• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Gel Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis, L.) Dan Uji Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Gel Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis, L.) Dan Uji Aktivitas Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Teh Hijau

2.1.1 Klasifikasi tumbuhan teh hijau

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), sistematika (toksonomi) tumbuhan, tumbuhan teh diklasifikasikan sebagai berikut:

Kindom : Plantea

Divisio : Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub Divisio : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka) Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah) Subkelas : Dialypetalae

Ordo (bangsa) : Guttiferales (Clusiales) Famili (suku) : Camelliaceae (Theaceae) Genus (marga) : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L. Varietas : Sinensis

2.1.2 Morfologi tumbuhan teh hijau

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), morfologi tumbuhan teh hijau adalah sebagai berikut:

(2)

1. Akar dan batang. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap

keadaan fisik tanah, dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan tanah yang dalam. Akar tanaman teh berupa akar tunggang dan mempunyai banyak akar cabang. Apabila akar tunggangnya putus, maka akar–akar cabang akan menggantikan fungsinya dengan arah tumbuh yang semula melintang (horizontal) menjadi kebawah (vertikal). Batang tanaman teh tumbuh tegak, berkayu tingginya antara 3–5 m atau lebih hingga 20 m, banyak bercabang, dan membentuk semak.

2. Daun. Daun berbentuk jorong atau tegak bulat telur terbalik. Tepi daun

bergerigi. Daun tunggal dan letaknya hampir berseling. Tulang daun menyirip. Permukaan atas daun muda berbulu halus, sedangkan permukaan bawah bulunya hanya sedikit. Pada umumnya panjang daun 6 -18 cm dan lebar 2-6 cm serta bertangkai pendek. Daun teh memiliki bau (aroma) yang khas dengan cita rasa agak sepat. Daun–daun baru yang mulai tumbuh setelah pemangkasan lebih besar daripada daun–daun yang terbentuk sesudahnya. Pucuk dan ruasnya berambut, daun tua bertekstur seperti kulit, permukaan atasnya berkilat, dan berwarna hijau kelam.

3. Bunga. Tanaman teh berbunga sempurna tumbuh pada ketiak daun, tunggal

(3)

terdapat tiga buah sirip. Benang sarinya berjumlah 100–200 tangkai. Sekitar 2 persen dari seluruh bunga pada satu batang tanaman teh berhasil membentuk biji. Penyerbukan buatan (artificial pollination) dapat meningkatkan jumlah buah sampai 14 persen.

4. Buah dan biji. Buahnya berupa buah kotak. Berdinding tebal, dan pecah

menurut ruang. Buah yang masih muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi cokelat kehitaman. Bijinya keras, berwarna cokelat, beruang tiga, berkulit tipis berbentuk bundar di satu sisi, dan datar di sisi yang lain. Buah yang masak dan kering akan pecah dengan sendirinya, serta bijinya ikut keluar. Dalam satu buah berisi 1–6 biji, tetapi rata –rata 3 biji. Biji mengandung minyak dengan kadar yang tinggi, yaitu 20% dari berat biji.

2.1.3 Kandungan kimia daun teh hijau

Daun teh hijau mengandung komponen bioaktif. Jenis fenol dalam tanaman teh pada umumnya adalah asam fenolat, flavonoid, dan tanin. Flavonoid yang banyak terdapat di daun teh hijau adalah tanin atau katekin 0,35 gram/100 gram daun, treutama epicatekin 0,63 gram/100 gram daun, epikatekin gallat 2,75 gram/100 gram daun, epigallokatekin 2,35 gram/100 gram daun, dan epigallokatekin gallat 10,55 gram/100 gram daun, vitamin B1,B2 dan vitamin C (Rukmana, 2015).

2.1.4 Manfaat daun teh hijau

Menurut Rukmana (2015), manfaat daun teh hijau adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kinerja otak dan memperkuat pikiran

(4)

4. Meningkatkan memori dan menjaga daya ingat 5. Mencegah sakit gigi

6. Membantu melawan penuaan dan menjaga awet muda 7. Menjaga kesehatan kulit

8. Menghindari resiko kebotakan 9. Menjaga kesehatan rambut 10.Mencegah penyakit diabetes 11.Mecegah kanker

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan suatu peristiwa penarikan massa zat aktif kedalam cairan penyari. Tujuannya agar massa zat aktif yang semula berada dalam sel dapat ditarik oleh cairan penyari dan terlarut dalam cairan penyari. Zat aktif dapat berupa bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Semakin luas permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari, maka penyarian akan berlangsung baik. Pertimbangan pemilihan metode penyarian yang baik adalah wujud dari bahan uji yang disari (Harborne, 1973).

Metode ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi: 1. Cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: a. Maserasi

(5)

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlah nya 1 – 5 kali bahan.

2. Cara panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari: a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3 - 5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingain balik.

c. Digesti

(6)

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 -98°C) selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

e. Dekok

Dekok adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan temperatur sampai titik didih air.

2.3 Rambut

2.3.1 Pengertian rambut

Rambut adalah struktur berkeratin panjang dari epitel epidermis. Warna, ukuran, dan penyebarannya bervariasi sesuai bangsa, umur, jenis kelamin, dan bagian tubuh. Rambut ditemukan diseluruh permukaan tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, dan bibir (Junqueira,1997). Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi rambut terdiri atas zat karbon ± 50%, hydrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan oksigen 20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida, misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja, 1997).

2.3.2 Bagian-bagian rambut

Menurut Barrel, dkk (2009), Bariqina dan Ideawati (2001) bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:

1. Ujung rambut

(7)

2. Batang rambut

Bagian rambut yang ada di bagian luar kulit dinamakan batang rambut. Jika rambut dipotong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu:

a. Kutikula rambut, terdiri dari sel-sel keratin yang pipih, dan saling bertumpuk seperti sisik ikan. Lapisan ini keras dan berfungsi melindungi rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut.

b. Korteks rambut, adalah lapisan yang lebih dalam (antara kutikula dan medula), terdiri dari sel-sel yang memanjang, tersusun rapat. Lapisan ini sebagian besar terdiri dari pigmen rambut dan rongga-rongga udara.

c. Medula rambut, terdiri dari tiga atau empat lapis sel yang berbentuk kubus, berisikan keratohialin, butir-butir lemak dan rongga udara. Bagian-bagian batang rambut dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini:

(8)

3. Akar rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Akar rambut tertanam miring dalam kulit dan terselubung oleh kantong rambut (folikel rambut). Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

a. Kantong rambut (folikel), merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindungi akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut.

b. Papil rambut, ialah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut.

c. Umbi rambut (matriks), ialah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang rambut. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001). Bagian-bagian rambut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini:

(9)

2.3.3 Bahan-bahan penyubur rambut

Menurut Tranggono dan latifah (2007) bahan-bahan penyubur rambut diantaranya adalah:

1. Bahan untuk menstimulasi sirkulasi darah di kulit kepala, misalnya derivat asam nikotin

2. Bahan irritant, misalnya camphora

3. Minyak esensial, misalnya ekstrak dari tanaman tertentu seperti cinamon, dan pala

4. Bahan makanan, misalnya asam-asam amino 5. Vitamin, misalnya B1, B2, B6, B12, A, E, H, F

6. Bahan penguat rambut, misalnya senyawa-senyawa dicarbonil 7. Bahan keratolitika, misalnya asam salisilat

8. Antiseptik, misalnya derivat fenol dan senyawa amonium kuartener .

3.3.4 Jenis rambut

Menurut Putro (1997) jenis rambut dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

a. Jenis menurut morfologi

1. Rambut velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir di seluruh tubuh.

(10)

b. Jenis rambut menurut sifatnya

Menurut sifatnya, rambut di bagi menjadi tiga yaitu: 1. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak.

2. Rambut normal

Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang memproduksi minyak secara cukup. Rambut jenis ini tidak cepat kotor (tahan 2-3 hari bila berpergian).

3. Rambut keriting

Jenis rambut ini tampak kering, mengembang dan mudah rapuh. Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali, akibat kurang aktifnya kelenjar minyak.

2.3.5 Pertumbuhan rambut

Sejak awal kehidupan manusia, rambut aktif tumbuh dan istirahat kemudian pada waktu tertentu akan rontok, lalu tumbuh lagi sebagai siklus yang bergantian. Setiap bulan, rambut akan tumbuh sepanjang 12 mm. Manusia memiliki rata–rata 90.000 sampai 140.000 folikel. Setiap helai rambut, akan mengalami fase pertumbuhan dan kerontokan. Waktu yang dibutuhkan selama proses antara rambut tumbuh dan rontok, biasanya sekitar 2 sampai 3 bulan (Muliyawan dan Suriana, 2013).

(11)

metabolisme, nutrisi dan vaskularisasi (aliran darah) dari masing–masing orang. Waktu hidup rambut bervariasi, misalnya pada rambut kepala waktu hidupnya bisa mencapai 2,5 tahun, tetapi bulu mata hanya mencapai 100–150 hari saja. Ukuran rambut juga bervariasi, rambut kepala yang normal memiliki diameter sekitar 1/15 mm, sedangkan rambut yang tumbuh di daerah dagu, kening, dan bagian lainnya memiliki diameter yang lebih besar (Putro, 1997).

Menurut siklus pertumbuhannya, rambut di bedakan dalam 3 fase yaitu: a. Fase anagen (masa pertumbuhan)

Aktivitas pertumbuhan rambut akan berlangsung antara 2 -6 tahun (rata– rata (1.000 hari). Sel–sel rambut mengalami mitosis untuk membentuk sel–sel baru yang mendorong sel–sel yang lebih tua menuju ke atas sehingga rambut bertambah panjang.

b. Fase katagen (masa peralihan)

Fase ini di mulai dengan penebalan jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar menyempit, sedangkan bagian bawah melebar serta mengalami pertandukan sehingga bentuknya seperti “gada”. Aktivitas ini

berlangsung antara 2-3 minggu. c. Fase telogen (masa istirahat)

(12)

Gambar 2.3 Siklus pertumbuhan rambut (Djuanda, dkk., 2005).

2.4 Gel

Gel didefinisikan sebagai suatu sediaan semipadat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun dari partikel anorganik kecil maupun molekul organik besar yang mengandung cairan. Umumnya, gel merupakan sediaan semipadat yang jernih, tembus cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid yang memiliki kekuatan oleh adanya jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel,1989).

(13)

membirikan efek topikal yang baik dan memiliki daya sebar yang baik sehingga dapat bekerja langsung pada lokasi yang sakit dan tidak menimbulkan bau tengik. Selain itu, gel mampu membuat lapisan film sehingga mudah di cuci dengan air (Ansel,1989)

.

2.5 Komponen Dalam Sediaan Gel Dari Ekstrak Daun Teh Hijau

2.5.1 Karbopol 943

Karbopol dengan nama resmi carboxy polymethylene memiliki rumus molekul C10-C30 alkyl acrylates cross polymer. Karbopol memiliki beberapa nama yang biasa digunakan, seperti carbomer, acitamer, acrylic acid polymer,carboxyvinyl polymer.

Karbopol berbentuk serbuk hablur putih, sedikit berbau khas, dan higroskopis sehingga perlu di simpan dalam wadah yang tertutup baik.karbopol larut dalam air hangat, etanol, dan gliserin. Struktur dari karbopol dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini:

Gambar 2.4 Struktur karbopol (Rowe et al, 2009).

Karbopol merupakan polimer dengan berat molekul 104.400 g/mol dari asam akrilik yang berikatan silang dengan eter dari pentaeritritol. Karbopol merupakan basis gel yang kuat, sehingga penggunaaanya hanya diperlukan dalam

(14)

jumlah yang sedikit, yakni sekitar 0,5 – 1%. Dispersi 1% karbopol dalam air mempunyai pH 2,5-3,0.

Karbopol didispersikan kedalam air membentuk larutan asam yang keruh kemudian dinetralkan dengan basa kuat seperti sedium hidroksida, trietanolamin, atau dengan basa anorganik lemah (contoh: ammonium hidroksida), sehingga akan meningkatkan konsistensi dan mengurangi kekeruhan (Rowe et al, 2009).

2.5.2 Propilen glikol

Propilen glikol atau 1,2-hidroksipropana, 2-hidroksipropanol, metil etilenglikol, metil glikol, dan propana-1,2-diol memiliki rumus molekul C3H8O2.

Propilen glikol merupakan larutan jernih atau sedikit berwarna, kental dangan rasa agak manis. Propilen glikol yang memiliki berat molekul sebesar 76,09 g/mol larut dalam kloroform, etanol, gliserin, dan air. Penyimpanan propilen glikol dalam wadah tertutup baik dengan suhu rendah (Rowe et al, 2009). Struktur dari propilen glikol dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

Gambar 2.5 Struktur propilen glikol (Rowe et al, 2009).

Propilen glikol berfungsi sebagai pengawet, antibakteri, disinfektan, humektan, dan pelarut. Konsentrasi yang digunakan adalah 2-5% (Rowe et al, 2009).

OH

H3C

(15)

2.5.3 Metil paraben

Metil paraben memiliki berat molekul sebesar 152,15 g/mol dengan rumus molekul C8H8

0

3. Metil paraben atau metil ester asam 4-hidroksibenzoat, metil p-hidroksibenzoat, nipagin M, uniphe p-23 memiliki struktur yang terlihat pada Gambar 2.6 berikut ini:

Gambar 2.6 Struktur metil paraben (Rowe et al, 2009).

Metil paraben merupakan hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau berbau khas lemah yang mudah larut dalam etanol dan eter, praktis tidak larut dalam minyak,dan larut dalam 400 bagian air (Rowe et al, 2009).

Metil paraben digunakan secara luas sebagai bahan pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan sediaan farmasi. Golongan paraben efektif pada rentang pH yang luas dan mempunyai aktivitas antimikroba pada spektrum yang luas, meskipun paraben paling efektif melawan kapang dan jamur. Pada sediaan topikal umumnya metil paraben digunakan dengan konsentrasi antara 0,02-0,3% (Rowe et al, 2009).

O OCH3

(16)

2.5.4 Propil paraben

Propil paraben memiliki berat molekul 180,21 g/mol dengan rumus molekul C10H12O3. Metil paraben atau propil p-hidroksibenzoat atau nipagin. Struktur yang terlihat pada Gambar 2.7 berikut ini :

Gambar 2.7 Struktur propil paraben (Rowe et al, 2009).

Propil paraben merupakan serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%) p, dalam 3 bagian aseton p, dalam 140 bagian gliserin p dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Khasiat dan penggunaan zat tambahan dan pelarut (Depkes, 1979).

2.4.5 Trietanolamin

Trietanolamin dengan rumus molekul C6H15NO3 memiliki sinomin TEA, tealan, trihidroksitrietilamin. Trietanolamin memiliki berat molekul sebesar 149,19 g/mol dengan struktur terlihat pada Gambar 2.8 berikut ini:

HO

O

O

(17)

Gambar 2.8 Struktur Trietanolamin (Rowe et al, 2009).

Trietanolamin berupa cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, dengan bau mirip amoniak, perlu disimpan dalam wadah tertutup baik. Trietanolamin larut dalam air, etanol, dan klorofom (Rowe et al, 2009).

Trietanolamin digunakan secara luas pada formulasi sediaan topikal. Trietanolamin akan bereakasi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Trietanolamin dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara dan cahaya. Kegunaannya adalah sebagai penstabil karbopol (Rowe et al, 2009).

N

OH OH

Gambar

Gambar 2.1  Struktur batang rambut (Bariqina dan Ideawati, 2001).
Gambar 2.2 Struktur akar rambut (Bariqina dan Ideawati, 2001)
Gambar 2.3 Siklus pertumbuhan rambut (Djuanda, dkk.,  2005).
Gambar 2.4 Struktur karbopol (Rowe et al, 2009).
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sediaan Formula FIII yang mengandung daun ekstrak daun teh hijau 7,5% memberikan aktivitas pertumbuhan rambut yang paling cepat dibandingkan formula FI (formula dengan

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada

Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan.. Proses terdiri dari

Uji aktivitas sediaan terhadap pertumbuhan rambut, meliputi penimbangan berat, pengukuran panjang dan diameter rambut tikus,yang ditentukan setiap sekali minggu selama tiga

Uji aktivitas sediaan terhadap pertumbuhan rambut, meliputi penimbangan berat, pengukuran panjang dan diameter rambut tikus,yang ditentukan setiap sekali minggu selama tiga

Penelitian lebih lanjut juga ditunjukkan oleh Kim dan kawan-kawan (2007), yang menyatakan pertumbuhan rambut manusia dipengaruhi oleh kandungan dari daun teh hijau

Green Tea (Camellia Sinensa, L.) Ethanolic Extract As Hair Tonic In Nutraceutical: Physical Stability, Hair Growth Activity On Rats Safety Tes.. International

IV.. Hasil uji aktivitas gel ekstrak daun teh hijau Camellia sinensis , L.) terhadap pertumbuhan rambut tikus setelah 14 hari