• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gereja Terhadap Pilihan Politik Jemaat (Studi Kasus :Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun 2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gereja Terhadap Pilihan Politik Jemaat (Studi Kasus :Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun 2014)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Agama dalam kehidupan masyarakat sangat penting, karena didalamnya terdapat

nilai-nilai yang dapat mengatur kehidupan manusia dan yang menjadi panutan bagi

tingkah laku manusia. Agama di dalam masyarakat mempunyai fungsi sosial.

Menurut Emile Durkheim, agama melestarikan masyarakat, memberikan nilai bagi

manusia, menanamkan dasar bagi manusia untuk bertingkah laku. Di dalam ritus

pemujaan, masyarakat mengukuhkan kembali dirinya dalam perbuatan simbolin yang

menapakkan sikapnya, yang dengan itu memperkuat sikap yang dianut bersama dan

pada gilirannya memperkuat masyarakat itu sendiri. Menurutnya, ritus merupakan

sarana bagi kelompok sosial secara periodik untuk mengukuhkan kembali dirinya.1

Secara sosiologis agama menjadi penting dalam kehidupan manusia karena ilmu

pengetahuan dan keahlian tidak berhasil memberikan memberikan sarana adaptasi

atau mekanisasi penyesuaian yang dibutuhkan. Dari sudut pandangan teori

fungsional, agama menjadi penting karena agama mempunyai fungsi menutupi

unsur-unsur pengalaman manusia yang terbatas.

1

(2)

Salah satu fungsi dari agama adalah memberikan nilai bagi masyarakat, dan nilai

keagamaan tersebut memainkan peranan yang penting dalam masyarakat. Fakta

menunjukkan bahwa pengajaran agama merupakan bagian penting dalam pendidikan

pada semua masyarakat dan bahwa pengajaran ini dilaksanakan pada saat nilai-nilai

pribadi tersebut sedang dalam proses pembentukan seseorang, paling tidak menjamin

adanya konsistensi antara nilai-nilai individu dengan nilai-nilai keagamaan.

Penanaman nilai-nilai keagamaan itu dapat dilakukan di dalam institusi (lembaga)

keagamaan. Setiap agama memiliki institusi untuk mengatur kehidupan umatnya.

Agama Kristen Protestan memiliki sebuah lembaga (institusi) yang disebut dengan

gereja.Gereja berasal dari bahasa Protugis (igreja), yang berasal dari bahasa Yunani

(Ekklesia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo=

memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia).2 Dengan kata lain

gereja adalah adalah kumpulan semua orang yang percaya yang dipanggil Allah

keluar dari kegelapan untuk bersekutu dengan Dia dan sesamanya di dalam Yesus

Kristus. Dalam arti yang terbatas gereja diartikan sebagai gedung atau tempat

diadakannya kebaktian pada Hari Minggu.

Hal pengaruh Gereja dalam politik adalah hal yang masih tabu untuk diakui

institusi-institusi gereja pada masa lampau. Sejalan dengan perkembangan zaman itu,

pengertian terhadap politik pun berubah. Telah lama gereja, termasuk

2

(3)

gereja di Indonesia melihat politik sebagai bidang pelayanan yang tidak boleh

diabaikan. Gereja harus terlibat di dalam pelayanan tersebut, sebab pertuanan Yesus

mencakupi segala sesuatu, demikian keyakinan gereja. Tentu saja ini bukan

pandangan baru sama sekali, sebab sudah di dalam Alkitab dan tulisan-tulisan

bapa-bapa gereja belakangan kita menemukan ajakan untuk terlibat di dalam politik. Maka

ketika gereja (dan orang Kristen) sekarang melibatkan diri di dalam politik, kita mesti

berkata mengenai penemuan kembali tugas yang selama ini diabaikan. Barangkali

bisa juga disebut penafsiran kembali terhadap amanat Kitab Suci yang selama ini

dikaburkan oleh adanya sikap apriori terhadap politik itu. Namun demikian, tetaplah

perlu untuk mengklarifikasi pengertian “politik” itu sendiri. Apa sesungguhnya yang

dimaksud apabila di dalam Yeremia 29:7 misalnya ada ajakan untuk mengusahakan

kesejahteraan kota ke mana Tuhan membuang umat-Nya, dan berdoa bagi kota itu,

sebab kesejahteraannya adalah pula kesejahteraan umat Tuhan. Mengusahakan

kesejahteraan dan berdoa bagi kota adalah tindakan politik yang memperlihatkan

kemampuan umat untuk hidup bersama di dalam kota. Ingat bahwa istilah politik

yang kita warisi sekarang adalah jabaran kata yang berasal dari bahasa

Yunani/Latin: polis. Atau ketika rasul Paulus mengajak umat Tuhan di kota Roma

(4)

Allah, dan ditetapkan Allah (Roma 13), maka itulah sikap politik sebab Pemerintah di

sini dianggap sebagai pengemban amanat untuk mengurus kota ( negara).3

Gereja Kristen Protestan tidak hanya terdiri dari satu gereja saja seperti gereja

Katolik, tetapi terdiri dari banyak denominasi gereja. Gereja Kristen Protestan di kota

Medan ini sangat banyak, seperti gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP),

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS),

Banua Niha Keriso Protestan (BNKP), Gereja Methodist Indonesia (GMI), Gereja

Bethel Indonesia (GBI), Gereja Pentakosta di Indonesia (Gpdi), dan masih banyak

yang lainnya. Dalam penelitian ini dengan keterbatasan penulis dalam meneliti

pengaruh-pengaruh Gereja dalam bidang politik maka penulis memilih gereja Huria

Kristen Batak Protestan (HKBP) di Kota Medan yang menjadi fokus penelitian.

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) tidak terlepas dari tokoh yang

membawa agama Kristen Protestan pertama kali ke Tanah Batak yaitu, Ompu i Pdt

Dr. Ingwer Ludwig Nommensen. Nommensen menjalani hidupnya di Tanah Batak

sealama 56 tahun (dan hanya 27 tahun di Eropa). Penganugerahan sebutan “Ompui”

membuatnya sejajar dengan Raja Sisingamangaraja yang sangat dihormati secara

3

http://www.leimena.org/en/page/v/389/politik-tidak-lagi-tabu-bagi-gereja diakses pada tanggal 10 April 2016

(5)

kulturak dan spiritual pada zamannya.4 Awal berdiri gereja Huria Kristen Batak Protestan itu sendiri dibawa oleh 2 misionaris dari Jerman, yaitu Pdt. Heine, dan Pdt.

Klemmer; serta 2 misionaris Belanda yaitu, Pdt. Betz dan Pdt. Asselt. Pada tanggal 7

Oktober 1861, mereka melakukan rapat penyerahan injil dan hari tersebut dianggap

dengan lahirnya Gereja HKBP di Tanah Batak. Gereja Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP) memiliki pemimpin Gereja yang di sebut dengan istilah Ephorus. Seperti

halnya Katolik yang mempunyai pemimpin seorang Paus, HKBP menjadikan

Ephorus adalah pemimpin dari gereja Huria Kristen Batak Protestan. Dengan adanya

pemimpin dalam suatu institusi atau lembaga, maka jelas bahwa terdapat kekuasaan

di dalamnya yang berhubungan dengan hal-hal politik. Dimana, kekuasaan adalah

salah satu unsur dari ilmu politik. Hal ini berhubungan dengan pendektatan

institusional pada konsep kekuasaan.Pendekatan institusional dalam ilmu politik

mencakup gejala – gejala sosial yang ada pada organisasi keagamaan, organisasi

kemahasiswaan, serikat buruh, atau kaum militer.5

Struktur Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Indonesia dinamakan

dengan wilayah Distrik. Di Indonesia HKBP memiliki 28 Distrik ditambah dengan 3

Gereja yang berada di Amerika Serikat. Di kota Medan wilayah Gereja HKBP

meliputi Distrik Medan-Aceh dan perwilayah dibagi dengan sistem resort. Dimana 83

resort yang ada di Distrik Medan-Aceh. Di kota Medan memiliki 55 resort,

4

Patar Pasaribu. 2004. Dr. Ingwer Ludwig Nomensen Apostel di Tanah Batak. Medan: Universitas HKBP Nommensen.

5

(6)

sedangkan sisanya tersebar di Kabupaten Deli Serdang dan juga Provinsi Aceh.

Dalam 1 resort terdapat beberapa gereja, terdapat 146 gereja yang ada di Kota

Medan.6

Kesadaran politik dari perspektif Alkitab merupakan persoalan yang tidak ringan

dalam Gereja HKBP. Salah satu indikasi mengenani adanya muatan teologis yang

memandang pemerintah sebagai institusi yang sakral, yang harus ditakuti, dituruti

tanpa ada sikap kritis. Hal itu tidak mengherankan, sebab pendidikan politik dalam

kehidupan gereja masih merupakan barang langka.

Seiring perkembangan zaman, Gereja HKBP menjadi salah satu institusi terbesar

Kristen di Indonesia dengan jumlah jemaat lebih dari 6 juta jemaat yang tersebar di

Indonesia maupun luar negeri.7 Dalam pemilihan umum, kecenderungan pilihan

politik jemaat Gereja HKBP pada pemilihan adalah melihat unsur Batak Toba di

dalamnya. Terkecuali pada pemilihan kepala daerah di daerah Tapanuli yang lebih di

pengaruhi unsur marga. Misalnya pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun

2013 dimana kecenderungan memilih suku Batak Toba yaitu Efendi Simbolon,

kemudian pada pemiilihan Gubernur Sumatera Utara pada tahun 2008, lebih condong

memilih Benny Pasaribu yang menjadi calon wakil gubernur pada saat itu. Pada

pemilihan Presiden tahun 2014, dengan tidak adanya masyarakat Batak Toba yang

6

Almanak HKBP 2015 7

(7)

menjadi calonnya; maka dengan begitu masyarakat jemaat HKBP melihat unsur

kedekatan dari calon Presiden kepada Gereja HKBP serta kedekatan terhadap suku

Batak Toba itu sendiri. Pada pemilihan Presiden Tahun 2014 terdapat beberapa tokoh

HKBP yang ikut dalam tim pemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Dengan

melihat unsur-unsur tersebut maka pilihan politik jemaat cenderung dekat dengan

pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.

Kemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla didukung dengan perolehan suara

di daerah Tapanuli yang mayoritas jemaat dari Gereja HKBP. Provinsi Tapanuli

Utara yang merupakan pusat Gereja HKBP memenangkan pasangan Jokowi dan

Jusuf Kalla hingga 90 persen suara. Daerah lain seperti Humbang Hasundutan, Toba

Samosir, Samosir juga memenangkan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla hingga 90

persen dari total jumlah pemilihnya. Sementara di Kota Medan Pasangan Prabowo

Hatta berhasil mengungguli pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla dengan selisih suara 50

ribu saja. Suara ini juga didukung oleh mayoritas jemaat Gereja HKBP yang memilih

pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla.

Namun, hal ini juga dibarengi dengan ikutnya Gereja HKBP secara kasat mata

dalam hal-hal politik. Hal ini ditunjukkan dengan ikutnya salah satu tokoh HKBP

yaitu Jenderal Luhut Panjaitan, serta beberapa tokoh HKBP lainnya yaitu Maruarar

Sirait, Tri Medya Panjaitan dan Ruhut Sitompul. Jenderal Luhut Panjaitan sangat

(8)

pemenangan untuk pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla. Jenderal Luhut Panjaitan

mempunyai jabatan Ketua Yayasan Pendidikan HKBP, serta menjadi Ketua Dewan

Pengarah dalam Panitia peringatan 150 tahun HKBP. Sementara Tri Medya Panjaitan

menjadi Wakil Ketua umum pada panitia peringatan 150 tahun HKBP, serta Maruarar

Sirait menjadi Anggota Seksi dan Seminar dalam panitia peringatan 150 tahun

HKBP. Aktivitas para tokoh HKBP dalam pemilihan Presiden Tahun 2014 secara

tidak langsung mencerminkan dukungan Gereja HKBP kepada pasangan Jokowi dan

Jusuf Kalla. Hal ini juga didukung oleh Jendral Luhut Panjaitan yang melakukan

deklarasi bahwa masyarakat Batak Toba mendukung penuh pasangan Jokowi dan

Jusuf Kalla. Pergerakan Jendral Luhut Panjaitan menjadi acuan masyarakat Batak

Toba khususnya jemaat Gereja HKBP untuk memilih pasangan Jokowi dan Jusuf

Kalla. Dengan mayoritas pilihan politik jemaat HKBP terhadap pasangan Jokowi dan

Jusuf Kalla, jemaat HKBP sendiri menilai bahwa kemenangan Jokowi dan Jusuf

Kalla tidak terlepas dari pilihan jemaat HKBP. Dengan total 6 juta jemaat HKBP, hal

ini sangat strategis untuk pasangan calon yang ingin mendapat suara mayoritas dalam

pemilihan Presiden.

Berdasarkan Penelitian Skripsi oleh Edo Mangara Manurung pada Tahun 2010

mengenai “Perilaku Pemilih pada Pemilukada Medan Putaran II (Studi Kasus: Jemaat

HKBP Resort Cinta Damai di Kec Medan Helvetia) ” disimpulkan bahwa

(9)

yang Tradisional dimana jenis pemilih ini masih mengedepankan kedekatan

sosial-budaya, nilai, adal-usul, paham, dan agama sebagai ukuran untuk memilih pemimpin.

Hal ini mendukung bahwa factor kedekatan jemaat HKBP juga menjadi faktor

tertentu dalam memilih calon Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.

Berdasarkan hal tersebut cukup menarik untuk dikaji mengenai pengaruh Gereja

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam mempengaruhi pilihan politik jemaat

khususnya Gereja HKBP di Kota Medan pada Pemilihan Presiden Tahun 2014. Hal

tersebut dikarenakan data faktual yang mengarahkan bahwa mayoritas pilihan politik

jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang mayoritas memilih

pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla pada pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu dan

hanya sedikit yang memilih pasangan Prabowo dan Hatta Rajasa, yang dikarenakan

kedekatan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla mempunyai faktor kedekatan terhadap

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Penelitian ini akan melihat sejauh

mana pengaruh Gereja yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di dalam latar belakang, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah melihat adanya pengaruh Gereja Huria

(10)

Jemaat pada pemilihan Presiden tahun 2014 dan bagaimana pilihan politik jemaat

tersebut untuk memilih calon Presiden pada tahun 2014.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membuat masalah terhadap masalah yang akan

dibahas agar hasil dari tujuan penelitian ini tidak menyimpang dan dapat tercapai.

Oleh sebab itu batasan penelitian ini berfokus kepada :

1. Seberapa besar pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

terhadap pilihan politik jemaatnya.

2. Bagaimana pilihan politik jemaat yang ada di Gereja Huria Kristen Batak

Protestan.

3. Pilihan politik jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada

pemilihan Presiden tahun 2014.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dalam pemilihan

Presiden tahun 2014 untuk pilihan politik jemaatnya.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pilihan politik jemaat Gereja Huria

(11)

3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami apa pilihan politik jemaat Gereja

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada Pemilih Presiden tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara akademis, penelitian ini di harapkan mampu menambah wawasan

pengetahuan di Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara tentang pengaruh Gereja HKBP dalam politik jemaat.

2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian Ilmu Politik ini diharapkan

memberi pemahaman tentang pengaruh Gereja terhadap politik jemaat..

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat tentang bagaimana pengaruh Gereja Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP) dalam pilihan politik jemaat pada pemilihan Presiden tahun

2014.

1.6. Kerangka Teori

1.6.1. Pemikiran Politik Teologia Kristen

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang Kristen mempunyai sikap yang berbeda

terhadap politik. Secara sederhana sikap orang Kristen terhadap politik terbagi atas

(12)

1.Sikap Negatif

a. Sikap Apolitik

Sikap apolitik adalah tidak peduli dengan urusan politik karena

menganggap politik sebagai urusan duniawi yang kotor yang tidak perlu

dicampuri orang Kristen yang dianggap sebagai pribadi-pribadi yang

mengurus hal-hal rohani saja. Walau sudah banyak orang Kristen yang

meninggalkan persepsi semacam ini, namun dalam batas tertentu masih ada

sebagian orang Kristen yang menganut pandangan demikian. Dalam hal ini

Richard Dauly mengatakan walau gereja bukan kekuatan politik, tetapi

kekuatan moral, namun sikap apolitik terlalu ekstrim.8

b. Sikap Ingin Meraih Kekuasaan

Tidak dapat dipungkiri bahwa ada banyak orang Kristen yang telah

berkecimpung di dunia politik. Dari tahun 1999 sampai pada tahun 2004 ada

banyak partai politik Kristen seperti partai PDKB (Partai Demokrasi Kasih

Bangsa), PDS (Partai Damai Sejahtera) diluar PARKINDO (Partai Kristen

Idonesia) yang telah lama berdiri mencoba meraih kekuasaan politik. Hal ini

di luar kontek menghakimi Richard Dauly mengatakan kelahiran berbagai

partai politik Kristen belakangan ini mungkin sebagian termasuk pada

kategori yang kedua yaitu kelompok yang ingin meraih kekuasaan politik.9

8

(13)

c. Sikap Apatis

Merupakan sikap yang dikembangkan oleh sebagian orang Kristen untuk

tidak mau tahu urusan politik, entah karena tidak tahu atau tahu tetapi tidak

mau tahu Sikap-sikap ini telah menjadi tembok pemisah anatara politik

dengan orang Kristen terkhusus teolog. Dikira bahwa dengan memiliki sikap

yang demikian maka maslah selesai dan pemberitaan firman berjalan lancer.

Secara tidak disadari, sikap ini membawa kita menjauh dan tidak menjamah

politik.10

2. Sikap Positif

a. Sikap Menjadi Garam dan Terang Dunia

Sikap seperti ini berpendapat bahwa orang Kristen di Indonesia

terpanggil sebagai garam dan terang dunia yang melalui iman kristianinya

dapat melakukan transformasi politik secara positif, kritis, kreatif, dan

realistis. Sikap ini timbul akan kesadaran tugas dan tanggung jawab sebagai

anak Tuhan yang membawa damai. Tugas dan panggilan sebagai orang

percaya merupakan dasar bagi orang-orang yang berpandangan seperti ini

untuk berpartisipasi di dunia politik.

b.Tanggung Jawab Sosial Umat Allah

Berbicara mengenai partisipasi orang Kristen di dalam negara tidak

hanya terbatas pada satu bidang, tetapi menyangkut banyak bidang yang perlu

(14)

diperhatikan untuk berpartisipasi. Di atas telah panjang lebar dibahas

mengenai tanggung jawab orang Kristen sebagai orang percaya di bumi

Indonesia ini. Pada kesempatan ini akan dibicarakan tentang tanggung jawab

orang percaya dalam hal berbangsa dan bernegara. Keterlibatan dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari hidup orang percaya.

1.6.2. Perilaku Politik

Menurut Ramlan Surbakti :

“Perilaku Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Yang melakukan kegiatan adalah pemerintah dan masyarakat, kegiatan yang dilakukan pada dasarnya dibagi dua yaitu fungsi- fungsi pemerintahan yang dipegang oleh

pemerintah dan fungsi- fungsi politik yang dipegang oleh masyarakat.”11

Menurut Sudijono Sastroadmojo Perilaku Politik adalah :

“Interaksi antara pemerintah dan masyarakat, antarlembaga pemerintah dan antara kelompok dan individu dalam masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik pada dasarnya merupakan perilaku politik. Perilaku politik merupakan salah satu dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Perilaku politik merupakan perilaku yang menyangkut persoalan politik.”12

11

Ramlan Surbakti.2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedya Widya Sarana. Hal. 167. 12

(15)

Perilaku politik, sebagaimana perilaku manusia pada umumnya, dapat

dijelaskan melalui beberapa pendekatan. Jika kita melihat melalui pendekatan budaya

politik dan pendekatan sosiologis, menyatakan bahwa pilihan politik seseorang

sedikit banyak ditentukan oleh sejauh mana orientasi politik individu terhadap sistem

politik secara keseluruhan termasuk di dalamnya partai politik, aktor,atau elit politik.

Asumsi pendekatan budaya politik dan pendekatan sosiologis menyatakan bahwa

orientasi seseorang terbentuk melalui keanggotaan pada berbagai tipe kelompok

sosial. Luas sempitnya orientasi dan pemahaman seseorang ditentukan oleh ruang

lingkup dari kelompok sosial atau keagamaan yang dimasukinya. Dengan kata lain,

seseorag yang hanya terlibat ke dalam keanggotaan kelompok primer, misalnya adat

atau desa, akan memiliki orientasi yang lebih sempit ketimbang mereka yang terlibat

ke dalam organisasi yang lebih luas, misalnya partai politik. Pendekatan psikologis

lebih melihat faktor kekuatan dari dalam diri individu sebagai faktor yang

menentukan pilihan- pilihan politiknya. Kekuatan psikis tersebut terefleksikan ke

dalam sikap-sikap dan kepribadian yang dibentuk melalui proses sosialisasi.

1.6.3. Perilaku Pemilih

Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para

kontestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian

memberikan suaranya kepada kontestan yang bersangkutan. Pemilih dalam hal ini

(16)

kelompok masyarakat yang merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang

kemudian termanifestasi dalam institusi politik seperti partai politik. Di samping itu,

pemilih merupakan bagian masyarakat luas yang bisa saja tidak menjadi konstituen

partai politik tertentu. Masyarakat terdiri dari beragam kelompok. Terdapat kelompok

masyarakat yang memang non-partisan, di mana ideologi dan tujuan politik mereka

tidak dikatakan kepada suatu partai politik tertentu. Mereka ‘menunggu’ sampai ada

suatu partai politik yang bisa menawarkan program politik yang bisa menawarkan

program kerja yang terbaik menurut mereka, sehingga partai tersebutlah yang akan

mereka pilih.13

Perilaku pemilih dan partisipasi politik merupakan dua hal tidak dapat

dipisahkan. Partisipasi politik dapat terwujud dalam berbagai bentuk. Salah satu

wujud dari partisipasi politik ialah kegiatan pemilihan yang mencakup “suara,

sumbangan- sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari

dukungan bagi seorang calon atau setiap tindakan yang bertujuan untuk

mempengaruhi hasil proses pemilihan.14

Jack C Plano mendefinisikan perilaku pemilih sebagai “suatu studi yang

memusatkan diri pada bidang yang menggeluti kebiasaan atau kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mengapa mereka

melakukan pemilihan itu”.15

13

Joko. J. Prihatmoko.2005. Pilkada secara langsung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 21. 14

Samuel P. Huntington dan Joan Nelson.1990. Partisipasi Politik di Negara Berkembang.Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 16.

15

(17)

Untuk menjelaskan pertimbangan- pertimbangan yang digunakan sebagai

alasan oleh para pemilihdalam menjatuhkan pilihannya, dikenal dua macam

pendekatan yaitu, Mahzab“Columbia yang menggunakan pendekatan sosiologis dan

Mahzab Michigan yang dikenal dengan pendekatan Psikologis”.16 “Selain itu terdapat

juga pendekatan pilihan rasional yang melihat perilaku seseorang melalui kalkulasi

untung rugi yang didapat oleh individu tersebut”

1.6.4. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis sebenarnya berasal dari Eropa kemudian dikembangkan

di Amerika Serikat oleh ilmuwan sosial yang memiliki latar belakang pendidikan

Eropa. Pendekatan ini pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan

pengelompokan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam

menentukan perilaku pemilih. Pengelompokan sosial seperti usia (tua-muda), jenis

kelamin (laki-perempuan), agama, kelas sosial, organisasi agama, atau organisasi

kemasyarakatan dan semacamnya dianggap memiliki peranan di dalam menentukan

pilihan-pilihan politiknya.17

Untuk itu, pemahaman terhadap pengelompokan sosial baik secara formal,

seperti organisasi keagamaan, organisasi masyarakat, organisasi profesi maupun

pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok kecil

16

Afan Gaffar.1992.Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party System.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Hal. 4.

17

(18)

lainnya akan sangat berguna bagi penjelasan perilaku pemilih seseorang.

Pengelompokan ini memiliki peranan besar dalam membentuk sikap,persepsi,dan

orientasi seseorang, yang nantinya sebagai dasar atau preferensi dalam menentukan

pilihan politiknya. Termasuk dalam jemaat Gereja HKBP yang mempunyai faktor

sosiologis yang menentukan pilihan politik jemaatnya.

1.6.5. Pemilihan Umum

Pemilihan umum bagi bangsa Indonesia merupakan jalan lurus untuk

mewujudkan kedaulatan rakyat yang sesungguhnya. Pasca amandemen UUD 1945,

pelaksanaan pemilu bukan lagi sekedar rutinitas memilih Presiden sebagai kepala

negara dan pemerintahan. Dalam UU.No.42 tahun 2008 terdapat peraturan

perundang-undangan tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.Pemilihan

Umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik

tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat

di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.

Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara

persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,

komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di

Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik

(19)

selalu komunikator politik. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut

konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan

program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang

telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara

dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan

main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan

disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

1.7. Metodologi Penelitian

1.7.1. Metode Peneltian

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian

deskriptif. Penelitian deksriptif dimaksudkan untk pengukuran yang cermat pada

fenomena sosial tertentu.. Penelitian ini mengembangkan konsep dan menghimpun

fakta, tidak melakukan pengujian hipotesa. Penelitian deskriptif tidak menggunakan

pengujian hipotesis karena tidak adanya variabel-variabel yang terikat untuk

menjelaskan fenomena sosial tersebut.18 Didalam penelitian ini yang dimaksudkan

pengukuran fenomena sosial tertentu yaitu adanya fenomena pengaruh Gereja dalam

pilihan politik jemaat pada saat ini.

18

(20)

1.7.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Penelitian.kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan banyak

angka, pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta menampilkan

hasilnya. Masalah yang akan digali berdasarkan fakta-faktar empiris dan dirumuskan

secara spesifik. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik populasi dan

sampel. 19 Pengambilan data penelitian ini akan berfokus kepada penelitian survey

yang menggunakan kuisioner.

1.7.3. Populasi dan Sampel Penelitian

A. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ada dalam suatu

unit penelitian.20 Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

kecamatan di Kota Medan dan seluruh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

Populasi yang digunakan untuk menarik sampel Gereja adalah Jumlah Kecamatan di

Kota Medan, dan populasi yang digunakan untuk menarik sampel responden adalah

Jumlah jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Jumlah kecamatan Kota

Medan berjumlah 21 dan jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) yang ada di

kota Medan yang terdaftar dan tercatat dengan jumlah sebesar 174487 orang.

19

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta 20

(21)

B. Sampel

Dalam penarikan sampel penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan

data Taro Yamane dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Sampel Gereja

(22)

d = Presisi (0.1)

Dengan demikian telah diperoleh sampel penelitian sebanyak 100 orang

sebagai responden penelitian. Dalam penelitian ini, penarikan sampel Gereja adalah

17 Gereja yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Medan, sedangkan jumlah

responden berjumlah 100 orang (100/17 = 5.8) dengan demikian, berdasarkan hasil

perhitungan tersebut, maka responden penelitian ini pada 15 Gereja berjumlah 6

orang, sedangkan 2 Gereja berjumlah 5 orang.

Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik

Accidental Sampling. Dalam teknik ini penentuan sampel yang dimulai pada

kenyataan bahwa mereka kebetulan muncul. Misalnya, populasi adalah setiap

(23)

melintas di jalan tersebut pada waktu pengamatan.21 Penelitian ini menggunakan sampel Gereja yang kebetulan terlihat dan responden yang terpilih yang kebetulan

bergereja di Gereja tersebut.

1.7.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini akan menggunakan data primer dan

data sekunder, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan langsung pada obyek

yang akan ditelitit. Pengumpulan data akan dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Penyebaran kuisioner, yaitu dengan terjun ke lapangan dan mencari

responden yang akan di tanyai melalui kuisioner yang ada. Kuisioner akan berisi

pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan penelitian, dalam hal ini terkait pada

pengaruh Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) terhadap pilihan politik

jemaat pada Pemilihan Presiden Tahun 2014. Pertanyaan kuisioner akan diisi dengan

2 jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Mayoritas

21

(24)

pertanyaan yang ada akan diisi dengan pertanyaan tertutup, dan sedikit pertanyaan

terbuka untuk mendukung pertanyaan tertutup.

b. Wawancara, yaitu dengan memberikan pertanyaan langsung kepada

sejumlah pihak terkait untuk mendukung data kuisioner yang telah ada.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan mencari informasi dari

buku-buku, jurnal, internet, dokumen, pendapat para ahli yang memiliki kaitan

dengan penelitian ini.

1.7.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

menggunakan jenis data kuantitatif dengan menggunakan software SPSS dan

Microsoft Excel. Penelitian ini akan menggambarkan objek yang diamati berdasarkan

fakta-fakta yang ada di lapangan setelah dilakukannya penelitian.

1.8. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari penelitian ini, maka penulisan

dilakukan dengan secara terperinci dan sistematis untuk mempermudah isi, makan

penelitian ini terdiri ke dalam 4 (empat) bab, yakni :

(25)

Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar belakang,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori,

metode penelitian, dan sistematikan penulisan.

BAB II : SEJARAH DAN PROFIL GEREJA HKBP

Dalam bab ini akan dibahas tentang pengambaran lokasi penelitian, baik dari

segi demografi dan geografi. Dalam bab ini penulis juga memperdalam bahasan

mengenai HKBP yang dimana jemaatnya menjadi obyek penelitian ini.

BAB III : ANALISIS PENGARUH GEREJA HURIA KRISTEN BATAK

PROTESTAN TERHADAP PILIHAN POLITIK JEMAAT PADA

PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014

Dalam bab ini berisi penjelasan data yang telah diperoleh dari pengisian

kuisioner. Selanjutnya akan dijelaskan analisis penelitian Pengaruh Gereja Terhadap

Pilihan Politik Jemaat berdasarkan data yang diperoleh oleh metode SPSS dan data

dukungan pada Microsoft Excel.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, serta saran – saran yang ingin dikemukakan peneliti berdasarkan hasil

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya kami ingin mengetahui jenis kelompok, lembaga, perkumpulan, organisasi, ataupun kegiatan lain di dalam desa ini yang diikuti oleh anggota rumah tangga yang berusia 18

• Krakterisasi katalis dilakukan untuk mengetahui kristalinisasi katalis pada sintesis katalis yang telah dilakukan dimana karakterisasi pada katalis dalam penilitan

Adapun analisis dalam aplikasi zeolit dari blotong dan lempung untuk mengadsorpsi logam berat kromium dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pengaktivasian,

bahwa dengan telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pembentukan Organisasi Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga

411 Muhammad Fadhil Ainuri Universitas Gadjah Mada PKM-KC MEDISKOP: Inovasi Stetoskop Elektronik sebagai Media Pembelajaran untuk Auskultasi Tubuh Manusia dan Janin. 412 Rafi

Begitu pula dengan status desa di kabupaten Murung Raya saat ini, dimana diantara 115 desa dan 9 kelurahan, baru 7 (tujuh) desa yang memiliki dasar hukum

(1987) mengatakan bahwa, implikasi dari hal ini adalah peluang untuk terjadinya kompetisi mutlak yakni hanya satu pemenang menjadi sangat kecil, karena walaupun setiap

Satu tinjauan literatur yang telah dilakukan untuk mengevaluasi malaria yang berhubungan dengan lingkungan di 6 (enam) daerah di Indonesia, bahwa lingkungan fisik yang penting