BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.
Extracorporeal shock wave lithotripsy ( ESWL ) diperkenalkan dalam praktik medis di tahun 1980-an dan sejak itu telah menjadi salah satu pilihan pengobatan utama pada pasien dengan batu ginjal dan / atau ureter. ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kencing. Prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara. Setelah sampai di target tujuan yaitu di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, agar bisa keluar bersama air kencing tanpa menimbulkan sakit (Torricelli MCF et al, 2014).
ESWL tetap menjadi salah satu tindakan yang paling sering digunakan untuk pasien batu saluran kemih bagian atas. Namun, penggunaannya dapat menurun, dengan adanya intervensi endoskopik seperti ureteroscopy dan nefrolitotomi perkutan yang semakin luas digunakan untuk mengoptimalkan hasil pengobatan daripada penggunaan ESWL. Ahli urologi yang harus menentukan parameter apa saja yang digunakan dalam menetukan pilihan terapi. Penentuan pasien tetap penting untuk memastikan hasil pengobatan yang baik, dan pasien yang akan menjalani tindakan ESWL, urolog harus menentukan ukuran batu, lokasi batu, dan komposisi batu. (Semins JM et al, 2009).
drastis dan diterima di seluruh dunia karena mudah untuk di gunakan, non-invasif, mempunyai efekasi yang tinggi dalam menangani batu pada saluran kemih. ESWL bekerja melalui tekanan mekanik dan dinamik seperti kavitasi, merobek dan menghancurkan batu. Tetapi hal ini dapat menyebabkan trauma pada tipisnya dinding pembuluh darah di ginjal dan jaringan sekitar. Kemudian menyebabkan perdarahan, lepasnya sitokin/sel-sel mediator inflamasi dan infiltrasi jaringan karena respon dari sel inflamasi. Setelah itu terjadi kompilkasi jangka pendek yang membentuk skar dan kemungkinan kehilangan fungsi dari jaringan yang kronis. (Skolarikos A, et al 2006).
Potensial terjadinya efek tambahan jangka panjang dari ESWL antara lain hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis, dan gangguan fertilitas. Saat penanganan batu ginjal dengan ESWL, ginjal langsung terkena gelombang kejut (shockwave). Gelombang kejut menyebabkan hancurnya batu, tetapi sebagai efek samping potensial, gelombang kejut mungkin juga merusak jaringan ginjal sehingga dapat menyebabkan hipertensi. (Weizer ZA et al, 2007).
Ada beberapa hipotesis tentang mekanisme dari terjadinya hipertensi setelah ESWL. Beberapa pengarang menggambarkan ESWL sebagai jenis khusus dari trauma ginjal dengan insidensi tinggi dari perdarahan intrarenal dan subkapsular dan iskemia dari intrarenal. Ini semua akan menghasilkan fibrosis sehingga mengurangi perfusi ke ginjal dan meningkatkan pelepasan dari rennin dan angiotensin II, yang akan menghasilkan hipertensi (Huang WS,et al 2009).
National Committee), hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg, dan
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Yogiantoro M, 2014).
Pada tahun 1986, Peterson dan Finlayson adalah yang pertama kali melihat ada kemungkinan hubungan antara Extracorporeal Shock-wave Lithotripsy (ESWL) dengan perubahan tekanan darah. Mereka menjelaskan 3 pasien menjadi naik tekanan darahnya atau mengalami perburukan tekanan darah seketika setelah ESWL. Lingeman melaporkan 8.2% dari 243 pasien yang awalnya normotensi menjadi hipertensi setelah ESWL (Huang WS,et al 2009).
Christian D et al. menyatakan hanya 6 dari 30 studi menyebutkan bahwa ESWL dapat menyebabkan Hipertensi. Dari 6 studi tersebut, 3 tidak memiliki kontrol atau perbandingan terhadap pasien yang mendapat ESWL dari rata-rata populasi. Studi oleh Krambeck et al., ditemukan peningkatan hipertensi terkait ESWL pada tahun 2006, namun penulis kemudian mempublikasikan hasil penelitian kohort lainnya dengan insidensi hipertensi yang tidak berbeda dibandingkan dengan orang tanpa ESWL sebelumnya. Ketika membandingkan nefrolitotomi perkutan dan ESWL, Lingeman et al. menemukan insiden tahunan hipertensi yang lebih rendah antara pasien ESWL dibandingkan dengan pasien non ESWL dengan kenaikan tekanan darah diastolik. Bukti yang dikemukan dalam 6 kelompok penelitian yang menemukan hipertensi akut setelah ESWL lebih lemah dibandingkan dengan penelitian lainnya, termasuk 2 randomized clinical trial, dan tidak diemukan hubungan keduanya. (Fankhauser DC et al, 2015)
sebelumnya, terjadinya perkembangan hipertensi secara signifikan jauh lebih tinggi pada pasien dengan ESWL. Perubahan parenkim ginjal atau vaskular terkait dengan ESWL berkontribusi terjadinya hipertensi pada kelompok ESWL. Efek ini mungkin diperburuk oleh pengobatan ESWL bilateral. (Krambeck EA et al, 2006)
Dari ketiga studi diatas, mekanisme terjadinya hipertensi dengan tindakan ESWL masih menjadi hal yang kontroversi dan diperdebatkan, maka dari itu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan dan mekanisme terjadinya hipertensi, angka kejadian yang terjadi, serta komplikasi lainnya yang dapat ditimbulkan tindakan ESWL.
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, perlu diketahui apakah terdapat perubahan tekanan darah dengan tindakan ESWL yang dilakukan pada penderita batu ginjal.
1.3. Hipotesis Penelitian
Adanya perubahan tekanan darah dengan tindakan ESWL yang dilakukan pada penderita batu ginjal.
1.4. Tujuan Penelitian.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bidang Akademik/ Ilmiah
Dengan mengetahui kejadian perubahan tekanan darah selama tindakan ESWL pada penderita batu ginjal, dapat meminimalisasi komplikasi yang ditimbulkan.
1.5.2. Bidang Pelayanan Masyarakat
Sebagai tambahan edukasi kepada masyarakat mengenai keberhasilan tindakan ESWL pada penderita batu ginjal serta menjelaskan komplikasi selanjutnya yang dapat terjadi.
1.5.3. Bidang Pengembangan Penelitian