• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI PANTAI N (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DI PANTAI N (1)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

DI PANTAI NONGSA BATAM

OLEH:

Septian Julifar S.H

PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN FAKULTAS PASCASARJANA

UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU

(2)

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Tahapan awal dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah perencanaan.

Perencanaan yang baik harus berdasarkan informasi yang akurat dan update.

Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melaksanakan eksplorasi SDA secara

komprehenship mulai dari Jenis, potensi, pemamfaatan dan pengelolaannya. Oleh

karena itu perlu dilakukan praktikum matakuliah PSDA dan LH untuk dapat

menggambarkan SDA dilokasi praktikum sehinnga dapat memberikan informasi

dalam rangka perencanaan pengelolaan SDA.

Praktikum ini berlokasi di pantai Nongsa Batam, dimana pantai ini

merupakan salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik

domestik maupun mancanegara. Pantai Nongsa terletak di sebelah timur Pulau

Batam. Tepatnya di sepanjang pesisir kampung Nongsa, kecamatan Nongsa,

Batam. Nama Nongsa diambil dari kata Nong Isa, yakni pengusaha pertama

Batam yang bermukim di kawasan tersebut lalu mengembangkan kawasan pantai

ini.

Untuk sampai di pantai ini, anda bisa memakai angkutan umum seperti

taksi selama kurang lebih 40 menit dari Kota Batam. Atau hanya sekitar 20 menit

dari Bandara Hang Nadim. Keunggulan lain dari pantai ini adalah letaknya yang

dekat dengan dermaga. Para wisatawan dari Singapura biasanya menggunakan

kapal ferry untuk sampai di sini. Mereka berlayar dari Tanah Merah Singapura

kemudian berlabuh di Terminal Ferry Nongsa.

Pantai ini memiliki pasir yang putih dan air laut yang jernih, layak sekali

(3)

ataupun ber-snorkeling menyaksikan panorama bawah laut. Tapi anda harus

berhati-hati karena di sini masih belum terdapat penjaga pantai, Di sini anda juga

dapat menyaksikan pemandangan matahari terbenam. Dan malam harinya, anda

bisa melihat pemandangan lampu-lampu gemerlap gedung-gedung pencakar langit

yang terpancar dari negara seberang Singapura.

1.2 . Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka pemakalah dapat mengambil rumusan

masalah yang akan dibatasi dan dibahas menurut pembagian di bawah ini:

1. Apa sajakah klasifikasi sumber daya alam menurut bentuk, sifat dan potensinya?

2. Apa sajakah manfaat sumber daya alam bagi kehidupan manusia?

3. Bagaimana cara yang dapat dilakukan dalam mengelola sumber daya alam?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui klasifikasi

sumber daya alam dan manfaatnya serta upaya yang dapat dilakukan untuk

(4)

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Potensi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda mati maupun

benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia (Abdullah, 2007: 3). Pengertian sumber daya alam juga

ditentukan oleh nilai kemanfaatannya bagi manusia.

Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang

muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan manusia

pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti

hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti

minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah. Inovasi teknologi,

kemajuan peradaban dan populasi manusia, serta revolusi industri telah membawa

manusia pada era eksploitasi sumber daya alam sehingga persediaannya terus

berkurang secara signifikan, terutama pada satu abad belakangan ini. Sumber daya

alam mutlak diperlukan untuk menunjang kebutuhan manusia, tetapi sayangnya

keberadaannya tidak tersebar merata dan beberapa negara seperti Indonesia,

Brazil, Kongo, Sierra Leone, Maroko, dan berbagai negara di Timur Tengah

memiliki kekayaan alam hayati atau nonhayati yang sangat berlimpah. Sebagai

contoh, negara di kawasan Timur Tengah memiliki persediaan gas alam sebesar

sepertiga dari yang ada di dunia dan Maroko sendiri memiliki persediaan senyawa

fosfat sebesar setengah dari yang ada di bumi. Akan tetapi, kekayaan sumber daya

alam ini seringkali tidak sejalan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara

(5)

Pada umumnya, sumber daya alam berdasarkan sifatnya dapat

digolongkan menjadi SDA yang dapat diperbaharui dan SDA tak dapat

diperbaharui. SDA yang dapat diperbaharui adalah kekayaan alam yang dapat

terus ada selama penggunaannya tidak dieksploitasi berlebihan. Tumbuhan,

hewan, mikroorganisme, sinar matahari, angin, dan air adalah beberapa contoh

SDA terbaharukan. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah di alam, penggunannya

harus tetap dibatasi dan dijaga untuk dapat terus berkelanjutan. SDA tak dapat

diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaanya lebih

cepat daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara

terus-menerus akan habis. Minyak bumi, emas, besi, dan berbagai bahan tambang

lainnya pada umumnya memerlukan waktu dan proses yang sangat panjang untuk

kembali terbentuk sehingga jumlahnya sangat terbatas., minyak bumi dan gas

alam pada umumnya berasal dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang hidup jutaan

tahun lalu, terutama dibentuk dan berasal dari lingkungan perairan.Perubahan

tekanan dan suhu panas selama jutaaan tahun ini kemudian mengubah materi dan

senyawa organik tersebut menjadi berbagai jenis bahan tambang tersebut.

2.2 Klasifikasi Sumber Daya Alam

Sumber daya alam dapat dibedakan berdasarkan sifat, potensi, dan jenisnya.

1. Berdasarkan Sifat

Menurut sifatnya, sumber daya alam dapat dibagi 3, yaitu sebagai berikut:

a. Sumber daya alam yang terbarukan (renewable), misalnya:

(6)

karena dapat melakukan reproduksi dan memiliki daya regenerasi

(pulih kembali).

b. Sumber daya alam yang tidak terbarukan (nonrenewable),

misalnya: minyak tanah, gas bumi, batu tiara, dan bahan tambang

lainnya.

c. Sumber daya alam yang tidak habis, misalnya, udara, matahari,

energi pasang surut, dan energi laut.

2. Berdasarkan Potensi

Menurut potensi penggunaannya, sumber daya alam dibagi beberapa

macam, antara lain sebagai berikut:

a. Sumber daya alam materi; merupakan sumber daya alam yang

dimanfaatkan dalam bentuk fisiknya. Misalnya, batu, besi, emas,

kayu, serat kapas, rosela, dan sebagainya.

b. Sumber daya alam energi; merupakan sumber daya alam yang

dimanfaatkan energinya. Misalnya batu bara, minyak bumi, gas

bumi, air terjun, sinar matahari, energi pasang surut laut, kincir

angin, dan lain-lain.

c. Sumber daya alam ruang; merupakan sumber daya alam yang

berupa ruang atau tempat hidup, misalnya area tanah (daratan) dan

(7)

3. Berdasarkan Jenis

Menurut jenisnya, sumber daya alam dibagi dua sebagai berikut:

a. Sumber daya alam nonhayati (abiotik); disebut juga sumber

daya alam fisik, yaitu sumber daya alam yang berupa

benda-benda mati.

Misalnya: bahan tambang, tanah, air, dan kincir angin.

b. Sumber daya alam hayati (biotik); merupakan sumber daya alam

yang berupa makhluk hidup.

Misalnya: hewan, tumbuhan, mikroba, dan manusia.

2.3. Konsep Pengelolaan Sumber Daya Alam

UUD 1945 pasal 33 ayat 3, menyatakan bahwa: Bumi, air, dan kekayaan

alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Berdasarkan ayat tersebut, optimalisasi

dari pengelolaan sumber daya alam mutlak harus dilakukan. Optimalisasi sumber

daya alam dapat berupa pemanfaatan sumber daya alam dengan cara mengambil

kekayaan alam secara menyeluruh dengan memaksimalkan keuntungan dan

meminimalkan resiko kerugian, demi kepentingan negara dan rakyat, tetapi tetap

memperhatikan keberlanjutan sumber daya alam tersebut dikemudian hari.

Optimalisasi pengambilan sumber daya alam ini, tidak serta merta mengizinkan

untuk mengambil seluruh kekayaan alam tanpa batas dan tanpa perencanaan yang

matang, melainkan dilakukan secara arif dan bijaksana, dengan menerapkan asas

pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan

(8)

tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi masa mendatang.

Artinya, dalam eksploitasi kekayaan alam yang ada, dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat pada masa sekarang, tetapi dilakukan tanpa mengorbankan

kebutuhan generasi mendatang. Dengan demikian, anak cucu kita sebagai generasi

yang akan datang juga dapat merasakan dan menikmati kekayaan alam negara

yang saat ini kita rasakan. Belakangan ini, sedang hangat dibicarakan tentang

cadangan minyak bumi dunia, terutama Indonesia, yang semakin menipis.

Pemerintah telah mengadakan beberapa langkah pencegahan, diantaranya adalah

dengan mengeluarkkan kebijakan konversi minyak tanah ke gas. Hal ini dilakukan

karena menurut penelitian para ahli, ketersediaan sumber daya alam gas bumi

masih sangat melimpah di Indonesia. Hal tersebut merupakan contoh pemanfaatan

sumber daya alam secara maksimal, namun tidak mengorbankan kebutuhan

generasi mendatang. Memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang masih

melimpah ruah dan menghemat sumber daya alam yang semakin menipis dengan

tetap memperhatikan keuntungan yang maksimal, namun kerugiannya minimal.

Berbagai pihak telah berdaya upaya untuk melakukan penghematan, dengan

menggunakan energi alternatif. Sumber energi alternatif, akan dapat mengurangi

penggunaan sumber energi tidak terbarukan seperti minyak bumi dan batu bara.

Penggunaan sumber energi alternatif juga akan dapat mengurangi pencemaran

(9)

2.4 Prinsip Lestari Pengelolaan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Lestari

yang dimaksud disini adalah upaya pengelolaan sumber daya alam beserta

ekosistemnya dengan tujuan mempertahankan sifat dan bentuknya. Jadi, prinsip

lestari adalah segala daya upaya yang dilakukan untuk menjaga sumber daya alam

yang ada, tetap ada, baik dilihat dari sifatnya maupun dari bentuknya. Wawasan

Pada tahun 1972, PBB mengadakan konferensi tentang “The Human

Environment” di Stockholm, membawa negara industri dan berkembang untuk

bersama-sama menggambarkan hak manusia dan keluarganya untuk lingkungan

yang sehat dan produktif yang mengarah pada penciptaan lembaga-lembaga

global dalam sistem PBB. Dengan demikian, sumber daya alam harus senantiasa

dikelola secara seimbang untuk menjamin keberlanjutan pembangunan nasional.

Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan diseluruh sektor dan

wilayah, menjadi prasyarat utama untuk diinternalisasikan kedalam kebijakan dan

peraturan perundangan, terutama dalam mendorong investasi pembangunan

jangka menengah. Prinsip-prinsip tersebut, saling bersinergis dan melengkapi

dengan pengembangan tata pemerintahan yang baik berdasarkan pada asas

partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas yang mendorong upaya perbaikan

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Contoh

(10)

1) Menggunakan pupuk alami atau organic

Penggunaan pupuk alami atau pupuk organik dalam pertanian

merupakan pilihan yang sangat tepat, karena dapat menjaga kelestarian

tanah. Kandungan mineral serta zat-zat didalam pupuk organik, sangat

cocok untuk menyuburkan tanah, dan zat-zat tersebut tidak mengandung

bahan kimiawi, sehingga sangat ramah lingkungan. Oleh karenanya,

kesuburan tanah yang dipupuk dengan pupuk organik, tidak akan mudah

hilang, karena selalu mengalami regenerasi oleh jasad hidup yang

terkandung didalam pupuk organik. Berbeda dengan pupuk kimia, tidak

semua dapat diuraikan oleh jasad renik didalam tanah, sehingga dalam

jangka waktu yang lama akan mengendap dan akan merusak tanah.

2) Penggunaan pestisida sesuai kebutuhan

Dalam industri pertanian, penggunaan pestisida merupakan hal

yang mutlak dilakukan untuk mencegah serangan hama penyakit. Namun,

untuk mendukung kelestarian sumber daya alam, pestisida yang digunakan

harus sesuai dengan kebutuhan, agar residu yang dihasilkan tidak begitu

banyak dan mengendap. Sebab, jika residu yang mengendap sudah terlalu

banyak pada tempat yang Sama, dapat mempengaruhi kesuburan tanah

serta kualitas tanamannya sendiri, karena terlalu banyak mengandung

bahan kimia.

3) Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring / perbukitan)

Upaya pelestarian tanah dapat kita lakukan dengan menggalakkan

kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi), terhadap

(11)

yang miring posisi tanahnya, perlu dibangun terasering atau sengkedan

untuk menghambat lajunya aliran air hujan.

4) Pelestarian udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap

organisme bernapas memerlukan udara. Upaya yang dapat dilakukan untuk

menjaga udara, agar tetap bersih dan sehat, antara lain: menggalakkan

penanaman pohon ataupun tanaman hias di sekitar kita. Tanaman dapat

menyerap gas-gas yang berbahaya bagi manusia, dan mampu

memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Disamping itu,

tumbuhan juga mengeluarkan uap air sehingga kelembaban udara akan

tetap terjaga, mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa

pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin. Asap

yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor dan cerobong asap,

merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan

kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke

udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi

lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik,

mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat

merusak lapisan ozon di atsmosfer. Gas Freon yang digunakan untuk

pendingin pada AC atau kulkas serta dipergunakan diberbagai produk

kosmetik, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon sehingga

(12)

5) Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu

hingga kini, tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan

kawasan hutan menjadi rusak. Upaya yang dapat dilakukan untuk

melestarikan hutan: reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul,

melarang pembabatan hutan, menerapkan sistem tebang-pilih dalam

menebang pohon, menerapkan sistem tebang-tanam dalam kegiatan

penebangan hutan, dan menerapkan sanksi yang berat, bagi mereka yang

melanggar ketentuan mengenai pengolahan hutan. Wawasan Taman

Nasional Gunung Leuser adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di

Indonesia seluas 1.094.692 hektar. Secara administrasi, terletak di dua

provinsi (Provinsi Aceh dan Sumatera Utara). Hutan tersebut sebagian

besar berada di Aceh Timur, Aceh Selatan, dan Langkat Sumatera Utara.

Hutan ini terkenal dengan hasil kopi kelas dunia dan tembakau. Taman

Nasional Gunung Leuser

6) Pelestarian flora dan fauna

Kehidupan di bumi, merupakan sistem ketergantungan antara:

manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitar. Terputusnya salah satu mata

rantai dari sistem tersebut, akan mengakibatkan gangguan dalam

kehidupan. Oleh sebab itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang

mutlak harus diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Beberapa

upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna

diantaranya adalah: mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa, serta

(13)

margasatwa? Suaka margasatwa adalah suatu kawasan hutan, tempat

melindungi hewan-hewan tertentu dan tidak untuk diburu. Contoh: suaka

margasatwa Way Kambas di Lampung, suaka margasatwa Gunung Leuser

di Aceh, dan lain-lain. Sedangkan, cagar alam adalah kawasan hutan untuk

melindungi: hewan, tumbuhan, tanah, dan tempat-tempat bersejarah

lainnya. Contoh: cagar alam Pananjung di Pangandaran, cagar alam

Rafflesia di Bengkulu, dan lain-lain.

7) Pelestarian laut dan pantai

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang sangat luas dan

banyak menyimpan kekayaan alam yang melimpah. Kerusakan biota laut

dan pantai, lebih banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan

pasir pantai, pengrusakan hutan bakau, dan pengrusakan hutan

bakaukarang di laut merupakan kegiatan-kegiatan manusia yang

mengancam kelestarian laut dan pantai. Adapun upaya untuk melestarikan

laut dan pantai, dapat dilakukan dengan cara: Melakukan reklamasi pantai

dengan cara menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.

Melarang pengambilan batu karang yang berada disekitar pantai maupun

di dasar laut. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya,

dalam mencari ikan.

2.5 Pengertian Wilayah Pesisir

(14)

1. Laut territorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 mil laut diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia,

2. Perairan Kepulauan, adalah semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa memperhatikan kedalaman dan jarak dari pantai,

3. Perairan Pedalaman adalah semua peraiaran yang terletak pada sisi darat dari garis air rendah dari pantai-pantai Indonesia, termasuk didalamnya semua bagian dari perairan yang terletak pada sisi darat pada suatu garis penutup

Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi pengembangan ekonomi Indonesia, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan beberapa ahli dalam berbagai kesempatan, juga mengindikasikan hal yang serupa. Fakta-fakta tersebut antara lain adalah:

1. Secara sosial, wilayah pesisir dihuni tidak kurang dari 110 juta jiwa atau 60% dari penduduk Indonesia yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai. Dapat dikatakan bahwa wilayah ini merupakan cikal bakal perkembangan urbanisasi Indonesia pada masa yang akan dating.

2. Secara administratif kurang lebih 42 Daerah Kota dan 181 Daerah Kabupaten berada di pesisir, dimana dengan adanya otonomi daerah masing-masing daerah otonomi tersebut memiliki kewenangan yang lebih luas dalam pengolahan dan pemanfaatan wilayah pesisir.

3. Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar mulai dari Sabang hingga Jayapura, dimana didalamnya terkandung berbagai asset sosial (Social Overhead Capital) dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi dan financial yang sangat besar.

(15)

itu, pada wilayah ini juga terdapat berbagai sumber daya masa depan (future resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum dikembangkan secara optimal, antara lain potensi perikanan yang saat ini baru sekitar 58,5% dari potensi lestarinya yang

termanfaatkan.

5. Wilyah pesisir di Indonesia memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter) sekaligus sebagi simpul transportasi laut di Wilayah Asia Pasifik. Hal ini menggambarkan peluang untuk meningkatkan pemasaran produk-produk sektor industri Indonesia yang tumbuh cepat (4%-9%)

6. Selanjutnya, wilayah pesisir juga kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan lauatan yang potensial dikembangkan lebih lanjut meliputi (a)

pertambangan dengan diketahuinya 60% cekungan minyak, (b) perikanan dengan potensi 6,7 juta ton/tahun yang tersebar pada 9 dari 17 titik

penangkapan ikan di dunia, (c) pariwisata bahari yang diakui duniadengan keberadaan 21 spot potensial, dan (d) keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi pengembangan kegiatan “ecotaurism”.

7. Secara biofisik, wilayah pesisir di Indonesia merupakan pusat biodiversity laut tripis dunia kerena hamper 30% hutan bakau dan terumbu karang dunia terdapat di Indonesia.

8. Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan perbatasan antar Negara maupun antar daerah yang sensitive dan memiliki implikasi terhadap pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2.6 Karakteristik Ekosistem Pesisir

(16)

ekosistem terumbu karang. Dari ekosistem pesisir ini, masing masing ekosistem mempunyai sifat- sifat dan karakteristik yang berbeda beda. Berikut merupakan penjelasan dari ekosistem pesisir dan faktor pendukungnya:

1. Pasang Surut

Daerah yang terkena pasang surut itu brmacam – macam antara lain gisik, rataan pasang surut. Lumpur pasang surut, rawa payau, delta, rawa mangrove, dan padang rumput (sea grass beds). Rataan pasut adalah suatu mintakat pesisir yang pembentukannya beraneka, tetapi umumnya halus, pada rataan pasut umumnya terdapat pola sungai yang saling berhubungan dan sungai utamanya halus, dan masih labil. Artinya Lumpur tersebut dapat cepat berubah apabila terkena arus pasang. Pada umumnya rataan pasut telah bervegetasi tetapi belum terlalu rapat, sedangkan lumpur pasut belum bervegetasi.

2. Estuaria

Menurut kamus (Oxford) eustaria adalah muara pasang surut dari sungai yang besar. Batasan yang umum digunakan saat sekarang, eustaria adalah suatu tubuh perairan pantai yang semi tertutup, yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan didalamnya ait laut terencerkan oleh air tawar yang berasal dari drainase daratan. Eustaria biasanya sebagai pusat permukiman berbagai kehidupan. Fungsi dari eustaria cukup banyak antara lain : merupakan daerah mencari ikan, tempat pembuangan limbah, jalur transportasi, sumber keperluan air untuk berbagai industri dan tempat rekreasi.

3. Hutan Mangrove

(17)

4. Padang Lamun (Sea Grass Beds)

Padang lamun cukup baik pada perairan dangkal atau eustaria apabila sinar matahari cukup banyak. Habitanya berada terutama pada laut dangkal. Pertumbuhannya cepat kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th. Padang lamun ini mempunya habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau subtropics. Ciri binatang yang hidup di padang lamun antara lain:

a. Hidup di daun lamun

b. Makan akar canopy daun

c. Bergerak di bawah canopy daun

d. Berlindung di daerah padang lamun

5. Terumbu Karang

(18)

Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-35ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya yang berada diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang alami. Keindahannya dengan warna-warni ikan dan karang membuat terumbu karang dapat menjadi obyek wisata air, baik snorkeling ataupun selam.

2.7 Pengertian Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu

Menurut Sain dan Krecth Pengelolaan Pesisir Terpadu (P2T) adalah proses yang dinamis yang berjalan secara terus menerus, dalam membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan, pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya pesisir dan lautan. Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan proses kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang dapat diterima secara politis.

2.8 Pengelolaan Pesisir Secara Berkelanjutan

(19)

Darah pesisir di Indonesia sebenarnya telah mendapat persetujuan dalam mengatur, mengelola, atau memberdayakan daerahnya masing masing, seperti dibahas pada Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan yang luas kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan kewenangan daerah di wilayah laut adalah :

 Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut tersebut

 Pengaturan kepentingan administratif

 Pengaturan ruang

 Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah

 Bantuan penegakan keamanandan kedaulatan Negara.

2.9 Pemanfaatan dan Pengelolaan Potensi Pesisir Daerah di Indonesia

Dari pengalaman pengalaman yang sudah berjalan sampai sekarang, Daerah pesisir di Indonesia yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan, merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya, hal ini berkaitan dengan para nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.

(20)

untuk usaha ekonomi dalam skala besar baru dilakukan pada sebagian Kabupaten dan Kota yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak disektor pariwisata dan sudah mempunyai kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan seperti ini.

Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan yang termasuk juga daerah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi daerah maka pemanfaatan potensi daerah pesisir ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten atau kota yang berada di pesisir. Jadi belum semua Kabupaten dan Kota yang memanfaatkan potensi daerah pesisir.

2.10 Permasalahan dan Ancaman Potensi Wilayah Indonesia

Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir yang dilakukan oleh masyarakat maupun daerah sebagian belum memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi dan kelestarian pesisir dan lingkungannya. Penyebab degradasi kondisi daerah pesisir secara tidak langsung juga disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam di hulu yang berpengaruh terhadap muara di pesisir.

Kebijakan reklamasi yang tidak berdasarkan kepada analisa dampak lingkungan pada beberapa daerah juga berpengaruh terhadap ekosistem dipesisir. Perizinan pengembangan usaha bagi kelangan dunia usaha selama ini sebagian besar menjadi kewenangan pusat. Kadangkala dalam hal ini pemberian izin tersebut tanpa memperhatikan kepentingan daerah dan masyarakat setempat.

Jika kita perhatikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

(21)

 Pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir cendrung bersifat sektoral, sehingga kadangkala melahirkan kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain.

 Pemanfatan dan pengelolaan daerah pesisir belum memperhatikan konsep daerah pesisir sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah administratif pemerintahan, sehingga hal ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar daerah.

 Kewenangan daerah dalam rangka otonomi daerah belum dipahami secara komprehensif oleh para stakeholders, sehingga pada setiap daerah dan setiap sector timbul berbagai pemahaman dan penafsiran yang berbeda dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir.

2.11 Peran dan Partisipasi Aktif Untuk Melestarikan Ekosistem Pesisir

(22)

penanggulangan masalah kerusakan sumber daya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternative sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu:

 Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan

 Pengembangan keterampilan masyarakat

 Pengembangan kapasitas masyarakat

 Pengembangan kualitas diri

 Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperan serta

 Penggalian dan pengembangan nilai tradisional masyarakat

Oleh karena itu, pelestarian ekosistem pesisir bukan hanya tugas dan keawajiban dari masyarakat wilayah pesisir, melainkan semua aspek masyarakat yang ada. Masyarakat umum harus mulai disadarakana bagaimana pentingnya ekosistem pesisir bagi keberlanjutan kehidupan bagi umat manusia. Meskipun, untuk kejadian proses alam lingkungan sekitar dan interaksi antara faktor abiotik dan biotik serta perubahan ekologis hanya bisa di pahami oleh ilmuwan dan pakar lingkungan, basis data yang didapat dari mereka bisa digunakan untuk sumber informasi untuk disebarkan lebih luas agar semua masyarakat dapat ikut melestarikan dan menjaga ekosistem pesisir sehingga proses pengelolaan ekosistem pesisir bisa berjalan tidak hanya untuk jangka pendek, melainkan bisa hingga jangka panjang.

2.12 Cara Perlindungan dan Pelestarian Ekosistem Pesisir

(23)

memikirkan dampak jangka panjangnya bagi generasi penerus. Berikut merupakan tahapan yang dapat digunakan untuk perlindungan maupun pelestarian ekosistem pesisir, diantaranya adalah:

 Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan pesisir sekaligus melakukan aktivitas penghijuan. Untuk melakukan restorasi perlu memperhatikan pemahaman pola hidrologi, perubahan arus laut, tipe tanah.

 Reorientasi, dimaksudkan sebagai sebuah perencanaan pembangunan yang berparadigma berkelanjutan sekaligus berwawasan lingkungan. Sehingga motif ekonomi yang cenderung merusak akan mampu diminimalisasi

 Responsivitas, dimaksudkan sebagai sebuah upaya dari pemerintah yang peka dan tanggap terhadap problematika kerusakan ekosistem pesisir. Hal ini dapat ditempuh melalui gerakan kesadaran pendidikan dini, maupun advokasi dan riset dengan berbagai lintas disiplin keilmuan\

 Rehabilitasi, gerakan rehabilitasi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengembalikan peran ekosistem pesisir sebagai penyangga kehidupan biota laut. Salah satu wujud kongkrit pelaksanaan rehabilitasi yaitu dengan menjadikan kawasan pesisir sebagai area konservasi yang berbasis pada pendidikan (riset) dan ekowisata

 Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran bersama sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat.

 Regulasi, dalam hal ini setiap daerah pasti mempunyai Perda yang telah diatur secara jelas dan gambling. Maka dari itu, perlu kesadaran dan kewajiban untuk memenuhi perda yang telah ada dan telah dibuat. Ini bisa dijadikan sebuah punishment apabila tidak dijalankan secara

(24)

III. Metodologi Praktikum

Dalam melakasanakan praktikum di pantai nongsa batam ini diharapkan kita dapat mendapatkan dilakukan dengan beberapa metode untuk mendapatkan data primer yang representatif yaitu:

a. Direct Observation

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data yang

sebenarnya, sehingga data yang di dapatkan lebih representative untuk melihat kondisi pantai diantaranya:

1. Kondisi Pantai (Topo dan geografis):

(25)

- Warna

- Kec angin dan kelembaban udara

2. Oseanograpy data - Batu karang : banyak

b. Batch litter survey

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data:

- Identifikasi jenis sampah : Organik, an organik, dan B3 - Sumber sampah : pengunjung, dan proses maintenance - Jumlah sampah : > 50 kg/hari

1. Pengolahan sampah

- Jumlah tong sampah per 100 m persegi : < 1 tong sampah/m2

- Model tong sampah : terbuat dari kayu

- Penempatan tong sampah : di sudut-sudut jalan c. Wawancara pengolahan pantai

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data, cara pengelolaan pantai dilakukan dengan model CBM, atau tradisional.

Untuk data sekunder kita lakukan dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dengan pengelola dan mencari sumber data di internet seperti : sosial budaya, struktur organisasi, dan kelembagaan. Data-data yang telah

(26)

IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil

Dari praktikum yang telah di lakukan di pantai nongsa batam di dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Form isian jenis dan Klasifikasi Sumberdaya Alam (SDA) di Nongsa Batam

Informasi Tentang Sumberdaya Alam sifat

pembaharuannya

Yang

teridentifikasi

Potensinya/

Jumlah Kondisi/Status Pemamfaatan Status Pengelolaan

1. Renewable

Pohon Kelapa banyak terawat Buah kelapa

di jual tradisional

Air laut banyak - Tidak

dimanfaatkan

-Ikan banyak - Ikan dijual tradisional

Trumbu karang/batu karang

(27)

-2. Unrenewable

1. Kondisi Pantai (Topo dan geografis):

- Posisi lokasi : Turi Beach Resort Pantai Nongsa Batam - Lebar pantai : n/a

- Kemiringan pantai: n/a - Jenis pasir pantai: Putih - Warna: Putih

- Kec angin dan kelembaban udara:n/a

2. Oseanograpy data

- Arus: n/a

(28)

3. Ekosistem

- Vegetasi pantai:Kelapa - Mangrove : n/a

- Terumbu karang:banyak - Batu karang : banyak

d. Batch litter survey

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data:

- Identifikasi jenis sampah : Organik, an organik, dan B3 - Sumber sampah : pengunjung, dan proses maintenance - Jumlah sampah : > 50 kg/hari

1. Pengolahan sampah

- Jumlah tong sampah per 100 m persegi : < 1 tong

sampah/m2

- Model tong sampah : terbuat dari kayu - Penempatan tong sampah : di sudut-sudut

(29)

4.2 Pembahasan

Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Ke arah darat

wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang

masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan

air asin. Sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih

dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan

aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti

penggundulan hutan dan pencemaran (Bengen, 2002).

Besarnya potensi kekayaan alam pesisir telah menimbulkan berbagai

permasalahan lingkungan hidup seperti kelebihan tangkap (over fishing) di sektor

perikanan, perusakan hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun serta

abrasi pantai dan gelombang pasang hingga masalah kerusakan akibat bencana

alam seperti tsunami. Permasalahan ini secara langsung maupun tidak langsung

terkait dengan kemiskinan masyarakat pesisir, kebijakan yang tidak tepat,

rendahnya penegakan hukum (law enforcement), dan rendahnya kemampuan

sumberdaya manusia (SDM). Permasalahan di pesisir di atas bila dikaji lebih

(30)

Menurut Dahuri (2003) ada lima faktor, yaitu pertama tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi dan kemiskinan, kedua konsumsi berlebihan dan

penyebaran sumberdaya yang tidak merata, ketiga kelembagaan, keempat,

kurangnya pemahaman tentang ekosistem alam, dan kelima kegagalan sistem

ekonomi dan kebijakan dalam menilai ekosistem alam.

Beberapa hasil studi mengungkapkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan sumberdaya pesisir yang selama ini dijalankan bersifat sektoral dan

terpilah-pilah. Padahal karakteristik ekosistem pesisir yang secara ekologis saling

terkait satu sama lain termasuk dengan ekosistem lahan atas, serta beraneka

sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan sebagai potensi pembangunan yang

pada umumnya terdapat dalam suatu hamparan ekosistem pesisir. Sehingga

pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara optimal dan berkelanjutan hanya

dapat diwujudkan melalui pendekatan terpadu dan holistik. Pengelolaan wilayah

pesisir terpadu dinyatakan sebagai proses pemanfaatan sumberdaya pesisir serta

ruang yang memperhatikan aspek konservasi dan keberlanjutannya. Adapun

konteks keterpaduan meliputi dimensi sektor, ekologis, hirarkhi pemerintahan,

antar bangsa/negara, dan disiplin ilmu (Cicin-Sain dan Knect, 1998; Kay dan

Alder, 1999).

Masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir atau sering disebut masyarakat pesisir

menjadi bagian penting dalam ekosistem pesisir. Komponen terbesar dari

masyarakat pesisir adalah nelayan yang memiliki ketergantungan yang besar

terhadap keberlanjutan sumberdaya alam pesisir. Nelayan adalah orang yang

melakukan penagkapan (budidaya) di laut dan di tempat yang masih dipengaruhi

(31)

kemiskinan masyarakat pesisir di Pantai Nongsa. Beberapa hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa penyebab kemiskinan mereka adalah faktor budaya

dan degradasi sumberdaya. Degradasi sumberdaya seperti rusaknya ekosistem

mangrove dan perikanan sebagian diakibatkan oleh penggunaan alat tangkap

perikanan yang destruktif, aktivitas illegal lodging, alih fungsi lahan menjadi

tambak dan perkebunan sawit. Berdasarkan kondisi spesifik dan kemiskinan yang

seakan menjadi trade mark komunitas di pesisir, maka pemahaman lebih jauh

tentang pengelolaan wilayah pesisir menjadi penting. Berkaitan dengan

pengelolaan wilayah pesisir, menurut Bromley dan Cernea (dalam Adhuri, 2005),

ada empat tipe pemilikan dan penguasaan sumberdaya pesisir, yaitu: a. Open

access property, b. Common property, c. Public property, dan d. Private property.

Masing-masing karakteristik tipe pemilikan dan penguasaan sumberdaya pesisir

ini turut menentukan bagaimana cara pengelolaan wilayah pesisir dilakukan. Di

Pantai Nongsa terdapat keempat tipe pemilikan dan penguasaan sumberdaya

tersebut, namun yang dominan adalah tipe milik Pemerintah, dan dibeberapa

tempat berkembang tipe milik quasi-pribadi. Di perairan Bunaken masyarakat

nelayan masih menganggap sumberdaya ikannya sebagai open access property

sehingga nelayan dari tempat lain dibiarkan menangkap ikan. Di desa Nongsa

masyarakat menganggap sumberdaya ikan, mangrove dan terumbu karang yang

ada di depan desa mereka adalah milik komunal dari desa tersebut (Mancoro

dalam Adhuri, 2005). Akan tetapi UU Pokok Perairan no. 6/1996 dengan tegas

menyatakan sumberdaya alam yang ada di perairan adalah milik pemerintah.

Dalam skala tertentu pemerintah membiarkan kelompok masyarakat pesisir untuk

(32)

dianggap milik penduduk, tetapi disisi lain dianggap milik pemerintah. Kerancuan

pemilikan dan penguasaan sumberdaya pesisir (ambiguity of property regimes) ini

mendorong timbuinya konflik pemanfaatan (user conflict) dan konflik

kewenangan (yurisdictional conflict). Konflik dapat muncul dari beberapa sebab,

namun yang dominan adalah kerancuan tipe pemilikan. Konflik yang berkaitan

dengan penguasaan sumberdaya alam laut sering kali muncul misalnya seperti

kasus di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. (Adhuri, 2005). Dalam tulisannya

Adhuri menyatakan ada dua tantangan dalam mempraktekkan manajemen

sumberdaya laut secara berkelanjutan yaitu pertama, kesadaran yang ditunjukkan

oleh pelaku akan pentingnya manajemen yang berkelanjutan dan berkeadilan tidak

tampak pada stakeholder (termasuk aparat militer dan birokrasi daerah) di daerah.

Kedua, terdapatnya kontestasi di antara semua kelompok yang terkait dengan

pemanfaatan sumber daya laut. Pada arena kontestasi ini tampaknya

masing-masing kelompok cenderung saling mengklaim hak khusus mereka terhadap

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Adhuri, Dedi Supriadi. 2005. Perang-perang Atas Laut, Menghitung Tantangan

pada Manajemen Sumberdaya Laut di Era Otonomi : Pelajaran dari Kepulauan

Kei, Maluku Tenggara. Dalam Jurnal Antropologi Indonesia Vol 29, No.3.

Hal.300-308. 5.

Akil, Sjarifuddin. 2002. Kebijakan Kimpraswil Dalam Rangka Percepatan

Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Makalah Rapat Koordinasi Nasional

Departemen Kelautan dan perikanan Tahun 2002. Jakarta.Nurmalasari, Y. Analisis

Pengelolaan Wilayah Pesisr Berbasis Masyarakat. www.

Stmik-im.ac.id/userfiles/jurnal%20yessi.pdf.

Asosiasi Pemeritah Kabupaten Seluruh Indonesia (APAKASI). 2001.

Permasalahan dan Isu Pengelolaan dan Pemanfaatan Pesisir Di

Daerah. http://aplikasi.or.id/modules.php?name=news&files=article&sid=106.

Bengen, D. G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan

Lautan. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Bogor.

Biliana Cincin-Sain dan Robert W. Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean

(34)

Coztanza, R. 1991. Ecological economics: The Science and Management of

Sustainability. Columbia University Press. New York.

Dahuri, Rokhmin. 1997. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan

Berganda Ekosistem Mangrove di Sumatera. Dalam Panduan Pelatihan

Pelestarian dan Pengembangan Ekosistem Mangrove Secara Terpadu dan

Berkelanjutan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Brawijaya.

Malang.

DKP. 2008. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Atrikel on-line Dinas Kelautan dan Perikanan.

Haryandi. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Lahan Wilayah

Pesisir di Pantai Timur kabupaten Lampung Selatan.

http://ipsgampang.blogspot.co.id/2014/12/prinsip-prinsip-pengelolaan-sumber-daya.html

http://pustakailmiah.unila.ac.id./2009/07/06/pemberdayaanmasyarakatterhadap-pengelolaan-lahan-wilayah pesisirdipantaitimurkabupatenlampung-selatan

http://www.terangi.or.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=153:ekosistem#ixzz3tuWkhGdo

Kay, R. dan Alder, J. 1999. Coastal Management and Planning. E & FN SPON.

New York.

La, An. 2008. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dengan Memenfaatkan

Sistem Informasi Geografi dan Data Penginderaan Jarak

Jauh. http://mbojo.wordpress.com.

Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Tinjauan Aspek Penataan

(35)

ITS ke-34.

Surabaya. http://www.penataanruang.net/taru/makalah/men_prlautpesisirTTS43.p

df..

Muttaqiena, dkk. 2009. Makalah Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara

Berkelanjutan Pasca Tsunami Desember 2004.

http://slideshare.net/abida/pengelolaan-pesisir.

Tarigan, Kelin. 1990. Pengaruh Motorisasi Penangkapan Terhadap Distribusi

Pendapatan Nelayan di Sumatera Utara. Disertasi S3 UNPAD. Bandung.

Timothy Beatly, David J. Bower, dan Anna K. Schwab. 2002. An Introduction to

Coastal Zone Management. Island Press. Washington, DC.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia. Wiyana, Adi.

2004. Faktor Berpengaruh Terhadap Keberlanjutan Pengelolaan Pesisir Terpadu

Gambar

Tabel 1. Form isian jenis dan Klasifikasi Sumberdaya Alam (SDA) di Nongsa

Referensi

Dokumen terkait

Konflik yang terjadi di Solok Selatan saat ini, terutama dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya pengelolaan tambang emas yaitu adanya tekanan dari investor kepada

Setiap usaha dan/atau kegiatan pemanfaatan sumber daya alam wajib memperoleh izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Masih ditemukan banyak sumber daya alam, budaya, kuliner dan pesona alam di berbagai daerah di Indonesia yang masih belum terkelola dengan baik bahkan masih belum

Sumberdaya di wilayah pesisir terdiri dari sumber daya alam yang dapat. pulih dan sumber daya alam yang tidak

- Penyusunan Rencana Penataan Blok - Mengusulkan penyusunan Rencana Pengelola belum dilaksanakan Penataan Blok Pengelolaan - Pemanfatan Kawasan - Pengembangan wisata alam di dalam

Skripsi yang berjudul “Upaya Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Melalui Pengelolaan Sumber Daya Alam di Kabupaten Hulu Sungai Utara”, ditulis oleh Siti

Untuk meningkatkan kualitas ekosistem pesisir dan laut, telah dilakukan upaya konservasi dan rehabilitasi pesisir dan laut melalui pengelolaan sumber daya pesisir dan laut

Bahan Ajar Geografi Kelas XI SMA Pendidikan Geografi Universitas Negeri Padang Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia | 29 d Pembangunan yang dilakukan mendasar pada nilai-nilai