• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Pembelajaran Murder Berbantu Media Prezi Dekstop untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Pembelajaran Murder Berbantu Media Prezi Dekstop untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa T1 Full text"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MURDER

BERBANTU MEDIA PREZI DEKSTOP UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Disusun oleh: Rian Kustito (702010141)

Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

6 1. Pendahuluan

Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian kegiatan pendidikan memiliki peranan penting dalam membentuk sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas guna menghadapi tantangan jaman yang semakin kompleks. Sebagaimana tujuan pembelajaran TIK, siswa bukan hanya memiliki kemampuan dalam menggunakan peralatan TIK, tetapi diperlukan juga pemahaman tentang konsep TIK. Guru diharapkan memiliki kemampuan dalam mengelola kelas dengan sebaik-baiknya demi mencapai tujuan tersebut. Kemampuan dalam memilih model pembelajaran serta media atau sumber belajar juga merupakan tugas utama guru. Guru hendaknya mengetahui secara baik model pembelajaran dan mampu menerapkannya dengan tepat dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemajuan mereka.[1]

Metode pembelajaran memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran. Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tuntang masih terdapat beberapa masalah yang terjadi dalam proses belajar mengajar. Masalah yang pertama adalah dalam proses pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang semuanya masih terpusat pada guru. pembelajaran seperti ini menyebabkan siswa cepat bosan, jenuh, dan kurang memperhatikan sehingga berdampak pada rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Masalah yang kedua adalah prestasi belajar yang masih kurang. Banyak siswa yang belum tuntas nilainya. Prestasi belajar siswa kelas XI IPA 3 pada mata pelajaran TIK, dengan kompetensi dasar mengolah dokumen pengolah angka dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75 dari 36 siswa kelas XI IPA 3, terdapat 21 siswa yang memenuhi KKM (58,33%), sedangkan 15 siswa belum memenuhi KKM (41,67). Penyebab kurangnya prestasi belajar siswa dapat dikaitan dengan metode pembelajaran yang kurang tepat yang diterapkan oleh guru. Dimana saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa menjadi bosan dan jenuh sehingga kurang dapat menerima dengan maksimal materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Akibatnya siswa menjadi pasif, tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga prestasi belajar pada mata pelajaran TIK menjadi rendah. Oleh karena permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran MURDER berbantu media Prezi Dekstop untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran TIK kelas XI di SMA Negeri 1 Tuntang.

(8)

7

kompetensi Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menghasilkan informasi.

2. Tinjauan Pustaka

Penelitian pertama dilakukan oleh Melta Vina (2015), dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe MURDER untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid Di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kampar Timur”. Bentuk penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan design randomized control group pretest-postest. Populasi penelitian tersebut adalah seluruh siswa XI IPA di SMA Negeri 1 Kampar Timur. Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol. Teknik analisis data menggunakan uji-t. hasil dari penelitian menunjukkan thitung>ttabel (3,16>1,67) dan koefisinsi pengaruh sebesar 17,33%, sehingga dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe MURDER dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan koloid dikelas XI IPA SMA Negeri 1 Kampar Timur.[2]

Penelitian keduadilakukan oleh Putri Dzulhijjah (2015), dengan judul “Penerapan Prezi Desktop Sebagai Media Presentasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon i Kelas X SMA Negeri 9 Pekanbaru. Sampel dari penelitian adalah siswa kelas X4 sebagai kelas eksperimen dan siswa pada kelas X2sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diterapkan media Prezi Dekstop sedangkan kelas kontrol tidak diberi perlakuan. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t. Berdasarkan hasil uji analisis data diperoleh thitung> ttabel yaitu 5,84>1,66, artinya penerapan Prezi Dekstop sebagai media presentasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Hidrokarbon di kelas X SMA Negeri 9 Pekanbaru.[3]

Perbedaan dengan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah pada penelitian pertama terdapat perbedaan jenis mata pelajaran,, responden siswa yang digunakan, dan juga media yang digunakan. Sedangkan persamaannya terletak pada penggunaan metode pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian yang kedua adalah jenis mata pelajaran, responden siswa yang digunakan, dan metode pembelajaran yang digunakan. Sedangkan persamaannya terletak pada media yang digunakan.

(9)

8

antara dua orang yang berkomunikasi secara lisan dan tertulis [4]. Metode pembelajaran MURDER merupakan gabungan dari beberapa kata yang terdiri dari, yaitu Mood, Understand, Recall, Digest, Expand, Review.

Penerapan Pembelajaran MURDER menggunakan sepasang anggota dyad dari suatu kelompok yang beranggotakan 4 orang, dengan langkah kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut [5]: 1) mood, mengatur suasana hati yang cocok dengan cara berfokus pada tugas kelompok. Peran guru adalah berusaha memfasilitasi siswa pada situasi belajar yang memotivasi siswa untuk fokus pada kegiatan pembelajaran yaitu dengan cara memberikan informasi atau fenomena-fenomena menarik dalam kehidupan sehari-hari. 2) understand, siswa membaca bagian materi tertentu dari naskah tanpa menghafalkan oleh masing-masing dyad dalam suatu kelompok. Peran guru adalah membagi naskah menjadi beberapa bagian sehingga memudahkan siswa dalam membagi tugasnya serta mengarahkan siswa untuk mencermati aspek penting yang ada pada naskah tersebut. Pada fase ini guru dapat menggunakan media ajar untuk menunjang proses pembelajaran. 3) recall, salah satu anggota kelompok memberikan sajian lisan dengan mengulang materi yang dibaca. Peran guru adalah memilih secara acak anggota dyad sehingga mendorong kesiapan dari setiap anggota dyad untuk menyajikan materi. 4) digest, dilakukan oleh anggota kelompok lain jika terdapat ketidakcocokan dengan apa yang disampaikan oleh anggota dyad, sehingga diperlukan koreksi terhadap kesalahan yang muncul. 5) expand, dilakukan oleh sesama pasangan. Setiap pasangan dapat memberikan contoh atau aplikasi materi yang telah dibaca dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan opini mereka terhadap topik yang dibahas ataupun mengemukakan beberapa pertanyaan yang terkait dengan topik yang dibahas. Langkah-langkah 2, 3, 4, 5 diulang untuk bagian materi selanjutnya. 6) review, atau merangkum kembali hasil pekerjaan berdasarkan hasil diskusi yang berlangsung dan menyimpulkan hasil diskusi.

Prezi Dekstop Settle et al (2011) menyatakan bahwa Prezi merupakan sebuah perangkat lunak berbasis internet Software as a Service (Saas) yang digunakan sebagai media presentasi dan juga alat untuk mengeksplorasi berbagai ide di atas kanvas virtual [7]. Prezi menjadi unggul karena program ini menggunakan en:Zooming User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna Prezi untuk dapat memperbesar dan memperkecil tampilan media presentasi yang telah dibuat.

(10)

9

presentasi tunggal. 2) Prezi memiliki konsep yang hampir sama seperti mind mapping sehingga pengguna dapat melihat semua elemen presentasi secara keseluruhan. 3) Prezi dapat digunakan sebagai alatuntuk membuat presentasi yang dinamis dan informatif, sebab tersedia banyak template. 4) Prezi dapat diakses secara online maupun offline (Prezi Dekstop). 5) Penggunaan dapat menyisipkan konten atau isi dalam ukuran yang besar. 6) Pengguna dapat fokus pada konten berbeda dengan menggunakan fitur zooming dan planning. Konten dapat diperbesar sesusai keinginan pengguna sehingga detail konten dapat tersampaikan dengan baik. 7) Prezi merupakan program presentasi berbasis internet sehingga pengguna dapat berbagi [8]. Di samping mempunyai keunggulan, Prezi juga mempunyai kekurangan. Keurangannya adalah: (1) Perbedaan fasilitas pada akun Prezi yang berlangganan dan akun yang tidak berbayar (Prezi Dekstop). menyebabkan pengguna akun tak berbayar menjadi terbatas pada penggunaan template, (2) Prezi merupakan program presentasi berbasis internet yang memungkinkan pengguna menyisipkan berbagai macam konten dalam berbagai macam ukuran, mengharuskan pengguna memiliki akses internet yang cepat dan stabil, (3) Prezi membutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) komputer yang dapat mendukung program Prezi. Peengguna harus memperbarui perangkat untuk dapat menggunakan Prezi [8].

Prestasi Belajar, menurut Muhibbin Syah (2008: 91) adalah “taraf keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”[9]. Pada penelitian ini pengambilan nilai dilakukan dengan menggunakan tes praktik yang akan dilakukan di kelas pada setiap akhir siklus. Hal tersebut bertujuan untuk melihat prestasi belajar siswa dan sejauh mana tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi tertentu yang telah dipelajari.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau sering disebut dengan CAR (Classroom Action Research). Sebelum melakukan penelitian, berikut ini tahap penelitian:

(11)

10

Gambar 1. Merupakan tahap-tahap penelitian yang dilakukan, yang terdiri dari observasi yaitu melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi dari narasumber untuk melakukan penelitian, penyusunan strategi pembelajaran yang dilakuakan dengan membuat perangkat pembelajaran RPP dan membuat media ajar animasi, penerapan yaitu melakukan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan siklus I dan II, pengolahan data dilakukan untuk mengolah data penelitian, penulisan hasil penelitian dilakukan untuk menulis laporan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas akan dilakukan dengan menggunakan model Kemmis & McTaggart, model ini merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model yang dikemukakan oleh Kemmis & Mc Taggart terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai suatu siklus. Pengertian siklus dalam hal ini adalah putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Wijaya Kusumah & Dedi Dwitagama).[11]

Gambar 2. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart.[11]

Tahap tindakan penelitian, rancangan model yang sudah disusun diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Pelaksanaan persiklus dilakukan dalam dua kali pertemuan dan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang sudah dibuat sebelumnya, setiap proses pembelajaran guru menggunakan media Prezi Dekstop dalam mempresentasikan materi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri Tuntang, dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri Tuntang. Kegiatan observasi dilakukan saat penelitian berlangsung, obsevasi dilakukan guna mengetahui apakah ada perubahan setelah dilakukan tindakan. Refleksi dilakukan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang terjadi telah sesuai dengan perencanaan. Data dalam penelitian ini adalah data keaktifan siswa dan data hasil prestasi belajar siswa.

(12)

11

kedua dan sudah sesuai dengan indikator keberhasilan, maka penelitian sudah bisa dihentikan dan jika hasil prestasi belajar belum memenuhi indikator keberhasilan maka akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

keaktifan belajar dapat dilihat berdasarkan indikator keaktifan siswa. Lembar observasi keaktifan disusun berdasarkan indikator keaktifan menurut Asmani (2011) [12], Indikator-indikator tersebut dijabarkan ke dalam beberapa item pernyataan, dan ditunjukan pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Indikator Keaktifan Siswa

No Indikator Pernyataan

1 Pengalaman 1. Siswa menggunakan media/alat yang tersedia selama proses pembelajaran berlangsung

2. Siswa membaca atau mencari literatur lain sebagai sumber belajar yang menunjang jawaban dari pertanyaan di LKS

2 Interaksi dan

komunikasi 1.2. Siswa mengajukan pertanyaan Siswa mengemukakan pikiran atau pendapat

3. Siswa memberikan tanggapan dari pendapat ataupun pertanyaan

3 Refleksi 1. Siswa mencatat apa yang telah dipelajari

Tabel 1. Merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengamati keaktifan siswa di kelas. Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori penskoran sebagai berikut ini:

Skor 1 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori kurang.

Skor 2 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori cukup.

Skor 3 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori baik. Skor 4 = Jika pernyataan tersebut dilakukan oleh siswa dalam kategori sangat

baik.

Untuk mengetahui keaktifan setiap siswa, dilakukan proses perhitungan dengan menggunakan Persamaan 3.1 (Verosika, 2013).[13]

Nilai keaktifan siswa = ∑

(13)

12

Skor 1 – 1,9 = keaktifan kategori rendah Skor 2 – 2,9 = keaktifan kategori sedang Skor ≥ 3 = keaktifan kategori tinggi

Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes praktik. Tes praktik dilaksanakan pada pertemuan akhir dari setiap siklus. Tes ini dilakukan guna mengukur prestasi belajar siswa setelah dilakukan tindakan. Data prestasi belajar siswa ini dianalisa dengan rata-rata nilai kelas, nilai maksimal dan minimal serta jumlah siswa yang tuntas maupun tidak tuntas. Dalam penelitian, indikator keberhasilan merupakan ketentuan atau tolok ukur suatu penelitian dikatakan berhasil atau tidak, selain itu yang menjadi indikator keberhasilan setelah pelaksanaan tindakan adalah meningkatnya prestasi belajar dari siklus satu ke siklus selanjutnya. Apabila nilai prestasi belajar siswa yang didapat sesuai dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu ≥ 75 mencapai 75% dari standar ketuntasan belajar minimal, maka dapat dikatakan menggunakan metode pembelajaran MURDER berbantu media Prezi Dekstop pada mata pelajaran TIK kelas XI mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Hasil dan Pembahasan

(14)

13

mendemonstrasikannya sedangkan siswa memperhatikan dan mengikuti demonstrasi yang dilakukan oleh guru menggunakan Microsoft Office Excel dengan media Prezi Dekstop sebagai alat presentasi. Setelah itu guru menjelaskan materi tentang cara untuk memasukan formula dan kemudian mendemonstrasikannya sedangkan siswa memperhatikan dan mengikuti demonstrasi yang dilakukan oleh guru menggunakan Microsoft Office Excel. Kemudian guru membagi siswa dalam bentuk kelompok berjumlah empat orang tiap kelompok yang terdiri atas 2 dyad. Kemudian guru memberikan latihan soal yang akan dikerjakan secara kelompok, kemudian masing-masing pasangan dyad mendiskusikannya, setelah salah satu anggota menemukan jawabannya, anggota yang lain menulis sambil mengoreksi jika terjadi kekeliruan. Setelah pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 selesai mengerjakan tugas masing-masing, pasangan dyad-1 menjelaskan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-2, demikian pula pasangan dyad-2. Setelah itu pada tahap recall, salah satu anggota dyad kelompok akan ditunjuk secara acak oleh guru sehingga mendorong kesiapan dari setiap anggota dyad untuk menyajikan materi. Kemudian pada tahap digest, anggota kelompok lain diperbolehkan untuk menanggapi, memberikan pendapat, pertanyaan, atau koreksi apabila ditemukan ketidakcocokan dan ketidaksesuaian terhadap penyampaian materi dari anggota kelompok penyaji. Setelah itu pada tahap expand, setiap pasangan dapat memberikan contoh atau aplikasi materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan opini mereka terhadap topik cara memasukkan formula dan mengemukakan pertanyaan yang terkait dengan materi yang sedang dibahas. Kemudian pada tahap pada tahap review Pada akhir pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa yang masih kurang mengerti tentang materi tertentu yang telah disampaikan dan dipelajari bersama pada hari tersebut. Setelah itu guru dan siswa bersama-sama merangkum hasil pembelajaran yang telah dipelajari.

(15)

14

dua. Berikut hasil observasi keaktifan siswa berdasarkan Indikator pada siklus satu pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Berdasarkan Indikator

No Indikator Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Persentase Rata-rata

1 Pengalaman 72,57% 75,35% 73,96%

2 Interaksi dan Komunikasi 60,19% 65,51% 62,85%

3 Refleksi 68,06% 81,25% 74,65%

Data hasil observasi keaktifan siswa siklus satu berdasarkan indikator menunjukkan adanya peningkatan presentase dari masing-masing indikator keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus satu, indikator interaksi dan komunikasi merupakan indikator dengan persentase keaktifan paling rendah daripada dua indikator lainnya. Jadi dapat diketahui bahwa selama ini siswa kurang aktif dalam bentuk interaksi dan komunikasi. Data hasil observasi keaktifan siswa berdasarkan kategori pada siklus satu ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Berdasarkan Kategori

No Interval Keaktifan Kategori Pertemuan I Siklus I Pertemuan II Persentase Rata-rata

1 Skor ≥ 3 Tinggi 59,26% 70,37% 64,81%

2 Skor 2 – 2,9 Sedang 34,72% 29,63% 32,18%

3 Skor 1 – 1,9 Rendah 6,02% 0,00% 3,01%

Jumlah 100% 100% 100%

Dari hasil observasi siklus satu diketahui persentase keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama dan kedua pada interval skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi) mengalami peningkatan. Sedangkan pada kategori keaktifan sedang dan rendah mengalami penurunan. Kemudian hasil tes pada siklus satu akan ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 4. Persentase Nilai Tes Siswa Siklus I

(16)

15

Jumlah 36 100%

Rata – rata Kelas 73,06

Jumlah Tuntas 26

Jumlah tidak Tuntas 10

Berdasarkan tabel 4. Dapat diketahui bahwa jumlah siswa ada 36 anak, rata-rata nilai siswa 73.06, jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran sebanyak 26 siswa (72,22%) sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 10 siswa (27,78%). ketuntasan prestasi belajar siswa mencapai sebesar 72,22% dan belum mencapai persentase ketuntasan yang ditetapkan yaitu 75%. Berdasarkan hasil analisis data siklus satu belum mencapai indikator keberhasilan maka dilanjutkan ke siklus dua. Dari perolehan data tersebut, selanjutnya menjadi refleksi siklus satu untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Kekurangan dan perbaikan pada siklus satu pada tabel 5.

Tabel 5. Refleksi Siklus I

No Kekurangan Perbaikan

1 Guru menjelaskan materi menggunakan metode pembelajaran MURDER

berbantu media Prezi Dekstop dan murid mengikuti langkah - langkah seperti yang dicontohkan dalam demonstrasi, akan tetapi masih ada murid yang bingung namun malu bertanya, dan akhirnya kurang memperhatikan dengan baik. Kemudian dalam diskusi pada masing-masing dyad dalam kelompok masih ada beberapa siswa yang kurang menjalin berulang - ulang lebih dari satu kali. Dan membiasakan tiap

(17)

16

demonstrasi yang dilakukan oleh guru menggunakan Microsoft Office Excel dengan media Prezi Dekstop sebagai alat presentasi. Setelah itu guru menjelaskan materi tentang cara untuk memasukan formula dan kemudian mendemonstrasikannya sedangkan siswa memperhatikan dan mengikuti demonstrasi yang dilakukan oleh guru menggunakan Microsoft Office Excel. Kemudian guru membagi siswa dalam bentuk kelompok berjumlah empat orang tiap kelompok yang terdiri atas 2 dyad. Kemudian guru memberikan latihan soal yang akan dikerjakan secara kelompok, kemudian masing-masing pasangan dyad mendiskusikannya, setelah salah satu anggota menemukan jawabannya, anggota yang lain menulis sambil mengoreksi jika terjadi kekeliruan. Setelah pasangan dyad-1 dan pasangan dyad-2 selesai mengerjakan tugas masing-masing, pasangan dyad-1 menjelaskan jawaban yang ditemukan oleh mereka kepada pasangan dyad-2, demikian pula pasangan dyad-2. Setelah itu pada tahap recall, salah satu anggota dyad kelompok akan ditunjuk secara acak oleh guru sehingga mendorong kesiapan dari setiap anggota dyad untuk menyajikan materi. Kemudian pada tahap digest, anggota kelompok lain diperbolehkan untuk menanggapi, memberikan pendapat, pertanyaan, atau koreksi apabila ditemukan ketidakcocokan dan ketidaksesuaian terhadap penyampaian materi dari anggota kelompok penyaji. Setelah itu pada tahap expand, setiap pasangan dapat memberikan contoh atau aplikasi materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, mengemukakan opini mereka terhadap topik tentang membuat grafik sederhana dan mengemukakan pertanyaan yang terkait dengan materi yang sedang dibahas. Kemudian pada tahap pada tahap review Pada akhir pelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa yang masih kurang mengerti tentang materi tertentu yang telah disampaikan dan dipelajari bersama pada hari tersebut. Setelah itu guru dan siswa bersama-sama merangkum hasil pembelajaran yang telah dipelajari.

(18)

17

Tabel 6. Data Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Berdasarkan Indikator

No Indikator Pertemuan I Pertemuan II Siklus II Persentase Rata-rata

1 Pengalaman 78,13% 84,38% 81,25%

2 Interaksi dan Komunikasi 70,83% 80,56% 75,69%

3 Refleksi 75,69% 81,25% 78,47%

Data pada tabel 6. Menunjukkan adanya peningkatan presentase dari masing-masing indikator keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus dua. peningkatan pada siklus kedua sudah memenuhi standar pesentase yang telah ditetapkan yaitu 75%. Data hasil observasi keaktifan siswa berdasarkan kategori pada siklus dua ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 7. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Berdasarkan Kategori

No Interval Kategori

Keaktifan Pertemuan I Siklus II Pertemuan II Persentase Rata-rata

1 Skor ≥ 3 Tinggi 80,56% 95,37% 87,96%

2 Skor 2 – 2,9 Sedang 19,44% 3,24% 11,34%

3 Skor 1 – 1,9 Rendah 0,00% 1,39% 0,69%

Jumlah 100% 100% 100%

Pada tabel 7. Hasil observasi siklus dua diketahui persentase keaktifan belajar siswa pada pertemuan pertama dan kedua pada interval skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi) mengalami peningkatan. Sedangkan pada kategori keaktifan sedang dan rendah mengalami penurunan. Kemudian hasil tes pada siklus dua akan ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 8. Persentase Nilai Tes Siswa Siklus II

(19)

18

Jumlah tidak Tuntas 6

Diketahui jumlah siswa ada 36 anak dengan rata-rata nilai siswa 79.92 jumlah siswa yang tuntas dalam pembelajaran sebanyak 30 siswa (83,33%) sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 6 siswa (16,67%). nilai persentase rata-rata ketuntasan prestasi belajar siswa sudah memenuhi kriteria persentase ketuntasan yang diharapkan yaitu 75%. sehingga penelitian ini dapat dihentikan dan untuk siswa yang belum tuntas akan mendapatkan tugas untuk perbaikan.

Berdasarkan uraian pembahasan, adanya peningkatan keaktifan belajar dan prestasi belajar pada siklus dua sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Peningkatan keaktifan belajar siswa pada siklus satu dan siklus dua dapat dilihat dari persentase rata-rata. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. keaktifan belajar siswa siklus I dan II berdasarkan indikator

No Indikator Siklus I Siklus II

1 Pengalaman 73,96% 81,25%

2 Interaksi dan Komunikasi 62,85% 75,69%

3 Refleksi 74,65% 78,47%

Data keaktifan belajar siswa digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan persentase keaktifan siswa yang terjadi pada tiap indikator keaktifan selama diterapkan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran MURDER berbantu media Prezi Desktop pada siklus satu dan siklus dua. Data keaktifan siswa berdasarkan indikator diketahui terjadi peningkatan pada masing-masing indikator. Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator interaksi dan komunikasi yaitu sebesar 12,84%, sedangkan indikator pengalaman dan refleksi masing-masing sebesar 7,29% dan 3,82 dengan beberapa perbaikan sesuai hasil refleksi yang dilakukan. Kemudian untuk melihat peningkatan keaktifan siswa berdasarkan kategori pada siklus satu dan siklus dua, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10. Keaktifan belajar siswa siklus I dan II berdasarkan kategori

No Interval Kategori Keaktifan Siklus I Siklus II

1 Skor ≥ 3 Tinggi 64,81% 87,96%

2 Skor 2 – 2,9 Sedang 32,18% 11,34%

(20)

19

Jumlah 100% 100%

Berdasarkan data keaktifan belajar siswa berdasarkan kategori dapat dilihat bahwa ada peningkatan persentase siswa yang memperoleh keaktifan pada interval skor ≥ 3 (kategori keaktifan tinggi), dari siklus satu sampai dengan siklus dua. Kemudian ada penurunan persentase siswa yang memperoleh keaktifan interval skor < 3 (kategori keaktifan sedang dan kategori keaktifan rendah) dari siklus satu sampai dengan siklus dua.

Tabel 11. Data persentase rata-rata nilai siswa pada siklus I dan II

No Penilaian Siklus I Nilai Tes Siklus II

1 Rata-rata kelas 73,06 79,53

2 Persentase ketuntasan 72% 83%

Berdasarkan data nilai prestasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes praktik siswa dari siklus satu dan siklus dua, rata-rata pada siklus satu 73,06 dengan persentase ketuntasan 72% dan rata-rata kelas pada siklus dua 79,53 dengan persentase ketuntasan 83%. hasil rata-rata kelas dari siklus satu dan siklus dua terjadi peningkatan sebesar 6,4 sedangkan persentase ketuntasan pada siklus satu dan siklus dua mengalami peningkatan sebesar 11%. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria yang diharapkan.

5. Diskusi

(21)

20

dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran TIK dengan kompetensi dasar mengolah dokumen pengolah angka di kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 dapat meningkat, sehingga permasalahan tentang keaktifan dan prestasi belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran TIK kelas XI SMA Negeri 1 Tuntang pada pokok bahasan tersebut dapat teratasi.

Saran yang dapat disampaikan bagi penelitian selanjutnya, diharapakan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi penelitian dan terus mengembangkan atau menyempurnakan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran MURDER dengan mengkolaborasikannya dengan metode pembelajaran yang lain dan atau mengembangkan pemanfaatan media yang digunakan dalam membantu proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran MURDER.

6. Daftar Pustaka

[1] Ardana, I Made. 2007. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Matematika Regional Bali, Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Undiksha, Singaraja 26 Nopember 2007.

[2] Melta Fina. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Murder Untuk Meningkatkan Prestasi Belajara Siswa Pada Pokok Bahasan Koloid Di Kelas Xi Ipa Sma Negeri 1 Kampar Timur. (online) http://jom.unri.ac.id/. [18 April 2017]

[3] Putri Dzulhijjah. (2015). Penerapan Prezi Desktop Sebagai Media Presentasi Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon I Kelas X Sma Negeri 9 Pekanbaru.

(online).http://jom.unri.ac.id/.[20 April 2017]

[4] I Wayan Santyasa. 2006. Pembelajaran Inovatif : Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Prosiding, Pelatihan bagi Guru SMA. 27 Desember 2006. FPMIPA Universitas Pendidikan Ganesha.

Singaraja.

[5] Lestari, N. W. R. 2008. Pengaruh model penilaian dan seting pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 4 Singaraja tahun pelajaran 2007/2008. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha

[6] Sadiman, Arief S dkk. 2006. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Raja Grafindo. Jakarta

[7] Brian, E. P, Alyson, G. S (2010) A Review of a Presentation Technology: Prezi, Research on Social Work Practice 000(00) 1-2

[8] Rusman, 2010, Model-model Pembelajaran – mengembangkan profesionalisme guru, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada.

[9] Syah,Muhibbin. Psikologi Belajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.2008

[10] Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

(22)

21

[12] Asmani, J.M. (2011). 7 Tips Aplikasi PAKEM. Yogyakarta: Diva Press

[13] Yolanda Verosika. (2013). Penerapan Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Ipa Pada Siswa Kelas 5 Sd Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. (online).

http://repository.uksw.edu/. [22 April 2017]

Gambar

Gambar 1. Tahap Penelitian.[10]
Gambar 2. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart.[11]
Tabel 1. Indikator Keaktifan Siswa
Tabel 3. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Berdasarkan Kategori
+5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Penggunaan Metode Permainan Kuis untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Materi Pokok Bangun Datar dan Bangun Ruang

[r]

Tidak hanya gedung-gedung perkantoran saja, rumah sakit, hotel, bahkan ruko- ruko juga perlu instalasi listrik demi kenyamanan penghuninya khususnya adalah pasien-pasien yang

Setelah mendapatkan hasil dari beberapa uji di atas, penulis dapat memberikan argumentasi bahwa alur transmisi moneter melalui jalur harga aset syariah (yang

Kedua, pada grup facebook Yusuf Lubis Bupati Pasaman lebih mengutamakan kalimat menyatakan dan memuji sehingga pengguna facebook menggunakan kalimat yang bermaksud

Kajian-kajian meta analisis di Barat kebanyakanan para pakar psikologi transfortasi belum menunjukan kesamaan hasil kajian tentang faktor personaliti big five apa

Persoalan  masyarakat  plural  sangat  berkaitrapat  dengan  latar  belakang  dan  sejarah  bermulanya  pembentukan  identiti  etnik  ( identity  formation)   di 

terhadap kemampuan sosialisasi ini sejalan dengan pendapat Santosa (2009) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika sosial budaya