BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Kelapa sawit telah diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1848 oleh
pemerintah Belanda.1 Pertama kali empat bibit dari kelapa sawit tersebut ditanam di kebun Raya Bogor, yang selanjutnya pada tahun 1911, Adrian Hallet yang
berkebangsaan Belgia mulai membudidayakan kelapa sawit tersebut dan memunculkan komoditi perkebunan baru yaitu kelapa sawit yang pertama kali ditanam di daerah Sumatera Timur yaitu Pulu Raja dan Sungai Liput di
Aceh.2
Berdirinya perkebunan kelapa sawit pada tahun 1911 tersebut, komoditi ini
kemudian menjadi berkembang sangat pesat terutama pada masa kependudukan Belanda serta menjadikan Indonesia pemasok utama minyak sawit dunia pada saat
itu. Namun ketika, berakhirnya masa kependudukan Belanda ditahun 1942 menandai mati surinya perkebunan kelapa sawit tersebut oleh karena pendudukan Jepang.Hal itu dikarenakan pasukan Jepang tidak memerlukan hasil dari minyak kelapa sawit,
mereka lebih mengutamakan penanaman komoditi yang menghasilkan bahan bakar minyak serta komoditi bahan pangan untuk keperluan perang yang mereka hadapi di Perkebunan kelapa sawit tersebut letak daerahnya pertama kali didirikan di Deli dan Aceh tahun 1911.
1
Yan Fauzi, dkk, Kelapa Sawit: Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha
dan Pemasaran, Jakarta: Penebar Swadaya, 1992, Hal. 2.
Asia Pasifik.Hingga masa awal kemerdekaan, perkebunan kelapa sawit tenggelam
dan hampir tidak mempunyai peran penting dalam membantu perekonomian Indonesia.3
Pada masa orde baru, pengembangan perkebunan sawit mulai dilakukan oleh
Presiden Soeharto untuk menciptakan kesempatan kerja dan menjadikannya sektor penghasil devisa negara.4
3
Soehardjo, dkk, Vademecum Kelapa Sawit, Sumatera Utara: PTPN IV, 1996, hal. 1.
4Bahan Seminar Nasional Sejarah Perkebunan di Sumatera Utara, Avros PPKS 12 April
2016.
Pembangunan ini merupakan kebijakan pemerintahan Soeharto dalam program pemerintahannya yaitu Pelita.Kebijakan yang dilakukan
pemerintahan Soeharto tersebut membuat perkebunan kelapa sawit kembalimuncul dan berkembang pesat menjadi salah satu komoditi utama yang ditanami pemerintah
maupun rakyat.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat yang berada di provinsi Sumatera Utara.Berbagai macam jenis komoditi
yang telah dikembangkan sejak dimulainya pengembangan perkebunan pada masa kolonial di Indonesia seperti tembakau, karet, dan lain sebagainya.Pengembangan
lahan perkebunan yang dilakukan dimasa kolonial membuat daerah Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi dimana hampir di semua daerahnya merupakan lahan perkebunan, baik yang di miliki pemerintah, swasta, maupun rakyat. Sumatera Utara
Setelah pengembangan perkebunan kelapa sawit dimulai, kelapa sawit
menjadi sangat populer di Sumatera Utara, terkhususnya di Desa Asam Jawa.5
Desa Asam Jawa memiliki lahan potensial dengan luas 5.200 Ha dimana
4.200 Ha tersebut dipakai untuk lahan perkebunan.Berkembangnya perkebunan kelapa sawit didesa ini memberikan dampak yang besar bagi kehidupan sosial
maupun ekonomi masyarakatnya.Hal ini dapat terlihat dari beragam kebudayaan dan etnis masyarakat yang berdomisili di desa Asam Jawa. Umumnya masyarakat di Desa Asam Jawa merupakan pendatang baik dari Sumatera maupun luar Sumatera, dari
Sumatera pendatang berasal dari Tapanuli Utara dan Kepulauan Nias, sedangkan dari Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Desa Asam Jawa ini merupakan salah satu daerah yang mendapat dampak dari pengembangan perkebunan
kelapa sawit. Mayoritas masyarakat yang berdomisili di desa tersebut memiliki perkebunan kelapa sawitnya sendiri-sendiri, namun disisi lain terdapat banyak
perusahaan-perusahaan swasta maupun pemerintah yang berdiri di desa Asam Jawa, diantaranya seperti PT Asam Jawa, PT Herfinta, serta PTPN III.
Mudahnya dalam membuka lahan perkebunan pada masa orde baru serta cara
penanaman yang cukup mudah dengan banyaknya sosialisasi yang dilakukan pememrintah untuk menambah pengetahuan masyarakat, banyak memberikan
kontribusi pengembangan perkebunan kelapa sawit baik yang dimiliki rakyat maupun perusahaan swasta.
5Desa Asam Jawa awalnya bernama Pagaran Padang, sebelumnya Desa Asam Jawa tergabung
luar Sumatera berasal dari Jawa dan Manado. Sementara itu penduduk asli dari desa
tersebut adalah Melayu, meskipun demikian, suku Mandailing telah berhasil mendominasi desa tersebut.Awalnya desa ini hanya desa yang tertinggal, yang terdiri dari hutan-hutan yang sangat lebat dan penduduk yang bermukim pun jaraknya
berjauhan antara rumah yang satu dengan yang lainnya. Berkembangnya perkebunan kelapa sawit membawa dampak kesejahteraan bagi masyarakat dan mengembangkan
desa Asam Jawa menjadi salah satu desa swadaya di Kecamatan Torgamba.
Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat ini terlihat dari tingkat kesejateraannya yang dimulai dari menengah hingga keatas. Jika dilihat dari pola
pemukiman masyarakatnya memang masyarakat di desa Asam Jawa tidak menunjukkan adanya kesejahteraan, namun ketika dilihat dari gaya hidup
masyarakatnya barulah akan terlihat kesejahteraan dari masyarakat ini, tidak jarang masyarakatnya walaupun memiliki rumah yang kecil tetapi memiliki ladang sawit yang sangat luas dan bahkan memiliki fasilitas-fasilitas mewah seperti: mobil,
kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.
Berdirinya beberapa perusahaan kelapa sawit di desa Asam Jawa ini juga
memberikan dampak yang besar bagi perkembangan perkebunan kelapa sawit. Pada awal pengembangan perkebunan kelapa sawit di Desa Asam Jawa tersebut pemerintah mulai memberikan instruksi kepada perusahaan-perusahaan milik
pemerintah (BUMN) untuk memberikan lahan kepada masyarakat didesa tersebut dengan sistem PIR-Bun (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan), dimana program ini
sawit di lahan yang dimiliki masyarakat daerah-daerah yang masih memiliki lahan
yang serta belum di eksplorasi dan menjadi pembina perkebunan-perkebunan rakyat disekitarnya.6
Selain itu ada beberapa faktor penting yang ikut menunjang perkembangan perkebunan kelapa sawit tumbuh subur dan menghasilkan TBS (tandan buah segar) yang berkualitas tinggi, seperti diantaranya adalah kesesuaian lahan yaitu letak
geografis, tofografi, elevasi, penyinaran matahari dan ketersediaan air. Umumnya kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik didaerah yang memiki lahan yang datar,
bergelombang hingga berbukit (dimulai dari kemiringan 0-30%).
Ketika perkebunan kelapa sawit tersebut telah berhasil ditanami kelapa sawit masyarakat diwajibkan untuk menjual kelapa sawitnya kepada perusahaan milik
pemerintah tersebut (PTP IV pada saat itu) serta membayar kredit untuk biaya pengembangan perkebunan kelapa sawit kepada perusahaan tersebut.
7
Pengembangan perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah tersebut yang kemudian memberikan kontribusi penting terhadap
perkembangan perkebunan tersebut. Pada sisi lain kemudian muncul perusahaan-perusahaan swasta yang ikut berkontribusi untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa. Hal tersebut dikarenakan, walaupun masyarakat dapat
menanam kelapa sawit dengan bekal yang diberikan pengetahuan oleh pemerintah, Desa Asam Jawa menjadi salah satu tempat yang bagus untuk semua kriteria pengembangan perkebunan kelapa sawit tersebut.
6 Sjafrul Latif, dkk, Potensi dan Peluang Investasi: Industri Kelapa Sawit di Indonesia,
Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2006, hal 29.
pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit membutuhkan teknologi yang
canggih yang pada saat iitu hanya dapat dibuat oleh perusahaan-perusahan yang dimiliki oleh pemerintah maupun pihak swasta.
Banyaknya dibangun perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang di bangun
desa Asam Jawa, yang dimiliki pemerintah maupun milik swasta turut memberikan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat di desa Asam Jawa tersebut sehingga
menunjang perekonomian disana berkembang menuju kesejahteraan.
Proses kehidupan sosial masyarakat di desa Asam Jawa juga terlihat sangat tentram dan damai dengan rasa solidaritas yang sangat kuat, hal tersebut dikarenakan
masyarakat di desa Asam Jawa umumnya mayoritas suku Batak yang dikenal sangat menjunjung tinggi adat dan tradisi dimana pun berada. Tradisi dan budaya yang
dimiliki oleh suku batak secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat desa Asam Jawa yang sukunya tidak termasuk kedalam suku batak.
Kehadiran dari komoditas kelapa sawit tersebut membawa banyak dampak
dari kehidupan perekonomian di desa Asam Jawa.Semakin meluasnya areal perkebunan kelapa sawit dari tahun ke tahun di Asam Jawa, yang dapat dilihat dari
awalnya hanya berupa hutan-hutan belantara kini beralih fungsi menjadi lahan perkebunan sawit yang sangat luas menjadikan desa ini ikon kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu Selatan.Diantara desa disekitarnya, desa Asam Jawa salah
satu yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit rakyat yang luas.
Keberhasilan dari pemerintah dan petani kelapa sawit yang ada didesa Asam
Asam Jawa mulai terbentuk.Hampir di semua daerah yang ada di Asam Jawa
ditanami komoditas tanaman kelapa sawit, namun tidak menutup kemungkinan adanya komoditas-komoditas lain yang ditanam di desa Asam Jawa.
Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan pengkajian terhadap
perkebunan kelapa sawit terhadap desa Asam Jawa dengan alasan dan tujuan penting yang dilakukan penulis mengingat hal yang menarik terhadap pengembangan
perkebunan kelapa sawit ini memberikan dampak bukan hanya terhadap kehidupan perekonomian mayarakatnya saja melainkan sisi sosial dan budayanya juga ikut berpengaruh. Penulisan yang telah dikaji tersebut penulis memberikan judul
“Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Masyarakat di Desa Asam Jawa,
Kecamatan Kota Pinang 1980-1996.”
Pembabakan dalam penulisan yang dilakukan oleh penulis agar tidak terlalu meluas, maka ditentukan periodesasi yang tepat.Penelitian ini diawali dari tahun 1980, dimana pada tahun ini perusahaan milik pemerintah (BUMN) yaitu PTP IV
membuat PIR Plasma kepada masyarakat untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Jangkauan waktu penelitian ini diakhiri pada tahun 1996, untuk melihat
bagaimana pengaruh pemekaran kecamatan Kota Pinang menjadi kecamatan Torgamba yang membuat lahan perkebunan kelapa sawit menurun luasnya.
1.2Rumusan Masalah
Ketika melakukan sebuah penelitian, yang menjadi landasan dari penelitian
diatas, maka dibuatlah pokok-pokok permasalahan yang membahas tentang
keberadaan perkebunan kelapa sawit di desa Asam Jawa. Sehingga untuk mempermudah penulisan yang menghasilkan karya ilmiah penelitian yang objektif, maka dibuatlah rumusan-rumusan terhadap masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan desa Asam Jawa sebelum munculnya perkebunan kelapa sawit di tahun 1980 ?
2. Bagaimana pembangunan dari perkebunan kelapa sawit dari tahun 1980-1996 di desa Asam Jawa ?
3. Bagaimana pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap kehidupan
masyarakat desa Asam Jawa pada tahun 1980-1996 ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Melalui latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka hasil dari penelitian yang dibuat tentu memiliki tujuan bagi penulis maupun bagi masyarakat
umum. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan keadaan desa Asam Jawa sebelum munculnya perkebunan
kelapa sawit tahun 1980.
2. Menjelaskanpembangunan dari perkebunan kelapa sawit dari tahun 1980-1996 di desa Asam Jawa.
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Menambah pengetahuan sekaligus memotivasi penulis dalam
menghasilkan karya-karya historiografi serta memberikan referensi literatur yang berguna terhadap dunia akademis, terutama dalam studi
sejarah guna membukaruang penulisan sejarahyang berikutnya.
2. Menjadi deskripsi yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat dalam menyusun strategi pembangunan sarana dan prasarana di bidang
perkebunan.
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan, juga sebagai literatur dan
pustaka tambahan bagi mahasiswa jurusan sejarah dan pihak yang memerlukan.
1.4 Tinjauan Pustaka
Adanya tinjauan pustaka membuat penulis memasuki gerbang pengantar
dalam melakukan penelitian ini.Tinjauan pustaka sangat berguna dan perlu dalam membuat suatu penelitian dimana hal tersebut dapat berfungsi sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian sesuai dengan yang
diharapkan.Kemudian relevansi literatur yang digunakan menjadi keharusan yang dimiliki dalam sebuah penelitian. Ada beberapa referensi buku maupun literatur yang
Sjafrul Latief, dkk dalam Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa
Sawit di Indonesia (2006), dalam buku ini menjelaskan berbagai macam yang
berkaitan tentang kelapa sawit diantaranya; kriteria-kriteria daerah yang cocok untuk penanaman kelapa sawit, kebijakan-kebijakan pemerintahan dalam mengembangkan
kelapa sawit sebagai komoditi penting untuk menambah devisa negara serta membuka lapangan kerja yang luas, serta buku ini juga membahas tentang
undang-undang perkebunan.
Yan Fauzi, dkk dalam Kelapa Sawit, Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran (1992), buku ini memberikan gambaran
serta penjelasan bagaimana memanfaatkan hasil dari kelapa sawit serta cara pengolahan dan pemasaran kelapa sawit secara efektif dan ramah lingkungan dalam
mendaur ulang limbah dari hasil pengolahan bahan inti kelapa sawit.
Muhamad Mustafa Hadi dalam Teknik Berkebun Kelapa Sawit (2004), dalam buku ini memberikan penjelasan tentang cara membuka lahan perkebunan kelapa
sawit secara efektif. Selain itu didalam buku ini banyak memberikan cara-cara penanaman kelapa sawit yang baik dan benar, serta memilih bibit-bibit kelapa sawit
yang dapat menghasilkan buah yang maksimal berdasarkan jenis-jenis tanahnya.
Abdul Hakim Basyar dalam Perkebunan Besar Kelapa sawit (1999), dalam buku ini menjelaskan tentang paparan kondisi kehutanan di Indonesia dan
Soeharto dan Habibie dalam pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dimana
terjadinya konversi hutan untuk perkebunan kelapa sawit dalam periode waktu yang berbeda.
Penulis juga menggunakan skripsi dari Siti yang merupakan mahasiswa
alumni ilmu sejarah sebagai acuan penulisan yang dimana skripsi ini berjudul ”Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat di Desa Batang Pane II Kecamatan Padang
Bolak (1982-2000)” (2011). Dalam skripsi ini membahas secara khusus tentang
perkembangan kelapa sawit di salah satu desa di Sumatera Utara yaitu desa Batang Pane II, yang kebetulan desa ini merupakan desa yang hampir berdekatan dengan
desa yang diteliti oleh penulis.Skripsi ini memberikan informasi tentang kronologis masuknya kelapa sawit di desa Batang Pane II secara khusus perkebunan rakyat yang
di miliki desa tersebut.
1.5Metode Penelitian
Untuk mendapatkan penulisan sejarah yang ilmiah dan bersifat objektif
haruslah menggunakan beberapa tahapan.Tahapan-tahapan tersebut berdasarkan metode penelitian sejarah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Tahap pertama adalah heuristik8
8 Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 30. (pengumpulan sumber) yang sesuai dan
mendukung sumber objek yang diteliti.Dalam metode ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan.Penelitian kepustakaan dilakukan
penelitian lapangan penulis menggunakan metode wawancara terhadap
narasumber-narasumber yang dianggap mampu memberikan informasi yang diperlukan dalam penulisan ini.
Tahapan yang kedua adalah kritik. Dalam tahapan ini sumber-sumber yang
telah terkumpul yang berkaitan dengan judul yg dikaji akan dilakukan kritik sumber, supaya dapat menilai dari segi substansial (isi) apakah sumber yang telah
dikumpulkan memiliki kredibilitas sumber serta kebenaran isi dalam penulisan sejarah,9
Tahap yang terakhir adalah historiografi yaitu penyusunan kesaksian yang
dapat dipercaya menjadi sastu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya.Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah
kritik ini juga disebut dengan kritik intern. Selain itu dengan memilahapakah dokumen itu diperlukan atau tidak serta menganalisis apakah dokumen yang telah
dikumpulkan asli atau tidak dengan mengamati sumber dokumen, isi dari sumber tersebut apakah masih utuh atau telah mengalami perubahan (tidak original), kritik ini
disebut kritik ekstern.
Tahapan ketiga adalah interpretasi yang memuat analisis dari data yang diperoleh sehingga melahirkan satu analisi yang baru yang bersifat lebih objektif dan
ilmiah dari objek yang diteliti.Jauhnya rentang waktu objek kajian dengan penulis serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital
perannya dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.
deskriptif analitis, yaitu dengan menganalisis setiap data dan fakta yang ada untuk