• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Kerja Bersama Waskita Juli 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perjanjian Kerja Bersama Waskita Juli 2009"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERJANJIAN KERJA

BERSAMA

( PKB )

PT. WASKITA KARYA

Persero  

PT. WASKITA KARYA

Persero   Edisi Juli 2009 Pengendali Karo SDM

(2)

BAB I

PIHAK-PIHAK YANG MENGADAKAN

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

Perjanjian Kerja Bersama diadakan antara :

PT. Waskita Karya yang diwakili oleh Ir. Bambang E. Marsono, MM. sebagai Direktur yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : KEP-126/MBU/2008 tanggal 24 Juni 2008, yang selanjutnya disebut : Perusahaan

dengan

Serikat Pekerja Waskita, yang tercatat di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kodya Jakarta Timur sesuai No. Bukti Pencatatan : 506/IV/P/V/2005 tanggal 18 Mei 2005, yang diwakili oleh Ir. Kristadi Juli Harjanto sebagai Ketua Umum yang diangkat berdasarkan hasil Munas Serikat Pekerja Waskita tanggal 6 – 7 Juni 2007, yang selanjutnya disebut : Serikat Pekerja

Dengan ini Perusahaan dan Serikat Pekerja bersama-sama menyetujui membuat Revisi

Perjanjian Kerja Bersama periode tahun 2008-2010 antara PT. Waskita Karya

(3)

BAB II

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Istilah

Yang dimaksud dengan :

(1) Perjanjian Kerja Bersama adalah Perjanjian Kerja antara Perusahaan dengan Pegawai PT. Waskita Karya yang dalam hal ini diwakili oleh Serikat Pekerja Waskita, yang disaksikan oleh pejabat Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

(2) Perusahaan adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Waskita Karya.

(3) Serikat Pekerja Waskita adalah Serikat Pekerja yang anggotanya adalah Pegawai PT. Waskita Karya, dan telah terdaftar di Suku Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kodya Jakarta Timur sesuai Surat Keputusan No. : 506/IV/P/V/2005 tanggal 18 Mei 2005 tanggal 18 Mei 2005.

(4) Direksi adalah Direksi Perusahaan.

(5) Pegawai adalah Pegawai yang bekerja di lingkungan Perusahaan, yang hasil kerjanya untuk Perusahaan, yang menandatangani Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

(6) PKWTT adalah Perjanjian kerja antara Perusahaan dan Pegawai yang dibuat secara tertulis untuk jangka waktu tidak tertentu.

(7) PKWT adalah Perjanjian kerja antara Perusahaan dan Pegawai yang dibuat secara tertulis untuk jangka waktu tertentu.

(8) Keluarga adalah Keluarga Pegawai yang terdiri atas satu istri/suami dan anak yang syah (paling banyak 3 orang, berusia kurang dari 25 tahun belum pernah kawin, tidak mempunyai penghasilan sendiri serta masih menjadi tanggungan Pegawai). (9) Anak Perusahaan adalah Badan Usaha yang secara hukum sebagian atau seluruh

sahamnya dimiliki oleh Perusahaan.

(10) Direksi Anak Perusahaan adalah Pegawai Perusahaan atau Profesional yang ditunjuk sebagai Direksi Anak Perusahan.

(11) Jabatan adalah Jabatan Struktural, Operasional dan Fungsional dalam Perusahaan. (12) ”Grade” adalah Tingkatan jabatan dan atau kompetensi pegawai yang ditetapkan

dengan SK Direksi

(13) Kompensasi adalah Imbal jasa yang diberikan oleh Perusahaan kepada pegawai sesuai grade dan atau jabatan.

(14) Fasilitas adalah Imbal jasa yang berupa uang atau bukan uang yang diberikan Perusahaan kepada pegawai dan tidak termasuk sebagai dasar perhitungan pesangon.

(15) Unit Kerja adalah Bagian dari Perusahaan di Kantor Pusat yang mempunyai tanggung jawab satu tingkat dibawah Direksi.

(4)

(16) Unit Bisnis adalah Bagian dari Perusahaan di luar Kantor Pusat yang menangani kegiatan bisnis pada lingkup segmen pasar atau produk tertentu, terdiri dari Wilayah dan Divisi.

(17) Proyek adalah Bagian dari Perusahaan yang secara langsung menangani kegiatan pelaksanaan kontrak antara Perusahaan sebagai Penyedia Jasa dengan Pengguna Jasa.

(18) Organisasi Non Struktural adalah Organisasi Pegawai dan Organisasi Istri Pegawai diluar Struktur Organisasi Perusahaan, antara lain Serikat Pekerja Waskita, Rukun Ibu Waskita, Koperasi, Organisasi Keagamaan dan Kesenian, Organisasi Profesi serta organisasi lain yang ada didalam Perusahaan.

Pasal 2

Peraturan Pemerintah Tentang Persero

Pasal 38 Peraturan Pemerintah No.12 tahun 1998 tentang Persero, menyebutkan bahwa Pegawai Persero adalah Pekerja Persero yang pengangkatan dan pemberhentian, kedudukan, hak, serta kewajibannya ditetapkan berdasarkan Perjanjian Kerja sesuai dengan Peraturan Perundang – Undangan dibidang Ketenagakerjaan.

Pasal 3

Lingkup Kesepakatan

(1) Perusahaan dan Serikat Pekerja Waskita sepakat bahwa Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku dan mengikat bagi Perusahaan dan seluruh Pegawai PT. Waskita Karya. (2) Perusahaan dan Serikat Pekerja Waskita sepakat bahwa disamping Perjanjian Kerja

Bersama ini, Perusahaan dan Serikat Pekerja Waskita tetap memiliki hak-hak lainnya yang diatur dan dilindungi Undang-Undang dan Peraturan Perundang-undangan lainnya.

(3) Dalam hal Perusahaan atau Serikat Pekerja Waskita mengadakan perubahan nama atau penggabungan dengan badan atau bentuk lain, maka ketentuan dalam Perjanjian Kerja Bersama ini tetap berlaku bagi Pegawai dan Perusahaan, sampai dengan berakhir masa berlakunya Kesepakatan ini, kecuali apabila sebelum itu ada perubahan yang disepakati bersama oleh Perusahaan dan Serikat Pekerja Waskita.

Pasal 4

Kewajiban Serikat Pekerja Waskita

(1) Mendukung Perusahaan dalam mengatur dan mengawasi Pegawai yang menjadi anggotanya sesuai dengan kebijakan Perusahaan, dengan tetap mengindahkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, dan menghormati serta tidak mencampuri urusan Perusahaan di luar bidang kepegawaian, sepanjang tidak merugikan kepentingan Pegawai.

(2) Menyelesaikan masalah ketenagakerjaan dengan Perusahaan secara Bipartit (Perusahaan dan Serikat Pekerja Waskita).

(5)

loyalitas anggotanya terhadap Perusahaan, demi tercapainya ketenangan kerja dan kelancaran usaha.

(4) Bersama-sama Perusahaan memasyarakatkan isi, maksud dan tujuan dari PKB beserta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya, sehingga PKB tersebut dilaksanakan dengan kesadaran dan penuh rasa tanggung jawab.

Pasal 5

Kewajiban Perusahaan

(1) Mengakui bahwa Serikat Pekerja Waskita adalah merupakan organisasi pekerja yang sah mewakili anggotanya dilingkungan Perusahaan, dan bersama–sama Serikat Pekerja Waskita memasyarakatkan isi, maksud, dan tujuan dari PKB beserta ketentuan – ketentuan pelaksanaannya.

(2) Menerima, memperhatikan dan menyelesaikan setiap permasalahan ketenagakerjaan yang disampaikan oleh Serikat Pekerja Waskita menurut prosedur yang berlaku, baik secara formal maupun informal.

(3) Berkewajiban menghormati dan tidak mencampuri urusan intern organisasi Serikat Pekerja Waskita, sepanjang kegiatannya tidak melanggar Undang-undang dan Peraturan yang berlaku, yang dapat merugikan dan/atau menjatuhkan citra Perusahaan.

(4) Dalam hal terjadi mutasi pada Pegawai yang menduduki pengurus Serikat Pekerja, maka Perusahaan wajib bermusyawarah terlebih dulu dengan Pengurus Serikat Pekerja Waskita.

Pasal 6

Hak Serikat Pekerja Waskita

(1) Mengadakan kegiatan organisasi dengan para anggotanya, dan organisasi lain yang ada hubungannya dengan Serikat Pekerja, keluar maupun kedalam.

(2) Mewakili anggotanya dalam setiap perundingan penyelesaian permasalahan kepegawaian dengan Perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

(3) Mendapatkan perlindungan dari segala intimidasi dalam bentuk apapun terhadap pengurus Serikat Pekerja sesuai Undang- undang No. 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja.

Pasal 7 Hak Perusahaan

(1) Menentukan kebijakan Perusahaan dan mengelola kegiatan-kegiatan Perusahaan. (2) Meminta kepada Pegawai agar semaksimal mungkin memberikan daya upaya dan

prestasi kerjanya bagi Perusahaan.

(3) Memilih dan mempekerjakan tenaga ahli untuk suatu pekerjaan tertentu.

(6)

ketentuan-ketentuan dalam PKB.

(5) Memindahkan dan memutasikan pegawai sesuai dengan kebutuhan Perusahaan dan ketentuan dalam PKB.

Pasal 8

Fasilitas Serikat Pekerja Waskita

(1) Perusahaan menyediakan ruangan kantor serta perlengkapannya, termasuk tempat untuk papan nama dan tempat menempelkan pengumuman, sehubungan dengan kegiatan Serikat Pekerja Waskita.

(2) Untuk kegiatan external Serikat Pekerja Waskita, Perusahaan menyediakan sarana transportasi melalui Biro Sekretariat Perusahaan.

(3) Perusahaan memberikan ijin dan fasilitas kepada anggota Pengurus Serikat Pekerja Waskita, dalam hal :

- Meninggalkan pekerjaan dalam rangka tugas organisasi, atau memenuhi panggilan Pemerintah guna kepentingan organisasi atau kepentingan negara, dengan tetap mendapatkan penghasilan penuh dan tidak mengurangi hak cuti. - Melakukan pemungutan iuran anggota Serikat Pekerja Waskita setiap bulan,

sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga organisasi melalui ceck of system.

- Mengadakan pertemuan dengan para anggotanya dengan menggunakan fasilitas perusahaan.

(7)

BAB III

STATUS DAN BATAS USIA KERJA

Pasal 9

Status Pegawai

(1) Pegawai Perusahaan dibagi sebagai berikut :

a. PT (Pegawai Tetap), adalah pegawai yang pengelolaan dan pembinaannya dilakukan oleh Kantor Pusat. PKWTT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) ditandatangani oleh Direksi, dalam hal ini Direktur yang membidangi Sumber Daya Manusia.

b. PTT (Pegawai Tidak Tetap), adalah pegawai yang pengelolaan dan pembinaan-nya dilakukan oleh Kantor Pusat. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) ditandatangani oleh Kepala Biro Sumber Daya Manusia (SDM).

c. PTU (Pegawai Tetap Unit Bisnis), adalah pegawai yang pengelolaan dan pembinaannya dilakukan oleh Unit Bisnis. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) ditandatangani oleh Kepala Unit Bisnis.

d. PTTU (Pegawai Tidak Tetap Unit Bisnis), adalah pegawai yang pengelolaan dan pembinaannya dilakukan oleh Unit Bisnis. PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) ditandatangani oleh Kepala Unit Bisnis.

(2) Format dan isi PKWTT dan PKWT sesuai dengan contoh yang tertera pada Lampiran-1 dan Lampiran-2.

Pasal 10

Pengangkatan Pegawai

Diatur didalam Prosedur Waskita Dibidang SDM.

Pasal 11

Batas Usia Kerja/Pensiun

(1) Batas usia kerja/ pensiun PT/PTU ditentukan maksimal 55 tahun.

(2) Untuk kepentingan yang bersifat khusus, penyimpangan batas usia kerja hanya dapat dilakukan setelah melalui kesepakatan antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja Waskita.

(3) Sebelum menjalani pensiun, PT/PTU wajib menjalani Masa Persiapan Pensiun (MPP) selama 1 (satu) tahun.

(4) PT/PTU yang tenaganya masih dibutuhkan oleh Perusahaan pada saat MPP Perusahaan dapat meminta pegawai yang bersangkutan tidak menggunakan hak MPP dengan ketentuan sbb :

a. Pegawai yang bersangkutan bersedia dan setuju ; b. Diberikan kompensasi MPP sesuai pasal 38 ayat (6).

(8)

selama 1 (satu) bulan sebelum berhenti, dengan mendapat penghasilan penuh pada bulan tersebut.

(6) Bagi pegawai yang berhenti tersebut ayat (4), hak-haknya diperhitungkan sampai dengan tanggal pemberhentiannya.

(7) PT/PTU dapat meminta pensiun dipercepat pada saat usianya telah mencapai 45 tahun atau telah memiliki masa kerja minimal 20 tahun.

BAB IV

KEWAJIBAN PEGAWAI

Pasal 12

Kewajiban

(1) Pegawai wajib mendahulukan kepentingan Perusahaan dari pada kepentingan golongan, pribadi, keluarga, kerabat dan/atau pihak lain.

(2) Pegawai wajib mengerahkan segala daya dan upaya dalam melaksanakan tugas jabatan yang diserahkan kepadanya.

(3) Pegawai wajib mentaati aturan-aturan yang berlaku di Perusahaan. (4) Pegawai wajib mematuhi isi Perjanjian Kerja Bersama.

(5) Pegawai wajib menjalani penempatan tugas, melaksanakan perjalanan dinas, mutasi dan detasir, berdasarkan Perintah/Keputusan Direksi atau Atasan yang berwenang.

(6) Pegawai wajib membina kerjasama yang positif dan produktif dengan Atasan, Bawahan, maupun Rekan Sekerja.

(7) Pegawai wajib bersikap/berperilaku baik dan menjaga kesopanan di dalam ataupun di luar Perusahaan.

(8) Pegawai wajib memegang rahasia jabatan, yaitu rahasia yang berkaitan dengan tugas dan/atau jabatannya, baik yang berupa dokumen tertulis, rekaman suara ataupun perintah/pernyataan lisan dari Atasannya.

(9) Pegawai wajib berada di tempat tugas dan melaksanakan tugasnya pada hari-hari dan jam kerja yang ditentukan, kecuali sedang menjalankan tugas Perusahaan di luar tempat tugasnya.

(10) Pegawai wajib melakukan kerja lembur atas perintah Atasan yang berwenang, apabila pekerjaan harus dilaksanakan di luar jam kerja yang ditetapkan Perusahaan. (11) Pegawai wajib melaporkan kepada Atasannya setiap terjadi kecurian atau

(9)

Pasal 13

Hari Kerja dan Jam Kerja

Hari dan jam kerja Perusahaan yang berlaku di lingkungan Kantor Pusat dan Kantor Unit Bisnis, ditetapkan sebagai berikut :

- Senin sd. Jum’at : pk. 08.00 sd. 17.00 waktu setempat. - Istirahat 1 jam, kecuali hari Jum’at istirahat 2 jam. - Sabtu & Minggu : libur

(2) Hari dan jam kerja Proyek ditentukan oleh Kepala Unit Bisnis, dengan ketentuan jumlah jam kerja efektif tidak melebihi 8 (delapan) jam per-hari dan 40 (empat puluh) jam per-minggu.

(3) Untuk memberi toleransi mengganti waktu keterlambatan hadir ditempat tugas menurut jam kerja normal, maka Unit Kerja menggunakan Sistem Jam Kerja Fleksibel, maksimal 60 (enam puluh) menit sesudah jam kerja normal pada hari yang sama.

(4) Kepala Unit Bisnis diberi kewenangan untuk menetapkan Sistem Jam Kerja Fleksibel dilingkungan kerjanya masing-masing.

(5) Waktu keterlambatan hadir ditempat tugas yang tidak tergantikan pada kejadian seperti pada ayat 3 diatas akan diperhitungkan dalam menghitung Tunjangan Kehadiran bulan terkait.

(6) Hari dan jam kerja tersebut ayat (1) dan (2) dapat berubah karena :

a. Adanya ketentuan jam kerja yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Daerah. b. Terjadinya penurunan kegiatan usaha Perusahaan.

c. Terjadinya perubahan situasi politik, ekonomi dan sosial setempat.

d. Sebab-sebab lain yang berkaitan dengan Kegiatan Usaha yang ditetapkan oleh Direksi atau Pejabat yang berwenang dengan terlebih dahulu bermusyawarah dengan Serikat Pekerja Waskita.

(7) Khusus untuk jam kerja di Proyek, karena ketatnya jadual pelaksanaan kerja sehingga memaksa dilakukan kerja malam hari, maka Kepala Proyek diperkenankan mengatur jam kerja secara “shift” (giliran), untuk mengantisipasi adanya pergeseran jam kerja sesuai dengan kondisi pekerjaan di lapangan, dengan ketentuan bahwa jumlah jam kerja efektif tidak boleh lebih dari 8 (delapan) jam per-hari dan 40 jam per minggu.

(8) Perusahaan memberikan libur pada hari-hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah.

(10)

BAB V

PEMBEBASAN KEWAJIBAN BEKERJA

DENGAN TETAP MENDAPATKAN KOMPENSASI

Pasal 14

Cuti

(1) Pegawai yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus, berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja.

(2) Cuti tahunan tersebut pada ayat (1) adalah pembebasan tugas pada hari-hari kerja (tidak termasuk hari libur) yang disetujui oleh Direksi atau Atasan yang berwenang. (3) Cuti tahunan tersebut pada ayat (1) dapat diambil/digunakan sekaligus atau secara

bertahap, sesuai dengan kebutuhan pegawai.

(4) Hak cuti tahunan menjadi gugur apabila pegawai tidak mengambil/ menggunakannya paling lambat 6 (enam) bulan pertama pada tahun berikutnya. (5) PT/PTU yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun terus menerus, berhak atas

istirahat panjang/ cuti besar selama 25 (dua puluh lima) hari kerja secara terus menerus dengan tetap mendapatkan penghasilan penuh.

(6) Pada saat pegawai menggunakan cuti besarnya, maka cuti tahunan pegawai pada tahun yang sama menjadi gugur (sesuai Pasal 3 ayat 1 Kepmenakertrans RI No. : Kep.51/MEN/IV/2004).

(7) Istirahat panjang/cuti besar sesuai ketentuan Pasal 79 ayat d Undang-Undang Ketenagakerjaan RI No. 13 tahun 2003 akan timbul lagi 6 tahun setelah hak istirahat panjang /cuti diambil.

(8) Penundaan cuti besar yang diajukan oleh pegawai hanya bisa ditunda maksimal 6 bulan sampai 2 (dua) kali, pengajuan yang ke 3 (tiga) wajib disetujui perusahaan. Hak cuti besar berikutnya dihitung 6 tahun sejak hak istirahat panjang telah disetujui dan dijalankan.

(9) Hak istirahat panjang gugur apabila dalam waktu 6 (enam) bulan sejak hak istirahat panjang (besar) berikutnya timbul Pegawai tidak mempergunakan haknya.

(10) Hak cuti tahunan dan istirahat panjang/cuti besar yang tidak dapat diambil yang disebabkan karena kepentingan Perusahaan, maka kepada Pegawai akan diberikan cuti pengganti pada hari-hari yang lain.

(11) Cuti sakit, adalah cuti bagi Pegawai yang menjalani rawat inap, termasuk rawat jalan sesudahnya, berdasarkan Surat Keterangan Dokter.

(12) Cuti bersalin, diberikan berdasarkan Surat Keterangan Dokter, maksimal selama 3 (tiga) bulan dan waktunya diatur 1,5 bulan sesuai perhitungan Dokter ahli kandungan/bidan sebelum dan 1,5 bulan sesudah melahirkan. Apabila yang bersangkutan menghendaki lain, maka segala resiko yang timbul menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.

(13) Cuti gugur kandungan adalah cuti bagi Pegawai wanita yang mengalami keguguran kandungan berdasarkan Surat Keterangan Dokter, maksimal selama satu setengah

(11)

bulan.

(14) Cuti haid, adalah cuti bagi Pegawai wanita yang diberikan pada hari pertama dan kedua waktu haid, sekali dalam sebulan.

(15) Cuti diluar tanggungan Perusahaan, adalah cuti yang diberikan kepada PT/PTU yang telah memiliki masa kerja minimal 6 (enam) tahun, waktu cuti maksimal selama 2 (dua) tahun atas permohonan sendiri untuk melanjutkan pendidikan atas biaya sendiri yang disetujui oleh Direksi.

(16) Libur bersama diberikan kepada pegawai pada hari raya keagamaan selama 4 hari kerja dalam setahun, tanpa mengurangi hak cuti tahunan.

Pasal 15

Ijin Tidak Masuk Kerja

(1) Pegawai dapat diberikan ijin tidak masuk kerja untuk kepentingan :

a. Pegawai menikah : 3 hari

b. Anak Pegawai menikah : 2 hari

c. Isteri melahirkan atau gugur kandungan : 2 hari d. Mengkhitankan anak/Membaptiskan anak : 2 hari e. Suami/Istri, anak atau orang tua/mertua meninggal dunia : 2 hari f. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia : 1 hari g. Ijin sakit berdasarkan surat dokter maksimal 3 kali atau maksimal 6 hari

dalam sebulan.

(2) Lama ijin tidak masuk kerja pada ayat (1) a s/d f pasal ini tidak termasuk waktu perjalanan, yang diperhitungkan maksimum 2 hari kerja.

(3) Penggunaan ijin tidak masuk kerja tersebut ayat (1) pasal ini, tidak diperhitungkan dengan hak cuti tahunan Pegawai.

(4) Pegawai dapat diberikan ijin tidak masuk kerja untuk menunaikan ibadah keagamaannya ke Tanah Suci hanya sekali selama bekerja di Perusahaan, maksimal selama 45 hari kalender, dengan ketentuan hak cuti tahunannya pada tahun yang sama menjadi gugur.

Pasal 16

Tata Cara Cuti/Ijin Tidak Masuk Kerja

(1) Permohonan cuti dan/atau ijin tidak masuk kerja diajukan Pegawai kepada Atasannya yang berwenang, dengan menggunakan formulir sebagaimana tertera pada Lampiran 3.

(2) Pejabat yang berwenang memberi ijin cuti dan/atau ijin tidak masuk kerja, adalah : di Kantor Pusat : Direksi/Kepala Biro

di Unit Bisnis : Kepala Wilayah/ Divisi/ Cabang/ Proyek di Proyek : Kepala Proyek

(3) Cuti tahunan hanya dapat ditunda oleh atasan yang berwenang maksimal 2 (dua) kali.

(12)

Kabag Kantor Pusat harus mendapat persetujuan dari Direksi, sedangkan untuk Kacab/Kabag Wilayah/Kabag Divisi/Kapro dan Staf harus mendapat persetujuan dari Kepala Unit Kerja/Bisnis.

BAB VI

MUTASI DAN DETASIR

Pasal 17

Biaya Mutasi

(1) Perjalanan Mutasi ialah Perjalanan dari tempat tugas lama ke tempat tugas baru sesuai surat Keputusan Direksi atau Pejabat yang berwenang.

(2) Bagi pegawai yang melaksanakan perjalanan mutasi dengan keluarganya, diberi biaya mutasi yang terdiri dari :

a. Biaya angkutan bagi pegawai dan keluarganya, sebagaimana tertera pada Lampiran 4.

b. Uang harian bagi pegawai dan keluarganya, sebagaimana pada Lampiran 5. c. Biaya pengepakan dan angkutan barang/ perabot rumah tangga, sebagaimana

tertera pada Lampiran 6.

d. Bantuan biaya pindah sekolah anak, sebagaimana tertera pada Lampiran 7. e. Biaya mutasi dapat dibayarkan apabila :

i. Apabila pegawai pindah tugas dari tempat tugas lama ke tempat tugas baru dalam Unit Bisnis dengan memenuhi ketentuan :

- Pindah domisili antar daerah/kota ; dan

- Waktu penugasan lebih dari 6 (enam) bulan ; dan - Membawa keluarga ke tempat tugas baru.

ii. Apabila pegawai pindah tugas dari tempat tugas lama ke tempat tugas baru antar Unit Bisnis berdasarkan Surat Keputusan Direksi, dengan memenuhi ketentuan sbb :

- Pindah domisili antar daerah/kota ; dan

- Waktu penugasan diperkirakan lebih dari 6 (enam) bulan ; dan - Membawa keluarga.

iii. Bagi pegawai yang tidak membawa keluarga yang ditugaskan di proyek lebih dari 3 (tiga) bulan, diberikan fasilitas untuk menengok keluarga atas biaya Perusahaan, maksimal selama 5 hari kerja (diluar waktu perjalanan).

(3) Bagi pegawai yang melaksanakan perjalanan mutasi bersama keluarganya, Perusahaan menyediakan tunjangan domisili dalam bentuk sewa/kontrak selama maksimal 2 tahun, dengan nilai sewa/kontrak (pertahun) sebagaimana tertera pada Lampiran 8.

(4) Pegawai yang menempati rumah tersebut ayat (3), tidak diberikan lagi tunjangan domisili bulanan dalam Paket Kompensasi yang bersangkutan.

(5) Setiap anggota keluarga yang ikut dalam perjalanan mutasi bersama pegawai, harus diterangkan nama dan umur masing-masing dalam Surat Tugas dan Surat Perintah Jalan.

(13)

(6) Bagi anak ke 4 dan seterusnya dan atau anak yang berumur lebih dari 25 tahun yang masih belum bekerja dan/atau belum menikah, tidak diberi uang harian, tetapi dibayar tiket angkutan perjalanan saja, sebagaimana tertera dalam Lampiran 4. (7) Khusus bagi pegawai belum menikah yang melaksanakan perjalanan mutasi, biaya

pengepakan dan angkutan barang/perabot rumah tangga dibayar 50% dari ketentuan tersebut ayat (2) huruf c.

(8) Lama perjalanan Mutasi yang menggunakan Pesawat Udara, ditetapkan maksimal 1 (satu) hari.

(9) Lama perjalanan Mutasi yang menggunakan Angkutan Darat/Laut, sesuai dengan waktu perjalanan yang sebenarnya.

Pasal 18 Detasir

(1) Detasir ialah penugasan sementara bagi pegawai yang mempunyai keahlian khusus dari tempat tugas pegawai ketempat tugas baru diluar unit kerjanya yang berjarak 75 Km, dengan jangka waktu minimal 3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali maksimal 3 (tiga) bulan yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi. (2) Bagi pegawai yang melaksanakan tugas Detasir, berhak mendapatkan:

a. Biaya Angkutan.

b. Uang Harian perjalanan. c. Akomodasi / penginapan. d. Uang Harian Detasir.

(3) Biaya Angkutan dan uang harian perjalanan dibayar oleh unit kerja asal dan dibebankan (R/K) kepada unit kerja penerima detasir, ditetapkan masing-masing sebagaimana tertera pada Lampiran 4 dan 5.

(4) Akomodasi / penginapan disediakan oleh unit kerja penerima detasir.

(5) Uang harian detasir dibayar oleh Unit Kerja penerima detasir, ditetapkan sebagaimana tertera pada Lampiran 9.

(14)

BAB VII

HAK PEGAWAI

Pasal 19

Kompensasi Pegawai

(1) Kompensasi Pegawai terdiri dari Penghasilan Pegawai dan Fasilitas.

(2) Kompensasi kepada pegawai ditetapkan berdasarkan grade, jabatan dan tempat tugas.

Pasal 20

Penghasilan Pegawai

Penghasilan Pegawai adalah imbal jasa yang diberikan oleh Perusahaan kepada pegawai pada setiap akhir bulan, terdiri :

(1) Gaji Pokok (2) Tunjangan

Pasal 21 Gaji Pokok

Gaji Pokok adalah komponen imbal jasa dasar/langsung yang diberikan oleh Perusahaan kepada Pegawai sesuai dengan sesuai dengan grade yang diduduki, dengan rumusan sebagai berikut :

Gaji pokok = IG x HT dimana :

IG = Indeks Grade, besaran (angka) yang tertera dalam Matriks Grade Pegawai. HT = Harga Tetap, suatu konstanta yang nilainya ditetapkan oleh Direksi,

berdasarkan kemampuan Perusahaan.

Pasal 22 Tunjangan

(1) Tunjangan adalah komponen imbal jasa tambahan/tidak langsung yang diberikan oleh Perusahaan kepada pegawai berupa uang dan dimaksudkan guna memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan peran dan tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaannya.

(2) Tunjangan diberikan secara bersamaan dan menjadi bagian dari penghasilan pegawai.

(3) Komponen tunjangan terdiri dari : a. Tunjangan Pendidikan

b. Tunjangan Kehadiran c. Tunjangan Tempat Tinggal d. Tunjangan Jabatan

(15)

f. Tunjangan Khusus

(4) Besarnya Tunjangan ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Direksi.

Pasal 23 Fasilitas

(1) Fasilitas diberikan guna memenuhi rasa aman dan tenteram bagi pegawai dan keluarganya selama pegawai menjalankan tugas. Semua komponen fasilitas bukan merupakan bagian dari Penghasilan Pegawai.

(2) Besarnya Tunjangan ditetapkan tersendiri dengan Keputusan Direksi, terdiri dari : a. Allowance Keahlian

b. Allowance Lokasi

c. Penggantian Biaya Perawatan Kesehatan d. Medical Check Up

e. Bantuan Biaya Telepon Pejabat f. Pakaian Seragam Kerja

g. Tunjangan Hari Raya Keagamaan

h. Bantuan penggantian kaca mata/alat bantu dengar

i. Bantuan bagi pegawai/keluarga pada saat meninggal dunia.

(2) Allowance Keahlian adalah suatu penghargaan yang diberikan kepada pegawai berupa uang atas keahlian profesi yang dimiliki yang ditujukan dengan kepemilikan Sertifikat Keahlian (SKA) yang dikeluarkan oleh Asosiasi Profesi terakreditasi, atau adanya pengakuan oleh Perusahaan atas keahlian khusus yang dimiliki pegawai. (3) Allowance Lokasi merupakan allowance untuk menyesuaikan penghasilan pegawai

dengan kondisi lokasi tempat tugas yang beragam di seluruh wilayah operasi Perusahaan, dalam aspek biaya hidup (living cost), transportasi dari tempat tugas ke home base (tempat tinggal keluarga/Kantor Unit Kerja yang menugasi), serta kompensasi bila pegawai ditugaskan di daerah yang mengandung risiko keamanan tinggi.

(4) Bidang keahlian dan keahlian khusus yang memperoleh allowance serta besarnya allowance Keahlian dan Lokasi diatur dalam Keputusan Direktur yang membidangi Sumber Daya Manusia.

Pasal 24

Asuransi Jiwa untuk Daerah Konflik

(1) Asuransi Jiwa dalam bentuk polis diberikan kepada pegawai yang bekerja pada daerah-daerah yang mengalami kerawanan keamanan seperti : pemberontakan, pertikaian, peperangan, dan sebagainya.

(2) Penetapan daerah rawan keamanan tersebut ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Direksi.

(16)

Pasal 25 Tunjangan Fiskal

(1) Tunjangan Fiskal diberikan kepada Pegawai yang jumlah penghasilan bulanannya terkena kewajiban pemotongan Pajak Penghasilan Pegawai (PPh pasal 21) sesuai dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku.

(2) Tunjangan Fiskal tersebut ayat (1), digunakan untuk membayar Pajak Penghasilan Pegawai (PPh Pasal 21) yang akan disetorkan oleh Perusahaan setiap bulan ke Kas Negara setempat, dan Pegawai akan menerima Bukti Penyetoran PPh Pasal 21 tersebut dari Perusahaan pada akhir tahun fiskal.

Pasal 26

Perawatan Kesehatan

(1) PT/PTU dengan keluarganya dan PTT/PTTU tanpa keluarganya, berhak atas fasilitas perawatan kesehatan, berupa :

a. Penggantian biaya rawat inap (opname) di Rumah Sakit, Poliklinik atau Puskesmas yang disetujui oleh Perusahaan, maksimal selama 6 (enam) bulan dalam setahun, kecuali bagi Pegawai yang dirawat akibat kecelakaan kerja.

b. Penggantian biaya bersalin maksimal 3 x (tiga kali) melahirkan bagi Pegawai Wanita/Istri Pegawai yang telah memiliki masa kerja minimal 2 (dua) tahun, di Rumah Sakit, Poliklinik, atau Puskesmas rujukan yang disetujui oleh Perusahaan. c. Penggantian biaya rawat jalan pasca rawat inap atas saran dan/atau petunjuk

Dokter, yang dilakukan di Rumah Sakit yang disetujui Perusahaan atau Rumah Sakit lain yang disetujui Perusahaan maksimal selama 6 bulan.

d. Penggantian biaya rawat di Unit Gawat Darurat (UGD) atau menjalani operasi kecil tanpa rawat inap berdasarkan petunjuk dokter dan dilakukan di Rumah Sakit yang disetujui oleh Perusahaan.

(2) PTT/PTTU yang telah memiliki masa kerja 2 tahun, keluarganya berhak atas fasilitas perawatan kesehatan berupa penggantian biaya rawat inap (opname) di Rumah sakit, Poliklinik atau Puskesmas yang disetujui Perusahaan, maksimal selama 3 (tiga) bulan dalam setahun.

(3) Fasilitas rawat inap atau bersalin tersebut ayat (1) & (2) ditetapkan sebagai standar biaya Rumah Sakit Mitra Internasional sbb :

No. J a b a t a n Fasilitas Kelas

1 Kepala Unit Kerja/Bisnis Asisten Direksi

Wakil Kepala Unit Bisnis Kepala Proyek Tipe A

VIP 2 Kabag Unit Bisnis/Kerja

Kacab Utama/Madya/Muda Kapro Tipe B/C

Kasi A/B

(17)

Kepala Lapangan Pelaksana Utama Grade 9 – 11 3 Kasi C Pelaksana Madya/Muda Grade 5 – 8 II 4 Grade 1 – 4 III

(4) Apabila Pegawai di rawat diluar rumah sakit Mitra International, diberikan fasilitas setara dengan harga kelas sesuai tabel diatas.

(5) Biaya rawat inap tersebut pada ayat (3) diganti/dibayar penuh oleh Perusahaan, apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Ada surat keterangan Dokter yang menerangan bahwa Pegawai dan/atau keluarganya harus menjalani rawat inap.

b. Memberitahukan kepada Pimpinan Unit Kerja, dalam hal ini pejabat yang menangani bidang Sumber Daya Manusia, paling lambat dalam jangka waktu 3 x 24 jam.

c. Dirawat di Rumah Sakit/Poliklinik/Puskesmas yang ditunjuk oleh Perusahaan, atau Rumah Sakit/Poliklinik lain, dengan biaya maksimal sebesar biaya Rumah Sakit Mitra Keluarga di Jakarta.

d. Penggantian biaya rawat inap yang diajukan belum kadaluwarsa, yaitu tidak lebih dari 3 (tiga) bulan setelah selesai menjalani rawat inap.

(6) Apabila kelas yang ditentukan tersebut pada ayat (3) menurut Pimpinan Rumah Sakit/Poliklinik sedang penuh, sehingga Pegawai atau keluarganya dirawat dalam kelas yang lebih tinggi tanpa persetujuan Perusahaan, maka selisih biaya rawat inapnya ditanggung oleh Pegawai sendiri.

(7) Bagi Istri/Suami Pegawai yang bekerja pada Instansi lain, yang biaya rawat inapnya ditanggung oleh Instansi tersebut, maka Perusahaan tidak membayar biaya rawat inap bagi pegawai tersebut.

Pasal 27

Kaca Mata, Lensa Lunak dan Alat Bantu Pendengaran

(1) Penggantian biaya pembelian kaca mata/lensa lunak dapat diberikan kepada Pegawai, berdasarkan resep Dokter Ahli Mata/Refraksionis, untuk lensa maksimal Sekali dalam Satu Tahun Kalender, untuk gagang maksimal Sekali dalam Dua Tahun Kalender, yang besarnya tertera dalam Lampiran 10.

(2) Penggantian biaya pembelian alat Bantu pendengaran dapat diberikan kepada Pegawai Sekali dalam Satu Tahun Kalender, berdasarkan resep dari Dokter Ahli Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT) yang besarnya tertera dalam Lampiran 10.

(18)

Pasal 28

Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Medical Check Up)

(1) Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Medical Check Up) atas biaya Perusahaan diberikan Sekali dalam Satu Tahun Kalender kepada PT/PTU dan PTT/PTTU.

(2) Pemeriksaan Kesehatan Berkala (Medical Check Up) untuk pekerjaan tertentu yang memerlukan pemeriksaan khusus ditetapkan dengan Keputusan Direksi.

(3) Paket fasilitas pemeriksaan kesehatan berkala tersebut ditetapkan berdasarkan jabatan,grade, tingkat risiko dan beban pekerjaan.

(4) Apabila hasil Medical Check Up mengindikasikan adanya penyakit serius yang memerlukan tindak lanjut dan pemeriksaan secara intensif yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter ahli, maka biaya pemeriksaan ditanggung oleh Perusahaan.

Pasal 29

Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan

(1) Perusahaan menyediakan alat-alat Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan serta Peraturan Pemerintah yang berlaku.

(2) Pegawai berhak memperoleh fasilitas kerja, dan alat-alat K3L sesuai dengan sifat tugas dan lokasi kerja.

(3) Pegawai wajib memakai dan memelihara alat-alat K3L yang disediakan oleh Perusahaan, yang merupakan pinjaman, dan tidak dibenarkan untuk dimiliki, disalahgunakan, atau dipindahtangankan kepada pihak yang tidak berhak.

(4) Perusahaan dapat membebankan ganti rugi sebagian atau seluruhnya kepada Pegawai, yang karena kelalaian atau kesengajaannya mengakibatkan hilang atau rusaknya alat-alat K3L yang dipakainya.

(5) Pegawai wajib ikut aktif ambil bagian dalam usaha pencegahan dan penanggulangan kecelakaan/kebakaran dan pencemaran dilingkungan kerjanya.

(6) Pegawai wajib melaporkan setiap kecelakaan/kebakaran yang terjadi dilingkungan kerjanya, dan wajib memberikan keterangan yang benar kepada petugas yang ditunjuk Perusahaan untuk menyelidiki peristiwa dimaksud.

(7) Demi kepentingan Perusahaan dan diri pribadinya, Pegawai wajib mematuhi/mentaati semua Peraturan Perundangan tentang K3L di Perusahaan.

Pasal 30

Pakaian Seragam Kerja

(1) Perusahaan memberikan pakaian seragam kerja 2 (dua) pasang setiap tahun, yang diberikan pada setiap awal tahun sesuai instruksi Direksi.

(2) Pakaian seragam kerja wajib dipakai pada hari kerja yang ketentuan harinya ditetapkan dengan keputusan Direksi.

(19)

Pasal 31

Bantuan Makan Siang

(1) Pegawai diberikan bantuan makan siang secara natura pada setiap hari kerja. (2) Pelaksanaan makan siang tersebut ayat (1) diatur oleh masing-masing Unit Kerja/ Bisnis.

Pasal 32

Bantuan Biaya Telepon

Biaya telepon di rumah pejabat tertentu ditanggung sebagian oleh Perusahaan dalam batas maksimal yang tertera dalam Lampiran 11.

Pasal 33

Kegiatan Sosial dan Olah Raga

(1) Pegawai diperkenankan melakukan kegiatan sosial di bidang keagamaan, keilmuan, kesenian dan olah raga pada hari-hari kerja atas persetujuan Atasan Langsung. (2) Kegiatan rekreasi atau darmawisata bagi pegawai diselenggarakan minimal 1 (satu)

kali dalam setahun.

(3) Penyelenggaraan kegiatan tersebut ayat (1) dan (2) dilaksanakan atas biaya Perusahaan sesuai dengan kemampuan anggaran Perusahaan.

Pasal 34 Lembur

(1) Pegawai yang karena tugasnya diwajibkan bekerja lembur melebihi ketentuan jam kerja Perusahaan diluar ketentuan jam kerja fleksibel, diberikan uang lembur sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja yang berlaku, atau Peraturan penggantinya, sebagaimana tertera pada Lampiran12.

(2) Surat Perintah Kerja Lembur (SPKL) harus dibuat sebelum kerja lembur dilakukan, dengan menetapkan waktu dimulainya dan berakhirnya kerja lembur secara jelas, ditandatangani oleh atasan yang berwenang, sesuai dengan contoh yang tertera pada Lampiran13.

(3) Kerja lembur lebih dari 3 (tiga) jam pada hari kerja, Surat Perintah Kerja Lembur (SPKL) harus ditanda tangani oleh pimpinan Unit Kerja/Bisnis.

(4) Pegawai yang karena tugasnya diwajibkan bekerja lembur diluar jam kerja minimal selama 3 jam atau lebih, diberikan makan secara natura yang nilainya ditentukan oleh masing-masing Unit Kerja/Bisnis.

(5) Pegawai wanita yang karena tugasnya diwajibkan bekerja lembur sampai dengan pukul 21.00 atau lebih, disediakan transport pulang dari tempat kerja Pegawai ke tempat tinggalnya.

(6) Pimpinan Unit Kerja/Bisnis dapat mengatur waktu jam kerja pegawainya secara “shift” (giliran), apabila diperkirakan pekerjaan tidak akan selesai dengan kerja lembur diatas 3 (tiga) jam per hari.

(20)

(7) Untuk pengendalian jam kerja lembur apabila jam kerja lembur melebihi 176 jam/bulan selama 2 bulan berturut-turut, atasan pegawai diwajibkan memberikan evaluasi dan laporan ke Biro SDM.

(8) Apabila atasan Pegawai tidak melaksanakan sesuai ayat 8 diatas sebanyak 3 kali dalam satu tahun, maka akan dikenakan sanksi terhadap nilai NPI-nya yang ditetapkan dengan Keputusan Direksi.

Pasal 35

Imbalan Jasa Penulis Makalah dan Instruktur/Pengajar

Pegawai yang ditugaskan oleh Perusahaan untuk membuat/menulis makalah berupa Materi Diklat, Prosedur Waskita (PW), atau karya tulis lain untuk diajarkan dilingkungan Perusahaan, serta Pegawai yang ditugaskan sebagai Instruktur/Pengajar dalam pelatihan/penataran dan assesor untuk kepentingan Perusahaan, diberikan imbalan jasa yang besarnya tertera pada Lampiran 14.

Pasal 36 Jasa Produksi

(1) Jasa produksi diberikan kepada Pegawai sebagai kompensasi atas Laba Usaha yang telah dicapai Perusahaan.

(2) Besarnya pembagian Jasa Produksi Unit Kerja/Bisnis ditetapkan dengan Keputusan Direksi.

Pasal 37

Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Tunjangan Hari Raya Keagamaan diberikan kepada Pegawai berdasarkan penghasilan penuh (Take Home Pay), sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang berlaku.

Pasal 38

Penghasilan Pegawai Tidak Aktif

(1) Pegawai yang dibebastugaskan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat (1), penghasilannya ditetapkan sebesar penghasilan penuh dikurangi Tunjangan Kehadiran.

(2) Pegawai yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 50 ayat (1), Perusahaan tidak wajib membayar penghasilan, tetapi wajib memberi bantuan kepada keluarga yang menjadi tanggungan pegawai, ditetapkan :

a. 1 (satu) orang tanggungan : 25 % x penghasilan penuh. b. 2 (dua) orang tanggungan : 35 % x penghasilan penuh. c. 3 (tiga) orang tanggungan : 45 % x penghasilan penuh. d. 4 (empat) orang tanggungan : 50 % x penghasilan penuh. Bantuan dimaksud diatas diberikan paling lama 6(enam) bulan.

(21)

kecelakaan kerja yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter, penghasilannya diatur sebagai berikut:

a. 4 (empat) bulan pertama dibayarkan sebesar 100% x penghasilan penuh. b. 4 (empat) bulan kedua dibayarkan sebesar 75% x penghasilan penuh. c. 4 (empat) bulan ketiga dibayarkan sebesar 50% x penghasilan penuh.

d. Apabila lamanya sakit telah mencapai masa 12 (dua belas) bulan, maka Pegawai tersebut diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan.

e. Dalam masa menunggu proses pemberhentian dengan hormat selama 1 (satu) bulan yang bersangkutan diberikan penghasilan sebesar 25% x penghasilan penuh.

(4) Pegawai yang tidak aktif karena sakit yang berkepanjangan akibat kecelakaan kerja, yang dinyatakan dengan surat keterangan dokter, penghasilannya diatur sebagai berikut:

a. 100% (seratus prosen) dari penghasilan penuh selama 18 (delapan belas) bulan pertama.

b. 75% (tujuh puluh lima prosen) dari penghasilan penuh selama 18 (delapan belas) bulan kedua.

c. Apabila masa 18 (delapan belas) bulan kedua berakhir, Pegawai masih tidak mampu bekerja kembali, maka Pegawai tersebut diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan.

(5) Bagi Pegawai yang menderita sakit tersebut ayat (3) dan (4), tetapi kondisi itu dialaminya pada saat yang bersangkutan telah mendekati pensiun, maka penghasilannya akan ditetapkan dengan Keputusan Direksi tersendiri.

(6) Penghasilan PT/PTU yang tidak aktif karena menjalani MPP, penghasilannya ditetapkan sebesar Penghasilan dan Fasilitas sesuai Nota Dinas No. 11/ND/WK/2009 Tanggal 16 April 2009, Butir II.(1).

(7) Bagi Pegawai PT/PTU yang aktif karena tidak menjalani MPP, penghasilannya ditetapkan sebesar Penghasilan, Allowance, dan Fasilitas sesuai Nota Dinas No. 11/ND/WK/2009 Tanggal 16 April 2009, Butir II.(2).

Pasal 39

Penghasilan Pegawai Pada Saat Kegiatan Usaha Menurun

Apabila kegiatan usaha Perusahaan mengalami penurunan sebagai akibat krisis ekonomi atau sebab lain yang mendesak, setelah melalui musyawarah antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja Waskita, maka penghasilan pegawai dapat disesuaikan dengan penurunan/perubahan jam kerja.

Pasal 40

Kompensasi Bagi Pegawai/Keluarga Pada Saat Meninggal Dunia

(1) Pegawai yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, kepada ahli warisnya diberikan:

a. Penghasilan penuh pada bulan yang bersangkutan meninggal dunia dan 3 (tiga) bulan berikutnya.

(22)

b. Uang duka dan bantuan biaya pemakaman/ kremasi yang besarnya tertera dalam Lampiran15

(2) Pegawai yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja, kepada ahli warisnya diberikan:

a. Penghasilan penuh pada bulan yang bersangkutan meninggal dunia, dan 4 (empat) bulan berikutnya.

b. Biaya angkutan jenazah dari tempat kecelakaan sampai ketempat pemakaman. c. Uang duka dan bantuan biaya pemakaman/kremasi yang besarnya tertera dalam

Lampiran 15.

(3) Apabila keluarga pegawai meninggal dunia, maka Perusahaan memberikan sumbangan uang duka dan bantuan biaya pemakaman/kremasi yang besarnya tertera dalam Lampiran 15.

Pasal 41

Santunan Cacat/Meninggal Akibat Kecelakaan Kerja

(1) Pegawai yang mengalami kecelakaan kerja dan menderita cacat tetap berhak menerima santunan/ganti rugi dari PT. Jamsostek (Persero), yang pengurusannya dilakukan oleh Perusahaan.

(2) Pegawai yang meninggal akibat kecelakaan kerja, keluarganya menerima santunan/ganti rugi dari PT. Jamsostek (Persero).

(3) Pegawai yang mengalami kecelakaan kerja, berhak untuk mengajukan pensiun dipercepat dan diberikan hak-haknya sampai dengan saat diberhentikan.

Pasal 42

Penghasilan Pada Saat Cuti/Ijin Tidak Masuk Kerja

(1) Pegawai menerima penghasilan penuh apabila sedang menjalani: a. Cuti tahunan (pasal 14 ayat 1 )

b. Cuti besar (pasal 14 ayat 5 ) c. Cuti sakit (pasal 14 ayat 11 ) d. Cuti bersalin (pasal 14 ayat 12 ) e. Cuti gugur kandungan (pasal 14 ayat 13 ) f. Cuti haid (pasal 14 ayat 14 ) g. Libur bersama (pasal 14 ayat 16 ) h. Ijin tidak masuk kerja (pasal 15 ayat 1 )

(2) Pegawai yang sedang menjalani Cuti diluar tanggungan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (15), tidak menerima penghasilan dan fasilitas sebagaimana dimaksud pasal 20 dan 24, tetapi masih diwajibkan membayar iuran-iuran yang menjadi kewajibannya.

(23)

BAB VIII

DISIPLIN KERJA DAN SANKSI

Pasal 43

Maksud

(1) Untuk mempertahankan dan mengembangkan disiplin kerja, harus ada saling menghormati dan penuh pengertian terhadap hak, kewajiban dan tanggung jawab antara Pegawai dan Perusahaan.

(2) Perusahaan memberikan petunjuk dan bimbingan kepada pegawai melalui atasannya demi tegaknya disiplin kerja dan agar Pegawai tidak melakukan perbuatan yang dilarang.

(3) Pemberian teguran lisan, peringatan tertulis, dan sanksi kepada Pegawai yang melakukan pelanggaran, berupa perbuatan tidak disiplin dan/atau perbuatan yang dilarang pada hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan mendidik dengan harapan pegawai dapat memperbaiki sikap perilakunya, serta untuk menjaga citra baik Perusahaan dan melindungi Perusahaan dari kerugian materiil.

Pasal 44

Disiplin kerja dan larangan

Pegawai dinyatakan melakukan pelanggaran apabila melakukan perbuatan tidak disiplin seperti tersebut dalam ayat (1) sampai dengan ayat (4) dan/atau perbuatan yang dilarang seperti disebutkan dalam ayat (5) sampai dengan ayat (20) Pasal ini :

(1) Pegawai tidak boleh terlambat masuk kerja lebih dari 2 (dua) jam diluar jam kerja fleksibel dan dilakukan 3 hari berturut-turut dalam 1 bulan kalender.

(2) Pegawai tidak boleh tidak masuk kerja tanpa izin atasan langsung selama maksimal 2 (dua) hari dalam 1 bulan kalender.

(3) Pegawai tidak boleh meninggalkan tempat kerja diluar jam istirahat yang telah ditentukan, tanpa izin atasan langsung dan/atau tanpa alasan yang jelas.

(4) Pegawai tidak boleh merokok dalam gedung Perusahaan, kecuali pada tempat yang telah ditentukan (smoking area).

(5) Pegawai dilarang membocorkan atau memanfaatkan Rahasia Jabatan atau melakukan perbuatan yang mengakibatkan kerugian materiil dan/atau merusak citra Perusahaan.

(6) Pegawai dilarang bekerja pada Perusahaan lain yang sejenis atau melaksanakan usaha sendiri yang sejenis dengan kegiatan usaha Perusahaan.

(7) Pegawai dilarang menyalahgunakan, memiliki, menjual, memberikan, menggadaikan, menyewakan atau meminjamkan barang, dokumen atau surat berharga lain milik Perusahaan secara tidak sah.

(8) Pegawai dilarang melakukan kegiatan baik sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain di dalam atau di luar unit kerjanya, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan Perusahaan.

(24)

(9) Pegawai dilarang melakukan tindakan asusila, berjudi, menjadi pemabuk, memakai dan/atau mengedarkan narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya, menjadi pecandu obat-obatan terlarang dan/atau minuman keras dan sejenisnya, yang dapat berakibat buruk terhadap Perusahaan dan mengganggu lingkungan kerja. (10) Pegawai dilarang melalaikan kewajibannya, melakukan pekerjaan berbahaya yang

bukan tugasnya, tanpa memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja atas dirinya atau orang lain.

(11) Pegawai dilarang memukul, menganiaya, menghina, memfitnah, menyebar isyu, mengancam, atau menghujat Atasan/Bawahan/Rekan Sekerja, yang mengakibatkan terganggunya suasana lingkungan kerja.

(12) Pegawai dilarang membawa senjata api, bahan peledak atau barang berbahaya lainnya di lingkungan kerja, tanpa ijin yang berwenang.

(13) Pegawai dilarang memasuki Organisasi yang dilarang Pemerintah R.I.

(14) Pegawai dilarang melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Moral, Etika, Agama, Hukum/Peraturan yang berlaku, dan/atau bertentangan dengan kewajibannya sebagai Warga Negara Indonesia.

(15) Pegawai dilarang melakukan tindakan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang dapat merugikan Perusahaan.

(16) Pegawai dilarang melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang/milik Perusahaan atau teman sekerja atau milik mitra Perusahaan.

(17) Pegawai dilarang membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan atau mencemarkan nama baik Perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk kepentingan Negara.

(18) Pegawai dilarang memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Perusahaan.

(19) Pegawai dilarang menolak penugasan oleh atasan.

(20) Pagawai dilarang melakukan perbuatan yang diancam pidana.

Pasal 45 Teguran Lisan

Teguran lisan diberikan oleh atasan Pegawai atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pegawai seperti tersebut dalam ayat (1) sampai dengan ayat (4) Pasal 44.

Pasal 46

Peringatan Tertulis

(1) Peringatan tertulis diberikan oleh Kepala Unit Kerja/Bisnis kepada pegawai dalam bentuk surat peringatan, apabila melanggar minimal 1 (satu) ayat dari larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sampai dengan ayat (20) Pasal 44 atau setelah dilakukan teguran lisan sebagaimana tersebut dalam Pasal 45 sebanyak 3 (tiga) kali dan atau melakukan pelanggaran/kesalahan lain yang mengakibatkan kerugian dan / atau merusak citra perusahaan, yang diberikan kepada pegawai

(25)

setelah dilakukan pembahasan antara Perusahaan dengan Serikat Pekerja Waskita yang berkaitan dengan sanksi tersebut.

(2) Surat Peringatan ditandatangani oleh Direksi, Kepala Unit Kerja/Bisnis untuk bawahannya masing-masing. Surat asli diberikan kepada pegawai yang bersangkutan, tembusan masing-masing kepada Kepala Unit Kerja/Bisnis dan Serikat Pekerja Waskita.

(3) Surat Peringatan diberikan kepada Pegawai dengan urutan sebagai berikut:

a. Surat Peringatan I (Pertama) diberikan kepada Pegawai yang belum pernah menerima surat peringatan sebelumnya, setelah dilakukan teguran lisan sebagaimana tersebut dalam Pasal 45 sebanyak 3 kali, untuk pelanggaran tersebut ayat (5) sampai dengan ayat (20) Pasal 44 dapat langsung diberikan Surat Peringatan I (Pertama) tanpa sebelumnya diberikan teguran lisan. Surat Peringatan I (Pertama) menggunakan format sebagaimana tertera dalam Lampiran 16.

b. Surat Peringatan II (Kedua) diberikan kepada Pegawai yang sudah pernah menerima surat peringatan pertama yang belum habis masa berlakunya, dengan menggunakan format sebagaimana tertera dalam Lampiran 17.

c. Surat Peringatan III (Ketiga / terakhir) diberikan kepada Pegawai yang sudah pernah menerima surat peringatan Kedua yang belum habis masa berlakunya, dengan menggunakan format sebagaimana tertera dalam Lampiran 18.

(4) Masa berlaku masing-masing surat peringatan tersebut ayat (3) huruf a,b dan c ditetapkan selama 6 (enam) bulan.

(5) Apabila pelanggaran tersebut ayat (1) yang dilakukan pegawai dinilai berat, maka perusahaan dapat langsung memberikan Surat Peringatan III/Terakhir tanpa harus melalui pemberian Surat Peringatan Pertama dan/atau Surat Peringatan Kedua, atau Perusahaan dapat menggunakan haknya untuk memutuskan hubungan kerja dengan pegawai sesuai dengan Pasal 56.

Pasal 47

Prosedur Penyampaian Surat Peringatan

(1) Surat Peringatan harus disampaikan secepat mungkin kepada pegawai, dan pegawai yang bersangkutan harus menandatangani salinan surat peringatan tersebut sebagai tanda terima.

(2) Apabila pegawai menolak menandatangani salinan surat peringatan sebagai tanda terima, maka atasan pegawai (yang menandatangani surat peringatan) membacakan isi surat peringatan dihadapan pegawai yang bersangkutan dengan dihadiri oleh dua orang pegawai lain sebagai saksi.

(3) Atasan yang membacakan isi surat peringatan membuat catatan pada surat peringatan tersebut bahwa “isi surat telah dibacakan, tetapi ditolak oleh yang bersangkutan”, dan kemudian menandatanganinya bersama-sama dengan kedua orang saksi yang hadir dan berlaku sah sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini.

(26)

Pasal 48 Sanksi

(1) Sanksi dikenakan kepada pegawai, sesuai dengan berat/ringan, sifat, dan seringnya pelanggaran dilakukan.

(2) Pegawai yang mendapat Surat Peringatan I, dikenakan sanksi berupa penundaan kenaikan kelas kompetensi selama 1 (satu) tahun.

(3) Pegawai yang mendapat Surat Peringatan II, dikenakan sanksi berupa, penurunan grade 1 (satu) tingkat, penundaan kenaikan kelas kompetensi selama 2 (dua) tahun dan tidak mendapat promosi jabatan selama 1 (satu) tahun.

(4) Pegawai yang mendapat Surat Peringatan III/terakhir, dikenakan sanksi berupa, penurunan grade 2 tingkat, penundaan kenaikan kelas kompetensi selama 3 (tiga) tahun dan tidak mendapat promosi jabatan selama 2 (dua) tahun.

(5) Pegawai yang mendapat Surat Peringatan III/terakhir, tetapi melakukan kembali suatu pelanggaran, maka yang bersangkutan dapat diberhentikan sementara (skorsing), atau diberhentikan langsung dari perusahaan.

(6) Catatan-catatan tentang disiplin kerja, surat peringatan dan sanksi, harus disimpan dengan baik oleh Biro/Bagian/Seksi/Staf yang menangani bidang Sumber Daya Manusia, dalam catatan pegawai (Personal Record) yang ada di Unit Kerja/Bisnis dan tembusannya dikirimkan kepada Biro SDM di Kantor Pusat.

(7) Pegawai yang mangkir bekerja minimal selama 5 (lima) hari berturut – turut dan telah dipanggil oleh atasan langsungnya 2 (dua) kali secara tertulis tetapi pegawai tidak dapat memberikan keterangan tertulis dengan bukti yang sah, maka Perusahaan dapat melakukan proses Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

(8) Khusus untuk pelanggaran yang dilakukan Pegawai sehingga terindikasi menimbulkan kerugian materiil bagi perusahaan, maka Perusahaan membentuk tim investigasi yang bertugas membuktikan adanya transaksi yang tidak sesuai dengan prosedur Perusahaan dan/atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hasil dari tim investigasi berupa saran rekomendasi kepada Perusahaan untuk ditindaklanjuti. Apabila hasil tim investigasi pegawai terbukti melakukan transaksi seperti tersebut diatas, maka selain berlaku sanksi-sanksi tersebut diatas kepada yang bersangkutan juga dapat dituntut untuk mengembalikan kerugian perusahaan dimaksud sebesar nilai transaksi yang tidak sesuai dengan prosedur Perusahaan dan/atau tidak dapat dipertanggungjawabkan seperti tersebut diatas, secara sukarela.

(9) Apabila pegawai tidak bersedia secara sukarela mengembalikan kerugian perusahaan yang telah ditetapkan, maka perusahaan dapat memperkarakan melalui jalur hukum.

Pasal 49

Kesempatan Membela Diri

(1) Pegawai diberi kesempatan membela diri secara tertulis disertai bukti-bukti sah yang membuktikan dirinya tidak melakukan pelanggaran dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak menerima sanksi tersebut dalam Pasal 48 dan

(27)

ditembuskan ke Serikat Pekerja.

(2) Apabila bukti-bukti tersebut ayat (1) diatas dapat membuktikan bahwa Pegawai tidak melakukan pelanggaran dan dapat diterima oleh Direksi/Pejabat yang berwenang, maka pegawai yang bersangkutan direhabilitasi kembali dan dibebaskan dari sanksi dimaksud.

(3) Apabila bukti-bukti tersebut ayat (1) diatas tidak dapat membuktikan bahwa Pegawai tidak melakukan pelanggaran dan ditolak oleh Direksi/Pejabat yang berwenang, maka terhadap pegawai yang bersangkutan tetap dikenakan sanksi dimaksud.

BAB IX

PEMBEBASAN TUGAS DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI

Pasal 50

Pembebasan Tugas Sementara (Non – Aktif)

(1) Pegawai dapat dibebas tugaskan sementara (dirumahkan /di non-aktifkan) maksimal selama satu (1) tahun karena perusahaan mengalami penurunan kegiatan usaha yang mengakibatkan perusahaan menderita kerugian.

(2) Surat Pembebasan Tugas Sementara, mengacu pada pasal 7 Surat Keputusan No. 01/SK/WK/2009 tanggal 10 Pebruari 2009.

(3) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun atau sebelumnya kegiatan usaha perusahaan telah pulih kembali, maka pegawai yang bersangkutan dapat diaktifkan kembali.

(4) Apabila setelah melewati jangka waktu 1 (satu) tahun kondisi usaha Perusahaan masih mengalami kerugian, maka pegawai yang bersangkutan dapat diberhentikan dengan hormat setelah terlebih dahulu bermusyawarah dengan Serikat Pekerja.

Pasal 51

Pemberhentian Sementara

(1) Pegawai dapat diberhentikan sementara (skorsing), karena dikenakan tahanan sementara oleh pihak yang berwajib atas dugaan telah melakukan suatu tindak pidana bukan pengaduan Perusahaan atau mendapatkan sanksi seperti tersebut dalam ayat 5 Pasal 48.

(2) Surat Pemberhentian Sementara, ditandatangani oleh : a. Untuk PT dan PTT Kantor Pusat penetapannya oleh Direksi

b. Untuk PTU dan PTTU Unit Bisnis penetapannya oleh Kepala Unit Bisnis terkait. (3) Apabila Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

menyatakan pegawai bersalah melakukan tindak pidana (diluar kepentingan Perusahaan) maka pegawai tersebut diberhentikan dari Perusahaan.

(4) Apabila Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap menyatakan pegawai dibebaskan dari segala tuduhan, maka pegawai tersebut

(28)

direhabilitasi, dan diaktifkan bekerja kembali.

(5) Apabila Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, menyatakan pegawai dihukum dengan masa percobaan, atau dikenakan denda ringan (istilah denda ringan ditentukan oleh Hakim), maka atas pertimbangan Direksi, Pegawai yang bersangkutan diaktifkan bekerja kembali dan dikembalikan hak-hak kepegawaiannya.

Pasal 52

Pemberhentian Pegawai

(1) Pada dasarnya Perusahaan mengusahakan semaksimal mungkin untuk tidak melakukan pemberhentian pegawai / Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

(2) Surat Pemberhentian Pegawai dengan hormat atau tidak dengan hormat sesuai pasal 55 dan 56 untuk PT dan PTT ditandatangani oleh Direksi, sedang PTU dan PTTU ditandatangani oleh Kepala Unit Bisnis terkait dan secepatnya disampaikan kepada pegawai dan tembusan surat pemberhentian harus ditandatangi pegawai sebagai tanda terima.

(3) Bagi pegawai yang diberhentikan dengan hormat, disamping Surat Pemberhentian, dapat pula diberikan Surat Keterangan tentang pengalaman kerja.

Pasal 53

Pemberhentian Karena Kerugian Usaha

(1) Apabila Perusahaan mengalami kerugian usaha, maka dapat dilakukan pemberhentian pegawai.

(2) Pelaksanaan pemberhentian dilakukan dengan mengadakan seleksi berdasarkan ranking yang dibuat oleh suatu Tim Evaluasi Pegawai dengan melibatkan Serikat Pekerja Waskita.

Pasal 54 Pemberhentian Massal

(1) Perusahaan dapat melakukan pemberhentian massal karena Perusahaan melaksanakan Restrukturisasi Organisasi/Efisiensi Perusahaaan dan/atau Penggabungan dengan Perusahaan lain.

(2) Untuk pelaksanaan ayat 1 Perusahaan harus melakukan perundingan dengan wakil pegawai untuk menentukan besarnya hak-hak pegawai ( pesangon dll ).

(3) Pelaksanaan pemberhentian massal sebagaimana ayat 1 Perusahaan wajib melakukan sosialisasi kepada pegawai setelah diperoleh hasil perundingan sebagaimana diatur dalam ayat 2.

Pasal 55

Kriteria Pemberhentian Dengan Hormat

(29)

(1) Melakukan kesalahan ringan.

(2) Ditahan Pihak yang berwajib bukan karena pengaduan dari Perusahaan. (3) Pengakhiran hubungan kerja dengan pegawai karena usia pensiun. (4) Pengunduran diri pegawai atas kemauan sendiri.

(5) Perusahaan tutup dikarenakan rugi terus menerus yang dibuktikan dengan

(6) audit oleh Akuntan Publik paling singkat 2 tahun terakhir atau keadaan force majeur.

(7) Perubahan status, Pemilikan, pindah lokasi dan pegawai tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja.

(8) Perubahan status, Pemilikan, pindah lokasi dan Perusahaan tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja.

(9) Meninggal dunia. (10) Perusahaan Pailit.

(11) Mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja (12) setelah melampaui batas 12 (duabelas) bulan.

(13) Pegawai mangkir selama 5 hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan tertulis.

(14) Pensiun Dipercepat.

(15) Mengalami kelemahan fisik dan mental, sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sebagai pegawai.

(16) Kemampuan yang dimiliki tidak bisa memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan Perusahaan, setelah melalui evaluasi oleh Tim Evaluasi Pegawai dengan melibatkan Serikat Pekerja Waskita.

(17) Dinyatakan hilang oleh pihak berwajib.

(18) Salah satu Pegawai pria/wanita menikah dengan sesama pegawai PT. Waskita Karya.

Pasal 56

Kriteria Pemberhentian Tidak Dengan Hormat

Pegawai dapat diberhentikan tidak dengan hormat, karena :

(1) Melakukan pelanggaran terhadap salah satu atau beberapa ayat dari Larangan Bagi Pegawai, sebagaimana tersebut pada pasal 44 ayat (5) sampai dengan ayat (20) setelah terlebih dahulu melalui prosedur pemberian Surat Peringatan dan Sanksi sesuai pasal 47 dan 48.

(2) Dihukum penjara karena tindak pidana berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (3).

(30)

BAB X

KOMPENSASI AKIBAT PEMBERHENTIAN / PEMUTUSAN

HUBUNGAN KERJA (PHK)

Pasal 57

Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Uang Penggantian Hak

(1) PTT/PTTU yang telah berakhir jangka waktu Perjanjian kerja tidak berhak menuntut uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, ganti kerugian dan lain-lain.

(2) PT/PTU yang diberhentikan karena melakukan kesalahan berat sesuai pasal 44 ayat (5) sampai dengan ayat (20), akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 1 dan Lampiran 23.

a. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta Perawatan.

b. Ganti kerugian atas cuti tahunan dan/atau cuti besar yang belum diambil,

c. apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti tahunan/cuti besar.

d. Angkutan untuk pulang bagi Pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana Pegawai diterima bekerja.

e. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari PT. Jamsostek.

f. Dan/atau hak lainnya yang akan dibayarkan setelah ada keputusan Pengadilan atau LPPHI (Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial).

(3) PT/PTU yang diberhentikan karena melakukan kesalahan ringan sesuai pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 2 dan Lampiran

23.

a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang Penghargaan Masa Kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang Penghargaan Masa Kerja.

c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan.

d. Ganti kerugian atas cuti tahunan dan/atau cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti tahunan/ cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana Pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari PT. Jamsostek.

(4) PT/PTU yang diberhentikan karena ditahan pihak yang berwajib bukan karena

pengaduan perusahaan sesuai pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai

tersebut dalam Lampiran 22butir 3 dan Lampiran 23

a. Uang penghargaan Masa Kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan Uang Penghargaan Masa Kerja.

b. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta Perawatan.

c. Ganti kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

d. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana Pegawai diterima bekerja.

(31)

(5) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena usia pensiun, sebagaimana dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22 butir 4 dan Lampiran 23.

a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(6) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena atas kemauan

sendiri sebagaimana dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai

tersebut dalam Lampiran 22butir 5 dan Lampiran 23.

a. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta Perawatan.

b. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

c. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

d. Uang Pisah.

e. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(7) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena perusahaan

tutup dikarenakan rugi terus menerus yang dibuktikan dengan audit oleh Akuntan publik paling singkat 2 tahun terakhir atau keadaan Force Majeur dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam

Lampiran 22butir 6 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(8) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena perubahan

status, pemilikan, pindah lokasi dan pegawai tidak besedia melajutkan hubungan kerja dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut

dalam Lampiran 22butir 7 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

(32)

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(9) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena perubahan

status, pemilikan, pindah lokasi dan perusahaan tidak besedia melanjutkan hubungan kerja dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya

sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 8 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(10) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena meninggal

dunia dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 9 dan Lampiran 23.

a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Tiket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(11) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena perusahaan

pailit dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam

Lampiran 22butir 10 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(12) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena pegawai sakit

berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja setelah melampaui batas 12 (duabelas) bulan dimaksud pasal 55, akan menerima

hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran22 butir 11 dan Lampiran23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

(33)

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(13) PT/PTU yang diberhentikan karena pegawai mangkir selama 5 hari kerja

atau lebih berturut-turut tanpa keterangan tertulis dimaksud pasal 55, akan

menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 12 dan Lampiran 23. a. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

b. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

c. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

d. Uang pisah.

e. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(14) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena pensiun

dipercepat, sebagaimana dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai

tersebut dalam Lampiran 22butir 13 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(15) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena mengalami

kelemahan fisik dan mental, sehingga tidak dapat menjalan tugas dan kewajiban sebagai pegawai dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya

sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 14 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(16) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena kemampuan

(34)

dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22

butir 15 dan Lampiran 23.

a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(17) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena dinyatakan

hilang oleh pihak berwajib dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya

sesuai tersebut dalam Lampiran 22butir 16 dan Lampiran 23. a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(18) PT/PTU yang diberhentikan dengan hormat dari Perusahaan karena salah satu

pegawai pria/wanita menikah dengan sesama pegawai PT. Waskita Karya

dimaksud pasal 55, akan menerima hak-haknya sesuai tersebut dalam Lampiran 22

butir 17 dan Lampiran 23.

a. Uang Pesangon dari Perusahaan.

b. Uang penghargaan masa kerja dari Perusahaan, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan uang penghargaan masa kerja.

c. Penggantian Perumahan dan Pengobatan serta perawatan.

d. Ganti Kerugian atas cuti tahunan dan cuti besar yang belum diambil, apabila masa kerjanya telah memenuhi syarat untuk mendapatkan hak cuti besar.

e. Ticket angkutan untuk pulang bagi pegawai dan keluarganya yang betul-betul kembali ke tempat dimana pegawai diterima bekerja.

f. Uang Jaminan Hari Tua (JHT) dari Jamsostek.

(19) Perhitungan masa kerja untuk penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan ganti kerugian tersebut angka (1) sampai dengan angka (18) Pasal 55

adalah :

a. Bagi pegawai yang belum pernah diputus ikatan kerjanya dan belum pernah menerima uang pesangon dari Perusahaan, diperhitungkan sejak Pegawai yang bersangkutan diterima bekerja di perusahaan.

b. Bagi pegawai yang sudah pernah diputus ikatan kerjanya dan sudah pernah menerima uang pesangon dari Perusahaan, diperhitungkan sejak yang bersangkutan diangkat sebagai PT/PTU.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar natrium darah dengan derajat functional class pada pasien gagal jantung kongestif di RSUP H.Adam Malik Medan

§ Bahwa dalam pertimbangan Majelis Hakim dalam putusan nomor : 207/Pid.B/ 2016/PN.Dum tanggal 31 Agustus 2016 hal.20 “Barang bukti berupa 1 (satu) unit mobil merk

Penyedia layanan IaaS mampu memberikan sumber daya komputasi dengan mekanisme multitenant, yang memungkinkan sejumlah sumber daya komputasi digunakan

Guru berhadapan dengan peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda, banyak kemajemukan yang ditemukan dan guru harus mampu membuat mereka berinteraksi

1) Validasi dari ahli materi bertujuan untuk menilai kelayakan materi yang diberikan dalam paket pelatihan keterampilan dasar komunikasi Jurnal BK.. dalam

dengan a adalah tinggi Bulan dari horizon teramati dengan memperhitungkan efek tinggi lokasi pengamat dan ao adalah tinggi Bulan dari horizon teramati tanpa efek

Tujuan penelitian ini memanfaatkan senyawa alkanoamida hasil amidasi dari minyak jarak sebagai sumber poliol direaksikan dengan toluen diisosianat untuk menghasilkan

Meskipun dikatakan bahwa ada kecendrungan sikap pro-Amerika yang ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia, namun fakta nya hubungan antara masyarakat Muslim di