• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Regulator Dalam Meningkatkan Daya Saing Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terhadap Pemberian Kredit Kepada Masyarakat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi keuangan.1 Semua sektor usaha maupun individu saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan, bahkan menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu maupun masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu Negara, karena bank sebagai suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh dalam perekonomian suatu Negara.2

Negara-negara berkembang, seperti Indonesia dan negara di Asia lainnya, khususnya wilayah pedesaan memiliki pemahaman tentang bank lebih sedikit dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Masyarakat pedesaan masih menganggap keberadaan bank hanya untuk kalangan tertentu. Sebagian masyarakat hanya menganggap bank sebagai tempat menyimpan dan meminjam uang. Bagi masyarakat di pedesaan, pemahaman tentang bank sangat minim bahkan ada yang tidak tahu sama sekali tentang bank. Masyarakat desa bahkan merasa takut berhubungan dengan bank, sehingga tidak banyak yang melakukan transaksi keuangan di bank. Keterbatasan akan pengetahuan masyarakat terhadap

1

(2)

bank tersebut berdampak pada terhambatnya pertumbuhan bank di pedesaan, sehingga menyebabkan lambatnya laju pertumbuhan ekonomi di pedesaan.3

Masyarakat kota melihat bahwa peran bank sangat penting. Masyarakat kota mengetahui bahwa keberadaan bank tidak hanya sebagai tempat meminjam dan menyimpan uang, akan tetapi banyak aktivitas keuangan yang diperlukan untuk mendukung kelancaran dalam melakukan transaksi. Masyarakat kota, baik pengusaha maupun bukan pengusaha memerlukan keberadaan bank untuk melaksanakan berbagai aktivitasnya. Masyarakat kota membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Aktivitas keuangan yang bisa ditawarkan oleh bank tidak terbatas pada aktivitas usaha, akan tetapi banyak aktivitas layanan jasa lain yang dapat diberikan oleh bank dalam melayani keperluan nasabah.4

Bank mempunyai peran dalam menghimpun dana masyarakat, karena bank merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai macam kalangan dalam menempatkan dananya secara aman.5

3Ibid.,

hlm.3. 4

Djoni Gazali, Hukum Perbankan (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm.34. 5

Ismail, Op.Cit., hlm. 4.

(3)

menyalurkannya, sehingga bank merupakan lembaga perantara keuangan bagi masyarakat dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat.6

Perbankan merupakan salah satu sumber dana dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya atau untuk meningkatkan produksinya.7 Perbankan sebagai suatu lembaga keuangan kepercayaan masyarakat yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian, sehingga dapat dikatakan bank merupakan urat nadi dari sistem keuangan yang beraktivitas menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, deposito dll, yang kemudian dana yang terkumpul dari masyarakat tersebut disalurkan dalam bentuk kredit.8

1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran;

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan), bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Berikut ada 2 (dua) jenis bank dan pengertiannya :

6

Djoni Gazali, Op.Cit.,hlm.35 7

(4)

2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

Proses pemberian kredit kepada masyarakat oleh bank harus memperhatikan beberapa hal yang menyangkut tentang keselamatan dari bank itu sendiri, karena kredit yang disalurkan kepada masyarakat tidak semua akan berjalan dengan baik dan dapat menimbulkan masalah.9

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;

Kegiatan usaha yang dilakukan Badan Prekreditan Rakyat, antara lain :

b. Memberikan kredit; dan

c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan/atau tabungan.

Dalam kegiatan pemberian kredit oleh BPR, ditetapkan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai berikut :

a. BMPK untuk kredit dihitung berdasarkan baki debet kredit. BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain dihitung berdasarkan nominal Penempatan Dana Antar Bank;

b. Untuk pihak yang tidak terkait dengan BPR :

Penyediaan dana kepada pihak tidak terkait dengan BPR ditetapkan paling tinggi 20% dari modal BPR, sedangkan kepada satu kelompok

9

(5)

peminjam tidak terkait ditetapkan paling tinggi 30% dari modal BPR. Tidak termasuk dalam kelompok peminjam tidak terkait yaitu penyediaan dana dengan pola kemitraan inti-plasma atau pola PHBK dengan persyaratan sesuai ketentuan;

c. Untuk pihak yang terkait dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) : Penyediaan dana kepada pihak terkait ditetapkan paling tinggi 10% dari modal BPR dan penyediaan dana tersebut wajib mendaopatkan persetujuan satu orang direksi dan satu orang komisaris;

d. Penempatan pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lain :

Penempatan Dana Antar Bank kepada BPR lain yang merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% dari modal BPR; e. Penyediaan dana dalam bentuk kredit Penyediaan dana oleh BPR

dikategorikan sebagai Pelampauan BMPK apabila disebabkan oleh hal-hal berikut:

1) Penurunan modal;

2) Penggabungan usaha, peleburan usaha, perubahan struktur kepemilikan dan/atau kepengurusan yang menyebabkan perubahan pihak terkait dan/atau kelompok peminjam; perubahan ketentuan.

(6)

perbankan yang disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit bukan dana milik sendiri tetapi dana yang berasal dari masyarakat, sehingga penyalurannya harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian melalui analisa kredit yang akurat dan perjanjian yang sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang bertujuan agar kredit yang disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.10

B. Rumusan Permasalahan

Namun, masih banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui tata cara untuk dapat menerima kredit dari Bank Perkreditan Rakyat. Syarat yang dianggap begitu rumit membuat masyarakat merasa tidak tertarik untuk melakukan aktivitas keuangan di Bank khususnya Bank Perkreditan Rakyat. Kurangnya sosialisasi yang dilakukan merupakan salah satu penyebab kurang dikenalnya BPR ditengah-tengah masyarakat sehingga BPR juga belum bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk melakukan kegiatan keuangan.

Sesuai dengan amanah yang tertulis dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK), lembaga OJK merupakan lembaga yang berwenang dalam membuat pengaturan terkait dengan aktivitas perbankan salah satunya BPR. OJK diharapkan mampu menjadi motor penggerak yang dapat meningkatkan keinginan masyarakat untuk melakukan aktivitas keuangan di BPR.

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah, yaitu:

10

(7)

1. Bagaimanakah pengaturan pemberian kredit melalui Perbankan?

2. Bagaimana kewenangan Otoritas Jasa Keuangan dalam pengaturan dan pengawasan pemberian kredit perbankan?

3. Bagaimana peran Otoritas Jasa Keuangan dalam meningkatkan daya saing pemberian kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui kedudukan kredit dalam peraturan

perundang-undangan di bidang Perbankan di Indonesia.

b. Untuk mengetahui keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu bank yang ada di Indonesia.

c. Untuk mengetahui kewenangan lembaga Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan jasa keuangan di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Disamping mempunyai tujuan, penulisan ini juga mempunyai manfaat dari segi teoritis dan praktis, yaitu:

a. Kegunaan teoritis

(8)

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan mengakibatkan sistem pengawasan bank diambil alih oleh lembaga independen yang disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan, yang kemudian mempunyai wewenang mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan di Indonesia.

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini akan menambah pengetahuan masyarakat pada umumnya tentang bank, pengawasan dan pengaturannya. Bank mempunyai peranan penting dalam menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit, maka dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang ada di Indonesia khususnya Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh, maka penulis menuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul “PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) SEBAGAI REGULATOR DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPADA MASYARAKAT.”

(9)

tertanggal 14 Januari 2016 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama’.

Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian, teori – teori, dan aturan hukum yang berlaku dan diperoleh dari referensi buku, media elektronik, dan bantuan dari beberapa pihak, dalam rangka memenuhi tugas akhir dan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila di kemudian hari terdapat judul yang sama atau sudah pernah ditulis, maka penulis bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Bank

(10)

Bank menghimpun dana masyarakat, kemudian menyalurkan dananya kepada masyarakat dengan tujuan bahwa dengan adanya intermediasi ini maka bank dapat mendorong peningkatan taraf hidup orang banyak.11

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang, perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.

Dengan menyalurkan dana kepada masyarakat yang sedang membutuhkan melalui pemberian kredit, misalnya kepada masyarakat bisnis, maka secara tidak langsung akan memberikan pengaruh positif dalam peningkatan ekonomi masyarakat banyak.

12

Dilihat dari kegiatannya, bank terdiri dari bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum yang dikenal masyarakat luas dapat juga disebut bank komersial, bank niaga, atau bank dagang. Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan

11

Ismail, Op.Cit., hlm.3. 12

(11)

usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.13

Bank memiliki fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development) dalam kaitannya dengan kredit yang diberikan untuk pembangunan. Bank bertindak sebagai agent of truth yaitu kepercayaan baik dalam menghimpun dana dan menyalurkan dana. Selain itu bagi masyarakat, bank juga sebagai badan usaha yang tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit oriented), tetapi bank turut bertanggung jawab dalam pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dalam hal ini bank juga memiliki tanggung jawab sosial.14

2. Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa romawi yaitu credere yang artinya “kepercayaan”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah atau debitur, karena debitur dapat dipercaya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan.15

Pengertian kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji, pembayaran akan dilaksanakan pada jangka waktu yang telah disepakati.16

13

Komaruddin Sastradipoera, Strategi Manajemen Bisnis (Bandung: Kappa-Sigma, 2004), hlm.130.

14

Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm.3.

15

Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 28.

(12)

dalam Undang-Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa kriteria kredit adalah penyediaan uang/tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.

Rumusan pengertian kredit menjelaskan bahwa kredit itu merupakan pinjam meminjam uang antara bank sebagai kreditur dan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan (dibayar) lunas.17

Menurut Winardi, pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain.

Dalam melakukan pemberian kredit, bank umum maupun bank perkreditan rakyat diawasi, diatur dan dilindungi oleh lembaga yang berwenang atas itu. Dalam hal ini pengawasan dan pengaturan sangat penting karena dapat menjadi tolak ukur dalam memberikan penilaian terhadap pekerjaan seseorang dalam sebuah lembaga. Pengawasan dan pengaturan dalam sebuah lembaga sangat dibutuhkan apabila lembaga tersebut ingin mencapai sebuah tujuan.

17

(13)

hasil yang direncanakan.18 Sedangkan menurut Basu Swasta, pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan – kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan dan berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan untuk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti.19

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian peraturan adalah ketentuan yang mengikat warga kelompok masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan kendalikan tingkah laku yang sesuai dan diterima oleh setiap warga masyarakat yang harus menaati aturan yang berlaku; atau ukuran, kaidah yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai atau membandingkan sesuatu.20

Jadi kesimpulannya, peraturan adalah suatu perjanjian yang telah dibuat untuk kepentingan umum tentang apa saja yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Dan pengaturan ialah suatu tindakan yang menjalankan peraturan tersebut yang biasanya dilakukan oleh seseorang atau badan yang telah diberikan kuasa atau wewenang untuk melaksanakannya.

Menurut Lydia Harlina Martono, pengaturan merupakan suatu tindakan yang menjadi pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur. Jika tidak ada pengaturan yang dilakukan, maka manusia bisa bertindak sewenang – wenang, tanpa kendali dan sulit diatur.

21

18

Frengky Lady, “Pengawasan Perbankan oleh Otoritas Moneter, Studi Mengenai Evaluasi Pemberian Kredit di PT BPR Artha Panggung,” (Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Muhamadyah Malang, 2008), hlm.29.

19Ibid. 20

(14)

3. OJK

Otoritas Jasa Keuangan adalah sebuah lembaga yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur perbankan guna mengoptimalkan fungsi perbankan sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana. Tujuan Otoritas Jasa Keuangan dibentuk antara lain agar keseluruhan kegiatan didalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil serta mampu melindungi kepentingan kepentingan konsumen dan masyarakat.22 Disamping itu juga pembentukan Otoritas Jasa Keuangan ini dilakukan agar Bank Indonesia fokus kepada pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan bank karena bank merupakan sektor perekonomian.23

F. Metode Penulisan

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Skripsi ini sebagai hasil penelitian tentu dihasilkan dari penerapan metodologi penelitian sebagai pertanggungjawaban ilmiah terhadap komunitas pengemban ilmu hukum.24

22

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Bab I, Pasal 4.

23

Liputan Khusus,

24

(15)

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan berdasarkan perundang-undangan.25

2. Data penelitian

Perundang-undangan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini antara lain Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan , Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UU BI) serta beberapa peraturan terkait lainnya.

Penelitian skripsi ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan yang menjadi objek penelitian yakni Bank dan Otoritas Jasa Keuangan. Penulisan skripsi ini juga menggunakan pendekatan yuridis yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka dan peraturan perundang-undangan serta literature hukum yang berhubungan dengan permasalahan skripsi ini.

Data penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder yang terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu : berbagai dokumen peraturan perundang-undangan yang tertulis mengenai bank, kredit, dan Otoritas Jasa Keuangan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 21

(16)

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia serta peraturan perundang-undangan yang lainnya yang terkait dengan bank.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer yang ada. Seperti hasil seminar atau makalah-makalah dari para pakar hukum, koran, majalah, serta sumber-sumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.

c. Bahan hukum tersier, yaitu mencakup bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, contohnya adalah kamus, ensiklopedia, indeks kumulatif dan seterusnya. 3. Teknik pengumpulan data

(17)

sumber lain selain sumber kepustakaan, yakni penelitian terhadap bahan media massa ataupun internet.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan secara menyeluruh tentang apa yang menjadi pokok permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan meyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang diajukan.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V Bab yang masing-masing bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini diuraikan secara umum mengenai keadaan-keadaan yang berhubungan dengan objek penelitian secara latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

(18)

BAB III KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN dalam PENGATURAN dan PENGAWASAN PEMBERIAN KREDIT PERBANKAN, dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang pembentukan Otoritas Jasa Keuangan sebagai sebuah lembaga yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur perbankan guna mengoptimalkan fungsi perbankan serta tugas dan wewenang Otoritas Jasa Keuangan dalam hal pemberian kredit perbankan. BAB IV Peran OTORITAS JASA KEUANGAN dalam PENINGKATAN DAYA SAING PEMBERIAN KREDIT oleh BANK PERKREDITAN RAKYAT, dalam bab ini berisi tentang peran Otoritas Jasa Keuangan dalam peningkatan daya saing pemberian kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat, pemberian kredit oleh bank perkreditan rakyat serta perbandingan pemberian kredit oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat.

Referensi

Dokumen terkait

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor

1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa, kredit adalah penyedian uang

10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disebut Undang-Undang tentang Perbankan) dirumuskan bahwa kredit adalah

Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, mengatakan bahwa bank adalah badan usaha yang

Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, peraturan pemerintah nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank perkreditan Rakyat (BPR), peraturan

Pengertian kredit yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Pasal 1 butir 11,