• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebermaknaan Hidup yang Dimiliki oleh Ateis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kebermaknaan Hidup yang Dimiliki oleh Ateis"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

iii ABSTRAK

Cellia Saragih & Josetta M. R. Tuapattinaja

Dalam masyarakat Indonesia yang umumnya adalah penganut agama, ternyata terdapat individu Ateis yang merupakan minoritas. Ateis memang tidak percaya akan eksistensi Tuhan, namun mereka tetap memiliki keinginan untuk hidup bermakna melalui tujuan yang hendak dicapai, yang berbeda dengan penganut agama yang memiliki tujuan untuk menjalankan perintah Tuhan agar masuk ke dalam surga. Individu Ateis ingin mencapai tujuan hidup tanpa mengharapkan surga sebagai imbalan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami gambaran kebermaknaan hidup yang dialami oleh Ateis. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis dengan jumlah responden sebanyak 3 orang yang diperoleh berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab seseorang beralih menjadi Ateis ialah, perkembangan kognitif, paparan eskternal mengenai perkembangan sains, teknologi maupun pemberitaan isu-isu sosial yang membuat responden mempertanyakan keberadaan Tuhan. Selain itu, juga dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas hubungan dengan anggota keluarga yang menimbulkan keengganan untuk berdiskusi mengenai agama. Ketiga responden kini memandang hidup secara berbeda, yaitu sebagai hal yang hanya berlangsung sekali sehingga ingin memaksimalkan hidup tanpa harus takut akan neraka. Mereka bahagia dengan identitas Ateis, meskipun responden III masih berada pada tahap penemuan makna karena masih mempertimbangkan hal yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan hidup melalui creative value, sementara responden I dan II mulai memasuki kehidupan bermakna karena telah melakukan usaha untuk mencapai tujuan hidup berdasarkan experiental value yang mereka miliki.

Kata kunci : Kebermaknaan hidup, Ateis

(2)

iv ABSTRACT

Cellia Saragih & Josetta M. R. Tuapattinaja

Indonesians mostly have their beliefs in God, but apparently there is some Indonesians who is an Atheist and does not have belief in God. The believer and Atheist are differently making meaning to their lives through their goals. To make

their lives meaningful, the believer wants to do God’s order so they will get their

parts in heaven, while the Atheist one wants to achieve the goals without considering the existence of heaven. The aim of this research is to understand the dynamics lives of Atheist in the process of finding the meaning of life. This research used a phenomenological qualitative approach with the number of the respondents as many as 3 respondents obtained based on certain criteria.

The result of this research showed that cognitive development and external factors, such as : science development and the relationship quality with family are causes of respondents’ questions toward God’s existence and finally become an Atheist. Those respondents now have different perspective about life than they used to do, that life is just happened once so it needs to be fully fulfilled without the fear of hell. They now are also happy with their identity as an Atheist, but respondent III is still stuck in discovery meaning stage because he has not done anything to achieve his goals through his creative value, while responden I and II is now starting to achieve the meaningful life because they have done efforts to achieve their goals through their experiental values.

Key Word : Meaningful of life, Atheist

Referensi

Dokumen terkait

Kebermaknaan hidup yang peneliti fokuskan pada pemaknaan individu dari apa yang dikerjakan, karena dengan pencarian makna dan menghayati atas apa yang ia kerjakan

Meskipun upaya untuk menekan laju kematian akibat AIDS dapat dikendalikan namun penemuan baru infeksi HIV dan kasus AIDS masih terus bertambah dan merupakan tantangan

Perkembangan berpikir matematika anak usia persekolahan, menurut Jean Piaget (dalam Hildayani, 2009:3.8) berada pada tahap praoperasional pada tahap ini pemikiran anak

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa keluarga yang menjadi responden penelitian mayoritas berada pada tahap siklus hidup keluarga menikah kurang dari 6 tahun dan belum memiliki anak

• Proses  inovasi  yang  dilakukan  di  Rumah  Sakit  Mata  Cicendo  masih  dipersepsikan  oleh  sebagian  besar  responden  sebagai  rata‐rata,  seperti 

Apalbila kita mengalami penderitaan, maka terimalah segala pederitaan yang dialami dengan makna yang baik, maka kita akan tetap mampu merasa bahagia dan bermakna walaupun

Lansia ialah manusia yang berumur di atas usia 60 tahun dan masih hidup. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai