• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Sosial Remaja di SMK Bistek Palembang"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua

2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh merupakan suatu proses mendidik, membimbing, dan

mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan

norma dalam masyarakat (Santrock, 2007). Kemudian, Gunarsa (2007)

menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah sikap dan cara orang tua dalam

mempersiapkan anggota keluarga yang lebih muda termasuk anak supaya dapat

mengambil keputusan sendiri dan bertindak sendiri sehingga mengalami

perubahan dari keadaan bergantung kepada orang tua menjadi berdiri sendiri dan

bertanggung jawab sendiri.Jadi yang dimaksud dengan pola asuh orang tua adalah

pola yang diberikan orang tua dalam mendidik atau mengasuh anak baik secara

langsung maupun tidak secara langsung.

2.1.2 Tipe Pola Asuh Orang Tua

Terdapat beberapa pendapat mengenai tipe pola asuh orang tua diantaranya

adalah tipe pola asuh menurut Wong (2008). Wong berpendapat bahwa ada tiga

tipe pola asuh orang tua, yaitu :

Pertama adalah pola asuh otoriter (Diktator).Pada pola asuh ini, orang tua

mencoba untuk mengontrol perilaku diktator dan sikap anak melalui perintah yang

tidak boleh dibantah.Orangtua menetapkan aturan dan regulasi atau standar

(2)

Mereka menilai dan memberi penghargaan atas kepatuhan absolut, sikap

mematuhi kata-kata mereka dan menghormati prinsip serta kepercayaan keluarga

tanpa kegagalan.Orang tua menghukum secara paksa setiap perilaku yang

berlawanan dengan standar orang tua.

Hukuman tidak selalu berupa hukuman fisik tetapi mungkin berupa

penarikan diri pada anak yang mengakibatkan perilaku cenderung untuk menjadi

sensitif, pemalu, tidak percaya diri, menyadari diri sendiri, cepat lelah dan

tunduk.Mereka cenderung menjadi sopan, setia, jujur dan dapat diandalkan tetapi

mudah dikontrol.Perilaku-perilaku ini lebih khas terlihat ketika penggunaan

kekuasaan diktator orang tua disertai dengan supervisi ketat dan tingkat kasih

sayang yang masuk akal.Jika tidak, penggunaan penggunaan kekuasaan diktator

lebih cenderung untuk dihubungkan dengan perilaku menentang dan antisosial.

Kedua adalah pola asuh permisif (Laissez–Faire). Pada pola asuh ini, orang

tua memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak

mereka. Orang tua yang bermaksud baik ini bingung antara sikap permisif dan

pemberian izin.Mereka menghindari untuk memaksa standar perilaku mereka

dengan mengizinkan anak mereka untuk mengatur aktifitas sendiri sebanyak

mungkin.Orang tua menganggap diri mereka sendiri sebagai sumber untuk anak

bukan merupakan model peran.Tetapi jika peraturan memang ada, orangtua

menjelasakan alasan yang mendasarinya, mendukung pendapat anak dan

(3)

Mereka memberlakukan kebebasan dalam bertindak, disiplin yang inkonsisten,

tidak menetapkan batasan-batasan yang masuk akal, dan tidak mencegah anak

merusak rutinitas di rumah.Orang tua jarang menghukum anak karena sebagian

besar perilaku dianggap dapat diterima.Anak-anak dari orang tua yang permisif

sering kali tidak mematuhi, tidak menghormati, kurang percaya diri, tidak

bertanggung jawab dan secara umum tidak mematuhi kekuasaan.

Ketiga adalah pola asuh demokratis (Otoritatif). Orang tua

mengkombinasikan praktik mengasuh anak dari dua gaya yang ekstrem. Mereka

mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan secara

negatif menguatkan penyimpangan.Mereka menghormati individualitas dari setiap

anak dan mengizinkan mereka untuk menyuarakan keberatannya terhadap standar

atau peraturan keluarga.Kontrol orang tua kuat dan konsisten tetapi disertai

dengan dukungan, pengertian, dan keamanan.Kontrol difokuskan pada masalah,

tidak ada penarikan rasa cinta atau takut pada hukuman.Orang tua membantu

pengarahan diri pribadi, yaitu suatu kesadaran mengatur perilaku berdasarkan

perasaan bersalah atau malu untuk melakukan hal yang salah, bukan karena takut

tertangkap atau takut dihukum.

Tipe mengasuh anak yang paling berhasil dalam metode otoritatif dimana

orang tua tidak membuat batasan yang kaku dan memaksa tetapi tetap

mempertahankan kontrol yang kuat terutama pada area ketidaksepakatan orang

tua dan anak. Orang tua juga mendengarkan apa yang dipikirkan oleh anak dan

(4)

Kemudian, tipe pola asuh menurut Surbakti tahun 2009 diantaranya adalah

sebagai berikut :

Pertama, pola asuh overprotected. Pola asuh overprotected, yaitu bentuk

pola asuh yang menonjolkan perlindungan yang berlebihan. Munculnya sikap atau

tindakan yang berlebihan karena perasaan khawatir yang terlalu berlebihan dari

orang tua disertai keinginan untuk memberikan perlakuan dan perlindungan

terbaik bagi anak remajanya. Banyak orang tua yang kurang menyadari bahwa

remaja dibesarkan dalam pola asuh overprotectedakan memiliki mentalitas yang

lemah bila dihadapkan dengan berbagai tantangan, menjadi peragu, kurang

memiliki insiatif, memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi, cenderung mudah

cemas dan penakut, tidak berani menghadapi kenyataan, kurang memiliki rasa

percaya diri, cenderung selalu merasa terancam dan menghindari tanggung jawab

serta kemampuan berinteraksi rendah.

Lalu, yang kedua adalah pola asuh otoritarian.Pola asuh otoritarian, yaitu

pola asuh yang menekankan kekuasaan tanpa kompromi sehingga sering kali

menimbulkan korban sia-sia.Bagi orang tua yang menganut pola asuh otoritarian

dimana segala sesuatu berdasarkan instruksi dari orang tua.Ini dilakukan

semata-mata untuk menghentikan argumentasi, untuk membungkam sikap kritis, ingin

menegakan wibawa dan kehormatan sebagai orangtua serta keinginan memaksa

kehendak.Hasil penerapan pola asuh otoritarian menyebabkan anak remaja

mengalami tertekan secara psikis dan fisik, kehilangan dorongan semangat juang,

mudah putus asa, mengalami luka batin, sering menyalahkan keadaan, cenderung

(5)

Dan pola asuh yang terakhir menurut Surbakti adalah pola asuh

permisif.Pola asuh permisif, yaitu suatu pola asuh yang paling banyak diterapkan

oleh keluarga.Alasan yang paling sering dikemukakan orang tua adalah kurangnya

waktu untuk mengawasi anak-anak remaja mereka karena kesibukan sehari-hari

dengan berbagai alasan.Dampak pada anak remaja, yaitu anak remaja berkembang

dengan kepribadian dan emosional yang kacau.

Kemudian, terdapat juga pola asuh campuran, dimana orang tua tidak

konsisten dalam mengasuh anak mereka.Orang tua menerapkan pola asuh antara

tipe demokratis, otoriter, dan permisif. Pada pola asuh campuran, orang tua tidak

selamanya memberikan alternatif seperti halnya pola asuh demokratis, akan tetapi

juga tidak selamanya melarang seperti halnya orang tua yang menerapkan pola

asuh otoriter dan juga tidak secara terus menerus membiarkan anak seperti pada

penerapan pola asuh permisif. Pada pola asuh campuran, orang tua memberikan

larangan jika tindakan anak menurut orang tua membahayakan.Lalu, membiarkan

anak, jika tindakan anak masih dalam batas wajar dan memberikan alternatif jika

anak paham tentang alternatif yang ditawarkan.Anak yang diasuh orang tua

dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang tidak

mempunyai pendirian tetap karena orang tua yang tidak konsisten dalam

(6)

Dari berbagai macam pola asuh yang dikemukakan di atas, penulis hanya akan

mengemukakan empat macam saja, yaitu pola asuh otoriter, demokratis, permisif

dan campuran.Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pembahasan menjadi

lebih terfokus dan jelas.

2.2 Konsep Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Santrock (2007) mendefinisikan remaja sebagai periode transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan

perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja

dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun dan berakhir pada sekitar usia 18 hingga

22 tahun. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak

menuju masa dewasa.Pada masa ini, individu mengalami berbagai perubahan,

baik fisik maupun psikis.Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik,

dimana tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa

yang disertai pula dengan berkembangnya kapasitas reproduktif.

Selain itu, remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir

abstrak seperti orang dewasa.Pada periode ini pula remaja mulai melepaskan diri

secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang

(7)

2.2.2 Kategori Remaja

Menurut Wong (2008), masa remaja dibagi atas 3 masa, yaitu remaja awal

(usia 11-14 tahun), masa remaja pertengahan (15-17 tahun), masa remaja akhir

(18-20 tahun). Sedangkan menurut Konopka (1973 dalam Agustiani, 2006)

membagi masa remaja menjadi tiga bagian, meliputi :

Pertama adalah masa remaja awal (12-15 tahun).Pada masa ini, individu

mulai meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri

sebagai individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.Fokus dari tahap

ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas

yang kuat dengan teman sebaya.Kedua, yaitu masa remaja pertengahan (15-18

tahun).Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang

baru.Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah

lebih mampu mengarahkan diri sendiri (self-directed).Pada masa ini, remaja mulai

mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas,

dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional

yang ingin dicapai.Selain itu, penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi

individu.

Ketiga, yaitu masa remaja akhir (19-22 tahun).Masa ini ditandai oleh

persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa.Selama periode ini,

remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of

personal identity.Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam

(8)

2.2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock (2007), ada delapan ciri yang melekat pada masa remaja,

yaitu sebagai berikut:

1. Periode yang Penting

Dikatakan periode yang penting karena akibatnya yang langsung terhadap

sikap dan perilaku, akibat jangka panjang, serta akibat fisik dan psikologis.Hal ini

disebabkan perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental, terutama pada masa remaja.Semua perkembangan itu

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai,

dan minat baru.

2. Periode Peralihan

Dimaksudkan sebagai sebuah perilaku dari satu tahap perkembangan ke

tahap berikutnya, dan apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada

apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.

3. Masa Perubahan

Selama masa remaja, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat

seiring dengan perubahan fisik yang terjadi. Ada lima perubahan yang bersifat

universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya tergantung pada

tingkat perubahan fisik dan psikologis.Kedua, yaitu perubahan tubuh, minat dan

peran yang diharapkan oleh kelompok sosial.Ketiga, dengan berubahnya minat

dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah dan segala sesuatu yang dianggap

(9)

Keempat, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap

perubahan.Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi takut

bertanggung jawab karena ragu terhadap kemampuannya.

4. Usia bermasalah

Masalah masa remaja sering sulit diatasi, baik oleh pria maupun wanita.Hal

ini disebabkan sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak sering diselesaikan

oleh orang tua atau guru sehingga pada umumnya remaja tidak berpengalaman

dalam mengatasi masalah.Selain itu, hal ini disebabkan pula remaja merasa

dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak

bantuan orang tua atau guru.

5. Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Erikson menyatakan bahwa identitas diri yang dicari remaja bertujuan untuk

menjelaskan dirinya, peranannya dalam masyarakat, sebagai anak atau orang

dewasa, kemampuan percaya diri, sekalipun laar belakang ras, agama ataupun

nasionalnya.Pencarian identitas ini memengaruhi perilaku remaja. Salah satu cara

untuk menguatkan identitasnya ini adalah menggunakan symbol status dalam

bentuk motor, mobil, pakaian, dan pemilihan barang-barang lain yang mudah

terlihat, dengan kata lain untuk menarik perhatian.

6. Usia yang mudah menimbulkan ketakutan

Ketakutan ini berkaitan dengan stereotipe budaya masyarakat yang

beranggapan bahwa remaja adalah kelompok yang tidak dapat dipercaya,

(10)

Kemudian, sulit diatur sehingga perlu pengawasan ekstra dari orang

dewasa.Stereotipe ini juga memengaruhi konsep diri dan sikapnya terhadap

dirinya sendiri dan lingkungannya.

7. Masa remaja merupakan masa yang tidak realistis

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah

jambu.Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana adanya, terlebih

dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya

sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan

meningkatnya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak

realistis cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan

kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil

mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja merupakan ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan

bertindak seperti orang dewasa ternyata belum lah cukup.Oleh karena itu, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa,

yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat

dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan

(11)

2.2.4 Tugas Perkembangan Masa Remaja

Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu

yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu, dan ini

sering disebut tugas perkembangan. Pada usia remaja, terdapat pula

tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Menurut Hurlock

(2007), ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan

sebaik-baiknya, yaitu :

Pertama, mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya,

baik pria mapun wanita.Pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan

teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah, apalagi mengembangkan hubungan

yang baru dengan lawan jenis.Hal ini dikarenakan adanya pertentangan dengan

lawan jenis yang terjadi selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber. Dengan

demikian, hubungan baru dengan lawan jenis harus mulai dari nol dengan tujuan

mengetahui hal ihwal lawan jenis dan cara bergaul dengan mereka.

Lalu, hakikat tujuan tugasnya, yaitu belajar melihat kenyataan anak wanita

sebagai wanita dan anak pria sebagai pria, berkembang menjadi orang dewasa

diantara orang dewasa lainnya, belajar bekerja sama dengan orang lain untuk

mencapai tujuan bersama, belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya.

Kemudian, tingkat pencapaian tugas perkembangan dimana tingkat pencapaian

tugas perkembangan ini dibagi pada tiga kategori, meliputi :

1. Tingkat pencapaian tinggi dicirikan dengan hal-hal, seperti memiliki dua

(12)

Lalu, memahami serta dapat melakukan keterampilan sosial dalam bergaul dengan

teman sebaya, meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya,

bekerja sama, memahami pandangan teman sebaya, dan sebagainya.

2. Tingkat pencapaian sedang dengan ciri-ciri, yaitu memiliki satu orang

teman dekat, memiliki kemampuan sosial yang sedang, kadang-kadang mau

menghadiri acara dengan teman lawan jenis, merasa tidak percaya diri, apabila

berada dalam kelompok yang beragam, mempunyai peran yang netral dalam

kegiatan kelompok.

3. Tingkat pencapaian rendah dengan ciri-ciri, yaitu tidak memiliki teman

akrab, tidak pernah diundang untuk menghadiri acara kelompok, sering

dikambinghitamkan oleh kelompok sebaya, sering balas dendam dengan sikap

bermusuhan, berperilaku menyimpang dalam penyesuaian sosial, malu bergaul

dengan lawan jenis.

Kedua, mencapai peran sosial pria dan wanita.Adapun hakikat tugas

perkembangan remaja ini, yaitu mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis

kelaminnya, menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa

yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.Peranan sosial pria dan wanita

berbeda.Remaja putra menerima peranan sebagai seorang pria dan remaja putri

menerima peranan sebagai seorang wanita.Remaja putri kadang-kadang

cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karier dan ingin bebas

(13)

Kemudian, tingkat pencapaian tugas perkembangan dimana tingkat pencapaian

tugas perkembangan ini dikategorikan pada tiga kategori, yaitu :

1. Tingkat pencapaian tinggi dengan ciri-ciri, seperti remaja pria

menyenangi acara-acara yang diadakan kelompok yang dihadiri oleh wanita dan

pria, menyenangi lawan jenis, memelihara diri secara baik, aktif dalam

berolahraga, dan mempunyai minta untuk mempersiapkan diri dalam pekerjaan

yang sesuai dengan jenis kelaminnya, remaja wanita bersifat feminin dalam

penampilan dan berpakaian, menunjukkan sifat menerima pernikahan dan peran

sebagai istri/ibu, dan menunjukkan minat dan sikap senangnya untuk memelihara

bayi.

2. Tingkat pencapaian sedang dengan ciri-ciri, yaitu remaja pria kurang

mempunyai perhatian terhadap remaja wanita, mempunyai perhatian untuk

menghadiri acara dalam kelompok yang beragam jenis kelaminnya, dan

menampilkan ciri-ciri maskulinitas, tetap masih ragu, takut atau menolak perilaku

heteroseksualnya, remaja wanita berpenampilan feminin, tetapi kurang

menunjukkan minat untuk menikah dan menjadi ibu rumah tangga, hanya

menyenangi olahraga yang ringan dan kurang perhatian untuk memelihara diri.

3. Tingkat pencapaian rendah dengan ciri-ciri, seperti remaja pria tidak

matang fisiknya, tidak mempunyai interest terhadap remaja wanita, tidak

menyenangi olahraga, tubuh atau penampilannya kurang maskulin, dan perhatian

untuk memelihara dirinya seperti 3 atau 4 tahun di bawahnya, remaja wanita tidak

(14)

Ketiga, menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara

efektif.Adapun hakikat tugas perkembangan remaja, yaitu menjadi bangga atau

sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan

melindungi, serta menggunakannya secara efektif. Kemudian, tingkat pencapaian

tugas perkembangan dikategorikan pada tiga kategori tingkatan, yaitu :

1. Tingkat pencapaian tinggi dengan ciri-ciri, yaitu mengarahkan diri dan

memelihara kesehatan secara rutin, memiliki keterampilan dalam berolahraga,

mempersepsikan tubuh dan jenis kelaminnya secara tepat, memiliki pengetahuan

tentang reproduksi, menerima penampilan fisiknya secara feminin (wanita) dan

maskulin (pria).

2. Tingkat pencapaian sedang dengan ciri-ciri, yaitu mengarahkan diri

dalam memelihara kesehatan, namun tidak dalam waktu lama, memiliki persepsi

yang sedang terhadap tubuh manusia dan keragaman seksual, kadang-kadang

bersikap menolak terhadap tubuhnya atau jenis kelaminnya, memiliki

pengetahuan tentang reproduksi, namun memiliki rasa takut yang tidak rasional

tentang hal itu (bagi wanita), memiliki sedikit keterampilan untuk memelihara

rumah.

3. Tingkat pencapaian rendah dengan ciri-ciri, yaitu kurang memiliki

kebiasaan untuk memelihara kesehatan, tidak dapat mengendalikan diri, memiliki

distorsi persepsi tentang tubuhya dan keragaman seks, menampakkan

ketidaksenangan terhadap tubuhnya, merasa cemas tentang kematangannya atau

(15)

Kemudian, tidak memiliki pengetahuan yang tepat tentang reproduksi,

menyatakan kesenangannya untuk bersikap seperti lawan jenis.

Keempat, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang

dewasa lainnya.Adapun hakikat tugas perkembangan remaja, yaitu membebaskan

sifat kekanak-kanakan yang selalu menggatungkan diri kepada orang tua dan

mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa menggantungkan diri

padanya. Kemudian, tingkat pencapaian tugas perkembangan dikategorikan pada

tiga kategori, yaitu :

1. Tingkat pencapaian tinggi dengan ciri-ciri, yaitu memiliki tujuan hidup

yang realistik, mampu mengembangkan persepsi yang positif terhadap orang lain

dan mencoba berintegrasi dengan keluarga sendiri secara mandiri,

mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan dan mempertahakankan

pendapatnya sendiri, mampu membangun hubungan dengan beberapa orang

dewasa muda dalam masyarakat dan ikut berpartisipasi dengan orang dewasa

dalam kegiatan masyarakat, berani bepergian sendiri dan dapat memilih dan

membeli pakaian sendiri, melakukan sejumlah kegiatan tertentu yang

disenanginya tanpa meminta persetujuan dari guru atau orang tua. Dengan kata

lain, hanya meminta nasihat orang tua pada saat mengalami masalah yang rumit,

mampu menghadapi kegagalan dengan sikap rasional, menerima konsekuensi dari

kesalahan tanpa mengeluh.

2. Tingkat pencapaian sedang dengan ciri-ciri, yaitu ego idealnya

(16)

kanakan.Kemudian, memerlukan dorongan orang dewasa pada saat mengerjakan

tugas baru, menolak terhadap perintah/keinginan orang tua dalam berpakaian,

menggunakan waktu senggang, serta memilih teman dan menggunakan uang.

3. Tingkat pencapaian rendah dengan ciri-ciri, yaitu ego idealnya sangat

ditentukan oleh orang tua, menghabiskan banyak waktu senggangnya bersama

orang tua, menerima otoritas orang tua atau orang dewasa lainnya untuk

menyusun kegiatan, ingin ditemani keluarga apabila pergi keluar jauh dari rumah,

selalu mencari dukungan dari orang tua dalam menghadapi masalah, tidak mampu

menggunakan pikirannya untuk hal-hal yang penting bagi dirinya, mengalami

kesulitan dalam bergaul dengan teman sebayanya, mengalami kesulitan dalam

menempuh pernikahan.

Kelima, mencapai jaminan kebebasan ekonomis.Adapun hakikat tugas dari

tujuan perkembangan ini adalah mampu menciptakan kehidupan (mata

pencaharian).Tugas ini sangat penting (mendasar) bagi remaja wanita, tetapi tidak

begitu penting bagi remaja pria.Keenam, memilih dan menyiapkan lapangan

pekerjaan.Adapun hakikat tugas perkembangan remaja, yaitu memilih pekerjaan

yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.

Ketujuh, persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga.Adapun hakikat

tugas perkembangannya adalah mengembangkan sikap yang positif terhadap

kehidupan berkeluarga, khusus untuk remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan

untuk mempunyai anak.Kedelapan, mengembangkan keterampilan intelektual dan

(17)

Adapun hakikat tugas perkembangannya adalah mengembangkan konsep tentang

hukum, politik, ekonomi, dan kemasyarakatan.

Kesembilan, mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang

bertanggung jawab.Adapun hakikat tugas perkembangannya adalah berpartisipasi

sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan masyarakat dan

mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.Kesepuluh,

memperoleh himpunan nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku.

Adapun hakikat tugasnya adalah membentuk himpunan nilai sehingga

memungkinkan remaja mengembangkan dan merealisasikan nilai, mendefinisikan

posisinya dalam hubungannya dengan individu lain, dan memegang gambaran

dunia dan nilai untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.

Dari tugas-tugas tersebut, tampak bahwa secara umum tugas perkembangan

masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga dengan lingkungan sosial yang

dihadapinya (Agustiani, 2006).Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut

perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku remaja tersebut.Oleh karena itu,

hanya sedikit remaja laki-laki dan remaja perempuan yang dapat menguasai

tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja (Marliani, 2016).

2.3 Konsep Perkembangan Sosial Remaja

2.3.1 Pengertian Perkembangan Sosial Remaja

Yusuf (2014 dalam Marliani, 2016) menyatakan bahwa perkembangan

sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau proses

(18)

Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan

berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial (Jahja,

2011).Perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar

manusia berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Dalam

perkembangan sosial, remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik,

baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.

Remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama

dengan dirinya, baik menyangkut interest, sikap, nilai, dan kepribadian (Marliani,

2016).

2.3.2 Perubahan dalam Perilaku Sosial Remaja

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman

sebaya dibanding orang tua.Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih

banyak melakukan kegiatan di luar rumah, seperti kegiatan sekolah,

ekstrakurikuler, dan bermain dengan teman.Dengan demikian, pada masa remaja

peran kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar.Pada diri remaja,

pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat.Walaupun

remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk

menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku

banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.Kelompok teman

sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja

(19)

Selanjutnya menurut Hurlock (2007), perubahan sosial yang terjadi pada

remaja antara lain :

1. Kuatnya pengaruh kelompok teman sebaya

Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan

teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapat lah dimengerti bahwa pengaruh

teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku

lebih besar daripada pengaruh keluarga. Misalnya, sebagian besar remaja

mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan

pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan untuk diterima oleh

kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota kelompok mencoba

minum alkohol, obat-obatan terlarang atau rokok, maka remaja cenderung

mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri sebagai akibatnya.

Hurlock menjelaskan pengaruh teman sebaya pada masa remaja adalah

sebagai berikut :

Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan

panggung di mana remaja dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Disini lah

remaja dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat

memaksakan sanksi-sanksi dunia orang dewasa yang justru ingin dihindari.

Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat

melakukan sosialisasi dalam suasana dimana nilai-nilai yang berlaku bukan lah

(20)

Jadi, di dalam masyarakat sebaya ini lah remaja memperoleh dukungan untuk

memperjuangkan emansipasi dan disitu pula lah remaja dapat menemukan dunia

yang memungkinkannnya bertindak sebagai pemimpin apabila mampu

melakukannya.Selain itu, kelompok sebaya merupakan hiburan utama bagi

anak-anak belasan tahun.Kelompok sebaya terdiri dari anggota-anggota tertentu dari

teman-temannya yang dapat menerimanya dan yang kepadanya remaja

bergantung.

Keremajaan memiliki sifat yang selalu maju, maka kelompok sebaya pun

mulai akan berkurang. Ada dua faktor penyebabnya.Pertama, sebagian besar

remaja ingin menjadi individu yang berdiri di atas kaki sendiri dan ingin dikenal

sebagai individu yang mandiri.Upaya bagi penemuan identitas diri yang tadi

sudah dibahas melemahkan pengaruh kelompok sebaya pada remaja.Faktor kedua

timbul dari akibat pemilihan sahabat.Remaja tidak lagi berminat dalam berbagai

kegiatan besar seperti pada waktu berada pada masa kanak-kanak.

Pada masa remaja, ada kecenderungan untuk mengurangi jumlah teman

meskipun sebagian besar remaja menginginkan menjadi anggota kelompok sosial

yang lebih besar dalam kegiatan-kegiatan sosial.Karena kegiatan sosial kurang

berarti dibandingkan dengan persahabatan pribadi yang lebih erat, maka pengaruh

kelompok sosial yang besar menjadi kurang menonjol dibandingkan pengaruh

teman-teman.

2. Perubahan dalam perilaku sosial

Dari semua perubahan yang terjadi dalam sikap dan perilaku sosial, yang

(21)

Dalam waktu yang singkat, remaja mengadakan perubahan radikal, yaitu dari

tidak menyukai lawan jenis sebagai teman menjadi lebih menyukai teman dari

lawan jenisnya daripada teman sejenis.Berbagai kegiatan sosial, baik kegiatan

dengan sesama jenis atau lawan jenis biasanya mencapai puncaknya selama

tahun-tahun tingkat sekolah menengah atas.

Dengan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam berbagai

kegiatan sosial, maka wawasan sosial pada remaja semakin membaik.Sekarang

remaja dapat menilai teman-temannya dengan lebih baik sehingga penyesuaian

diri dalam situasi sosial bertambah baik dan pertengkaran menjadi

berkurang.Semakin banyak partisipasi sosial, semakin besar kompetensi sosial

remaja, semakin terlihat dalam kemampuan berbicara, olahraga dan permainan

yang populer, serta berperilaku baik dalam berbagai situasi sosial.Dengan

demikian, remaja memiliki kepercayaan diri yang diungkapkan melalui sikap

yang tenang dan seimbang dalam situasi sosial.

Bertambah dan berkurangnya prasangka dan diskriminasi selama masa

remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana remaja itu berada dan oleh

sikap serta perilaku rekan-rekan dan teman-teman baiknya.Remaja sebagai

kelompok, cenderung lebih “pemilih” dalam memilih rekan dan teman-teman baik

dibandingkan ketika masih kanak-kanak. Oleh karena itu, remaja yang latar

belakang sosial, agama, atau sosial ekonominya berbeda dianggap kurang

(22)

Bila menghadapi teman-teman yang dianggap kurang cocok ini, remaja cenderung

tidak mempedulikan dan tidak menyatakan perasaan superioritasnya sebagaimana

dilakukan anak yang lebih besar.

3. Pengelompokan sosial baru

Geng pada masa kanak-kanak berangsur-angsur bubar pada masa puber dan

awal masa remaja ketika minat individu beralih dari kegiatan bermain yang

melelahkan menjadi minat pada kegiatan sosial yang lebih formal dan kurang

melelahkan sehingga terjadi pengelompokan sosial baru.Pengelompokan sosial

anak laki-laki biasanya lebih besar dan tidak terlampau akrab dibandingkan

dengan pengelompokan anak perempuan yang kecil dan terumus lebih pasti.

Pengelompokan sosial yang paling sering terjadi selama masa remaja, yaitu:

a. Teman dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat atau sahabat

karib. Mereka adalah sesama jenis kelamin yang mempunyai minat dan

kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain

meskipun kadang-kadang juga bertengkar.

b. Kelompok kecil

Kelompok kecil ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat.Pada mulanya

terdiri dari teman yang sejenis, tetapi kemudian meliputi teman yang lawan jenis.

c. Kelompok besar

Kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok

(23)

Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat dia berkurang antara

anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara

mereka.

d. Kelompok yang terorganisasi

Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh sekolah

dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang

tidak mempuyai kelompok besar.Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti

itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh

belas tahun.

e. Kelompok Geng

Remaja yang tidak termasuk dalam kelompok besar dan yang merasa tidak

puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok

geng.Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama

mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku

antisosial dengan berlangsungnya masa remaja, terdapat perubahan pada beberapa

pengelompokkan sosial ini.Minat terhadap kelompok yang terorganisasi yang

kegiatannya direncanakan dan diawasi oleh orang dewasa dengan cepat menurun

karena remaja yang dewasa dan merdeka tidak mau diperintah.Hanya kalau

pengendalian kegiatan diserahkan kepada remaja dengan sedikit campur tangan

(24)

Kelompok yang terlalu banyak anggota cenderung bubar pada akhir masa remaja

dan digantikan dengan kelompok-kelompok kecil yang hubungannya tidak

terlampau akrab.Hal ini terutama terdapat pada remaja yang bekerja setelah

menyelesaikan sekolah menengah atas. Di tempat kerja, kelompok berhubungan

dengan orang-orang dari segala usia yang sebagian besar mempunyai teman dan

keluarga sendiri di luar pekerjaan, kecuali jika remaja mempunyai bekas

teman-teman sekolah yang tinggal atau bekerja di dekat tempat kerjanya sehingga masih

dapat berhubungan. Teman-temannya akan terbatas pada beberapa teman sekerja

saja dan kehilangan hubungan dengan kelompok yang cukup besar. Pengaruh dari

geng cenderung meningkat selama masa remaja.Perilaku ini sering diungkapkan

dengan perilaku pelanggaran yang dilakukan anggota-anggota geng.

4. Nilai baru dalam memilih teman

Para remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahannya,

baik di sekolah atau di lingkungan tetangga sebagaimana halnya pada masa

kanak-kanak, dan kegemaran pada kegiatan-kegiatan yang sama tidak lagi

merupakan faktor penting dalam pemilihan teman. Remaja menginginkan teman

yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan

membuatnya merasa aman, dan yang kepadanya ia dapat mempercayakan

masalah-masalah serta membahasa hal-hal yang tidak dibicarakan orang tua atau

pun guru. Para remaja juga tidak lagi hanya menaruh minat pada teman-teman

(25)

Dengan demikian, pada akhir remaja sering kali para remaja lebih menyukai

lawan jenis sebagai teman meskipun tetap masih melanjutkan persahabatan

dengan beberapa teman sejenis.

Bagi sebagian besar remaja, popularitas berarti mempunyai teman

banyak.Semakin remaja bertambah tua, maka jenis teman menjadi lebih penting

daripada jumlah.Namun terlepas dari jenis teman yang “benar”, nilai-nilai remaja

cenderung berubah dari tahun ke tahun, bergantung pada nilai-nilai yang dianut

kelompok dengan siapa mereka mengidentifikasikan diri saat itu.Remaja mengerti

apa yang diharapkan dari teman-temannya, sehingga remaja berkeras untuk

memilih sendiri teman-temannya tanpa campur tangan orang dewasa. Sering kali

hal ini menimbulkan dua akibat yang mengganggu stabilitas persahabatan

remaja.Pertama, karena kurangnya pengalaman terutama dengan lawan jenis,

remaja memilih teman-teman yang kurang sesuai, tidak seperti yang diharapkan

sehingga pertengkaran sering terjadi dan kemudian persahabatan mereka bubar.

Kedua, seperti halnya dalam bidang-bidang kehidupan lainnya, remaja

cenderung tidak realistis dengan standar yang ia tetapkan untuk teman-temannya.

Remaja menjadi kritis bila teman-teman tidak memenuhi standar dan kemudian

berusaha memperbaiki teman-temannya.Biasanya hal ini juga menyebabkan

pertengkaran dan mengakhiri persahabatan. Lambat laun remaja menjadi lebih

realistis terhadap orang lain dan diri sendiri. Dengan demikian, remaja tidak kritis

(26)

5. Nilai baru dalam penerimaaan sosial

Seperti halnya adanya nilai baru mengenai teman-temannya, remaja juga

mempunyai nilai baru dalam menerima atau tidak menerima anggota-anggota

berbagai kelompok sebaya seperti kelompok besar atau geng.

Nilai ini terutama didasarkan pada nilai kelompok sebaya yang digunakan untuk

menilai anggota-anggota kelompok. Remaja segera mengerti bahwa ia dinilai

dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk menilai orang lain.

Tidak ada satu sifat atau pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan

sosial selama masa remaja. Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan

pola perilaku, yaitu sindroma penerimaan yang disenangi remaja dan dapat

menambah gengsi kelompok besar yang diidentifikasinya.

Demikian pula, tidak ada satu sifat atau pola perilaku yang menjauhkan

remaja dari teman-teman sebayanya.Namun ada pengelompokkan sifat sindroma

aliensi yang membuat orang lain tidak menyukainya atau menolaknya. Beberapa

unsur yang umum dari sindroma penerimaan dan sindroma aliensi dalam masa

remaja, yaitu :

Pertama, sindroma peneriman dengan ciri-ciri, yaitu kesan pertama yang

menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menarik perhatian, sikap

yang tenang, dan gembira. Lalu, reputasi sebagai seorang yang sportif dan

menyenangkan, penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman

sebayanya, perilaku sosial yang ditandai oleh kerja sama, tanggung jawab,

(27)

Kemudian, bijaksana dan sopan, matang, terutama dalam hal pengendalian emosi

serta kemauan untuk mengikuti peraturan-peraturan, sifat kepribadian yang

menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti jujur, setia, tidak

mementingkan diri sendiri, status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas

anggota-anggota yang lain dalam kelompok dan hubungan yang baik dengan

anggota-anggota keluarga. Kemudian yang terakhir adalah tempat tinggal yang

dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi

berbagai kegiatan kelompok.

Kedua, sistem aliensi dengan ciri-ciri, seperti kesan pertama yang kurang

baik karena penampilan diri yang kurang menarik atau sikap menjauhkan diri dan

yang mementingkan diri sendiri. Kemudian, terkenal sebagai seorang yang tidak

sportif, penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok, dalam hal daya

tarik fisik atau tentang kerapian, perilaku sosial yang ditandai oleh perilaku

menonjolkan diri, mengganggu, dan menggertak orang lain, senang memerintah,

tidak dapat bekerja sama, dan kurang bijaksana. Lalu, kurang kematangan,

terutama terlihat dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri,

dan kebijaksanaan, sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti

mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah, status sosial

ekonomi berada di bawah status sosial ekonomi kelompok dan hubungan yang

buruk dengan anggota-anggota kelompok keluarga, serta tempat tinggal yang

terpencil dari kelompok atau tidak mampu untuk berpartisispasi dalam kegiatan

(28)

6. Nilai baru dalam memilih pemimpin

Karena remaja merasa bahwa pemimpin kelompok sebaya mewakili mereka

dalam masyarakat, mereka menginginkan pemimpin yang berkepemimpinan

tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh orang lain dan dengan demikian

akan menguntungkan mereka. Terdapat macam-macam kelompok pada masa

remaja, seperti kelompok atletik, sosial, intelektual, agama, kelas atau masyarakat,

dan pemimpin satu kelompok tidak perlu mempunyai kemampuan untuk

memimpin kelompok lain.

Kepemimpinan sekarang merupakan fungsi dari situasi seperti halnya dalam

kehidupan orang dewasa.Remaja mengharapkan pemimpinnya mempunyai

sifat-sifat tertentu karena jika hanya fisik yang baik pada dirinya, tidak membuat

seorang menjadi pemimpin.Hal ini memberikan prestise dan memberikan konsep

diri yang baik. Pemimpin remaja harus mempunyai kesehatan yang baik sehingga

bersemangat dan bergairah untuk melakukan sesuatu, dimana hal ini akan

menentukan mutu inisiatif.

Remaja yang sangat memperhatikan pakaian mengharapkan seorang

pemimpin yang menarik dan rapi. Ciri lain dari pemimpin adalah tingkat

intelegensi sedikit di atas rata-rata, prestasi akademik yang baik dan tingkat

kematangan di atas rata-rata. Pada umumnya, para pemimpin dalam berbagai

kegiatan sosial remaja berasal dari keluarga yang status sosioekonominya lebih

(29)

Keadaan ini tidak hanya memberikan prestise dalam pandangan teman-teman

sebaya, tetapi juga memungkinkan mereka berpakaian lebih baik dan lebih rapi,

memiliki pengertian tentang berbagai masalah sosial, memiliki kesempatan untuk

menyenangkan orang, dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan

kelompok.Pemimpin biasanya berperan lebih aktif dan berpartisipasi dalam

kelompok sosial dibandingkan dengan remaja bukan pemimpin, sehingga

pemimpin mengembangkan wawasan sosial dan wawasan diri yang lebih

mendalam.Pemimpin juga dapat menilai diri sendiri secara realistik dan dapat

memperhitungkan minat serta kehendak anggota-anggota kelompok yang

dipimpinnya. Pemimpin tidak lah terikat pada diri sendiri dalam artian sangat

memikirkan minat dan masalah pribadi sehingga tidak sempat memperhatikan

minat dan masalah anggota kelompok yang lain.

Faktor utama yang terpenting dalam kepemimpinan adalah

kepribadian.Pemimpin harus lebih bertanggung jawab, lebih ekstrovert, lebih

bersemangat, lebih banyak akal, dan lebih inisiatif dibandingkan yang bukan

pemimpin.Emosinya stabil, penyesuaian dirinya baik, orang yang berbahagia, dan

hanya mempunyai sedikit kecenderungan neurotik.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja

Menurut Baharuddin tahun 2014, perkembangan sosial remaja dipengaruhi

oleh beberapa faktor.Pertama, keluarga.Keluarga merupakan lingkungan pertama

yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan sosialnya. Kondisi diri dan

(30)

Di dalam keluarga, berlaku norma-norma kehidupan keluarga yang mewarnai

perilaku kehidupan budaya anak.Kedua adalah kematangan. Baik kematangan

fisik maupun psikis, diperlukan dalam bersosialisasi untuk mampu

mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain.

Kematangan intelektual, emosional, dan kemampuan berbahasa ikut pula

menentukan.Ketiga, status sosial ekonomi.Perilaku anak banyak memperhatikan

kondisi normatif yang ditanamkan oleh keluarganya.Masyarakat akan memandang

anak bukan sebagai anak yang independen, melainkan dipandang dalam

konteksnya yang utuh dalam keluarnya anak itu, ia anak “siapa” sehingga secara

tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat, dan kelompoknya akan

memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Keempat,

pendidikan.Pendidikan dalam arti luas diartikan bahwa perkembangan anak

dipengaruhi oleh kehidupan keluarganya, masyarakat, dan kelembagaan.

Penamaan norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta

didik yang belajar di kelembagaan pendidikan sekolah. Kelima, kapasitas mental,

yaitu emosional dan intelegensi.Perkembangan emosi berpengaruh terhadap

perkembangan sosial anak.

Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain adalah moral

utama dalam kehidupan sosial yang dapat dicapai oleh anak yang berkemampuan

intelektual tinggi. Oleh karena itu, kemampuan intelektual yang tinggi,

kemampuan berbahasa yang baik, dan pengendalian emosional secara seimbang

(31)

Para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat perlu memberikan

rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang bermanfaat dan dapat diterima

secara sosial.Misalnya, melalui kegiatan-kegiatan sosial dalam bentuk kerja bakti,

kelompok-kelompok belajar (study club), dan karang taruna.Kegiatan-kegiatan

sosial tersebut perlu disosialisasikan secara nyata, baik dalam kehidupan di

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini bertujuan untuk membuat website KODAM JAYA yang dapat digunakan sebagai informasi tentang organisasi ini. Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas bagaimana

[r]

Berdasarkan keputusan Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Nomor: 015/Pokja-FAH/X/2016 tanggal 05 Oktober 2016 tentang Penetapan Pemenang Pengadaan

1) Kelompok fauna daratan / terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok ini tidak memiliki sifat

Pada dasarnya portofolio adalah sekumpulan kesempatan investasi yang bertujuan untuk memilih kombinasi yang efisien dari saham-saham yang dimilikinya, yaitu berupa

• Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4%

Selain pengaruh kualitas kehidupan kerja, pengaruh lingkungan kerja yang ditinjau dari fasilitas kantor, hubungan antara karyawan dengan pimpinan perusahaan,

This study aims to identify species of birds as well as calculate species diversity, evenness type, and bird species dominance based on vertical strata of vegetation in