BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pasar Modal
Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk
uang ataupun modal sendiri. Undang-Undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995 memberikan pengertian Pasar εodal yang lebih spesifik yaitu “kegiatan yang
bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik
yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan Efek”. 2.2. Analisa Fundamental
Yang dimaksud dengan analisa fundamental sebenarnya melakukan penilaian
atas laporan keuangan suatu perusahaan berdasarkan faktor-faktor yang
diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor tersebut (dalam
Fakhruddin dan Hadianto, 2001:55) diantaranya: Penjualan
Pertumbuhan penjualan Kebijakan dividen
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Manajemen
Kinerja
“Statement” yang dikeluarkan emiten dan sebagainya.
Analisis fundamental sendiri merupakan teknik-teknik yang mencoba
1. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut hingga diperoleh
taksiran harga saham
2. Dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang.
Analisis fundamental juga sering disebut dengan analisis perusahaan karena
menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai intrinsik saham.
Secara umum untuk menganalisis perusahaan dengan menggunakan analisa
fundamental terdiri dari empat langkah yaitu (Anoraga, 2001:63):
1) Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan
Kondisi ekonomi dipelajari untuk menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan di pasar saham, berkaitan dengan tingkat inflasi, suku bunga, neraca perdagangan dan sebagainya.
2) Menghitung kondisi industry secara keseluruhan
Industri perusahaan secara langsung mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut. Saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pegembalian yang tidak menguntungkan jika kondisi industry secara keseluruhan lemah.
3) Menghitung kondisi perusahaan
Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana seluruh pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba yang pada akhirnya mempengaruhi dividen maka perlu diperhitungkan kesehatan keuangan perusahaan tersebut. Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
4) Menghitung nilai saham perusahaan
Setelah memperhitungkan kondisi ekonomi, industri dan perusahaan selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung apakah saham perusahaan over va lued, under va lued, ataupun pas harganya.
2.3. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Riyanto (2001:329) rasio keuangan adalah ukuran yang digunakan
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial. Rasio
keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan.
Menurut Munawir (2007:65) analisis rasio keuangan adalah suatu metode
analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan
laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Pada umumnya berbagai rasio yang dihitung bisa dikelompokkan dalam lima macam,
yaitu:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:58) rasio likuiditas yaitu rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finasial jangka pendek. Rasio likuiditas menentukan atau memberikan
gambaran apakah sebuah perusahaan likuid atau tidak. Rasio likuiditas
yang biasa dipakai untuk mengukur kondisi likuiditas suatu perusahaan
adalah current ratio dan quick ratio (acid test).
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi
perbandingan antara dana sendiri yang dicerminkan dalam komponen
modal dengan dana luar yang dicerminkan dalam berbagai jenis hutang.
Analisis rasio solvabilitas berguna untuk melihat aspek penting yaitu
melihat modal yang dimiliki oleh sebuah perusahaan apakah jumlahnya
usaha perusahaan tersebut. Rasio keuangan yang sering digunakan adalah
debt ra tio dan debt to equity ratio.
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
sumber-sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan
perusahaan (Husnan, 1994:223). Atau dengan kata lain, sejauh mana
efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh
penjualan. Rasio yang digunakan untuk menilai tingkat aktivitas
perusahaan adalah fixed assets turnover dan total assets turnover .
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. Dalam analisis
rasio, kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan,
asset atau modal. Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon maupun
pemegang saham karena akan berkaitan dengan harga saham serta dividen
yang akan diterima. Rasio-rasio profitabilitas antara lain gross profit
ma rgin, net profit ma rgin, return on a ssets, return on equity dan earning
power.
5. Rasio Saham (Common Stock Ratios)
Rasio saham yaitu rasio yang menunjukkan bagian dari laba perusahaan,
dividen dan modal yang dibagikan pada setiap saham (Fakhruddin dan
ea rning ra tio, dividen per sha re, dividen yield, pa yout ratio dan price to
book va lue.
2.4. Rasio Keuangan a. Debt to Equity Ratio
Menurut Dendawijaya (2005:121), debt to equity ratio adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau
seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek, dengan
dana yang berasal dari modal bank sendiri. Rasio ini sering digunakan para
investor sebagai informasi untuk mengetahui seberapa besar total pasiva yang
terdiri atas persentase modal bank sendiri untuk menutupi utang-utangnya
kepada pihak luar.
Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya
menunjukkan “solvabilitas” suatu pertusahaan. Suatu perusahaan yang solva ble
berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya (Riyanto, 2001). Semakin kecil rasio ini
maka semakin banyak modal sendiri yang dijadikan jaminan terhadap
hutang-hutang perusahaan tersebut.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
b. Current Ratio
Menurut Husnan (1994:218) Current ratio merupakan ukuran yang paling umum
dari kelancaran (solvency) jangka pendek, karena rasio tersebut menunjukkan
seberapa jauh tagihan kreditor jangka pendek bisa ditutup oleh aktiva yang secara
kasar bisa berubah menjadi kas dalam jangka waktu yang sama dengan tagihan
tersebut. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk
menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.
Besarnya current ratio diperoleh dengan membagi seluruh jumlah aktiva lancar
dengan hutang lancar. Semakin besar rasio tersebut semakin besar pula jaminan
yang diberikan oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam jangka
pendeknya. Dan sebaliknya, apabila rasio ini rendah berarti perusahaan memiliki
kemampuan yang rendah dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Namun,
apabila rasio ini terlalu tinggi juga tidak baik karena hal ini berarti ada kas yang
menganggur atau tidak dikelola dengan baik.
Rumus untuk menghitung Current Ratio adalah sebagai berikut:
= � %
c. Dividen Per Share
Dividen Per Sha re merupakan total semua dividen tunai yang dibagikan
dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar kepada para pemegang saham
sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Menurut Brigham dan Houston
perusahaan karena dalam pengumuman pembagian dividen mengandung
informasi yang penting bagi investor sebagai sinyal dari perusahaan mengenai
prospek perusahaan di masa depan.
Dividen Per Share dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (dalam
Fakhruddin dan Hadianto,2001:55) :
ℎ = ℎ ℎ � ��
d. Return On Assets
Return On Assets (ROA) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
Return on a ssets sering juga disebut dengan Return On Invesment (ROI).
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai return on asset
menunjukkan bahwa semakin produktif perusahaan tersebut karena tingkat
kembalian akan semakin besar.
Adapun rumus Return On Assets adalah sebagai berikut:
= � ℎ %
2.5. Saham
Secara sederhana, saham dapat didefenisikan sebagai bukti kepemilikan
seseorang atau badan usaha pada suatu perseroan terbatas. Namun, jika ingin
Widioatmodjo, 2009:84) selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapa pun porsinya) dari suatu
perusahaan yang menertbitkan kertas (saham) tersebut, sesuai porsi kepemilikannya
yang tertera pada saham.
Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa
(common stock) dan saham preferen (prepared stock).
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa menggambarkan kepemilikan seseorang dalam korporasi,
tetapi bagi investor biasa, satu lembar saham biasa hanyalah sepotong
kertas yang memiliki dua karakteristik (Brigham dan Houston 2001:360).
Pertama, kertas tersebut hanya menunjukkan kepemilikan atas dividen,
tetapi hanya jika perusahaan memiliki kelebihan dana untuk membayar
dividen dan hanya jika perusahaan memilih untuk membagikan dividen
daripada menahannya untuk mereinvestasi semua laba tersebut. Yang
kedua, saham dapat dijual pada beberapa tanggal di masa depan, dengan
harapan tingkat harga jualnya lebih tinggi daripada harga beli agar
investor menerima keuntungan modal (capital gain). Diantara surat-surat
berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common
b. Saham Preferen (Prefered Stock)
Saham preferen merupakan gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham
biasa. Artinya, di samping memiliki karakteristik seperti obligasi, saham
preferen juga memiliki karakteristik saham biasa (Widoatmodjo
2009:100). Saham preferen memiliki nilai nominal dan sejumlah dividen
tetap dan regular yang harus dibayar kepada pemiliknya sebelum dividen
saham biasa dibayarkan. Keistimewaan saham preferen ini bisa berbagai
macam, di samping pembayaran dividen yang tetap dan didahulukan
pembayaran dividennya terdapat pengumulatifan pembayaran dividennya
jika perusahaan tidak membayar dividen dalam kurun waktu tertentu.
Disebut memiliki karakteristik saham biasa karena tidak selamanya saham
preferen bisa memberikan penghasilan seperti yang dikendaki investornya.
Jika suatu emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen
bisa tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
2.6. Harga Saham
Harga saham dapat didefenisikan sebagai harga yang dibentuk dari interaksi
antara penjual dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan mereka
terhadap keuntungan perusahaan. Harga saham ditentukan oleh perkembangan
perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbitnya mampu menghasilkan
bagian keuntungan itu sebagai dividen dengan jumlah yang tinggi pula. Pemberian
dividen yang tinggi ini akan menarik minat masyarakat untuk membeli saham
tersebut. Akibatnya, permintaan atas saham tersebut meningkat. Pada gilirannya,
peningkatan harga saham ini akan memungkinkan pemegangnya mendapatkan
ca pita l ga in. Yang disebut terakhir ini akan semakin mendorong dan sekaligus
menaikkan harga saham. Dengan demikian, keuntungan perusahaan menjadi salah
satu faktor penting dalam menentukan harga saham.
Dari berbagai literatur terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi harga
saham, antara lain adalah:
1. Tingkat suku bunga
Perubahan tingkat suku bunga baik tabungan dan pinjaman akan
memengaruhi pilihan investasi dalam saham, obligasi, dan deposito.
Tingkat bunga yang tinggi dapat menyebabkan return yang diperoleh dari
investasi yang berisiko rendah (deposito) lebih tinggi daripada return
investasi yang berisiko tinggi (saham), sehingga investor akan lebih
tertarik untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito dari pada
membeli saham (Zubir, 2010:20). Jika dikaitkan dengan investasi asset
riil, tingkat bunga yang tinggi menyebabkan biaya modal (cost of capital)
menjadi tinggi, sehingga nilai perusahaan (corporate value) menjadi
kenaikan tingkat suku bunga tabungan dan pinjaman akan berakibat
terhadap turunnya harga saham dan sebaliknya.
2. Finansial Perusahaan
Finansial perusahaan tercermin dalam struktur modal yang digunakan
untuk mendanai kegiatan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai
hutang besar juga mempunyai resiko yang besar bagi pemegang saham
karena sebagian besar laba operasi perusahaan akan digunakan untuk
membayar biaya bunga pinjaman akibatnya akan mengurangi dividen
yang akan diterima oleh pemegang saham. Apabila pendapatan (revenues)
perusahaan tidak stabil, maka kemungkinan besar pemegang saham tidak
menerima dividen sehingga saham perusahaan tidak menarik untuk
dijadikan instrument investasi karena harga sahamnya akan jatuh.
3. Pasar
Hukum permintaan dan penawaran mempengaruhi harga saham. Bila
permintaan terhadap saham suatu perusahaan besar tentunya harga saham
juga akan meningkat. Kegiatan pasar yang lain secara umum, misalnya
resesi, perubahan struktur perekonomian dan perubahan selera konsumen
juga turut mempengaruhi harga saham.
4. Inflasi
Permintaan terhadap barang-barang meningkat, tetapi daya beli rendah
perusahaan akan kesulitan dalam berproduksi karena biaya produksi
menjadi tinggi dan harga jualnya tidak terjangkau oleh konsumen,
sehingga penjualannya akan turun dan akhirnya harga saham perusahaan
tersebut melemah
5. Indeks Harga Saham
Dengan mengetahui perhitungan indeks harga saham baik secara individu
maupun gabungan dapat membantu investor dalam mengambil
keputusan. Secara keseluruhan, jika Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) sedang menunjukkan adanya penurunan, maka pasar dalam
keadaan lesu. Kondisi demikian akan mempengaruhi harga saham di pasar
modal.
6. News a nd Rumors
Berbagai pemberitaan dan rumor yang beredar dimasyarakat mulai dari
masalah ekonomi, social, politik, dan keamanan akan mempengaruhi
persepsi investor yang berujung pada pengambilan keputusan dalam
berinvestasi, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi pergerakan
saham di pasar modal.
2.7. Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Harga Saham
Debt to Equity Ra tio (DER) sebagai instrument untuk mengetahui
kemampuan ekuitas atau aktiva bersih suatu perusahaan untuk melunasi seluruh
semakin rendah rasio maka akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjang (Darsono, 2005:54). Rasio ini menunjukkan
risiko perusahaan, maka tinggi rendahnya resiko perusahaan secara tidak langsung
dapat mempengaruhi harga saham.
Current Ra tio (CR) sebagai rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancarnya (Kasmir, 2008: 134). Apabila rasio ini rendah berarti
perusahaan memiliki kemampuan yang rendah dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya. Hal ini menandakan perusahaan tersebut tidak likuid dan akan
mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi. Keputusan investor tersebut
secara tidak langsung mempengaruhi harga saham.
Dividen Per Sha re (DPS) adalah dividen per lembar saham. Dividen per
lembar saham merupakan keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham oleh
perusahaan sesuai atau sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya. Menurut
Brigham dan Houston (2006:76) dalam hipotesis kandungan informasi (information
signa ling content), dividen yang dibagikan dapat memberikan efek terhadap harga
saham perusahaan karena dalam pengumuman pembagian dividen mengandung
informasi yang penting bagi investor sebagai sinyal dari perusahaan mengenai
prospek perusahaan di masa depan.
Return On Assets (ROA) merupakan kemampuan perusahaan secara
tersedia diperusahaan. Peningkatan keuntungan ini mempunyai efek yang positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh investor
sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan dapat menaikkan harga
saham perusahaan. Modigliani-Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan akan
tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya (Brigham dan
Houston, 2006:70)
2.8. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga
saham menunjukkan hasil-hasil yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian
replikasi dari penelitian-penelitian terdahulu. Rincian mengenai penelitian-penelitian
terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Vice Law
Pengaruh Current Ratio, Earning Per Share, dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham
Variabel Independen: CR, EPS, dan PER. Variabel dependen: Harga saham
Semua variabel independen yang
diteliti secara serempak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham.
Secara parsial hanya CR
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham,
adapun EPS dan PER
berpengaruh positif secara signifikan terhadap Harga saham.
2 Fadjar O.P. Firm Size on Firm Value.
Variabel Independen:
Secara serempak semua variabel
independen berpengaruh
Independent Board),
Analisis the Determinant of Markets Stock Price GDP berpengaruh Signifikan terhadap MPS sebagai variabel dependen. Namun secara parsial variabel DPS, EPS, NAVPS, INF, dan GDP memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap MPS.
Sedangkan INT tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap MPS.
4 Chrystine
Anggrainy Sidabutar (2012)
Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio dan
Return On Equity
Terhadap Harga Saham
pada Perusahaan
Manufaktur Industri
Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI
Variabel Independen: CR, DER, dan ROE. Variabel Dependen: Harga Saham
Secara simultan semua variabel independen yaitu CR, DER, dan
ROE berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham. Tetapi secara parsial semua variabel independen tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham
Invesment, Earning Per Share, dan Dividen Per Share Terhadap Harga
Saham Perusahaan positif dan signifikan terhadap harga saham. Demikian juga secara parsial ROI, EPS, dan DPS memiliki pengaaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Secara simultan variabel ROA, CR, INV berpengaruh signifikan terhadap Return Stock. Secara parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Stock Return.
2.9. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan
suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu
masalah tertentu. Kerangka Konseptual akan menghubungkan antara
variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel-variabel bebas dengan variabel-variabel terikat. Adapun
kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sumber : Diolah peneliti, 2014
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Debt to Equity Ra tio
(DER)
Current Ra tio (CR) (X2)
Dividen Per Sha re (DPS) (X3)
Return On Asset (ROA) (X4)
Harga Saham
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Debt to Equity Ra tio (DER) memiliki pengaruh yang positif terhadap
harga saham perusahaan finansial di Indeks KOMPAS 100.
2. Current Ra tio (CR) memiliki pengaruh yang positif terhadap harga saham
perusahaan finansial KOMPAS 100.
3. Dividen Per Sha re (DPS), memiliki pengaruh yang positif terhadap harga
saham perusahaan finansial di Indeks KOMPAS 100.
4. Return On Assets (ROA), memiliki pengaruh yang positif terhadap harga