• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAL TOURISM DESTINATION [1] Oleh: Duski Samad. Ketua MUI Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALAL TOURISM DESTINATION [1] Oleh: Duski Samad. Ketua MUI Padang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HALAL TOURISM DESTINATION[1] Oleh: Duski Samad

Ketua MUI Padang

Halal Tourism Destination, Moslem Frendly Tourism Destination dan Wisata Syariah adalah

konsep berbeda dalam sebutan, namun satu makna yaitu wisata halal. Wisata halal bisa diperhadapkan dengan wisata boleh, sunat atau haram. Hadirnya istilah wisata halal

merupakan jawaban terhadap pandangan miring, dan tidak produktif pada dunia parawisata. Padahal realitasnya wisata itu adalah bahagian dari kebutuhan hidup manusia. Citra wisata tercoreng bukan karena substansinya, akan tetapi disebabkan prilaku dari pihak pengelola atau wisatawan yang berbuat tidak halal.

Norma tentang wisata dapat dipahami dari firman suci.. Artinya: 1. Karena kebiasaan

orang-orang Quraisy, 2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas[Orang Quraisy biasa Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke negeri Yaman pada musim dingin. dalam perjalanan itu mereka mendapat jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. ini adalah suatu nikmat yang amat besar dari Tuhan mereka. oleh karena itu sewajarnyalah mereka menyembah Allah yang telah memberikan nikmat itu kepada mereka.].3.Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah). 4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari

ketakutan. (QS. Qurais, (106):1-4).

Imam Syafi’i menukilkan; Innal fi al asfaar khamsyah fawaid, tafarraju hammi, wa iktishab

ma’isyah, wa al ‘ulum, wa al adab wa shuhbatul maajid. Artinya:

Berwisata memiliki lima manfaat, untuk rekreasi dan refresing, ekonomi sebagai sumber kehidupan, pengembangan ilmu pengetahuan, pembentukan budaya dan mendapatkan mitra yang baik. Ibnu Taymiyah, seorang pejuang yang berani  menghadapi penguasa berkata, kalau

(2)

saya di bunuh saya mati sahid, kalau saya di usir itu saya dapat kesempatan berwisata.

Mencermati ayat dan pandangan ulama di atas, dapat dikatakan bahwa berwisata itu adalah baik, dianjurkan dan bahagian penting dalam kehidupan umat manusia. Masalahnya ketika wisata dihubungkaitkan dengan kata syariah, maka ada persepsi yang memandang ekstrim terhadap syariah, karena faktor politik atau simbol Islam, atas dasar itu mengunakan konsep wisata halal dipercaya dapat mengurangi resistensi dan mudah mensosialisasikan dalam masyarakat yang kuat nilai-nilai agama. Wisata halal sekaligus juga dapat meluruskan stigma negatif yang selama ini melekat pada wisata itu sendiri.

PROSPEK WISATA HALAL DI SUMATERA BARAT

Adanya potensi wisatawan muslim yang besar yang selama ini belum digarap secara serius. Adanya trend dibeberapa negara tetangga -bahkan dunia- yang telah menggarap wisata halal secara serius. Perlunya pengembangan produk wisata Indonesia disamping wisata umum yang telah ada untuk pengembangan dan peningkatan wisatawan manca negara. Belum tergarapnya potensi wisatawan muslim mancanegara (timur tengah, rusia, china serta muslim eropa dan amerika, dst) adalah bahagian yang perlu diusahakan secara kolektif. Berkembangnya

produk-produk wisata yang sesuai dengan karakter pasar baik. Datangnya wisatawan muslim maupun wisatawan umum.

Usaha Pariwisata Syariah merupakan konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah ke dalam kegiatan Pariwisata dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan ketentuan syariah. Usaha wisata halal sudah dikukuhkan dengan adanya nota kesepahaman antara Kemenparekraf dengan DSN-MUI No. 11/ KS. 001/W.PEK/2012 dan No.

B-459/DSN-MUI/XII/2012 tentang Pengembangan dan Sosialisasi Pariwisata Syariah. Landasan hukum tentang wisata syariah atau wisata halal antara lain; (1).UU No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.  Yang menjelaskan bahwa pembangunan Pariwisata disusun berdasarkan rencana induk pengembangan Pariwisata Nasional. Usaha Pariwisata harus memiliki Standar Usaha. Tenaga Kerja di Bidang Pariwisata harus memiliki Standar

Kompetensi.(2) PP No 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pengembanagan Pariwisata Nasional mencakup Kelembagaan, Pemasaran, Industri Pariwisata, dan Destinasi Pariwisata Indonesia.(3) PP No 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata. (4). Permen Parekraf No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sertfikasi Usaha Pariwisata.(5).  Permen Parekraf No. 2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Sertifikasi Usaha Hotel Syariah.

(3)

Wonderful Indonesia as Halal Tourist Destination (Keindahan Indonesia Sebagai Destinasi

Wisata Halal) adalah slogan yang terus disosialisasikan oleh Kementrian Pariwisata RI.

Focus Group Discussion

(FGD) yang digelar di Hotel Rangkayo Basa tanggal 2-4 Desember 2015 yang lalu

dimaksudkan untuk mensosialisasikan pilihan wisata bagi muslim dan non muslim, terutama bagi pemenuhan kebutuhan pada wisata keluarga.

Penamaan wisata halal dirasakan lebih lembut, terhindar dari image negatif dan Islamphobia yang tengah melanda dunia Islam akhir-akhir ini di beberapa negara. Penekanan pada wisata

halal dan atau moslem

frendly tourist

adalah menjadi lebih mengarah pada obyek tempat, cara dan ivent yang diyakini sesuai dengan syariat Islam. Makna yang terkandung dalam istilah halal tentu harus diyakini berkonotasi Islam. Jargon halal dipastikan pula akan membuat kenyamanan tersendiri bagi wisatawan

mancanegara maupun nusantara.

Wisata halal diharapkan dapat menjadi pilihan bagi masyarakat Sumatera Barat. Sumatra Barat adalah Propinsi yang didiami oleh masyarakat Minangkabau yang secara kultural memiliki kekhasan yang dibakukan dengan adigium adat basandi syarak, syarak bansandi kitabullah (ABSSBK). Komitmen masyarakat Sumatera Barat untuk menjadikan Islam dan adat sebagai identitas diri dan etnis adalah asset bernilai tinggi yang dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan wisata halal.

Kesan dan image yang kurang produktif terhadap wisata oleh sementara orang segera dapat bisa hilang bila aktivitas, even dan kegiatan dalam wisata halal memang dilakukan sesuai kehendak syariat dan adat istiadat Minangkabau.  Sumatera Barat, Aceh dan Nusa Tenggara Barat adalah tiga propinsi yang memiliki akar budaya keislaman yang sudah melekat dalam seluk beluk kehidupan sosial, budaya dan aktivitas kemasyarakatannya. Kementrian

Parawisata sudah menetapkan 12 propinsi sebagai daerah tujuan wisata halal, yang meliputi Propinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau,  Lampung, Banten,DKI Jakarta,Jawa Barat, Jawa

Tengah, Yogyakarta,  Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Nusa Tenggara Barat tahun 2014 sudah mendapatkan penghargaan  sebagai propinsi yang menjadi destinasi wisata halal.

Kementrian Parawisata menetapkan target pada tahun 2019 turis untuk wisata halal nusantara akan mencapai angka 249 juta dan turis mancanegara sekitar 5 juta.  Padahal, Indonesia punya peluang besar dalam wisata nunsantara saja misalnya tahun 2014, ada 220 juta perjalanan turis nusantara. Berkenaan dengan wisata halal tahun 2014 lalu ada 108 juta turis muslim yang

(4)

berkunjung keberbagai destinasi, Indonesia hanya dikunjungi oleh 1,7 juta wisatawan. Ini adalah peluang sekaligus tantangan bagi pelaku wisata.

Wisata halal sebagai pasar yang terus membesar adalah sangat kompetibel dengan masyarakat Indonesia, lebih lagi Sumatera Barat. Wisata halal dan wisata syariah adalah konsep yang mengintegrasikan nilai-nilai syariah dengan menyediakan pelayanan dan fasilitas yang sesuai syariah. Dalam realisasinya sudah ada nota kesepahaman Dewan Nasional DSN-MUI tahun 2012. Pengembangan destinasi, industri, pemasaran dan kelembagaan pariwisata disesuaikan dengan syariat.

Dalam hal parawisata halal diperlukan adanya industri yang memiliki sertifikasi halal

sebagaimana diatur oleh Kementrian Parawisata dan Dewan Syarian Majelis Ulama Indonesia. Ghazali Djamal menegaskan bahwa tujuan standarisasi syariah, adalah pemenuhan kebutuhan wisatawan muslim dan acuan bagi bagi usaha parawisata halal. Standart usaha pariwisata adalah mandatory  dan parawisata syariah valountory.

Arianto Syofian, Direktur Syofian Hotel, dalam persentasi tentang potensi dan peluang pasar industri halal menjelaskan bahwa industri halal meliputi food, finance dan lifestyle yang terus berkembang cepat. Booming global halal market 2013/2014 di dunia ada 60 persen penduduk muslim adalah orang usia dibawah 30 tahun  yang konsumtif, ini adalah peluang besar industri wisata halal. Laporan Kementrian Parawisata menyebutkan  konsumsi masyarakat Islam adalah wisatawan nomor satu di dunia, sejumlah 17 persen pasar dunia.  Para wisatawan muslim adalah nomor 3 setelah Amerika dan Cina. Segmen wisawatawan Muslim berada pada kawasan Timur Tengah, Asia dan Eropa. Trend industri halal di Indonesia tahun 2013

meningkat, wisawatan nusantara berjumlah 220 juta dengan pengeluaran mereka sekitar 156 triliun.

Lebih lanjutkan diutarakan Arianto Syofian bahwa trend wisata halal di Indonesia terus meningkat, data menunjukkan bahwa populasi kelas menengah Muslim ada sekitar 112 Juta Orang, dengan Nilai Pasar Rp 112T/Bulan” (Inventure-SWA). Bank Syariah tumbuh 45 % / tahun dalam 5 tahun.Produk kosmetik Wardah berhasil meningkatkan pendapatan 70% per-tahun. Di-Fashion, Dian Pelangi dan Rabbani, tumbuh secara significant dalam 3-4 tahun terakhir. Sofyan Hotel  tumbuh 15% / 20%. Peningkatan Hotel Portfolio juga rata-rata 49% per tahun.

(5)

makanan yang dijamin kehalalannya, kemudahan ibadah, fasilitas yang menunjang kondusif dengan nilai-nilai Islami, seperti untuk Ramadhan. Produk halal adalah memperluas pasar, karena pada dasarnya halal turistm ini adalah untuk mencapai kehidupan yang baik dan menjauhi yang akan mendatangkan mudarat.

Hafizuddin Ahmad, Lc dari Dewan Syariah Nasional MUI Pusat mengingat kan bahwa pendekatan yang harus digunakan dalam industri parawisata halal adalah memperhatikan kebutuhan konsumen. Di antara kebutuhan dasar konsumen muslim adalah kemudahan untuk beribadah. Kemudahan mendapatkan makanan halal. Mendapatkan nilai tambah dari

perjalanan. Terjaga dari kemaksiatan dan kemungkaran.

Memahami wisata halal di awali oleh pengelola usaha pariwisata (BPW, Akomodasi, Resto, Cafe, dst) mengelola wisatawan sesuai karakter para wisatawan. Yang muslim dikelola sesuai kebutuhannya sedang yang umum dan  atau non Muslim dikelola secara biasa. SDM Pariwisata yang akan megelola wisatawan Muslim harus menambah pengetahuan dan pemahaman

tentang prinsip dan nilai Islam dalam perjalanan (adab safar bagi Muslim). Pengetahuan dan pemahaman ini hanya diterapkan bagi wisatawan Muslim. Sedang bagi wisatawan umum diterapkan pengetahuan dan skill yang biasa.

Berkaitan dengan wisata halal secara normatif bagi masyarakat Sumatera Barat adalah

keniscayaan yang harus segara diambil alih. Kalaupun ada pihak-pihak yang masih meragukan wisata halal, perlu semua pihak mengawasi dan memberikan masukkan. Masih adanya

karakter yang kurang produktif atau tidak mencerminkan kesantunan dari masyarakat industri atau pengelola wisata adalah pekerjaan rumah bersama yang harus dibangun melalui

kesadaran budaya. Patut diperkenalkan dan diinternalisasikan Hospitality Is a Virtue (

Keramahan adalah sesuatu yang fitri). Peran pemerintah dalam menyediakan infrastruktur dan kenyamanan pada tempat-tempat wisata adalah bahagian penting untuk mensukseskan wisata halal.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa wisata halal yang sudah menjadi trend masyarakat dunia, harus segera sosialisasikan dan dipersiapkan secara lebih serius, karena berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas. Pemerintah daerah dan pelaku industri parawisata, hendaknya dapat menyediakan pelayanan wisata, hotel, restoran dan tempat hiburan, yang sesuai kehendak syariat yang otomatis sesuai dengan adat Minangkabau. Menyikapi keraguan

terhadap wisata halal atau wisata syariah, maka umat dihimbau untuk mengikuti kaedah fiqih M

ala yadraku kulluhu, la yutraku julluhu

(jika tidak mampu mengerjakan secara keseluruhan maka tidak boleh meninggalkan

(6)

di negeri ini. Amin. Ds. Hotel Rangkayo Basa. 03122015. Ed.En.

[1] FGD Stratgei Pemasaran Wisata Halal Nusantara, 2-4 Desember 2015,Horel Rangkayo Basa,  Padang Sumatra Barat.

Referensi

Dokumen terkait

hendaknya ia memperhatikan hatinya. Jika ia cenderung untuk mengharap maka sambunglah dengan perasaan takut, dan jika ia cenderung untuk takut maka sambunglah dengan harapan,

sebagian besar waktu manajer keuangan digunakan untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Laporan keuangan perubahan modal kerja

Penelitian ini mengambil judul “Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menyiapkan Organisasi Perangkat Daerah Di Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015” Latar belakang

Selain kriteria tersebut di atas, PBB juga menggunakan ekonomi pasar (market economy) sebagai salah satu kriterianya. Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum

Input data id pesawat dan nama pesawat, dan masalah sefty, ekonomi, waktu, pelayanan, kenyamanan dan jumlah, dan terdiri dari tombol tambah untuk menambahkan

Jika orang yang memegang amanah adalah orang yang jujur maka amanah tersebut tidak akan terabaikan dan dapat terjaga atau terlaksana dengan baik.. Begitu juga sebaliknya, jika

Untuk mengetahui apa sebenarnya komposisi setiap produk tersebut, apakah sudah sesuai dengan yang ditulis dalam kemasan produk atau tidak, mengandung unsur haram atau tidak....

Pada eksisting tapak, terdapta sebuah jalan tanah yang berfungsi sebagai akses warga dari area depan tapak menuju permukiman pada sisi barat tapak, namun ini bukan