akan kehadiran Bank Sampah Mutiara Medan.
3. Memberikan gambaran mengenai prilaku masyarakat dalam mengelola sampah khususnya di perkotaan.
Selain tujuan, penelitian ini memiliki manfaat adalah sebagai berikut:
1. Menambah wawasan serta dapat memberikan penjelasan dan pemahaman dalam mengatasi permasalahan sampah di kota.
2. Sebagai bahan referensi bagi kalangan akademik khususnya di bidang Ilmu Antropologi Sosial dalam menangani masalah persampahan.
3. Sebagai bahan acuan ataupun pedoman untuk penelitian ke depannya.
4. Sebagai sumbangan pemikiran dalam memberikan pemecahan masalah mengenai sampah dan mengelola sampah di perkotaan.
1.5.Lokasi Penelitian
21 Lingkungan 19, samping Kelurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut dikarenakan letak Bank Sampah tersebut didirikan di sekitar wilayah tersebut dan berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat.
1.6.Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu cara ataupun prosedur di dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari informan. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang menjadi ciri khas dalam penelitian ilmu Antropologi.
Selain itu, yang menjadi 5informan adalah pihak pengelola bank sampah dan masyarakat yang berada di sekitarnya. Adapun syarat-syarat untuk memilih informan yang baik adalah sebagai berikut:
1. 6Enkulturasi penuh, 2. Keterlibatan langsung,
3. Suasana budaya yang tidak dikenal, 4. Waktu yang cukup,
5. Non-analitis.
Di dalam melakukan penelitian, data yang diperoleh melalui data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data tambahan biasanya dari buku,
5
Informan adalah sumber informasi, atau secara harfiah informan sebagai guru bagi etnografer.
6
artikel, majalah, ataupun kepustakaan lainnya. Teknik pokok dalam pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan observasi-partisipan. Metode etnografi biasanya tidak menggunakan analisis statistik yang bersifat kuantitatif, supervisial, dan segmented (Amri Marzali:2006).
1.6.1.Wawancara
Dengan dilakukannya 7wawancara maka akan menghasilkan 8etnografi. Dimana untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandangan penduduk asli 9(Spradley:2006).
Kemudian di dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan oleh penulis menggunakan sebuah catatan lapangan atau yang lebih di kenal dalam ilmu Antropogi yaitu 10catatan etnografis untuk memudahkan dai dalam mendapatkan informasi dari si informan. Sebagaimana yang diungkapkan Charles O Frakes (J. Spradley:2006) adalah sebagai berikut:”suatu deskripsi kebudayaan, suatu etnografi dari berbagai peristiwa yang terjadi di dalam suatu masyarakat pada suatu periode tertentu, yang tentu, saja meliputi berbagai tanggapan informan terhadap etnografer dengan berbagai pertanyaan, tes, dan perlengkapannya.”
Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam kepada informan penulis. Sebelum melakukan wawancara, penulis telah terlebih
7
Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan informasi dari informan dengan interview guide (wawancara mendalam). Sebelum melakukan wawancara, daftar pertanyaan telah disiapkan agar proses wawancara nanti berjalan sesuai dengan draft yang disusun
8
Etnografi adalah metode penelitian khas antropologi, sekaligus hasil laporan dari peneliti.Etnografi adalah kerja lapangan sekaligus buku laporannya.
9
Bronislaw Malinowski dalam buku metode etnografi 2006:4
10
dahulu membuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan supaya menghindari pertanyaan yang tidak sesuai dengan penelitian penulis. Jumlah informan penulis sebanyak 15 orang diantaranya Dinas Kebersihan Kota Medan yang diwakili oleh Bagian Operasional dikarenakan karena Bank Sampah di Kota Medan dibawah naungan Pemko Medan dan Pemko Medan sendiri dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kebersihan Kota Medan yaitu Pak Zulham, salah satu staf bagian operasional. Selanjutnya penulis juga mewawancari para pengurus Bank Sampah Kota Medan yakni Bank Sampah Mutiara Medan dan Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang untuk mendapatkan informasi mengenai kebijakan dan programnya serta juga penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitar Bank Sampah Kota Medan tersebut terhadap keberadaan Bank Sampah di Kota Medan.Informan yang diwawancarai tidak dibatasi hingga permasalahan yang diteliti penulis dapat terjawab. Penulis memilih informan tersebut dikarenakan mengetahui keberadaan Bank Sampah Medan dan segala aktivitas yang ada di sekitar Bank Sampah Medan.
1.6.2.Observasi-Partisipasi
Observasi-partisipasi adalah metode penelitian dimana etnografer terlibat langsung di dalam kegiatan si informan.Ini dilakukan agar etnografer mengetahui proses-proses yang terjadi lapangan saat bersamaan dengan informan.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. ( Bungin 2007:116). Di dalam melakukan observasi-partisipasi, etnografer juga menyiapkan catatan etnografis yang menjadi instrumen di dalam melakukan penelitian.
untuk mengambil fotonya dan penulis mendokumentasikan apa yang ada di sepanjang penulis melakukan pengamatan atau observasi.
1.6.3.Studi kepustakaan
Selain data primer, penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang berasal dari kepustakaan seperti buku, artikel, majalah, dan media elektronik lainnya. Data dari pustaka yang digunakan sesuai dengan topik yang dibahas di dalam penelitian ini. Data sekunder digunakan untuk menambah ataupun melengkapi data primer agar informasi yang di dapat menjadi lengkap. Data sekunder yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari artikel atau jurnal, karya tulis ilmiah, buku-buku yang relevan dengan judul penelitian, serta dari media elektronik lainnya seperti internet dengan menyebutkan sumbernya.
1.7. Analisis Data
1.8. Pengalaman Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai dan di daerah Keleurahan Belawan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan. Sebelum melakukan penelitian ini penulis sudah pernah melihat langsung Bank Sampah Mutiara Medan. Namun, pada saat itu pihak pengelola Bank Sampah tidak ada di tempat jadi penulis bertanya sedikit kepada masyarakat sekitar Bank Sampah tersebut.
Di tempat penelitian ini kebetulan terdapat rumah salah seorang teman dari penulis yang sekaligus menjadi salah satu informan. Tentu ini sangat membantu karena dapat memberikan sedikit informasi mengenai keberadaan masyarakat sekitar terhadap Bank Sampah itu. Keluarga teman penulis ini sudah tinggal berpuluh-puluh tahu sehingga dia sudah mengetahui seluk beluk masyarakat di sekitar daerah tersebut.
Setelah judul di setujui departemen dan mendapatkan surat ijin penelitian penulis langsung menuju ke lokasi itu. Senin 4 April 2016 untuk melakukan penelitian. Sebelum melakukan penelitian penulis terlebih dahulu melaporkan diri kepada kelurahan setempat dengan maksud untuk meminta ijin sekaligus meminta data-data yang diperlukan untuk penelitian.
bertanya kapan waktu beliau kembali namun dia mengatakan kemungkinan pulangnya sedikit lama. Walaupun begitu, bapak tersebut mengantarkan penulis untuk menjumpai sekretaris kelurahan di dalam ruangannya.
Sesampainya di ruangan sekretaris lurah, penulis dipersilahkan maksud dan diberikan maksud dan tujuan kedatangan penulis ke kantor kelurahan ini. Beliau pun mengerti dan bersedia untuk diwawancarai menggantikan pak lurah yang sedang rapat di kantor camat. Pak Sulham Lubis, sekretaris kelurahan memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan penulis kepada beliau. Menurut Pak Sulham Lubis setuju dengan apa yang diteliti oleh penuli karena suah menjadi masalah yang serius. Penulis pun tak lupa meminta data-data masyarakat dan menyuruh penulis meminta ke bagian belakang tepat di belakang menja Pak Sulham Lubis. Penulis pun memberikan flashdisk untuk dimaksukkan data tersebut. Beliau menulis di surat ijin yang telah di foto kopi sebelumnya oleh penulis bahwa penulis diberikan ijin dari kelurahan. Setelah dirasa cukup penulis maka penulis mohon pamit dan mengucapkan terima kasih karena telah mmemberikan waktu kepada penulis untuk memberikan informasi.
Kedatangan penulis sangat disambut baik oleh pak Hary, kepling XVII. Penulis pun menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan penulis. Bahkan beliau sangat setuju dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penulis pun melakukan wawancara dengan beliau mengenai sampah dan bank sampah itu. Pak Hary menjawab dengan penuh fakta dan kenyataannya. Dari perkataannya, beliau sudah beberapa kali melakukan pembersihan tapi hasilnya tetap sama. Masyarakat pun tetap membuang sampahnya sembarangannya. Bahkan beliau mengatakan sudah capeklah kalau mengatasi sampah di sini akibat kurangnya perhatian dari masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah tangganya sendiri.
Setelah selesai wawancara dengan pak kepling penulis pun menuju Bank Sampah Mutiara medan. Sesampainya di situ keadaan sepi tak berpenghuni. Penulis menanyakan dengan masyarakat sekitar. Mereka mengatakan kalau hari senin bank sampah itu tidak buka, sebaiknya besok saja datangnya. Mendengar pernyataan itu akhirnya penulis melanjutkan besoknya karena haripun sudah mulai sore.
Selama melakukan penelitian penulis melakukan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya serta menyiapkan alat rekaman guna merekam seluruh hasil wawancara supaya jelas dan terperinci. Penulis tidak serta merta langsung melakukan wawancara melainkan mengamati sambil menikmati jualan yang di jual di warung informan tersebut dengan begitu penulis dapat menggali informasi dari informan.
Kemudian penulis menjumpai pimpinan dari Bank Sampah Mutiara Medan. Awalnya beliau tidak ada di tempat jadi saya disuruh oleh stafnya untuk menghubungi beliau. Penulis pun menghubungi beliau dan menentukan kapan dan dimana untuk melakukan perjumpaan. Tak seperti yang dipikirkan oleh penulis ternyata untuk memintaa data dan mewawancarai beliau penulis harus membeli produk-produk hasil kerajinan tangan yang dibuat oleh para staf dan nasabah Bank Sampah Mutiata Medan seharga Rp. 200.000,00. Tentu ini membuat penulis sedikit terkejut. Hal ini dimaksudkan beliau supaya ada feedback / umpan balik antara penulis dan Bank Sampah Mutiara Medan atau dengan kata lain penulis mempromosikan hasil kerajinan tangan tersebut.
“Bapak bukan untuk memproleh keuntungan,dek. Bapak cuman ingin ada hasil yang kau dapat dari bank sampah mutiara medan ini. Ini juga bisa sebagai bentuk promosi barang hasil daur ulang sampah kepada
teman-temanmu dan kau jual pada mereka.”(Bapak Effendi Agus, Pembina Bank
Sampah Mutiara Medan)
Peneliti datang keesokan harinya, tetapi Bapak Efendi sebagai Pembinanya tidak ada di Bank Sampah. Peneliti pun menunggu hingga 1 jam lebih dari waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Akhirnya peneliti mewawancarai beliau mengenai informasi tentang Bank Sampah Mutiara Sampah Medan sekaligus peneliti meminta data dan beliau menyarankan saya untuk memintanya kepada salah satu stafnya. Selesai wawancara, penulis diberikan berbagai produk daur ulang sampah sebagai persyaratan yang harus dipenuhi jika ingin mengetahui tentang Bank Sampah Mutiara Medan.
Kemudian penulis juga lanjutkan mencari informasi mengenai permasalahan sampah yang ada di Kota Medan ini sekaligus tentang Bank Sampah Mutiara Medan. Sebab Bank Sampah Mutiara Medan juga hasil kerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Medan. Oleh karena itu, penulis mendatangi Kantor Dinas Kebersihan Kota Medanuntuk mendapatkan data-datanya melalui wawancara dengan pihak Dinas Kebersihan Kota Medan. Sebelumnya penulis mengurus surat ijin penelitian ke BALITBANG dikarenakan pihak dari Dinas Kebersihan meminta surat dari BALITBANG. Oleh karena itu, penulis pun mendatangi kantor BALITBANG Kota Medan. Beberapa hari kemudain surat yang dimaksud telah selesai dan pada hari itu juga penulis menuju kantor Dinas Kebersihan Kota Medan guna mencari data seputar permasalahan sampah di Kota Medan termasuk perkembangan bank sampah yang ada di Kota Medan juga.
Bank Sampah Induk Sicanang. Beliau senang dengan kedatangan penulis karena beliau mau memberikan informasi seputar Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang sebab sudah banyak yang datang mengunjungi seperti penulis jadi beliau sudah tau dan memberikan informasi untuk penulis.