SKRIPSI
Oleh :
MUHAMMAD YUNUS NIM. C03212021
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Jinayah
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil dari penelitian library research tentang “ Tinjauan
Hukum Pidana Islam Terhadap hukuman mati bagi pengedar narkotika (studi direktori putusan Mahkamah Agung RI No 38/pid.sus/2011)” Penelitian ini
bertujuan untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana putusan hakim dalam hukuman matti bagi pengedar narkotika (studi direktori putusan Mahkamah Agung RI No 38/pid.sus/2011)?, bagaimana analisis hukum pidana islam terhadap hukuman mati bagi pengedar narkotika (studi direktori putusan Mahkamah Agung RI No 38/pid.sus/2011)?
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi dan kepustakaan. Maka penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai buku yang terkait dengan permasalahan yang diteliti,. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang menggambarkan atau menguraikan suatu hal menurut apa adanya. kemudian memilih secara mendalam sumber data kepustakaan yang relevan dengan masalah yang dibahas.
Penelitian ini menghasilkan bahwa terdakwa (Mayuran Sukarman) hanyalah sebagai perantara (alat) bagi Andrew Chan. Terdakwa disuruh oleh Andrew Chan untuk membawa heroin seberat 350gram dari Indonesia dan kemudian diekspor ke Australia, tetapi sebelum melakukan ekspor terdakwa sudah tertangkap di hotel Melasti Kuta karena terindikasi keterlibatan dalam usaha penyelundupan narkotika jenis heroin.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan, hukum pidana putusan MA RI 38 Pidsus 2011 kurang sesuai dengan konsep takzir dalam hukum Islam karena dalam takzir ada teori terhapusnya hukuman, salahsatunya yakni pemaafan. Apabila pelaku telah menyadari perbuatannya dan sudah ada iktikad baik untuk memperbaiki diri sebagaimana yang dilakukan oleh terdakwa (Mayuran Sukarman).
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... `vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TRANSLITASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Kajian Pustaka ... 10
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Kegunaan Penelitian ... 13
G. Definisi Operasional ... 14
H. Metode Penelitian ... 15
I. Sistematika Pembahasan ... 18
xiii
A. PENGERTIAN TA’ZIR ... 20
1. Pengertian ... 20
2. Rukun Dasar Hukum Ta’zir ... 21
3. Unsur-unsur Ta’zir ... 22
4. Macam-macam Jerimah Ta’zir ... 23
5. Macam-macam Sanksi ... 26
6. Sebab-sebab Hapusnya Hukum Ta’zir ... 28
7. Tujuan dan Syarat-syarat Ta’zir ... 30
BAB III DIREKTORI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ...32
A. Tentang Mahkamah Agung republik Indonesia ... 32
B. Kronologi Kasus ... 34
C. Alasan-alasan dan Pokok Peninjauan Kembaali ... 51
D. Putusan ... 53
BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA ...56
A. Analisis Hukum Pidana Terhadap Pengedar Narkotika ... 56
B. Analisis Hukum Islam Terhadap Putusan Mahkamah Agung RI No. 38/PIDSUS/2011 ... 58
BAB V PENUTUP ...64
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Narkotika adalah zat kimia atau obat yang biasanya mengandung candu
yang dapat menimbulkan rasa mengantuk atau tidur yang mendalam. Selain
itu, dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menhilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan bagi pemakainya. Pengaturan narkotika berdasarkan
undang-undang nomor 35 tahun 2009 (UU No.35 tahun 2009), bertujuan untuk
menjamin ketersedian guna kepentingan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
mencegah penyalahgunaan narkotika, serta pemberantasan peredaran gelap
narkotika. Dewasa ini penyebaran dan penggunaan narkotika tidak hanya di
lingkungan sosial saja, tetapi sudah merambah ke lingkungan pendidikan,
agama, bahkan ke lingkungan para penegak hukum. Yang menjadi sasaran dari
penyebaran Narkotika ini yakni, remaja, anak-anak sekolah baik SMP maupun
SMA, bahkan di lingkungan pesantren pun hampir sebagian para santri sudah
memakai dan menggunakan obat terlarang ini. Kondisi ini sungguh sangat
memprihatinkan sekali karna kalau tidak di atasi jelas akan merusak generasi
muda Indonesia, dan akan menjadi bahaya yang sangat besar bagi kehidupan
manusia, bangsa, dan negara.
Narkoba yang dikonsumsi akan masuk dalam peredaran darah,
kemudian mengganggu pusat syaraf dan otak. Narkoba potensial mengganggu
narkoba lama kelamaan akan mengalami perubahan kepribadian, sifat, tabiat,
karakter, dan tidak mampu lagi mempergunakan akal sehatnya. bisa dikatakan
para pemakai narkoba keluar dari kepribadian dirinya menuju kepribadian lain
yang menyimpang. Bukan hanya merugikan diri sendiri, para pemakai narkoba
juga bisa mengganggu masyarakat. Pemakai narkoba seringkali melakukan
tindak kejahatan dan kekerasan yang merugikan orang lain. para pemakai
narkoba seringkali membuat ulah, keributan, dan mengganggu masyarakat.1
Bali Nine adalah sebutan yang diberikan media massa kepada sembilan
orang Australia yang ditangkap pada 17 April 2005 di Bali, Indonesia dalam
usaha menyelundupkan heroin seberat 8,2 kg dari Indonesia ke Australia
Kesembilan orang tersebut adalah :
Andrew Chan - disebut pihak kepolisian sebagai "godfather" kelompok
ini, Myuran Sukumaran, Si Yi Chen, Michael Czugaj,Renae Lawrence, Tach
Duc Thanh Nguyen, Matthew Norman, Scott Rush, Martin Stephens
Empat dari sembilan orang tersebut, Czugaj, Rush, Stephens, dan
Lawrence ditangkap di Bandara Ngurah Rai saat sedang menaiki pesawat
tujuan Australia. Keempatnya ditemukan membawa heroin yang dipasang di
tubuh. Andrew Chan ditangkap di sebuah pesawat yang terpisah saat hendak
berangkat, namun pada dirinya tidak ditemukan obat terlarang. Empat orang
lainnya, Nguyen, Sukumaran, Chen dan Norman ditangkap di Hotel Melasti di
Kuta karena menyimpan heroin sejumlah 350g dan barang-barang lainnya
1 M. Arief Hakim, Bahaya Narkoba-Alkohol: Cara Islam Mengatasi, Mencegah dan Melawan,
yang mengindikasikan keterlibatan mereka dalam usaha penyelundupan
tersebut.
Orang tua Rush dan Lawrence kemudian mengkritik pihak kepolisian
Australia yang ternyata telah mengetahui rencana penyelundupan ini dan
memilih untuk mengabari Polri daripada menangkap mereka di Australia, di
mana tidak ada hukuman mati sehingga kesembilan orang tersebut dapat
menghindari ancaman tersebut.
Pada 13 Februari 2006, Pengadilan Negeri Denpasar memvonis
Lawrence dan Rush dengan hukuman penjara seumur hidup. Sehari kemudian,
Czugaj dan Stephens menerima vonis yang sama. Sukumaran dan Chan, dua
tokoh yang dianggap berperan penting, dihukum mati. Kemudian pada 15
Februari, Nguyen, Chen, dan Norman juga divonis penjara seumur hidup oleh
para hakim.
Pada 26 April 2006, hukuman Lawrence, Nguyen, Chen, Czugaj dan
Norman dikurangi menjadi 20 tahun penjara melalui banding, dan Norman
menjadi hukuman mati. Chan dan Sukumaran tetap dihukum mati, dan
Stephens tetap dihukum seumur hidup.
Pada 13 Januari 2011, diketahui bahwa Mahkamah Agung menolak
upaya hukuman luar biasa PK yang diajukan oleh Stephens, sehingga
keputusan dikembalikan kembali ke putusan Pengadilan Negeri Denpasar
yaitu hukuman seumur hidup.
Pada Februari-Maret 2015, mahkamah agung menolak peninjauan
Myuran Sukumaran akhirnya dibawa ke Nusakambangan untuk menjalani
eksekusi mati,
Kejahatan narkotika merupakan extra orginary crime. Adapun
pemaknaannya adalah sebagai suatu kejahatan yang berdampak besar dan
multi-dimensional terhadap sosial, budaya, ekonomi dan politik serta begitu
dahsyatnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kejahatan ini. Penegakan
hukum terhadap tindak pidana narkotika telah banyak dilakukan oleh aparat
penegakan hukum dan telah banyak mendapatkan putusan hakim di sidang
pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor
penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan narkoba atau
narkotika, tapi dalam kenyataan justru semakin intensif dilakukan penegakan
hukum, semakin meningkat pula peredaran perdagangan narkotika tersebut.
Tindak pidana narkoba atau narkotika berdasarkan Undang-Undang nomor 35
tahun 2009 (UU No.35 tahun 2009, memberikan sangsi pidana cukup berat, di
samping dapat dikenakan hukuman badan dan juga dikenakan pidana denda,
tapi dalam kenyataanya para pelakunya justru semakin meningkat.
Peredaran narkoba, secara illegal di Indonesia telah cukup lama dan
semakin meningkat. Indonesia yang mulanya sebagai negara transit
perdagangan narkoba kini sudah di jadikan daerah tujuan operasi oleh jaringan
narkoba internasional. Penyalahgunaan narkoba telah berada pada tingkat
yang sangat membahayakan, selama masyarakat memandang bahwa
memerangi bahaya narkoba adalah tugas pemerintah semata-mata, maka
hanya dapat di perangi dan menangi bila semua memahami dan menyadarinya
serta memandang bahwa bahaya narkoba sebagai musuh bersama dan
mengambil peran aktif dalam upaya memeranginya, dalam hal ini selain
pemerintah dan masyarakat, organisasi berbasis keagamaan, pemerintah, LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat), lembaga hukum, bersama-sama
meningkatkan dan memberdayakan masyarakat menuju kehidupan yang sehat
baik dari aspek mental, jasmani, maupun spiritual.
Narkoba atau narkotika dalam konteks hukum Islam adalah termasuk
masalah ‘ijtihadi, karena narkoba tidak disebutkan secara langsung di dalam
Al Quran dan Sunnah, serta tidak di kenal pada masa Rasulullah SAW. Ketika
itu yang ada di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas peminum khamr.
Secara teoritis penelitian ini bisa menjadi bahan informasi bagi pembaca
dalam memahami masalah narkotika ini, kemudian secara praktis menjadi
bahan acuan bagi penegak hukum supaya lebih baik lagi dan lebih profesional
dalam melaksanakan serta mengimplemantasikan aturan-aturan yang ada
sangkut pautnya dengan permasalahan narkotika.
kita sebaiknya tidaklah mudah menentukan sikap untuk mendukung
atau menolak tanpa melihat dari sisi Islaminya, yaitu berpatokan dari
Al-Qur’an dan Hadist. Bagaimanakah sesungguhnya hukuman mati bagi bandar
atau pengedar narkoba jika ditinjau dari sudut pandang Islam?
Islam menggunakan Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar pedoman
hidup seluruh umatnya. Segala urusan, baik urusan yang kecil hingga urusan
penciptanya, bahkan hubungan manusia dengan makhluk lainnya telah diatur
didalam Al-Qur’an dan Hadist.
Masalah narkoba, walaupun tidak secara detail diatur dalam Al-Qur’an, tetapi
tetap diatur dalam hukum Islam berdasarkan kajian-kajian ulama besar Islam yang
memang mengerti dan memahami tata cara menentukan halal dan haram dengan
menyamakan atau menetapkan hukum suatu perkara yang baru, yang belum ada pada
masa sebelumnya namun memiliki kesamaan sebab, manfaat, bahaya dengan perkara
terdahulu sehingga dihukum sama (Qiyas). Para ulama sepakat haramnya
mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam keadaan darurat. Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya dengan zat yang memabukkan
diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan setiap zat yang dapat
menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak memabukkan” (Majmu’ Al
Fatawa, 34: 204).
Para ulama dalam hal ini merujuk beberapa Surat yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan Hadist yang berhubungan dengan khamr. Diantaranya adalah Surat
Al-Baqarah :195
Yang artinya: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan
Dari Ummu Salamah, ia berkata:
Yang artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho’if). Jika khomr itu haram, maka demikian pula dengan mufattir atau narkoba.
Yang artinya: “Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya” (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Hakim 2: 66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang memberi mudhorot pada orang lain dan narkoba termasuk dalam larangan ini.
Setelah membaca dan memahami ayat-ayat diatas, dapat disimpulkan
bahwa narkoba adalah sesuatu yang diharamkan dalam Islam, karena narkoba
dapat merusak fungsi organ tubuh penggunanya dan bahkan sudah banyak
remaja yang meninggal dunia di usia muda karena narkoba.
Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia saat ini tengah berada
dalam situasi darurat narkoba. Menurut dia, hampir 50 orang mati setiap hari
karena narkoba. “Bayangkan, setiap hari ada 50 generasi bangsa meninggal
karena narkoba. Dalam setahun sekitar 18 ribu orang meninggal,” ujarnya
dalam sambutan dalam Rapat Koordinasi Nasional Gerakan Nasional
Penanganan Ancaman Narkoba dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Emas
2045 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu, 4 Februari 2015. Jumlah
tersebut belum termasuk pengguna narkoba yang sedang menjalani
rehabilitasi. “Pengguna yang sedang menjalani rehabilitasi mencapai 4,2-4,5
juta, dan itu bukan angka yang kecil,” lanjutnya.
Setelah melihat begitu banyaknya korban yang meninggal dunia
akibat dari penyalahgunaan narkoba, maka sudah sepantasnya jika para
pengedar mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya. Presiden Joko
Widodo dengan tegas mengatakan bahwa hukuman mati. Keputusan Presiden
dukungan sebesar 84,6% masyarakat (sumber: liputan6.com, 28 April 2015).
Ini membuktikan adanya kekhawatiran masyarakat terhadap bahaya narkoba
yang semakin hari semakin mengerikan.
Majelis Kibar Ulama (Kumpulan Ulama Besar Arab Saudi) telah
mengkaji perkara ini dan mendiskusikannya dari berbagai macam sudut
pandang pada beberapa kali pertemuan. Setelah diskusi yang panjang
tersebut, Majelis Kibar Ulama menetapkan penyelundup/bandar, hukumannya
adalah dibunuh karena perbuatannya menjadi penyelundup/bandar
pengedaran narkoba, menyebarkan obat terlarang ke dalam negara,
menyebabkan kerusakan yang besar, tidak hanya bagi bandarnya, namun
menjadi sebab masalah yang serius bagi seluruh umat. Termasuk bandar
narkoba adalah orang yang mendatangkan obat terlsarang ini dari luar,
kemudian ia distribusikan ke penjual secara langsung. Sedangkan untuk
pengedar, para ulama menegaskan bahwa hukuman bunuh termasuk bentuk
hukuman ta’zir (bentuk hukuman yang belum ditetapkan dalam syariat dan
diserahkan kepada pemerintah setempat) yang dibolehkan. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah mengatakan, “Manusia yang kerusakannya tidak bisa
dihentikan kecuali dengan dibunuh boleh dihukum mati, sebagaimana hukum
bunuh untuk pemberontak, menyimpang dari persatuan kaum muslimin, atau
gembong perbuatan bid’ah dalam agama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
nama beliau (dengan membuat Hadits palsu)”, (sumber: fsi-febui.com, 23
Maret 2015).
Tidak ada keraguan lagi bahwa narkoba adalah sesuatu yang
berbahaya, dan bahayanya lebih dari khamr. Oleh sebab itu, sudah
sepantasnya hukuman yang diterima untuk bandar dan pengedar narkoba itu
lebih berat. Hukuman mati ditetapkan dengan pertimbangan bahwa bandar
dan pengedar adalah orang yang menyebabkan kerusakan di muka bumi ini.
Semoga hukuman mati yang diterapkan saat ini bisa menimbulkan efek jera
bagi para badar dan pengedar lain yang belum tertangkap, sehingga di masa
yang akan datang tidak akan ada lagi orang yang menjadi korban dari
peredaran gelap narkoba.
Oleh karena itu penulis ingin mengangkat dan meneliti sebagai karya
ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Pidana Islam
Terhadap Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika (Studi Direktori Putusan
Mahkamah Agung Ri No 38 Ok/Pid.Sus/2011”
B.Identifikasi dan Batasan Masalah
Dari Permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Mekanisme putusan hakim.
3. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati bagi pengedar
narkotika
Agar pokok permasalahan diatas lebih terarah terhadap penerapan
standarisasi produk dalam UU No. 7 Tahun 2014, maka batasan masalah yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bentuk penerapan hukuman mati menurut UU No 35 Tahun 2009
2. Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati bagi pengedar
narkotika
C.Rumusan Masalah
Pokok permasalahan pada penelitian ini agar lebih fokus dan
operasional, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana Mekanisme putusan Hakim dalam Hukuman Mati Bagi
Pengedar Narkotika (Studi Direktori Putusan Mahkamah Agung Ri No 38
Ok/Pid.Sus/2011) ?
2. Bagaimana Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati Bagi
Pengedar Narkotika (Studi Direktori Putusan Mahkamah Agung Ri No 38
Ok/Pid.Sus/2011) ?
D.Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang
sudah pernah dilakukan seputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat
jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangana
atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.2 Dari hasil pencarian
penulis, masih sedikit penelitian yang mengangkat tema Tinjauan Hukum
Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati pengedar narkotika UU No 35 Tahun
2009. Berikut penelitian sebelumnya yang peneliti dapatkan:
1. Dalam perspektif Islam Masruhi Sudiro menulis bukunya yang berjudul
“Islam Melawan Narkotika”. Bahwa narkotika tidak terlepas dari
persoalan minuman keras (miras). Oleh karenanya para ulama
menentukan hukum terhadap pemakai narkotika dikiaskan pada peminum
minuman keras. Dalam tulisannya mengkonsumsi narkotika haram
hukumnya, haram menjualbelikannya dan haram pula menjadikannya
sebagai sumber nafkah atau penghasilan23. Dengan adanya pelarangan
terhadap perbuatan minuman keras, narkotika, dan obat-obatan yang
terlarang lainnya dalam hukum syari’ah Islam, maka tidak ada celah
untuk menghalalkannya.
2. Skripsi Mujiono NR (2100241), tahun 2007, Mahasiswa Institut Agama
IslamNegeri Walisongo Fakultas Syari’ah Jurusan Jinayah Siyasah, yang
berjudul “Menyuruhlakukan Tindak Pidana Narkotika Terhaddap Anak
Di Bawah Umur (Analisis Hukum Pidana Islam Terhaddap Pasal 87 UU
No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika)”. Reinterpretasi konsep
khamrdengan narkotika dalamhukum pidana Islam, yang mana dikaitkan
kondisi dan keadaansekarang dengan menggunakan metode tertentu.
Menurutnya dalam ketentuan jarimah kasus khamr masih terlalu ringan
(berupa dera 40-80 kali) karena masih mengatur sanksi hukum pada
tegas sanksi hukum kepada produsen danpengedar dalam cakupan wilayah
yang lebih besar. Dan juga membahas tentang bagaimana sanksi bagi
pelaku tindak pidana narkotika menyuruh lakukan anak-anak di bawah
umur.
3. Skripsi Tegar Djaya Rezeqi (072211005), tahun 2011, Mahasiswa Institut
Agama IslamNegeri Walisongo Fakultas Syari’ah Jurusan Jinayah
Siyasah berjudul “Pemidanaan Orang Tua atau Wali dari Pecandu
Narkotika di bawah umur (Analisis Pasal 128 ayat (1) Undang-undang
No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika)”. Skripsi ini membahas
pemidanaan bagi orang tua atau wali dari pecandu narkotika di bawah
umur dalam pasal 128 ayat (1) UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
menurut hukum pidana kaitannya dengan tujuan pemidanaan. Mengetahui
sanksi hukum terhadap tindak pidana bagi orang tua atau wali dari
pecandu narkotika di bawah umur dalam pasal 128 ayat (1) UU No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika menurut hukum pidana Islam.
Sedangkan dalam skripsi ini penulis membahas tentang “Tinjauan
Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika
(Studi Direktori Putusan Mahkamah Agung Ri No 38 Ok/Pid.Sus/2011)”
adapun persamaannya dalam penelitian ini sama-sama membahas mengenai
narkotika sedangkan perbedaannya terletak pada teori yang digunakan dan
objeknya. Maka pembahasan ini berbeda dengan penelitian yang telah
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan peneliti dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme Hakim dalam memutuskan
Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkotika (Studi Direktori Putusan
Mahkamah Agung Ri No 38 Ok/Pid.Sus/2011
2. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman
Mati Bagi Pengedar Narkotika (Studi Direktori Putusan Mahkamah
Agung Ri No 38 Ok/Pid.Sus/2011)
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
1. Secara Teoretis
a. Hasil pengetahuan ini dapat memberikan wawasan pengetahuan
dalam bidang pidana islam khususnya tentang penerapan Hukuman
Mati pengedar narkotika.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi yang
membutuhkan pustaka mengenai penerapan Hukuman Mati pengedar
narkotika.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi atau
masukan yang penting bagi pembaca mengenai penerapan Hukuman
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pelengkap dan
penyempurnaan bagi peneliti selanjutnya.
G.Definisi Operasional
Untuk mempermudah dan menghindari kesalah pahaman dan perbedaan
persepsi pembaca dalam memahami arti dan judul ini, maka penulis
memandang perlu untuk menjabarkan secara jelas tentang maksud dari
istilah-istilah yang berkenaan dengan judul di atas, maksud dari judul tersebut
diantaranya :
1. Hukum Islam
Hukum pidana Islam adalah segala ketentuan hukum mengenai
tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang yang
dapat dibebani kewajiban, sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil
hukum yang terperinci dari Alquran dan hadis. Dalam penelitian ini
merupakan teori jarimah takzir. Yang mana orang yang terkena hukuman
ini tidak termasuk dalam kategori hukuman paling berat.
2. Pengedar Narkotika
Yaitu orang yang melakukan kegiatan penyaluran dan penyaluran
narkotika baik dalam rangka perdagangan maupun bukan .
Undang-Undang Yaitu ketetapan hukum yang telah disahkan oleh badan legislatif
H.Metode Penelitian
a. Data Yang Dikumpulkan
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Penelitian dilakukan terhadap buku-buku rujukan yang membicarakan
tentang Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap hukuman mati bagi
pengedar narkotika. (studi direktori putusan mahkamah agung RI no 38/
pidsus/ 2011.
Data yang terhimpun dari hasil penelitian ini, baik penelitian
kepustakaan maupun penelitian lapangan, dapat digolongkan dalam 2
(dua) jenis data yaitu :
a) Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari direktori
putusan Mahkamah Agung republic Indonesia no 38 pidsus/2011.
b) Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan
seperti peraturan perundang-undangan, karya tulis, buku-buku, dan
internet berupa materi-materi lain yang berkaitan dengan pembahasan
dalam proposal ini.
b. Sumber data
Sumber data, yakni sumber dari mana data akan digali, baik primer
maupun sekunder.3 Adapun sumber-sumber data tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Sumber data primer
Sumber data primer merupakan putusan hakim atau dokumen
yang bersifat utama dan penting yang memungkinkan untuk mendapat
sejumlah informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan penelitian
yaitu Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap hukuman mati bagi
pengedar narkotika. (studi direktori putusan mahkamah agung RI no
38/ pidsus/ 2011.
b) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diambil dan
diperoleh dari bahan pustaka dengan mencari data atau informasi
berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku literatur yang dipakai
sebagai berikut:
1) Wirdjono Prodjodikoro, Tindak-tindak Pidana Tertentu di
Indonesia.
2) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam.
3) Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam.
4) Todung Mulya Lubis dan Alexander Lay, kontroversi hukuman
mati
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
dan informasi adalah sebagai berikut:
a) Dokumentasi
yakni direktori putusan mahkamah agung republic Indonesia no 38
b) Kepustakaan (library Reseach)
yakni penelitian yang dilakukan dengan menelah buku-buku,
peraturan perundang undangan, karya tulis, serta data yang
diadapatkan dari penutisan melalui media internet atau media lain
yang ada hubungannya dengan penulisan proposal ini.
d. Teknik Pengolahan Data.
Untuk memudahkan analisis, maka diperlukan pengolahan data dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1) Organizing. Organizing adalah suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
penelitian.4 Yakni menyusun dan mensistematika data-data tentang
Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati pengedar
narkotika UU No 35 Tahun 2009.
2) Editing.
Editing adalah kegiatan pengeditan akan kebenaran dan ketetapan
data tersebut.5 Yakni memeriksa kembali data-data tentang penerapan
Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati pengedar
narkotika UU No 35 Tahun 2009.
4Sony Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004),89.
3) Coding.
Coding adalah kegiatan mengklafikasi dan memeriksa data yang
relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.6 Yakni
mengklarifikasi dan memeriksa data kembali mengenai penerapan
Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Hukuman Mati pengedar
narkotika UU No 35 Tahun 2009.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
hal yang akan penulis bahas dalam penulisan skripsi ini,yaitu:
Bab I Pendahuluan: Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang
permasalahan yang diangkat, permasalahan yang akan dibahas, tujuan
penelitian dan manfaat penulisan, telaah pustaka, metode yang digunakan
dalam penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II Landasan Teori: Bab kedua merupakan bagian landasan teori
Yang meliputi tinjauan Umum Tentang teori takzir meliputi definisi,
macam-macam, jenis-jenis, dan dasar hukumannya.
Bab III Pidana Mati Bagi Pengedar Narkotika Menurut UndangUndang:
Dalam bab ini akan menguraikan tentang putusan hakim terhadap hukuman
mati pengedar narkotika (directori putusan Mahkamah Agung RI no 38/
pidsus/ 2011) isi putusan, dasar, pertimbangan, putusan dan implikasi.
Bab IV Tinjauan Hukum Islam terhadap Sanksi Pidana Mati bagi
Pengedar Narkotika (Pasal 114 ayat 2 dan 119 ayat 2 Undang-Undang Nomor
35 tahun 2009 tentang Narkotika)
Bab V Penutup: Bab ini merupakan bab penutup, berisi simpulan dari
hasil pembahasan serta saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang
20
BAB II
LANDASAN TEORI JARIMAH TA’ZIR
A. PENGERTIN TA’ZI>>>>>>>>>>>><R
1. Pengertian
Ta’zi<r merupakan salah satu bentuk hukuman yang diancam
kepada pelaku tindak kejahatan yang dijelaskan dalam fiqh jinayat. Ia
merupakan hukuman ketiga setelah hukuman qisas-diyat dan hukuman
hudud. Makna ta’z<ir juga bisa diartikan mengagungkan dan membantu,
seperti yang difirmankan Allah SWT:
Artinya: “.Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di
waktu pagi dan petang.” (surah Al-Fath ayat 9).
Yang dimaksud dari kata ‘Tu’azziruuhu’ dalam ayat diatas adalah
mengagungkannya dan menolongnya. Ta’zi<r dalam bahas arab diartikan
juga sebagai penghinaan; dikatakan ‘Azzara Fulanun Fulaanan’ yang
artinya ialah bilamana polan yang pertama melakukan penghinaan
terhadap polan yang kedua dengan motivasi memberi peringatan dan
pelajaran kepadanya atas dosa yang telah dilakukan olehnya.1
Bagi jarimah ta’zi<r tidak diperlukan asas legalitas secara khusus,
seperti pada jarimah hudu<d dan qisa<s diyat. Yang artinya setiap jarimah
ta’zi<r tidak memerlukan ketentuan khusus satu per satu. Hal tersebut
memang sangat tidak mungkin, bukan saja karena jarimah ta’zi<r itu
banyak sehingga sulit dihitung, melainkan juga karena sifat jarimah
ta’zi<r itu sendiri yang labil dan fluktuatif, bisa berkurang atau
bertambah sesuai keperluan.
Oleh karena itu secara buku jenis-jenis jarimah ta’zi<r tidak efektif
sebab suatu saat akan berubah. Dalam jarimah ta’zi<r bisa saja satu asas
legalitas untuk beberapa jarimah atau untuk beberapa jarimah yang
memiliki kesamaan maka tidak diperlukan ketentuan khusus.2
Jika dilihat dari sumbernya ada dua bentuk jarimah ta’zi<r, yakni
jarimah ta’zi<r penguasa (ulil amri) dan jarimah ta’zi<r shara’. Kedua jenis
jarimah ta’zi<r tersebut memiliki persamaan dan perbedaan. Hakim dapat
menjatuhkan beberapa macam sanksi ta’zi<r kepada pelaku jarimah
berdasarkan pertimbangan-pertimbangannya.3
2. Dasar Hukum Ta’zir
Dasar hukum disyariatkan ta’zir terdapat dalam beberapa hadis
Nabi SAW. Dan tindakan sahabat. Hadis-hadis tersebut antara lain
sebagai berikut:
Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bahz ibn Hakim
نَع
Dari Bahz ibn hakim dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Nabi
SAW menahan seseorang karena disangka melakukan kejahatan. (Hadis
diriwayatkan oleh Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, dan baihaqi, serta
dishahihkan oleh Hakim)
Dasar hukum ta’zir adalah hukuan atas pelanggaran yang mana
hukumannya tidak ditetapkan dalam al-Qur’an dan Hadis, yang
bentuknya sebagai hukuman ringan. Ta’zir merupakan hukuman yang
lebih ringan yang kesemuanya diserahkan kepada pertimbangan hakim.
Menurut Syafi’i yang dikutib oleh sudarsono menyatakan, bahwa
hukuman ta’zir adalah sebanyak 39 kali hukuman cambuk untuk orang
yang merdeka, sedangkan untuk budak sebanyak 19 kali hukuman
cambuk.4 Ta’zir dishari’atkan terhadap segala kemaksiatan yang tidak
dikenakan had dan tidak kaffarat. Serendah-rendah batas ta’zir dilihat
kepada sebab-sebabnya ta’zir, boleh dita’zirkan lebih dari serendah
-rendahnya had, asalkan tidak sampai kepada setinggi-tingginya.
3. Unsur-unsur Ta’zir
Unsur-unsur dijatuhkannya hukuman ta’zi<r bagi pelaku jarimah,
antara lain:
a. Nas (al-Qur’an dan hadis yang melarang perbuatan dan
mengancamkan hukuman terhadapnya, dan unsur ini biasanya
disebut sebagai unsur formil (rukun syara’).
b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa
perbuatan-perbuatan nyata ataupun sikaptidak berbuat. Dan unsur
ini biasanya disebut sebagai unsur materil.
c. Pelaku adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dimintai
pertanggung jawabannya atas perbuatan jarimah tersebut. Dan
unsur ini biasanya disebut unsur moril.5
4. Macam-macam jarimah ta’zir
Dalam uraian yang lalu telah dijelaskan bahwa dilihat dari hak
yang dilanggar, jarimah ta’zir dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak Allah.
2. Jarimah ta’zir yang menyinggung hak individu.
Dari segi sifatnya, jarimah ta’zir dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
a. Ta’zir karena melakukan perbuatan maksiat.
b. Ta’zir karena melakukan perbuatan yang membahayakan
kepentingan umum.
c. Ta’zir karena melakukan pelanggaran.
Disamping itu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya),
ta’zir juga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
1. Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-jarimah hudud dan qishash,
tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti
pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh keluarga sendiri.
2. Jarimah ta’zir yang jenisnya disebutkan dalam nas syara’ tetapi
hukumannya belum ditetapkan, seperti riba, suap, dan mengurangi
takaran dan timbangan.
3. Jarimah ta’zir yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan
oleh syara’.
Jenis ketiganya ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri, seperti
pelanggaran disiplin pegawai pemerintah.
Abdul Aziz Amir membagi jarimah ta’zir secara rinci dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan pembunuhan
Pembunuhan diancam dengan hukuman mati. Apabila hukuman mati
(qishash) dimaafkan maka hukumnya diganti dengan diat. Apabila
hukuman diat dimaafkan juga maka ulil amri berhak menjatuhkan
hukuman ta’zir apabila hal iti dipandang lebih maslahat.
2. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan pelukaan
Menurut Imam Malik, hukuman ta’zir dapat digabungkan dengan
qishash dalam jarimah pelukaan, karena qishash merupakan hak
adami, sedangkan ta’zir sebagai imbalan atas hak masyarakat.
pelukaan apabila qishashnya dimaafkan atau tidak bisa dilaksanakan
karena suatu sebab yang dibenarkan oleh syara’.
3. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kehormatan
dan kerusakan akhlak
Jarimah ta’zir macam yang ketiga ini berkaitan dengan jarimah zina,
menuduh zina, dan penghinaan. Diantara kasus perzinaan yang
diancam dengan ta’zir adalah perzinaan yang tidak memenuhi syarat
untuk dikenakan hukuman had, atau terdapat syubhat dalam
pelakunya, perbuatannya, atau tempat (objeknya).
4. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan harta
Jarimah yang berkaitan dengan harta adalah jarimah pencurian dan
perampokan. Apabila kedua jarimah tersebut syarat-syaratnya telah
dipenuhi maka pelaku dikenakan hukuman had. Akan tetapi, apabila
syarat untuk dikenakannya hukuman had tidak terpenuhi maka
pelaku tidak dikenakan hukuman had, melainkan hukuman ta’zir.
5. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan kemaslahatan individu
Jarimah ta’zir yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain seperti
saksi palsu, berbohong (tidak memberikan keterangan yang benar) di
depan sidang pengadilan, menyakiti hewan, melanggar hak privacy
orang lain (misalnya masuk rumah orang lain tanpa izin).
6. Jarimah ta’zir yang berkaitan dengan keamanan umum
Jarimah ta’zir yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
b. Suap
c. Tindakan melampaui batas dari pegawai atau pejabat yang lalai
dalam menjalankan kewajiban.
d. Pelayanan yang buruk dari aparatur pemerintah terhadap
masyarakat.
e. Melawan petugas pemerintah dan membangkang terhadap
peraturan, seperti melawan petugas pajak, penghinaan terhadap
pengadilan, dan menganiaya polisi.
f. Melepaskan narapidana dan menyembunyikan buronan
(penjahat).
g. Pemalsuan tanda tangan dan stempel.
h. Kejahatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti penimbunan
bahan-bahan pokok, mengurangi timbangan dan takaran, dan
menaikkan harga dengan semena-mena.6
5. Macam-macam sanksi
1. Sanksi ta’zi<r yang berkaitan dengan badan, dibedakan menjadi dua,
yakni hukuman mati dan hukuman cambuk.
a. Hukuman mati, merupakan sanksi ta’zi<r tertinggi. Sanksi ini
dapat diberlakukan terhadap mata-mata dan orang yang
melakukan kerusakan di muka bumi
b. Hukuman cambuk, hukuman cambuk cukup efektif dalam
menjerahkan pelaku jarimah ta’zi<r. Hukuman ini dalam jarimah
hudud telah jelas jumlahnya bagi pelaku zina ghairu muhsan
dan jarimah qadaf. Namun dalam jarimah ta’zi<r, hakim
diberikan kewenangan untuk menentukan jumlah cambukan.
Yang mana jumlah cambukan ini disesuaikan dengan kondisi
pelaku, situasi dan tempat kejahatan.
2. Sanksi ta’zi<r yang berkaitan dengan kemerdekaan seseorang
Memgenai hal ini, ada dua jenis hukuman yakni : hukuman
penjara dan hukuman pengasingan.
a. Hukuman penjara, ada dua macam untuk istilah hukuman
penjara, yakni al-habsu dan al-sijnu yang mana keduanya
memiliki makna al-man’u. Yaitu mencegah (menahan).
Hukuman penjara ini dapat menjadi hukuman pokok dan dapat
juga menjadi hukuman tambahan. Apabila hukuman pokok
yang berupa hukuman cambuk tidak membawa dampak jera
bagi terhukum.
b. Hukuman pengasingan, hukuman pengasingan merupakan
hukuman had namun dalam pokoknya hukuman pengasingan ini
juga diterapkan sebagai hukuman ta’zi<r. Diantara jarimah ta’zi<r
yang dikenakan hukuman pengasingan ini adalah orang yang
berperilaku mukhannas (waria).
Sanksi ta’zi<r dengan mengambil harta bukan berarti
mengambil harta pelaku untuk diri hakim atau kas Negara.
Melainkan menahannya untuk sementara waktu. Adapun jika pelaku
tidak dapat diharapkan bertaubat, maka hakim dapat menyerahkan
harta tersebut untuk kepentingan yang mengandung maslahat.7
6. Sebab-Sebab Hapusnya Hukuman Ta’zir
Faktor yang menyababkan hapusnya hukuman ta’zir itu banyak
sekali dan berbeda-beda sesuai dengan jenis hukumannya. Diantaranya
adalah meninggalnya si pelaku, pemaafan dari korban, tobatnya si
pelaku dan kadaluarsa.8
1. Meninggalnya si pelaku
Meninggalnya si pelaku jarimah ta’zir merupakan salah satu
sebab hapusnya sanksi ta’zir meskipun tidak menghapuskan
seluruhnya.
2. Pemaafan
Pemaafan adalah salah satu sebab hapusnya hukuman ta’zir,
tetapi tidak menghapuskan seluruhnya.
Para fuqaha memberikan dahlil tentang kebolehan pemaafan
dalam kasus ta’zir antara lain sabda Rasulullah SAW:
هلَب ق
Terimalah kebaikannya dan maafkanlah kejelekannya.(HR Muslim).
Dalil di atas meskipun dijadikan dalil oleh fuqaha, akan tetapi
tampaknya untuk pemaafan ini perlu dibedakan antara jarimah yang
berkaitan dengan hak Allah atau hak masyarakat dan jarimah yang
berkaitan dengan hak perorangan. Dalam ta’zir yang berkaitan
dengan hak perorangan pemaafan itu dapat menghapus hukuman,
bahkan bila pemaafan itu diberikan sebelum pengajuan
penggugatan,
3. Tobat
Tobat bisa menghapuskan sanksi ta’zir apabila jarimah yang
dilakukan oleh si pelaku itu adalah jarimah yang berhubungan
dengan hak Allah/hak jamaah, tobat menunjukkan adanya
penyesalan terhadap perbuatan jarimah yang telah dilakukan,
menjauhkan diri darinya, dan adanya niat dan rencana yang kuat
untuk tidak kembali melakukannya sedangkan bila berkaitan dengan
hak Adami harus ditambah dengan satu indikator lagi, yaitu
melepaskan kezaliman yang dalam hal ini adalah minta maaf kepada
korban.
4. Kadaluwarsa
Yang dimaksud dengan kadaluwarsa dala fiqh jinayah adalah
lewatnya waktu tertentu setelah terjadinya kejahatan atau setelah
Apabila pembuktiannya demgan dengan pengakuan, maka
tidak berlaku kadaluwarsa, karena dalam pengakuan itu orang yang
mengakui tidak dapat dicurigai, atau ditekan atau permusuhan.
7. Tujuan dan Syarat-Syarat Sanksi Ta’zir
Di bawah ini tujuan dari diberlakukannya sanksi ta’zir, yaitu
sebagai berikut.9
1. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum
melakukan jarimah.
2. Represif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak
mengulangi perbuatan jarimah di kemudian hari.
3. Kuratif (islah). Ta’zir harus mampu membawa perbaikan perilaku
terpidana di kemudian hari.
4. Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pola hidupnya
ke arah yang lebih baik.
Syara’ tidak menentukaan macam-macam hukuman untuk setiap
jarimah ta’zir; tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari
yang paling ringan sampai yang paling berat. Hakim diberi kebebasan
unyuk memilih hukuman mana yang sesuai. Dengan demikian, sanksi
ta’zir tidak mempunyai batas tertentu
Ta’zir berlaku atas semua orang yang melakukan kejahatan.
Syaratnya adalah berakal sehat. Tidak ada perbedaan, baik laki-laki
maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak, atau kafir maupun
muslim. Setiap orang yang melakukan kemungkaran atau mengganggu
pihak lain dengan alasan yang tidak dibenarkan baik dengan perbuatan,
ucapan, atau isyarat perlu diberi sanksi ta’zir agar tidak mengulangi
32 BAB III
DIREKTORI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
P U T U S AN
No. 38 PK/PID.SUS/2011
A. Tentang Mahkama Agung Republik Indonesia
Mahkamah Agung adalah sebuah lembaga Negara yang berwenang
mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang
lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Mahkamah Agung (disingkat
MA) adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia
yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua. Ketua
Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, dan diangkat oleh
Presiden. Hakim Agung dipilih dari hakim karier dan Non karier, profesional
atau akademisi. Mahkamah Agung memiliki hakim agung sebanyak maksimal
60 orang. Hakim agung dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak
berdasarkan sistem karier dari kalangan profesi atau akademisi. Tugas Hakim
Agung adalah Mengadili dan memutus perkara pada tingkat Kasasi dan
Peninjauan Kembali (PK).
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan wewenang MA
adalah:
1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-Undang, dan mempunyai
2. Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi.
3. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan
rehabilitasi.
Melihat peran Mahkamah Agung dan tugas serta tanggungjawabnya,
maka dapat dikatakan bahwa Mahkamah Agung adalah lembaga peradilan
tertinggi dalam upaya penegakkan hukum di Indonesia. Perannya dapat
menjadi kekuatan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan
keadilan dalam penegakkan hukum. Mahkamah Agung dapat memeriksa dan
dapat memberikan sanksi kode etik kepada hakim yang melakukan
pelanggaran kode etik perilaku hakim, misalnya terhadap proses peradilan
yang diindikasikan sarat dengan muatan korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN).
Dalam konteks penegakan hukum dan keadilan di Indonesia, hakim
agung memiliki tugas mulia sebagai pengawas internal tugas hakim dalam
pengadilan. Hal ini mengingat hakim agung yang berada dalam institusi
Mahkamah Agung adalah juga seorang hakim, maka menurut undang-undang,
hakim agung berhak melakukan pengawasan terhadap kinerja hakim dalam
proses pengadilan, demi hukum dan keadilan. Mengapa perlu adanya
pengawasan tugas hakim? Karena hakim sering lalai dalam menjalankan
kemandirian kekuasaannya. Kelalaian ini sering disebabkan oleh berbagai
faktor, misalnya adanya pihak-pihak lain di luar kekuasaan kehakiman seperti
birokrat, TNI, maupun pengadilan atasan. Akibat dari kelalaian ini, hakim
keberpihakan pada salah satu pihak yang berperkara pasti tak terhindarkan.
Hal ini bukan hanya sebuah hipotesa, namun merupakan fakta hukum yang
terjadi. Banyak warga masyarakat sudah tidak begitu percaya dengan hakim
dan penegakkan hukum yang selama ini dijalankan di pengadilan negeri.
Mahkamah Agung juga mempunyai fungsi atau wewenang Mahkamah
Agung sebagai sebuah lembaga kehakiman Negara menurut Undang-undang
adalah untuk: Memeriksa dan memutus permohonan kasasi, Sengketa tentang
kewenangan mengadili, Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan memutus permohonan
kasasi terhadap putusan pengadilan Tingkat Banding atau Tingkat Akhir dari
semua Lingkungan Peradilan; Dalam tingkat kasasi, MA membatalkan
putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua Lingkungan
Peradilan; Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelengaraan
peradilan di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman.
B. Kronologi Kasus
Bahwa ia Terdakwa Myuran Sukumaran alias Mark secara
bersama-sama dengan Terdakwa Andrew Chan, Renae Lawrence, Scoth Anthony Rush,
Michael William Czugaj, Matthew James Norman, Martin Erick Stephens,
Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen (Para Terdakwa dalam berkas tersendiri),
Cerry Likit Bannakonr alias Pina (belum tertangkap) atau bertindak untuk
Wita, atau setidak-tidaknya disatu waktu dalam tahun 2005 bertempat di Pos
Imigrasi Terminal Keberangkatan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban
Denpasar Bali, Hotel Adi Darma kamar 124 dan kamar 105 Kuta Badung dan
Hotel Melasti Kuta Beach & Spa kamar 136 Jalan Dewi Sartika Kuta
Kabupaten Badung atau setidak-tidaknya disatu tempat yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Denpasar, secara tanpa hak dan
melawan hukum mengekspor, menawarkan untuk dijual, menyalurkan,
menjual, membeli, menyerahkan, menerima,
Menjadi perantara dalam jual beli atau menukar narkotika golongan I
jenis heroin seberat kurang lebih 8.202,11 gram netto yang dilakukan secara
terorganisasi, perbuatan mana dilakukan Terdakwa dengan cara-cara sebagai
berikut :
Pada tanggal 30 Maret 2005, bertempat di Rose Land Shopping Center
Sidney-Australia, Terdakwa bersama Andrew Chan telah melakukan
pertemuan dengan Renae Lawrence, Martin Erick Stephens, Si Yi Chen,
Matthew James Norman untuk merencanakan pengiriman paket heroin dari
Bali menuju Australia, pada saat itu Andrew Chan memberikan Renae
Lawrence uang sebesar AUS$ 2080 untuk biaya transportasi dan akomodasi
selama di Bali,
Ditempat terpisah pada tanggal 5 April 2005 bertempat di Parkir Mobil
diantara KFC dan Formula 1 Hotel; Terdakwa untuk keperluan pengiriman
sebesar AUS$ 500, serta serta HP merk Nokia 1100 warna abu-abu
kombinasi,
Pada tanggal 6 April 2005, bertempat di Spanish In Sidney-Australia
untuk keperluan biaya akomodasi dan transportasi di Bali dalam rangka
pengiriman paket heroin yang sama seperti tersebut di atas Terdakwa
memberikan uang kepada Tan Duc Tanh Nguyen, Scott Anthony Rush dan
Michael William Czugajsebesar AUS$ 3000. Masih di Spanish In
Sidney-Australia pada tanggal 7 April 2005, Terdakwa untuk keperluan pengiriman
heroin yang sama telah memberikan uang kepada Scott Anthony Rush dan
Michael William Czugaj masing-masing sebesar AUS$ 500
Sedangkan pacar Andrew Chan yang bernama Grace pada tanggal 5
April 2005bertempat di Hotel Formula 1, memasukkan barang-barang ke
dalam koper milik Renae Lawrence dan Martin Eric Stephens berupa celana
pendek ketat merk Adidas, plaster, stagen sedangkan barang-barang yang ada
di koper dikeluarkan.
untuk menjaga kerahasiaan pelaksanaan kegiatan pengiriman
heroinTerdakwa secara tertib dan rapi telah membagi keberangkatan
kelompoknya untuk datang ke Bali, masing-masing Renae Lawrence, Si Yi
Chen, Martin Eric Stephens dan Mattew James Norman menggunakan Agent
Qantas Holiday, sedangkan Scott Anthony Rush, Tan Duc Tanh Nguyen,
Michael William Czugaj menggunakan agent Fligh Center di Sidney dan
mereka mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya, yaitu untuk
dengan menggunakan pesawat Australian Airlines Andrew Chan terlebih
dahulu datang ke Bali, dan kemudian menginap di Hotel Hard Rock Kuta
kamar 5314, kemudian mempelajari situasi dan menyiapkan penginapan bagi
kelompoknya yaitu masing-masing:
1. Disiapkan Hotel White Rose kamar 1022 untuk Si Yi Chen dan Mattew
James Norman,
2. Hotel Kuta Lagoon kamar 126 untuk Renae Lawrence dan Martin Eric
Stephen.
3. Sedangkan Terdakwa menyiapkan Hotel Aneka Kuta untuk Scott
Anthony Rush, Michael William Czugaj.
4. Hotel Hard Rock Kuta untuk Terdakwa Myuran Sukumaran dan Tan Duc
Thanh Nguyen.
Pada tanggal 6 April 2005 dengan menggunakan pesawat Australian
Airlines dengan nomor penerbangan AO 7829, Renae Lawrence, Mattew
James Norman dan Si Yi Chen, Martin Eric Stephen berangkat ke Bali dalam
satu pesawat, dan meskipun mereka saling kenal untuk menjaga kerahasiaan,
Terdakwa bersama Andrew Chan melarang untuk saling bercakap-cakap dan
tiba di Bali pukul 14.30 Wita dan selanjutnya langsung menuju ke Hotel yang
telah disiapkan sebelumnya.
Pada tanggal 8 April 2005 dengan menggunakan pesawat Australian
Airlines Terdakwa dengan Tan Duc Thanh Nguyen berangkat menuju Bali,
Michael William Czugaj, dan setelah mereka tiba di Bali sekitar pukul 14.000
Wita, mereka langsung menuju hotel yang telah disiapkan.
Terdakwa bersama dengan Andrew Chan untuk mengatur
kelompoknya agar dapat bekerja dengan tertib, rapi dan rahasia di Bali, maka
mereka mulai melakukan kegiatan sebagai suatu jaringan nasional dengan
pertama-tama melakukan pertemuan-pertemuan yaitu :
1. Pada tanggal 8 April 2005 bertempat di Center Stage Hotel Hard
Rock Kuta Terdakwa bersama dengan Andrew Chan melakukan
pertemuan dengan Renae Lawrence, Martin Eric Stephen, Mattew
James Norman dan Si Yi Chen, dimana dalam pertemuan tersebut
Andrew Chan memberi arahan tentang tugas-tugas yang harus
dilaksanakan selama di Bali.
2. Pada tanggal 8 April 2005 bertempat di Hotel Kuta Sea View,
Andrew Chan melakukan pertemuan dengan Cerry Likit Banakhorn
(belum tertangkap), dan kemudian Andrew Chan mengambil satu
buah koper warna silver berisi heroin.
3. Pada tanggal 8 April 2005 Terdakwa bertemu dengan Andrew Chan,
Scott Anthony Rush, Tan Duc Thanh Nguyen dan Michael William
Czugaj membicarakan pelaksanaan pengiriman narkotika dari Bali ke
Australia.
Sebagai suatu rangkaian perencanaan yang telah disusun secara tertib
rapi dan rahasia pada tanggal 11 April 2005, bertempat di Jalan Legian Kuta
yang ukurannya agak longgar kepada renae Laurence, martin eric Stephen,
dan mattew james norman
Pada tanggal 12 April 2005 bertempat di Hard Rock Bar Kuta
Terdakwa bersama Andrew Chan kembali melakukan pertemuan dengan
Michael William Czugaj, Scott Anthony Rush, dan Tan Duc Thanh Nguyen
untuk membicarakan pelaksanaan tugas masing-masing, pada saat itu pula Tan
Duc Thanh Nguyenmemberitahu Michael William Czugaj dan Scott Anthony
Rush untuk membuka paket heroin ke Australia serta memberikan sim card
untuk dipasangkan pada hp milik Michael William Czugaj dan Scott Anthony
Rush. Oleh karena heroin yang hendak dibawa oleh kelompoknya ternyata
kurang kemudian Andrew Chan mengirimkan sms kepada Renae Lawrence
yang isinya mengenai penundaan keberangkatan tanggal 14 April 2005,
sampai menunggu heroin yang dibawa oleh Cerry Likit Banakorn.
Pada tanggal 15 April 2005 bertempat di Hotel Grand Bali Beach
Terdakwa bersama-sama dengan Scott Anthony Rush, Tan Duc Thanh
Nguyen diberitahu oleh Andrew Chan, bahwa terjadi penundaan
keberangkatan diakibatkan oleh karena heroin yang hendak dibawa masih
kurang.
Pada tanggal 15 April 2005 bertempat di Hotel Kuta Sea View,
Andrew Chan bertemu kembali dengan Cerry Likit Banakhorn yang ketika itu
memberikan Terdakwa satu koper warna hitam berisi heroin.
Masih disekitar bulan April 2005, Andrew Chan bersama dengan
membeli dua buah patung kayu dan satu buah kotak perhiasan dari kayu di
sekitar Jalan Legian Kuta.
Oleh karena terjadi penundaan keberangkatan, kemudian pada tanggal
16 April 2005 Terdakwa bersama-sama dengan Andrew Chan memindahkan
tempat menginap kamar nomor 105, sedangkan Renae Lawrence dan Martin
Eric Stephen pada tanggal 14 April 2005 dipindahkan dari Hotel Kuta Lagoon
ke Hotel Adi Darma kamar nomor 124, selanjutnya Terdakwa bersama dengan
Andrew Chan membayar seluruh biaya hotel.
Pagi hari Andrew Chan pergi ke Yan’s Beach Bungalow dengan
mengaku bernama David Yu, selanjutnya Andrew Chan check in dan
menempati kamar nomor C05, dengan membawa koper warna silver dan
abu-abu (biru kehitaman).
Pada hari yang sama tanggal 17 April 2005 bertempat di Hotel Adi
Dharma kamar nomor 124, Terdakwa dan Andrew Chan dengan membawa
dua buah koper masing-masing berwarna abu-abu dan silver berisikan heroin
serta satu buah tas jinjing yang berisikan gunting, plaster, stagen, merica, dan
selanjutnya Terdakwa serta Andrew Chan mulai menempelkan paket-paket
heroin itu masing-masing:
Terdakwa bersama Andrew Chan menempelkan plastik bening warna
putih yang berisi heroin pada anggota tubuh Renae Lawrence masing-masing :
pada paha kiri Andrew Chan menempelkan 1 (satu) bungkus plastik
warna bening yang dililit dengan plaster verban warna putih yang didalamnya
heroin pada paha kanan 2 (dua) bungkus plastik warna bening yang
bertuliskan Foodsaver Roolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica
yang dililiti dengan isolasi warna bening yang didalamnya berisi heroin,
kemudian dililiti lagi dengan plaster verban warna coklat dengan berat
keseluruhan 668,29 gram netto.
Dilanjutkan ke punggung Renae Lawrence ditempelkan 2 (dua)
bungkus plastic warna bening yang bertuliskan Foodsaver Roolls By Tilia
yang ditaburi dengan serbuk merica yang dililiti dengan isolasi warna bening
yang didalamnya berisi heroin, kemudian dililiti lagi dengan plaster verban
warna coklat dengan berat keseluruhan 693,41 gram netto, yang dilakukan
oleh Myuran Sukumaran.
berdasarkan hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang Denpasar No. 173/KNF/2005
yang menyimpulkan bahwa barang bukti yang ditemukan pada tubuh/badan
Renae Lawrence adalah benar positif mengandung Narkotika jenis heroin.
Terdakwa dan Andrew Chan menempelkan plastik bening warna putih
yang berisi heroin pada anggota tubuh Martin Eric Stephen, pada punggung
ditempelkan 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang dililit dengan plaster
verban warna putih yang didalamnya berisi heroin seberat 890,84 gram netto.
pada paha kiri ditempelkan 2 (dua) bungkus plastik warna bening yang
bertuliskan Foodsaver Roolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica
kemudian dililiti lagi dengan plaster verban warna coklat dengan berat 717,62
gram netto.
Pada paha kanan ditempelkan 2 (dua) bungkus plastik warna bening
yang bertuliskan Foodsaver Roolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk
merica yang dililiti dengan isolasi warna bening yang didalamnya berisi
heroin, kemudian dililiti lagi dengan plaster verban warna coklat dengan berat
keseluruhan 733,28 gram netto.
berdasarkan hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang Denpasar No. 172/KNF/2005
yang menyimpulkan bahwa barang bukti yang ditemukan pada tubuh/badan
Martin Eric Stephen adalah benar positif mengandung Narkotika jenis heroin.
Bertempat di Hotel Adi Dharma kamar nomor 105 Terdakwa dan
Andrew Chan menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin
pada anggota tubuh Michael William Czugaj :
pada paha kiri ditempelkan 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang
dililit dengan plaster perban warna putih yang didalamnya berisi heroin
seberat 956,59 gram netto.
pada paha kanan ditempelkan1 (satu) bungkus plastik warna bening
yang dibungkus dengan plastik warna bening bertuliskan Foodsaver Roolls By
Tilia didalamnya berisi heroin seberat 400,97 gram netto.
pada punggung ditempelkan 1 (satu) bungkus plastik warna bening
yang dibungkus dengan plastik warna bening bertuliskan Foodsaver Roolls By
Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang Denpasar No. 174/KNF/2005
yang menyimpulkan bahwa barang bukti yang ditemukan pada tubuh/badan
Michael William Czugaj adalah benar positif mengandung Narkotika jenis
heroin.
Bertempat di Hotel Adi Dharma kamar nomor 105 Terdakwa dan
Andrew Chan menempelkan plastik bening warna putih yang berisi heroin
pada anggota tubuh Scott Anthony Rush :
Pada pinggang bagian belakang badan ditempelkan plastik bening
berisi heroin seberat 888 gram netto yang dililitkan dengan plaster warna
coklat dan stagen warna coklat muda yang berlapiskan kain warna biru merk
Futoro.
Paha kaki kanan ditempelkan plastik bening berisi heroin seberat
414,37 gram netto yang dililitkan dengan plaster warna coklat.
Paha kaki kiri ditempelkan plastik bening berisi heroin seberat 389,90
gram netto yang dililitkan dengan plaster warna coklat.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Pusat Laboratorium Forensik
Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang Denpasar No. 171/KNF/2005
yang menyimpulkan bahwa barang bukti yang ditemukan pada tubuh/badan
Scott Anthony Rush adalah benar positif mengandung Narkotika jenis heroin
Sebelum berangkat isi koper yang dibawa oleh Renae Lawrence
dikeluarkan dan kemudian diisi dengan dua buah patung kayu dan satu
petugas, untuk tidak tertuju pada badan mereka akan tetapi beralih untuk
memeriksa isi koper yang dibawa.
Sisa heroin yang telah dipasang, beserta sisa barang-barang yang
dipergunakan untuk menempelkan pada anggota tubuh dari Renae Lawrence,
Martin Eric Stephen, Scott Anthony Rush dan Michael William Czugaj,
dibawaoleh anggota organisasi yang lainnya yaitu Terdakwa bersama-sama
dengan Tan Duc Thanh Nguyen, Si Yi Chen, dan Matthew James Norman,
dan pada hari dan tanggal yang sama sekitar jam 21.30 Wita Terdakwa
bersama temannya chek out dari Hotel Adi Darma menuju ke Hotel Melasti
Kuta Beach Bungalow & Spadengan menempati kamar nomor 136, dan ketika
polisi melakukan penangkapan serta penggeledahan telah ditemukan barang
berupa 1 (satu) tas koper warna coklat didalamnya berisi 1 (satu) tas gendong
warna biru kombinasi hitam di dalamnya berisi satu bungkus kertas koran di
dalamnya berisi 2 (dua) buah kantong plastik heroin seberat 334,26 gram netto
dan 1 (satu) tas kantong plastic berisi serbuk merica warna coklat.
Setelah pemasangan paket heroin pada anggota tubuh Renae
Lawrence, Scott Anthony Rush, Michael William Czugaj dan Martin Eric
Stephen, kemudian mereka berangkat ke Bandara Ngurah Rai untuk
membawa heroin tersebut dengan tujuan Australia dan diinstruksikan
Terdakwa untuk diberikan kepada orang yang dikenalnya bernama Pinoccio,
setibanya di Bandara Ngurah Rai mereka langsung check in dan kemudian
penjagaan imigrasi. Scott Anthony Rush, Renae Lawrence, Michael William
Czugaj dan Martin Eric Stephen ditangkap oleh petugas yang berwajib.
Ketika Andrew Chan yang mengawasi perjalanan teman-temannya
kemudian ditangkap petugas ke Hotel Yans Beach Bungalow kamar C05
ditemukan 2 (dua) buah koper warna abu-abu dan silver yang diberikan oleh
Cerry Likit Banakorn, dan kemudian disita sebagai barang bukti.
Sebagai perbuatan terorganisisir dan mempunyai jaringan internasional
telah pula dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap barang-barang bukti
yang telah disita dan ditemukan hasil sebagai berikut,
Ketika barang bukti berupa satu buah koper warna hitam merk
Giogracia dalam keadaan retak berisi dua buah pipa aluminium (keadaannya
terbuka) diperiksa/dibuka oleh petugas Laboratorium Forensik Polri Cabang
Denpasar ternyata didalamnya terdapat serbuk putih seberat 0,0100 gram netto
lalu dilakukan pemeriksaan terhadap serbuk putih tersebut ternyata positif
mengandung sediaan Narkotika (Heroin). Berdasarkan hasil pemeriksaan dari
Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang
Denpasar No. Lab. 183/KNF/2005 tanggal 10 bulan Mei 2005.
Barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang dililit
dengan plaster verban warna putih yang didalamnya berisi heroin seberat
807,27 gram netto, 2 (dua) bungkus plastik warna bening yang bertuliskan
Foodsever Rolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica yang dililiti
dengan isolasi warna bening yang didalamnya berisi heroin, kemudian dililit
gram netto dan 2 (dua) bungkus plastik warna bening yang bertuliskan
Foodsever Rolls By Tilia yang dtiaburi dengan serbuk merica yang dililiti
dengan isolasi warna bening yang didalamnya berisi heroin, kemudian dililit
lagi dengan plaster verban warna coklat dengan berat keseluruhan 693,41
gram netto yang disita dari Renae Lawrence setelah dilakukan pemeriksaan
oleh petugas Laboratorium Forensik Polri Cabang Denpasar positif
mengandung sediaan Narkotika (Heroin) berdasarkan hasil pemeriksaan dari
Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang
Denpasar No. Lab. 173/KNF/2005.
Barang bukti berupa 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang dililit
dengan plaster verban warna putih yang didalamnya berisi heroin seberat
800,84 gram netto, 2 (dua) bungkus plastik warna bening bertuliskan
Foodsever Rolls By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica yang dililiti
dengan isolasi warnabening yang didalamnya berisi heroin kemudian dililiti
lagi dengan plaster verban warna coklat dengan berat keseluruhan 733,28
gram netto, 2 (dua) bungkus plastik warna bening bertuliskan Foodsever Rolls
By Tilia yang ditaburi dengan serbuk merica yang dililiti dengan isolasi warna
bening yang didalamnya berisi heroin kemudian dililiti lagi dengan plaster
verban warna coklat dengan berat keseluruhan 717,62 gram netto yang disita
dari MARTIN ERIC STEPHENS setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas
Laboratorium Forensik Polri Cabang Denpasar positif mengandung sediaan
Forensik Bareskrim Polri Laboratorium Forensik Cabang Denpasar No. Lab.
172/KNF/2005.
(satu) bungkus plastik warna bening yang dililit dengan plaster perban
warna putih didalamnya berisi Heroin seberat 956,59 gram netto, 1 (satu)
bungkus plastik warna bening yang dibungkus dengan plastik warna bening
bertuliskan Foodsaver Rolls By Tilia didalamnya berisi Heroin seberat 400,97
gram netto dan 1 (satu) bungkus plastik warna bening yang dibungkus dengan
plastik warna bening bertuliskan Food Saver Rolls By Tilia didalamnya berisi
Heroin seberat 397,21 gram netto yang disita dari Michael William Czugaj
setelah dilakukan pemeriksaan oleh petugas Laboratorium Forensik Polri
Cabang Denpasar positif mengandung sediaan Narkotika (Heroin),
berdasarkan hasil pemeriksaan dari Pusat Laboratorium Forensik Bareskrim
Polri Laboratorium Forensik Cabang Denpasar No. Lab.174/KNF/2005.
Barang bukti berupa 3 (tiga) bungkus plastik serbuk Heroin berisi
masingmasing: Pada pinggang bagian belakang badan 888 gram Netto yang
dililitkan dengan plaster warna coklat dan stagen warna coklat muda yang
berlapiskan kain warna biru merk Futoro.
Paha kaki kanan seberat 444,99 gram Brutto atau 414,37 gram Netto
yang dililitkan dengan plaster warna coklat.
Paha kaki kiri seberat 389,90 gram Netto yang dililitkan dengan plaster
warna coklat. Yang disita dari Scott Anthony Rush setelah dilakukan
pemeriksaan oleh petugas Laboratorium Forensik Polri Cabang Denpasar