• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dan skripsi yang dianggap relevan dengan judul pada skripsi ini, yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dan skripsi yang dianggap relevan dengan judul pada skripsi ini, yaitu:"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka pada skripsi ini, penulis ambil dari beberapa jurnal dan skripsi yang dianggap relevan dengan judul pada skripsi ini, yaitu:

Jurnal PGSD oleh Khurnia Utanmi dan Julianto Volume 01 Nomor 2 Tahun 2013 0-216 dengan judul Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa di Sekolah Dasar. Studi kasus di SDN Panjunan No. 352 Sukodono, Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan hasil kesimpulan sebagai berikut: yang pertama pemahaman konsep siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan media audio visual mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketuntasan hasil pemahaman konsep sebesar 11, 43%. Kedua, aktivitas guru saat pembelajaran dengan menggunakan media audio visual berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan sebesar 10,10%. Begitu pula aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 6,56%. Ketiga, respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media audio visual mengalami peningkatan sebesar 6,03%.

Persamaan penelitian yaitu dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Penelitian di atas lebih berfokus

(2)

untuk meningkatkan konsep pembelajaran dengan mengetahui hasil di akhir penelitian yaitu ketuntasan belajar.

Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta oleh Mufti Mirandra tahun 2012 dengan judul Penggunaan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Kelas III B MI Sananul Ula Piyungan Bantul. Penelitian yang digunakan yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek penelitian seluruh siswa di kelas III B MI Sanalul Ula yang berjumlah 18 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, yaitu dengan observasi, wawancara tes dan catatan lapangan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk data prestasi belajar diperoleh dari rata-rata nilai tes evaluasi soal pilihan ganda pada pra tindakan, pre-test dan post-test dalam siklus I dan II. Kemudian hasil dari penelitian ini adalah nilai rata-rata dari pra tindakan, siklus I dan siklus II yang mengalami peningkatan. Nilai rata-rata prestasi belajar pada kegiatan pra tindakan ialah mencapai 57,78. Nilai rata-rata prestasi pre-test pada siklus I mencapai 61,67 dan nilai rata-rata prestasi post-test pada siklus I menjadi 72,78 dengan effect size sebesar 11,11. Pada siklus II nilai rata-rata prestasi pre-test yaitu 74,44 dan nilai rata-rata prestasi post-test pada siklus II mengalami kenaikan yaitu 84,44 dan effect size sebesar 10,00. Persentase keberhasilan siswa dalam pra tindakan siswa yang tuntas sebesar 33,33% dalam siklus I meningkat menjadi 83,33% dan dalam siklus II kembali meningkat menjadi 94,74%.

(3)

Penelitian di atas memiliki persamaan yaitu penggunaan media audio visual, menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) metode yang digunakan sama dan menggunakan dua siklus juga. Tetapi berbedaannya penelitian tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar.

Uraian penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan memiliki kesamaan yaitu menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan menggunakan media berupa audio visual untuk meningkatkan minat belajar ataupun prestasi belajar sehingga pemikiran di atas berfungsi untuk menambah referensi terhadap pemikiran ini. Perbedaan penelitian di atas yaitu pada fokus penelitian masing-masing, yaitu pada subjek penelitian, dan mata pelajaran yang diterapkan untuk penggunaan media audio visual.

Contoh penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini merupakan penyempurnaan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.

B. Kerangka Teori

Kerangka terori yaitu kemampuan seorang peneliti dalam menyusun pola-pola berpikirnya secara sistematis. Untuk memberikan kejelasan pada penelitian ini, penulis mengemukakan kerangka teori yang berkaitan dengan penenlitian ini. Teori-teori yang digunakan adalah minat belajar dan audio visual, sebagaimana berikut:

1. Minat Belajar Siswa

Minat belajar akan diurakan dari beberapa definisi dan akan dijabarkan sebagai berikut:

(4)

a. Pengertian Minat Belajar

Minat sangat berpengaruh pada diri seseorang. Dengan adanya minat seseorang akan melakukan sesuatu hal yang kiranya akan menghasilkan sesuatu bagi seseorang tersebut atau bermanfaat bagi seseorang itu sendiri. Sesuai dengan pendapat yang diungkapkan Slameto “minat adalah kecendenrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan” (Slameto, 2010: 57). Pendapat yang diungkapkan Winkel “Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu” (Winkel, 1984: 30). Adanya suatu ketertarikan yang bersifat tetap di dalam diri subjek atau seseorang yang sedang mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya. Dalam buku psikologi pendidikan menyatakan “minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu” (Syah, 2003: 3).

Belajar menurut Sardiman adalah “rangkaian kegiatan jiwa dan raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karya, karsa, kognitif, afektif dan psikomotor” (Sardiman, 1994: 23). Definisi belajar yaitu “belajar merupakan suatu proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mamupu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu”

(5)

(Irwanto, 1990: 105). Sedangkan definisi lain menurut Mudzakir belajar adalah ”suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sebagainya” (Mudzakir, 1997: 34).

Definisi minat belajar salah satunya “minat belajar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang rendah atau kurang akan menghasilkan prestasi belajar yang rendah” (Djamarah, 2002: 157). Minat yang tinggi terhadap sesuatu merupakan tekad yang besar, artinya untuk mencapai atau memperoleh sesuatu atau tujuan yang diminati tersebut harus mempunyai sebuah minat terlebih dahulu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk memperoleh nilai yang memuaskan atau pekerjaan yang baik serta hidup senang dan bahagia.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sengaja di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan itu, maka semakin besar minat yang ditunjukkannya. Suatu minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.

(6)

Minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui kegiatan atau aktivitas yang berkaiatan dengan minatnya. Sehingga untuk mengetahui indikator minat dapat dilihat dengan cara menganalisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam suatu kegiatan tertentu.

Masih tentang minat yaitu “minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya” seperti halnya pendapat yang diungkapkan (Agus Sujanto, 2004: 92).

Senada dengan yang diungkapkan oleh Weitherington yang dialih bahasakan oleh Buchori mengatakan bahwa:

Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu objek (Buchori, 1991: 135).

Dari pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa minat dicirikan dengan adanya pemusatan perhatian atau meningkatnya perhatian terhadap sesuatu. Seseorang dikatakan memiliki minat terhadap sesuatu, apabila ia “mempunyai perasaan senang, perasaan tertarik dan penuh perhatian terhadap sesuatu hal tersebut. Hal ini akan muncul apabila didukung dengan sikap positif atau sikap menerima terhadap hal tersebut” (WS. Winkel, 1989: 105).

(7)

Dari berbagai uraian dan pengertian di atas, maka dapat disebutkan berbagai indikator minat, yakni perasaan senang, perasaan tertarik, penuh perhatian, bersikap positif, adanya pemusatan perhatian, adanya aktivitas serta keterlibatan secara aktif pada kegiatan yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian terpenuhinya kebutuhan.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar anak didik menurut Slameto (1995) yang menggolongkan ke dalam dua golongan antara lain:

1) Faktor-faktor interen yaitu faktor yang ada dalam diri individu itu sendiri, yaitu:

a) Faktor Jasmaniah

Faktor jasmani dalam hal ini dijelaskan beberapa, yaitu: (1) Faktor kesehatan, yaitu faktor keadaan fisik baik segenap

dalam beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. (2) Cacat tubuh, adalah sesuatu yang menyebabkan kurang

baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat tubuh seperti buta, tuli, patah kaki, lumpuh dan sebagainya bisa mempengaruhi proses belajar.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis ini juga sangat penting, dalam hal ini akan diuraikan beberapa diantaranya, yaitu:

(8)

(1) Intelegensi yaitu kecakapan seseorang yang terdiri dari kecakapan menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui penggunaan konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. (2) Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi kepada

suatu objek atau sekumpulan objek, agar warga dapat belajar dengan baik dan selalu mengusahakan bahan pelajarannya selalu menarik perhatian siswanya.

(3) Minat yaitu kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

(4) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.

(5) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan response atau bereaksi kesediaan itu timbul dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

2) Faktor-faktor eksternal yaitu faktor yang ada diluar individu yaitu:

(a) Faktor keluarga, terdiri dari beberapa uraian, yaitu: (1) Cara Orang Tua Mendidik

(9)

Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap cara belajar anak.

(2) Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan adalah situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga, dimana anak berada dan belajar.

(3) Keadaan Ekonomi Keluarga

Dalam kegiatan belajar, seorang anak kadang-kadang memerlukan sarana prasarana atau fasilitas-fasilitas belajar seperti buku, alat-alat tulis dan sebagainya. 3) Faktor satuan pendidikan, terdiri dari beberapa uraian, yaitu:

(a) Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar, metode mengajar ini mempengaruhi minat belajar siswa.

(b) Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada anak didik kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran.

(c) Pekerjaan Rumah

Pekerjaan rumah yang terlalu banyak dibebankan oleh tutor kepada murid untuk dikerjakan dirumah.

(10)

2. Audio Visual

a. Definisi Audio Visual

Salah satu jenis media pengajaran adalah media audio visual. Pendapat lain “media audio visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan gambar dan suara” (Sanaky, 2009: 102). Alat-alat yang termasuk media audio visual contohnya televisi, Video-VCD, sound slide, dan film.

Rinanto menyatakan tentang media audio visual:

Media audio visual adalah yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkinkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar mengajar (Rinanto, 1982: 21).

Lebih lanjut dijelaskan “media audio visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton”. Contoh media audio visual adalah sound slide, televisi, film dan sebagainya. Rinanto menambahkan bahwa media audio visual terdiri dari:

Software yaitu bahan-bahan informasi yang terdapat dalam sound slide, kaset televisi, film dan hardware yaitu segenap peralatan teknis yang memungkinkan software bisa dinikmati contohnya tape, proyektor, slide dan proyektor film (Rinanto, 1982: 21). Suleiman mengungkapkan bahwa media atau alat-alat audio visual adalah:

Alat-alat “audible” artinya dapat didengar dan alat-alat yang “visible” yang artinya dapat dilihat, agar cara berkomunikasi menjadi efektif. Contoh alat-alat audio visual adalah gambar, foto, slide, model, pita kaset, tipe-recorder, film bersuara dan televisi (Suleiman, 1985: 11).

(11)

Meguraikan media audio visual kedalam dua unsur pokok yaitu: 1) media visual contohnya gambar, foto, slide, cerita gambar, dan sebagainya; 2) media audio misalnya radio, kaset, tipe-recorder, piringan hitam dan sebagainya (Rinanto, 1982: 22-43).

Adapun Suleiman mengklasifikasikan alat-alat audio visual sebagai berikut:

Alat-alat audio contohnya kaset, tape-recorder, dan radio; alat-alat visual yang terdiri dari alat-alat-alat-alat visual dua dimensi (pada bidang yang tidak transparan misalnya grafik, diagram, bagan poster, dan foto; dan pada bidang yang transparan misalnya slide, film strip, lembaran transparan untuk OHP dan sebagainya), dan alat-alat visual tiga dimensi contohnya benda asli, model, diorama, dan lain-lain; alat-alat audio visual contohnya film bersuara dan televisi (Suleiman, 1985: 26).

Selanjutanya Rinanto menjabarkan kegunaan-kegunaan media audio visual, yaitu:

1) Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa: pengalaman yang dimiliki setiap siswa berbeda, ditentukan oleh faktor keluarga dan masyarakat. Perbedaan tersebut merupakan hal yang tidak mudah untuk diatasi apabila di dalam pengajaran guru hanya menggunakan bahasa verbal saja sebab siswa sulit dibawa ke objek pelajaran. Dengan menghadirkan media audio visual dikelas, maka semua siswa diharapkan bisa menikmatinya.

2) Melampaui batasan ruang dan waktu.

3) Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungannya (Rinanto, 1982: 53).

Rinanto juga menambahkan bahwa “selain mempercepat proses belajar, dengan bantuan media audio visual mampu dengan cepat meningkatkan taraf kecerdasan dan mengubah sikap pasif dan statis ke

(12)

arah sikap aktif dan dinamis” (Rinanto, 1982: 63). Adapun menurut Suleiman fungsi media audio visual yaitu:

Mempermudah orang menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian, mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak; dan mengekalkan pengertian yang didapat (Suleiman, 1985:17).

b. Jenis-Jenis Media

Bretz (Hujair: 2009) mengidentifikasikan ciri utama dari media terbagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu:

Suara, visual dan gerak. Visual ini dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis dan simbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan atau mata.

Di samping itu, Bretz juga membedakan antara media siar (telecommunication) dan media rekam (recording) sehingga terdapat delapan klasifikasi media 1) media audio visual gerak, 2) media aufio visual diam, 3) media audio visual semi gerak, 4) media audio visual gerak, 5) media audio visual diam, 6) media semi gerak, 7) media audio, dan 8) media cetak.

Memanfaatkan media pada saat pembelajaran secara tepat dan bervariasi dengan pengalaman suara (audio), penglihatan (visual), dan pengalaman gerakan dapat diatasi sikap pasif peserta didik dalam pembelajaran. Contoh dari masing masing media tersebut tampak pada Tabel 1 sebagai berikut:

(13)

Tabel 1: Contoh-Contoh Media Media Transimi S ua ra Ga mbar Ga ris S im bol Ge ra k Media Rekaman

Audio Visual Gerak

X X X X X Film/suara

Televisi X X X X X Pita Video

Film Tv

X X X X X Holografi

Gambar/suara X X X X X Audio Visual Diam Show Scan TV, Times hared TV X X X X TV Diam X X X X Film rangkai/suara X X X X Film bingkai/suara X X X X Halaman/suara

X X X X Buku dengan Audio

Audio Visual Semi Gerak

Tulisan jauh X X X Rekaman tulisan jauh

X X X X Audio pointer

Visual Gerak

X X X X Film bisu Visual Diam

Faksimile X X X Halaman cetak

Film rangkai Seri gambar Microform Arsip video Visual Semi Gerak

Teleautograph X X X

Audio

Telepon Radio X X X Cakram (piringan)

audio Pita audio Cetak

Teletip X Pita berlubang

Sumber: (Arief S. Sadiman, 2006)

Dari berbagai ragam dan bentuk dari media di atas, pengelompokkan atas media dan sumber belajar dapat juga ditinjau dari

(14)

jenisnya, yaitu media audio, media visual, media audio visual dan media serba neka.

1) Media audio contohnya yaitu: radio, piringan hitam, pita audio, tape recorder dan telepon.

2) Media visual terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Media visual diam contohnya yaitu: foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi, dan barang hasil cetakan lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai, film rangkai, transparansi, mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram dan sketsa, poster, gambar kartun, peta dan globe. b) Media visual gerak contohnya adalah film bisu.

3) Media audio visual, terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Media audio visual diam, contonya adalah televisi diam, slide, suara, film rangkai dan suara, buku dan suara.

b) Media audio visual gerak contohnya adalah video, CD, film rangkai dan suara, gambar dan suara.

4) Media serba neka, terbagi menjadi 6, yaitu:

a) Papan dan display contohnya yaitu: papan tulis, papan pamer/pengumuman/majalah dinding, papan magnetic, whiteboard, mesin pengganda.

b) Media tiga dimensi contohnya yaitu: realia, sampel, artfact, model, diorama, display.

(15)

c) Media teknik dramatisasi contohnya yaitu: drama, pantonim, bermain peran, demontrasi, pawai/karnaval, pedalangan/panggung boneka, simulasi.

d) Sumber belajar pada masyarakat contohnya yaitu: kerja lapangan, studi wisata, perkemahan.

e) Belajar terprogram. f) Komputer.

c. Langkah-Langkah Menggunakan Media Audio Visual

Media pembelajaran audio visual memiliki langkah-langkah dalam penggunaannya seperti halnya media pembelajaran lainnya. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media audio visual adalah sebagai berikut:

1) Persiapan

Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu 1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, 2) mempelajari buku petunjuk media, 3) menyiapkan dan mengatur peralatan media yang akan digunakan.

2) Pelaksanaan

Pada saat melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual, guru perlu mempertimbangkan hal-hal seperti; 1) memastikan media dan semua peralatan telah lengkap dan siap digunakan, 2) menjelaskan tujuan yang akan dicapai, 3) menjelaskan materi pelajaran kepada siswa selama proses

(16)

pembelajaran berlangsung, 4) mengindari kejadian-kejadian yang dapat menggangu konsentrasi siswa.

3) Tindak Lanjut

Aktivitas ini dilakukan memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan menggunakan media audio visual. Di samping itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang bisa dilakukan diantaranya diskusi, observasi, eksperimen, latihan dan tes adaptasi dari Sumarno (2011).

Gambar 1:

Langkah-Langkah Menggunakan Audio Visual

3. Sejarah Kebudayaan Islam a. Pengertian SKI

Pengertian sejarah menurut Murodi di bukunya SKI kelas VII, dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:

Menurut bahasa dan istilah. Apabila ditinjau dari aspek bahasa, maka kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarotun, yang artinya pohon. Sedang kata sejarah menurut istilah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau, yang berkaitan dengan berbagai proses kehidupan manusia dan dipelajari di masa kini untuk diambil hikmahnya bagi perjalanan kehidupan di masa-masa mendatang (Murodi, 2009: 4).

Persiapan media dan perangkat pembelajaran Pelaksanaan dalam proses pembelajaran Tindak lanjut diskusi, observasi, eksperimen, latihan

(17)

Pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa arti sejarah adalah peristiwa atau kejadian masa lampau pada diri individu dan masyarakat untuk mencapai kebenaran suatu penjelasan tentang sebab-sebab dan asal-usul segala sesuatu, suatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana dan mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi. Dari segala kejadian masa lampau tersebut kiranya dapat diambil suatu pelajran yang mengantarkan manusia memperluas ilmu pengetahuan guna menumbuh-kembangkan ketaqwaan kepada Allah swt. sebagai syarat mutlaq dalam mencapai kebahagian hidup duniawi sekaligus ukhrawi.

Sedangkan kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”, kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang berarti sebuah upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih baik dan memberikan sebuah manfaat bagi hidup serta kehidupan. (http://muhammadhaidar.blogspot.com/2013/04/pengertian-sejarah-islam.html/).

Yang dimaksud dengan SKI adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah saw., sahabat-sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid-murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial.

Muhaimin mengatakan:

…Dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia Muslim dari masa ke masa dalam usaha bersayari’ah dan berakhlak serta dalam

(18)

mengembangkan sistem kehidupan yang dilandasi oleh akidah (Muhaimin, 2005: 1-3).

Mata pelajaran SKI dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati SKI, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.

b. Urgensi Mempelajari SKI

Beberapa ungkapan mungkin dapat menjelaskan hakikat ini. Sejarah adalah ingatan suatu bangsa. Maka jika suatu bangsa tidak ingat masa lalunya, ia ibarat orang gila yang tidak punya ingatan apa-apa. Ungkapan lain mengatakan “generasi akhir ummat ini tidak akan sukses kecuali bercermin pada generasi awalnya”. Syaikh Abu Hasan Ali An Nadawi mengatakan “suatu bangsa yang tidak mengetahui masa lalunya, masa depannya akan suram”.

c. Sasaran Belajar SKI di MTs

Mata Pelajaran SKI di MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw. dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

(19)

2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

4. Kompetensi Inti SKI Kelas VII Semester Ganjil

1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

(20)

4) Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang semua dalam sudut pandang atau teori.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar kompetensi dan kompetensi dasar kelas VII semester genap materi Khulafaurrasyidin, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2:

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami sejarah

perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin

 Menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasyidin

 Mengambil ibrah dari prestasi-prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasyidin untuk masa kini dan yang akan datang

 Meneladani gaya

kepemimpinan Khulafaurrasyidin

6. Materi Sejarah Perkembangan Islam pada Masa Khulafaurrasyidin

Khulafaurrasyidin berasal dari kata khulafa dan ar-rasyidin. Kata khulafa merupakan jamak dari kata khalifah yang berarti pengganti. Adapun kata ar-rasyidin berarti mendapat petunjuk. Dengan demikian, Khulafaurrayidin memiliki arti Para Pengganti yang mendapat petunjuk. Khulafaurrasyidin terdiri dari empat sahabat utama Nabi Muhammad saw, yaitu Abu Bakar as-sidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali

(21)

bin Abi Thalib. Secara harfiah, kata “halifah” berarti pengganti atau wakil. Khalifah juga pemimpin tertinggi dalam bidang agama. Sebagai pemimpin dibidang pemerintahan dan agama, khalifah bertanggung jawab terhadap seluruh wilayah Islam di bawah kekuasaannya. Ia bertugas melindungi umat dan memberi mereka kebebasan menjalankan praktik agama dan aktivitas. Sebaliknya, kaum muslim wajib tunduk dan kepada khalifah dan memberikan baiat (sumpah setia).

Setelah Nabi Muhammad saw. wafat, mereka menjadi contoh utama dalam menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka melaksanakan prinsip-prinsip pemerintahan Islam dengan baik. Masa pemerintahan mereka merupakan gambaran yang paling tepat bagi pelaksanaan hukum dan pemerintahan Islam. Beberapa prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasyidin diantaranya:

1) Masa Khalifah Abu Bakar as Siddiq

Pada masa kepemimpinannya, Khalifah Abu Bakar as Siddiq melakukan beberapa usaha dan mencapai beberapa prestasi sebagai berikut:

a) Memerangi Kaum Murtad

Beberapa masalah yang muncul pada saat itu diantaranya suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed menyatakan murtad atau membangkang pada khalifah yang baru, menolak membayar zakat walaupun tidak menolak Islam secara utuh. Beberapa yang lain kembali memeluk agama dan tradisi lamanya, yakni

(22)

menyembah berhala, rasa kesukuan dan sifat paternalistik, yaitu tunduk secara membabi buta kepada pemimpinannya, juga menjadi penyebab timbulnya gerakan murtad (riddah) ini. Para kepala suku yang masih iman tersebut kemudian memelopori gerakan riddah. Khalifah Abu Bakar memandang gerakan itu sangat berbahaya karena hampir diseluruh penjuru jazirah Arab muncul gerakan itu. Menghadapi gerakan tersebut, Khalifah Abu Bakar as Siddiq bersikap tegas. Ketegasannya itu tersirat dalam satu ucapannya, yaitu “jika saja zakat itu hanya seutas tali unta dan mereka tidak mau menunaikannya, niscaya tetap aku perangi mereka”. Khalifah Abu Bakar tetap berpesan kepada para panglimanya untuk mengadakan pendekatan secara persuasif atau damai.

b) Kodifikasi Al Qur’an

Hasil karya masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq yang masih dapat kita rasakan hingga sekarang adalah adanya mushaf Al-Qur’an. Ketika itu Al-Qur’an tertulis dalam berbagai benda yang berserakan diberbagai tempat. Usaha ini dilaksanakan atas saran Umar bin Khattab yang saat itu menjadi penasihat utama Khalifah Abu Bakar as Siddiq. Khalifah Abu Bakar bersedia mewujudkan pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an. Beliau menunjuk Zaid bin Sabit sebagai pemimpin proyek mulia tersebut. Zaid bin Sabit adalah sekretaris Rasulullah saw. semasa hidupnya. Jika ada

(23)

wahyu yang turun, Zaid bin Sabit menulisnya dengan bimbingan Rasulullah saw. wahyu tersebut kemudian dihafalkan oleh para sahabat. Selain itu, ada juga sahabat yang menyalinnya dipelepah kurma, bebatuan, atau tulang belulang. Mereka kemudian mengajarkannya kepada umat Islam di daerah lain.

Setelah usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an selesai, mushaf disimpan Abu Bakar as Siddiq. Mushaf itulah yang menjadi pedoman pembelajaran Al-Qur’an kepada segenap kaum muslimin pada saat itu. Setelah Abu Bakar wafat, mushaf tersebut kemudian disimpan oleh Hafsah binti Umar, putri Umar bin Khattab salah seorang istri Rasulullah saw.

c) Perluasan Wilayah Islam

Abu Bakar berupaya memperluas wilayah kekuasaan Islam ke daerah Syria yang berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi Timur di bawah pimpinan Kaisar Heraclius, dengan menugaskan empat panglima perang, yaitu:

(1) Zaid bin Abu Sofyan ke Damaskus. (2) Amru bin Ash ke Palestina

(3) Syurahbil bin Hasanah ke Yordania (4) Abu Ubaidah bin Jarrah ke Hims

Sebenarnya pengembangan Islam ke Syria ini sudah dimulai sejak Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usmah bin Zaid. Namun terhenti karena pasukan mendengar berita wafatnya

(24)

Nabi. Dimasa Abu Bakar dilanjutkan lagi. Usaha yang dipimpin empat orang panglima ini diperkuat lagi dengan datangnya pasukan Khalid bin Walid yang berjumlah lebih dari 1500 orang, dan juga mendapat bantuan dari Mutsanna ibn Haritsah. Khalid ibn Walid sebelumnya telah berhasil mengadakan perluasan ke beberapa daerah di Irak dan Persia. Karena didengar oleh Abu Bakar bahwa Abu Ubaidah kewalahan dalam menghadapi pasukan romawi timur di Syria, lalu Khalid diperintahkan untuk membantu pasukan Abu Ubaidah.

2) Masa Khalifah Umar bin Khattab

Melanjutkan perluasan dan pengembangan Islam ke Persia yang telah memulai sejak masa khalifah Abu Bakar. Pasukan Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad ibn Abi Waqqas. Dalam perkembangan berikutnya berturut-turut dapat ditaklukkan beberapa kota, seperti Kadisia 18H/639M, kota Jalula tahun 17H/638M, Madain tahun 18H/639M, dan Nahawand tahun 21H/642M.

a) Perluasan Wilayah

Pengembangan dakwah Islam dan perluasan wilayah sudah dilakukan sejak masa khalifah Abu Bakar, para ahli sejarah menyatakan bahwa imperium Islam sesungguhnya berdiri pada masa khalifah Umar bin Khattab. Pada masa itu, perluasan Islam terjadi secara besar besaran dan dikenal

(25)

sebagai periode Futuhat Al Islamyyah. Secara berturut-turut, pasukan Islam berhasil menguasai Suriah, Persia dan Mesir. Pada waktu itu, Suriah merupakan pusat perdagangan yang penting. Oleh karena itu, Umar bin Khattab berusaha merebutnya mati-matian. Wilayah Suriah memiliki beberapa kota yang menjadi pusat kekuatan Romawi Timur (Bizaitun) yang beragama Kristen. Beberapa kota tersebut adalah Damaskus, Yordania, Yerussalem, Hims, dan Antioka.

Selama kekhalifahan Abu Bakar telah terjadi peperangan antara kaum muslimin dan tentara Persia. Ketika itu kekaisaran Persia merupakan kekuatan besar di dunia selain kekuatan Bizantium. Mereka juga dikenal dengan Dinasti Sasania. Kemenangan-kemenangan umat Islam menjadikan wilayah Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab meluas hingga Afrika Utara, Armenia, dan sebagian wilayah Eropa Timur. Untuk memudahkan jalannya pemerintahan, Khalifah Umar bin Khattab membagi wilayah Islam menjadi beberapa provinsi menunjuk seorang gubernur untuk memerintah wilayah tersebut. Misalnya, Sa’ad bin Abi Waqqas memerintah di Kuffah, Amru bin Ash di Mesir, dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Damaskus.

(26)

Pada masa pemerintahannya, Khalifah Umar bin Khattab membentuk baitul mal dan dewan perang. Baitul mal bertugas mengurusi keuangan negera. Keluar masuknya keuangan, baik dipusat maupun di provinsi-provinsi diawasi dengan ketat. Adapun dewan perang bertugas mencatat administrasi ketentaraan.

Khlifah Umar bin Khattab memilih orang yang jujur untuk bertugas di baitul mal. Para pegawai pemerintahan dan tentara digaji dari baitul mal dangan disesuaikan kedudukannya. Boleh dikatakan Khalifah Umar bin Khattab adalah khalifah yang poertama kali memperkenalkan sistem penggajian bagi pegawai pemerintah.

Selain itu, Khalifah Umar bin Khattab juga memberikan santunan dari baitul mal kepada seluruh rakyatnya. Besarnya santunan disesuaikan dengan lamanya mereka memeluk agama Islam. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, kemakmuran dapat dinikmati rakyat dari seluruh pelosok negeri.

c) Penetapan Kalender Hijriah

Sebelum kalender Hijriah ditetapkan, orang-orang menggunakan sistem kalender Masehi. Sebagian kaum muslimin mengusulkan agar kalender tahunan Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw. diangkat menjadi Rasul.

(27)

Sebagian lagi mengusulkan agar tahun Islam dimulai pada saat Nabi Muhammad saw. lahir.

Khalifah Umar bin Khattab menetapkan permulaan tahun Islam adalah pada saat Nabi Muhammad saw. hijrah dari Mekah ke Madinah. Hal itu disebabkan hijrah merupakan titik balik kemenangan Islam. Hijrah juga menandai dua periode dakwah Islam. Periode dakwah sebelum Nabi hijrah disebut periode Mekah, sedangkan periode setelah beliau hijrah disebut periode Madinah. Demikian pula pembagian surat-surat Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah disebut surat-surat Makiyyah, sedangkan surat-surat yang turun setelah beliau hijrah disebut surat Madaniyah.

3) Masa Khalifah Usman bin Affan

Menjelang wafatnya, Khalifah Umar bin Khattab membentuk dewan yang akan mencari penggantinya. Dewan tersebut beranggotakan enam sahabat yang saat itu dianggap paling tinggi tingkatannya. Keenam anggota dewan itu adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf dan Sa’ad bin Abi Waqqas.

Dewan tersebut diberi tugas untuk memilih salah satu dari mereka untuk menjadi khalifah. Ketua dewan dipegang oleh

(28)

Abdurrahman bin Auf. Pemilihan dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat dan mencari suara terbanyak. Jika terjadi keseimbangan suara maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar sebagai hakimnya.

Akhirnya mayoritas memilih Usman bin Affan sebagai Khalifah pengganti Umar bin Khattab. Saat terpilih menjadi khalifah, Usman bin Affan telah berusia 70 tahun. Beliau menjadi khalifah selama 12 tahun. Selama pemerintahannya prestasi yang menonjol diantaranya:

a) Kodifikasi Mushaf Al-Qur’an

Khalifah Usman bin Affan membentuk subuah panitia penyusunan Al-Qur’an. Panitia ini diketuai oleh Zaid bin Sabit. Anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh panitia tersebut adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah buku yang kemudian disebut mushaf.

Mushaf tersebut diperbanyak menjadi empat buah. Sebuah berada di Madinah, sedangkan empat yang lainnya dikirimkan ke Mekah, Suriah, Basra, dan Kufah. Naskah yang ditinggal di Madinah disebut Mushaf al Iman atau Mushaf Usmani.

(29)

Masjid Nabawi yang dimulai dibangun pada masa Khalifah Umar bin Khattab diperluas oleh Khalifah Usman bin Affan. Selain diperluas, bentuk dan coraknya juga diperindah.

c) Pembentukan Angkatan Laut

Pada masa Khalifah ini, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus hingga Konstantinopel. Wilayah tersebut banyak diliputi lautan, Muawiyah bin Abu Sufyan yang waktu itu menjabat Gubernur Suriah mengusulkan agar dibentuk angkatan laut. Angkatan laut tersebutlah yang kelak akan membawa misi dakwah Islam hingga kedaratan Eropa bahkan sampai Indonesia.

d) Perluasan Wilayah

Pada masa Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam makin luas. Wilayah Azerbaijan berhasil ditaklukan pasukan Islam di bawah pimpinan Sa’ad bin Ash dan Huzaifah bin Yaman. Wilayah Armenia ditaklukan oleh Salman bin Rabi’ah al-Bahiy.

4) Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pada akhir masa kepemimpinan khalifah Usman bin Affan, terjadi fitnah besar dikalangan kaum muslimin dibeberapa daerah, terutama di Basrah, Mesir dan Kufah. Fitnah tersebut sengaja disebarkan kaum munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin

(30)

Saba’. Sepeninggal Khalifah Usman bin Affan dan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin meminta Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah. Akan tetapi, ada beberapa tokoh yang menolak usulan tersebut, diantaranya Mu’awiyah bin Abu sufyan.

Khalifah Ali bin Abi Talib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai.

a) Mengganti Pejabat yang Kurang Mampu

Khalifah Ali bin Abi Talib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau mengganti pejabat yang kurang mampu dalam bekerja. Akan tetapi, kebanyakan pejabat berasal dari keluarga Khalifah Usman bin Affan (Bani Umayah). Akibatnya banyak kalangan Bani Umayah yang tidak menyukai Khalifah Ali bin Abi Thalib.

b) Membenahi Keuangan Negara (Baitul Mal)

Setelah mengganti para pejabat yang kurang mampu, Khalifah Ali bin Abi Talib kemudian menyita harta para pejabat yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian disimpan di baitul mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.

c) Memajukan Bidang Ilmu Bahasa

Pada saat Ali bin Abi Talib memegang pemerintahan, wilayah Islam sudah mencapai India. Pada saat itu, penulisan

(31)

huruf hijaiyyah belum dilengkapi dengan tanda baca, seperti kasrah, fathah, dammah, syaddah. Hal itu menyebabkan banyaknya kesalahan bacaan teks Al-Qur’an dan hadist di daerah-daerah yang jauh dari jazirah Arab. Untuk menghindari kesalahan tersebut, Khalifah Ali bin Abi Talib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab.

d) Bidang Pembangunan

Salah satu pembangunan yang mendapat perhatian khusus dari Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah pembangunan kota Kuffah. Pada awlnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abu Sofyan. Akan tetapi, kemudian kota Kuffah berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu nahwu, dan pengetahuan lainnya.

C. Kerangka Pikir

Tidak ada media pembelajaran yang lebih baik dari media yang lain. Tiap-tiap media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada yang tepat saat digunakan pada pembelajaran bidang studi tertentu, ada yang tepat digunakan saat di dalam maupun di luar kelas dan sebagainya.

Guru dalam memilih media pembelajaran yang tepat terkait dengan efektifitas pengajaran harus memperhatikan faktor-faktor dalam penetapan media pembelajaran. Faktor-faktor tersebut yaitu: tujuan yang hendak

(32)

dicapai, keadaan siswa, materi pembelajaran, situasi dan kondisi sekolah, serta kemampuan guru itu sendiri. Mengkaji faktor-faktor tersebut yang dikaitkan dengan kondisi yang ada di kelas VII C MTs Muhammadiyah Kasihan Bantul Yogyakarta, maka penulis menetapkan media audio visual digunakan penulis untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam materi SKI. Dengan demikian diharapkan penggunaan media audio visual dalam materi SKI, dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam pembelajaran PAI. Gambar 2: Kerangka Pikir SIKLUS I Permasalahan Baru Hasil Refleksi I SIKLUS II D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kajian teori dan kerangka berpikir dari alur di atas maka penulis mengadakan hipotesis tindakan berupa penggunaan media berupa audio visual berpengaruh untuk meningkatkan

Pelaksanaan Tindakan I Perencanaan

Tindakan I

Refleksi I Pengamatan Data I

Pelaksanaan Tindakan II Perencanaan Tindakan II Pengamatan Data II Refleksi II Apabila permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya Permasalahan

(33)

minat belajar siswa pada pelajaran PAI dengan pokok bahasan SKI kelas VII C MTs Muhammadiyah Kasihan Bantul.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya menurut Engkos Kosasih (1985: 10), mengemukakan bahwa seseorang dikatakan memiliki kesegaran jasmani apabila orang tersebut mempunyai kekuatan, kemampuan, kesangguan,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif interpretatif dengan menggunakan pendekatan teori semiotika dari pemikiran Ferdinand de Saussure,

Wetmatigheid van bestuur (pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan) merupakan salah satu prinsip dari negara hukum. Prinsip tersebut menjadi dasar bahwa

a) Grosse akta hak eigendom yang dibubuhi catatan tentang konversinya menjadi hak milik.. b) Grosse akta hak eigendom yang dibuat sejak berlakunya UUPA sampai tanggal

Iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalty), yang berasal dari wilayah kabupaten/kota dialokasikan untuk pemerintah pusat sebesar 20% dan daerah sebesar 80%. Dari

a) Pasal 1322 KUHPerdata, Kekhilafan tidak mengakibatkan batalnya suatu persetujuan, kecuali jika kekhilafan itu terjadi mengenai hakikat barang yang menjadi pokok

Lazimnya, masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum. Namun penelitian tentang

Segmentasi citra (image segmentation) mempunyai arti membagi suatu citra menjadi wilayah-wilayah yang homogen berdasarkan kriteria keserupaan yang tertentu antara tingkat