PENGARUH PROGRAM PENGUATAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL WARGA BINAAN YAYASAN SOS
DESA TARUNA MEDAN DI DESA TANJUNG ANOM KECAMATAN PANCUR BATU
KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Diajukan oleh:
Pera Susilabeka Andreana Keliat 100902032
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Pera Susilabeka Andreana Keliat
NIM : 100902032
ABSTRAK
Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Keluarga merupakan unit terpenting dalam masyarakat sebagai fondasi utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan kesejahteraan sosial keluarga. Namun lemahnya kondisi ekonomi keluarga mengakibatkan banyak anak yang terlantar. Oleh karena itu, melalui program penguatan keluarga Yayasan SOS Desa Taruna Medan membantu keluarga kurang beruntung untuk menjadikan keluarga yang berkualitas dan mandiri dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang.
Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif yang bertujuan menggambarkan ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanjung Anom yang terdaftar sebagai anggota binaan program penguatan keluarga dengan jumlah 22 orang. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal.
Kesimpulan yang diperoleh dari analisis data bahwa terdapat pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan yang ada di Desa Tanjung Anom. Peningkatan kesejahteraan sosial ditunjukkan oleh seluruh responden melalui pelaksanaan program penguatan keluarga tersebut baik di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Pera Susilabeka Andreana Keliat NIM : 100902032
ABSTRACT
The Influence of the Family Strengthening Program of the Social Welfare of Inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village
Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang
Family is the most important unit in society as the main foundation for building quality human resources, thus strengthening the family is needed to support of social welfare family. However weak economic conditions resulted in many children displaced. Therefore, through the family strengthening programs, SOS Children’s Village Foundation helps disadvantaged families to make quality and independent family in the long run. This study aims to determine whether there is the influence of the family strengthening programs of the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang.
This type of research used in this research is descriptive research type to describe whether there is the influence of the family strengthening programs. The resident population is urban research Village Tanjung Anom are listed as members of the family strengthening program , amounting to 22 people. Meanwhile , the data analysis techniques in this study is description using a single table.
The conclusion of the analysis of the data that there are significant family strengthening program for the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom village. Increased social welfare indicated by all respondents through the family strengthening program implementation in the fields of economy, education, and health.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya penulisan skripsi ini. Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan kesepurnaan hikmat dan berkatNya berupa kesehatan,
kesabaran, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di
Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang
berjudul“Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat
bantuan dan dukungan baik materil maupun moril dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan FISIP USU beserta
jajarannya.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis
yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan
memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih Pak, sudah
membimbing dan membagi ilmu kepada saya.
3. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial.
4. Seluruh Dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pegawai
5. Pimpinan dan staff di yayasan SOS Children’s Village Medan, terima kasih
atas izin penelitian beserta bantuannya dalam melakukan penelitian ini hingga
selesai.
6. Kepada kader program penguatan keluarga dan warga binaan Desa Tanjung
Anom yang telah membantu dalam melakukan penelitian ini.
7. Kepada Ibu terkasih, Alce Mogendo, yang telah memberikan doa dan
motivasi untuk mendukung pendidikan saya di Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP USU ini.
8. Kepada saudara-saudara terkasih, Pince Keliat yang tidak pernah lelah
mendukung hingga skripsi ini dapat selesai. Terima kasih juga kepada Peni
Keliat, Deni Keliat, Lilis Suryani, Retha Keliat, Nanda Keliat, serta segenap
keluarga besar Keliat dan Mogendo yang telah memberikan semangat dan
nasehat kepada saya.
9. Sahabat-sahabat terkasih semasa kuliah “Militia Christy”, Yohanna Purba,
Josua Hutabarat, Juwita Girsang, Foniah Saragih, Erlince Situmorang,
Sintong Simanjuntak, yang sudah sama-sama berjuang serta setia menghibur
dan memotivasi saya. Thank you for everything, pals!
10. Teman satu doping lainnya, Intan, Riada, Maya, Wenny, Juwita, Kristin,
Elva, Eni, Septi, Meimei, Fauziah, Debora, Bang Teja, yang selama
pengerjaan skripsi juga selalu memberikan semangat dan berjuang
bersama-sama. Terima kasih teman-teman, semangat ya!
11. Keluarga besar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2010,
DAFTAR ISI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah... 10
1.3 Tujuan Penelitian... 10
1.4 Manfaat Penelitian... 10
1.5 Sistematika Penulisan ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga ... 12
2.1.1 Pengertian Keluarga ... 12
2.1.2 Peranan Keluarga ... 16
2.1.3 Bentuk-bentuk Keluarga ... 16
2.1.4 Fungsi Keluarga ... 18
2.1.5 Kesejahteraan keluarga ... 21
2.1.6 Keluarga dan Masyarakat ... 25
2.2 Pemberdayaan Masyarakat ... 26
2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat... 26
2.2.2 Tahap-tahap Pemberdayaan ... 28
2.2.3 Strategi Pemberdayaan ... 31
2.2.4 Pendekatan Pemberdayaan ... 33
2.2.5 Prinsip Pemberdayaan ... 35
2.2.6 Tugas Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan ... 36
2.3 Program Penguatan Keluarga ... 37
2.4 Kesejahteraan Sosial ... 42
2.4.1 Tujuan Kesejahteraan Sosial ... 46
2.4.2 Sasaran Kesejahteraan Sosial ... 47
2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 51
2.6.1 Defenisi Konsep ... 51
2.6.2 Defenisi Operasional ... 52
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian... 55
3.2 Lokasi Penelitian ... 55
3.3 Populasi Penelitian ... 56
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.5 Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Latar Belakang Yayasan SOS Desa Taruna ... 58
4.2 Visi dan Misi Yayasan SOS Desa Taruna ... 60
4.3 Prinsip-prinsip Yayasan SOS Desa Taruna ... 62
4.4 Letak Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 63
4.5 Sarana dan Prasarana Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 64
4.6 Sumber Dana Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 66
4.7 Struktur Organisasi Yayasan SOS Desa Taruna Medan ... 67
4.8 Program Yayasan SOS Desa Taruna Medan... 71
4.9 Hubungan Lembaga dengan Lingkungan Sekitar ... 80
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Pengantar ... 82
5.2 Karakterisitik Umum Responden ... 83
5.2.1 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 83
5.2.2 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 84
5.2.3 Identitas Responden Berdasarkan Agama ... 84
5.2.4 Identitas Responden Berdasarkan Suku Bangsa ... 85
5.3.1 Variabel Bebas (Program Penguatan Keluarga)... 88
5.3.1.1 Program Penguatan Ekonomi Keluarga ... 88
5.3.1.2 Program Pendidikan ... 99
5.3.1.3 Program Kesehatan ... 106
5.3.2 Variabel Terikat (Kesejahteraan Sosial) ... 114
5.3.2.1 Kesejahteraan Ekonomi ... 114
5.3.2.2 Kesejahteraan Sosial ... 125
5.3.2.3 Kesejahteraan Fisik ... 132
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan... 136
6.2 Saran ... 138
DAFTAR TABEL
1. Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
2. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
3. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama
4. Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
5. Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
6. Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
7. Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Jenis
Pelatihan Diikuti
8. Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pelatihan yang
Diikuti
9. Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penguasaan
Keterampilan dari Pelatihan yang Diikuti
10. Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Meminjam
Melalui Koperasi Simpan Pinjam
11. Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Total Pinjaman Melalui
Koperasi Simpan Pinjam
12. Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Total Simpanan dalam
Koperasi Simpan Pinjam
13. Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Menjadi
Anggota Koperasi terhadap Sikap Hidup Hemat
14. Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Anak
Pendidikan yang Pernah Diterima Anak
16. Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Mengajar Guru
dalam Kegiatan Kelompok Belajar Bersama
17. Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Penyuluhan
Kesehatan Diikuti dalam Setahun
18. Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pengaruh Kegiatan
Penyuluhan Kesehatan terhadap Kesadaran Sikap Hidup
Sehat
19. Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan
Kesehatan Gratis Diikuti
20. Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan
Yang Pernah Diikuti
21. Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Per
Bulan dari Mata Pencaharian Pokok
22. Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Per
Bulan dari Mata Pencaharian Tambahan
23. Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tabungan Per
Bulan
24. Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Menyimpan
Tabungan
25. Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tipe Rumah yang
Ditempati
26. Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan
27. Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Sistem Kontrak Rumah
Yang Ditempati
28. Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah Anak
29. Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan Belajar Rutin
Yang Diikuti Anak
30. Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas untuk
Menunjang Pendidikan Anak
31. Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata
Pencaharian Pokok
32. Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Mata
Pencaharian Tambahan
33. Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Rata-rata
Anak Sakit dalam Setahun
34. Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Tempat Berobat jika
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 2.1 Tahap-tahap Pemberdayaan
2. Bagan 2.2 Bagan Alur Pikir
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket/ Kuesioner
2. Cover ACC Seminar Proposal
3. Cover ACC Lapangan
4. Surat Izin Penelitian
5. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian
6. Surat Keputusan Komisi Pembimbing
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Pera Susilabeka Andreana Keliat
NIM : 100902032
ABSTRAK
Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang
Keluarga merupakan unit terpenting dalam masyarakat sebagai fondasi utama untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan kesejahteraan sosial keluarga. Namun lemahnya kondisi ekonomi keluarga mengakibatkan banyak anak yang terlantar. Oleh karena itu, melalui program penguatan keluarga Yayasan SOS Desa Taruna Medan membantu keluarga kurang beruntung untuk menjadikan keluarga yang berkualitas dan mandiri dalam jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Baru Kabupaten Deli Serdang.
Tipe penelitian ini tergolong tipe penelitian deskritif yang bertujuan menggambarkan ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Tanjung Anom yang terdaftar sebagai anggota binaan program penguatan keluarga dengan jumlah 22 orang. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal.
Kesimpulan yang diperoleh dari analisis data bahwa terdapat pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan yang ada di Desa Tanjung Anom. Peningkatan kesejahteraan sosial ditunjukkan oleh seluruh responden melalui pelaksanaan program penguatan keluarga tersebut baik di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Pera Susilabeka Andreana Keliat NIM : 100902032
ABSTRACT
The Influence of the Family Strengthening Program of the Social Welfare of Inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village
Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang
Family is the most important unit in society as the main foundation for building quality human resources, thus strengthening the family is needed to support of social welfare family. However weak economic conditions resulted in many children displaced. Therefore, through the family strengthening programs, SOS Children’s Village Foundation helps disadvantaged families to make quality and independent family in the long run. This study aims to determine whether there is the influence of the family strengthening programs of the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom Village Subdistrict of Pancur Batu Regency of Deli Serdang.
This type of research used in this research is descriptive research type to describe whether there is the influence of the family strengthening programs. The resident population is urban research Village Tanjung Anom are listed as members of the family strengthening program , amounting to 22 people. Meanwhile , the data analysis techniques in this study is description using a single table.
The conclusion of the analysis of the data that there are significant family strengthening program for the social welfare of inmates SOS Children’s Village Foundation in Tanjung Anom village. Increased social welfare indicated by all respondents through the family strengthening program implementation in the fields of economy, education, and health.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di
desa-desa terpencil sampai saat ini masih belum dapat dikatakan memiliki kondisi
kehidupan yang layak.Pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya
pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan tertinggal dalam akses
informasi tegnologi dan komunikasi. Kondisi daerah mereka yang sulit dijangkau
oleh alat transportasi membuat mereka diabaikan dalam hal pengembangan
sosial, budaya, politik dan ekonomi. Hal tersebut merupakan hal yang kompleks
karena menyangkut berbagai macam aspek dalam kehidupan, seperti hak untuk
terpenuhinya pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sebagainya.Mereka
memiliki kualitas hidup yang rendah sebagai akibat dari terbatasnya segala akses,
terbatasnya kecukupan mutu pangan, terbatasnya mutu layanan pendidikan, serta
rendahnya mutu layanan kesehatan.Selain itu, masyarakat juga belum memahami
pentingnya hal-hal tersebut karena sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan
mereka.
Potret kehidupan masyarakat Indonesia terlihat dari data penduduk miskin
yang telah dicatat oleh BPS (Badan Pusat Statistik) berikut ini, pada bulan Maret
2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per
bulan di bawah garis kemiskinan) mencapai 28,07 juta orang (11,37%), berkurang
sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September
Maret 2013, jumlah penduduk miskin di perkotaan berkurang hingga 0,18 juta
orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada
Maret 2013). Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang yaitu dari
18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013.
Namun pada September 2013, BPS mencatat kembali jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 28,55 juta orang (11,47%) atau meningkat 0,48 juta
orang dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yang
tercatat 28,07 juta orang (11,37%). Perinciannya, jumlah penduduk miskin di
perkotaan naik sebanyak 0,30 juta orang dari 10,33 juta orang pada Maret 2013
menjadi 10,63 juta orang pada September 2013. Dan di daerah perdesaan naik
sebanyak 0,18 juta orang dari 17,74 juta orang pada Maret 2013 menjadi 17,92
juta orang pada September 2013. Selama periode Maret-September 2013,
persentase penduduk miskin di daerah perkotaan naik menjadi 8,52% dan di
daerah perdesaan menjadi 14,42% pada September 2013
15.50 WIB).
Terdapat beberapa faktor penyebab peningkatan jumlah dan persentase
penduduk miskin di Indonesia periode Maret-September 2013. Kepala BPS,
Suryamin, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta mengatakan bahwa hal
tersebut terjadi pertama karena selama periode Maret-September 2013 terjadi
inflasi sekitar 5,02% yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM (Bahan Bakar
Minyak) yang dieksekusi pada Juni 2013. Kedua, secara nasional, rata-rata harga
komoditas bahan pokok mengalami kenaikan yang signifikan. Terakhir, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25%,
mengalami peningkatan dibandingkan TPT pada Februari 2013 yaitu 5,92% dan
pada Agustus 2012 6,14%
Khususnya di Sumatera Utara, BPS menyampaikan bahwa jumlah
penduduk miskin bertambah atau mencapai 1.390.800 orang hingga September
2013 yang dipicu karena tingginya inflasi.Kepala Bidang Neraca Wilayah dan
Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Sumut, Ateng Hartono di Medan,
mengatakan bahwa terjadi kenaikan penduduk miskin sejumlah 51.600 orang di
September 2013 dari 1.339.200 orang di Maret 2013. Pertambahan penduduk
miskin di Sumut terjadi di perdesaan dan perkotaan
diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 21.50 WIB).
Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang baik merupakan sisi penting
dalam membangun kesejahteraan individu dan keluarga.Namun berdasarkan data
penduduk miskin yang telah disajikan sebelumnya, hal tersebut masih sulit
tercapai.Kemiskinan tersebut berdampak terhadap kurangnya perhatian
masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan, padahal hal tersebut merupakan
hal yang sangat penting. Menteri Kesehatan (Menkes) RI periode tahun
2009-2014, Prof. Dr. Endang Rahayu Sedianingsih mengatakan bahwa masyarakat yang
tingkat ekonominya rendah cenderung tidak peduli dan menganggap biasa hal-hal
masyarakat Indonesia semakin menurun saat ini, selain itu pengetahuan
masyarakat tentang penyakit juga renda
pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 18.54 WIB).
Selain kesehatan, pendidikan juga merupakan hal yang diabaikan oleh
masyarakat dengan ekonomi lemah.Padahal pembangunan pendidikan salah satu
prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.Bagaimana masyarakat
mendapatkan pendidikan yang merata jika untuk makan pun bersusah payah?
Melihat biaya pendidikan yang semakin lama semakin tinggi, masyarakat pun
lebih memilih bertahan dengan kondisi sebelumnya sehingga cita-cita bangsa
yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum masih tetap cita-cita.
Sampai saat ini kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia belum
dapat dikatakan sudah lebih baik dari masa sebelumnya.Kondisi tersebut
disebabkan oleh karena tidak ada jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan publik yang berwujud kebijakan-kebijakan publik dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Proses pembangunan yang
dilakukan hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi jangka pendek semata
dan bukannya menggarap sumber daya manusianya. Satu sisi pihak yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap proses pembangunan adalah negara
karena negara merupakan lembaga formal yang memiliki mandat dari masyarakat
melalui cara-cara tertentu yang dapat dibenarkan oleh hukum yang berlaku untuk
menuntut konsekuensi logis pihak swasta atau masyarakat untuk terlibat dalam
pelayanan publik atau proses pembangunan.
Salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan pembangunan nasional di
berbagai bidang antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian semua pihak,
khususnya pemerintah terhadap kesejahteraan keluarga. Perhatian dan treatment
yang terfokus pada keluarga sebagai basis dan sistem pemberdayaan yang menjadi
pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara, relatif belum menjadi komitmen
bersama dan usaha yang serius dari banyak pihak.Seharusnya pembangunan
nasional memandang penting keluarga sebagai fokus pemberdayaan karena
keluarga memiliki makna sentral dan sebuah realitas sosial.Selain itu, masyarakat
yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas dipastikan karena tumbuh dan
berkembang melalui lingkungan keluarga yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas
pula
pukul 17.53 WIB).
Melalui peran dan fungsinya, keluarga sangat penting bagi kehidupan
individu dan keluarga itu sendiri maupun bagi kelangsungan masyarakat, sehingga
penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan
kesejahteraan keluarga.Khususnya di Indonesia penguatan keluarga sangat
penting dilakukan melihat jumlah keluarga miskin yang bertambah setiap
tahunnya. Pentingnya penguatan keluarga, karena secara teoritis keluarga
merupakan institusi utama pembangunan sumber daya manusia dan di dalam
keluargalah aktivitas utama individu berlangsung sehingga keberfungian,
Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 34 yang berbunyi: “Fakir
miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”, maka salah satu upaya upaya
untuk mereduksi kemiskinan adalah dengan mendirikan panti-panti atau yayasan
sosial. Panti-panti atau yayasan sosial ini dikelola oleh pemerintah melalui Dinas
Sosial dan lembaga non-pemerintah atau yang biasa disebut juga Non Government
Organization (NGO).Berdasarkan target pertama dalam Millenium Development
Goals (MDGs), Indonesia terbebas dari kemiskinan pada tahun 2015, namun hal
tersebut masih jauh dari harapan. Berdasarkan hal tersebut, maka bukan hanya
pemerintah saja yang berperan menekan angka kemiskinan, namun masyarakat
dan pemerintah harus bekerja sama agar tidak terjadi gejolak sosial yang semakin
parah
Sumatera Utara, khususnya di Medan, terdapat banyak lembaga
pemerintah maupun non pemerintah yang ikut berjuang menekan angka
kemiskinan. Salah satu organisasi masyarakat non pemerintah tersebut adalah
yayasan SOS Children’s Village Medan atau juga disebut dengan SOS Desa
Taruna Medan. Lembaga ini sudah berdiri sejak tahun 1949 dan ada di 132
negara, Indonesia salah satunya.Yayasan SOS Children’s Village sudah ada sejak
tahun 2007 di Kota Medan.Lembaga ini menerapkan pelayanan sosial berbasis
keluarga.Pelayanan tersebut dilakukan dengan membuat program penguatan
keluarga atau Family Strengtening Program (FSP).Program penguatan keluarga
ini mempunyai misi yaitu membantu membangun keluarga kurang beruntung
mandiri, orang tua dan keluarga tersebut dapat menjaga dan memelihara
anak-anak mereka.
Fokus utama program penguatan keluarga adalah peningkatan
kesejahteraan sosial keluarga, karena kesejahteraan keluarga tidak dapat
dipisahkan dari kesejahteraan anak dan perkembangan anak secara optimal dapat
dicapai dalam keluarga yang sejahtera.Program ini dilakukan dengan
pendampingan anak dan keluarga yang merupakan bagian dari pemberdayaan
masyarakat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat
mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan membuat pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada (Draft terjemahan Family
Strengthening Programmes Manual Working Paper, 2007).
Pelayanan sosial berbasis keluarga yang diterapkan oleh yayasan SOS
Desa Taruna Medan ini dilakukan dalam lingkup keruangan berbasis desa.
Pemilihan desa yang akan menjadi desa binaan untuk menjalankan program
penguatan keluarga ini dilakukan dengan melihat kondisi keluarga yang kurang
mampu secara ekonomi dan sosial di desa tersebut, yang menyebabkan anak-anak
beresiko kehilangan perawatan dari keluarga dan tidak mendapat perlindungan
serta terpenuhi hak-hak sebagai anak. Keluarga yang menjadi anggota program
penguatan keluarga ini disebut dengan warga binaan. Sampai saat ini di kota
Medan ada 4 desa yang menjadi binaan yayasan SOS Desa Taruna, yaitu Desa
Namo Gajah, Ladang Bambu, Sidumulyo, dan Tanjung Anom.
Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu adalah salah satu desa
binaan yang menjadi sasaran program penguatan keluarga.Program ini sudah
desa binaan karena sebagian besar warganya termasuk dalam keluarga miskin,
rawan kecukupan ekonomi, kesehatan, serta pendidikan. Secara umum, mereka
bekerja sebagai buruh kasar dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga
berpengaruh terhadap minimnya perhatian akan kebutuhan pendidikan dan
kesehatan keluarga. Tingkat ekonomi yang rendah serta kurangnya pengetahuan
dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pendidikan, khususnya
bagi anak, dikuatirkan anak-anak mereka terabaikan secara jasmani dan rohani.
Mereka akan terlantar dan kehilangan haknya sebagai seorang anak. Melihat
kondisi tersebut, program penguatan keluarga menjadi perpanjangan tangan SOS
Desa Taruna Medan untuk membantu setiap keluarga agar dapat mandiri di
lingkungan masyarakat.
Sejak tahun 2007, di desa Tanjung Anom telah diberikan berbagai macam
pelayanan sosial untuk mendukung penguatan keluarga. Adapun pelayanan yang
diberikan melalui program penguatan keluarga ini adalah, program pendukung
pendidikan baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan mendirikan
PAUD dan membentuk kelompok belajar bersama bagi anak setelah pulang
sekolah, program peningkatan ekonomi keluarga dengan membentuk koperasi
simpan pinjam, dan program kesehatan dengan memberikan makanan tambahan
di kegiatan posyandu. Ketiga jenis pelayanan yang diberikan ini merupakan
kebutuhan masyarakat yang saling berhubungan dan sangat mempengaruhi
kualitas sumber daya manusia.Kebutuhan tersebut menjadi modal utama untuk
mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang baik dan sehat.
langsung masyarakat ini bertujuan agar mereka tidak hanya bergantung pada
pelayanan yang diberikan SOS Desa Taruna Medan, namun masih mau berusaha
berdasarkan kemampuan mereka.Program pemberdayaan ini tidak dirancang
untuk memanjakan masyarakat, tetapi berupaya meningkatkan kesejahteraan
sosial dan kemandirian bagi tiap keluarga sehingga mereka pun dapat
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh mereka sendiri.
Melalui pelaksanaan program penguatan keluarga ini, diharapkan adanya
perubahan dalam kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.Program ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kemandirian bagi
setiap keluarga yang ada di Desa Tanjung Anom. Masyarakat menjadi mampu
menganalisis serta memberi solusi atas permasalahan mereka sendiri serta
mengetahui kebutuhan apa yang menjadi prioritas dalam kehidupan mereka.
Terlaksananya program penguatan keluarga ini membuat penulis tertarik
untuk mengetahui bagaimana pengaruh program tersebut terhadap kesejahteraan
sosial warga binaan SOS Desa Taruna Medan. Maka berdasarkan latar belakang
yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya ke
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang”.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah
penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS
Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten
Deli Serdang?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial
warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom
Kabupaten Deli Serdang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Desa
Taruna Medan.
2. Pengembangan model pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan
keluarga.
1.4 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika
sebagai berikut:
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek
yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi
operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik
pengumpulan, dan teknik analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang
berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti.
BAB V : ANALISIS DATA
Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian
beserta analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang terpenting dalam
masyarakat.Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang
merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai ukuran yang minimum, terutama
pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan suatu ikatan. Dengan kata lain,
keluarga tetap merupakan bagian dari masyarakat total yang lahir dan berada
didalamnya, yang secara berangsur-angsur akan melepaskan ciri-ciri tersebut
karena tumbuhnya mereka kearah kedewasaan. Keluarga sebagai organisasi,
mempunyai perbedaan dari organisasi-organisasi lainnya, yang terjadi hanya
sebagai sebuah proses (Khairuddin, 1997: 4).
Para ahli filsafat telah melihat bahwa masyarakat adalah struktur yang
terdiri dari keluarga, karya etika dan moral yang tertua menerangkan bahwa
masyarakat akan kehilangan kekuatannya jika anggotanya gagal dalam
melaksanakan tanggung jawab keluarganya. Keluarga dan masyarakat dapat
dikatakan berkaitan erat, di mana keluarga mampu berfungsi sebagai sarana
pemecahan masalah sosial yang sudah kronis.
Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial, di samping agama, yang
secara resmi telah berkembang di semua lapisan masyarakat.keikutsertaan dalam
lainnya, tetapi setiap orang mengambil bagian. Misalnya, anggota keluarga wajib
ikut serta dalam kegiatan yang ekonomis atau produktif jika tidak ingin
mengambil pilihan dengan kelaparan
Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun
tambahan (adopsi) yang diatur melalui kehidupan perkawinan bersama searah
dengan keturunannya yang merupakan suatu kesatuan yang khusus.Keluarga pada
dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks
yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenaan dengan orang tua
dan pemeliharaan anak. Menurut Iver dan Page, ciri-ciri umum keluarga meliputi:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
hubungan perkawinan yan sengaja dibentuk dan dipelihara
3. Suatu sistem tata norma termasuk perhitungan garis keturunan
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok yang mempunyai ketentuan khusus terhadap
kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga
(Su’adah, 2005: 23).
Konsep yang lain dari keluarga dapat diartikan sebagai unit dasar dalam
masyarakat yang merupakan segala bentuk hubungan kasih sayang antara
kesatuan pada keluarga, atau berarti kesatuan dua keluarga menjadi keluarga besar
yang biasanya disebut sebagai keluarga besar yang dikarenakan hubungan darah
atau perkawinan.
Setiap keluarga merasakan dua dorongan yang sangat kuat yaitu cinta
kepada orang tua yang telah membesarkannya dan kasih sayang untuk kakak dan
adiknya dan berani berkorban untuk kakek, nenek, paman, bibi, dan orang-orang
dalam hidupnya.Emosi, dorongan perasaan untuk selalu bersama orang-orang
yang dicintai dan menjaga mereka (keluarga), tetapi keinginan untuk selalu
bersama-sama diimbangi dengan keinginan untuk sendiri, bebas berpetualanng,
assertive, dan mencari jati diri sendiri.
Konsep mengenai keluarga ini begitu luas. Defenisi keluarga menurut
Chilman (dalam Su’adah, 2005: 26) adalah ekspresi seksual atau hubungan antar
anak dan orang tua, sebagai patokan dimana orang hidup bersama dengan
komitmen dan di dalam hubungan yang intim serta anggota-anggotanya
memandang identitas mereka sebagai bagian penting yang mengikat kepada group
tersebut dan group tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Defenisi tersebut
dianggap lebih tepat dipakai saat ini daripada defenisi pengamat sosial dahulu.
Contohnya yang diberikan oleh Ernest Burgess dan Harvey Locke di dalam
bukunya The Family, keluarga sebagai sekelompok manusia yang disatukan oleh
jalinan perkawinan, darah, atau adopsi yang membentuk sebuah rumah tangga,
berinteraksi dan berkomunikasi dalam aturan sosial mereka (suami dan istri, ayah
dan ibu, kakak dan adik), dan menciptakan serta mengembangkan suatu kultur.
1. Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya terdiri
dari ayah, ibu, dan anak
2. Hubungan sosial diantara anggota keluarga relatif tetap dan didasarkan atas
ikatan darah, perkawinan, dan atau adopsi
3. Hubungan antar anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang dan
rasa tanggung jawab
4. Fungsi keluarga adalah merawat, memelihara, dan melindungi anak dalam
rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa
sosial
diakses pada tanggal 9 Maret 2014 pukul 17.02 WIB).
Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1992 pengertian keluarga adalah
unit terkecil masyarakat yang terdiri dari suami isteri, atau suami isteri dan
anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya. Menurut
Goldenberg pengertian keluarga tidak hanya sebagai sekumpulan kumpulan
individu yang bertempat tinggal dalam satu ruang fisik dan psikis yang sama saja,
tetapi merupakan sistem sosial alamiah yang memiliki kekayaaan bersama,
mematuhi peraturan, peranan, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, tatacara
negosiasi serta tatacara penyelesaian masalah bersama, yang memungkinkan
pelbagai tugas dapat dilaksanakan secara efektif
2.1.2 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan
spiritual(Khairuddin, 1997: 7).
2.1.3 Bentuk-bentuk Keluarga
anak, sangat populer di negara-negara maju.Sedangkan keluarga besar yang terdiri
dari paman, sepupu, kakek, nenek, dan biasanya tiga generasi dalam satu atap
populer di negara-negara terbelakang.Ada juga kelompok-kelompok keluarga
yang biasanya disebut kinship (pertalian keluarga), clan (suku/ marga), dan
lineage (garis keturunan).
Kebanyakan orang-orang di dunia ini mengikuti silsilah leluhurnya hanya
dari satu orang tua saja, sedangkan kelompok minoritas menganut garis keturunan
dari ibu (matrilineal) yaitu status anak ditentukan atau mengikuti status ibu.
Keluarga barat dan negara-negara maju mengikuti garis keturunan ayah
(patrilineal) dimana status anak mengikuti status ayah dan nama ayah mengikuti
nama anak-anaknya. Adapun bentuk-bentuk keluarga, yaitu:
1. Nuclear Family (Keluarga Inti)
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak kandung
yang belum dewasa atau belum menikah.
2. Extended Family (Keluarga Besar)
Di samping suami, istri, dan anak kandung yang belum menikah, juga terdiri
dari sanak saudara lainnya baik menurut garis vertikal maupun horizontal
yang berasal dari pihak suami ataupun pihak istri.
3. Blended Family (Keluarga Campuran)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak kandung dan anak tiri.
4. Common Law Family (Menurut Hukum Umum)
Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam
perkawinan yang sah serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
Terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah,
ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka
tinggal bersama
6. Commune Family (Keluarga Hidup Bersama)
Terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak
dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
7. Cohabitation Family (Keluarga Tinggal Bersama)
Terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan
perkawinan yang sah.
8. Serial Family (Keluarga Serial)
Terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkkin telah
mempunyai anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah
lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi
semuanya menganggap sebagai satu keluarga.
9. Composite Family (Keluarga Gabungan)
Terdiri dari suami yang memiliki beberapa istri dan anak-anaknya
(poliandri) atau istri dengan beberapa suami dengan anak-anaknya (poligini)
yang hidup bersama
diakses pada tanggal 9 Maret 2014 pukul 17.48 WIB)
2.1.4 Fungsi Keluarga
Seperti sudah dipaparkan sebelumnya bahwa keluarga adalah agen penting
anak-membentuk kepribadiannya.Keluarga dapat memberikan identitas dalam
kelompok, membawa persetujuan dari teman-temannya dan mengajarkan
kepadanya untuk mengetahui perasaan untuk saling memberi dan
menerima.Keluarga mengajarkan kebiasaan kepada anak untuk terampil menjalin
komunikasi dengan lingkungannya, di mana hal tersebut sangat penting bagi masa
depannya.
Namun, pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok, yaitu
fungsi biologis antara lain melahirkan anak, fungsi afeksi yaitu hubungan kasih
sayang, dan fungsi sosialisasi yaitu interaksi sosial dalam keluarga dalam
pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat
dalam rangka perkembangannya.
Menurut Horton (dalam Su’adah, 2005: 109), fungsi-fungsi keluarga
meliputi:
1. Fungsi pengaturan seksual, keluarga berfungsi sebagai lembaga pokok yang
merupakan wahana bagi masyarakat untuk mengatur dan
mengorganisasikan kepuasan keinginan seksual.
2. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi keluarga untuk menghasilkan keturunan
3. Fungsi afeksi, salah satu kebutuhan dasar manusia yaitu kasih sayang dan
keluarga adalah lembaga pertama yang berfungsi memenuhi kebutuhan
tersebut.
Menurut BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
bahwa fungsi keluarga dibagi menjadi 8 (delapan).Fungsi keluarga yang
dikemukakan oleh BKKBN tersebut senada dengan fungsi keluarga menurut
1. Fungsi keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak serta
anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala
keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan di dunia ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2. Fungsi sosial budaya, dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
3. Fungsi cinta kasih, diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang, rasa
aman, serta perhatian kepada sesama anggota keluarga.
4. Fungsi melindungi, bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan
yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa aman dan terlindngi.
5. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi yang bertujuan untuk meneruskan
keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat
anggota keluarga.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan, merupakan fungsi dalam keluarga yang
dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan untuk
mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.
7. Fungsi ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat
dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari
sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan
menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa mendatang.
sehat, aman, dan indah
WIB)
2.1.5 Kesejahteraan Keluarga
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera memberikan batasan
mengenai keluarga sejahtera, yaitu keluarga yang dibentuk berdasarkan
perkawinan sah, mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras,
dan seimbang antara anggota dan antara keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan. Taraf kesejahteraan sosial dapat dilihat dari ukuran-ukuran berikut
ini:
1. Economical well-being, yaitu kesejahteraan ekonomi. Indikator yang
digunakan adalah pendapatan yaitu, pendapatan per bulan, nilai asset.
2. Social well-being, yaitu kesejahteraan sosial. Indikator yang digunakan
yaitu prestasi pendidikan (SD, SMP, SMA, PT, pendidikan non formal
paket A, B, C, melek aksara atau buta aksara), jenis pekerjaan (white
collar= elit/ professional dan blue collar= proletar/ buruh pekerja, memiliki
pekerjaan tetap atau pengangguran).
3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik. Indikator yang digunakan
adalah status gizi, status kesehatan (Puspitawati, 2012: 7).
Untuk menentukan suatu keluarga digolongkan sejahtera secara material
kemiskinan selalu diartikan sebagai tingkat pendapatan yang layak untuk
memenuhi kebutuhan dasar minimum.Suatu keluarga yang memiliki pendapatan
di bawah garis kemiskinan, tentunya tidak dapat memenuhi semua kebutuhan
material sehingga digolongkan pada keluarga miskin.BPS menghitung angka
kemiskinan lewat tingkat konsumsi penduduk atas kebutuhan dasar.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat
suatu kriteria kesejahteraan sosial keluarga yang didasarkan atas:
a. Kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri dari variabel pangan,
sandang, papan, dan kesehatan.
b. Kebutuhan sosial psikologis (social psychological needs) yang terdiri
dari variabel pendidikan, rekreasi, transportasi, interaksi sosial internal
dan eksternal.
c. Kebutuhan pengembangan (developmental needs) yang terdiri dari
variabel tabungan, pendidikan khusus, dan akses terhadap informasi.
Sedangkan klasifikasi kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (2011),
yaitu:
a. Keluarga pra sejahtera (Pra-KS) sering dikelompokkan sebagai “sangat
miskin”, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih
indikator yang meliputi:
1. Indikator ekonomi:
a. Makan dua kali atau lebih dalam sehari
b. Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya untuk di
2. Indikator non-ekonomi:
a. Melaksanakan ibadah
b. Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan
b. Keluarga sejahtera I (KS-I) sering dikelompokkan sebagai “miskin”, adalah
keluarga yang karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau
lebih indikator meliputi:
1. Indikator ekonomi:
a. Paling sedikit sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan
atau telur
b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakain baru
c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap penghuni
2. Indikator non-ekonomi:
a. Ibadah teratur
b. Sehat tiga bulan terakhir
c. Mempunyai penghasilan tetap
d. Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin
e. Usia 6-15 tahun bersekolah
f. Mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
c. Keluarga sejahtera II (KS-II) adalah keluarga yang karena alasan ekonomi
tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi:
1. Memiliki tabungan keluarga
2. Makan bersama sambil komunikasi
4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
5. Meningkatkan pengetahuan agama
6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan
majalah
7. Menggunakan sarana transportasi
d. Keluarga sejahtera III (KS-III) adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi
beberapa indikator yang meliputi:
1. Memiliki tabungan keluarga
2. Makan bersama sambil komunikasi
3. Mengikuti kegiatan dalam masyarakat
4. Rekreasi bersama (6 bulan sekali)
5. Meningkatkan pengetahuan agama
6. Memperoleh informasi atau berita dari surat kabar, TV, radio, dan
majalah
7. Menggunakan sarana transportasi
Belum dapat memenuhi beberapa indikator meliputi:
1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan
e. Keluarga sejahtera III Plus (KS-III Plus) adalah keluarga yang sudah dapat
memenuhi beberapa indikator meliputi:
1. Aktif memberikan sumbangan material secara teratur
2. Aktif sebagai pengurus organisasi kemasyarakatan
2.1.6 Keluarga dan Masyarakat
Salah satu defenisi keluarga pada awalnya adalah a union of families, yang
berarti masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari
keluarga-keluarga.Awal dari masyarakat pun dapat dikatakan berasal dari hubungan antar
individu, kemudian kelompok yang lebih membesar lagi menjadi satu kelompok
besar orang-orang yang disebut dengan masyarakat.Jadi dapat dikatakan bahwa
keluarga adalah inti dari masyarakat, dimana setiap keluarga adalah sentral dari
seluruh masyarakat.Karena keluarga ini pada hakekatnya mempunyai hubungan
yang menjurus ke segala arah dalam masyarakat yang disebut tetangga untuk yang
terdekat, kemudian kampong, daerah, negara, dan dunia.
Sebagai sentral sekaligus anggota masyarakat, keluarga mempunyai
inter-relasi dengan masyarakat di luarnya.Hubungan yang baik antar keluarga
merupakan hubungan yang baik pula bagi masyarakat.dan keluarga sebagai satu
unit, setiap anggotanya, dapat merupakan wakil dari keluarga tersebut dalam
kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial, keluarga tidak terlepas dari
kondisi-kondisi yang ada dalam masyarakat, baik nilai dan norma yang berlaku. Pada
dasarnya nilai dan norma dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap
tindakan-tindakan yang akan dijalankan oleh keluarga. Nilai dan norma tersebut bersifat
mengikat, sehingga keluarga harus dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan
2.2 Pemberdayaan Masyarakat
2.2.1 Pengertian Pembardayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata empowerment,
yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri
oleh masyarakat.Pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah
penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem
yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat
yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai
objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut menentukan
masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana, 2005: 5-6).
Kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua
hal :
1. Bahwa kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah,
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
2. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
Beberapa ahli mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan,
proses, dan cara-cara pemberdayaan (Suharto, 2009: 210-224) :
1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung (lfe,1995).
2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas, dan
bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan
yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang
lain yang menjadi perhatiannya (Parsons,et.al.,1994)
3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial (Swift dan Levin,
1987).
4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)
kehidupannya (Rappaport,1984).
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah
perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi
dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya (Suharto,2009:57-60).
2.2.2 Tahap-tahap Pemberdayaan
Pada hakekatnya, pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang lebih
keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan pemberdayaan mutlak diperlukan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Adi (2003: 70-75) bahwa pemberdayaan
menekankan pada process goal, yaitu tujuan yang berorientasi pada proses yang
mengupayakan integrasi masyarakat dan dikembangkan kapasitasnya guna
memecahkan masalah mereka secara kooperatif atas dasar kemauan dan
kemampuan menolong diri sendiri (self help) sesuai prinsip demokratis. Dengan
menekankan pada proses, maka pemberdayaan pun memiliki tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Penyadaran
Pada tahap ini, dilakukan sosialisasi terhadap komunitas agar mereka
mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan
kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri (self help).
2. Pengkapasitasan
Sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan kecakapan dalam
mengelolanya.Tahap ini sering disebut sebagai capacity building, yang
terdiri atas pengkapasitasan manusia, organisasi, dan sistem nilai.
3. Pendayaan
Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, dan peluang sesuai
dengan kecakapan yang sudah diperolehnya.
Tahapan program pemberdayaan masyarakat atau pengembangan
masyarakat merupakan sebuah siklus perubahan yang berusaha mencapai taraf
kehidupan yang lebih baik. Secara lebih jelas, tahapan tersebut digambarkan
Bagan 2.1 Tahap-tahap Pemberdayaan
Berdasarkan bagan 2.1 tersebut, tahap-tahap pemberdayaan dibagi ke
dalam tujuh tahap, yaitu tahap persiapan (intake process), assesment, perencanaan
partisipasi, proses intervensi, monitoring dan evaluasi, serta terminasi. Pada tahap
intake ,terdapat dua sasaran yang dituju yaitu klien aktual dan klien potensial.
Klien aktual merujuk pada klien yang akan diintervensi, sementara klien potensial
adalah klien yang memiliki potensi untuk diintervensi. Kedua klien tersebut
memperoleh sosialisasi dan melalui tahap assesment untuk kemudian
direncanakan sebuah rencana aksi untuk kegiatan pendampingan.Dalam setiap
tahap, terutama tahap pendampingan, monitoring dan evaluasi diperlukan.
Kemudian akhirnya tahap terminasi atau pelepasan merupakan tahap terakhir dari
proses pemberdayaan dimana komuntas sasaran telah mampu mandiri dan
berberdaya. Berikut tahap-tahap pemberdayaan :
Sosialisasi Actual Client
Interventio
n Process Participation
Planning Assesment
Intake Process
Monitoring &
Evaluasi Potential
Client
1. Tahap Persiapan
Tahap ini mencakup tahap penyiapan petugas dan tahap penyiapan
lapangan.Penyiapan petugas dalam hal ini (community worker) merupakan
prasyarat suksesnya suatu pengembangan masyarakat.
2. Tahap Pengkajian (assesment)
Proses assesment dilakukan dengan mengidentifikasi masalah
(kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki
oleh klien.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan dan Tahap
Pemformulasian Rencana Aksi
Pada tahap ini, agen perubah (community worker) secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
4. Tahap capacity building dan networking
Tahap ini mencakup :
a. Melakukan penelitian, workshop, dan sebagainya untuk membangun
kapasitas setiap individu masyarakat sasaran agar siap menjalankan
kekuasaan yang diberikan kepada mereka.
b. Masyarakat sasaran bersama-sama membuat aturan main dalam
menjalankan progam, berupa anggaran dasar organisasi, sistem, dan
prosedurenya.
c. Membangun jaringan dengan pihak luar seperti pemerintah daerah
5. Tahap pelaksanaan dan pendampingan
Tahapan ini mencakup : Melaksanakan kegaitan yang telah disusun dan
direncanakan bersama masyarakat sasaran.
6. Tahap Evaluasi
Tahapan ini mencakup :
a. Memantau setiap tahapan pemberdayaan yang dilakukan.
b. Mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dari tahapan pemberdayaan
yang dilakukan.
c. Mencari solusi atas konflik yang mungkin muncul dalam setiap tahapan
pemberdayaan.
Tahap evaluasi akhir dilakukan setelah semua tahap dijalankan.Tahap
evaluasi akhir menjadi jembatan menuju tahap terminasi (phasing out
strategy).
7. Tahap Terminasi
Tahap terminasi dilakukan setelah program dinilai berjalan
sebagaimana yang diharapkan.Dengan berakhirnya tahap terminasi ini,
maka fasilitator menyerahkan kontinuitas program kepada masyarakat
sasaran sebagai bagian dari kegiatan keseharian mereka.
2.2.3 Strategi Pemberdayaan
Proses pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif menurut Parson
(dalam Adi, 2003: 81). Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa
proses pemberdayaan terjadi dalam relasi antara pekerja sosial dan klien dalam
dapat dilakukan secara individual,meskipun pada gilirannya straegi ini pun
berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau
sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat
dilakukan melalui tiga cara pemberdayaan yaitu:
1. Mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual melalui
bimbingan,konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan
utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan
yang berpusat pada tugas (task centered approach).
2. Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
3. Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (
large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat,
manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
2.2.4 Pendekatan Pemberdayaan
Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dicapai melalui
penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu :
Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan
(Suharto, 1997:218-219)
1. Pemungkinan : menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus
mampu membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan
struktural menghambat.
2. Penguatan : memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mamu menumbuh kembangkan
segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarkat yang menunjang
kemandirian mereka.
3. Perlindungan : melindungi masyarkat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan yang tidak seimbang antara yang kuat dan lemah, dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok
lemah. Pemberdayaan harus diarahkan penghapusan segala jenis
diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan : memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh
5. Pemeliharaan : memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh
kesempatan berusaha.
Dubois dan Miley (dalam Suharto, 1997: 211) memberi beberapa cara atau
teknik yang lebih spesifik yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat
yaitu :
a. Membangun relasi pertolongan yang merefleksikan respon empati,
menghargai pilihan dan hak klien menentukan nasibnya sendiri (
self-determination), menghargai perbedaaan dan keunikan individu,
menekankan kerjasama klien.
b. Membangun komunikasi yang menghormati martabat dan harga diri
klien, mempertimbangkan keragaman individu, berfokus pada klien,
menjaga kerahasiaan klien.
c. Terlibat pemecah masalah yang memperkuat partisipasi klien dalam
semua aspek proses pemecahan masalah, menghargai hak-hak klien,
merangkai tantangan-tantangan sebagai kesempatan belajar,
melibaatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.
d. Merefleksikan sikap dan nilai profesi pekerjaan sosial melalui: ketaatan
terhadap kode etik profesi; keterlibatan dalam pengembangan
profesional,riset, dan perumusan kebijakan; penerjemahan
2.2.5 Prinsip Pemberdayaan
Pelaksanaan pendekatan pemberdayaan berlandaskan pada pedoman dan
prinsip pekerjaan sosial.Ada beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif
pekerjaan sosial (Suharto, 1997:216-217).
1. Pemberdayaan adalah proses kolaboratif. Oleh karena itu, pekerja sosial
dan masyarakat harus bekerjasama sebagai partner.
2. Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai aktor atau
subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan
kesempatan-kesempatan.
3. Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting
yang dapat mempengaruhi perubahan.
4. Kompetensi diperoleh melalui pengalaman hidup, khususnya
pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat.
5. Solusi-solusi yang berasal dari situasi khusus harus beragam dan
menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada
pada situasi masalah tersebut.
6. Jaringan-jaringan sosial informal merupakan sumber dukungan yang
penting bagi penurunan ketegangan dan meningkatkan kompetensi serta
kemampuan mengendalikan seseorang.
7. Masyarakat harus berpartisipasi dalam pemberdayaan mereka sendiri.
Tujuan, cara dan hasil harus dirumuskan sendiri.
8. Tingkat kesadaran merupakan kunci dalam pemberdayaan karena
9. Pemberdayaan melibatkan askes terhadap sumber-sumber dan
kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber tersebut secara
efektif.
10. Proses pemberdayaan bersifat dinamis, sinergis, berubah terus,
evolutif,permasalahan selalu memiliki beragam solusi.
11. Pemberdayaan dicapai melalui struktur-struktur personal dan
pembangunan ekonomi secara paralel.
2.2.6 Tugas Pekerja Sosial dalam Pemberdayaan
Dalam Konferensi Dunia di Montreal Kanada, Juli tahun 2000,
International Federation of Social Workers (IFSW)mendefinisikan pekerjaan
sosial sebagai berikut: “Profesi pekerjaan sosial mendorong pemecahan masalah
dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, perubahan sosial, pemberdayan dan
pembebasan masyarakat. Menggunakan teori-teori perilaku manusia dan
sistem-sistem sosial, pekerjaan sosial melakukan intervensi pada titik atau situasi dimana
orang berinteraksi dengan lingkungannya.Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan
keadilan sosial sangat penting bagi pekerjaan sosial.”
Schwartz (1961:157-158), mengemukakan lima tugas yang dapat
dilaksanakan oleh pekerja sosial :
1. Mencari persamaan mendasar antara persepsi masyarakat mengenai
kebutuhan mereka sendiri dan aspek-aspek tuntutan sosial yang
dihadapi mereka
mengidentifikasi kepentingan mereka dan kepentingan orang-orang
yang berpengaruh terhadap mereka.
3. Memberi kontribusi data mengenai ide-ide, fakta, nilai, konsep yang
tidak dimiliki masyarakat, tetapi bermanfaat bagi mereka dalam
menghadapi realitas sosial dan masalah yang dihadapi mereka.
4. Membagi visi dengan masyarakat, harapan dan aspirasi pekerjaan sosial
merupakan investasi bagi interaksi antara orang dan masyarakat dan
bagi kesejahteraan individu dan sosial.
5. Mendefinisikan syarat-syarat dan batasan-batasan situasi dengan mana
sistem relasi antara pekerja sosial dan masyarakat dibentuk.
Aturan-aturan tersebut membentuk konteks bagi kontrak kerja yang mengikat
masyarakat dan lembaga. Batasan-batasan tersebut juga mampu
menciptakan kondisi yang dapat membuat masyarakat dan pekerja
sosisal menjalankan fungsi masing-masing.
2.3 Program Penguatan Keluarga
Keluarga adalah jantung dari masyarakat dan tempat perlindungan bagi
setiap anggota keluarga, khusunya anak.Program penguatan keluarga adalah salah
satu program pelayanan yang bertujuan untuk mencegah anak-anak dari
kehilangan perawatan keluarga mereka.Melalui program ini, masyarakat diberikan
bantuan, khususnya bagi keluarga-keluarga yang kurang beruntung atau termasuk
dalam kategori miskin.
Program ini dilakukan dengan memberdayakan keluarga, untuk
mereka, dan memperkuat jaring pengaman untuk anak-anak yang rentan dan
keluarga mereka dalam masyarakat bagi anak-anak yang telah kehilangan
perawatan keluarga biologis mereka, disediakan perawatan atau pola pengsuhan
anak berbasis keluarga.Ada 4 prinsip pengasuhan yang dijalankan, yakni adanya
ibu, keluarga yang terdiri dari kakak, adik, rumah, dan desa.Melalui hal tersebut,
anak-anak diharapkan dapat tumbuh dalam lingkungan keluarga yang nyaman dan
dengan dukungan sarana dan prasarana memadai.
Layanan program ditujukan untuk keluarga dengan anak-anak di bawah
usia 18 tahun, yang jatuh dalam kelompok sasaran. Layanan ditujukan bagi
seluruh anggota keluarga, termasuk semua anak-anak dan pengasuhnya dalam
sebuah keluarga.Anak-anak yang beresiko kehilangan perawatan keluarga
biologis mereka juga termasuk dalam kelompok sasaran program penguatan
keluarga ini.
Adapun pelayanan yang diberikan dalam program ini adalah:
1. Kegiatan pendidikan
Kegiatan dalam program pendidikan iniyaitu melihat kebutuhan anak
agar dapat mengikuti pendidikan formal dasar dengan melakukan
pembayaran SPP bulanan, melengkapi perlengkapan sekolah, seperti seragam
sekolah d