• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Laporan Kerja Praktek Teknik Ling (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV Laporan Kerja Praktek Teknik Ling (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV TUGAS KHUSUS

PENGUKURAN ASPEK ERGONOMIS DAN ASPEK KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA DI CONTROL ROOM PT.PERTAMINA RU II

DUMAI BERDASARKAN PERMENKES NO 16 TAHUN 2016

4.1 Latar Belakang

Semakin maju zaman semakin banyak pengunaan teknologi dalam berbagai macam aspek dan bidang. Salah satu bidang yang sering menggunakan teknologi dalam pekerjaannya adalah bidang industri. Di Industri biasanya banyak pekerja lapangan. Pada zaman yang sudah maju ini, Industri sudah banyak menggunakan komputer.

Ada berbagai macam industri yang menggunakan komputer dalam pekerjaan dalam industrinya. Durasi dan penggunaan komputer dalam setiap industry dan pekerja berbeda beda. Selain itu,tiap industri menggunakan komputer untuk kepentingan yang berbeda beda. Pekerja yang paling sering bekerja depan komputer adalah pekerja kantor. Pada sebuah industri, komputer bisa digunakan untuk kegiatan managemen,teknis,simulasi,pengontrolan unit dan banyak fungsi lainnya.

Salah satu industri atau perusahaan yang banyak menggunakan adalah PT,PERTAMINA RU II DUMAI. Di PT.PERTAMINA RU II DUMAI pengguanaan komputer banyak digunakan di perkantoran (Main Office) dan di operator ruangan kontrol utama yang berfungsi untukmengendalikan bebebrapa unit yang ada. Pada panel kontrol yang dimiki PT PERTAMINA RU II DUMAI berfungsi untuk mengendalikan bagia\n HSC,HOC,HCC dan UTILITIES. Untuk mengendalikan operasi empat bagian tersebut, panel kontrol dibagi menjadi 2

control room yaitu Main Control Room dan Utilities.

Durasi kerja para pekerja di control room adalah 12 jam. Para pekerja di

(2)

Musuloscletal Disorders. MSDs adalah masalah otot saat bekerja dengan postur yang tidak tepat.

Para pekerja di Control Room ditempatkan di ruangan kerja yang mempunyai kondisi lingkungan kerja yang cukup luas. Suhu dan Intensitas cahaya suatu ruangan kerja harusnya memenuhi standar kesehatan lingkungan kerja. Kesehatan lingkungan kerja haruslah memenuhi standar karena para pkerja di dalamnya haruslah nyaman dan tetap sehat berada di lingkungan pekerja. Jika lingkungan kerja tidak memenuhi standar yang aman, maka pekerja akan tidak nyaman dan terkena penyakit kerja. Salah satu efek dari lingkugan kerja adalah kelelahan mata dan kedinginan. Kelelahan mata dapat terjadi karena mata lelah karena intensitas cahaya yang kurang sehingga mata lelah diakibatkan radiasi layar. Kedinginan juga dapat terjadi karena suhu ruangan terlalu dingin. Standar yang dipakai untuk menentukan standar Ergonomi dan Aspek Lingkungan kerja adalah berdasrkan Permenkes no 48 tahun 2016.

Berdasarkan hal tersebut Pada tugas khusus ini akan dilakukan pengukuran Aspek Ergonomi dan Aspek Kesehatan lingkungan kerja berdasarkan Permenkes no 48 tahun 2016. Ada lima poin besar dalam form penilaian Ergonomis dan Aspek Kesehatan Lingkungan kerja.

Dalam pengukuran Aspek Ergonomi dan Aspek Kesehatan Lingkungan kerja ada lima poin besar dimana masing masing poin mempunyai poin tersendiri juga. Poin poin tersebut adalah Ruang Kerja,Postur Kerja,Tata Letak Alat,Durasi kerja,Koridor dan Aspek Kesehatan Lingkungan Kerja.

4.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Pekerja Kantor di Control Room PT.PERTAMINA RU II DUMAI telah memenuhi standar Ergonomi Perkantoran berdasarkan Permenkes no 48 tahun 2016?

(3)

4.3 Tujuan

Tujuan dari tugas khusus ini adalah :

1. Mengukur, menerapkan,dan memberikan solusi terhadap aspek Ergonomi Perkantoran di Control Room PT. PERTAMINA RU II DUMAI berdasarkan Permenkes no 48 tahun 2016.

2. Mengukur dan mengehtahui Aspek Kesehatan Lingkungan kerja di

Control Room PT. PERTAMINA RU II DUMAI berdasarkan Permenkes no 48 tahun 2016.

4.4 Metode Penelitian 4.4.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada tugas khusus ini, yaitu : 1. Sound Level Meter (Pengukur Kebisingan)

2. Luxmeter (Pengukur Intensitas Cahaya) 3. Hygrometer (Alat Ukur suhu dan kelembaban) 4. Gas Detector (alat ukur konsentrasi CO2)

5. Dust Trak (alat ukur debu (PM10))

6. Busur 7. Penggaris

4.5 Objek Penelitian

Adapun objek yang dijadikan sampel dalam pengukuran aspek Ergonomis dan aspek lingkungan kerja di bagian :

1. Pekerja Control Room di ruangan Main ontrol Room yang mengelola bagian HSC,HOC,HCC.

2. Pekerja Control Room di ruangan Utilities.

Para pekerja di Main ontrol Room dan Utilities akan menjadi sasaran pengukuran aspek Ergonomis dan aspek kesehatan lingkungan kerjanya berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Dalam pengukuran kali ini,pekerja akan didata mengguakan form penilaian berisi table tabel yang harus diisi oleh peneliti. Ada lima poin yang akan diukur. Berikut poin dan hal yang harus diukur pada poin tersebut :

(4)

a. Luas Ruang Kerja b. Ruang Udara 2. Postur Kerja

a. Jarak Mata ke Monitor b. Sudut Kemiringan Kursi c. Sandaran Lengan

d. Posisi Tapak Kaki e. Posisi Duduk

f. Posisi saat memegang Mouse dan Keyboard 3. Tata Letak alat

a. Tinggi Meja b. Luas Meja

c. Ketersediaan Ruang di Bawah Meja d. Keberadaan Benda di Bawah Meja e. Bahan Sandaran Kursi

f. Ukuran Mouse

g. Perbandingan arah komputerdengan sumber cahaya h. Penentuan zona letak benda

4. Durasi Kerja

a. Pola Istirahat pekerja 5. Koridor

a. Tersedianya jarak antar meja 6. Aspek Kesehatan Lingkungan Kerja

a. Nilai Kebisingan b. Instensitas Cahaya c. Temperatur

d. Kelembaban e. Konsentrasi debu f. Konsentrasi CO

4.6 Hasil dan Pembahasan

Pada hasil pengukuran aspek Ergonomis dan Aspek Kesehatan Lingkungan kerja berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Data dapat dilihat seperti berikut:

4.6.1 Ruangan Kerja

Pada poin pengukuran ruangan kerja terdapat dua poin yaitu Luas Kerja dan ruang udara. Nilai standar untuk Luas Ruangan kerja adalah 2,2 m2. Nilai standar

untuk ruang udara 10 m2.

(5)

Adapun data pengukuran Luas Ruangan kerja pada Main Control Room sebagai berikut.

No Nama

Luas Ruangan

Kerja 2,2 m (min) Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba (A) v hasil pengukuran 2,04 m2

2 Hamran S.H (B) v hasil pengukuran 2,04 m2

3 Azhar Jefri (C) v hasil pengukuran 2,04 m2

4 Endang Setra (D) v hasil pengukuran 2,49 m2

5 Yosri Rahman (E) v hasil pengukuran 2,49 m2

6 Zulherman (F) v hasil pengukuran 4.04 m2

Tabel 4.1 Pengukuran Ergonomis Ruangan Kerja Main Control Room.

No Nama

Luas Ruangan

Kerja 2,2 m (min) Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 10,32 m2

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 10,32 m2

Tabel 4.2 Pengukuran Ergonomis Ruangan Kerja Utilities.

Pada Luas Ruangan Kerja, Ruangan di Utiities lebih besar daripada di

(6)

4.6.1.2 Ruangan Udara

Parameter ini tidak tersedia di Control Room PT. Pertamina RU II DUMAI. Ruang udara adlah ruangan atau space kosong untuk tempat pertukaran udara.

4.6.2 Postur Kerja

Pada poin ini akan dibahas beebrapa terkait Postur Kerja. Postur tersebut meliputi postur saat duduk(posisi kaki,sandaran dll),postur saat memegang mouse dan mengetik maupun jarak mata ke monitor. Berikut hasil dari masing masing Postur.

4.6.2.1 Jarak Mata ke Monitor

Para pekerja mempunyai variasi dalam jarak kenyamanan melihat layar. Standar jarak yang di tetapkan oleh permenkes no 48 Tahun 2016 adalah 50-100 cm. adapun data yang didapati sebagai berikut.

Tabel 4.3 Pengukuran Ergonomis Jarak Mata ke Monitor Pekerja Main Control Room.

No Nama

Mata ke Monitor

50-100 cm (min) Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 75 cm

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 73 cm

Tabel 4.4 Pengukuran Ergonomis Jarak Mata ke Monitor Pekerja Utilities

No Nama

Mata ke Monitor

50-100 cm (min) Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 81 cm

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 83 cm

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 72 cm

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 60 cm

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 89 cm

(7)

Berdasarkan data diatas diketahui semua pekerja telah memenuhi standar Ergonomi pada aspek Jarak Mata ke Monitor. Para Pekerja di Control Room tidak memiliki keluhan terkait aspek Jarak Mata ke Monitor. Hal ini dikarenakan para pekerja sudah memenuhi standaryangtelah ditetapkan oleh Permenkes no 48 Tahun 2016.

4.6.2.2 Sudut Kemiringan sandaran Kursi

Pada poin ini akan dilihat apakah para pkerja sudah duduk dengan sandaran sesuai standar, pada Permenkes no 48 Tahun2016,standar untuk kemiringan duduk adalah 100-110o. adapun data yang didapati sebagai berikut:

Tabel 4.5 Pengukuran Ergonomis Kemiringan Posisi Duduk Pekerja Main Control Room.

No Nama

Kemiringan

duduk 100-110o Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 100o

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 100o

Tabel 4.6 Pengukuran Ergonomis Kemiringan Posisi Duduk Pekerja Utilities

Berdasarkan data tersebut, dari 8 pekerja yang diukur hanya tiga yang memenuhi standar berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Tiga pekerja tersebut adalah pekerja E yang berada di Main Control Room dan pekerja G dan H yang berada di Utilities. Lima pkerja lainnya merasa nyaman dengan posisi duduk yang mereka lakukan. Hal ini terjadi karena postur tersebut sudah menjadi

No Nama

Kemiringan

duduk 100-110o Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 80o

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 70o

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 80o

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 80o

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 100o

(8)

kebiasaan para pekerja. Efek yang ditimbulkan dari posisi duduk yang tidak benar adalah nyeri otot bagian pinggang karena kelelahan menopang tubuh. Para pekerja selain pekerja E,G dan H dapat beresiko terkena MSDs atau penyakit otot akibat bekerja.

4.6.2.3 Sandaran lengan

Pada poin ini akan dilihat apakah para pekerja sudah memposisikan sandaran lengan mereka sesuai dengan standar Peremenkes no 48 Tahun 2016. Pada Permenkes no 48 Tahun 2016, sebaiknya sandaran lengan sejajar dengan meja kerja. Adapun data yang didapati sebagai berikut :

Tabel 4.7 Pengukuran Ergonomis Posisi Sandaran Lengan Pekerja Main Control Room.

No Nama

Kemiringan

duduk 100-110o Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v Di Bawah Meja

2 Sapriadi (H) v Di Bawah Meja

Tabel 4.8Pengukuran Ergonomis Posisi Sandaran Lengan Pekerja Utilities.

Berdasarkan data tersebut diketahui, setengah dari pekerja yang memnuhi standar dalam aspek sandaran lengan kursi. Hanya 4 pekerja yang memenuhi standar sandaran lengan kursi yaitu Pekerja C,D,E dan F. Para pekerja tersebut adalah pekerja yang berada di ruangan Main Control Room. Pekerja disarankan memposisikan sandaran lengan sejajar dengan meja bertujuan agar tangan dapat rileks sambil bekerja. Kegiatan yang banyak didepan komputer menuntut pekerja agar tetap nyaman dalam melakukan aktifitasnya. Kenyamanan tersebut juga termasuk dalam posisi lengan saat bekerja di depan komputer. Jika tangan tidak

No Nama

Sandaran lengan

kursi sejajar meja Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v Di Bawah Meja

2 Hamran S.H(B) v Di Bawah Meja

3 Azhar Jefri(C) v 4 Endang Setra(D) v 5 Yosri Rahman(E) v

(9)

disandarkan,maka kelelahan akan sering dan cepat terjadi. Jika pekerja merasa lelah atau tidak nyaman maka hasil pekerjaan tidak akan optimal.

4.6.2.4 Tapak Kaki

Pada poin ini akan dilihat apakah para pekerja duduk dengan posisi tapak kaki yang benar. Standar di Permenkes menyebutkan bahwa sebaiknya posisi tapak kaki menyentuh lantai. Adapun data yang didapat sebagai berikut :

Tabel 4.9 Pengukuran Ergonomis Tapak Kaki Pekerja Main Control Room.

No Nama

Tapak Kaki

Menyentuh Lantai Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v

2 Sapriadi (H) v

Tabel 4.10 Pengukuran Ergonomis Tapak Kaki Pekerja Utilities.

Berdasarkan data tersebut, semua pekerja yang ada di Control Room telah memenuhi standar berdasrakan Permenkes no 48 Tahun 2016. Meletakkan tapak kaki sejajar dengan tanah bertujuan untuk menghindari pegal yang dapat menyerang kaki.

4.6.2.5 Posisi Lutut

Pada poin ini akan diukur apakah lutut para pekerja membentuk sudut yang benar saat duduk. Standar yang ditentukan oleh Permenkes adalah 900.

Adapun data ynag didapat sebagai berikut.

No Nama

Tapak Kaki

Menyentuh Lantai Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v

2 Hamran S.H(B) v

3 Azhar Jefri(C) v

4 Endang Setra(D) v

5 Yosri Rahman(E) v

(10)

Tabel 4.11 Pengukuran Ergonomis Sudut Lutut Pekerja Main Control Room.

No Nama

Lutut Membentuk

90o saat duduk Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v

2 Sapriadi (H) v

Tabel 4.12 Pengukuran Ergonomis Sudut Lutut Pekerja Utilities

Berdasarkan data tersebut diketahui lima pekerja telah memeuhi standar ergonomis dalam aspek posisi lutut. Ada tiga pekerja yang belum memenuhi standar posisi lutut. Tiga pekerja tersebut adalah pekerja A,C dan E. pekerja A dan C membentuk sudut dibawah 90o sedangkan pekerja E membentuk sudut diatas

90o. Posisi Lutut 90o bertujuan agarpara pekerja tidak merasakan pegal disekitar

lutut dan paha. Jika duduk membentuk sudut selalin 90o maka dapat menggangu

sirkulasi darah di daerah Lutut.

4.6.2.6 Posisi saat mengetik dan memegang Mouse

Pada poin ini akan dilihat posisi pekerja saat memegang Mouse dan mengetik memggunakan Keyboard apakah benar atau salah. Pada Permenkes no 48 Tahun 2016,sebaiknya posisi tangan menempel di meja saat mengetik menggunakan Keyboard ataupun saat menggunakan Mouse. Adapun data yang diapat sebagai berikut :

No Nama

Tangan menempel di Meja saat Mengetik dan

menggunakan Mouse Keterangan

Yes No NA

No Nama

Lutut Membentuk

90o saat duduk Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 50o

2 Hamran S.H(B) v

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 70o

4 Endang Setra(D) v

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 100o

(11)

1 Mansur Purba(A) v 2 Hamran S.H(B) v 3 Azhar Jefri(C) v 4 Endang Setra(D) v 5 Yosri Rahman(E) v

6 Zulherman(F) v

Tabel 4.13 Pengukuran Ergonomis Posisi Tangan saat Mengetik dan Menggunakan Mouse Pekerja Main Control Room.

No Nama

Tangan menempel di Meja saat Mengetik dan

menggunakan Mouse Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v

2 Sapriadi (H) v

Tabel 4.14 Pengukuran Ergonomis Posisi Tangan saat Mengetik dan Menggunakan Mouse Pekerja Utilities

Berdasarkan data tersebut,diketahui bahwa semua pekerja telah memenuhi aspek posisi dalam mengetik menggunakan Keyboard ataupun saat menggunakan Mouse. Posisi tangan menempel meja bertujuan untuk menghindari pegal dibahu. Tangan yang tidak menempel pada meja akan memberikan beban pada bahu sekitar persendian siku,oleh karena itu disarankan untuk menyandarkan tangan ke meja saat mengetik ataupun menggunakan Mouse.

4.6.3 Aspek peralatan dan tata letak Alat

Pada poin ini akan dilakukan beberapa pengukuran dan peninjauan terkait dengan peralatan kerja dan tata letak alat saat bekerja. Ada beberapa aspek yang dinilai dalam poin ini yaitu Tinggi meja,Luas Meja,Keadaan Ruang dibawah meja,Ukuran Mouse dan zona peletakan benda. Berikut data yang didapat dilapangan.

4.6.3.1 Tinggi Meja

(12)

Tabel 4.15 Pengukuran Ergonomis Tinggi Meja Pekerja Main Control Room.

No Nama Tinggi Meja 56-72cm Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 73 cm

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 73 cm

Tabel 4.16 Pengukuran Ergonomis Tinggi Meja Pekerja Utilities

Berdasrakan data tersebut didapati bahwa seluruh pekerja di seluruh

Control Room telah memenuhi standar berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Meja yang ditempati para pekerja pun sudah tepat dan cocok dengan postur pekerja sehingga tidak ada keluhan untuk masalah Tinggi Meja.

4.6.3.2 Luas Meja

Poin ini akan melihat dan mengukur apakah meja yang ditempati pekerja sudah memenuhi standar atau tidak. Berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016,Luas meja setidaknya 120x90 cm atau memiliki luas 1,08 m2. Adapun data

yang didapat sebagai berikut :

Tabel 4.17 Pengukuran Ergonomis Luas Meja Pekerja Main Control Room.

No Nama Tinggi Meja 56-72cm Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 66 cm

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 66 cm

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 66 cm

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 66 cm

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 66 cm

6 Zulherman(F) v hasil pengukuran 77 cm

No Nama

Luas Meja 120x90 cm

atau 1,08 m2 Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v 65x56 cm = 0,36 m2

2 Hamran S.H(B) v 65x56 cm = 0,36 m2

3 Azhar Jefri(C) v 65x56 cm = 0,36 m2

4 Endang Setra(D) v 39x192 cm =0,74 m2

5 Yosri Rahman(E) v 39x192 cm =0,74 m2

(13)

No Nama

Luas Meja 120x90 cm

atau 1,08 m2 Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v 61x87 cm = 0.53 m2

2 Sapriadi (H) v 61x87 cm = 0.53 m2

Tabel 4.18 Pengukuran Ergonomis Luas Meja Pekerja Utilities

Berdasarkan data yang telah didapat,diketahui hanya satu orang saja yang memenuhi standar meja berdasrkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Pekerja yang memenuhi standar tersebut adalah pekerja F. Pekerja F adalah pekerja di daerah

Main Control Room. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa dengan ukuran meja yang dibawah standar,Pekerja masih dapat meletakkan beberapa benda yang penting diatas meja. Pekerja pada area Control Room tidak memiliki banyak barang yang harus berada di meja mereka, sehingga tidak ada keluhan untuk aspek ini walaupun dibawah standar.

4.6.3.3 Ketersediaan dan keadaan Ruang Di bawah Meja

Pada poin ini akan dilihat apakah di bawah meja kerja terdapat ruangan Di bawah meja. Pada Permenkes no 48 Tahun 2016,disarankan agar meja mempunyai ruang kosong dibawahnya yang berfungsi untuk pergerakan kaki. Ruang dibawah kaki pun sebaiknya tidak diletakkan benda apapun dibawahnya. Adapun data yang didapat sebagai berikut :

Tabel 4.19 Pengukuran Ergonomis Ketersediaan dan Keadaan Ruang di Bawah Meja Pekerja Main Control Room.

No Nama

Ketersedian dan Keadaan Ruang

di bawah Meja Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v Tidak ada Barang di Bawahnya

2 Hamran S.H(B) v Tidak ada Barang di Bawahnya

3 Azhar Jefri(C) v Tidak ada Barang di Bawahnya

4 Endang Setra(D) v Tidak ada Barang di Bawahnya

5 Yosri Rahman(E) v Tidak ada Barang di Bawahnya

(14)

No Nama

Ketersedian dan Keadaan Ruang di

bawah Meja Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v Tidak ada Barang di Bawahnya

2 Sapriadi (H) v Tidak ada Barang di Bawahnya

Tabel 4.20 Pengukuran Ergonomis Ketersediaan dan Keadaan Ruang di Bawah Meja Pekerja Utilities.

Berdasrkan data tersebut didapati bahwa semua pekerja memenuhi standar untuk aspek ketersediaan dan Keadaan dibawah meja berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016 . Ruang kaki di bawah meja berfungsi untik pergerakan kaki jika kaki lelah pada satu posisi tertentu. Pada aspek ini seluruh pekerja memenuhi aspek tersebut sehingga tidak ada keluhan terhadap aspek ini.

4.6.3.4 Ukuran Mouse

Pada poin ini akan dilihat apakah Mouse yang digunakan para pekerja sudah tepat atau tidakdengan genggaman tangan meraka. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 sebaiknya mouse haruslah sesuai ukuran tangan pekerja. Adapun data yang didapat sebagai berikut :

Tabel 4.21 Pengukuran Ergonomis Ukuran Mouse sesuai Genggaman Pekerja Main Control Room.

No Nama Ukuran Mouse yang sesuai genggaman pekerja

Keterangan

No Nama

Ukuran Mouse yang sesuai

genggaman pekerja Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v

2 Hamran S.H(B) v

3 Azhar Jefri(C) v

4 Endang Setra(D) v

5 Yosri Rahman(E) v

(15)

Yes No NA 1 Taufik Saleh (G) v

2 Sapriadi (H) v

Tabel 4.22 Pengukuran Ergonomis Ukuran Mouse sesuai Genggaman Pekerja Utilities.

Berdasarkan data yang telah didapat, diketahui semua pekerja sudah memakai Mouse berdasarkan ukuran standar genggamannya. Aspek ini bisa dilihat dari cara menggenggam Mouse pekerja. Posisi tangan pekerja saat menggenggam Mouse tidak terlalu melebar dan tidak terlalu kedalam sehingga tidak ada keluhan terhadap aspek ini.

4.6.3.5 Asal Sumber Cahaya

Pada Poin ini akan ditinjau dari mana asal sumber cahaya yang berada di Ruangan Kerja. Memnurut Permenkes pekerja harus bekerja berlawanan dari arah Cahaya. Data yang telah didapat sebagai Berikut :

Tabel 4.23 Pengukuran Ergonomis Bekerja Berlawanan Sumber Cahaya Pekerja Main Control Room.

No Nama

Bekerja berlawanan

Arah Cahaya Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v Dibawah Sumber Cahaya

2 Sapriadi (H) v Dibawah Sumber Cahaya

Tabel 4.24 Pengukuran Ergonomis Berlawanan Sumber Cahaya Pekerja Utilities.

No Nama

Bekerja berlawanan

Arah Cahaya Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v Dibawah Sumber Cahaya

2 Hamran S.H(B) v Dibawah Sumber Cahaya

3 Azhar Jefri(C) v Dibawah Sumber Cahaya

4 Endang Setra(D) v Dibawah Sumber Cahaya

5 Yosri Rahman(E) v Dibawah Sumber Cahaya

(16)

Berdasarkan data yang telah didapat,diketahui bahwa seluruh pekerja

Control Room bekerja di bawah sumber cahaya. Menurut Permenkes sebaiknya sumber cahaya berasal dari samping layar dikarenakan pada posisi itu mata kita mendapat pancaran cahaya yang cukup. Jika cahaya berasal dari belakang komputer, maka pandangan akan silau karena layar merefleksikan cahaya dari belakang. Jika cahaya berasa dari atas maka mata akan ttertlalu lelah karena terlalu banyak mendapat cahaya dari komputer saja.

4.6.3.6 Zona peletakan Barang

Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016,ada tiga zona dalam peletakan barang di Meja Kantor. Pertama,Zona 1 yaitu zona peletakan barang yang paling sering dipakai. Lalu ada Zona 2,yaitu zona Peletakan benda yang agak jarang atau tidak terlalu sering dipakai. Terakhir,Zona 3 yaitu zona peletakan benda yang jarang dipakai. Berikut data yang didapat.

No Nama Zona 1 Zona 2 Zona 3

1 Mansur Purba(A) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor 2 Hamran S.H(B) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor 3 Azhar Jefri(C) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor 4 Endang Setra(D) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor 5 Yosri Rahman(E) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor 6 Zulherman(F) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor

Tabel 4.25 Pengukuran Ergonomis Zona Peletakan Benda Pekerja Main Control Room.

No Nama Zona 1 Zona 2 Zona 3

1 Taufik Saleh (G) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor 2 Sapriadi (H) Mouse, HandyTalky Telepon Monitor

Tabel 4.26 Pengukuran Ergonomis Zona Peletakan Benda Pekerja Utilities.

(17)

adalah benda yang tidak dipindah. Fungsi Monitor dapat dikendalikan menggunakan Mouse,Keyboard atau alat pengendali lainnya secara jarak yang tidak dekat sehingga monitor masuk di Zona 3.

4.6.4 Pola Istirahat dan durasi Kerja

Pada poin ini akan dilihat dan ditinjau pola Istirajat Pekerja dan Durasi meraka Bekerja. Menurut permenkes no 48 Tahun 2016,menyarankan melakukan salah satu dari dua pola istirahat yang standar. Pola pertama adalah,setiap 2 jam bekerja disarankan melakukan 10-15 menit istirahat. Lalu pola kedua adalah pola 20-20-20. Pola ini maksdunya adalah setiap 20 menit bekerja,lakukan 20 detik peregangan dan memandang 20 feet ke arah selain komputer. data yang telah didapat sebagai berikut :

No Nama Pola Istirahat Durasi

Kerja 1 Mansur Purba(A) Istirahat ketika terasa lelah saja 12 jam 2 Hamran S.H(B) Istirahat setiap 1 jam kerja selama 5 menit 12 jam 3 Azhar Jefri(C) Setiap 40 menit bekerja,istirahat 30 menit 12 jam 4 Endang Setra(D) Istirahat fleksibel dan sering ke lapangan 12 jam

5 Yosri Rahman(E)

Setiap 1 jam kerja,istirahat dengan jadwal

yang tidak menentu 12 jam

6 Zulherman(F)

Di ruangan biasanya 2 jam dan banyak ke

lapangan 12 jam

Tabel 4.27 Pengukuran Ergonomis Pola Istirahat dan Durasi Kerja Pekerja Main Control Room.

No Nama Pola Istirahat Durasi

Kerja

1 Taufik Saleh (G) Tidak merasa lelah karena posisi sudah

nyaman 12 jam

2 Sapriadi (H) Tidak merasa lelah karena posisi sudah

nyaman 12 jam

Tabel 4.28 Pengukuran Ergonomis Pola Istirahat dan Durasi Kerja Pekerja Main Utilities.

(18)

tidak baik. Pekerja A dapat terekena penyakit kerja jika ia terus menerus menerapkan pola seperti ini. Pekerja A berkemungkinan menghasilkan pekerjaan yang tidak optimal dengan pola seperti ini. Pola Pekerja A bias dikategorikan jauh dari standar Permenkes no 48 tahun 2016.

Pekerja B dan C bisa dikatakan Pekerja yang paling baik dan tepat polanya Karena pekerja B dan C sudah sangat memenuhi standar yang ditetapkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Pada Permenkes dikatakan pola yang baik adalah 2 jam bekerja isitrahat 10-15 menit atau pola 20-20-20. Pada pekerja B dan C pola yang mereka terapkan sudah diatas pola yang disarankan Permenkes no 48 Tahun 2016. Pola Pekerja B adalah setiap 1 jam kerja istirahat selama 5 menit. Pola pekerja C adalah setiap 40 menit bekerja,istirahat selama 30 menit.

Pola pekerja D sedikit mirip dengan pola pekerja F. Pekerja D tidak beristirahat dengan pola tertentu seperti pekerja B dan C. Jadwal istirahat pekerja D juga tidak sesuai standar Permenkes no 48 Tahun 2016. Pada pekerja F,pola istirahatnya sudah mulai standar berdasrkan Permenkes no 48 Tahun 2016 yaitu 2 jam. Kemiripan pola pekerja D dan F adalah mereka banyak turun ke lapangan. Walaupun mereka mempunyai pola istirahat yang sedikit dari pekerjaan kantor tetapi mereka melakukan aktifitas di lapangan juga. Aktiftas di lapangan dapat diartikan sebagai peregangan juga. Dengan adanya aktifitas di lapngan maka pekerja dapat terhindar dari penyakit kerja akibat kelelahan di kantor. Salah satunya MSDs.

Pola pekerja E adalah pola yang agak Mirip dengan B dan C. Pekerja E akan beristirahat setiap bekerja selama 1 jam. Perbedaan Pola istirahat Pekerja E adalah durasi istirahatnya. Pekerja beristirahat dengan jadwal yang tidak menentu. Walaupun demikian,pekerja sudah lumayan memenuhi standar dengan membuat pola istirahat seperti itu. Durasi ia beristirahat juga sudah diatas standar yang ditetapkan oleh Permenkes no 48 Tahun 2016.

(19)

Tahun 2016 agar dapat terhindar dari dampak buruk yang sewaktu waktu dapat menyerang.

4.6.5 Koridor

Pada poin ini akan dilihat apakah ruangan kerja memiliki koridor atau space untuk evakuasi bila ada hal darurat tiba tiba. Pada Permenkes no 48 Tahun 2016 Koridor harus berada di antara seberang meja ataupun di antara sebelah meja. Koridor yang berada di antara seberang meja haruslah sepanjang 80 cm sedangkan di antara sebelah meja sepanjang 120 cm. Data yang didapat sebagai berikut :

4.6.5.1 Koridor di antara Seberang Meja

Pada poin ini akan ditinjau apakah diantara seberang meja kerja para pekerja ada ruang yang cukup untuk jalur evakuasi pekerja jika ada terjadi suatu hal darurat. Lebar koridor sesuai standar Permenkes no 48 Tahun 2016 minimal adalah 80 cm. Data yang didapat sebagai berikut :

Tabel 4.29 Pengukuran Ergonomis Koridor Main Control Room.

No Nama Jarak Koridor 80 cm Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v Tidak ada meja lain

2 Sapriadi (H) v Tidak ada meja lain

Tabel 4.30 Pengukuran Ergonomis Koridor Pekerja Utilities.

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa Ruangan Kerja Pekerja A,B,C,D dan E memiliki koridor yang sudah sangat memenuhi standar yang berlaku berdasarkan Permenkes no 48 Tahun 2016. Standar yang dimiliki

No Nama Jarak Koridor 80 cm Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 300 cm

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 300 cm

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 300 cm

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 300 cm

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 300 cm

(20)

Permenkes no 48 Tahun 2016 adalah 80 cm sedangkan pada ruangan kerja A,B,C,D dan E adalah 300 cm. dari pengukuran tersebut kita dapat mengehtahui bahwa koridor di Ruangan kerja pekerja A,B,C,D dan E sudah diatas standar Permenkes no 48 Tahun 2016.

Pekerja F,G dan H tidak memiliki koridor diantara seberang meja karena alasan yang berbeda. Seperti yang telah dibahas di poin Ruang Kerja,Pekerja F memiliki ruangan kerja tersendiri. Dalam ruangan ini tidak ada meja yang dapat dibandingkan jaraknya untuk membentuk sebuah koridor. Di Permenkes no 48 Tahun 2016, koridor yang dimaksud adalah ruang antar meja sedangkan di ruangan pekerja F tidak dapat meja yang dapat dijadikan pemabanding. Ruangan kerja pekerja F memiliki Koridor tersendiri.

Untuk Pekerja G dan H,mempunyai alas an yang hamper sama dengan pekerja F. Seperti yang telah dibahas di poin Ruang Kerja,Pekerja G dan H memiliki ruangan kerja berbeda. Dalam ruangan ini terdapat satu deretan meja panjang yang terdiri dari beberapa layar sehingga tidak ada meja yang dapat dibandingkan jaraknya untuk membentuk sebuah koridor. Di Permenkes no 48 Tahun 2016, koridor yang dimaksud adalah ruang antar meja sedangkan di ruangan pekerja G dan H tidak dapat meja yang dapat dijadikan pemabanding. Ruangan kerja pekerja G dan H memiliki Koridor tersendiri

4.6.5.2 Koridor di antara Sebelah Meja

Poin ini tidak dapat diukur karena posisi Meja di Ruangan Main Control Room dan Utilities tidak ada yang bersebelahan.

4.6.6 Aspek Keshatan Lingkungan Kerja

Pada poin ini akan ditinjau dan dilakukan beberpa pengukuran terkait Lingkungan kerja. Beberapa aspek yang akan diukur yaitu Kebisingan, Intensitas Cahaya, Temperatur,kelembaban,konsentrasi debu dan konsentrasi CO. Berikut Hasil yang didapat.

4.6.6.1 Kebisingan

(21)

range nilai kebisingan di ruangan kerja adalah 55-65. Data yang didapat sebagai berikut :

Tabel 4.31 Pengukuran Ergonomis Kebisingan Pekerja Main Control Room.

No Nama

Nilai Kebisingan

55-65 dBA Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 58 dBA

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 58 dBA

Tabel 4.32 Pengukuran Ergonomis Kebisingan Pekerja Utilities

Berdasarkan data yang telah didapat,diketahui bahwa nilai ambang kebisingan di seluruh Control Room masih termasuk aman karena nilai kebisingan yang telah diukur di seluruh Control Room mempunyai nilai yang termasuk dalam range aman menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 sehingga tidak ada keluhan dari seluruh pekerja yang telah diukur. Sumber kebisingan pada ruangan tersebut hanya berasal dari suara percakapan antar pekerja. Ruangan ini tiddak memiliki mesin atau alat yang menghasilkan kebisingan yang mengganggu.

4.6.6.2 Intensitas Cahaya

Pada Poin ini akan diukur intensitas ccahaya suatu kantor apakah sudah cukup atau belum. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 intensitas cahaya ruangan kerja haruslah berkisar 300-500 Lux. Berikut data yang didapat :

Rangga Mahardika-1407112758 73

No Nama

Nilai Kebisingan

55-65 dBA Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 60,3 dBA

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 60,3 dBA

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 60,3 dBA

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 60,3 dBA

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 60,3 dBA

6 Zulherman(F) v hasil pengukuran 52 dBA

No Nama

Intensitas Cahaya

300-500 Lux Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 181 Lux

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 180 Lux

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 183 Lux

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 219 Lux

(22)

Tabel 4.33 Pengukuran Ergonomis Intensitas cahaya Pekerja Main Control Room.

No Nama

Nilai Kebisingan

55-65 dBA Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 304 Lux

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 304 Lux

Tabel 4.34 Pengukuran Ergonomis Intensitas Cahaya Pekerja Utilities

Berdasarkan data tersebut diketahui bahawa Ruangan kerja pekerja A,B,C,D dan E mempunyai Intensitas cahaya dibawah standarPermenkes no 48 Tahun 2016. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016, intensitas cahaya ruangan kerja memiiki rentang nilai 300-500 Lux. Pada Pekerja A instensitas cahayanya adalah 181 Lux. Pekerja B memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 180 Lux. Pekerja C memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 183 Lux. Pekerja D memiliki nilai intensitas cahaya hanya sebesar 219 Lux. Pada Poin Ruang kerja telah dibahas bahwa pekerja A,B,C,D dan E bekerja dalam satu ruangan yang berisi beberapa dertan meja. Walaupun mereka bekerja dalam satu ruangan,tetapi Intensitas ruang kerja yang mereke miliki berbeda beda karena posisi mereka dari sumber cahaya berebeda beda. Faktor yang menyebabkan ruang tersebut mempunyai intensitas cahaya yang kecil karena lampu pada ruangan tersebut dipasang sebuah filter atau benda semacam penutup yang terbuat dari semacam kaca atau fiber yang transparan dengan warna yang agak keru dikarenakan noda yang menempel pada benda tersebut. Terlihat juga bahwa daya lampu sudah menurun. Selain itu ruangan pekerja sangat tertutup dan tidak mendapat sinar matahari dari luar. Walaupun begitu, para pekerja tidak mempunyai keluhan terhadap keadaan ruangan tersebut.

(23)

cukup. Pada pekerja F dan G memiliki keadaan yang hampir sama dengan ruang Pekerja A,B,C,D dan E tetapi Ruangan kerja pekerja G dan H memiliki satu pintu besar yang langsung menghadap keluar sehingga ada cahaya dari luar yang masuk selain dai lampu. Lampu pada ruangan kerja G dan H juga masih mempunyai daya yang baik.

4.6.6.3 Temperatur

Pada poin ini akan ditinjau apakah Temperatur ruangan sudah memenuhi standar atau belum. Menurut permenkes no 48 Tahun 2016 standar temperatur ruangan kerja adalah 23-26o C. Menurut Permenkes Temperatur untuk ruangan

yang berisi banyak mesin atau alat yang harus tetap dingin adalah minimal 18oC.

berikut data yang didapat.

Tabel 4.35 Pengukuran Ergonomis Temperatur Ruangan Pekerja Main Control Room.

No Nama

Suhu Ruangan Kerja

23-26oC Keterangan

Yes No NA

1 Taufik Saleh (G) v hasil pengukuran 21o C

2 Sapriadi (H) v hasil pengukuran 21o C

Tabel 4.36 Pengukuran Ergonomis Temperatur Ruangan Pekerja Utilities.

Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui bahwa temperature yang memenuhi standar hanya temperature pekerja F. Rentang menurut permenkes adalah 23-26o C. Temperatur ruangan pekerja F adalah 24,4o C. Pada pekerja

A,B,C,D,E suhu ruangan mereka adalah 21,9o C. Suhu ruangan mereka termasuk

No Nama

Temperatur Ruangan

Kerja 23-26oC Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 22,9o C

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 22,9o C

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 22,9o C

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 22,9o C

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 22,9o C

(24)

dingin. Suhu ruangan mereka di set seperti itu karena dalam ruangan mereka terdapat banyakkomputer sehingga suhu ruangan harus dihaga agar tidak terjadi

Overheating pada komputer tesebut. Para pekerja mempunyai keluhan terhadap suhu ruagan tersebut. Suhu yang ada pada ruangan Pekerja A,B,C,D, dan E terlalu dingin untuk pekerja. Beberapa Pekerja terlihat memakai jaket untuk menghangatkan suhu badan mereka akibat suhu yang dingin. Hal yang sama juga terjadi pada pekerja G dan H. Suhu Kantor mereka juga dibawah standar yang telah ditetapkan Permenkes no 48 Tahun 2016 tetapi tidak ada keluhan dari pekerja G dan H. Suhu yang terlalu dingin untuk tubuh tidak baik,apalagi suhu ini berasal dari AC. Jika sering terpapar suhu dingin yang lama dari AC dapat menyebabkan Kelimpuhan syaraf wajah. Sebaiknya pekerja yang terpapar suhu dingin terlalu lama diberi tools atau pakaian tertentu dalam masa kerja mereka untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.

4.6.6.4 Kelembaban

Pada poin ini akan dibahas apakah rungan pekerja sudah memilliki kelembaban yang tepat atau belum. Menurut Permenkes no 48 Tahun 2016 standar kelembaban adalah sekitar 60%. Berikut data yang didapat.

Tabel 4.37 Pengukuran Ergonomis Kelembaban Ruangan Pekerja Main Control Room.

No Nama

Kelembaban Ruangan

60% Keterangan

No Nama

Kelembaban Ruangan

60% Keterangan

Yes No NA

1 Mansur Purba(A) v hasil pengukuran 61,9%

2 Hamran S.H(B) v hasil pengukuran 61,9%

3 Azhar Jefri(C) v hasil pengukuran 61,9%

4 Endang Setra(D) v hasil pengukuran 61,9%

5 Yosri Rahman(E) v hasil pengukuran 61,9%

(25)

Tabel 4.38 Pengukuran Ergonomis Kelembaban Ruangan Pekerja Utilities.

Berdasrkan data tersebut diketahui bahwa kelembaban ruangan yang dimiliki seluruh pekerja Control Room sudah memenuhi standar Permenkes no 48 Tahun 2016 yang memiliki standar 60%. Pekerja A,B,C,D dan E memiliki tingkat kelembaban yang sama yaitu 61,9%. Pekerja F memiliki ruangan kerja dengan kelembaban sebesar 69,7%. Pekerja G dan H memiliki ruangan kerja dengan kelembaban sebesar 64%. Tidak ada keluhan pekerja mengenai kelembaban.

4.6.6.5 Debu dan CO

Parameter ini dianggap tidak ada karena di alat pengukuran data konsentrasi CO dan Debu hanya berkisar 0.003 mg/m3 untuk debu dan 0,001 ppm

Gambar

Tabel 4.1 Pengukuran Ergonomis Ruangan Kerja Main Control Room.
Tabel 4.3 Pengukuran Ergonomis Jarak Mata ke Monitor Pekerja Main Control
Tabel 4.5 Pengukuran Ergonomis Kemiringan Posisi Duduk Pekerja Main
Tabel 4.7 Pengukuran Ergonomis Posisi Sandaran Lengan Pekerja Main Control
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar II.11.. Tanaman yang digunakan secara umum terbagi dalam 3 jenis yaitu, jenis penutup tanah, peneduh dan semak. Untuk jenis peneduh menggunakan pohon sedang dan

REKOMPAK-JRF akan menyiapkan bantuan dana pembangunan infrastruktur di lokasi rawan bencana sesuai usulan masyarakat yang tertuang dalam dokumen RPP dengan mengacu pada

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,

Pola makan dapat diartikan suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara

Namun permasalahan yang sering dihadapi adalah tingginya biaya yang dibutuhkan sehubungan dengan jumlah faktor VIII yang digunakan, sehingga sirkumsisi pada pasien

1) Teknik observasi. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data melalui pengamatan langsung dilapangan, dan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi objektif di

(1) Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta WIUP beserta batas dan koordinat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dalam jangka