• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - 102 PEMBERIAN VITAMIN B6 SEBAGAI UPAYA MENGURANGI ... 147 322 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TAP.COM - 102 PEMBERIAN VITAMIN B6 SEBAGAI UPAYA MENGURANGI ... 147 322 1 PB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

102

PEMBERIAN VITAMIN B6 SEBAGAI UPAYA MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA AKHIR DENGAN PREMENSTRUASI SYNDROM

(Studi kasus pada Nn. “S” di Karang Taruna Cemara Bhakti Kelurahan Cemoro Kandang Malang) Ulul Fikriya1, Yeni Agus Safitri2, Tut Rayani Aksohini Wijayanti3

Program Studi Kebidanan Politeknik Kesehatan RS dr. Soepraoen Kesdam V/Brawijaya Malang Jl. Sodanco Supriadi No.22 Malang 65147. Telp (0341) 351275, Fax (0341) 351310

ABSTRAK

Pendahuluan Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang banyak dialami wanita usia reproduktif adalah terjadinya premenstruasi sindrom yang merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten, terjadi selama fase luteal pada siklus menstruasi. Berbagai metode penanganan premenstruasi sindrom dapat dilakukan, baik farmakologi maupun non farmakologi.Terapi meliputi pemberian progesteron, kontrasepsi oral, vitamin B6 dan diuretika. Vitamin B6 dibutuhkan untuk mengontrol produksi zat serotonin pada otak yang dapat mengurangi kecemasan yang merupakan salah satu gejala psikologi yang timbul saat premenstruasi sindrom terjadi. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi kecemasan pada remaja akhir dengan premenstruasi sindrom dengan pemberian vitamin B6 di Karangtaruna Cemara Bhakti. Metode penelitian yang akan digunakan adalah deskripsi observasional dengan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 1 subyek penelitian. Observasi dilakukan pada remaja akhir yang mengalami premenstruasi syndrom. Pemberian vitamin B6 sebanyak 10 mg selama dua minggu. Pengumpulan data menggunakan lembar wawancara, SOP, SAP, dan instrumen HARS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadinya penurunan kecemasan yang dialami Nn. “S” dengan premenstruasi syndrome setelah pemberian vitamin B6. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi penurunan kecemasan pada remaja “S” setelah pemberian vitamin B6 dari kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan.

Kata kunci : Remaja, kecemasan, premenstruasi sindrom, vitamin B6

ABSTRACT

Introduction One of reproductive health problems experienced by a lot of women of reproductive age is the occurrence of premenstrual syndrome, which is a common cycle disorders in women is characterized by physical and emotional symptoms that consistently occur during the luteal phase of the menstrual cycle. Various methods of handling premenstrual syndrome can be done, both pharmacological and non pharmacology. Therapy include progesterone administration, oral contraceptives, vitamin B6 and diuretics. Vitamin B6 is needed to control the production of serotonin in the brain substance that can reduce anxiety which is one of the psychological symptoms that arise when premenstrual syndrome occurs. The aim of research to identify anxiety in the late teens with premenstrual syndrome by administering vitamin B6 in Karangtaruna Fir Bhakti. The research method to be used is the description of the observational case study approach. Subjects were selected based on inclusion and exclusion criteria as much as 1 study subjects. Observations made in the late teens who experience premenstrual syndrome. Giving vitamin B6 10 mg for two weeks. Collecting data using the questionnaires, SOP, SAP, and HARS instruments. The results of this study showed a decrease in anxiety experienced by Ms. "S" with premenstrual syndrome after administration of vitamin B6. The conclusion of this study is the decrease anxiety in adolescents "S" after the administration of vitamin B6 from anxiety is becoming mild anxiety.

(2)

PENDAHULUAN

Salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang banyak dialami wanita usia reproduktif

adalah terjadinya premenstruasi sindrom yang

merupakan gangguan siklus yang umum terjadi

pada wanita ditandai dengan gejala fisik dan

emosional yang konsisten, terjadi selama fase

luteal pada siklus menstruasi (Saryono, 2009).

Gejala PMS bisa fisik, perilaku atau keduanya,

setiap wanita mengalami gejala yang berbeda.

Gejala-gejala ini berlangsung beberapa hari

sebelum menstruasi. Peristiwa PMS yang

ditentukan oleh proses somato-psikis sifatnya

meliputi unsur-unsur hormonal, biokimiawi dan

psikososial. Sering disertai dengan gangguan

fisik dan mental. Tetapi juga disertai perasaan

tidak nya man dan stress mental. Gejala ini

merupakan kombinasi dari fisikal distress, psikologikal dan perubahan tingkah laku dimana

gejala tersebut sangat parah sehingga

mengganggu aktivitas sehari-hari (Ramaiah,

2006). Kecemasan timbul akibat

ketidakmampuan untuk berhubungan

intrapersonal. Kecemasan dapat mempengaruhi

aspek intrapersonal maupun personal. Kesulitan

mendengarkan akan mengganggu hubungan

dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat

individu menarik diri dan menurunkan

keterlibatan dengan orang lain (Suliswati,

2005). Sebanyak 95% perempuan Indonesia

mengalami gejala premenstruasi. Premenstruasi

sindrom sedang hingga berat diderita berturut -

turut oleh 3,9% dan 1,1% angka tersebut lebih

rendah dibanding perempuan Barat, Cina

ataupun Jepang (Wahyuni, 2010). 2009).

Sindrom pramenstruasi dapat menyerang hingga

90% wanita dan meliputi berbagai perubahan

fisik dan emosi. PMS sejati dikatakan

mempengaruhi hampir 40% wanita, dengan

sekitar 5-10% membuat mereka sangat tidak

berdaya, yaitu hingga mendominasi hidup

mereka selama fase siklus tersebut (Andrews,

2009).

Beberapa penelitian mengindikasikan

adanya abnormalitas neurotransmitter pusat karena terjadi penurunan ambilan serotonin oleh

platelet dan penurunan kadar serotonin darah

perifer penderita PMS selama fase luteal siklus

tersebut. Salah satu gejala psikologis dari

premenstruasi sindrom adalah timbulnya

kecemasan. (Andrews, 2009). Pada gangguan

cemas memiliki serotonin transporter yang tidak

normal. Pengaturan kecemasan berhubungan

dengan aktivitas dari neuro transmmiter Gamma Amino Butyric Acid (GABA), yang mengontrol aktifitas neuron di bagian otak yang berfungsi

untuk pengeluaran kecemasan. Mekanisme kerja

terjadinya kecemasan diawali dengan

penghambatan neuro transmmiter di otak oleh GABA. Mekanisme biologis ini menunjukkan

bahwa kecemasan terjadi karena adanya

masalah terhadap efisiensi proses neuro transmitter (Sudjinawati, 2012). Berbagai

metode penanganan premenstruasi sindrom

dapat dilakukan, baik farmakologi maupun non

farmakologi. Terapi meliputi pemberian

progesteron, kontrasepsi oral, vitamin B6 dan

diuretika (Benson, 2008). Vitamin B6

dibutuhkan untuk mengontrol produksi zat

(3)

kecemasan yang merupakan salah satu gejala

psikologi yang timbul saat premenstruasi

sindrom terjadi (Saryono, 2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan pada tanggal 22 November 2014di

Karangtaruna Cemara Bhakti Cemoro

Kandangyang beranggota aktif 15 orang

terdapat 6 wanita usia 19-22 tahun. Dari 6

wanita tersebut 5 orang wanita mengeluh

adanya gangguan sebelum datangnya

menstruasi.Dari 5 orang tersebut ada 4 orang

yang mengeluh timbulnya rasa cemas. Setelah

dikaji menggunakan skala HARS ada 2 orang

yang mengalami kecemasan ringan dan 2 orang

yang mengalami kecemasan sedang. Namun,

dari 4 wanita yang mengalami kecemasan

tersebut belum ada yang mendapat penanganan.

MATERIAL DAN METODE Subyek Penelitian

Remaja putri usia 19 – 20 tahun, mengalami

premenstruasi syndrom, siklus menstruasi

teratur, tidak mengalami gangguan psikiatri,

tidak dalam pengaruh obat-obatan dan bersedia

menjadi subyek penelitian. derajat nyeri sedang

dan bersedia menjadi subyek penelitian.

Pemberian Vitamin B6

Vitamin B6 bertanggung jawab terhadap

pembentukan neurotransmitter yang esensial bagi fungsi sistem syaraf. Neurotransmitter tersebut anatara lain serotonin, melatonin, epinephrine, norepinephrine, dan GABA. Pengumpulan data menggunakan SOP.

Kecemasan pada Premenstruasi Syndrom Merupakan abnormalitas neurotransmitter pusat karena terjadi penurunan ambilan serotonin oleh

platelet dan penurunan kadar serotonin darah

perifer penderita PMS selama fase luteal siklus

tersebut. Salah satu gejala psikologis dari

premenstruasi sindrom adalah timbulnya

kecemasan. Pengumpulan data menggunakan

skala HARS.

HASIL PENELITIAN

Tingkat Kecemasan Remaja yang Mengalami Kecemasan pada Premestruasi Sindrom Usia 20 Tahun Sebelum Pemberian Vitamin B6

Dari grafik diatas diperoleh data terbanyak

dengan kategori kuat yaitu kecemasan sedang

dengan prosentase 71,4 % dan kecemasan

ringan dengan prosentase 28,6 % dengan

kategori lemah.

(4)

Dari grafik diatas diperoleh data terbanyak

dengan kategori kuat yaitu kecemasan ringan

dengan prosentase 64,3 % dan kecemasan

sedang dengan prosentase 35,7% dengan

kategori lemah.

Perubahan Tingkat Kecemasan pada Remaja Akhir dengan Premenstruasi Sindrom Sebelum dan Sesudah Pemberian Vitamin B6

Berdasarkan grafik diatas terdapat

perubahan data antara kecemasan sebelum

pemberian vitamin B6 yaitu kecemasan sedang

menurun dengan prosentase 71,4% menjadi

35,7% dan kecemasan sesudah pemberian

vitamin B6 yaitu kecemasan ringan dengan

prosentase 28,6% meningkat menjadi 64,3%.

Sehingga prosentase terbanyak dari sebelum dan

sesudah pemberian vitamin B6 terdapat

perubahan dari kecemasan sedang menurun

menjadi kecemasan ringan.

PEMBAHASAN

Tingkat Kecemasan Remaja yang Mengalami Kecemasan pada Premestruasi Sindrom Usia 20 Tahun Sebelum Pemberian Vitamin B6

Sebelum pemberian vitamin B6

berdasarkan data terbanyak kecemasan remaja “S” dalam kriteria sedang dengan prosentase

71,4% kategori kuat. Penyebab kecemasan pada

premestruasi sindrom pada remaja “S” adalah

karena gaya hidup yang dipengaruhi oleh

padatnya aktifitas remaja sehingga kurang bisa

mengontrol emosi dan dikarenakan oleh faktor

psikologis yang dikarenakan oleh mood remaja

berubah-ubah dan gaya hidup yang kurang baik.

Menurut Saryono (2009) bahwa faktor

timbulnya kecemasan pada premenstruasi

sindrom yaitu faktor hormonal, kimiawi,

genetik, psikologis dan gaya hidup. Menurut

Andrews (2009) ketidakseimbangan antara

hormon esterogen dan progesteron berhubungan

dengan premenstruasi sindrom. Kadar hormon

esterogen sangat berlebihan dan melampaui

batas normal, sedangkan kadar progesteron

menurun. Hal ini menyebabkan perbedaan

genetik pada sensitifitas reseptor dan sistem

pembawa pesan yang menyampaikan

pengeluaran hormon seks dalam sel. Selain

faktor hormonal, premenstruasi sindrom

berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor

kejiwaan seperti timbulnya kecemasan yang

disebabkan oleh fungsi serotonin yang dialami

penderita. Sindrom premenstruasi biasanya

lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka

terhadap perubahan hormonal dalam siklus

menstruasi.

Tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan hasil penelitian karena pada hasil penelitian

yaitu berdasarkan data terbanyak kecemasan remaja “S” dalam kriteria sedang dengan prosentase 71,4% kategori kuat. Menurut

Saryono (2009) dijelaskan bahwa salah satu

(5)

premenstruasi sindrom adalah kecemasan yang

biasanya ditandai dengan gejala seperti rasa

cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil

Gejala ini timbul akibat ketidakseimbangan

hormon estrogen dan progesterone. Menurut

Andrews (2009) faktor gaya hidup dalam diri

wanita terhadap pengaturan pola makan juga

memegang peranan yang tidak kalah penting.

Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, sangat

berperan terhadap gejala-gejala premenstruasi

sindrom. Rendahnya kadar vitamin dan mineral

dapat menyebabkan gejala-gejala dari

premenstruasi sindrom semakin memburuk.

Tingkat Kecemasan Remaja yang Mengalami Kecemasan pada Premestruasi Sindrom Usia 20 Tahun Setelah Pemberian Vitamin B6

Setelah pemberian vitamin B6 sebanyak 10

mg dan dilakukan observasi setiap hari selama

dua minggu. Berdasarkan data terbanyak kecemasan remaja “S” dalam kriteria ringan dengan prosentase 64,3% kategori kuat.

Menurut Almatsier (2006) Sebelum

diabsorbsi vitamin B6 dihidrolisis oleh enzim

fosfotase di dalam usus halus. Di dalam hati,

ginjal dan otak vitamin B6 difosforilasi kembali

untuk kemudian diubah menjadi bentuk PLP

oleh enzim oksidase. Fosforilasi dan perubahan

vitamin B6 juga dapat terjadi di dalam sel darah

merah dimana PLP terikat pada hemoglobin.

Sebanyak 50% jumlah vitamin B6 dalam tubuh

disimpan dalam otot. PLP dalam hati diikat oleh

apoenzim dan beredar di dalam darah dalam

keadaan terikat dengan albumin. PLP yang tidak

terikat diubah menjadi asam piridoksat oleh

enzim oksidase di dalam hati dan ginjal, yaitu

metabolit utama yang dikeluarkan dalam urin

(Almatsier, 2006).

Menurut Almatsier (2006) Kekurangan

vitamin B6 menimbulkan gejala-gejala yang

berkaitan dengan gangguan metabolisme

protein, seperti lemah, mudah tersinggung, dan

sukar tidur. Kekurangan vitamin B6 berat dapat

menimbulkan kerusakan pada sistem saraf

pusat. Menurut Olivia (2004) Vitamin B6

berperan dalam metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak, menguatkan kekebalan

tubuh, membantu transmisi impuls saraf,

menjaga keseimbangan elektrolit tubuh (natrium

dan kalium), merangsang pertumbuhan sel

darah merah, dan membantu sintesa DNA dan

RNA. B6 juga berperan dalam pembentukan

senyawa struktural yang berfungsi sebagai

transmitter kimia pada sistem saraf, dan juga penting dalam mempertahankan keseimbangan

hormon dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu

vitamin B6 berperan sebagai koenzim dan

terlibat dalam metabolisme asam amino.

Vitamin B6 bertanggungjawab terhadap

pembentukan neurotransmitter yang esensial bagi fungsi sistem syaraf. Neurotransmitter

tersebut antara lain serotonin, melatonin, epinephrine, norepinephrine dan GABA.

Menurut Suhardjo (2010), Vitamin B6

sendiri merupakan salah satu anggota dari

vitamin B kompleks yang banyak memiliki

manfaat, salah satu di antaranya adalah

(6)

neurotransmitter antidepresi yang dibutuhkan

oleh otak.

Tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan hasil di lapangan yaitu menurut teori

vitamin B6 mengasilkan hormon yang

bertanggungjawab terhadap pembentukan

neurotransmitterserotonin yang dapat menurunkan kecemasan dan pada hasil di

lapangan kecemasan berdasarkan data terbanyak kecemasan remaja “S” dalam kriteria ringan dengan prosentase 64,3% kategori kuat.

Perubahan Tingkat Kecemasan pada Remaja Akhir dengan Premenstruasi Sindrom Sebelum dan Sesudah Pemberian Vitamin B6

Sebelum pemberian vitamin B6 10mg

berdasarkan data terbanyak kecemasan remaja “S” dalam kriteria sedang dengan prosentase 71,4% kategori kuat.Dan setelah pemberian

vitamin B6 sebanyak 10mg dan dilakukan

observasi setiap hari selama dua minggu

berdasarkan data terbanyak kecemasan remaja “S” dalam kriteria ringan dengan prosentase 64,3% kategori kuat. Ada perbedaan data

terbanyak antara sebelum pemberian vitamin B6

dan sesudah vitamin B6 yaitu dari kecemasan

dengan kriteria sedang menurun menjadi

kecemasan dengan kriteria ringan. Penyebab

kecemasan pada premestruasi sindrom pada

Remaja “S” adalah dipengaruhi oleh padatnya

aktifitas remaja sehingga kurang bisa

mengontrol emosi dan dikarenakan oleh faktor

psikologis yang dikarenakan oleh mood remaja

berubah-ubah serta gaya hdup remaja yang

kurang baik.

Menurut Andrews (2009) definisi PMS

adalah gejala fisik, psikologis dan perilaku yang

menimbulkan distress dan tidak disebabkan oleh

penyakit anorganik yang secara teratur timbul

lagi selama fase yang sama pada siklus ovarium

(atau menstruasi) dan secara signifikan menurun

atau hilang selama sisa siklus tersebut.Salah

satu gejala psikologis premenstruasi sindrom

adalah timbulnya kecemasan. Kecemasan

adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik

yang secara subjektif dialami dan

dikomunikasikan secara intrapersonal.

kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran

pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab

yang tidak jelas dan dihubungkan dengan

perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Kecemasan merupakan respon insividu terhadap

suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan

dialami oleh semua makhluk hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Suhardjo (2010) Vitamin B6

sendiri merupakan salah satu anggota dari

vitamin B kompleks yang banyak memiliki

manfaat, salah satu di antaranya adalah

mengonversi triptofan menjadi serotonin, neurotransmitter anti depresi yang dibutuhkan

oleh otak salah satunya untuk menurunkan

kecemasan.

Tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan hasil di lapangan yaitu menurut Saryono

(2009) wanita dengan premenstruasi sindrom

ditemukan adanya metabolisme progesteron

(7)

allopregnanolone yang sangat peka terhadap rangsangan di otak dan berefek sebagai

ansiolitik (meningkatkan kecemasan). Menurut Suhardjo (2010) Vitamin B6 sendiri merupakan

salah satu anggota dari vitamin B kompleks

yang banyak memiliki manfaat, salah satu di

antaranya adalah mengonversi triptofan menjadi serotonin yang dapat menurunkan kecemasan. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan

perubahan data antara kecemasan sebelum

pemberian vitamin B6 yaitu kecemasan sedang

menurun dengan prosentase 71,4% menjadi

35,7% dan setelah pemberian vitamin B6

sebanyak 10 mg dan dilakukan observasi setiap

hari selama dua minggu kecemasan sesudah

pemberian vitamin B6 yaitu kecemasan ringan

dengan prosentase 28,6% meningkat menjadi

64,3%. Sehingga prosentase terbanyak dari

sebelum dan setelah pemberian vitamin B6

sebanyak 10 mg terdapat perubahan dari

kecemasan sedang menurun menjadi kecemasan

ringan. Menurut Olivia (2004) kandungan

vitamin B6 (piridoksin) berperan dalam pembentukan senyawa struktural yang berfungsi

sebagai transmitter kimia pada sistem saraf, dan

juga penting dalam mempertahankan

keseimbangan hormon dan sistem kekebalan

tubuh. Selain itu vitamin B6 berperan sebagai

ko enzim dan terlibat dalam metabolisme asam

amino yang mengasilkan hormon serotonin

neurotransmitter antidepresi pada otak. Sehingga hal tersebut yang menyebabkan

vitamin B6 dapat menurunkan kecemasan.

KESIMPULAN

Terjadi penurunan kecemasan pada remaja “S” sebanyak satu tingkat dari sebelum dan setelah pemberian vitamin B6 dari kecemasan sedang menjadi kecemasan ringan.

DAFTAR RUJUKAN

1. Ali, Asrori. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara.

2. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia.

3. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

4. Andrews, G. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.

5. Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.

6. Budianto, Agus. 2004. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Pres.

7. Deswita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

10.Karmila, Mayalisya. 2011. Kecemasan dan Dampak dari Perilaku Seksual Pra nikah pada Mahasiswa. FPS UNS.

11.Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

12.Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

13.Olivia, Ferni. 2004. Seluk Beluk Food Suplement. Jakarta : Gramedia.

14.Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta : Ar-ruzz media. 15.Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu

Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

16.Ramaiah, Savitri. 2006. Penyebab Gejala dan Cara Menanggulangi Premenstruasi Syndrome. Jakarta: Ilmu Populer.

17.Romauli, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

(8)

19.Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi. Yogjakarta: Nuha Medica.

20.Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 21.Sudjiwanati. 2012. Penanganan Stress,

Kecemasan dan Depresi pada Kasus Klinis. Malang : Citra Malang.

22.Suhardjo. 2010. Defisiensi Vitamin dan Mineral. Bogor: PAU-IPB.

23.Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

24.Sofyan, Musttika. 2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP-IBI. 25.Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. 26.Wahyuni. 2010. Hubungan Tingkat

Kecemasan dengan Sindroma Pramenstruasi pada Siswi SMP. STIKES Aisyiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi tepung ampas tebu, suhu dan waktu hidrolisis terhadap % yield glukosa dan perolehan kadar glukosa dari

yang lebih tinggi dari pada nilai rata- rata pada model pembelajaran EXCLUSIVE berbasis verifikasi, sehingga dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan model pembelajaran

Belajar Mengajar (KBM) pada Program Studi Teknik Listrik, Teknik Elektronika dan Teknik lnformatika Jurusan.. Teknik Elektro, Semester Genap Tahun Akademik 241212013

Tujuan dari kebijakan ini adalah memastikan penggunaan yang tepat dari email perusahaan dan membuat karyawan menyadari apa yang dilakukan sudah baik dan diterima

Secara tidak langsung mereka akan dikenali oleh pemohon-pemohon dan pengurus-pengurus di jabatan-jabatan lain yang perlu mengetahui tentang pengurusan sumber manusia (Mohd Fauzi

Isi dengan 1 butir telur kocok, daging giling, orak arik telur, irisan daun bawang, garam dan merica, aduk hingga rata.. Panaskan minyak di wajan yang agak ceper dan besar,

担负响 危机 任的地方 府部门 领导人和机构认

The structure of QMBB tree spatial index can only store ID number of 3D point as information pointer of real point coordinates and intensity, and point coordinate data stores