• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Unda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Dasar Hukum A. PENJELASAN UMUM A.1. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Unda"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

7

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

A. PENJELASAN UMUM Dasar Hukum A.1. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

9. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali Ulang Aset Tetap;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara sebagaimana terakhir diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 532/KM.06/2015; 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang tata cara

Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar;

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 69/PMK.06/2014 tentang Penentuan Kualitas Piutang dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara; 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.06/2014 tentang Perubahan

atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK.06/2014 tentang Perubahan Ke Dua atas PMK 1/PMK.06/2013 tentang Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat;

15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.05/2014 tentang Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja

16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 271/PMK.05/2014 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah;

17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab Tertentu dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang;

(17)

8

18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Penarikan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;

19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 251/PMK.06/2015 tentang Tata Cara Amortisasi BMN Berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah;

20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.09/2015 tentang Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Tata cara Pelaksanaan Pemusnahan dan Penghapusan Barang Milik Negara;

22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016 tentang Perubahan AtasPeraturan Menteri Keuangan Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara;

23. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara;

24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat; 25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.05/2016 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga;

26. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat;

27. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2016 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Pada Pemerintah Pusat;

28. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 69/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;

29. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2017 Tentang Administrasi Pengelolaan Hibah;

30. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali Barang Milik Negara;

31. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat;

32. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.01/2015 tentang Pendelegasian sebagian Wewenang Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang kepada Pejabat Struktural dan Kuasa Pengguna barang di Lingkungan Kementerian Keuangan dalam rangka Pengelolaan barang Milik Negara;

33. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 950/KM.1/2019 tentang Petunjuk Teknis Kebijakan Akuntansi Pendapatan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Berbasis Akrual Lingkup Kementerian Keuangan

(18)

9 Bagian Anggaran 015;

34. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-69/PB/2006 tentang Pedoman Koreksi Kesalahan Laporan Keuangan;

35. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-62/PB/2009 tentang Tata cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan;

36. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-85/PB/2011 tentang Penatausahaan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga;

37. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-25/PB/2012 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara Melalui Modul Penerimaan Negara;

38. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-42/PB/2014 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga;

39. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar.

Dasar Hukum

Entitas A.2.Profil dan Kebijakaan Teknis Direktorat Jenderal Anggaran

Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi di bawah Eselon I Kementerian Negara. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 212/PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Anggaran adalalah unit eselon I yang melaksanakan sebagian fungsi dari Kementerian Keuangan.

Sentra dari peran Direktorat Jenderal Anggaran tersebut terletak pada tugasnya untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penganggaran. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), kebijakan di bidang fiskal diarahkan pada keseimbangan antara peningkatan alokasi anggaran dengan upaya untuk memantapkan kesinambungan fiskal melalui peningkatan penerimaan negara dan efisiensi belanja negara, serta dengan tetap mengupayakan penurunan defisit anggaran. Berkedudukan di Gedung Sutikno Slamet, Jalan Dr. Wahidin Nomor 1 Jakarta Pusat, dalam menjalankan tugasnya Direktorat Jenderal Anggaran berkomitmen pada visi: “Memacu pengelolaan APBN yang berkualitas untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.”

Dalam rangka mewujudkan visi yang telah ditetapkan tersebut, Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai misi sebagai berikut :

(19)

10

1) Memacu kualitas pengelolaan APBN dari perencanaan, penyusunan, hingga pelaporan;

2) Menggunakan monitoring dan evaluasi secara efektif untuk meningkatkan kualitas perencanaan;

3) Mendorong kerjasama dengan stakeholders dalam rangka pemberdayaan di keseluruhan proses;

4) Terus-menerus meningkatkan kualitas sistem dan proses penganggaran; 5) Membangun kapabilitas SDM dan organisasi internal.

Visi dan misi tersebut menjadi arah dan pedoman Direktorat Jenderal Anggaran dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Direktorat Jenderal Anggaran memiliki tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu Direktorat Jenderal Anggaran juga memiliki 7 (tujuh) fungsi sebagai berikut:

1) perumusan kebijakan di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan negara bukan pajak;

2) pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan negara bukan pajak;

3) penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan negara bukan pajak;

4) pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan negara bukan pajak;

5) pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyusunan anggaran pendapatan negara, anggaran belanja negara, anggaran pembiayaan, standar biaya, dan penerimaan negara bukan pajak;

6) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Anggaran, dan 7) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.

Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

A.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Tahun 2019 Audited ini merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran. Laporan Keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari

(20)

11

pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian/Lembaga. SAI dirancang untuk mengasilkan Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca. Dalam penerapannya SAI didukung dengan Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) yang mulai digunakan oleh Direktorat Jenderal Anggaran sejak Tahun 2018. SAKTI juga digunakan untuk menghasilkan informasi aset tetap, persediaan, dan aset lainnya untuk penyusunan neraca dan laporan barang milik negara serta laporan manajerial lainnya.

Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Tahun 2019 Audited ini merupakan laporan keuangan yang dibuat sebagai bentuk tanggung jawab atas anggaran yang diberikan yang pada nantinya akan dilakukan konsolidasi dari seluruh jenjang struktural di bawah Kementerian Keuangan.

Basis

Akuntansi A.4. Basis Akuntansi

Direktorat Jenderal Anggaran menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan.

Sedangkan Laporan Realisasi Anggaran disusun dan disajikan dengan basis kas. Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi atau peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dasar

Pengukuran A.5. Dasar Pengukuran

Dasar pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.

Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.

(21)

12

Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

Kebijakan

Akuntansi A.6. Kebijakan Akuntansi

Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2019 Audited telah mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konversi-konversi, aturan-aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam laporan keuangan ini merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan yang merupakan entitas pelaporan dari Direktorat Jenderal Anggaran. Disamping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan. Kebijakan-kebijakan akuntansi yang penting yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut : Pendapatan-LRA Pendapatan-LO (1) Pendapatan-LRA

· Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara (KUN) yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh Pemerintah

· Pendapatan-LRA diakui saat kas diterima pada KUN

· Akuntansi Pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran)

· Pendapatan-LRA disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. (2) Pendapatan-LO

· Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali

· Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan/atau pendapatan direalisasikan, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi. Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan adalah sebagai berikut :

(22)

13

denda atau dokumen lain yang dipersamakan b. Pendapatan Penjualan Lainnya

c. Pendapatan Sewa Gedung dan Bangunan

d. Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun Aggaran Yang Lalu e. Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu · Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu

dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)

· Pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan. Belanja (3) Belanja

· Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali oleh pemerintah

· Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran dari KUN

· Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)

· Belanja disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi akan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Beban (4) Beban

· Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban

· Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset; dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.

· Beban disajikan menurut klasifikasi ekonomi/jenis belanja dan selanjutnya klasifikasi berdasarkan organisasi dan fungsi diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Aset (5) Aset

Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Aset Tetap, Piutang Jangka Panjang, dan Aset Lainnya

Aset Lancar a. Aset Lancar

(23)

14

bentuk valuta asing disajikan di neraca dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

· Investasi Jangka Pendek BLU dalam bentuk surat berharga disajikan sebesar nilai perolehan sedangkan investasi dalam bentuk deposito dicatat sebesar nilai nominal.

· Piutang diakui apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Piutang yang timbul dari Tuntutan Perbendaharaan/Ganti Rugi apabila telah timbul hak yang didukung dengan Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak dan/atau telah dikeluarkannya surat keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

b) Piutang yang timbul dari perikatan diakui apabila terdapat peristiwa yang menimbulkan hak tagih dan didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan kewajiban secara jelas serta jumlahnya bisa diukur dengan andal

· Piutang disajikan dalam neraca pada nilai yang dapat direalisasikan (net realizable value). Hal ini diwujudkan dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih. Penyisihan tersebut didasarkan atas kualitas piutang yang ditentukan berdasarkan jatuh tempo dan upaya penagihan yang dilakukan pemerintah. Perhitungan penyisihannya adalah sebagai berikut:

Kualitas

Piutang Uraian Penyisihan

Lancar Akan dilakukan pelunasan s.d. tanggal jatuh tempo 0.5% Kurang

Lancar

Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan

10% Diragukan Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan 50%

Macet

1. Satu bulan terhitung sejak tanggal Surat

Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan 100%

2. Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara/DJKN

· Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) dan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang akan jatuh tempo 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca disajikan sebagai Bagian Lancar TPA/TGR.

· Nilai Persediaan dicatat berdasarkan hasil perhitungan fisik pada tanggal neraca dikalikan dengan :

(24)

15

- Harga standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri

- Harga wajar atau estimasi nilai penjualanya apabila diperoleh dengan cara lainnya

Aset Tetap b. Aset Tetap

· Nilai aset tetap disajikan berdasarkan harga perolehan atau harga wajar. · Pengakuan aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi

sebagai berikut :

a. Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin dan peralatan olah raga yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp1.000.000 (satu juta rupiah);

b. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilainya sama dengan atau lebih dari Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah);

c. Pengeluaran yang tidak tercakup dalam batasan nilai minimum kapitalisasi tersebut di atas, diperlakukan sebagai beban kecuali pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.

· Pemerintah melakukan penilaian kembali (revaluasi) berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2017 tentang Penilaian Kembali Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.06/2017 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kembali Barang Milik Negara. Revaluasi dilakukan terhadap aset tetap berupa Tanah, Gedung, dan Bangunan, serta Jalan, Jaringan, dan Irigasi berupa Jalan, Jembatan dan Bangunan Air pada Kementerian Negara/Lembaga sesuai kodefikasi Barang Milik Negara yang diperoleh sampai dengan 31 Desember 2015. Termasuk dalam ruang lingkup objek revaluasi adalah aset tetap pada Kementerian/Lembaga yang sedang dilaksanakan Pemanfaatan. Pelaksanaan penilaian dalam rangka revaluasi dilakukan dengan pendekatan data pasar, pendekatan biaya, dan atau pendekatan pendapatan oleh Penilai Pemerintah di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan. Revaluasi dilakukan pada tahun 2017 dan 2018. Berdasarkan pertimbangan efisiensi anggaran dan waktu penyelesaian, pelaksanaan penilaian dilakukan dengan survey lapangan untuk objek penilaian berupa Tanah dan tanpa survey lapangan untuk objek penilaian selain Tanah.

· Nilai aset tetap hasil penilaian kembali menjadi nilai perolehan baru dan nilai akumulasi penyusutannya adalah nol. Dalam hal nilai aset tetap hasil

(25)

16 Penyusutan

Aset Tetap

revaluasi lebih tinggi dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai penambah ekuitas pada Laporan Keuangan. Namun, apabila nilai aset tetap hasil revaluasi lebih rendah dari nilai buku sebelumnya maka selisih tersebut diakui sebagai pengurang ekuitas pada Laporan Keuangan.

· Aset Tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah yang disebabkan antara lain karena aus, ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, tidak sesuai dengan rencana umum tata ruang (RUTR), atau masa kegunaannya telah berakhir direklasifikasi ke Aset Lain-lain pada pos Aset Lainnya.

· Aset Tetap yang secara permanen dihentikan penggunaannya, dikeluarkan dari neraca pada saat ada usulan penghapusan dari entitas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN.

c. Penyusutan Aset Tetap

· Penyusutan aset tetap adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

· Penyusutan aset tetap tidak dilakukan terhadap : a. Tanah;

b. Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP); dan

c. Aset Tetap yang dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber sah atau dalam kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan.

· Penghitungan dan pencatatan Penyusutan Aset Tetap dilakukan setiap akhir semester tanpa memperhitungkan adanya residu.

· Penyusutan aset tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus yaitu dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama masa manfaat.

· Masa manfaat aset tetap ditentukan dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/KMK.06/2013 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut :

(26)

17

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tetap

Kelompok Aset Tetap Masa Manfaat

Peralatan dan Mesin 2 s.d. 20 tahun

Gedung dan Bangunan 10 s.d. 50 tahun

Jalan, Jaringan dan Irigasi 5 s.d. 40 tahun

Aset Tetap Lainnya (alat Musik Modern) 4 tahun

Piutang Jangka Panjang

d. Piutang Jangka Panjang

· Piutang jangka panjang adalah piutang yang diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

· Tagihan Penjualan Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dinilai berdasarkan nilai nominal dan disajikan sebesar nilai yang dapat direalisasikan.

Aset Lainnya e. Aset Lainnya

· Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, aset tetap dan piutang jangka panjang. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Aset Tak Berwujud dan tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan, aset kerjasama dengan pihak ketiga (kemitraan), dan kas yang dibatasi penggunaannya.

· Aset Tak berwujud (ATB) disajikan sebesar nilai tercatat neto yaitu sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi amortisasi.

· Masa Manfaat Aset Tak Berwujud ditentukan dengan berpedoman Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 620/KM.6/2015 tentang Masa Manfaat Dalam Rangka Amortisasi Barang Milik Negara berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas Pemerintah Pusat. Secara umum tabel masa manfaat adalah sebagai berikut:

Penggolongan Masa Manfaat Aset Tak Berwujud

Kelompok Aset Tak Berwujud Masa Manfaat (tahun)

Software Komputer 4

Franchise 5

Lisensi, Hak Paten Sederhana, Merk, Desain Industri, Rahasia Dagang, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu.

(27)

18

Hak Ekonomi Lembaga Penyiaran, Paten Biasa,

Perlindungan Varietas Tanaman Semusim. 20

Hak Cipta Karya Seni Terapan, Perlindungan

Varietas Tanaman Tahunan 25

Hak Cipta atas Ciptaan Gol.II, Hak Ekonomi Pelaku Pertunjukan, Hak Ekonomi Produser Fonogram.

50

Hak Cipta atas Ciptaan Gol.I 70

· Aset Lain-lain berupa aset tetap pemerintah disajikan sebesar nilai buku yaitu harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

Kewajiban (6) Kewajiban

· Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

· Kewajiban Pemerintah diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang :

a. Kewajiban Jangka Pendek

Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.

Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak Ketiga, Belanja yang masih harus dibayar, Pendapatan diterima dimuka, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban diklasifikasikan sebagai Utang Jangka Panjang jika diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah tanggal pelaporan.

c. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung.

Ekuitas (7) Ekuitas

Ekuitas merupakan selisih antara aset dengan kewajiban dalam satu periode. Pengungkapan lebih lanjut dari ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

(28)

19

B. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN Selama periode berjalan, Direktorat Jenderal Anggaran telah melakukan revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) sebanyak delapan kali dari DIPA awal. Revisi DIPA yang terakhir dilakukan pada tanggal 2 Desember 2019. Terdapat penambahan pagu anggaran belanja DJA dari yang semula Rp115.737.072.000 menjadi Rp126.850.070.000 yang bersumber dari hibah luar negeri.

Realisasi Pendapatan Rp 1.652.789.329

B.1. Pendapatan

Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp1.652.789.329. Pendapatan Direktorat Jenderal Anggaran terdiri dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Lainnya dengan rincian sebagai berikut:

Rincian Realisasi Pendapatan

Penjelasan terhadap tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pendapatan Penjualan Hasil Produksi Non Litbang Lainnya sebesar Rp18.550.000 terdiri dari pendapatan atas pemusnahan arsip inaktif

(29)

20

sebanyak 4.488 bendel sebesar Rp9.750.000 dengan nomor NTPN DAEAA2MAIKOSB8E9, sebesar Rp8.050.000 berasal dari pendapatan atas pemusnahan arsip inaktif sebanyak 3.270 bendel dengan nomor NTPN A7E471JNEH589QIV dan sebesar Rp750.000 dengan nomor NTPN 7D4AC55DDR020K8B berasal dari penghapusan bahan non arsip TA 2019 berupa buku cetakan, map, dan kertas bekas.

b. Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan Mesin sebesar Rp1.540.483.776 terdiri dari :

1. Rp125.636.999 merupakan pendapatan dari Lelang kendaraan dinas berupa Mobil Sedan Toyota New Camry dengan kode 3.02.01.01.001 sesuai S38/MK.6/WKN.07/KNL.02/2019 dengan Perjanjian penjualan Nomor PRJ-1/AG.1/2019;

2. Lelang yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2019 senilai Rp718.466.884 merupakan lelang berupa 9 unit mobil panther dengan Pejabat Lelang M. Junaidy Effendy, di antaranya:

· Rp75.569.999 merupakan pendapatan dari Hasil Bersih lelang RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN 64C220N9UM410EF3; · Rp76.569.998 merupakan pendapatan dari Hasil Bersih lelang

RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN D233C48VU0DIJQAI; · Rp94.129.000 merupakan pendapatan dari Hasil Bersih lelang

RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN CE0F93CIE5R2UHSF; · Rp77.900.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN

6700D55DDQVRKQDB;

· Rp76.789.888 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN

A868C2G4UB8OMHA2;

· Rp73.699.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN 4E1453CIE5R2QNQG; · Rp83.099.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN D94F73CIE5R2Q57F; · Rp83.599.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

(30)

21 BC65E6U8DG4KE3OV;

· Rp77.110.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang RL-374/26/2019 dengan nomor NTPN 629E17QLTAMTRBJF. 3. Lelang yang dilaksanakan pada tanggal 3 September 2019 senilai

Rp220.409.997 merupakan lelang berupa 3 unit mobil panther dan 1 unit motor dengan Pejabat Lelang Retno Mardisiwi, di antaranya:

· Rp71.789.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang RL-548/26/2019 dengan nomor NTPN 8E5D11JNEGS52JV0; · Rp1.661.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-548/26/2019 dengan nomor NTPN FA8810N9UM9OLO5P; · Rp72.899.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-548/26/2019 dengan nomor NTPN C49F761QTLO40IT8; · Rp74.058.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-548/26/2019 dengan nomor NTPN 0291661QTLO40JPQ. 4. Lelang yang dilaksanakan pada tanggal 14 November 2019

senilai Rp157.067.997 merupakan lelang berupa 3 unit Mini Bus Suzuki APV dengan Pejabat Lelang Irfan Fitri Aryanto, di antaranya:

· Rp51.567.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang RL-765/26/2019 dengan nomor NTPN 84E041JNEH2JKDDN; · Rp51.499.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-765/26/2019 dengan nomor NTPN 84E041JNEH2JKDDN; · Rp53.999.999 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-765/26/2019 dengan nomor NTPN 84E041JNEH2JKDDN. 5. Lelang yang dilaksanakan pada tanggal 21 November 2019

senilai Rp318.901.899 merupakan lelang berupa 6 unit Mobil Mini Bus Merk/Tipe Chevrolet/Captiva dengan Pejabat Lelang Retno Mardisiwi, di antaranya:

· Rp42.789.799 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang RL-789/26/2019 dengan nomor NTPN ACA1261QTLUO3UFR; · Rp55.428.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-789/26/2019 dengan nomor NTPN ACA1261QTLUO3UFR; · Rp60.000.100 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

(31)

RL-22

789/26/2019 dengan nomor NTPN ACA1261QTLUO3UFR; · Rp48.428.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-789/26/2019 dengan nomor NTPN ACA1261QTLUO3UFR; · Rp52.128.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-789/26/2019 dengan nomor NTPN ACA1261QTLUO3UFR; · Rp60.128.000 merupakan pendapatan Hasil Bersih Lelang

RL-789/26/2019 dengan nomor NTPN ACA1261QTLUO3UFR. c. Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya sebesar

Rp4.509.999 berasal dari lelang penjualan BMN Peralatan dan Mesin dengan Risalah Lelang nomor RL 222/26/2019 dan dengan nomor NTPN 9B5CF7KA15822L39 berupa 167 unit meubelair dalam kondisi rusak berat.

d. Pendapatan Denda Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah sebesar Rp59.260.636 yang terdiri dari :

1. Rp12.669.700 merupakan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Toner Printer Kebutuhan Operasional DJA TA 2019 dengan nomor kontrak PRJ-10.04/PBJ-DJA/2019;

2. Rp34.534.500 merupakan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Alat Pengolah Data Berupa PC Unit DJA Tahun Anggaran 2019 sesuai dengan Kontrak Nomor PRJ-10.07/PBJ-DJA/2019 tanggal 25 Maret 2019 dan BAST Nomor BA-12.07/PBJ-DJA/2019 tanggal 23 Juli 2019;

3. Rp12.056.436 merupakan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Jasa Konstruksi Penataan Ruang Kerja DJA TA 2019 dengan nomor kontrak PRJ-10.10/PBJ-DJA/2019 tanggal 13 Juni 2019.

e. Penerimaan Kembali Belanja Pegawai TAYL sebesar Rp37.000 berasal dari pengembalian belanja uang lembur pegawai TAYL dengan nomor NTPN A46DA260PFMGB019.

f. Penerimaan Kembali Belanja Barang TAYL sebesar Rp29.947.918 berasal dari pengembalian belanja perjalanan dinas, pengembalian uang saku RDK, pengembalian Honor Tim, serta pengembalian belanja TAYL berupa Sisa Sewa Mesin Photocopy oleh PT. Avant Solusi Servicepro, dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran atas

(32)

23 Realisasi Belanja

Rp

125.636.686.763

hasil Pemeriksaan BPK oleh CV. KAA untuk pekerjaan Konstruksi Pemeliharaan Gedung Sutikno Slamet DJA TA 2018 sebesar Rp7.429.500.

Perbandingan Realisasi Pendapatan Per 31 Desember 2019 dengan Per 30 Desember 2018 disajikan dalam tabel di bawah ini :

Perbandingan Realisasi Pendapatan Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018

B.2. Belanja

Realisasi Belanja lingkup Direktorat Jenderal Anggaran pada 31 Desember 2019 adalah sebesar Rp125.636.686.763 atau sebesar 99,04 persen dari anggaran senilai Rp126.850.070.000. Nilai realisasi belanja tersebut berdasarkan hasil rekonsiliasi dengan KPPN Jakarta II.

Rincian anggaran dan realisasi belanja Per 31 Desember 2019 per jenis belanja dapat dilihat pada tabel berikut:

(33)

24

Rincian Alokasi dan Realisasi Belanja Per 31 Desember 2019 per Jenis Belanja

Sedangkan realisasi belanja berdasarkan kegiatan untuk Per 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut :

Rincian Alokasi dan Realisasi Belanja Per 31 Desember 2019 per Kegiatan

(34)

25

Perbandingan Realisasi Belanja Per 31 Desember 2019 dengan Per 31 Desember 2018 dapat dilihat pada tabel berikut:

Perbandingan Realisasi Belanja Per 31 Desember 2019 dengan Per 31 Desember 2018

Belanja Pegawai Rp

63.228.090.447

B.3. Belanja Pegawai

Realisasi Belanja Pegawai Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp63.228.090.447 dan Rp59.720.969.426. Belanja Pegawai adalah belanja atas kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan Pegawai yang Dipekerjakan oleh Pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Perbandingan Realisasi Belanja Pegawai Per 31 Desember 2019 dengan Per 31 Desember 2018

Belanja Barang Rp

49.548.115.744

B.4. Belanja Barang

Realisasi Belanja Barang Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp49.548.115.744 dan Rp55.426.684.812.

(35)

26 Belanja Modal

Rp

12.860.480.572

Perbandingan Realisasi Belanja Barang Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018

B.5 Belanja Modal

Realisasi Belanja Modal Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp12.860.480.572 dan Rp18.182.143.865. Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Perbandingan Realisasi Belanja Modal Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018

(36)

27 Belanja Modal

Peralatan dan Mesin Rp 11.592.706.176

B.5.1 Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Realisasi yang berkaitan dengan Belanja Modal Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp11.592.706.176 dan Rp16.640.398.974. Realisasi pada TA 2019 terdiri dari Belanja Modal Peralatan dan Mesin sebesar Rp11.569.939.800. Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin sebesar Rp14.090.000 serta Belanja Modal Perjalanan Peralatan dan Mesin sebesar Rp8.676.376. Semua komponen belanja modal tersebut diinput menjadi Aset Peralatan dan Mesin dalam Pengerjaan.

Adapun Realisasi Belanja Modal Upah Tenaga Kerja dan Honor Pengelola Teknis Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2019 sebesar Rp14.090.000 merupakan Belanja terkait Honor Pengadaan PC Unit sebesar Rp3.800.000, Honor Pengadaan Meubelair Direktorat PNBP 2 sebesar Rp4.600.000, serta Honor PPHP Pengadaan PC sebesar Rp2.590.000, dan Honor PPHP Meubelair Direktorat PNBP 2 sebesar 3.100.000.

Sedangkan Realisasi Belanja Modal Perjalanan Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2019 sebesar Rp8.676.376 merupakan Belanja perjalanan dinas dalam rangka Pengadaan PC Unit sebesar Rp6.186.376 dan belanja perjalanan dinas dalam rangka pengadaan meubelair sebesar Rp2.490.000.

Perbandingan Realisasi Belanja Modal Peralatan dan Mesin Per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

(37)

28 Belanja Modal Gedung dan Bangunan Rp180.542.146 Belanja Modal Lainnya Rp1.087.232.250

B.5.2 Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Realisasi yang berkaitan dengan Belanja Modal Gedung dan Bangunan Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp180.542.146 dan Rp1.336.983.436. Realisasi Belanja Penambahan Nilai Gedung dan Bangunan TA 2019 terdiri dari Pembayaran Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Renovasi Lanjutan Rumah Dinas Jabatan Eselon I DJA sebesar Rp5.950.000, Pengadaan Jasa Konstruksi Renovasi Lanjutan Rumah Dinas Jabatan Eselon I DJA sebesar Rp168.950.146, Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Renovasi Lanjutan Rumah Dinas Jabatan Eselon I DJA sebesar Rp3.962.000, dan Perjalanan Dinas dalam Rangka Monitoring Renovasi Rumah Dinas Jabatan Eselon I DJA sebesar Rp1.680.000.

B.5.3 Belanja Modal Lainnya

Realisasi Belanja Modal Lainnya Per 31 Desember 2019 dan Per 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp1.087.232.250 dan Rp204.761.455. Adapun Realisasi Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap Lainnya dan/atau Aset Lainnya Per 31 Desember 2019 sebesar Rp1.011.953.200 merupakan Pembayaran Termin I dan II Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan Penataan Ruang Kerja DJA sebesar Rp69.088.800; Pembayaran Termin I, II, dan III Pengadaan Jasa Konstruksi Penataan Ruang Kerja DJA sebesar Rp861.854.000; Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan Penataan Ruang Kerja DJA sebesar Rp44.070.400; Pengadaan Pagar Pembatas antar Gedung dan Taman di Area Terbuka Sutikno Slamet dan Annex P5 sebesar Rp27.500.000; Honor POKJA ULP Pengadaan Jasa Konstruksi Penataan Ruang Kerja DJA sebesar Rp5.100.000; serta Honor PPHP Pengadaan Jasa Konstruksi Penataan Ruang Kerja DJA sebesar Rp4.340.000.

Sedangkan Realisasi Belanja Modal Lainnya Per 31 Desember 2019 sebesar Rp75.279.050 merupakan Pengadaan Jasa Konsultansi Pembuatan Aplikasi Penyusunan TOR dan RAB DJA.

(38)

29

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA Kas di Bendahara

Pengeluaran Rp0

C.1. Kas di Bendahara Pengeluaran

Nilai saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp0 dan Rp0. Saldo Kas di Bendahara merupakan kas yang dikuasai, dikelola, dan dibawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran berasal dari sisa UP/TUP yang berada di Bendahara Pengeluaran per tanggal neraca.

Kas Lainnya dan Setara Kas

Rp0

C.2. Kas Lainnya dan Setara Kas

Saldo Kas Lainnya dan Setara Kas per tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 masing-masing sebesar Rp0 dan Rp0. Kas Lainnya dan Setara Kas pada Satuan Kerja Ditjen Anggaran terdiri atas LS Bendahara yang telah diserahkan kepada yang berhak.

PiutangBukan Pajak Rp51.688.439 Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak Rp258.442

C.3. Piutang Bukan Pajak

Saldo Piutang Bukan Pajak per tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 masing-masing adalah sebesar Rp51.688.439 dan Rp7.429.500. Saldo Piutang Bukan Pajak Per tanggal 31 Desember 2019 merupakan selisih antara nilai Jaminan Pembayaran Akhir Tahun Anggaran dengan Realisasi Pembayaran Termin XII Sewa Mesin Photocopy kebutuhan Direktorat Jenderal Anggaran pada BAST Nomor BA-36.02/PBJ-DJA/2019 tanggal 10 Desember 2019 dan selisihnya akan disetorkan ke Kas Negara di Tahun Anggaran 2020. Saldo Piutang Bukan Pajak Per 31 Desember 2018 merupakan Piutang yang timbul karena adanya pengembalian belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan hasil temuan Tim Auditor BPK.

C.4. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak

Nilai Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Bukan Pajak per tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 masing-masing adalah sebesar Rp258.442 dan Rp37.148.

Persediaan

Rp286.187.672 C.5. Persediaan

Nilai Persediaan per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 masing-masing adalah sebesar Rp286.187.672 dan Rp370.951.641.

(39)

30

(supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan/atau untuk dijual, dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Rincian Persediaan per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Tanah

Rp19.900.206.000 C.6. Tanah

Nilai aset tetap berupa tanah yang dimiliki Direktorat Jenderal Anggaran per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp19.900.206.000 dan Rp21.535.441.000. Penurunan nilai tanah pada Tahun 2019 terjadi karena terdapat selisih saat Revaluasi Aset Tetap.

Tanah pada Direktorat Jenderal Anggaran merupakan tanah dari Rumah Jabatan yang berada di Pondok Indah.

Peralatan dan Mesin

Rp

102.001.268.038

C.7. Peralatan dan Mesin

Saldo aset tetap berupa peralatan dan mesin per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah Rp102.001.268.038 dan Rp93.635.667.298.

(40)

31

Mutasi transaksi penambah Peralatan dan Mesin berupa pembelian peralatan dan mesin sebesar Rp10.376.367.200 dan penyelesaian pembangunan dengan KDP peralatan dan mesin sebesar Rp1.156.557.045. Mutasi transaksi pengurang Peralatan dan Mesin berupa penghentian aset dari penggunaan sebesar Rp3.167.323.505.

Gedung dan Bangunan Rp7.081.807.712

C.8. Gedung dan Bangunan

Nilai gedung dan bangunan per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah Rp7.081.807.712 dan Rp7.836.045.566.

Nilai Gedung dan Bangunan pada Direktorat Jenderal Anggaran berupa Aset Rumah Jabatan yang berada di Pondok Indah senilai Rp2.342.445.566 dan berupa 9 unit apartemen yang diterima dari Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan sesuai Berita Acara penyerahan nomor BAST-43/SJ.8/2018 pada tanggal 26 Juli 2018 senilai Rp5.493.600.000.

Rincian Mutasi Peralatan dan Mesin per 31 Desember 2019

Mutasi transaksi penambah Gedung dan Bangunan pada Direktorat Jenderal Anggaran berupa Renovasi Rumah Dinas Jabatan Eselon I yang berada di Pondok Indah senilai Rp180.542.146 dan Koreksi Revaluasi Gedung dan Bangunan berupa Rumah Dinas Jabatan Eselon I yang berada di Pondok Indah sebesar Rp26.600.000.

Mutasi transaksi pengurang Gedung dan Bangunan pada Direktorat Jenderal Anggaran berupa Koreksi Transfer Masuk Rumah Dinas berupa Apartment Puri Casablanca yang berada di Jakarta senilai Rp961.380.000.

Aset Tetap Lainnya Rp453.854.758

C.9. Aset Tetap Lainnya

(41)

32

dalam Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi Dan Jaringan. Saldo Aset Tetap Lainnya per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah Rp453.854.758 dan Rp725.425.636. Rincian Aset Tetap Lainnya pada Direktorat Jenderal Anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :

Daftar Aset Tetap Lainnya Monografi per 31 Desember 2019

Rincian Mutasi Monografi per 31 Desember 2019

Rincian Mutasi Aset Tetap Renovasi per 31 Desember 2019

Saldo per 31 Desember 2018

-Mutasi tambah: 1.011.953.200

- Gedung dan Bangunan dalam Renovasi 1.011.953.200

Mutasi kurang: (1.011.953.200)

-Transfer keluar ATR 2019 (1.011.953.200)

Saldo per 31 Desember 2019

-Saldo Aset Tetap Renovasi 2019 merupakan hasil dari Pekerjaan Penataan Ruang Kerja lantai 18 DJA dan Pengadaan Pagar Pembatas Antara Gedung dan Taman yang kemudian telah dilakukan Transfer Keluar ke Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dengan Berita Acara nomor BA-9/AG.1/2019 pada tanggal 11 November 2019.

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

Rp79.206.163.376

C.10. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap

Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing Rp79.206.163.376 dan Rp74.211.696.155. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap merupakan alokasi

(42)

33

sistematis atas nilai suatu aset tetap yang disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan selain untuk Tanah dan Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP). Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap per 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut :

Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Per 31 Desember 2019

Piutang TP/TGR

Rp2.375.142.550 C.11. Piutang Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi Saldo Piutang Jangka Panjang per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp2.375.142.550 dan Rp2.473.198.117.

Tuntutan Perbendaharaan adalah tagihan kepada bendahara akibat kelalaiannya atau tindakannya yang melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian negara. Sedangkan Tuntutan Ganti Rugi adalah tagihan kepada pegawai bukan bendahara untuk penggantian atas suatu kerugian yang diderita oleh negara karena kelalaiannya.

Rincian Piutang Tagihan TP/TGR Per 31 Desember 2019

Adapun Tuntutan Ganti Rugi a.n Dedi Sadagori senilai USD169,062.78 dengan nilai kurs tengah BI per tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp13.901,005.

Tuntutan Ganti Rugi a.n Aditya Priyadi dan Dedi Sadagori telah diterima pengurusannya oleh Panitia Urusan Piutang Negara (Tim PUPN) dengan nomor Surat SP3N-102/PUPNC.10.05/2016 tanggal 11 November 2016 dan SP3N-129/PUPNC.10.05/2017 tanggal 5 Juni 2017. Sehubungan dengan hal

(43)

34

tersebut, Pengurusan Piutang Negara dimaksud beralih kepada Panitia Urusan Piutang Negara Cabang DKI Jakarta yang penyelenggaraannya dilakukan oleh KPKNL Jakarta V.

Pada tanggal 30 Juli 2019, telah dilakukan konfirmasi ke Kepala Panitia Urusan Piutang Negara Cabang Jakarta dengan Nota Dinas nomor ND-899/AG.1/2019 mengenai perkembangan penagihan piutang negara DJA yang telah dilimpahkan ke Tim PUPN. Namun, hingga saat ini belum didapatkan informasi perkembangan piutang dimaksud.

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - TP/TGR Rp2.375.142.550

C.12. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi

Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi per tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 masing-masing adalah sebesar Rp2.375.142.550 dan Rp2.473.198.117. Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Panjang merupakan estimasi atas ketidaktertagihan Tagihan Penjualan Angsuran dan TP/TGR yang ditentukan oleh kualitas masing-masing piutang. Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Panjang pada tanggal pelaporan adalah sebagai berikut:

Rincian Penyisihan Piutang Tak Tertagih - Piutang Jangka Panjang Per 31 Desember 2019

Piutang jangka panjang yang terdiri dari piutang TGR a.n Dedi Sadagori dan Aditya Priyadi memiliki kualitas piutang macet sehingga disisihkan 100%. Aset Tak

Berwujud Rp7.847.840.451

C.13. Aset Tak Berwujud

(44)

35

2018 adalah Rp7.847.840.451 dan Rp7.772.561.401. Adapun mutasi aset tak berwujud adalah sebagai berikut :

Rincian Aset Tak Berwujud per 31 Desember 2019

Saldo Per 31 Desember 2018 7.772.561.401

Pembelian Software 75.279.050

Saldo Per 31 Desember 2019 7.847.840.451

Akumulasi Amortisasi s.d. 31 Desember 2019 (5.926.767.734) Nilai Buku Per 31 Desember 2019 1.921.072.717 Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan dimiliki, tetapi tidak mempunyai wujud. Aset Tak Berwujud pada Direktorat Jenderal Anggaran berupa software yang digunakan untuk menunjang operasional kantor.

Aset Lain-lain Rp

Rp4.265.832.834 C.14. Aset Lain-lain

Nilai Aset Lain-lain per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah Rp4.265.832.834 dan Rp3.849.087.126. Aset Lain-lain merupakan Barang Milik Negara (BMN) yang berada dalam kondisi rusak berat dan tidak lagi digunakan dalam operasional entitas. Adapun mutasi aset lain-lain adalah sebagai berikut:

Rincian Aset Lain-lain per 31 Desember 2019

Saldo per 31 Desember 2018 3.849.087.126

- Aset Tetap yang Tidak Digunakan Dalam Operasi 3.849.087.126

Mutasi Tambah: 3.438.894.383

-Reklasifikasi dari Aset Tetap ke Aset Lainnya 3.438.894.383

Mutasi kurang: (3.022.148.675)

-Penghapusan (3.022.148.675)

Saldo per 31 Desember 2019 4.265.832.834

Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Tidak Digunakan (3.966.690.591)

Nilai Buku per 31 Desember 2019 299.142.243

Transaksi penambahan pada Aset Lain-lain berupa Reklasifikasi dari Aset Tetap ke Aset Lainnya sebesar Rp3.438.894.383.

Transaksi pengurangan pada Aset Lain-lain berupa Penghapusan Aset Tetap yang Tidak Digunakan dalam Operasi sebesar Rp3.022.148.675.

(45)

36 Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya Rp9.893.458.325

C.15. Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya

Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing Rp9.893.458.325 dan Rp9.009.730.189. Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya merupakan kontra akun Aset Lainnya yang disajikan berdasarkan pengakumulasian atas penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat Aset Lainnya. Rincian Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya per 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut :

Rincian Akumulasi Penyusutan dan Amortisasi Aset Lainnya

Amortisasi ATB dengan masa manfaat terbatas dilakukan dengan metode garis lurus dan nilai sisa nihil. Sedangkan atas ATB dengan masa manfaat tidak terbatas tidak dilakukan amortisasi.

Utang Kepada Pihak Ketiga Rp4.194.995

C.16. Utang Kepada Pihak Ketiga

Jumlah Utang kepada Pihak Ketiga per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 masing-masing sebesar Rp4.194.995 dan Rp5.654.768. Utang kepada Pihak Ketiga merupakan kewajiban yang masih harus dibayar dan segera diselesaikan kepada pihak ketiga lainnya dalam waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

Nilai Utang Pihak Ketiga pada Direktorat Jenderal Anggaran per tanggal pelaporan merupakan Tagihan Rekening Telepon dan Listrik penggunaan Bulan Desember 2019 yang diterima tagihannya pada Bulan Januari 2020. Ekuitas

Rp52.784.610.766 C.17. Ekuitas

Ekuitas per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp52.784.610.766 dan Rp52.505.490.908. Ekuitas adalah kekayaan bersih entitas yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban.

(46)

37

Rincian Lebih lanjut tentang ekuitas disajikan dalam Laporan Perubahan Ekuitas.

(47)

38

D. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN OPERASIONAL Pendapatan

Negara Bukan Pajak

Rp77.810.636

D.1. Pendapatan Negara Bukan Pajak

Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp77.810.636 dan Rp13.580.891. Sampai dengan 31 Desember 2019 terdapat pendapatan yang menjadi komponen pendapatan-LO pada Laporan Operasional Ditjen Anggaran sebesar Rp9.750.000 dengan nomor NTPN DAEAA2MAIKOSB8E9 berasal dari Pendapatan atas Pemusnahan Arsip Inaktif sebanyak 4.488 bendel; sebesar Rp8.050.000 berasal Dari Pendapatan atas Pemusnahan Arsip Inaktif sebanyak 3.270 bendel dengan nomor NTPN A7E471JNEH589QIV; dan sebesar Rp750.000 dengan nomor NTPN 7D4AC55DDR020K8B berasal dari Penghapusan Bahan Non Arsip TA 2019 Berupa Buku Cetakan, Map, dan Kertas Bekas; serta Pendapatan Denda Penyelesaian Pekerjaan Pemerintah yang merupakan denda keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan Toner Printer Kebutuhan Operasional DJA TA 2019 dengan nomor kontrak PRJ-10.04/PBJ-DJA/2019 tanggal 1 Februari 2019 sebesar Rp12.669.700; denda keterlambatan Pengadaan Alat Pengolah Data Berupa PC Unit DJA Tahun Anggaran 2019 sesuai dengan Kontrak Nomor PRJ-10.07/PBJ-DJA/2019 tanggal 25 Maret 2019 dan BAST Nomor BA-12.07/PBJ-DJA/2019 tanggal 23 Juli 2019 sebesar Rp34.534.500; dan denda keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan Pengadaan Jasa Konstruksi Penataan Ruang Kerja DJA TA 2019 dengan nomor kontrak PRJ-10.10/PBJ-DJA/2019 tanggal 13 Juni 2019 sebesar Rp12.056.436.

Rincian Pendapatan Negara Bukan Pajak Per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

(48)

39 Beban Pegawai

Rp63.228.090.447 D.2. Beban Pegawai

Jumlah Beban Pegawai untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp63.228.090.447 dan Rp59.720.969.426. Beban Pegawai adalah beban atas kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum bersatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.

Rincian Beban Pegawai Per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Beban Persediaan

Rp971.668.277 D.3. Beban Persediaan

Jumlah beban Persediaan untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp971.668.277 dan Rp897.653.023. Beban Persediaan merupakan beban untuk mencatat konsumsi atas barang-barang yang habis pakai, termasuk barang-barang hasil produksi baik yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan. Rincian Beban Persediaan Per 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :

Rincian Beban Persediaan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Beban Barang dan Jasa

Rp31.035.998.005

D.4. Beban Barang dan Jasa

Beban Barang dan Jasa untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar

(49)

40

Rp31.035.998.005 dan Rp27.864.620.601. Beban Barang dan Jasa terdiri dari beban barang dan jasa berupa konsumsi atas barang dan/atau jasa dalam rangka penyelenggaraan kegiatan entitas serta beban lain-lain berupa beban yang timbul karena penggunaan alokasi belanja modal yang tidak menghasilkan aset tetap. Rincian Beban Barang dan Jasa untuk 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

Rincian Beban Barang dan Jasa 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Beban Pemeliharaan Rp2.359.627.120

D.5. Beban Pemeliharaan

Beban Pemeliharaan untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp2.359.627.120 dan Rp4.378.994.508. Beban pemeliharaan merupakan beban yang dimaksudkan untuk mempertahankan aset tetap atau aset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi normal. Rincian beban pemeliharaan untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

Rincian Beban Pemeliharaan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

(50)

41 Beban Perjalanan

Dinas

Rp18.666.849.185

D.6. Beban Perjalanan Dinas

Beban Perjalanan Dinas untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp18.666.849.185 dan Rp22.293.596.146. Beban tersebut merupakan beban (neto) yang terjadi untuk perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi, dan jabatan. Rincian Beban Perjalanan Dinas untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :

Rincian Beban Perjalanan Dinas 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Rp97.834.273

D.7. Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih merupakan beban untuk mencatat estimasi ketidaktertagihan piutang dalam suatu periode. Jumlah Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp97.834.273 dan Rp157.643.555. Rincian Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut :

(51)

42

Rincian Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang PNBP senilai Rp37.148 di kredit karena adanya Jurnal balik Penyisihan Piutang PNBP karena kelebihan pembayaran pekerjaan konstruksi pemeliharaan Gedung Sutikno Slamet TA 2018. Untuk Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Jangka Panjang -Tuntutan Perbendaharaan/ -Tuntutan Ganti Rugi senilai Rp98.055.567 di kredit karena adanya penurunan nilai diakibatkan selisih kurs dari Periode 31 Desember 2018 ke 31 Desember 2019, sedangkan Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih - Piutang Lainnya senilai Rp258.442 merupakan Penyisihan Piutang Lainnya atas Selisih Pembayaran Termin XII Sewa Mesin Photocopy dengan Bank Garansi.

Beban

Penyusutan dan Amortisasi Rp8.910.779.556

D.8. Beban Penyusutan dan Amortisasi

Jumlah Beban Penyusutan dan Amortisasi untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp8.910.779.556 dan Rp7.935.313.320. Beban Penyusutan merupakan beban untuk mencatat alokasi sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (Depreciable Assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Sedangkan Beban Amortisasi digunakan untuk mencatat alokasi penurunan manfaat ekonomi untuk Aset Tak Berwujud. Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

(52)

43

Rincian Beban Penyusutan dan Amortisasi 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Surplus dari Kegiatan Non Operasional

Rp1.475.437.967

D.9. Surplus / (Defisit) dari Kegiatan Non Operasional

Nilai Surplus dari Kegiatan Non Operasional untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp1.475.437.967 dan Rp791.652.451 terdiri dari pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin dan bukan merupakan tugas pokok dan fungsi entitas. Surplus dari Kegiatan Non Operasional untuk periode yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:

Rincian Kegiatan Non Operasional 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018

Uraian Kegiatan Non Operasional 31 Desember 2019 31 Desember 2018 (naik/turun)%

Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN

Lainnya 4.509.999 457.974.640 (99,02)

Pendapatan dari Penjualan Peralatan dan

Mesin 1.540.483.776 - -

Pendapatan Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi

Non Bendahara - 5.250.000 (100,00) Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Tahun

Anggaran Yang Lalu 37.000 1.900.000 (98,05)

Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun

Anggaran Yang Lalu 22.518.418 191.920.461 (88,27)

Pendapatan Selisih Kurs yang Belum

Terealisasi 5.579.072 233.475.700 (97,61)

Pendapatan Penyesuaian Nilai Persediaan 19.990.281 29.865.022 (33,06)

Beban Kerugian Pelepasan Aset - (19.002.500) (100,00)

Beban Penyesuaian Nilai Persediaan (14.045.940) (33.990.746) (58,68)

Beban Kerugian Selisih Kurs Belum

Terealisasi (103.634.639) (75.740.126) -

(53)

44

E. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Ekuitas Awal

Rp52.505.490.908 E.1. Ekuitas Awal

Nilai Ekuitas pada tanggal 1 Januari 2019 dan 1 Januari 2018 adalah masing-masing sebesar Rp52.505.490.908 dan Rp37.149.759.440.

Surplus (Defisit) LO

Rp123.521.929.714 E.2. Surplus (Defisit) LO

Jumlah Defisit LO untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar Rp123.521.929.714 dan Rp122.443.557.237. Defisit LO merupakan selisih kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, surplus/ defisit kegiatan non operasional, dan pos luar biasa.

Penyesuaian Nilai Aset

Rp0

E.3.1.Penyesuaian Nilai Aset

Penyesuaian Nilai Aset merupakan hasil penyesuaian nilai persediaan akibat penerapan kebijakan harga perolehan terakhir. Tidak terdapat Penyesuaian Nilai Aset untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018.

Koreksi Nilai Persediaan Rp0

E.3.2. Koreksi Nilai Persediaan

Koreksi Nilai Persediaan mencerminkan koreksi atas nilai persediaan yang diakibatkan karena kesalahan dalam pencatatan persediaan yang terjadi pada periode sebelumnya. Tidak terdapat Koreksi Nilai Persediaan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018. Selisih Revaluasi

Aset Tetap Rp1.608.635.000

E.3.3.Selisih Revaluasi Aset Tetap

Selisih Revaluasi Aset Tetap merupakan selisih yang muncul pada saat dilakukan penilaian ulang aset tetap. Selisih Revaluasi Aset Tetap untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar (Rp1.608.635.000) dan Rp0.

(54)

45 Koreksi Nilai Aset

Tetap Non Revaluasi Rp950.944.476

E.3.4. Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi

Koreksi Aset Tetap Non Revaluasi untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah sebesar (Rp950.944.476) dan Rp3.075.693. Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi pada 31 Desember 2019 merupakan perbaikan pada transaksi Revaluasi Aset Tetap atas Gedung dan Bangunan berupa Rumah Dinas Jabatan Eselon II di Apartment Puri Casablanca Jakarta.

Koreksi Lain-lain

Rp0 E.3.5. Koreksi Lain-lain

Koreksi Lain-lain merupakan koreksi selain yang terkait Barang Milik Negara, antara lain koreksi atas pendapatan, koreksi atas beban, koreksi atas hibah, piutang, dan utang. Tidak terdapat Koreksi Lain-lain untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018. Transaksi Antar

Entitas

Rp126.360.629.048

E.4. Transaksi Antar Entitas

Nilai Transaksi Antar Entitas untuk periode yang berakhir 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp126.360.629.048 dan Rp137.796.213.012. Transaksi antar Entitas adalah transaksi yang melibatkan dua atau lebih entitas yang berbeda baik internal KL, antar KL, antar BUN maupun KL dengan BUN.

Rincian Nilai Transaksi antar Entitas per 31 Desember 2019

Rincian Transaksi Antar Entitas terdiri dari:

E.4.1. Diterima dari Entitas Lain (DDEL) dan Ditagihkan ke Entitas Lain (DKEL)

(55)

46

antar entitas atas pendapatan dan belanja pada Kementerian/Lembaga yang melibatkan kas negara (BUN). Pada periode hingga 31 Desember 2019, DDEL sebesar Rp1.652.789.329 sedangkan DKEL sebesar Rp125.636.686.763.

E.4.2.Transfer Masuk dan Transfer Keluar

Transfer Masuk/Transfer Keluar merupakan perpindahan aset/kewajiban dari satu entitas ke entitas lain pada internal K/L, antar K/L, dan antara K/L dengan BA-BUN. Sampai dengan Periode Desember 2019, tidak terdapat Transfer Masuk. Namun, terdapat Transfer Keluar sebesar Rp1.011.953.200 berupa Aset Tetap dalam Renovasi yang merupakan pengadaan Pekerjaan Penataan Ruang Kerja lantai 18 DJA dan Pengadaan Pagar Pembatas Antara Gedung dan Taman yang kemudian telah dilakukan Transfer Keluar ke Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan dengan Berita Acara nomor BA-9/AG.1/2019 tanggal 11 November 2019.

E.4.3. Pengesahan Hibah Langsung

Pengesahan Hibah Langsung merupakan transaksi atas pencatatan hibah langsung K/L dalam bentuk kas, barang, maupun jasa sedangkan pencatatan pendapatan hibah dilakukan oleh BA-BUN. Pengesahan Hibah Langsung sampai dengan tanggal 31 Desember 2019 sebesar Rp3.388.684.814 berupa Hibah Luar Negeri dengan Nomor Register 2H816GHA.

Ekuitas Akhir

Rp52.784.610.766 E.5. Ekuitas Akhir

Nilai ekuitas pada tanggal 31 Desember 2019 dan 31 Desember 2018 adalah masing-masing sebesar Rp52.784.610.766 dan Rp52.505.490.908.

(56)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Penetapan Penyedia Barang/Jasa Nomor : 187/PPBJ- SDA/2016 tanggal 28 April 2016, dengan ini diumumkan Penetapan Penyedia Barang/Jasa sebagai berikut :.. Pekerjaan

Pada penelitian ini akan dilakukan enkripsi- dekripsi citra dengan Algoritma Affine Cipher dan enkripsi-dekripsi kunci dengan Algoritma RSA-CRT, parameter yang akan di

Ada sedikit perbedaan nilai MOS yang diperoleh dari hasil percobaan sebelumnya (gambar 4.6) dengan nilai MOS yang diperoleh pada pengujian ini, di mana pada

Keterampilan Saya menguasai tangga nada mayor Saya menguasai tangga nada minor Saya menguasai simbol (tanda) musik Saya tidak menguasai tangga nada minor

Deskripsi data dimaksudkan untuk memperjelas atau memaparkan data hasil penelitian dalam ruang lingkup yang terbatas, dalam hal ini data hasil penelitian

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara simultan Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio) dan Ukuran Perusahaan (Ln Total

Market global masih akan dibayangi oleh perekono- mian China yang dikhawatirkan juga akan merembet ke sejumlah negara lain dan semakin mengancam pertumbuhan ekonomi secara

Kombinasi ZPT B A1 mg/1 hingga 2 mg/1 dengan NAA atau 2,4-D 0,5 mg/1 merangsang pembentukan kalus 100%, tetapi tidak merangsang pembentukan tunas, kemungkinan karena kandungan