• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pencahayaan Stasiun Pemotongan dengan Mengukur Luminansi dan Iluminasi pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pencahayaan Stasiun Pemotongan dengan Mengukur Luminansi dan Iluminasi pada PT. Mahakarya Jaya Sinergi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mata merupakan salah satu bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan kesehatan mata; intensitas cahaya yang baik sangat mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan jumlah atau kuantitas cahaya yang jatuh ke suatu permukaan. Satuan untuk illumination level adalah lux pada area dengan satuan meter kuadrat.

(2)

and Environmental (HSE) PT. Pertamina RU VI Balongan” (Dina Rahmayanti, 2015). Hasil riset menunjukkan bahwa terdapat 12 ruangan memiliki NAB (Nilai Ambang Batas) di bawah standar yaitu 200 lux, sehingga dari hasil uji statiska ditemukan 80 % pekerja mengeluh mengalami kelelahan mata. Hal tersebut membuat produktifitas pekerja berkurang dikarenakan intensitas cahaya dan kelelahan mata yang dialami pekerja memiliki pengaruh terhadap produktifitas pekerja tersebut, sehingga perlu dilakukan pengaturan tata letak ruangan mulai penataan sumber cahaya serta pengorganisasian peralatan yang ergonomis.

Pencahayaan yang minim juga dapat menyebabkan kecelakaan kerja, hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian “Perancangan Lingkungan Kerja dan Alat Bantu yang Ergonomis untuk Mengurangi Masalah Back Injury dan Tingkat Kecelakaan Kerja pada Departemen Mesin Bubut” (Sritomo Wignjosoebroto, 2006). Hasil riset menunjukkan bahwa salah satu penyebab kecelakaan kerja pada departemen mesin bubut adalah pencahayaan yang kurang merata sehingga pekerja mengalami visual symptoms dan konsentrasi terganggu.

(3)

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja Tahun 2015

NO JENIS KECELAKAAN LOKASI JUMLAH Nama

Operator

1 Tangan terjepit mesin pemotongan Stasiun pemotongan

1 Khairul 2 Kejatuhan plat-plat almunium Stasiun

pemotongan 4 Tangan terpotong mesin pemotong Stasiun

pemotongan

Dari tabel angka kecelakaan setahun terakhir, angka yang berwarna merah menunjukkan bahwa kasus kecelakaan kerja yang paling sering terjadi dan paling fatal terjadi di stasiun pemotongan yaitu tangan terpotong dan terjepit oleh mesin pemotong. Terdapat dua unit mesin potong dan dua operator pada masing-masing mesin di stasiun pemotongan. Kecelakaan kerja tidak terjadi pada satu operator saja namun pada kedua operator sehingga menunjukkan bahwa kesalahan tidak terdapat pada operator tetapi kesalahan memang terdapat pada stasiun pemotongan yang memiliki tingkat pencahayaan yang minim karena kesehatan mata kedua operator dalam kondisi sehat. Berikut adalah uraian kerja operator pada stasiun pemotongan :

(4)

b. Selanjutnya pekerja memotong plat-plat almunium dengan menggunakan mesin pemotong plat yaitu mesin shearing. Pada proses inilah terjadi kecelakaan kerja yaitu tangan terpotong karena kurang nya intensitas cahaya yang mengakibatkan pekerja mengalami keluhan mata dan tidak fokus sehingga mengalami kecelakaan kerja.

c. Setelah itu operator lalu membentuk plat lantai dan plat dinding dengan menggunakan mesin bending. Disini pekerja mengalami kecelakaan kerja yaitu tangan terjepit, hal tersebut terjadi dikarenakan minimnya cahaya yang jatuh pada bidang kerja. Setelah selesai, operator meletakkan plat-plat tersebut di sisi kanan mesin lalu diambil oleh operator pada stasiun berikutnya untuk dikerjakan.

Luas stasiun pemotongan yaitu 95.2 m2 namun hanya memiliki 2 buah lampu jenis phillips essential 23 watt sebagai penerangan utama dan memiliki angka iluminasi 28 lux. Dimana angka tersebut berada di bawah standar minimum penerangan pada industri dengan pekerjaan yang kasar yang diatur Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 yaitu 200 lux. Lampu aktual pada pabrik PT. Mahakarya Jaya Sinergi dapat dilihat pada Gambar 1.1.

(5)

Letak bidang kerja dengan sumber cahaya vertikal memiliki jarak 9 meter. Sketsa letak bidang kerja dengan sumber cahaya dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Luminer

Gambar 1.2. Sketsa Sumber Cahaya

Jarak yang terlalu jauh menyebabkan cahaya lampu yang jatuh pada bidang kerja tidak fokus dan tidak cukup untuk menerangi area kerja operator sehingga terjadi kecelakaan kerja. Oleh karena itu penelitian dilakukan di stasiun pemotongan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah operator mengalami kecelakaan kerja karena kondisi pencahayaan pada stasiun pemotongan belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Bila kondisi ini tidak diperbaiki, dikhawatirkan kecelakaan kerja akan terus terjadi.

1.3. Tujuan Penelitian

(6)

1. Menganalisis tingkat pencahayaan. 2. Melakukan pemetaan pencahayaan.

3. Memberikan rekomendasi perbaikan intensitas pencahayaan pada stasiun pemotongan, sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan teori yang

diperoleh selama kuliah dan menambah keterampilan dalam menganalisis dan memecahkan masalah sebelum memasuki dunia kerja khususnya dalam hal desain lingkungan kerja pada tingkat pencahayaan.

2. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk mengevaluasi tingkat pencahayaan di perusahaan mereka dan mengurangi tingkat kelelahan mata pekerja.

3. Mempererat hubungan kerja sama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri USU.

1.5. Batasan dan Asumsi Penelitian Batasan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengukuran pencahayaan dilakukan menggunakan alat Lux Meter.

(7)

Asumsi dalam penelitian yang dilakukan sebagai berikut. 1. Alat Lux Meter dalam kondisi baik.

2. Tidak ada perubahan cara kerja dan fasilitas kerja selama penelitian. 3. Tidak ada pergantian pekerja selama penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Bab I berisi tentang pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari dilakukannya penelitian, perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian serta sistematika penulisan laporan penelitian. Bab II berisi tentang gambaran umum perusahaan, ruang lingkup perusahaan, lokasi, struktur organisasi, tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan jam kerja karyawan serta proses produksi PT. Mahakarya Jaya Sinergi.

(8)

Gambar

Tabel 1.1. Data Kecelakaan Kerja Tahun 2015
Gambar 1.1. Lampu Philips Essential 23 Watt
Gambar 1.2. Sketsa Sumber Cahaya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil serupa juga diperoleh dari uji regresi ordinal bahwa odd ratio untuk latihan fisik terarah terhadap tensi adalah OR=9,552, sedangkan terhadap gambaran EKG

Namun konverter jenis ini memiliki leakage energy yang menyebabkan timbulnya voltage stress dan juga tingkat Electromagnetic Interference (EMI) yang tinggi [3]. Jenis

Konselor sekolah menggunakan empat komponen untuk membentuk karakter peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan konseling sehingga olah hati, olah pikir, olah

Metode pelarut apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis dengan. SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus

Semua level karyawan di semua jenis perusahaan/organisasi yang berminat untuk memahami penyusunan dan pembuatan SOP yang tepat bagi perusahaan/organisasinya masing-masing..

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik dari pihak intern maupun ekstern STIE Perbanas Surabaya yang mana

Dapat dilakukan dengan alat siegle atau Dapat dilakukan dengan alat siegle atau dengan balon yang disambung dengan dengan balon yang disambung dengan slang dan dimasukkan ke

Bila 5% di Hotel I kamar mandi tidak berfungsi dengan baik, 4% di Hotel B, dan 8% di Hotel S, berapa peluang bahwa,. Seseorang langganan mendapat kamar yang kamar mandinya