• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENT"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TENTANG

PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERSALINAN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT MEUTIA

KABUPATEN ACEH UTARA

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Oleh :

FARIDA NIM : 08010210

SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN U’BUDIYAH

BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN

(2)

iv

PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini telah Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Ketua : ANDA SYAHPUTRA, M. Kes ( )

Penguji I : ISMAIL, SKM. M . pd ( )

Penguji II : SITI WAHYUNI, SST ( ) Banda Aceh, 21 November 2011

TandaTangan

MENGETAHUI :

KETUA STIKes U’BUDIYAH BANDA ACEH

MENGETAHUI :

KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN

(3)

iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

Banda Aceh, 21 November 2011 Pembimbing

(ANDA SYAHPUTRA, S. Kep, M. Kes) Nip : 19781225 200604 1 005

MENGETAHUI :

KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH

(4)

(Q.S Alam Nasyrah: 6-7) Syukur Alhamdullilah…

Akhirnya sebuah perjalanan telah berhasil ku tempuh walaupun terkadang aku tersandung dan jatuh, tapi semangatku tak pernah rapuh untuk berdiri kembali. Namun aku tahu ini

bukan akhir dari perjalanan melainkan awal dari suatu perjalanan.

Ibunda….

Tangismu tanda kasih sayangmu untukku

Disetiap detik dalam langkahku selalu ada doa yang Engkau kirimkan Disetiap detik perbuatanku selalu bayangmu menghampiriku

Ibunda Engkaulah lilin penerang jalanku

Ayahanda…..

Tanganmu adalah petunjukku, suaramu adalah pendorongku Tatapanmu adalah semangatku

Keringat jernihmu menuntun setiap langkahku Pengorbananmu begitu besar untukku Demi keberhasilan ananda meraih cita-cita…..

Seiring doa dan Ridha-Mu yaAllah SWT

Kupersembahkan Karya Tulis Ilmiah ini kepangkuan teristimewa Ayahanda H.M.Yusuf dan Ibunda Hj. Salbiah

Abangku tersayang (M.Hasan) kakakku tersayang Alm Nursiah serta keponakanku Abdul Latif, Tiva, Amelia yang telah memberikan dorongan beserta doa

demi keberhasilanku.

Tak terlukiskan terima kasih untuk Bapak Anda Syahputra, S.Kep.M.Kes selaku pembimbing, Bapak Ismail, SKM, M.pd Dan Ibu Siti Wahyuni, SST selaku penguji yang

telah banyak membantu dan memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan KTI ini dan juga para dosen staf.

Dan yang teristimewa untuk my best friends : Riski Mauleni, Mulida, Amrizal. terima kasih atas kebersamaan dan yang selalu ada menemani dalam suka, duka, canda dan tawaku dan buat teman-teman seperjuangan angkatan 2008, Semoga persahabatan kita

(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan badan dan fikiran sehingga peneliti telah dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses

Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti banyak mendapatkan kesulitan, namun berkat bimbingan dan arahan serta bantuan dari berbagai pihak maka peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dedi Zefrizal, ST selaku Ketua yayasan U’Budiyah Banda Aceh. 2. Ibu Marniati, M.Kes, selaku Ketua STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

3. Ibu Cut Efriana, SST, selaku Ketua Prodi Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh.

(6)

v

dan dorongan untuk keberhasilan peneliti dalam menempuh pendidikan. 7. Kepada Seluruh Dosen dan Staf STIKes U’Budiyah Banda Aceh Prodi D-III

Kebidanan yang telah memberikan ilmu, kesempatan dan bantuan kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Terakhir tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam penyusun Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang, meskipun demikian peneliti sangat berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat.

Banda Aceh, 21 November 2011

(7)

ii

ABSTRAK

Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara Tahun 2011.

x + VI Bab + 51 halaman : 9 tabel, 3 gambar, 10 lampiran

Dari data hasil penjajakan awal penulis, terdapat Tenaga Bidan di RSUD Cut Meutia sebanyak 42 orang. Dimana hasil wawancara pada 7 orang bidan dengan berisi pertanyaan tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan, hanya 4 orang yang dapat memberikan jawaban yang mengarah sesuai dengan teori, sedangkan 3 bidan kurang memahami tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan. Hal ini dilihat juga dari tugas yang di laksanakan Bidan di RSUD Cut Meutia, seperti memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan ibu hamil, pelayanan persalinan dan pelayanan Keluarga Berencana.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan di RSUD Cut Meutia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Analitik dan data yang digunakan adalah data primer dengan populasi seluruh Bidan di RSUD Cut Meutia tahun 2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 42 responden. Alat ukur yang di gunakan adalah kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan pada tanggal 25 – 27 Oktober 2011.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori berpengetahuan baik, yang melakukan pencegahan infeksi pada ibu bersalin sebanyak 30 responden (80,55%), kategori berpengetahuan cukup, yang melakukan pencegahan infeksi pada ibu bersalin sebanyak 6 responden (11,11%), kategori berpengetahuan kurang atau yang tidak melakukan pencegahan infeksi sebanyak 6 responden (8,33%), di lihat dari segi sikap katagori positif yang melakukan pencegahan infeksi sebanyak 37 responden (89,18%), dan katagori negatif yang melakukan pencegahan infeksi sebanyak 5 responden (10,81% ).

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap bidan di RSUD Cut Meutia Lhokseumawe sudah berada pada katagori yang baik, disarankan agar para bidan bisa lebih optimal dalam penerapan pencegahan infeksi, juga terhadap pihak rumah sakit agar lebih memperhatikan para bidan dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi.

(8)

vii JUDUL LUAR

HALAMAN JUDUL……….. . i

ABSTRAK……… ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN……… iii

PENGESAHAN PENGUJI……… ... iv

KATA PENGANTAR ... v

MOTTO ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR………. . ix

DAFTAR LAMPIRAN……… ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ……….. ... 5

2. Tujuan Khusus . ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritis . ... 6

2. Manfaat Praktis . ... 6

3. Manfaat Bagi Penulis . ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Konsep Pencegahan Infeksi ... 7

1. Pengertian . ... 7

2. Tujuan Utama Pencegahan Infeksi . ... 7

(9)

vii

4. Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi . ... 8

. B. Pengetahuan ... 26

1. Pengertian . ... 26

2. Tingkat Pengetahuan . ... 27

3. Sumber Pengetahuan . ... 28

C. Sikap ... 30

D. Kerangka Teori . ... 32

BAB III KERANGKA KONSEP ... 33

A. Variabel Penelitian ... 33

B. Defenisi Operasional ... 34

C. Cara Pengukuran Variabel ... 34

BAB IV METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 37

1 Populasi . ... 37

2 Sampel . ... 37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

1. Lokasi Penelitian. ... 37

2. Waktu Penelitian. ... 38

D. Cara Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Pengolahan Data. ... 38

G. Analisa Data . ... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40

B. Hasil Penelitian ... 44

(10)

vii

DAFTAR PUSTAKA………. 52

LAMPIRAN……… 54

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program – program yang berhasil untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi melalui rute darah, duh tubuh , percikan, atau kontak di fasilitas pelayanan kesehatan didasarkan pada pemahaman tentang lingkup masalah ,prioritas kegiatan dan secara efektif menggunakan sumber yang tersedia, sumber tersebut lah dibeberapa tempat yang membuat fungsi system surveilan infeksi sangat kurang ( JHPIEGO,2004).

Persalinan yang bersih dan aman sebagai pilar ketiga Safe Motherhood yang di kategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan, pada tahun 1997 baru mencapai 60 % (Saifuddin, 2006). Pencegahan infeksi merupakan aspek ketiga dari Lima Benang Merah yang terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman dan juga merupakan salah satu usaha untuk untuk melindungi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008).

(12)

Kematian maternal menurut WHO adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun. kematian ibu akibat masalah persalinan di negara berkembang dengan rasio 450/ 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia yaitu 263/ 100.000 kelahiran hidup yang bisa disebabkan oleh perdarahan (28%), eklamsi (24%) dan infeksi (11%), Peranan tenaga kesehatan sangat penting dalam pencegahan infeksi seperti yang tercantum dalam Safe Motherhood dan Lima Benang Merah Asuhan Persalinan (Purwanti, 2010).

Infeksi juga merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu dan bayi baru lahir, sebenarnya itu semua dapat dicegah. Dunia internasional saat ini sudah berpedoman kepada Universal Precaution Standard sebagai upaya mengatasi berbagai penyakit infeksi terutama

penyakit menular. Dalam rangka pencapaian visi Indonesia Sehat 2010, yang menekankan paradigma sehat, berupa orientasi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan sangat terpadu (Bascommetro, 2010).

(13)

3

meningkat. sebagian besar infeksi dapat dicegah dengan strategi-strategi yang ada dan relative murah (Prawirohardjo, 2004).

Menurut Al Varado (2000) Angka infeksi nosokomial terus meningkat mencapai sekitar 9% atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap dirumah sakit seluruh dunia. Untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu di terapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (Depkes RI, 2007).

Angka kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 per 100.000 kelahiran berdasarkan hasil survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007, Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300 per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Kasus kematian ibu melahirkan di Indonesia masih tergolong cukup tinggi. Padahal berdasarkan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDGs), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada

angka 103 per 100.000 kelahiran. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai

(14)

ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus. persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu melahirkan adalah infeksi 11% (Propiona, 2010).

Jumlah kematian ibu di Provinsi NAD mencapai 172 kasus. Kabupaten dengan jumlah kematian ibu tertinggi terdapat di Kabupaten Pidie sebanyak 24 kasus. Urutan kedua dan ketiga berturut-turut adalah Kabupaten Aceh Selatan (17 kasus) dan Kabupaten Bireuen (15 kasus), Rata-rata hampir seluruh kabupaten yang ada di Propinsi NAD cakupan pertolongan persalinan oleh nakes mencapai lebih dari 50%. Hanya Kabupaten Gayo Lues yang cakupannya pertolongan persalinannya tidak mencapai 50%. Dilaporkan penyebab kematian ibu di Propinsi NAD berturut-turut sebagai berikut Perdarahan post partum (33,72%), Eklampsia (18,02%), Infeksi jalan lahir (11,05%) (Provinsi NAD, 2007).

Jumlah kematian Ibu akibat persalinan tercatat 15 orang dari januari sampai desember 2010,penyebab kematian perdarahan 6 orang , eklamsia 5 orang, infeksi jalan lahir 4 orang (RSUCM,2011)

(15)

5

dari tugas yang di laksanakan Bidan di RSUD Cut Meutia, seperti memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan ibu hamil, pelayanan persalinan dan pelayanan Keluarga Berencana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dengan adanya kasus infeksi baik data NAD dan RSUCM Maka penulis merumuskan permasalahannya adalah

“Bagaimana Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi

Pada Proses Persalinan Di rumah Sakit Umum Cut Meutia Tahun 2011 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan Di RSUD Cut Meutia. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan.

(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai penambah literature tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan di Perpustakaan Akademi Kebidanan Ubudiyah.

2. Manfaat Praktis

Sebagai Penambah informasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada bidan tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan DI RSUD Cut Meutia Sehingga menambah pengetahuan yang lebih spesifik.

3. Manfaat bagi Penulis

Melalui Penelitian ini Peneliti dapat mengaplikasikan dan memperdalam ilmu yang telah di pelajari di bangku perkuliahan sehingga dapat mengerti tentang Pencegahan Infeksi Pada Proses Persalinan.

4. Manfaat bagi Bidan

(17)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pencegahan Infeksi

1. Pengertian

Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya. Juga upaya-upaya menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit berbahaya

(Depkes RI, 2008)

2. Tujuan utama pencegahan infeksi

a. Mencegah infeksi umum

b. Meminimalkan resiko penyebaran penyakit yang berbahaya saperti hepatitis B dan HIV/AID kepada pasien, kepada petugas

(18)

3. Prinsip-Prinsip dasar Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:

a. Setiap individu (ibu, bayi baru lahir, maupun penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).

b. Setiap individu harus dianggap beresiko terkena infeksi.

c. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dan telah bersentuhan dengan kulit tak utuh/selaput mukosa atau darah, harus diangap terkontaminasi sehinga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.

d. Apabila tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten (Widyastuti, 2009).

4. Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi

(19)

9

menyebarkan infeksi, penatalaksanaan pencegahan infeksi antara lain sebagai berikut :

a. Cuci tangan

Cuci tangan adalah prosedur yang paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Prosedur cuci tangan :

1) Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan. 2) Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.

3) Gosok dengan kuat kedua tangan, gunakan sabun biasa atau yang mengandung anti mikroba selama 15 sampai 30 detik (pastikan menggosok sela – sela jari). Tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama.

4) Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir.

5) Biarkan tangan kering dengan cara diangin–anginkan atau keringkan dengan kertas tisu yang bersih dan kering atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

6) Bila menggunakan sabun padat (misalnya sabun batangan), gunakan dalam potongan-potongan kecil dan tempatkan sabun dalam wadah yang berlubang-lubang untuk mencegah air menggenangi sabun tersebut.

(20)

antiseptik. Mikroorganisme dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam larutan tersebut.

8) Bila tidak tersedia air mengalir:

a) Gunakan ember tertutup dengan keran yang bisa ditutup pada saat mencuci tangan dan dibuka kembali jika akan membilas b) Gunakan botol yang sudah diberi lubang agar air bisa mengalir c) Minta orang lain menyiramkan air ke tangan

d) Gunakan pencuci tangan yang mengandung anti mikroba berbahan dasar alkohol (campurkan 100 mL 60-90% alkohol dengan 2 mL gliserin. Gunakan kurang lebih 2 mL dan gosok kedua tangan hingga kering, ulangi tiga kali).

9) Keringkan tangan anda dengan handuk bersih dan kering. Jangan menggunakan handuk yang juga digunakan oleh orang lain. Handuk basah/lembab adalah tempat yang baik untuk mikroorganisme berkembang biak

10)Bila tidak ada saluran air untuk membuang air yang sudah digunakan, kumpulkan air di baskom dan buang ke saluran limbah atau jamban di kamar mandi (Depkes RI, 2008).

b. Pemakaian Sarung Tangan

(21)

11

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk menangani setiap ibu atau bayi baru lahir setelah terjadi kontak langsung untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula. Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat terbatas, sarung tangan bisa digunakan berulang kali jika dilakukan dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau

sterilisasi. Jika sarung tangan sekali pakai digunakan berulang kali,

jangan diproses lebih dari tiga kali karena mungkin telah terjadi robekan / lubang yang tidak terlihat atau sarung tangan dapat robek pada saat sedang digunakan (Depkes RI, 2008).

DISTRIBUSI TINDAKAN YANG MEMERLUKAN SARUNG TANGAN

Tabel 2.1 (Distribusi tindakan yang memerlukan sarung tangan)

Prosedur / Tindakan

(22)

terkontaminasi

Membersihkan percikan

darah atau cairan tubuh

Ya Tidak Tidak

Sumber : Depkes RI, 2008

c. Pengelolaan Cairan Antiseptik

Cara pencegahan kontaminasi larutan antiseptik dan desinfektan : 1) Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika

pengenceran diperlukan)

2) Jika yang tersedia kemasan antiseptik besar, untuk pemakaian sehari–hari tuangkan ke dalam wadah lebih kecil (untuk mencegah penguapan dan kontaminasi)

3) Buat jadwal rutin yang tetap (misalnya tiap minggu) untuk menyiapkan larutan dan membersihkan wadah pemakaian sehari–hari (resiko kontaminasi pada cairan yang disimpan lebih dari satu minggu)

4) Berhati–hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah larutan utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil)

(23)

13

6) Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa (jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke dalam larutan antiseptik) 7) Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap

(Depkes RI, 2008) d. Pemrosesan Alat Bekas Pakai

Pemrosesan peralatan (terbuat dari logam, plastik, dan karet) serta benda–benda lainnya dengan upaya pencegahan infeksi, direkomendasikan untuk melalui tiga langkah pokok yaitu :

1) Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah pertama yang penting

dalam menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks, jika menangani peralatan yang sudah digunakan atau kotor. Segera setelah digunakan, masukkan benda–benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Daya kerja larutan klorin akan

cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh.

(24)

1

Contoh: Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan klorin 5,25%.

b) Tambahkan 9 bagian (pembulatan ke bawah dari 9,5) air ke dalam 1 bagian larutan klorin konsentrat (5,25%)

Catatan: Air Tidak Perlu Dimasak (Depkes RI, 2008) 2) Pencucian dan pembilasan

Pencucian adalah cara paling efektif mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor atau sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang

efektif tanpa proses pencucian sebelumnya jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah dikontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci tangan dengan seksama secepat mungkin.

Perlengkapan / bahan – bahan untuk mencuci peralatan :

a) Sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.

b) Sikat halus (boleh menggunakan sikat gigi)

(25)

15

d) Wadah plastik atau baja antikarat (stainless steel) e) Air bersih.

f) Sabun atau deterjen

Tahap–tahap pencucian dan pembilasan :

1) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan 2) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi 3) Agar tidak merusak benda – benda yang terbuat dari plastik

atau karet, jangan dicuci segera bersamaan dengan peralatan yang terbuat dari logam

4) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati–hati : (1) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk

menghilangkan sisa darah dan kotoran. (2) Buka engsel gunting dan klem.

(3) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan pojok peralatan.

(4) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada peralatan.

(5) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen.

(26)

6) Jika peralatan akan didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi tempatkan peralatan dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses DTT.

7) Peralatan yang akan didesinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering, tidak usah dikeringkan sebelum proses DTT atau sterilisasi dimulai.

8) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan air dan sabun dan kemudian bilas secara seksama dengan menggunakan air bersih

9) Gantungkan sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin-anginkan.

Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir), lakukan tahap- tahap berikut ini :

(1) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks pada kedua tangan.

(2) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter penghisap lendir).

(3) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau deterjen.

(27)

17

(5) Letakkan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum dilakukan proses DTT (Depkes RI 2008). 3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) dan Sterilisasi

Desinfeksi adalah suatu proses yang terjadi pada

pembuangan semua mikroorganisme pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi dilakukakan dengan melakukan bahan desinfektan melalui cara mencuci, mengoles, merendam dan menjemur, dengah tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat bahan keadaan siap pakai.

Sterilisasi adalah upaya pembunuhan atau penghacuran

semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, panas tinggi atau bahan kimia (Uliyah, 2008).

1) DTT dengan cara merebus:

- Gunakan panci dengan penutup yang rapat - Gunakan air setiap kali mendesinfeksi peralatan

- Rendam peralatan sehingga semuanya terendam di dalam air - Mulai panaskan air

(28)

- Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih - Pakai alat tersebut sesegera mungkin atau simpan dalam

wadah tertutup dan kering yang telah di DTT.simpan selama satu minggu (Prawirohardjo, 2003).

- Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus. - Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan

sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam keadaan lembab maka tingkat pencapaian desinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga).

- etelah peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka (Depkes RI, 2008).

2) DTT dengan uap panas :

a. Setelah sarung tangan didekontaminasi dan dicuci, maka sarung tangan ini siap DTT dengan uap tanpa diberi talek b. Gunakan panci perebus yang memiliki tiga susun nampan

pengukus.

c. Gulungkan bagian atas sarung tangan sehingga setelah DTT selesai, sarung tangan dapat dipakai tanpa membuat terkontaminasi baru.

(29)

19

bagian atas panci pengukus, letakkan sarung tangan dengan bagian jarinya ke arah tengah panci. Jangan menumpuk sarung tangan (lima sampai sepuluh pasang sarung tangan bisa diletakkan di panci pengukus, tergantung dari diameter panci)

e. Ulangi proses tersebut hingga semua nampan pengukus terisi sarung tangan. Susun tiga nampan pengukus di atas panci perebus yang berisi air. Letakkan sebuah panci perebus kosong di sebelah kompor

f. Letakkan penutup di atas panci pengukus paling atas dan panaskan air hingga mendidih. Jika air mendidih perlahan, hanya sedikit uap air yang dihasilkan dan suhunya mungkin tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroorganisme. Jika air mendidih terlalu cepat, air akan menguap dengan cepat dan bahan bakar akan terbuang.

g. Jika uap mulai keluar dari celah-celah di antara panci pengukus, mulailah penghitungan waktu. Catat lamanya pengukusan sarung tangan dalam buku khusus

h. Kukus sarung tangan selama 20 menit

(30)

j. Letakkan nampan pengukus di atas panci perebus yang kosong di sebelah kompor.

k. Ulangi langkah tersebut hingga semua nampan pengukus yang berisi sarung tangan tersusun di atas panci perebus yang kosong. Letakkan penutup di atasnya hingga sarung tangan menjadi dingin dan kering tanpa terkontaminasi. l. Biarkan sarung tangan kering dengan diangin-anginkan

sampai kering di dalam panci selama 4-6 jam. Jika diperlukan segera, biarkan sarung tangan menjadi dingin selama 5-10 menit dan kemudian gunakan dalam waktu 30 menit pada saat masih basah atau lembab (setelah 30 menit bagian jari sarung tangan akan menjadi lengket dan membuat sarung tangan sulit dipakai atau digunakan (Depkes RI, 2008).

(31)

21

3) DTT Kimiawi:

a) Letakkan peralatan yang kering, sudah didekontaminasi dan dicuci ke dalam wadah. Kemudian isi wadah tersebut dengan larutan kimia. Ingat : jika peralatan masih dalam kondisi basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka dapat terjadi pengeceran tambahan terhadap larutan tersebut dan membuatnya menjadi kurang efektif.

b) Pastikan bahwa peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.

c) Rendam peralatan selam 20 menit

d) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku khusus.

e) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering di wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.

f) Setelah kering peralatan dapat digunakan dengan segera atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup rapat (Depkes RI, 2008).

4) DTT kateter secara kimiawi: a) Siapkan larutan klorin 0,5 %.

(32)

c) Letakkan kateter yang sudah dicuci dan kering di dalam larutan klorin. Gunakan tabung suntik steril atau desinfeksi tingkat tinggi yang besar untuk membilas

bagian dalam kateter dengan larutan klorin. Ulangi pembilasan tiga kali. Pastikan kateter terendam dalam larutan.

d) Biarkan kateter terendam selama 20 menit.

e) Gunakan tabung suntik desinfeksi tingkat tinggi atau steril yang besar dan air yang direbus sedikitnya 20 menit untuk membilas kateter.

f) Biarkan kateter kering dengan cara diangin-anginkan dan kemudian segera digunakan atau disimpan dalam wadah desinfeksi tingkat tinggi yang bersih (Depkes RI, 2008).

Selain DTT, petugas dapat menggunakan metode sterilisasi pada instrumen logam dan sarung tangan, yaitu :

(1) Sterilisasi dengan otoklaf 106 kPa pada temperatur 1210C selama 30 menit jika instrumen terbungkus dan 20 menit jika tidak terbungkus.

(2) Panas kering pada temperatur 1700C selama 60 menit.

(33)

23

Langkah–langkah pemrosesan alat bekas pakai tersebut dapat dilihat pada gambar 2 sebagai berikut :

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5 % Selama 10 menit

CUCI DAN BILAS Gunakan deterjen dan sikat

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam

Otoklaf Panas Kering Rebus / Kukus Kimiawi

DINGINKAN DAN KEMUDIAN SIAP DIGUNAKAN

(Peralatan yang sudah diproses biasa disimpan dalam wadah tertutup yang didesinfeksi tingkat tinggi sampai satu minggu jika wadahnya tidak dibuka) Sumber : Depkes RI, 2008

(34)

PEMROSESAN PERALATAN BEKAS PAKAI DISTRIBUSI EFEKTIVITAS TINDAKAN DALAM PEMROSESAN ALAT BEKAS PAKAI

Tabel 2.2 (Pemrosesan peralatan bekas pakai distribusi efektivitas tindakan Sumber : Depkes RI, 2008

e. Pengelolaan Sampah Medis

Sampah merupakan suatu bahan yang berasal dari kegiatan manusia dan sudah tidak dipakai atau sudah di buang oleh manusia. sampah di bagi menjadi 3, yaitu sampah padat, cair dan gas (Uliyah, 2008).

a) Tujuan pembuangan sampah

(35)

25

Sampah terdiri dari yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka

penelitian ini difokuskan kepada sampah terkontaminasi (darah, nanah, urin, kotoran manusia, dan benda-benda yang tercemar oleh cairan tubuh) yang berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut, termasuk anggota masyarakat.

Pengelolaansampah terkontaminasi meliputi:

1) Setelah selesai melakukan suatu tindakan dan sebelum melepaskan sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dan lain-lain) ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang.

2) Hindarkan terjadinya kontak sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantong.

3) Pembuangan benda–benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor (misalnya botol air mineral dari plastik atau botol infus), kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam.

4) Singkirkan sampah terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kubur bersama wadahnya. 5) Bersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5%

(36)

6) Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi debu.

7) Bersihkan tempat tidur, meja, dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.

8) Seka celemek dengan klorin 0,5%.

9) Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu, Seka lantai dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen.

10)Gunakan sarung tangan karet tebal atau sarung tangan rumah tangga dari lateks.

11)Bersihkan dinding, gorden, dan tirai sesering mungkin untuk mencegah terkumpulnya debu. Bila terpecik darah segera bersihkan dengan klorin 0,5% (Depkes RI, 2008)

B. Pengetahuan

1. Pengertian

(37)

27

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan , yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya termasuk di dalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang telah di pelajari atau rangsangan yang telah di terima oleh karena itu ,”Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami di artikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek. yang di ketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang telah di pelajari.

c. Aplikasi (Application)

(38)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen , tetapi masih di dalam suatu sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata ini sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi–formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian- penilaian yang didasarkan pada suatu kriteria- kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

3. Sumber Pengetahuan

Menurut Muliono (2007), pengetahuan di pengaruhi oleh beberapa sumber di antaranya:

a. Pendidikan

(39)

29

kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

b. Media

Media Yang secara khusus di desain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media masa ini adalah televisi, radio, Koran, dan majalah.

c. Keterpaparan informasi

Pengertian informasi menurut oxford English Dictionary, adalah “that of which one aspprised or rold “intelligence, news”.

(40)

C.Sikap

1.Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus tertentu atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari prilaku yang tertutup. Neucomb salah seorang psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan pre disposisi tindakan atau prilaku (Notoatmojo, 2007).

Sikap merupakan suatu pandangan, tetapi dalam hal itu masih berbedas suatu objek baru menjadi sikap apabila pengetahuan itu disertai kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek itu. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan sikap adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai objek tertentu (Purwanto, 1998).

(41)

31

1. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan atau objek.

2. Merespon (responding)

Yaitu jawaban apabila ditanya mengerjakan sesuatu dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (valving)

Yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

(42)

D. Kerangka Teori

Berdasarkan tujuan dan tinjauan pustaka maka kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2

Kerangka teori Modifikasi Machfoedz (2009), Notoatmodjo (2005), Muliono (2007) , Depkes RI (2008)

Keterangan :

= Tingkat domain yang digunakan dalam penelitian = Ada hubungn / ada pengaruh (tidak diteliti) = Diperoleh dari (tidak diteliti)

= Dimensi tingkat pengetahuan pencegahan infeksi pada proses persalinan

= Yang diteliti

= Kategori yang digunakan Domain Kognitif

- Pengertian pencegahan infeksi pada proses persalinan

- Tujuan utama pencegahan infeksi - Prinsip dasar pencegahan infeksi - Cara pencegahan infeksi

- Sikap

(43)

33

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Variabel Penelitian

Dari hasil tinjauan kepustakaan dan kerangka teori, maka dikembangkan suatu kerangka konsep penelitian ini yang terdiri dari input proses output. Dalam penelitian ini secara sistematis dapat digambarkan menurut Notoadmojo (2010) sebagai berikut:

Input Proses Output

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Bidan RSUD

Cut Meuti

- Baik - Cukup - Kurang - Pengetahuan tentang

pencegahan infeksi pada prsoses persalinan - Sikap tentang

(44)

B. Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Operasional

Kuesioner Ordinal Baik Cukup

Untuk variabel pengetahuan penulis memasukkan kuesioner berisi 10 pertanyaan. Dalam memberi nilai penulis mengunakan:

a. Jika responden mampu menjawab dengan benar maka di beri nilai 1 b. Jika responden tidak mampu menjawab maka di beri nilai 0

Kemudian penulis melakukan pengkatagori, Menurut teori (Macfoedz, 2009) sebagai berikut:

(45)

35

2. Cukup : Jika responden mampu menjawab sebagian maka di beri Nilai 56- 75%

3. Kurang : Jika responden tidak mampu menjawab maka di beri Nilai 40- 55%

2. Untuk mengetahui Sikap

Pengukuran sikap berupa pertanyaan yang berjumlah 10 pertanyaan dengan membuat kuesioner sikap atau pendapat dalam bentuk cheklist. Pengukuran sikap dilakukan dengan skala likert yaitu : sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (RR), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Untuk pernyataan positif nilainya: SS = 5, S = 4, RR = 3, TS = 2, STS = 1 Untuk pernyataan negatif nilainya: SS = 1, S =2, RR =3, TS = 4, STS = 5. Untuk mengetahui sikap berdasarkan dari jawaban yang telah diberikan atas pertanyaan maka diperoleh kategori sikap yaitu : positif,

bila x ≥ mean dan negatif, bila x ≤ mean. Dengan menggunakan rumus

mean :

Keterangan : x : rata-rata

∑ x : jumlah variabel

n : jumlah kasus dari data variabel (Notoatmojo, 2003) n

(46)

3. Variabel pencegahan infeksi pada persalinan

1) Jika responden menjawab dilakukan maka diberi nilai 1 2) Jika responden menjawab tidak dilakukan maka diberi nilai 0 Kemudian penulis melakukan pengkatagori, Menurut teori (Macfoedz, 2009) sebagai berikut:

1. Baik : Jika responden mampu menjawab dengan benar maka di beri Nilai 76- 100%

2. Cukup : Jika responden mampu menjawab sebagian maka di beri Nilai 56- 75%

(47)

37 BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif Notoatmodjo (2005). Untuk melihat gambaran pengetahuan dan Sikap bidan tentang pencegahan infeksi di pada proses persalinan RSUD Cut Meutia.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua bidan yang bertugas diruang bersalin dan nifas berjumlah 42 bidan.

2. Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sampel yaitu 42 orang.

C. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

(48)

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian ini pada 25 – 27 Oktober 2011

D. Cara Pengumpulan Data

Data yang diperoleh adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dilapangan dengan membagi kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan jawabannya dan responden mengisi jawaban sesuai dengan pendapatnya.

E. Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.

F. Pengolahan Data

Sesudah dilakukan pengumpulan data maka selanjutnya data tersebut diolah dengan cara sebagai berikut:

a. Editing

Yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan dari hasil kuesioner. b. Coding

Yaitu mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dan memberikan kode tertinggi yang bertujuan untuk mempermudah pengolahan data. c. Tabulasi

(49)

39

G. Analisa Data

Penelitian ini hanya bersifat deskriptif, semua data yang diperoleh dari hasil kuesioner dianalisis dan dihitung dengan menggunkan rumus:

(Mahfoedz, 2009)

P = x100% N

f

Dimana :

P = persentase

f = Jumlah jawaban yang benar N = Jumlah soal

H. Kesulitan Peneliti

(50)

40

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Lhokseumawe telah ada sejak awal proklamasi kemerdekaan R.I yaitu merupakan normalisasi dari ex. Rumah Sakit perkebunan milik belanda pada jaman penjajahan dan di alihkan menjadi rumah sakit milik pemerintah R.I.

Keadaan bangunan prasarana fisik Rumah Sakit Umum Lhokseumawe sebelum repelita masih sangat sederhana, yaitu berupa gedung-gedung peninggalan belanda. Bangunan tambahan yang di bangun Tahun 1961 dan 1963 dengan kapasitas berjumlah 40 (empat puluh ) tempat tidur.

Semenjak repelita I sampai dengan Repelita IV dengan dana APBD dan bantuan pihak ketiga, fasilitas prasarana fisik telah di kembangkan dengan dengan membangun gedung tambahan serta mengganti gedung-gedung yang telah sangat tua serta tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, sehinnga kapasitas meningkat menjadi 205 tempat tidur pada Tahun 2009.

(51)

41

Muhammad, dr. Zainal Abidin (Periode tahun 1964-1970), dr. Aboe Bakar Umar (tahun 1970-1973), dr. A. Latif AS (tahun 1973-1980), dr. Saleh Suratno (tahun 1980-1982), dr. M. Hasan Umar (Plt. Tahun 1989-1955), dr. Mohd. Idris Ibrahim, MARS (tahun 1983-1995), dr. Mulya Hasjmy, Sp.B (tahun 1995-2002), dr. Mustafa Kamil Adam (tahun 2002-2004), dr. Hamdani Oesman, M.Kes (tahun 2004-2008), dr. Muhayatsyah (tahun 2009 sampai dengan sekarang).

Setelah di tingkatkan klafikasinya dengan keputusan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 303/Menkes/SK/IV/1978 tanggal 30 April 1987 Tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Aceh Utara Daerah Kelas D menjadi Rumah Sakit Umum Pemerintah Kelas C, yang meharuskan adanya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dari yang bersifat umum menjadi pelayanan kesehatan dengan paling sedikit 4 (empat) cabang Spesialisasi.

1. Visi

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, manusiawi dengan bernuansa islami dan terjangkau oleh masyarakat Kabupaten Aceh Utara dan sekitarnya.

2. Misi

(52)

b. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia sebagai kebanggaan pemerintah daerah dan masyarakat Aceh Utara dan sekitarnya.

c. Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia tempat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan di wilayah Aceh Utara dan sekitarnya.

3. Tujuan

1. Untuk menyediakan pelayanan kesehatan dan tempat pendidikan kesehatan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kasejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa yang memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat .

2. Rumah Sakit Umum Daewrah Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara beroperasi sebagai unit kerja Pemerintah Kabupaten Aceh Utara untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengololaanya berdasarkan kewenangan.

4. Fungsi

1. Penyelenggaraan pelayanan medis dan penunjang medis

2. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan, penyelenggaraan pelayanan rujukan

(53)

43

5. Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia

Susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Aceh Utara yang termasuk Rumah Sakit type C adalah sebagai berikut : berdasarkan lampiran qanun Aceh Utara No. 3 tahun 2008 pada tanggal 12 februari 2008.

1. Direktur

2. Bagian Tata usaha

a. Sub bagian umum kepegawaian b. Sub bagian perencanaan

c. Sub bagian keuangan.

3. Bidang Pelayanan Medis & Penunjang Medis a. Seksi etika dan penunjang medis

b. Seksi rawat darurat, intensif dan upaya rujukan 4. Bidang Keperawatan

a. Seksi asuhan keperawatan b. Seksi pelayanan dan etika profesi

5. Bidang Rekam Medis & Kerja Sama Rumah Sakit a. Seksi rekam medis dan informasi

b. Seksi penelitian & pengembangan kerjasama rumah sakit 6. Dewan Penasehat

7. Komite Klinik

(54)

10.Instalas

B. Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data yang di peroleh melalui kuesioner yang di ajukan pada bidan sejak tanggal 25 sampai 27 Oktober 2011 maka di dapatkan jumlah responden sebanyak 42 Bidan, maka data dapat di sajikan dalam bentuk table dengan urutan sebagai berikut :

a. Gambaran Responden

TABEL 5.1

DISTRIBUSI FREKUENSI TINGKAT PENDIDIKAN BIDAN DI RSUD CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA

TAHUN 2011

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3.

DI Kebidanan DIII Kebidanan DIV Kebidanan

5 33

4

11,90 78,57 9,53

Jumlah 42 100

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2011)

(55)

45

TABEL 5.2

DISTRIBUSI FREKUENSI TERHADAP LAMANYA BEKERJA BIDAN DIRSUD CUT MEUTIA

KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2011

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1.

DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI PADA PROSES PERSALINAN

DI RSUD CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2011

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

(56)

Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan berada dalam kategori baik sebanyak 28 orang (66,7%).

c. Sikap Responden

TABEL 5.4.

DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN BERDASARKAN SIKAP BIDAN DALAM MELAKUKANPENCEGAHAN INFEKSI DI RSUD

CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2011

No Sikap Jumlah

F %

1 Baik 30 71,42

2 Cukup 6 14,28

3 Kurang 6 14,28

Total 42 100

Sumber : Data Primer (diolah tahun 2011)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi berdasarkan Sikap Bidan dalam melakukan Pencegahan Infeksi pada kategori baik yaitu sebanyak 30 orang (71,42%).

C. PEMBAHASAN

a. Pembahasan Pengetahuan Bidan Tentang Pencegahan Infeksi

Pada Proses Persalinan di RSUD Cut Meutia Kabupeten Aceh

Utara Tahun 2011.

(57)

47

sebanyak 42 orang bidan di dapat bahwa bidan-bidan yang berpengetahuan baik sebanyak 28 orang (66,7%).

Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan Terhadap suatu objek penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni penginderaan, penglihatan, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga

Menurut penelitian Efi Yuliarti di Klinik Griya Medika Banjar Agung Tulang Bawang terhadap 6 responden yang melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan tentang prosedur cuci tangan, 5 responden dalam kategori baik dan 1 responden dalam kategori kurang. Penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemakaian sarung tangan, 4 responden dalam kategori baik dan 2 responden dalam kategori kurang. Penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan cairan antiseptik semua responden dalam kategori baik. Penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pemrosesan alat bekas pakai, 4 responden dalam kategori baik dan 2 responden dalam kategori kurang. Penatalaksanaan pencegahan infeksi tentang pengelolaan sampah medik, 3 responden dalam kategori baik dan 3 responden dalam kategori kurang.

(58)

(14,3%) di karenakan bidan tidak mengerti tentang prinsip dasar pencegahan infeksi pada proses persalinan.

b. Pembahasan Sikap Bidan Tentang Pencegahan Infeksi Pada

Proses Persalinan di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara

Tahun 2011.

Berdasarkan hasil dari tabel 5.4 terlihat bahwa sikap responden mayoritas berada pada kategori baik yaitu sebanyak 30 orang (71,42%).di karenakan pada umumnya bidan tersebut berpendidikan rata- rata D3 kebidanan dan pernah mengikuti pelatihan serta ada juga bidan yang memiliki BPS sendiri, di samping itu pula di RS diadakannya seminar untuk meningkatkan pengetahuan.

Dengan meningkatnya pengetahuan maka dapat berpengaruh pada sikap yang diambil oleh bidan tersebut.Sedangkan minoritas berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 6 orang (14,28%) dikarenakan minimnya informasi yang diperoleh oleh bidan tersebut sehingga berpengaruh terhadap sikap yang diperoleh oleh bidan tersebut terhadap pencegahan infeksi pada proses persalinan.

(59)

49

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan pre disposisi tindakan atau prilaku.

Menurut hasil penelitian Anita menunjukkan bahwa bidan yang belum mengikuti pelatihan APN didapat sikap dengan kategori setuju frekuensinya yaitu sebanyak 30 orang (78,9%) dibandingkan kategori kurang setuju sebanyak 8 orang (21,1%). Dari tabel didapatkan responden yang bersikap kategori setuju sangat rendah dengan tindakan bidan sesuai APN berkompeten sebanyak 1 orang (13,3%) sedangkan responden yang bersikap kategori kurang setuju dengan tindakan bidan sesuai APN kompetensi 2 orang (25,0%). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa tidak ada hubungan sikap dengan tindakan sesuai APN di Kabupaten Aceh Besar tahun 2007.

(60)

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

a. Tingkat pengetahuan bidan tentang pencegahan infeksi pada proses persalinan di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2011, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa dari 42 responden yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 28 orang (66,7%).

b. Sikap bidan dalam melakukan pencegahan infeksi pada proses persalinan di RSUD Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2011, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa dari 42 responden pada kategori baik yaitu sebanyak 30 orang (71,42%), dan pada kategori cukup yaitu sebanyak 6 orang (14,28%). Sedangkan pada kategori kurang yaitu sebanyak 6 orang (14,28%).

B. Saran

a. Teoritis

(61)

51

b. Praktis

Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya di ruang bersalin dan nifas diharapkan untuk dapat menerapkan pencegahan infeksi secara maksimal agar tidak terjangkitnya penyakit.

c. Bagi Peneliti

Meningkatkan keterampilan dan menerapkan ilmu yang didapat tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi diantaranya : prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai dengan prosedur sterilisasi, prosedur pengelolaan sampah medik, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan maksimal.

d. Bagi bidan

(62)

52

DAFTAR PUSTAKA

Bascommetro (2010). Pemrosesan alat bekas pakai. [Internet], Tersedia dalam: http://www.bascommetro.com (Diakses tanggal 10 Juli 2011)

Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : Penerbit JNPK-KR

________, (2007). Pedoman Manajerial pencegahan Infeksi & Pengendalian Infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan lainnya, Jakarta : Depkes RI

________. (2007). Kematian perinatal di propinsi NAD. [Internet] Tersedia dalam: http://Nad, surveilans-respon.org (Diakses tanggal 10 Juli 2011)

Machfoedz, I (2009). Metodologi Penelitian, Yogyakarta : Penerbit Fitramaya

Meliono, Irmayanti, dkk (2007). MPKT 1 Sumber Pengetahuan. Jakarta : Lembaga Penerbitan FEUI.

_______ . (2009). MPKT 1 Sumber Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI.

Notoatmodjo, S (2005). Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta

________ . (2007). Promosi kasehatan & ilmu prilaku, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Purwanti, D.R (2010). Pencegahan infeksi. [Internet], Tersedia dalam: http:// helvieta.ac.id/Library (Diakses tanggal 12 Juli 2011)

(63)

53

_______ , (2003). Buku Panduan Praktis pelayanan kontrasepsi, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Propiona (2010). Permasalahan masih tinnginya Aki di Indonesia. [Internet], Tersedia dalam: http://Propionagreat.wordpress.com (Diakses tanggal 16 Juli 2011).

Saifuddin (2006). Pencegahan Infeksi. [Internet], Tersedia dalam: http://www. Bascommetro.com/ (Diakses 16 Juli 2011).

Sarwono,P (2002). Panduan Praktis pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Uliyah (2006). Ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan, Jakarta: salemba medika

_____, (2008). Ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan, Jakarta: Penerbit salemba medika

Gambar

Tabel 2.1 (Distribusi tindakan yang memerlukan sarung tangan)
Gambar 2.1 Dekontaminasi
Gambar 2.2
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
+3

Referensi

Dokumen terkait

Apabila ditinjau secara bentuk fisik kotanya, Makassar memiliki pola  jaringan jalan yang berbentuk tidak beraturan pada daerah pinggiran kota, terutama pada

Hasil dari biaya pakan yang dikeluarkan untuk beternak ayam kampung super relatif sama dengan pernyataan pada penelitian Dewanti dan Sihombing (2012) bahwa biaya

Merupakan pengetahuan untuk pemahaman dan penyelesaian masalah yang dapat berasal dari pakar, jurnal, buku dan sumber pengetahuan lainnya. Adapun pengetahuan yang

Dengan kontrol yang baik, olahraga yang rutin dapat menjadi terapi alternatif yang murah dan cukup efektif untuk menanggulangi atau menghilangkan stres sehingga stres tidak

*nalisis mengenai dampak lingkungan hidup mrp bagian dari (tudi kela+akan rencana usaha dan$atau kegiatan. +al ini berarti dalam kajian kelayakan rencana kegiatan tambang, semua

Activity diagram pada admin ini menggambarkan pegawai kantor camat dapat melakukan login terlebih dahulu, apabila telah login dengan benar maka akan masuk kedalam

Pertanyaan klinis yang kami gunakan adalah “Pada pasien dengan [karsinoma hepatoseluler kecil], bagaimanakah efektivitas [Radio Fequency Ablation] bila

Beranjak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan yang akan diteliti adalah: Bagaimana gambaran umum