• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AMILUM MANIHOT PRAGELATINASI DAN AC-DI-SOL TERHADAP KECEPATAN DISOLUSI TABLET IBUPROFEN ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH AMILUM MANIHOT PRAGELATINASI DAN AC-DI-SOL TERHADAP KECEPATAN DISOLUSI TABLET IBUPROFEN ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

352 PENGARUH AMILUM MANIHOT PRAGELATINASI DAN AC-DI-SOL

TERHADAP KECEPATAN DISOLUSI TABLET IBUPROFEN Lusi Nurdianti1, Utiani Khoerunnisa, Rika Yulianti

1Program Studi Farmasi, Stikes BTH Tasikmalaya Corresponding author email: lusinurdianti83@gmail.com

ABSTRAK

Bahan penghancur ditambahkan pada fomula tablet untuk memudahkan pecah atau hancurnya tablet ketika kontak dengan cairan saluran pencernaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan amilum singkong pragelatinasi sebagai bahan penghancur yang dibandingkan dengan Ac-Di-Sol terhadap tablet ibuprofen. Dalam penelitian ini dibuat 6 formula dengan bahan penghancur yang berbeda yaitu 3 formula menggunakan amilum singkong pragelatinasi dengan konsentrasi F1 2,5%, F2 5% dan F3 7,5% dan 3 formula lagi menggunakan Ac-Di-Sol dengan konsentrasi yang sama dengan amilum singkong pragelatinasi. Tablet dibuat dengan metode cetak langsung. Tablet yang dihasilkan dievaluasi yaitu sifat alir massa serbuk, BJ, granulometri, organoleptik, keseragaman ukuran, keragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, disolusi, dan penetapan kadar. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa amilum singkong pragelatinasi memiliki waktu hancur yang lebih lama dibanding dengan Ac-Di-Sol. Pada kecepatan disolusi, laju pelepasan obat paling kecil terjadi pada formula 1 yaitu pada 30 menit ibuprofen yang dilepaskan 79,873%. Sedangkan, laju pelepasan obat paling besar terjadi pada formula 6 yaitu pada 30 menit ibuprofen yang dilepaskan 91,907%. Berdasarkan hasil uji statistik Mann Whitney pada uji disolusi menyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna antara formula 3 dan 6, karena tidak signifikan (P> 0,05).

Kata Kunci : Ibuprofen, Amilum Singkong Pragelatinasi, Ac-Di-Sol, Bahan Penghancur

ABSTRACT

Disintegrant is added to tablet formulation to facilitate a breakup or disintegration of the tablet when it contact with water in the gastrointestinal tract. The aim of this research was to know the influence of use pragelatinized tapioca starch as disintegrants compared to Ac-Di-Sol of ibuprofen tablets. Sixth formulas of ibuprofen tablets were made by disintegrants concentration different are three formulas use pragelatinized tapioca starch by concentration F1 2,5%, F2 5% dan F3 7,5% and the others three formulas use Ac-Di-Sol by concentration is same with pragelatinized tapioca starch. Tablets were made by direct compression method. The tablets produced were tested fluidity of powder, BJ, granulometris, uniformity of measure, uniformity of weight, tablets hardness, friability, disintegration time, disolution, and determine content. The result of research showed that pragelatinized tapioca starch had disintegration time longer compared to Ac-Di-Sol. The disolution rate, rate of drug release smaller occurs in formulation 1 that is 30 minutes of drug release 79,873%. While, rate of drug release higher occurs in formulation 6 that is 30 minutes of drug release 91,907%. The result of statistics test Mann Whitney at disolution explain no there is diverification at meaningful from formulations 3 and 6, because not significans (P> 0,05).

(2)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 353 PENDAHULUAN

Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, hal ini disebabkan tablet memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh sediaan farmasi yang lain, baik dari segi produksi, penyimpanan, distribusi maupun pemakaiannya. Tablet dibuat dari bahan aktif dan bahan tambahan yang meliputi bahan pengisi, penghancur, pengikat dan pelicin (Lachman, et al., 2012).

Metode pembuatan tablet bisa dilakukan dengan granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung. Tablet yang baik harus memenuhi persyaratan yaitu cukup kuat untuk mempertahankan bentuknya mulai produksi sampai digunakan oleh pasien, mempunyai kandungan bahan obat dan bobot tablet yang seragam, warna yang menarik, ukuran dan bentuk yang sesuai serta terjamin stabilitasnya (Lachman, et al., 2012).

Bahan penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya atau hancurnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan berfungsi menarik air ke dalam tablet, sehingga pecah menjadi granul atau partikel penyusunnya. Fragmen-fragmen tablet ini memungkinkan untuk larutnya obat dan tercapai bioavailabilitas yang diharapkan (Rahayuningsih, 2010). Terbatasnya bahan eksipien untuk industri farmasi yang diproduksi di dalam negeri menyebabkan harga obat semakin mahal, sementara bahan baku yang dapat diolah menjadi bahan eksipien tersebut berlimpah. Salah satu bahan eksipien yang banyak kegunaannya dalam proses pembuatan obat terutama yang berbentuk tablet adalah yang berasal dari jenis amilum (Juheini, et al.,

2014).

Amilum sebagai bahan tambahan tablet sangat luas pemakaiannya karena bersifat inert dan dapat dicampur dengan hampir semua obat tanpa menimbulkan terjadinya reaksi kimia. Namun, amilum belum banyak digunakan dalam pembuatan tablet

kempa langsung karena kekurangannya adalah sifat alir dan kompresibilitasnya kurang baik, sehingga dalam penelitian ini dibuat pragelatinasi amilum (Agoes, 2013). Amilum pragelatinasi merupakan amilum yang diperoleh melalui proses kimia, dengan cara memecah granul amilum dengan keberadaan air. Amilum terpragelatinasi terdiri dari gabungan granula pati utuh dan granula pati pecah yang membentuk granula lebih besar sehingga memiliki daya alir dan kompresibel yang baik serta dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembentukan cetak langsung (Juheini, et al., 2014).

Tujuan amilum pragelatinasi ini adalah untuk meningkatkan ukuran partikel sehingga diperoleh ukuran partikel yang lebih besar. Dengan harapan ukuran partikel yang lebih besar maka memiliki pori-pori atau rongga-rongga yang besar pula. Sehingga ketika kontak dengan air maka akan lebih mudah hancur. Dengan mudah hancurnya tablet, maka waktu hancur yang dibutuhkan juga lebih cepat.

Dari penelitian Rahayuningsih (2010) telah dilakukan pembuatan tablet kempa langsung yang menggunakan kombinasi bahan pengisi yang baik sehingga didapat hasil tablet yang kekerasannya baik, tingkat kerapuhan kecil, dan waktu hancur cepat. Namun, dari penelitian sebelumnya belum ada yang membandingkan amilum manihot pragelatinasi sebagai bahan penghancur dengan bahan penghancur yang sudah ada. Berdasarkan pertimbangan diatas, peneliti tertarik untuk membandingkan formula tablet kempa langsung dengan bahan penghancur Amilum Manihot Pragelatin dan formula tablet kempa langsung dengan bahan penghancur Ac-Di-Sol terhadap kecepatan disolusi tablet Ibuprofen.

(3)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 354 METODE

Rancangan Formula

Tabel 1. Rancangan Formula Tablet Ibuprofen dengan Bobot 350 mg

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%.

Pembuatan Pragelatinasi Amilum Manihot Amilum singkong pragelatinasi dibuat dengan cara 100 g amilum singkong ditambahkan aquades 100 mL yang dipanaskan sampai suhu 60oC selama 10 menit. Diaduk perlahan-lahan sampai mendapatkan massa yang kental. Proses pragelatinasi ini dilakukan untuk merusak molekul amilum dan membuat amilum mengembang karena adanya pemasukan molekul air (Wicaksono, 2008). Kemudian diayak dengan ayakan mesh 44, lalu dikeringkan selama satu malam, setelah itu diayak lagi. Identifikasi secara organoleptis amilum singkong pragelatinasi yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih, tidak berbau dan tidak berasa (Lenny, et al., 2012).

Pembuatan Tablet Ibuprofen

Tablet ibuprofen dibuat sebanyak 6 formula. Bahan-bahan ditimbang sesuai kebutuhan untuk tiap formula. Campurkan zat aktif (Ibuprofen) dengan Avicel pH 102 Setelah tercampur homogen,

kemudian tambahkan bahan penghancur Amilum singkong pragelatin F1 (2,5%), Amilum singkong pragelatin F2 (5%), Amilum singkong pragelatin F3 (7,5%), Ac-di-sol F4 (2,5%), Ac-di-sol F5 (5%) dan Ac-di-sol F6 (7,5%). Setelah itu tambahkan Talkum dan Magnesium Stearat. Setelah campuran homogen dilakukan pengempaan tablet menggunakan mesin tablet single punch.

Kemudian tablet yang telah dihasilkan dilakukan evaluasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Kekerasan dan Kerapuhan

Uji kekerasan ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tablet agar dapat bertahan terhadap berbagai goncangan mekanik. Syarat untuk tablet besar yaitu 7-10 kg/cm3, sedangkan untuk tablet kecil 4 kg/cm3 (Lachman, et al., 2012).

Tabel 2. Uji Kekerasan dan Kerapuhan Formula Kekerasan (kg/cm3) Kerapuhan 1 6,5 0,843+ 0,021 2 6,5 0,827+ 0,006 3 6,5 0,797+ 0,025 4 6,5 0,923+ 0,035 5 6,5 0,793+ 0,070 6 7 0,920+ 0,040

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%, n = 3.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji kekerasan tablet dari semua formula memenuhi persyaratan kekerasan 4-10 kg/cm3 (Lachman,

Bahan Formula

F 1 F 2 F 3 F 4 F 5 F 6 Ibuprofen (mg) 200 200 200 200 200 200 Amilum singkong pragelatin (%) 2,5 5 7,5 - - -

Ac-di-sol (mg) - - - 2,5 5 7,5

Avicel pH 102(mg) 130,75 122 113,25 130,75 122 113,25 Mg. Stearat (1%) 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

(4)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 355 et al., 2012). Tablet memiliki kekerasan yang

besar karena digunakan pengisi Avicel pH 102 yang mempunyai daya kohesifitas yang baik. Gaya kohesif ini akan mempercepat proses konsolidasi, sehingga saat diberi tekanan pada pencetakan tablet akan menghasilkan tablet yang keras.

Gambar 1. Histogram Uji Kekerasan

Uji kerapuhan bertujuan untuk mengetahui bobot yang hilang akibat perlakuan yang diberikan terhadap tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan maka semakin besar massa tablet yang hilang. Tablet yang baik harus mempunyai kerapuhan tablet tidak boleh melebihi 1 %. Kerapuhan

merupakan parameter yang menggambarkan kekuatan permukaan tablet

dalam melawan berbagai perlakuan yang menyebabkan abrasi pada permukaan tablet (Sulaiman, 2007). Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji kerapuhan keenam formula memenuhi persyaratan karena kurang dari 1%.

Berdasarkan hasil kerapuhan terlihat bahwa nilai kerapuhan amilum singkong pragelatinasi lebih rendah dibanding Ac-Di-Sol. Kerapuhan tablet dapat dipengaruhi oleh jumlah fines dan jumlah bahan pengikat didalam formulasi sediaan tablet. Amilum singkong pragelatinasi mengandung juga amilosa yang baik untuk pengikat sehingga akan membentuk tablet yang kompak (padat) dengan kekerasan tinggi, dan kekompakan ini akan menyebabkan tablet tidak mudah rusak akibat perlakuan pengujian. Sedangkan, kerapuhan pada tablet dengan penghancur Ac-Di-Sol lebih tinggi karena tablet yang dihasilkan terlalu banyak fines sehingga daya ikatnya berkurang maka tablet yang dihasilkan mudah rapuh.

Uji Keseragaman Ukuran

Uji keseragaman ukuran tablet menunjukkan bahwa keenam formula tablet ibuprofen memenuhi persyaratan keseragaman ukuran yaitu diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Kecepatan alir massa serbuk yang baik berperan dalam keseragaman ukuran karena memungkinkan pengisian serbuk yang seragam ke dalam ruang pencetakan.

Tabel 3. Uji Keseragaman Ukuran

Diameter+SD Tebal+SD F1 0,923+0,004 0,527+0,006 F2 0,924+0,005 0,522+0,004 F3 0,925+0,005 0,523+0,005 F4 0,922+0,004 0,526+0,005 F5 0,922+0,004 0,523+0,004 F6 0,921 +0,004 0,521 +0,004

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%, n = 20.

Uji Keseragaman Bobot

Uji ini bertujuan untuk mengontrol mutu tablet yang merupakan indikator awal keseragaman kadar zat aktif. Tablet yang memiliki bobot yang seragam dapat diharapkan memiliki kadar zat aktif yang seragam pula (Sulaiman, 2007).

Pada umumnya tablet dengan bobot lebih besar dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing - masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 5% dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata (Depkes RI, 1995).

Tabel 4. Keseragaman Bobot

Formula Bobot (mg) + SD Penyimpangan (%) + SD 1 350,25 +1,287 0,279 + 0,225 2 350,43 +1,615 0,390 + 0,230 3 350,74 + 1,727 0,408 + 0,230 4 343,69 + 4,769 1,175 + 0,679 5 343,47 + 6,189 1,615 + 0,695 6 349,46 + 1,443 0,365 + 0,177

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%, n = 20. K e k e r a sa n (k g/ c m 3)

(5)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 356 Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji

keseragaman bobot diatas menunjukkan tidak ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 10% dan tidak lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari 5%. Berarti tablet dari keenam formula telah memenuhi persyaratan keseragaman bobot dalam Farmakope Indonesia IV.

Uji Waktu Hancur

Uji ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur di dalam cairan saluran pencernaan. Amilum dapat mempercepat penyerapan air, sehingga akan memungkinkan untuk menarik air dengan aksi kapiler. Saat tablet kontak dengan air akan berpenetrasi melalui pori-pori yang ada, akibatnya ikatan antar partikel lemah dan akhirnya pecah menjadi granul-granul (Voight, 1995). Tablet tidak bersalut harus mempunyai waktu hancur tidak lebih dari 15 menit (Depkes RI, 1995).

Tabel 5. Uji Waktu Hancur

Formula Waktu+ SD 1 81,00detik +1,00 2 67,67 detik +1,15 3 55,33detik +0,58 4 70,67detik +1,15 5 64,00detik +1,00 6 51,67detik +1,15

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%, n = 3

Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa keenam formula memberikan tablet dengan waktu hancur yang memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 15 menit. Amilum mempunyai kekuatan pada aksi kapiler yang akan membentuk suatu cairan yang masuk ke dalam tablet, aksi ini akan membantu pengembangan dari beberapa

komponen yang akan membantu hancurnya tablet (Voight, 1995).

Berdasarkan pada tabel di atas terlihat bahwa waktu hancur amilum singkong pregelatinasi lebih lama dibanding Ac-Di-Sol. Kemungkinan, apabila amilum singkong pragelatinasi kontak dengan air akan mengembang, menghasilkan cairan yang kental akan memperlambat penetrasi air masuk ke dalam tablet dan akibatnya akan memperlama waktu hancur tabletnya (soebagyo, 1994). Dimana mekanisme aksi dari amilum adalah dengan aksi kapiler, deformasi dan pengembangan ketika kontak dengan air, sehingga dapat memutuskan ikatan hidrogen yang terbentuk pada saat pengempaan, amilum akan terdistribusi pada seluruh bagian tablet sehingga dapat membentuk jembatan hidrofil yang kontinyu. Apabila tablet kontak dengan air, air akan segera diserap dengan cepat oleh tablet melalui jembatan hidrofil.

Berdasarkan uji statistik anova dengan taraf kepercayaan 95% menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan karena p < 0,05. Hal ini berarti, bahwa ada perbedaan penggunaan konsentrasi amilum manihot pragelatin dan Ac-Di-Sol sebagai bahan penghancur dalam formulasi tablet yang mempengaruhi waktu hancur tablet ibuprofen yang dihasilkan.

Uji Disolusi

Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat disolusi model apparatus 2 USP yakni model ”paddle”. Tablet dimasukkan ke dalam labu yang berisi larutan dapar fosfat pH 7,2 sebagai medium. Dalam waktu 30 menit ibuprofen harus larut tidak kurang dari 70 % dari jumlah yang tertera dalam etiket (Depkes RI, 1995).

(6)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 357 Tabel 6. Uji disolusi

Persentase Terdisolusi (%) Waktu (menit) F1+ SD F2+ SD F3+ SD F4+ SD F5+ SD F6+ SD 5 60,300+ 8,304 74,558+ 6,305 83,918+ 2,480 81,760+ 1,581 85,070+ 1,094 83,483+ 1,955 10 66,163+ 3,703 76,629+ 5,695 85,160+ 3,887 83,940+ 3,826 86,403+ 0,505 85,837+ 2,691 15 70,220+ 3,365 81,673+ 0,080 87,030+ 3,223 84,223+ 2,988 87,193+ 1,474 88,437+ 1,391 20 77,430+ 2,789 81,780+ 0,376 90,037+ 1,594 84,690+ 3,017 89,809+ 1,712 89,660+ 1,918 25 78,697+ 3,839 84,205+ 0,802 91,140+ 2,425 87,253+ 2,832 89,777+ 1,340 91,257+ 1,167 30 79,873+ 5,192 84,350+ 0,544 91,693+ 1,712 87,507+ 3,046 90,310+ 0,949 91,907+ 0,682

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%, n = 3.

Hasil uji disolusi dari keenam formula menunjukkan bahwa keenamnya melepaskan obat lebih dari 70% dalam 30 menit. Laju pelepasan obat paling kecil terjadi pada formula 1, yaitu selama 30 menit ibuprofen yang dilepaskan mencapai 79,873%, sedangkan laju pelepasan obat paling besar terjadi pada formula 6, yaitu selama 30 menit ibuprofen yang dilepaskan mencapai 91,907% (tabel 4.8). Hal ini berarti formula 6 (dengan konsentrasi penghancur Ac-Di-Sol 7,5%) merupakan formula yang dapat melepas obat lebih cepat dibandingkan dengan formula yang lain.

Berdasarkan uji statistik, data yang dihasilkan memiliki normalitas yang signifikan namun tidak homogen sehingga tidak dilakukan uji statistik metode anova melainkan metode Mann whittney.

Berdasarkan uji statistik Mann whitney

menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara formula 1 dan 4, serta formula 2 dan 5.

Gambar 2. Grafik Profil Disolusi

Hal ini berarti, bahwa ada perbedaan yang bermakna pada penggunaan konsentrasi amilum manihot pragelatin dan Ac-Di-Sol

sebagai bahan penghancur dalam formulasi tablet yang mempengaruhi laju disolusi tablet ibuprofen yang dihasilkan. Sedangkan, pada formula 3 dan 6 tidak signifikan. Hal ini berarti, tidak ada perbedaan yang bermakna antara formula 3 dan 6.

Uji Penetapan Kadar

Uji penetapan kadar dilakukan untuk mengukur kadar zat aktif yang ada dalam suatu tablet.

Tabel 7. Uji Penetapan Kadar

Formula Persentase (%)+ SD 1 75,012+ 1,124 2 85,095+ 0,283 3 90,065+ 0,285 4 71,820+ 0,691 5 86,135+ 0,406 6 92,469+ 0,632

Keterangan : Konsentrasi amilum singkong pragelatin F1 2,5%, F2 5%, F3 7,5%, dan konsentrasi ac-di-sol F4 2,5 %, F5 5%, F6 7,5%, n = 3.

Gambar 3. Histogram Penetapan Kadar

Berdasarkan Gambar 3. dapat dilihat bahwa semakin banyak konsentrasi penghancur yang digunakan maka kadar zat aktif yang terkandung dalam tablet juga semakin

P ers en T er d is o lu si ( % ) waktu (menit) F1 F2 F3 F4 F5 P e r se n ta se ( % )

(7)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 358 tinggi. Hal ini disebabkan juga karena

semakin semakin cepatnya zat aktif terpisah dari matriks. Menurut Farmakope Indonesia IV, kadar tablet ibuprofen tidak boleh kurang dari 90% dan tidak boleh leih dari 110%. Pada formula 1, 2, 3, dan 4 tidak memenuhi persyaratan karena kurang dari 90%. Sedangkan, pada formula 3 dan 6 telah memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Indonesia IV karena lebih dari 90%.

SIMPULAN

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan terhadap tablet ibuprofen, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Amilum manihot pragelatinasi

menghasilkan daya alir yang baik dan menghasilkan nilai kompresibilitas yang sangat baik.

2. Amilum manihot pragelatin memiliki waktu hancur yang lebih lama

dibandingkan dengan Ac-Di-Sol dan terdapat perbedaan yang bermakna dari hasil uji statistik metode anova.

3. Amilum manihot pragelatin dengan konsentrasi 2,5% menghasilkan kecepatan disolusi yang paling kecil yaitu 79,873%. Sedangkan, Ac-Di-Sol dengan konsentrasi 7,5% menghasilkan kecepatan disolusi yang paling besar yaitu 91,907%. Dilihat dari hasil uji statistik metode Mann Whitney terdapat perbedaan yang bermakna antara formula 1 dan 4, serta antara formula 2 dan 5. Sedangkan, pada formula 3 dan 6 tidak ada perbedaan yang bermakna.

UCAPAN TERIMAKASIH SayaucapkanterimakasihkepadaSTIKes BTH Tasikmalayakhususnyaprodi S1-Farmasi yang telahmemfasilitasidalampelaksanaandanpub likasipenelitianini. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB

Agoes, G. 2013. Pegembangan Sediaan Farmasi. Bandung: ITB

Ansel, Howard C. 2013 .Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Penerbit Dirjen POM.

Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia V. Jakarta : Penerbit Dirjen POM.

Endo, M., K. Obae, and Y. Yaginuma. (2009). A Novel Pregelatinized Starch as a Sustained-Release Matrix Excipient. PharmTech. Vol 33. P: 30 – 38.

Hapsari, T. P. (2008). Pengaruh Pregelatinasi Terhadap Karakteristik Tepung Singkong. Primordia. Vol: 4. No. 2. Hal: 92-105.

Hastuti, M. 2008. Pengaruh Perbedaan Suhu Dalam Pembuatan Amilum singkong Pregelatinasi Terhadap Sifat Fisik Tablet Chlorpheniramin Maleat Secara Kempa Langsung. [Skripsi]. Fakultas Farmasi universitas Muhammadiyah Surakarta.

Juheini, Iskandarsyah, Animar J.A, Jenny. 2004. Pengaruh Kandungan Pati Singkong Terpegelatinasi terhadap Karakterisasi Fisik Tablet Lepas Terkontrol Teofilin. Majalah Ilmu Kefarmasian Vol.1 No 21-26, ISSN 1693-9883.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 2012. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid 2 (edisi 3). Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press). Lenny, K.S, Jemmy, A.P, Sri A. 2012.

Pengaruh Rasio Amilum : Air Dan Suhu Pemanasan Terhadap Sifat Fisik Amilum Singkong Pragelatin Yang Ditujukan Sebagai Eksipien Tablet. Hal 50-68.

Pandjaitan C. 2007. Karakterisasi Pati Singkong Terplegelatinasi Propionat Sebagai eksipien Dalam Sediaan

Farmasi. Program Sarjana

(8)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 359 Rahayuningsih, Dwi. 2010. Pengaruh

Pnggunaan Amilum Singkong Pragelatin sebagai Bahan Penghancur terhadap Sifat Fisik Tablet Aspirin [Skripsi]. Purwokerto: Fakultas Farmasi UMP.

Rowe, C.R, Sheskey J.P, Owen C.S. 2006.

Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed. Pharmaceutical Press: London.

Siregar, Charles J.P., Wikarsa, Saleh. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet/Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: Kedokteran EGC.

Soebagio, B., N. Wathoni., dan R.K. Meko. 2009. Profil Aliran Dispersi Pati Ubi Jalar. FarmTech Volume 7.

Soebagio, Sriwododo, dan A. S. Adhika. 2009. Uji Sifat Fisikokimia Pati Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) Alami dan Modifikasi secara Hidrolisis Asam. [skripsi]. Bandung: Universitas Padjajaran.

Soebagyo, S.S.,1994. Amilum Termodifikasi Sebagai Bahan Penolong Tablet Cetak Langsung Parasetamol. Majalah farmasi indonesia 5, 147-153

Suarni dan S. Widowati. 2002. Stuktur, komposisi, dan Nutrisi Jagung. Bogor: Balai Besar Peneltian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Sulaiman, T.N.S. 2007. Teknologi

Formulasi Sediaan Tablet.

Yogyakarta: UGM Press.

Tjay, H.T, Rahardja, K. 2008. Obat – Obat Penting. Jakarta : PT Gramedia. Voight R. 1995. Teknologi Farmasi (edisi

5). Yogyakarta: UGM Press.

Wicaksono, A. 2008. Suksinilasi Pati Singkong Pregelatinasi sebagai penghancur dan Pengikat pada tablet Amoxicillin. [Skripsi]. Depok: UI. Yusuf, H., A. Radjaram dan D. Setyawan.

2008. Modifikasi Pati Singkong Pregelatin sebagai Bahan Pembawa Cetak Langsung. [skripsi]. Surabaya: Universitas Airlangga.

Gambar

Tabel 1.  Rancangan Formula Tablet Ibuprofen dengan Bobot 350 mg
Tabel 3. Uji Keseragaman Ukuran
Tabel 5. Uji Waktu Hancur
Tabel 6. Uji disolusi

Referensi

Dokumen terkait

merupakan perangkat yang idealnya diharapkan bekerja efektif, langsung memutus jalur listrik, namun pada tulisan ini penulis mengkaji kegagalan fungsi proteksi

Pada penelitian ini, peralatan MPPT yang digunakan adalah terdiri dari DC-DC Converter dengan jenis Boost Converter yang fungsinya menaikkan output dari

Skripsiini yang berjudul : “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Campak di Desa Jatisari Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan psikologi tokoh utama (Agus) dalam drama “Pinangan” karya Anton Chekov?. Tujuan penelitian ini adalah

Pemamfaatan air untuk daerah irigasi sering terjadi kurang hati-hati dalam pemakaiannya sehingga diperlukan upaya untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan

Penelitian mengenai hubungan panjang tulang-tulang panjang dengan tinggi badan sudah pernah dilakukan di Fakultas Kedokteran Unsrat, namun dalam penelitian yang

Telah berhasil dibangun ketertelusuran pengukuran prototipe frekuensi meter kapasitas 2000 Hz dan resolusi 0,1 Hz tersebut dengan akurasi 0,03% relatif skala penuh

Dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa para warga sedulur sikep khususnya perempuan samin sepakat, bahwa sekolah formal itu merupakan salah satu jembatan untuk