• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAM"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA

DI LAMPUNG

(Laporan Praktikum Pengendalian Penyakit Tanaman)

oleh

Denny Marini Sihite 1314121036

LABORATORIUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus. Sebagai akibat terganggunya pertumbuhan tanaman oleh penyakit, maka akan terjadi perubahan pada tanaman dalam: Bentuk, ukuran, warna, tekstur dan lain-lain. Perubahan tersebut seringkali merupakan gejala yang khas untuk penyakit tertentu. Tetapi adakalanya untuk satu macam penyakit menimbulkan lebih dari satu macam perubahan.

Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung

Budidaya tanaman menjadi sektor mata pencaharian sebagian penduduk provinsi Lampung. Tanaman yang dibudidayakan tidaklah sembarangan, perlu adanya pertimbangan mengenai faktor produksi dan hasil yang didapatkan. Selain itu, meminimalkan penyebaran penyakit pada tanaman budidaya. Oleh karena itu, praktikum Pengenalan Penyakit Penting Tanaman Utama di Lampung dapat membantu kita dalam mengetahui beberapa jenis penyakit, gejala, biologi agen primer serta cara pengendaliannya.

I.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini, yakni:

1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman utama di Indonesia. 2. Mengetahui gejala, biologi, dan cara pengendaliannya.

(3)

II. METODOLOGI PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum yakni pisau, alat tulis, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan ialah spesimen tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.

II.2 Prosedur

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum , yakni: 1. Diamati dan digambar gejala penyakit tanaman yang ada 2. Ditulis nama penyakit dan patogen penyebabnya.

(4)

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan praktikum ini sebagai berikut

NO

. FOTO GAMBAR KETERANGAN

1.

Jamur Akar Putih

Rigidoporus lignosus

2.

Busuk Pangkal Batang

Ganoderma boninensis

3.

Layu Fusarium

Fusarium oxysporum

4.

Layu Bakteri

(5)

5.

Kerdil

(6)

6.

Busuk Buah

Phythophtora palmivora

7.

Virus Tungro

Rice Tungro Bacilliform Virus

8.

Blast Padi

Pyricularia grisea

9.

Bulai Jagung

Perenosclerospora maydis

10.

Gosong Bengkak

Ustilago maydis

11.

Busuk Pangkal Batang

Phythophtora capsici

12.

Karat Daun Kopi

(7)

III.2 Pembahasan

III.2.1 Jamur Akar Putih pada Karet

Penyakit pada tanaman karet yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus dan merupakan salah satu penyakit di provinsi Lampung. Penyakit ini menimbulkan kematian pada tanaman karet, sehingga serangannya menurunkan produktivitas kebun Menurut hasil perhitungan penurunan produksi karet kering terjadi rata-rata 2.7 kg/pohon atau 54 kg/pohon/20 tahun.

Serangan jamur menyebabkan akar menjadi busuk dan apabila perakaran dibuka maka pada permukaan akar terdapat semacam benang-benang berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut yang menempel kuat dan sulit dilepas.Daun-daun yang semula tampak hijau segar berubah menjadi berwarna hijau gelap kusam, layu akhirnya kering dan gugur kemudian diikuti kematian tanaman.Gejala lanjut akar membusuk, lunak dan berwarna coklat

(Semangun,1990)

Pengendalian dapat dilakukan dengan;

a. Membersihkan area penanaman karet dari sisa-sisa akar dan tanaman lainnya dengan pembongkaran serta pembakaran agar tidak menjadi sumber penyakit.

b. Menanam tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awal dari penanaman karet. Tanaman yang dianjurkan adalah jenis kacang-kacangan Centrosema pubescens, Pueraria javanica. Membantu aktivitas mikroba dalam pembusukan sehingga dapat menekan pertumbuhan jamur.

c. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma harzianum yang telah dicampur dengan kompos sebanyak 200 gram per lubang tanam (1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk kandang) (Jalil, 2012).

III.2.2 Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit

Penyakit ini memiliki gejala utama yaitu terhambatnya pertumbuhan. Warna daun menjadi hijau pucat dan batang tanaman membusuk. Pada tanaman muda (belum menghasilkan), gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis. Sedangkan pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak

membuka (terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati (Purba, 1993).

(8)

Jamur Ganoderma boninense memiliki basidiokarp yang bervariasi. Permukaan atas licin seperti pernis berwarna coklat kehitaman. Pada pertumbuhannya daerah perbatasan berwarna oranye kekuningan serta putih pada ujungnya. Permukaan pori berwarna putih hingga krem dengan kerapatan 4-5/mm. Tebal kutis 0,07 mm, biasanya dilapisi lapisan tipis oranye atau kuning. Kutis ini mengandung

hymenoderma dan pada ujung hymenoderma mengandung amyloid. Pori- pori berbentuk bulat dengan diameter 90- 380 (155) μ. Basidiospora berbentuk ovoid hingga ellipsoid berwarna kecokelatan dengan ukuran 13,5 (10,0) x 4,5 – 7 (5,9) μm yang bersifat bitunikatus.

Menurut Susanto (2011), pengendalian penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit dapat dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:

1. Pengendalian pada fase pembibitan, yaitu dengan menggunakan tanah bebas Ganoderma boninense Pat.. Tanah ini diperoleh dengan mengayak tanah sebagai media tanam atau tandan kosong kelapa sawit sebanyak 400 kg per lubang per tahun dan aplikasi agensia hayati seperti Trichoderma

sp. sebanyak 400 gram per lubang.

2. Pengendalian pada fase TBM (Tanaman Belum Menghasilkan),

pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan penyisipan tanaman muda. Sanitasi dilakukan dengan eradikasi tanaman terinfeksi (membuang, mencacah, dan membakar bole, akar, dan bagian atas tanaman terinfeksi). Sedangkan penyisipan tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah dieradikasi tadi.

3. Pengendalian pada fase TM (Tanaman Menghasilkan), dilakukan dengan cara sebagai berikut: Sanitasi tanaman, aplikasi fungisida,agen antagonis

Trichoderma sp., lakukan replanting, serta penggunaan tanaman moderat tahan atau toleran pada setiap kegiatan penanaman tanaman baru.

3.2.3. Layu Fusarium pada Pisang

Penyakit layu fusarium disebabkan jamur Fusarium Oxysporum f. Sp Cubense

(FOC). Penyakit ini menular melalui tanah (soil borne), menyerang akar dan masuk ke dalam bonggol pisang. Di dalam bonggol ini jamur merusak pembuluh sehingga menyebabkan tanaman layu dan akhirnya mati.

Tipe gejala penyakit layu fusarium berupa nekrotik hipoplastik sebagai berikut. 1. Daun tua menguning dimulai dari pinggir daun.

2. Pecah batang, perubahan warna pada saluran pembuluh (pseudo steam). 3. Ruas daun memendek.

4. Perubahan warna pada bonggol pisang

5. Batang yang terserang mengeluarkan bau busuk (Muhidin,1993)

Cara pengendaliaannya antara lain: 1. Perlakuan tanah.

(9)

3. Mencegah infeksi tanah. 4. Pemakaian fungisida.

5. Mengendalikan populasi nematoda.

6. Alternatif lain yang efektif untuk mengendalikan penyakit layu fusarium ialah dengan memanfaatkan mikroba agen pengendali hayati

3.2.4 Layu Bakteri pada Pisang

Gejala tampak menjelang tumbuhnya. Daun muda dari ibu tulang daun ke tepi daun tampak berwarna coklat kekuning-kuningan. Kondisi ini berlangsung hingga buah menjelang masak. Satu minggu setelah gejala pertama, semua daun tua menguning dan kering lalu menjadi coklat dan tanaman menjadi layu. Jantung pisang mengerut dan kering. Perkembangan buah terlambat, di mana pada saat buah hampir masak buah berwarna kuning coklat dan busuk, daging buah menjadi cairan seperti lendir berwarna merah kecoklatan yang mengandung banyak bakteri. Selanjutnya apabila batang dipotong melintang akan

mengeluarkan cairan yang berwarna coklat kemerahan dan berbau kurang sedap (Hadiyanti, 2003).

Karakteristik patogen yaitu;

 Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah.

 Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka.

 Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari tanaman akan mati.

 Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian

dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.

 Ditinjau dari segi morfologi dan fisiologinya, R. solanacearum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang dengan ukuran 0,5-0,7 x 1,5-2,5 μm, berflagela, bersifat aerobik, tidak berkapsula, serta membentuk koloni berlendir berwarna putih

 Tanaman inang alternatif yaitu tembakau (Ratmawati, 2013).

Pengendalian dilakukan dengan cara;

1. Pemotongan seluruh bagian tanaman yang terkena penyakit, lalu dilakukan pembakaran.

(10)

3. Pengisolasian isolate bakteri antagonis. 4. Pemberian bakterisida.

3.2.5 Kerdil pada Pisang

Dikenal sebagai Bunchy top virus atau Banana Virus 1. Sampai sekarang sifat virus tersebut belum diketahui dan belum dapat dimurnikan. Mudah disebarkan melalui bahan tanaman dan kutu daun. Tidak dapat ditularkan melalui alat

pertanian atau cairan tanaman sakit. Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan keadaan yang terlindung. Di dataran tinggi penularan penyakit oleh vektornya lebih baik.

Timbulnya gejala bervariasi dan bergantung pada umur tanaman Daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan tangkai yang lebih pendek dari biasanya,

menguning sepanjang tepinya, dan mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu.

Pengendalian dilakukan dengan menanam bibit yang sehat dan sanitasi kebun dengan membersihkan tanaman inang seperti (Musatextiles), Heliconia spp dan

Canna spp, pembongkaran rumpun sakit, lalu dipotong kecil-kecil agar tidak ada tunas yang hidup. Cara lain adalah dengan menggunakan insektisida sistemik untuk mengendalikan vektor terutama di pesemaian (Agrios, 1995).

3.2.6 Busuk Buah pada Kakao

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phythophtora palmivora. Penyakit busuk buah kakao adalah salah satu penyakit penting yang sering menyerang tanaman kakao. Cendawan Phythoptora palmivora sebenarnya juga dapat menginfeksi pada bagian tanaman kakao lainnya seperti batang, daun, tunas, bahkan bunga. Dampak negatif serangan pada bagian tanaman lainnya tersebut tidak sebesar jika cendawan ini menginfeksi buah.

Timbulnya bercak-bercak hitam pada bagian kulit luar buah merupakan gejala yang tampak pada penyakit busuk buah. Bercak-bercak hitam tersebut akan meluas hingga menutupi semua bagian kulit buah jika tidak segera dikendalikan. Penyakit ini dapat menyerang semua fase pertumbuhan buah, mulai dari buah pentil hingga buah dalam fase kemasakan. Buah yang terserang penyakit busuk buah akan tampak hitam arang dan jika disentuh akan terasa basah membusuk.

(11)

akan semakin cepat jika kondisi kebun terlalu lembab karena jamur Phythoptora palmivora dapat tumbuh subur pada daerah yang lembab.

Penyakit busuk buah kakao dapat dicegah melalui penggunaan klon tahan busuk buah seperti DRC 16, SCA 6, SCA 12, ISC 6, dan hibridanya. Pemupukan yang berimbang, sanitasi kebun yang dilakukan secara berkala, pemangkasan pohon penaung, pemangkasan pohon kakao, dan panen sesering mungkin. Sedangkan jika penyakit busuk buah sudah menyerang, tindakan pengendalian yag dapat dilakukan antara lain dengan pemangkasan untuk meminimalisasi kelembaban kebun, sanitasi dan pemusnahan buah yang terserang, dan penggunaan fungisida tembaga kontak seperti Nordox, Cupravit, dan Copper Sandoz dengan interval 2 minggu sekali.

3.2.7 Virus Tungro pada Padi

Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun

Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki

kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama.

Gejala penyakit tungro umumnya muncul kurang lebih seminggu setelah inokulasi, dimulai dari adanya diskolorasi kekuningan pada ujung daun muda, kemudian diikuti klorosis di antara vena daun. Tanarnan yang sakit parah mcmpunyai anakan sedikit, pertumbuhan akar terhambat, sangat kerdil, dan menghasilkan panikel yang kecil dengan bulir-bulir gabah kosong. Gejala penyakit akan persisten pada varietas yang rentan, sedangkan pada varietas yang agak tahan gejala tidak berkembang pada daun muda dan ada kecenderungan sehat kembali.

Siklus Penyakit Tungro

Sumber inokulum penyakit tungro terdapat pada tanaman padi, singgang serta rumput-inang yang sakit. Serangga penular virus tungro menularkan virus secara non persisten. Serangga penular penyakit tungro terutama adalah wereng hijau dari spesies Nephotetix virescens dan N. nigropictus.

(12)

untuk mencegah dan meluasnya serangan serta menekan populasi wereng hijau yang menularkan penyakit. Mengingat banyaknya faktor yang berpengaruh pada terjadinya serangan dan intensitas serangan, serta untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, upaya pengedalian harus dilakukan secara terpadu yang meliputi : 1. Waktu tanam tepat

2. Tanam serempak

3. Menanam varietas tahan

4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang 5. Pemupukan N yang tepat dan penggunaan pestisida

3.2.8 Blast pada Padi

Jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. atau Pricularia oryzae ialah penyebab penyakit blast pada padi. Jamur ini termasuk ke dalam kelompok Ascomycetes. Konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia.

Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi. Gejala dapat berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi. Blas daun berupa bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau putih dengan tepi berwarna cokelat kemerahan. Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas berupa membusuknya tangkai malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika busuk leher terjadi sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan pada batang berupa busuk dan mudah rebah.

Pengendalian Penyakit ini antara lain: 1. Penanaman varietas tahan

2. Pembenaman jerami 3. Pemupukan berimbang

4. Waktu tanam yang tepat dan perlakuan benih 5. Pengendalian secara kimiawi dengan fungisida

3.2.9 Bulai pada Jagung

Penyakit bulai jagung atau Downy Mildew disebabkan oleh cendawan

Peronosclerospora maydis. Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit ini dapat mencapai 100% pada varietas rentan.Pada tanaman yang sakit akan terlihat adanya warna putih sampai kekuningan pada permukaan daun, diikuti oleh garis-garis klorotik, daun berbentuk kaku, tegak dan menyempit, bentuk tongkol tidak normal. Ciri lainnya, pada pagi hari di sisi bawah daun terdapat lapisan berbulu halus berwarna putih yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur.

(13)

sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh, sehingga semua daun terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah. Bila infeksi terjadi pada tanaman yang sudah tua, buah masih terbentuk tetapi tidak sempurna dan tanaman kerdil.

3.2.10 Gosong pada Jagung

Jamur Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw,

Uredo maydis DC merupakan agen penyebar penyakit gosong pada jagung. Cendawan masuk ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan terbentuk kelenjar (gall) pada tongkol jagung. Spora tersebar karena pembungkus rusak. Tanaman inang alternative belum diketahui.

Pengendalian dilakukan dengan cara pengeringan dan irigasi agar kelembaban di areal pertanaman dapat terjaga. Selanjutnya memotong bagian tanaman yang sakit lalu dibakar. Dan benih dicampurkan dengan fungisida sebelum ditanam.

3.2.11 Busuk Pangkal Batang pada Lada

Jamur Phytophthora capsici adalah patogen penyebab penyakit Busuk Pangkal Batang pada lada. Penyakit ini sangat ditakuti petani karena dapat menyebar dengan cepat dan mematikan tanaman dalam waktu singkat (Manohara et al., 2005).

Kelayuan tanaman menunjukkan serangan telah lanjut. Selain itu, pangkal batang yang terserang menjadi berwarna hitam. Terdapat lendir kebiruan di

permukaannya apabila keadaan lembab. Dan pada akhirnya tanaman akan mati. Serangan P. capsici pada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian tengah atau tepi daun. Sepanjang tepi bercak tersebut bagian gejala berwarna hitam bergerigi seperti renda yang akan nampak jelas bila gejala masih segar.

Daun-daun sakit merupakan sumber inokulum bagi tangkai atau cabang sehat yang berada didekatnya. Infeksi pada daun biasanya terjadi setelah turun hujan. Apabila selama waktu hujan angin kencang, maka propagul P. capsici dapat terbawa dan menyebar ke daun tanaman di sekitarnya. Apabila serangan patogen terjadi pada satu tanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1-2 bulan kemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya. Penyebaran

penyakit akan lebih cepat pada musim hujan, terutama pada pertanaman lada yang disiang bersih.

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

(14)

2. Aplikasi agen hayati Trichoderma harzianum untuk semua tanaman lada di area pertanaman

3. Pemupukan N,P,K,Mg dengan perbandingan unsur K lebih tinggi dari N. Unsur K yang relatif tinggi akan memperkuat jaringan tanaman

4. Sanitasi lahan

5. Penggunaan fungisida

3.2.12 Karat Daun pada Kopi

Penyakit karat daun kopi (coffee leaf rust) adalah penyakit dengan gejala nekrosa lokal. Penyakit tersebut yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix dan merupakan penyakit kopi paling penting di seluruh dunia, dan merupakan penyakit terpenting pada tanaman kopi arabika di Indonesia. Penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 50%. Sisi bawah daun yang terserang karat menunjukkan adanya bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda yang akhirnya akan menjadi kuning tua.

Pada bercak terbentuk tepung berwarna jingga cerah (bright orange) yang terdiri atas urediospora jamur. Bercak tua berwarna coklat tua berwarna coklat tua sampai hitam dan mongering. Daun-daun akhirnya gugur sehingga pohon menjadi gundul (Semangun, 1990).

Jamur Hemilelia vastatrix yang dapat menginfeksi tanaman kopi lain tanpa melalui tanaman inang perantara. Jamur ini mempunyai urediospora yang semula bulat, tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip juring jeruk. Setelah masak isinya berwarna jingga, tetapi dindingnya tetap tidak berwarna. Sisi luar yang cembung mempunyai duri, sedang sisi lainnya tetap halus, ukurannya berkisar antara 26-40 x 20-30 µm.

Siklus hidup jamur ini dimulai dengan perkecambahan urediospora melalui kuman pori – pori pada spora. H. Vastatrix bersifat parasit obligat, yang hanya dapat hidup jika memarasit jaringan hidup.Penyebaran penyakit ini melalui urediospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban, spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara berikut; 1. Penggunaan varietas tahan atau toleran

Varietas tahan merupakan salah satu komponen pengendalian hama terpadu yang mudah diterapkan, murah dan tidak mencemari lingkungan. Varietas tanaman kopi yang dianjurkan adalah S 795, S 1934, USDA 62.

2. Pengendalian secara biologi

(15)

putih pada pemukaan gejala karat daun. Selain itu, isolat bakteri Bacillus spp

dan Pseudomonas spp yang diisolasidari pertanaman kopi organik di Brazil dilaporkan berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens hayati dari

H.vastatrix.

3. Pengendalian secara kultur teknis

Pengendalian secara kultur teknis dilakukan dengan menyiangi gulma dua sampai tiga kali, memupuk dua kali setahun (awal dan akhir musim panen) dengan pypuk kandang dan NPK yang dosisnya disesuaikan dengan umur tanaman, memangkas tanaman (pangkas lepas panen, pangkas tunas/cabang tidak produktif dan menghilangkan tunas tunas air), serta mengatur intensitas naungan.

4. Karantina

Meskipun H. Vastatrix telah tersebar di dalam maupun luar negeri, namun karena adanya perbedaan dalam rasnya, sebaiknya diadakan pembatasan dalam pemasukan bahan tanaman kopi hidup di daerah ataupun negara lain. 5. Pengendalian dengan fungisida

Fungisida yang direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit karat daun kopi antara lain fungisida protektan yaitu oksiklorida tembaga, hidroksi tembaga mankozeb dan kaptafol, serta fungisida sistemik yaitu

(16)

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah;

1. Penyakit penting pada tanaman utama di Lampung umumnya dibagi menurut jenis patogen yang menginfeksi, contohnya jamur, virus, dan bakteri. Selain itu, terdapat pembagian menurut jenis gejalanya seperti nekrotik, hipoplasia, atau hiperplasia. Dan menurut letak gejalanya dibagi menjadi lokal dan sistemik.

2. Gejala pada penyakit menyebar melalui tanah, benih, udara, dan air. Gejala tampak pada usia infeksi yang telah lanjut sehingga umumnya pengendalian sulit dilakukan.

3. Pengetahuan mengenai bioekologi patogen diperlukan untuk mengefisienkan pengendalian penyebaran penyakit.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Agrios N. George. 1995. Ilmu Penyakit Tanaman . Terjemahan dari Plant Pathology. Ir. Munzir Busnia. Gajah Mada University Press : Yogyakarta

Hadiyanti, Dedeh. 2003. Cara Pengendalian Penyakit Darah Pada Tanaman Pisang di Sumatera Selatan. Departemen Pertanian. BPTP. Sumatera Selatan

Jalil. 2012. Pengendalian Jamur Akar Putih Pada Budidaya Karet. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau : Pekanbaru

Manohara D, Wahyuno D & Noveriza R. 2005. Penyakit busuk pangkal batang tanaman lada dan strategi pengendaliannya.Perkembangan Teknologi TRO 17:41-51.

Semangun, H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 808 p

Susanto, Agus. 2011. Penyakit Busuk Pangkal Batang: Ganoderma boninense Pat.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Purba, R.Y., Puspa, W., & Suwandi. 1987. Pengaruh pemupukan hara makro

terhadap perkembangan busuk pangkal batang (Ganoderma sp.) pada kelapa sawit di kebun Adolina-Sumatera Utara

(18)

Referensi

Dokumen terkait

DAPATKAN 1UKU TUTORIAL AAMAI TER1ARU DI. DAPATKAN 1UKU TUTORIAL AAMAI

Ekstrak metanol daun kecapi mampu memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus dan E.coli yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening sebagai

Alhamdulillahi rabbil alamin puji syukur atas kehadirat Allah SWT berkat ramhat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan judul

Hal tersebut biasa terjadi pada usia dewasa awal dimana wanita akan melalui fase melahirkan / persalinan kemudian tubuh akan mengalami perubahan secara fisik seiring

Pada akhir tenggang waktu tersebut atau atas usul Hakim Pengawas atau atas permintaan, dan setelah mendengar seperti yang dimaksud dalam ayat (1) tersebut di atas, pengadilan

lalui beberapa orang guru (jumlahnya sesuai dengan ke - butuhan dan tujuan penelitian) tersebut, diperoleh pula keterangan atau informasi yang berhubungan dengan peri laku mengajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada tema Kayanya Negeriku berbantu media gambar sketsa siswa

[r]