• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: PrinsipPrinsip Pengaturan tentang Pencegahan dan Kebakaran Hutan T1 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: PrinsipPrinsip Pengaturan tentang Pencegahan dan Kebakaran Hutan T1 BAB III"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bab III

PEMBAHASAN

1.

Analisis

Dalam undang-undang yang sudah di sebutkan pada bab 2 tulisan ini

terbagi menjadi beberapa undang yang di mulai dengan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada Pasal 47 menjelaskan tentang

maksud dari perlindungan dan kawasan hutan dan usaha-usaha apa saja yang

di lakukan untuk melakuakn perlindungan hutan dan kawasaan hutan. Pada

Pasal 49 mengatur tentang tanggung jawab bagi para pemegang hak atau izin

bila terjadi kebakaran yang terbakarnya hutan dimana tempat yang terbakar

tersebut merupakan areal tempat seseorang tersebut bekerja. Selanjutnya pada

pasal 50 berisi tentang larangan bagi setiap orang untuk tidak merusak saran

dan prasarana dalam perlidunag hutan dan juga berisi larangan-larangan lain

seperti larangan menebang pohon tanpa izin, membakar hutan, membuang

sampah yang dapat meyebabkan kerusakan hutan, dan lain sebagainya yang

dapat merusak hutan.

Pada undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemeberantasan Kerusakan Hutan yang di mulai pasal pada 6 yang berisi

tentang kebijakan pemerintah dalam rangka mencegah perusakan hutan

seperti koordinasi lintas sektor, insentif bagi para pihak yang berjasa dalam

(2)

dan prasarana pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan.Selain itu

juga di harapkan masyarakat dapat ikut sarta dalam pencegahan perusakan

hutan. Selanjutnya pada pasal 7 berisi tentang siapa saja yang ikut serta

dalam pencegahan perusakan hutan yaitu masyarakat, badan hukum, dan

koporasi yang memperoleh izin pemanfaatan hutan. Pada Pasal 8 menjelaskan

tentang pemberantasan kerusakan hutan yang dimana pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah berkewajiban melakukan pemberantasan

perusakan hutan dengan cara menindak secara hukum pelaku perusakan

hutan. Pada Pasal selanjutnya yaitu pasal 9 berisi tentang tahap penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan jika terjadi tindak pidana perusakan

hutan. Pada pasal 10 berisi perkara perusakan hutan harus didahulukan dari

perkara lain, agar dapat di selesaikan secepatnya.

Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang

Perlindungan Hutan yang dimulai dari Pasal 1 ayat (1) berisi tentang

pengertian perlindungan hutan yang berisi usaha untuk mencegah dan

membatasi kerusakan hutan yang di sebabkan oleh manusia dan faktor-faktor

lainnya serta hak-hak atas hutan. Selanjutnya pada Pasal 6 huruf a berisi

tentang prinsip perlindungan hutan yaitu mencegah dan membatasi kerusakan

hutan salah satunya yang di sebabkan oleh kebakaran. Pasal 8 ayat (4) huruf b

berisi tentang bagi siapa pun yang bekerja di areal hutan agar dapat

melindungi areal kerjanya dari kebakaran hutan.Pada Pasal 10 ayat (2) huruf b

(3)

pemadaman dan penanganan dampak kebakaran. Selanjutnya pada Pasal 18

adalah penyebab-penyebab apa saja yang dapat mengakibatkan kerusakan

hutan seperti perbuatan manusia dan daya-daya alam, perbuatan yang dapat

dilakukan oleh manusia itu sendiri adalah melakuakan pembakaran hutan

tanpa izin dan membuang benda-benda yang dapat meyebabkan kebakaran.

Sedangkan yang di sebabkan oleh alam adalah petir, genung berapi, atau

gempa.Pada pasal 19 berisi larangan pembakaran hutan, akan tetapi

pembakaran hutan dilarang apabila terjadi hal-hal yang tidak dapat dielakan

seperti serangan oleh hama dan hal tersebut harus mendapat izin sebelumnya.

Pada pasal 20 berisi tentang kegiatan pengendalian kerusakan hutan yang

meliputi pencegahan, pemadaman, dan penanganan pasca kebakaran, serta

dilakukan pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan unit atau

kesatuan pengelolaan hutan. Pada Pasal 21 menjelaskan tentang program

tentang pengendalian kebakaran hutan baik dari tingkat nasional yang di

tetapkan oleh Menteri, provinsi yang di tetpkan oleh Gubernur,

kabupaten/kota yang di tetapkan oleh Bupati/Walikota, dan kesatuan

pengelolaan hutan yang di tetpkan oleh kepala kesatuan pengelolaan

hutan.Pada pasal 22 berisi tentang lembaga yang di betuk oleh pemerintah

untuk mengendaliakn kebakaran hutan dan bertugas untuk menyusun dan

melaksanakan program pengendalian kebakaran hutan.Pada Pasal 23 berisi

tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian kerusakan

hutan baik dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, maupun tingkat

(4)

Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan, Pemilik Hutan Hak dan

atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, berkewajiban melakukan rangkaian

tindakan pemadaman yang bekerja sama dengan Menteri, Gubernur, dan

Bupati/Walikota.Pada Pasal 25 koordinasi dan tata hubungan pemadaman

kebakaran hutan yang terdapat dalam Pasal 24 di atur dalam Keputusan

Menteri. Selanjutnya pada Pasal 26 berisi tentang kewajiban bagi setiap orang

untuk melaporkan kejadian kebakaran hutan kepada pihak-pihak yang

berwenang seperti Kepala Desa setempat, petugas Kehutanan, Kepala

Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang

Izin Penggunaan Kawasan Hutan atau Pemilik Hutan Hak juga membatu

dalam pemadaman kebakaran hutan. Pada Pasal 27 berisi tentang penangan

pasca kebakaran hutan yang kegiatannya meliputi identifiasi dan evaluasi,

rehabilitasi, serta penegakan hukumnya. Selanjutnya pada Pasal 28 berisi

tentang kegitan identifikasi dan evaluasi yang di lakukan oleh Kepala

Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang

Izin Penggunaan Kawasan Hutan, atau Pemilik Hutan Hak. Serta pada pasal

29 Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan, Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan,

Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan, atau Pemilik Hutan Hak

melakukan kegiatan rehabilitasi. Pada pasal 30 berisi tentang para pemegang

izin Pemanfaatan Hutan, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hutan atau

Pemilik Hutan Hak yang bertanggung jawab bila terjadi kebakaran di areal

kerjanya baik itu bertanggung jawab dalam pidana, perdata, membayar ganti

(5)

hukum terhadap tindak pidana kebakaran hutan dilaksanakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangn yang berlaku.

Selanjutnya Peraturan Menteri Linkungan Hidup dan Kehutanan

Nomor P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran

Hutan yang terdapat pada Pasal 5 berisi tentang pendirian organisasi

Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Darkathutla) dengan tujuan

terjaminnya efektifitas dan efisiensi jangkauan pengendalian kebakaran hutan

dan lahan. Selanjutnya pada pasal 65 terdiri atas kegiatan-kegiatan apa saja

yang dilakukan oleh Dalkarhutla yang dimulai dari perencanaan,

penyelenggaraan pencegahan, penyelenggaraan pencegahan, penyelenggaraan

penanggulangan, penyelenggraan penanganan pasca kebakaran, koordinasi

kerja, dan stasus kesiagaan. Selanjutnya pada Pasal 69 menjelaskan tentang

kegiatan apa saja yang ada didalam penyelanggaraan pencegahan kebakaran

hutan dan lahan yang mencangkup pemberdayaan masyarakat,

penyadartahuan, pengurangan resiko karhutla, kesiapsiagaan, pelaksanaan

peringatan dini dan patroli pencegahan. Pada Pasal 71 yang menjelaskan

tentang Penyelenggaraan penanggulangan karhutla dimulai dari jenisnya,

kegiatan penyelenggaraan karhutla dan evakuasi bagi korban.Selanjutnya

Pasal 73 menjelaskan tentang penyelenggaraan penanganan pasca karhutla

seperti kegiatannya yang harus di lakukan dalam menangani pasca kebakaran

hutan dimulai dari pengawasan areal bekas terbakar, inventarisasi luas

(6)

Selanjutnya adalah Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah

Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan

yang dimulai dari Pasal 3 yang berisi tentang kewajiban setiap orang untuk

ikut serta dalam mencegah pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan

dengan kebakaran hutan. Pada Pasal 4 dijelaskan bahwa setiap pelaku usaha

yang usahanya bisa menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan

yang dapat menimbulkan kebakaran hutan wajib mencegah agar kebakaran

hutan tersebut tidak terjadi.Selanjutnya pada Pasal 5 ayat (1) berisi tentang

kewajiban bagi setiap pelaku usaha untuk memiliki saran dan prasarana yang

memadai untuk mencagah terjadinya kebakaran hutan.Pada Pasal 6 berisi

tentang kewajiban bagi pelaku usaha untuk melakuakan pemantauan di lokasi

usahanya sekurang-kurangnya 6 bulan sekali secara berkala untuk mencegah

terjadinya kebakaran, yang dilaporkan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota.Pada Pasal 7 berisi kewajiban bagi setiap orang

menanggulangi kebakaran hutan di areal kerjanya.Selanjutnya pada Pasal 8

setiap pelaku usaha bertanggung jawab menanggulangi kebakaran hutan yang

terjadi di lokasi usahanya miliknya bila terjadi kebakaran hutan.

Selanjutnya Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor

7 tahun 2003 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran di

Kabupaten Kotawaringin Timur yang terdapat pada Pasal 44 yang berisi

setiap orang berkewajiban untuk menanggulangi kebakaran hutan di area

(7)

pemerintah berkewajiban penuh untuk menanggulangi kebakaran hutan dan

lahan baik yang terjadi disengaja atau tidak disengaja oleh pihak manapun.

Selanjutnya pada Pasal 47 berisi bupati dapat membentuk atau menunjuk

instansi yang berwenang di bidang penegndalian kebakaran hutan dan atau

lahan didaerah dan melakuakan inventarisasi terhadap usaha dan atau kegiatan

yang potensi menimbulkan kerusakan dan atau pencematran lingkungan

hidup. Pada Pasal 48 berisi perusahaan yang perkebunan yang pembakaran

hutan/lahan terencana yang mengakibatkan terbakarnya areal hutan diluar

lokasi miliknya wajib melakukan pemulihan seperti penanaman/pemeliharaan

tanaman bernilai ekonomis dan atau membayar ganti rugi.

Dalam undang-undang sudah di jelaskan terdapat beberapa pasal yang

memiliki maksud yang sama antara lain terdapat dalam Pasal 49

Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 6 huruf a dan Pasal 8

ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan

Hutan, Pasal 4, pasal 7, dan Pasal 8,Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan

Tengah Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan

dan/atau Lahan, dan Pasal 44 Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin

Timur Nomor 7 tahun 2003 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya

Kebakaran di Kabupaten Kotawaringin Timur yang berisi tentang kewajiban

untuk bertanggung jawab bagi setiap pemegang hak atau izin bila terjadi

(8)

Selanjutnya adalah Pasal 10 ayat (2) huruf b dan pasal 20 Peraturan

Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan dan Pasal 65

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan

yang sama-sama membahas tentang kegiatan perlindungan hutan yang

meliputi pencegahan, pemadaman dan penanganan dampak kebakaran.

Pada Pasal 50 Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan, Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004

tentang Perlindungan Hutan yang berisi apa larangan untuk menghindari

terjadinya kebakaran hutan.

Pada Pasal 7 undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang

Pencegahan dan Pemeberantasan Kerusakan Hutan dan Pasal 3 Peraturan

Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 5 Tahun 2003 tentang

Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan sama-sama mengatur tentang

setiap orang baik itu masyarakat, badan hukum, dan koporasi yang

memperoleh izin pemanfaatan hutan wajib mencegah terjadinya kebakaran

hutan.

Pada Pasal 6 Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 5

Tahun 2003 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan dan Pasal

47 Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 7 tahun 2003

(9)

Kotawaringin Timur sama-sama mengatur tentang setiap pelaku usaha harus

melakukan pemantauan di areal kerjanya agar tidak terjadi kebakaran hutan.

2.

Prinsip-Prinsip

Dari pasal-pasal yang di dapat dari Undang-undang, Peraturan Pemerintah,

Peraturan Menteri, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah

Kabupaten, terdapat prinsip-prinsip yang terdapat didalamnya yang terbagi

menjadi 2, yaitu

Prinsip Umum :

1. Tanggung jawab pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan

terutama menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

Yang terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-undang Nomor 18 Tahun

2013 tentang Pencegahan dan Pemeberantasan Kerusakan Hutan yang

berbunyi “Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan

pemberantasan perusakan hutan.”

2. Pihak diluar pemerintah yang juga memikul tanggung jawab mencegah

kebakaran hutan adalah pemegang izin dan masyarakat pada umumnya.

Seperti yang terdapat dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 18 Tahun

2013 tentang Pencegahan dan Pemeberantasan Kerusakan Hutan yang

berbunyi Pencegahan perusakan hutan dilakukan oleh masyarakat, badan

(10)

3. Penanganan kebakaran hutan dilakukan melalui pendakatan preventif dan

reperesif. Seperti yang terdapat dalam Pasal 65 huruf a, huruf b, huruf c,

dan huruf d Peraturan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor

P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran

Hutan yang berisi kegitan pengendalian kebekaran hutan dan lahan terdiri

dari kegiatan preventif perencanaan, penyelenggaraan pencegahan,

penyelenggaraan penanggulangan dan represif penyelenggaraan

penanganan pasca kebakaran.

4. Ketentuan-ketentuan pidana di jadikan instrumen untuk mencegah dan

memberantas kebakaran hutan. Sepert yang terdapat dalam Pasal 9

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan

Pemeberantasan Kerusakan Hutan yang berbunyi Penyelidikan,

penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dalam

perkara tindak pidana perusakan hutan dilakukan berdasarkan hukum

acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang

ini.

Prinsip Khusus :

1. Pengendalian kebekaran hutan dilakukan pada 4 tingkatan yaitu :

a. Tingkat pusat

b. Tingkat provinsi

c. Tingkat kabupaten/kota

(11)

Seperti yang terdapat dalam Pasal 21 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan

huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang

Perlindungan Hutan yang berisi kegiatan penegndalian kebakaran hutan

dilakukan pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan unit atau

kesatuan pengelolaan hutan.

2. Penanggulangan kebakaran hutan di lakukan secara lintas sektor. Sepert

pada Pasal 22 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004

tentang Perlindungan Hutan yang berisi Dalam pelaksanaan pengendalian

kebakaran hutan, Pemerintah membentuk lembaga pengendalian

kebakaran hutan pada tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan unit

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah peraturan hukum terhadap TKI di Provinsi Lampung diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia

6.3.3 Seseorang peserta yang menarik diri daripada mana-mana acara atas nasihat Pegawai Perubatan hanya boleh mengambil bahagian seterusnya dalam semua acara yang didaftarkan

Mendiskripsikan model pembelajaran perolehan konsep yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-B MTs Al- ma’arif Tulungagung pada pelajaran matematika materi

* SKOR 1 BAGI TAHU MELAKUKAN, SKOR 2 UNTUK TAHU MELAKUKAN DENGAN TEKNIK YANG BETUL DAN 3 TAHU, DAPAT MELAKUKAN AKTIVITI DENGAN TEKNIK YANG BETUL DAN SELAMAT.. BIL

Hal tersebut dapat dibuktikan dari analisis data dengan menggunakan SPSS 16,0 yang menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara berpikir positif siswa pada matematika

Melonggarkan otot bahu.Gunakan seutas getah, pegang kedua hujungnya, angkat sebelah tangan melepasi kepala dan sebelah lagi separas dengan bahu.. Angkat kedua

Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana Membujuk Anak Melakukan Persetubuhan dalam Putusan Nomor 57/ PID.SUS/ 2015/ PN.Sdn

Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan meliputi literatur, peraturan perundang-undangan,dan lain-lain.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, Pusat