• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Orientasi Rumah Sakit pada Orang Tua dan Anak Terhadap Respon Kecemasan Karena Anak Mengalami Rawat Inap di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektifitas Orientasi Rumah Sakit pada Orang Tua dan Anak Terhadap Respon Kecemasan Karena Anak Mengalami Rawat Inap di RSUD. Dr. Pirngadi Medan"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN

EFEKTIFITAS ORIENTASI RUMAH SAKIT PADA ORANG TUA DAN ANAKNYA TERHADAP RESPON KECEMASAN

KARENA ANAK MENGALAMI RAWAT INAP DI RSUD.dr. PIRNGADI MEDAN

OLEH :

NUR ASNAH SITOHANG,S.Kep.Ns.M.Kep

DIBIAYAI OLEH : DANA DIKS FAKULTAS KEPERAWATAN

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

The effectivity of hospital orientatation to parents and children against the anxiety

responds as children facing hospitalization in RSUD. dr Pirngadi Medan Nur Asnah Sitohang,S.Kep.Ns.M.Kep1

1

Lecture. Department of Nursing pediatric . Faculty of Nursing Universitas Sumatera Utara,Medan,North Sumatera. Indonesia

Correspondence address: nur75asnah@yahoo.co.id Abstract

Background Anxiety is a feeling disorder which is signed by fear or a deep anxious and it happened continouosly, but it experienced no disturbance in evaluating reality. The personality is still intact- a behaviour disorder occurs- but it is still in normal. Both children and parents were definitely traumatized as a result of their hospitalization experience so it provokes a certain reaction which greatly affect on cooperation among parents and children in caring the children during hospitalization. Consequently, it is very crucial for the nurses to comprehend the concept of hospitalization and the impact on parents and children as the fundamental in establishing nursing care. The parentts and children feel anxious and fear against the children’s condition during hospitalization. The objective of this research to identify the effectivity of hospital orientation to parents and children against the anxiety as the children facing hospitalization. Method It applied queasy experimental research design with pre test and post test. There were 60 samples that consisted 30 parents and 30 hospitalized children in Ruang III of RSUD.dr.Pirngadi Hospital. The samples were selected by purposive sampling. The data were analyzed by dependen t-test. Result finding The statistical test indicated that there was an influence of hospital orientation against parent’s anxiety before and after performing intervention in intervention group (P = 0,000) and it also concluded that there was an influence of hospital orientation against children’s anxiety before and after performing intervention in intervention group ( P = 0,000). Conclusion It is suggested to the nurses that they have to improve the quality of nursing service by giving hospital orientation to parents and children in order to minimalize anxiety as the impact of hospitalization.

(5)

Efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap respon kecemasan karena anak mengalami rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Medan

Abstrak

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatian yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas. Kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas – batas normal. Hospitalisasi anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak maupun orang tua sehingga menimbulkan reaksi tertentu yang akan sangat berdampak pada kerja sama anak dan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit. Oleh Karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan. Selama hospitalisasi anak dan orang tua akan merasa cemas dan takut terhadap kondisi anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasan karena anak mengalami rawat inap. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre test dan post test. Besar sampel 60 orang terdiri dari 30 orang tua dan 30 orang anaknya yang dirawat di ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Analisa data yang digunakan yakni yaitu dependen t-test. Hasil uji statistik disimpulkan ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada orang tua sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000) dan pada anak juga disimpulkan ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap kecemasan pada anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pada kelompok intervensi (nilai P = 0,000). Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang salah satunya mencakup pemberian orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak untuk meminimalisasi dampak hospitalisasi yaitu kecemasan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini ini dengan judul efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap respon kecemasan karena anak mengalami rawat inap di RSUD.dr.Pirngadi Medan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ketua Lembaga Penelitian USU 3. Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan

4. Kepala Ruangan dan seluruh staf ruang III (anak) RSUD. dr. Pirngadi Medan Penulis menyadari dukungan moril dan material dari Bapak dan Ibu sangant berati bagi penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Akhir kata penulis doakan segala bentuk bantuan yang telah di berikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Medan, November 2011

(7)

DAFTAR ISI

Hal

Abtrak dan kata kunci ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar tabel ... iv

Daftar Skema ... ... v

Daftar Lampiran ... vi

Pendahuluan ... 1

II Tinjauan Pustaka... 3

III . Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 15

IV. Metode Penelitian... 17

V. Analisis Pembahasan ... 23

VI Kesimpulan dan Saran ... 33

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 6.1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang III

RSUD.dr.Pirngadi Medan 2011...23 Tabel 6.2. Distribusi responden berdasarkan keadaan anak sebelum masuk rumah

sakit di Ruang III.RSUD. dr.Pirngadi Medan 2011...24 Tabel 6.3. Distribusi responden (orang tua) berdasarkan data demografi di Ruang IIII

RSUD.dr.Pirngadi Tahun 2011………..25

Tabel6.4. Respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap sebelum dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan

Tahun 2011 ...26

Tabel6.5. Respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun 2011 ...27 Tabel 6.6. Respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap

sebelum dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun 2011 ...28 Tabel 6.7. Respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap

setelah dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun 2011 ...28 Tabel 6.8. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan anak karena

mengalami rawat inap di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan ...29 Tabel 6.9. Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan orang tua

karena anaknya mengalami rawat inap di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan ...30

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konsep efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di ruang anak (III) RSUD.dr.Pirngadi...14

Skema 2. Desain Penelitian...16

(10)

Lampiran 1 : lembar penjelasan kepada calon responden

Lampiran 2 : lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent) Lampiran 3 : kuesioner penelitian (orang tua)

Lampiran 4 : kuesioner penelitian (anak)

(11)

I. PENDAHULUAN

Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya), lingkungan baru maupun keluarga yang mendampinginya selama perawatan. Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan anaknya, pengobatan, peraturan dan keadaan di rumah sakit, serta biaya perawatan. Meskipun dampak tersebut tidak berlangsung pada anak, secara psikologis anak akan merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampinginya selama perawatan. Anak akan semakin stres dan hal ini berpengaruh terhadap proses penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Hal ini telah dibuktikan bahwa pasien yang mengalami kegoncangan jiwa akan mudah terserang penyakit, karena pada kondisi stres terjadi penekanan sistem imun. Pasien anak yang teraupetik dan sikap perawat yang penuh perhatian akan mempercepat proses penyembuhan (Nursalam, 2005)

Menurut Steven (2000), orang biasanya dirawat inap di rumah sakit bila dia perlu pelayanan dari institusi secara total dalam waktu lama. Termasuk dalam institusi ini adalah rumah perawatan, rumah sakit, perawatan psikiatri, penjara dan lain sebagainya. Institusi secara total dapat dikenal dari beberapa faktor sebagai berikut: pasien menghabiskan sebagian besar waktunya dalam institusi, ada batas yang jelas antara pasien-pasien dan pengelola, ada garis hirarki antara pengelola dan pasien dan ada kesempatan sedikit dari pasien untuk menjalankan inisiatif sendiri.

Krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa anak-anak mempengaruhi setiap anggota keluarga inti. Reaksi orang tua terhadap penyakit anak mereka bergantung pada keberagaman faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hampir semua orang tua berespons terhadap penyakit dan hospitalisasi anak mereka dengan reaksi yang luar biasa konsisten. Pada awalnya orang tua dapat bereaksi tidak percaya, marah atau merasa bersalah, takut, cemas, dan frustasi (Wong, 2008)

(12)

Oleh Karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam pemberian asuhan keperawatan. Supartini juga mengatakan bahwa orang tua mengalami kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya di rumah sakit, walaupun beberapa orang tua juga dilaporkan tidak mengalaminya karena perawatan anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya. Terutama pada mereka yang baru pertama kali mengalami perawatan anak di rumah sakit, dan orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial keluarga, kerabat bahkan petugas kesehatan akan menunjukkan perasaan cemasnya.

Populasi anak yang dirawat di rumah sakit, mengalami peningkatan yang sangat dramatis. Persentase anak yang dirawat di rumah sakit saat ini mengalami masalah yang lebih serius dan kompleks dibandingkan kejadian hospitalisasi pada tahun-tahun sebelumnya. Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik (Wong, 2001).

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di ruang anak (III) RS.dr.Pirngadi Medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10 orang tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1 minggu dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas karena anaknya sakit. Hal ini disebabkan oleh karena biaya rumah sakit, prosedur pengobatan yang dilakukan kepada anaknya, lingkungan yang baru selama anak dirawat inap dan mereka juga mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan orientasi rumah sakit selama anak mereka dirawat inap di rumah sakit. Perawat ruangan juga sudah mengetahui bahwa orientasi rumah sakit perlu dilakuakn agar orang tua dan anak merasa nyaman tinggal di rumah sakit. Tetapi intervensi orientasi rumah sakit ini belum pernah dilakukan dan belum mempunyai SOP (Standar Operasional Prosedur ).

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Konsep Cemas

1.1 Defenisi cemas

Kecemasan atau ansietas adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih utuh, perilaku dapat mengganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (Hawari, 2010)

Menurut Gail (2006) cemas atau ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak perdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Menurut Marilynn (2006) ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis.

1.2 Bentuk kecemasan

Lazarus (1976 dalam Safaria.2005) mengemukakan ada dua bentuk kecemasan ,yaitu:

1.2.1 State Anxiety yaitu kecemasan sebagai suatu reaksi terhadap situasi tertentu. Jika situasi itu tidak ada maka kecemasannya pun hilang. Misalnya cemas ketika melihat keributan antar warga, cemas ketika melewati tempat yang sepi dan angker.

1.2.2 Trait anxiety yaitu kecemasan yang menetap pada diri seseorang. Kecemasan model ini merupakan kecemasan berupa disposisi/sifat dari individu itu sendiri yang pencemas, sehingga kadang-kadang pada situasi yang sebenarnya tergolong biasa, dia bereaksi cemas.

(14)

atau kerusuhan antar kampung. Selain itu kecemasan dianggap sesuatu yang normal jika derajatnya masih tergolong ringan sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut. Suatu kecemasan dianggap abnormal jika situasi yang sedang dihadapi oleh seseorang secara objektif sebenarnya tidak mengandung bahaya yang besar, namun secara subjektif oleh orang itu dianggap berbahaya. Misalnya cemas ketika akan mengikuti ujian semester sehingga menyebabkan orang tersebut tidak sanggup untuk berpikir lagi, dan mengalami serangan panik. Selain itu dari sisi derajatnya kecemasan yang abnormal memiliki derajat yang besar serta kronis sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari orang tersebut .

1.3 Tanda dan gejala cemas

Menurut Harold (1998) Ansietas dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik. Tanda fisik cemas yang sering timbul berupa gemetar, nyeri punggung dan kepala, mudah lelah, sering kaget, wajah merah dan pucat, takikardia, tangan terasa dingin, sulit menelan. Sedangkan gejala psikologik yang sering ditimbulkan yaitu rasa takut, sulit berkonsentrasi, insomnia dan rasa mual diperut.

Menurut Ibrahim (2007) pengalaman kecemasan memiliki dua komponen, yaitu:

a. Keadaan akan adanya sensasi fisiologis (seperti berdebar-debar dan berkeringat)

b. Kesadaran berada dalam keadaan gugup atau ketakutan Gejala ansietas terdiri dari (Ibrahim, 2007) :

1.3.1 Gangguan somatik

Tremor, panas-dingin, berkeringat, palpitasi, nausea, diare, mulut kering, sesak nafas dan kesukaran untuk menelan

1.3.2 Gangguan kognitif

(15)

1.3.3 Gangguan perilaku

Ekspresi katakutan, iritabilitas, imobilisasi, hipertensi dan penarikan diri dari masyarakat

1.3.4 Gangguan persepsi

Depersonalisasi dan derealisasi

Menurut Isaac (2004) ciri-ciri ansietas adalah keprihatinan, kesulitan, ketidakpastian atau ketakutan yang terjadi akibat ancaman yang nyata atau dirasakan.

1.4 Tingkat cemas (Rentang respons Ansietas)

Meskipun beberapa tingkat kecemasan atau ansietas merupakan hal yang normal dalam tekanan kehidupan, ansietas dapat menjadi adaptif atau maladaptif. Masalah muncul saat klien mempunyai mekanisme koping yang tidak adekuat untuk mengatasi bahaya, yang mungkin dikenali atau tidak dikenali (Marilynn, 2006). Gail (2006) membagi ansietas menjadi empat bagian, yaitu:

1.4.1 Ansietas ringan

Ansietas ringan berusia sangat singkat dan diinduksi lingkungan, umumnya sembuh sejalan dengan hilangnya stress. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ringan ini memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

Ketegangan, mudah marah, takut pada sesuatu yang akan terjadi dan perhatian mulai teralih adalah umum terjadi, seringkali berkaitan dengan factor lingkungan, dan ditatalaksana dengan psikoterapi suportif serta terapi berorientasi realita (David, 2003).

1.4.2 Ansietas sedang

Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

(16)

Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.

1.4.4.Tingkat panik dari ansietas

Tingkat panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.

1.5 Mekanisme koping

Menurut Siswanto (2007) koping dimaknai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan/luka/kehilangan/ancaman. Koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi. Atau dengan kata lain, koping adalah bagaimana reaksi orang ketika menghadapi stress/tekanan.

Koping ada 2 jenis, yaitu :

1.5.1 Tindakan langsung (Direct Action)

Koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang berrmasalah dengan lingkungan.

1.5.2. Peredaan atau peringanan (Palliation)

Jenis koping ini mengacu pada mengurangi/ menghilangkan/ menoleransi tekanan-tekanan ketubuhan fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa diartikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.

(17)

Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah ( Wong, 2008).

Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang lama kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Fortinas and Warrel, 1995). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.

Menurut Wong (2003), anak – anak terutama selama tahun – tahun awal sangat rentan terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi karena (1) perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan (2) anak memiliki jumlah mekanisme koping terbatas untuk menyelesaikan stresor.

Stress hospitalisasi pada anak sebaiknya dihindari atau sebisanya dihilangkan, karena dengan adanya stress tersebut akan mempengaruhi penyembuhan anak, dimana stress tersebut menekan kerja imunologi anak dalam proses penyembuhan anak. Apabila proses penyembuhan anak lambat maka akan menambah hari rawat inap dan tentunya berpengaruh terhadap jumlah dana yang harus dikeluarkan orang tua untuk biaya rawat anaknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi koping anak

Faktor – faktor yang mempengaruhi mekanisme koping anak dalam menjalani rawat inap di rumah sakit adalah umur dan perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah (J. Piaget) berada pada fase pre operasional; pengalaman sakit terdahulu; kedekatan anak pada orang tua; lamanya sakit dan seringnya anak dirawat; tipe dan frekwensi tindakan invasif yang dilakukan; tingkat kecemasan orang tua; stres yang dialami anak sebelum di rumah sakit.

(18)

Menurut Wong (2003), sumber kecemasan anak usia pra sekolah selama di rawat di rumah sakit disebabkan oleh perpisahan dengan orang tua;kehilangan kendali; cedera tubuh dan nyeri. sedangkan faktro resiko yang meningkatkan kerentanan anak terhadap stres hospitalisasi adalah temperamen anak, ketidaksesuaian anak dan orang tua, usia terutama antara usia 6 bulan dan 5 tahun; jenis kelamin laki –laki; kecerdasan di bawah rata- rata; stres multipel dan kontiniu ( misalnya sering dirawat inap).

2.4. Dampak Hospitalisasi pada anak usia prasekolah

. Menurut Wong (2008),dampak hospitalisasi pada anak usia pra sekolah: 2.4.1 Cemas karena perpisahan

Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia prasekolah adalah kecemasan akibat perpisahan yang disebut juga depresi anaklitik. Manifestasi cemas akibat perpisahan ini terdiri dari tiga fase yaitu fase protes, fase putus asa dan fase pelepasan.

Reaksi anak pada fase protes adalah tidak langsung & kurang agresif dibanding usia anak sebelumnya, rekasi marah dilampiaskan pada benda lain; pada fase putus asa dan fase pelepasan adalah agresif, regresi.

2.4.2. Kehilangan kontrol

Hospitalisasi pada anak tanpa melihat usia anak sering menimbulkan kehilangan kontol pada fungsi tubuh tertentu. Anak sering membutuhkan bantuan dalam mengerjakan aktifitas yang dia dapat lakukan sendiri di rumah. Hal ini menyebabkan anak merasa tidak berdaya dan frustasi serta meningkatkn ketergantungan pada orang lain.

(19)

Dimulai pada masa pra sekolah, anak sering merasa tidak nyaman terhadap perubahan penampilan tubuh atau fungsinya yang disebabkan oleh pengobatan, perlukaan, atau ketidakmampuan. Mereka mungkin takut bertemu orang lain dan tidak memperbolehkan orang lain untuk melihatnya.

2.4.4.Sakit atau nyeri

Prosedur yang menyakitkan dan invasif merupakan stresor bagi anak pada semua usia baik menimbulkan nyeri atau maupun tidak, merupakan ancaman bagi anak prasekolah yang konsep integritas tubuhnya belum berkembang baik. Selama masa pra sekolah anak belajar mengasosiasikan nyeri dengan prosedur spesifik misal pengambilan sampel darah, aspirasi sumsum tulang belakang, ganti balutan atau injeksi. Anak yang mendapat suntikan berulang tidak mengerti mengapa tubuhnya selalu disakiti. Pengalaman ini dapat menimbulkan trauma jika orang yang dipercaya anak tidak memberikan rasa nyaman atau menenangkannya. (Wong.2003).

2.4.5. Ketakutan

Pada usia ini, kekhawatiran akan mutilasi memuncak. Kehilangan bagian tubuh merupakan suatu ancaman. Anak laki – laki takut akan pengebirian (sirkumsisi), kateterisasi.

Pemahaman mereka yang terbatas tentang fungsi tubuh juga meningkatkan kesulitan mereka memahami bagamaimana perawatan tubuhnya yang sedang sakit (Wong.2003).

2.4.6.Lingkungan Asing

(20)

Melestarikan kelanjutan antara lingkungan rumah dan rumah sakit merupakan pemikiran yang sangat penting untuk mengatasi dan meringankan penyakit anak. Tujuannya adalah untuk menyembuhkan (jika mungkin) atau memperbaiki status fisik dan mental sehingga anak dapat berkembang dalam keterbatasannya.

Lingkungan yang ramah, suasana seperti rumah, terbuka pada anak di rumah sakit dan tempat diatur seperti di rumah misalnya seperti tempat makan, tempat minum, duduk dan istirahat sehingga dapat meminimalkan dampak hospitalisasi. 2.4.7. Jenis Tindakan/Prosedur

Tindakan/prosedur merupakan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal (Carpenito, 1998).

Pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan secara langsung yaitu ditangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan, dan dapat juga dengan cara delegasi yaitu diserahkan kepada perawat lain atau orang lain yang dapat dipercaya seperti keluarga pasien untuk melakukan tindakan kepada pasien.

Tindakan atau prosedur yang menyakitkan merupakan stresor bagi anak pada semua usia. Selama masa pra sekolah anak belajar mengasosiasikan dengan prosedur yang spesifik seperti pengambilan darah, infus, penyuntikan maupun ganti balutan. Pengalaman ini dapat menimbulkan trauma jika orang yang dipercaya tudak memberikan rasa nyaman atau menenangkannya (Mott et al, 1995).

2.4.8. Immobilitas Fisik

(21)

menjadi tidak kooperatif yang menyebabkan harus diberikan pembatasan fisik dengan cara mengikat.

Bagi anak-anak yang dapat berprilaku kooperatif pengikatan tidak perlu dilaksanakan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga anak tetap merasa aman dengan kelemahan dan kondisinya, untuk meningkatkan kebebasan selama di tempat tidur misalnya dengan meletakkan tempat tidur di dekat pintu dan jendela. Untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari dapat dibuat jadwal waktu bersama-sama antara anak dan perawat yang akan dipakai pedoman oleh anak dengan tidak mengabaikan kesehatan atau program pengobatan (Depkes, 1998).

Persiapan rawat inap

Hospitalisasi adalah adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab yang bersangkutan dirawat disebuah institusi seperti di rumah sakit perawatan. Tingkah laku dari pasien yang dirawat di rumah sakit dapat dikenal dari kelemahan untuk berinisiatif, kurang atau tidak ada perhatian tentang hari depan, tidak bermain atau ada daya tarik, kurang perhatian tentang cara berpakaian dan segala sesuatu yang bersifat pandangan luas, ketergantungan dari orang-orang yang membantunya (Steven, 2000, dikutip dari Manurung, 2009).

Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Proses persiapan dapat dilakukan dengan tur (orientasi rumah sakit), pertunjukan boneka dan waktu bermain dengan miniatur peralatan rumah sakit (Wong, 2008).

Persiapan yang dibutuhkan anak pada hari masuk rumah sakit bergantung pada jenis konseling prarumah sakit yang telah mereka terima. Jika mereka telah dipersiapkan dalam suatu program formal, mereka biasanya mengetahui apa yang akan terjadi dalam prosedur medis awal, fasilitas rawat inap dan staf keperawatan (Wong, 2008).

(22)

diorientasikan dengan situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur bangunan rumah sakit (Supartini, 2004)

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan: memperkenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakannya, kenalkan dengan pasien anak lain yang akan menjadi teman sekamarnya, berikan identitas pada anak, misalnya pada papan nama anak, jelaskan aturan rumah sakit yang berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti, laksanakan pengkajian riwayat keperawatan, lakukan pemerikasaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dengan yang diprogramkan (Supartini, 2004)

.Manfaat rawat inap

Meskipun hospitalisasi dapat dan biasanya menimbulkan stress bagi anak-anak, tetapi hospitalisasi juga dapat bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, terapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stress dan merasa kompeten dalam kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi yang baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal mereka.

.Reaksi orang tua terhadap rawat inap anak

Menurut Nursalam (2005), reaksi orang tua terhadap anaknya yang sakit dirumah dan dirawat di rumah sakit di pengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain : tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit, prosedur pengobatan, sistem pendukung yang tersedia, kekuatan ego individu, kemampuan dalam pengumpulan koping, dukungan dari keluarga, kebudayaan dan kepercayaan, dan komunikasi dalam keluarga.

Menurut Wong (2003), reaksi orang tua terhadap perawatan anak dirumah sakit dan latar belakang yang menyebabkannya dapat diuraikan sebagai berikut :

2.5.1. Perasaan cemas dan takut

(23)

melihat anaknya, dan pada kondisi ini perawat atau petugas kesehatan harus bijaksana bersikap pada anak dan orang tuanya.

Perilaku yang sering ditunjukkan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah (Supartini, 2000)

2.5.2.Perasaan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukkan perilaku sosial atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Supartini, 2000)

2.5.3.Perasaan frustasi

Pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis yang diterima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukkan perilaku putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.

3. Orientasi rumah sakit

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia orientasi rumah sakit adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di gedung atau tempat yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan. Dengan kata lain orientasi rumah sakit adalah pengenalan ruangan yang ada di rumah sakit. Dalam hal ini lingkungan internal ruang rawat anak dan lingkungan eksternal yaitu ruangan lain yang ada di rumah sakit tersebut. Menurut Wong(2003), orientasikan anak dan keluarga pada fasilitas rawat inap,terutama ruangan tersebut; tekankan area- area positif dari unit rawat anak. Untuk ruangan : jelaskan tentang bel panggil, pengendalian tempat tidur, televisi, kamar mandi dan telepon dan lain – lain. Untuk unit : tunjukkan ruang bermain, meja, ruang makan atau area lainnya. Perkenalkan pada perawat, dokter , tenaga kesehatan lain, teman sekamar dan orang tuanya. Jelaskan peraturan dan jadwal rumah sakit ( misalnya jam berkunjung, waktu makan, waktu tidur, batasan – batasan ).

(24)

Kerangka konseptual penelitian ini untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di rumah sakit. Penelitian ini terdiri dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yaitu kecemasan pada orang tua dan anak, dan variabel independen yaitu orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak .

Variabel Independen Variabel

dependen

Skema 1 : kerangka konsep efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasan karena anak dirawat inap di ruang anak (III) RSUD.dr.Pirngadi 5. Hipotesa :

Ada pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan orang tua dan anak karena anak mengalami rawat inap.

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak terhadap kecemasanya karena anak mengalami rawat inap.

B.Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden terhadap efektifitas orientasi rumah sakit

Orang tua dan anak pra sekolah yang akan di rawat inap di ruang anak (III) RS.dr.Pirngadi

Dilakukan orientasi

rumah sakit Kecemasan

(25)

2. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan anak sebelum dilakukan orientasi rumah sakit

3. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan anak setelah dilakukan orientasi rumah sakit

4. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua sebelum dilakukan orientasi rumah sakit

5. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan orang tua setelah dilakukan orientasi rumah sakit

6. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada anak terhadap kecemasan sebelum dan setelah dilakukan orientasi rumah sakit

7. Untuk membandingkan efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua terhadap kecemasan sebelum dan setelah dilakukan orientasi rumah sakit. B. Manfaat Penelitian

1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah informasi tentang efektifitas orientasi rumah sakit pada orang tua dan anak pra sekolah terhadap kecemasan karena anak dirawat inap.

2. Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kepada perawat yang bekerja di bagian perawatan anak bahwa orientasi rumah sakit dapat digunakan sebagai intervensi untuk mengurangi kecemasan orang tua dan anak prasekolah karena anak dirawat inap.

3. Bagi penelitian keperawatan

(26)

V. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen pre test-post test. Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Responden anak pra sekolah & orang tuanya

X1 I X2

Keterangan :

X1 : tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan intervensi X2 : tingkat kecemasan responden setelah dilakukan intervensi I : dilakukan orientasi rumah sakit

B. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dan anaknya usia pra sekolah menjalani dirawat inap di ruang anak (III) RSUD.dr.Pirngadi Medan bulan Januari – Desember 2010 sebanyak 156 (sumber buku rawatan di ruang III RS.dr.Pirngadi Medan).

B. Sampel Penelitian

(27)

menjadi 30 orang. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang yaitu 30 orang tua dan 30 anaknya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. orang tua dan anaknya usia pra sekolah yang menjalani rawat inap

b. anaknya sama sekali belum pernah dirawat inap di rumah sakit, baik di RSUD.dr.Pirngadi Medan maupun rumah sakit lain

c. orang tua yang berusia 20-55 tahun dan anak usia 4 – 5 tahun

d. orang tua yang secara fisik kondisi kesehatannya dalam keadaan sadar; bersedia dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti kegiatan orientasi rumah sakit selama 20 menit mendapatkan informasi tentang rumah sakit dan melihat/orientasi lingkungan sekitar rumah sakit.

e. anak kesadaran compos mentis dan mampu melaksanakan orientasi dengan kata lain, kegiatan orientasi tidak memperburuk kondisi kesehatan anak.

C. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di ruang rawat anak (III) RSUD.dr.Pirngadi Medan. Rumah sakit ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit yang menjadi rumah sakit rujukan wilayah Sumatera Utara dan juga merupakan rumah sakit pendidikan tempat peneliti membimbing mahasiswa yang sedang praktek klinik sehingga memudahkan bagi peneliti untuk menerapkan metode penelitian dan juga memperoleh sampel penelitian sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

(28)

Penelitian dilakukan mulai dari bulan Mei sampai dengan Oktober 2011. E. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat rekomendasi Dekan melalui administrasi pendidikan akademik fakultas keperawatan USU, selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan izin ke RSUD.dr.Pirngadi Medan melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke ruangan perawatan yang telah ditetapkan. Setelah mendapat izin dari kepala SMF anak dan kepala ruangan pengumpulan data dapat dilaksanakan.

Kemudian peneliti mulai melakukan pengumpulan data dan memberikan lembar persetujuan (Informed Consent) kepada responden yang akan diteliti. Sebelum responden mengisi dan menandatangani lembar persetujuan, peneliti menjelaskan maksud, tujuan, manfaat dan efek serta prosedur penelitian.

Bila responden tidak bersedia menandatangani lembar persetujuan dapat dinyatakan secara lisan. Responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini, atau menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data, dan tidak ada efek yang merugikan terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau member kode pada masing-masing lembar pengumpulan data. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. Selama proses pengambilan data, penelitian ini tidak akan menimbulkan rasa sakit secara fisik dan tekanan psikologis pada responden yang akan diteliti dan tidak ada efek yang merugikan bagi tindakan keperawatan.

(29)

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner pada anak dan orang tua terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner tingkat kecemasan. Khusus untuk instrumen pada anak ada bagian pertanyaan pendahuluan (10) bertujuan mengetahui kepribadian anak sebelum masuk rumah sakit. Instrumen penelitian tentang pengumpulan data demografi orang tua anak. Data demografi pada orang tua adalah jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama. Instrument penelitian tentang tingkat kecemasan orang tua menggunakan Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang telah dimodifikasi yang terdiri dari 30 pertanyaan.

Untuk instrumen anak terdiri dari data demografi, pertanyaan pendahuluan dan 25 pertanyaan kecemasan. Kedua instrumen penelitian menggunakan skala Guttman yaitu bila ya mendapat skor 1 dan bila jawaban tidak skor 0.

I. Uji Validitas

Suatu instrumen dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk mengetahui validitas kuesioner tingkat kecemasan, peneliti menggunakan tekhnik content validity yang membuktikan instrumen lebih sahih yang dilakukan oleh rekan dosen di departemen keperawatan anak yang dianggap memahami tujuan penelitian ini yaitu ibu Farida L. Siregar, S,Kep, Ns, M.Kep dengan content validity index (CVI) adalah 0,803.

G. Uji Reabilitas

(30)

diperoleh bahwa hasil reliabel pertanyaan adalah r = 0,559 lebih besar dari harga r product moment r = 0,361, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrument

tersebut reliabel. I. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu mengajukan permohonan izin kepada dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian mengajukan permohonan izin kepada direktur RS.dr.Pirngadi Medan melalui Badan Diklat dan Litbang lalu ke kepala SMF anak. Setelah mendapat izin dari kepala SMF anak lalu meminta izin ke kepala ruangan anak (III).

Setelah mendapat izin, maka peneliti melakukan sosialisasi tujuan penelitan kepada seluruh perawat yang ada di ruangan dan meminta partisipasinya guna kelancaran proses penelitian ini. Selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data penelitian.

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pengumpulan data pada calon responden. Peneliti memberikan lembar informed consent dan kuesioner kepada. Pada hari pertama anak dirawat peneliti melakukan intervensi kepada orang tua dan anaknya. Setelah 7 hari responden memberikan kuesioner dengan pertanyaan yang sama untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami oleh responden.

J. Analisa Data.

(31)

Analisa data dibedakan menjadi dua analisa yaitu data univariat dan bivariat. Analisa data univariat meliputi data demografi anak dan orang tua berupa jenis kelamin anak, umur, pekerjaan, pendidikan terakhir, agama dicari mean dan standar deviasi dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

Sedangkan analisis bivariat untuk menguji pengaruh efektifitas orientasi rumah sakit terhadap kecemasan karena anak dirawat inap digunakan t dependen untuk membandingkan tingkat kecemasan pada kedua kelompok sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan (orientasi rumah sakit).

VI. ANALISIS PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis univariat karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil mayoritas jenis kelamin adalah laki – laki 22 orang (73.3%),dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini :

Tabel 6.1

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan 2011

Variabel Frekuensi

(F)

% Jenis kelamin :

- perempuan - laki – laki

8 22

26.7 73.3

(32)

anak mengalami kesulitan minum obat dan tindakan yang dilakukan mengatasinya dengan dibujuk 21 orang (70.0%) dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut :

Tabel 6.2

Distribusi responden berdasarkan keadaan anak

sebelum masuk rumah sakit di Ruang III.RSUD. dr.Pirngadi Medan 2011 (n=30)

Variabel Frekuensi

(F)

% Dilakukan anak saat lelah atau marah :

- tidur

- berdiam diri - main game - menangis

- membuang barang – barang

Jika marah apa yang diinginkan anak : - tidak ada

Teman anak bicara bila merasa khawatir : - ibu

- nenek / orang yang ada di rumah

(33)

- mengajak bicara kenapa tidak bisa tidur Masalah buang air kecil kalau malam hari

dan bila ada apa yang dilakukan mengatasinya :

- tidak ada

- ya, mengantar ke kamar mandi biar tidak ngompol

(34)

- Perguruan Tinggi

Berdasarkan respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap sebelum dilakukan orientasi rumah sakit diperoleh hasil rata – rata 15.03 (95%CI:13.75-16.32) Standar deviasi 3.439. Respon kecemasan terendah 8 dan tertinggi 20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata respon kecemasan anak adalah antara 13.75-16.32. Adapun penyajiannya dapat dilihat pada tabel 6.4 dibawah ini :

Tabel 6.4

Respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap sebelum dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun 2011

(n=30)

Variabel Mean SD 95% CI Min-mak

Respon

kecemasan anak

15.03 3.439 13.75-16.32 8 - 20

Berdasarkan respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit diperoleh hasil rata – rata 10.67 dengan Standar deviasi 2.670. Respon kecemasan terendah 4 dan tertinggi 15. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata respon kecemasan anak adalah antara 9.67-11.66. Adapun penyajiannya dapat dilihat pada tabel 6.5 dibawah ini :

Tabel 6.5

Distribusi respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun

(35)

Variabel Mean SD 95% CI Min-mak Respon

kecemasan anak

10.67 2.67 9.67-11.66 4 - 15

Berdasarkan respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap sebelum dilakukan orientasi rumah sakit diperoleh hasil rata – rata 19.83 dengan Standar deviasi 3.553 Respon kecemasan terendah 10 dan tertinggi 26. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata respon kecemasan orang tua adalah antara 18.51- 21.16. Adapun penyajiannya dapat dilihat pada tabel 6.6 dibawah ini :

Tabel 6.6

Distribusi respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap sebelum dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi

Medan Tahun 2011 (n=30)

Variabel Mean SD 95% CI Min-mak

Respon

kecemasan anak

19.83 3.553 18.51-21.16 10 - 26 Berdasarkan respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit diperoleh hasil rata – rata 14.97 dengan Standar deviasi 3.774. Respon kecemasan terendah 5 dan tertinggi 20. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata – rata respon kecemasan orang tua adalah antara 13.56 – 16.38. Adapun penyajiannya dapat dilihat pada tabel 6.7 dibawah ini :

Tabel 6.7

Distribusi despon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap setelah dilakukan orientasi rumah sakit di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan

Tahun 2011

(36)

didapatkan nilai p = 0.000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara respon kecemasan anak sebelum dan setelah dilakukan orientasi rumah sakit. bentuk penyajian hasil dapat dilihat pada tabel 6.8:Tabel 6.8

Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun 2011

(n=30)

Hasil analisis bivariat diperoleh rata – rata respon kecemasan anak pada pengukuran pertama adalah 19.83 dengan standar deviasi 3.553. Pada pengkuran kedua 14.97 dengan standar deviasi 3.774. Terlihat nilai beda mean antara pengukuran pertama dan kedua adalah 4.867. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0.000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara respon kecemasan orang tua sebelum dan setelah dilakukan orientasi rumah sakit. bentuk penyajian hasil dapat dilihat pada tabel 6.9:

Tabel 6.9

Pengaruh orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan orang tua karena anaknya mengalami rawat inap di Ruang III RSUD.dr.Pirngadi Medan Tahun

(37)

Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa orientasi rumah sakit berpengaruh terhadap respon kecemasan anak dan orang tuanya karena anak mengalami rawat inap. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Nursalam (2005) yang menyatakan bahwa orientasi ruangan kepada anak orang tuanya harus dilaksanakan oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan keluarga.

Menurut Wong (2008) pemberian informasi tentang respons perilaku normal dan dapat diperkirakan tersebut kepada orang tua dapat mengurangi kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Alasan mempersiapkan anak menghadapi pengalaman rumah sakit dan prosedur yang terkait dibuat berdasarkan prinsip bahwa ketakutan akan ketidaktahuan (fantasi) lebih besar daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur ketidaktahuan dapat mengurangi ketakutan tersebut. Meskipun persiapan untuk hospitalisasi merupakan praktik yang umum, tidak ada standar atau program universal yang dianjurkan untuk semua tempat. Proses persiapan dapat dilakukan dengan tur, pertunjukan boneka, dan waktu bermain dengan miniature peralatan rumah sakit; persiapan tersebut dapat melibatkan penggunaan buku-buku, video atau film; atau terbatas pada deskripsi singkat aspek utama tentang dirawat dirumah sakit. Tidak ada kesepakatan yang tegas tentang waktu persiapan tersebut. Tanpa melihat jenis program yang spesifik, semua anak, bahkan mereka yang sudah pernah dihospitalisasi sebelumnya, memperoleh manfaat dari pengenalan terhadap lingkungan dan rutinitas di unit tersebut.

(38)

kecemasan orang tua selama awal hospitalisasi. Keluarga yang tidak tahu tentang peraturan rumah sakit seringkali bertambah bingung dan cemas. Oleh karena itu keluarga memerlukan penjelasan yang rinci tentang apa yang mereka harapkan dan apa yang diharapkan dari mereka (Wong, 2008).

Menurut Supartini (2004) pada hari pertama dirawat lakukan tindakan kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya, orientasikan anak dan orang tua pada ruangan rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan dan jelaskan aturan rumah sakit yang berlakuu dan jadwal kegiatan yang akan diikuti .

Keadaan sakit dan hospitalisasi merupakan krisis utama bagi anak usia toddler dan keluarga (Nursalam, 2005). Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang mengalami sakit baik yang dirawat di rumah maupun yang dirawat di rumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu, keluarga, atau masyarakat (Hidayat, 2004). Menurut Sukoco (2002) respon kecemasan merupakan perasaan yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa sebab, seperti penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga, yang semua itu dapat berdampak pada proses penyembuhan. Kecemasan ini dapat meningkat apabila orang tua merasa kurang informasi terhadap penyakit anaknya dari rumah sakit terkait, sehingga dapat menimbulkan reaksi tidak percaya apabila mengetahui tiba-tiba penyakit anaknya serius. Reaksi-reaksi cemas yang timbul akibat hospitalisasi berbeda pada setiap orang, karena tinggal di rumah sakit bukanlah suatu pengalaman yang menyenangkan, dimana klien harus mengikuti peraturan serta rutinitas ruangan.

(39)

pelayanan keperawatan anak harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak.

Kecemasan merupakan salah satu akibat yang dialami oleh anak ketika mengalami perawatan di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit adalah suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing, lingkungannya yang asing, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan rasa cemas yang dapat membuat orang tua tertekan dan sedih sehingga anak juga mengalami hal yang sama, dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada anak tetapi juga pada orang tuanya (Mahyudin, 2007).

Orientasi ruangan kepada pasien anak dan orang tua harus dilaksanakan oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan keluarga. Orientasi ruangan yang harus dilakukan oleh perawat meliputi pengenalan kepada perawat atau petugas yang jaga, pengenalan pada ruangan perawatan dan alat-alat yang ada di ruangan, memperkenalkan dengan teman sekamar, menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang ada, pelaksanaan pemeriksaan rutin, dan peran orang tua dalam perawatan (Nursalam, 2005).

(40)

sehingga jika seorang perawat menunjukkan sikap yang tidak peduli maka klien akan menganggap semua petugas sebagai orang yang tidak professional (Perry & Potter, 2005).

(41)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Orientasi ruangan kepada pasien anak dan orang tua harus dilaksanakan oleh perawat untuk menghindari sesuatu yang mencemaskan dan menakutkan bagi pasien anak dan orang tuanya. Orientasi ruangan yang harus dilakukan oleh perawat meliputi pengenalan kepada perawat atau petugas yang jaga, pengenalan pada ruangan perawatan dan alat-alat yang ada di ruangan, memperkenalkan dengan teman sekamar, menjelaskan mengenai peraturan-peraturan yang ada, pelaksanaan pemeriksaan rutin, dan peran orang tua dalam perawatan.

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diberikan rekomendasi kepada berbagai pihak antara lain:

2.1Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa bahwa orientasi rumah sakit dapat dilakuakn untuk mengurangi kecemasan anak dan orang tua karena anak dirawat inap.

2.2. Bagi pelayanan keperawatan

(42)

2.3. Pada penelitian selanjutnya

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Basford & Oliver, S. (2006). Teori dan praktik keperawatan pendekatan integral

pada asuhan pasien. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, E. (2006). Rencana asuhan keperawatan psikiatri. Edisi 3.

Jakarta: EGC

Hawari, Dadang. (2001). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta: Gaya Baru

Isaac, Ann. (2004). Keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta: EGC Kaplan, Harold., M., D. (1998). Ilmu kedokteran jiwa darurat. Jakarta: Widya

Medika

Notoadmodjo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta: Salemba Medika Polit, D. F & Hungler, B. P. (1999). Nursing Research Principles And Methods, 5th

edition. Philadelphia: Lippincott

Stevens. (2000). Ilmu keperawatan. Edisi 2. Jakarta: EGC

Stuart, Gail., W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5., Jakarta: EGC Supartini, Yupi. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC Thomson, DE. (1995). Maternity and Pediatric Nursing. 5 th edition. America, WB

Powder Komponi

Wong. (2003). Nursing care of infants and children. Edition VI. St. Louise: Mosby year book

(44)

Data Personalia Peneliti

1. Nama : Nur Asnah Sitohang,S.Kep.Ns.M.Kep

2. NIP : 19740505 200212 2 001

3. Tempat /tgl lahir : Sukaramai, 5 Mei 1974 4. Gol/pangkat : IIIb / Lektor

5. Alamat : Jl. Karya Bersama.Gg.Syukur I/2. Medan Johor

6. Email : nur75asnah@yahoo.co.id

7. Agama : Islam

8. No. HP : 081381329541

9

11. Riwayat Pendidikan :

No Pendidikan Tamat (thn)

1 SD INPRES SIDIKALANG 1987

2 SMP NEGERI 3 SIDIKALANG 1990

3 SMA BUKIT CAHAYA

SIDIKALANG

1993

4 AKPER DEPKES RI MEDAN 1996

5 PSIK FK.USU 2002

6 S2 KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN

MEDIKAL BEDAH UI

(45)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalammualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Nama Saya Nur Asnah Sitohang,dosen departemen keperawatan anak fakultas keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul efektifitas orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan anak dan orang tua karena anak mengalami rawat inap.

Hospitalisasi atau rawat inap merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah ( Wong, 2008).

Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang lama kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Fortinas and Warrel, 1995). Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya yang menimbulkan ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu mengatasi atau mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek tergantung pada masing-masing anak dalam mempersepsikannya.

Menurut Wong (2003), anak – anak terutama selama tahun – tahun awal sangat rentan terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi karena (1) perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan dan (2) anak memiliki jumlah mekanisme koping terbatas untuk menyelesaikan stresor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektifitas orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan anak dan orang tua karena anak mengalami rawat inap.

Saya akan melakukan wawancara terstruktur kepada bapak /ibu tentang : a. data demografi bapak/ibu . orang tua : usia ,pekerjaan, penghasilan.

perilaku anak sebelum dirawat, respon kecemasan anak dan orang tua karena anak mengalami hospitalisasi. Wawancara akan kami lakukan sekitar 30 menit

(46)

Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini Bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : Nur Asnah Sitohang

Alamat :Jl.Prof.Maas. No.3.Kampus USU No. HP : 081381329541

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2011

Peneliti

(47)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama :

Umur :

Alamat :

Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang penelitian efektifitas orientasi rumah sakit terhadap respon kecemasan anak dan orang tua karena anak mengalami rawat inap. Maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat peernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya. Medan, 2011

(48)

Lampiran 3.

KUESIONER PENELITIAN (orang tua)

Kuesioner 1 : Data Demografi Petunjuk penelitian

1. Orang tua diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)

2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti Kode (diisi oleh peneliti) :

Kuesioner 2 : Tingkat kecemasan orang tua Petunjuk penelitian

1. Orang tua diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)

2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

(49)

Penilaian 0 = tidak 1 = ya

NO Pernyataan-pernyataan Ya Tidak

1 Apakah anak anda pernah dirawat dirumah sakit?

2 Saya merasa cemas karena anak saya dirawat inap dirumah sakit

3 Perasaan saya lebih tenang bila anak saya masuk dirawat inap rumah sakit daripada tidak dirawat inap

4 Kepala saya terasa pusing selama anak saya dirawat di rumah sakit

5 Nafsu makan saya berkurang pada waktu menjaga anak saya sakit

6 Saya mengalami kesukaran untuk melakukan konsentrasi ketika sedang menanggapi suatu masalah

7 Saya risau bila memikirkan masalah keuangan dan masalah pekerjaan pada saat anak saya dirawat inap dirumah sakit 8 Tangan saya sering terasa gemetar bila mengerjakan sesuatu 9 Saya merasa mudah lelah dan capek

10 Saya mengalami diare sekali atau lebih dalam sehari selama anak saya dirawat inap di rumah sakit

11 Saya khawatir akan terjadi kesulitan yang menimpa anak saya selama dirawat inap

12 Saya sering mengalami mimpi yang menakutkan pada waktu tidur malam hari karena penyakit yang diderita anak saya

13 Saya merasa tangan dan kaki saya dingin ketika anak saya masuk rumah sakit

14 Ketika anak saya masuk rumah sakit saya mengalami keringat dingin

15 Saya merasa jantung berdebar-debar dan susah bernafas ketika anak saya menjalani perawatan di rumah sakit 16 Saya merasa bersalah terhadap anak saya

17 Saya jarang mengalami sakit perut selama menjaga anak saya di rumah sakit

18 Saya tidak mengalami gangguan tidur

19 Tidur saya terganggu dan tidak nyenyak karena memikirkan penyakit yang diderita anak saya 20 Saya merasa gagal merawat anak saya

21 Saya mengalami gangguan tidur

22 Saya lebih sensitive (peka) dari sebelum anak saya dirawat inap

23 Saya sedih bila melihat anak saya berbaring lemah di tempat tidur

(50)

25 Saya menginginkan kesembuhan anak saya seperti anak-anak sehat lainnya

26 Saya mencemaskan anak saya yang ditinggal di rumah 27 Saya merasa gembira setiap anak saya diberi perawatan dan

pengobatan oleh pihak rumah sakit

28 Saya merasa gelisah dan tidak tenang pada saat anak saya dirawat inap

29 Saya bingung menghadapi situasi rumah sakit ini

(51)

Lampiran 4.

KUESIONER PENELITIAN (anak)

Petunjuk penelitian

1. Orang tua /anak diharapkan : menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda check list (√)

2. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat dinyatakan pada peneliti Kode (diisi oleh peneliti) :

Kuesioner 1 : Data Demografi 1. Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

2. Diagnosa:……… Kuesioner 2 : Pertanyaan pendahuluan

( keadaan anak sebelum masuk rumah sakit)

1. Apa yang dilakukan anak anda di saat lelah atau marah ?

2. Jika marah , apakah anak anda menginginkan orang atau benda tetentu? 3. Apakah marah anak anda meledak – ledak ? Jika ya, apa yang anda

lakukan untuk mengatasinya?

4. Bagaimana biasanya anak anda mengatasi kekecewaan atau masalah? 5. Bagaimana pembawaan anak anda secara umum sehari – harinya? 6. Dengan siapa anak anda berbicara bila merasa khawatir?

7. Adakah masalah tidur yang terjadi selama ini? Jika ya, apa yang anda lakukan untuk mengatasinya?

8. Apakah anak anda mengalami masalah buang air kecil kalau malam hari? Jika ya, apa yang anda lakukan untuk mengatasinya?

9. Adakah masalah makan yang dialami anak anda? Jika ya, apa yang anda lakukan untuk mengatasinya?

10.Apakah anak anda kesulitan minum obat? Jika ya, apa yang anda lakukan untuk mengatasinya?

Kuesioner 2 : Tingkat kecemasan anak

No Pernyataan

Pengamatan Ke

(52)

ya tidak ya tidak Fase Protes

1. Menangis diam - diam

2. Berteriak memangil orang tua 3. Menolak perhatian orang lain

4. Pernah merusak mainan atau benda lain

5. Sering mengisap ibu jari

6. Menolak bekerjasama dengan perawat

7. Mau berbicara dengan perawat 8. Merasa takut bila perawat

(53)

Lampiran 5.

Protokol Panduan Orientasi Rumah Sakit

Pengertian : Orientasi rumah sakit adalah peninjauan untuk menentukan sikap, arah dan tempat yang tepat dan benar di gedung atau tempat yang merawat orang sakit atau gedung tempat menyediakan dan memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi berbagai masalah kesehatan.

Manfaat :

1. mengenal lingkungan sekitar rumah sakit

2. mengurangi kecemasan karena telah mengenal lingkungan rumah sakit 3. mengetahui ruangan yang ada di rumah sakit

Tujuan : Orientasi rumah sakit bertujuan untuk mengenal ruangan dan lingkungan di rumah sakit.

Prinsip : Orientasi rumah sakit dilakukan pada orang tua yang mempunyai anak dirawat inap di ruang RB4 RSUP H. Adam Malik Medan, yang baru pertama kali masuk rumah sakit. Orientasi rumah sakit dilakukan selama 20 menit.

Jadwal : orientasi rumah sakit dilakukan setelah responden menyetujui dan bersedia untuk mengikuti kegiatan orientasi

Hal-hal yang harus diperhatikan :

1. orientasi rumah sakit dihentikan jika mengganggu kegiatan pengobatan dan perawatan anak, serta jika tidak bersedia

2. selama dilakukan orientasi rumah sakit, responden harus mengetahui benar lingkungan rumah sakit dan sudah mengenal letak ruangan yang ada di rumah sakit

3. setelah dilakukan orientasi rumah sakit esponden diharapkan untuk berusaha mengingat dan menunjuk kembali ruangan yang ada di rumah sakit

(54)

Prosedur tindakan : Persiapan

peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan

peneliti dan responden melakukan orientasi rumah sakit dengan mengelilingi ruangan yang ada dirumah sakit kecuali ruangan infeksi Pelaksanaan

orientasi rumah sakit dilakukan jika sudah mendapat persetujuan dari responden

waktu pelaksanaan orientasi rumah sakit sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh responden

orientasi rumah sakit dilakukan selama 20 menit dengan mengelilingi ruangan disekitar rumah sakit dan membagikan denah RSUP. H. Adam Malik Medan

orientasi lingkungan yang dilakukan terbagi atas dua, yaitu : internal lingkungan (kamar mandi, pispot, dan jam berjenguk) dan ruangan lain selain ruang rawat inap (ruang perawat, kamar dokter jaga, poloklinik, UGD, instalasi gizi, mesjid, apotik, laboratorium radiologi, administrasi, ICU dan ruang operasi)

Penutup

setelah melakukan orientasi rumah sakit peneliti memberikan kembali lembar kuesioner untuk membandingkan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan orientasi rumah sakit

Kriteria hasil

responden setelah dilakukan orientasi rumah sakit tingkat kecemasan berkurang

(55)
(56)
(57)

Gambar

Tabel 6.1 Distribusi  responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 6.2 Distribusi  responden berdasarkan keadaan anak
Tabel 6.3 Karakteristik responden (orang tua) berdasarkan data demografi di Ruang IIII
Tabel 6.5 Distribusi respon kecemasan anak karena mengalami rawat inap setelah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek

 Usaha kecil adalah sebuah kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh perorangan atau bisnis independen, bukan sebuah cabang, anak perusahaan atau bagian dari bisnis

Prinsip kerja dari relai tersebut ialah mendeteksi adanya arus lebih yang melebihi nilai setting yang telah ditentukan, baik yang disebabkan oleh adanya gangguan

Adapun judul dari proposal ini adalah “   Aplikasi Pupuk SP-36 dan Kotoran Ayam Terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor serta Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada

Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: pengecilan ukuran jerami padi, optimisasi parameter- parameter proses hidrolisa sellulosa menjadi glukosa, Hasil penelitian menunjukkan

teknologi; atau (iv) penggunaan Produk atau bagian dari Produk dalam praktek proses jika Pembeli tidak memasukkan Produk ke dalam alat yang mana pengguna akhirnya adalah konsumen;

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN