• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI GRUP MUSIK TANJIDOR NADA IRAMA DESA SEKUDUK KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKSISTENSI GRUP MUSIK TANJIDOR NADA IRAMA DESA SEKUDUK KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI GRUP MUSIK TANJIDOR NADA IRAMA

DESA SEKUDUK KECAMATAN SEJANGKUNG

KABUPATEN SAMBAS

Nurdini Hanum Sari, Aloysius Mering, Asfar Muniir Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP UNTAN

Email : nurdinihanumsari@yahoo.com

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan eksistensi, faktor yang mempengaruhi eksistensi, dan upaya mempertahankan eksistensi Grup Nada Irama. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Mendeskripsikan eksistensi Grup Nada Irama didapat melalui observasi dan wawancara terhadap narasumber, mendokumentasikan partitur, prestasi, kegiatan dan pemain musik Grup Nada Irama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Grup Nada Irama masih eksis sampai sekarang (2016), namun mengalami penurunan dikarenakan beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi eksistensi diantaranya kebutuhan masyarakat akan musik tanjidor, kebudayaan turun temurun, faktor ekonomi, kurangnya minat generasi muda dan belum pernah ada bantuan dari pemerintah setempat. Upaya mempertahankan eksistensi dengan mengajarkan notasi balok kepada generasi muda, mencari anggota arisan, menyisihkan uang hasil tampil dan menggunakan tanjidor sebagai sarana hiburan pada acara yang diselenggarakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat diimplementasikan dipelajaran Seni Budaya SMP kelas VII semester I serta dapat menjadi referensi bagi penelitian lanjutan mengenai musik tanjidor.

Kata kunci : Eksistensi, Grup Musik, Tanjidor.

Abstract : This research aims to describe the existence, factors affecting the existence and effort to maintain the existence of the Nada Irama Group. Researcher used descriptive method in this research. Describing the existence of the Nada Irama Group obtained through observation and interviews with informants, documenting scores, achievements, activities and music player. The results showed that the Nada Irama Group still exist until now, but declined due to several factors. Factors affecting the existence of which community needs tanjidor music, cultures heredity, economic factors, the lack of interest of the younger generation and unprecedented support from lokal government. Efforts to maintain existence by teaching notation to the younger generation, looking for members of social gathering, set aside the money to appear, and use tanjidor as a means of entertaiment for the event. The result of this research are expected to be implemented in a cultural art lesson on senior high school 7 th grade one semester and it can be refrences further analysis about for tanjidor music.

(2)

usik tanjidor merupakan musik daerah yang ada pada Suku Melayu khususnya pada Suku Melayu Kabupaten Sambas yang terdiri dari 9-15 pemain musik yang memainkan alat musik tiup dan alat musik pukul. Alat musik yang dimainkan seperti terompet, trombone slide, trombone valve, tuba, sousaphone, snare drum, bass drum dan cymbal. Musik tanjidor sering tampil pada acara upacara 17 Agustus, Memperingati hari-hari nasional, Menyambut tamu penting, Pesta perkawinan terutama arak-arakan pengantin, Sunatan, Tepung tawar (syukuran atas kelahiran anak, Rawah Haji (syukuran naik haji), Saman (acara perpisahan di sekolah) dan Acara beker (pertandingan sepak bola), pada pertandingan sepak bola musik tanjidor dimainkan saat pembukaan acara, untuk sekarang musik tanjidor sudah jarang tampil untuk acara beker.

Adat istiadat dan tradisi masyarakat berpengaruh terhadap kebutuhan masyarakat, seperti tradisi perkawinan yang menggunakan tanjidor sebagai pengisi hiburan ketika arak-arakan pengantin dilakukan. Kebutuhan masyarakat akan musik tanjidor untuk memeriahkan berbagai acara mendorong masyarakat untuk tetap menggunakan musik tanjidor karena ada kebanggan tersendiri apabila pada acara yang diadakan masyarakat menggunakan musik tanjidor. Kesenian musik tanjidor merupakan kesenian yang secara turun-temurun sampai sekarang masih berperan dalam memeriahkan acara yang diselenggarakan pada masyarakat khususnya pada masyarakat Melayu Sambas. Alasan peneliti memilih musik tanjidor karena mengingat fungsi musik tanjidor di masyarakat Kabupaten Sambas sangatlah penting, karena tidak sah rasanya kalau musik tanjidor tidak ada pada acara yang diselenggarakan khususnya pada acara perkawinan. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, maka masyarakat terutama generasi muda bisa termotivasi untuk lebih mengenal kesenian musik tanjidor serta bisa menjadi generasi penerus yang ikut serta mempertahankan eksistensi musik tanjidor di tengah perkembangan musik modern, agar kesenian musik tanjidor tidak tenggelam oleh zaman.

Eksistensi menjelaskan tentang ada atau tidak adanya pengaruh terhadap keberadaan suatu hal tersebut. Apabila orang lain menganggap kita mempunyai sebuah eksistensi, maka keberadaan kita sudah dianggap dan dapat diperhitungkan oleh orang-orang di sekeliling kita. Maran (2000:15) menyatakan eksistensi manusia di dunia ditandai dengan upaya tiada henti-hentinya untuk menjadi manusia, upaya ini berlangsung dalam dunia ciptaannya sendiri yang berbeda dengan dunia alamiah yakni kebudayaan. Selain Maran, Firdaus (2011:277) juga mengemukakan pendapat Sartre tentang eksistensi manusia bukan sekedar hendak menjelaskan situasi keberadaan manusia di tengah manusia dan bukan manusia, lebih dari itu Sartre hendak menjelaskan tanggung jawab yang seharusnya dipikul oleh semua manusia sebagai manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa eksistensi merupakan kata nomina yang menunjukan kata benda, yang berarti hal berada keberadaan. Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa suatu eksistensi merupakan upaya manusia dalam mempertahankan keberadaannya di lingkungan tempat dimana manusia itu berada. Grup dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya rombongan, kelompok, golongan. Dalam dunia musik grup lebih sering kita dengar dengan sebutan ansambel. Purnomo (2010:71) menyatakan bahwa kata ansambel berasal dari bahasa Prancis (ensamble), yang berarti bersama-sama.

(3)

Musik ansambel diartikan permainan musik secara bersama-sama baik menggunakan alat musik sejenis maupun campuran. Grup yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Grup Tanjidor Nada Irama yang ada di Desa Sekuduk Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas. Grup tanjidor Nada Irama termasuk dalam kategori ansambel campuran karena terdiri dari beberapa alat musik tiup dan alat musik perkusi. Alat musik tiup logam seperti trompet, trombone, tuba, soushaphone dan beberapa alat musik perkusi seperti bass drum, snare drum, dan cymbal. Musik berasal dari bahasa Yunani, mousikos Musik adalah ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk bunyi-bunyian, ungkapan yang dihasilkan melalui suara manusia yang disebut vokal sedangkan ungkapan yang dihasilkan melalui alat musik yang disebut instrumental (Purnomo 2010: 3).

Rinja (2002:21) berpendapat bahwa Tanji-dor adalah seperangkat alat musik yang terdiri dari alat musik tiup dan alat musik pukul. Alat musik ini dikenal sebagai musik pengarak pengantin, para pemainnya terdiri dari 6-10 orang. Menurut jenisnya alat musik tanji-dor terdiri dari terompet dengan berbagai ukuran, drum, rebana, symbal, tamborin, akordion dan lain-lain. Sedangkan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tanjidor (2003:288) adalah 1. Tambur Besar; 2. Serombongan pemain musik dengan trumpet, tambur besar, dan sebagainya yang biasanya dimainkan pada hari Raya Cina. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tanjidor dalam penelitian ini merupakan tanjidor yang ada di Kabupaten Sambas. Tanjidor yang dimaksud adalah tanjidor yang ada di Desa Sekuduk Kecamatan Sejangkung, yang terdiri dari 9-15 orang pemain yang memainkan sekumpulan alat tiup logam seperti trompet, trombone, tuba, dan alat musik perkusi seperti bass drum, snare drum dan cymbal.

Faktor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:312) artinya keadaan atau peristiwa yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Faktor yang mempengaruhi eksistensi Grup Musik Tanjidor Nada Irama yang ada di Desa Sekuduk Kecamatan Sejangkung Kabupten Sambas adalah kebudayaan. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat berasal dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

(4)

Pembelajaran (RPP) yang ada di SMP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dapat diterapkan di SMP yaitu kelas VII semester I.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif. Menurut Moleong (2006: 11) deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sementara menurut Muh Nazir (dalam Astuti 2011:18) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas pada masa sekarang. Peneliti menggunakan metode dekriptif karena ingin mengungkapkan, menggambarkan dan mengemukakan keberadaan Grup Nada Irama sesuai dengan apa adanya data yang didapatkan peneliti di lapangan. Bentuk penelitian yang digunakan bersifat kualitatif. Dalam penggunaan jenis penelitian kualitatif ini adalah agar hasil penelitian dapat mengungkap nilai-nilai yang tersembunyi serta lebih peka terhadap informasi dengan berusaha mempertahankan keutuhan dari obyek yang diteliti.

Moleong (2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Maka dari itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, agar permasalahan yang diungkap lebih bersifat alamiah dan tanpa adanya intervensi dari berbagai pihak terutama dari peneliti sendiri. Menurut Sugiyono (2015:14) metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting), sedangkan menurut Moleong (2006:9-10) metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan yang Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Moleong (2006:15) mengemukakan bahwa fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interprestasi dunia. Fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran, yang berkaitan dengan pertanyaan seperti: bagaimana pembagian antara subjek (ego) dengan objek (dunia) muncul dan bagaimana sesuatu hal didunia ini diklasifikasikan. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang mengetahui keberadaan grup tanjidor Nada Irama. Informan dalam penelitian ini adalah ketua dari grup tanjidor Nada Irama, pemain musik tanjidor Nada Irama dan seniman yang mengetahui keberadaan grup Nada Irama. Berikut ini beberapa narasumber yang dijadikan sebagai sumber data, yang

pertama Adnan, kedua M. Yurid, dan ketiga Tukiman. Data yang digunakan dalam

penelitian ini berbentuk hasil observasi dan hasil wawancara untuk mengetahui keberadaan grup tanjidor Nada Irama Desa Sekuduk Kecamatan Sejangkung Kabupaten Sambas.

(5)

Data-data penelitian diperoleh berdasarkan wawancara dengan beberapa informan yang terkait dengan penelitian seperti kepada ketua grup tanjidor, pemain musik tanjidor, masyarakat beserta instansi terkait mengenai musik tanjidor yang dipilih secara sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai kebutuhan penelitian. Menurut Sugiyono (2015:308) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Keabsahan data dalam sebuah penelitian sangat penting, karena melalui keabsahan data, kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini adalah perpanjangan pengamatan dan teknik triangulasi. Perpanjangan pengamatan yaitu: peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan dan wawancara lagi dengan informan-informan atau narasumber yang pernah ditemui maupun yang baru. Perpanjangan pengamatan akan dilakukan apabila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti kebenarannya. Dalam hal triangulasi, Sugiyono (2008 : 241) menyatakan bahwa dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Disini peneliti menggunakan 3 teknik dalam pengumpulan data yaitu teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber yang berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda–beda dengan teknik yang sama.

Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan menganalisis data di lapangan model Miles and Huberman. Ada 3 teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2015:338) data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, karena semakin lama penulis ke lapangan maka data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan fokus kepada masalah penelitian. Penyajian data dilakukan setelah selesai mereduksi data atau merangkum data.

(6)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penelitian mengenai Eksistensi Grup Musik Tanjidor Nada Irama dilakukan di Desa Sekuduk, Dusun Sejiwa Sehati. Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Astuti (2011:32) bahwa musik tanjidor masuk ke Sambas bersamaan dengan masuknya VOC (Vereenigde Oost Indiche Compagnie). VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang melakukan hak monopoli yang dipaksakan dengan Sultan Muhammad Ali Syafeiudin sekitar tahun 1815. Musik tanjidor berkembang pada saat itu sampai sekitar perang dunia II (1941-1945). Bagi masyarakat saat itu, Tanji/tanjidor merupakan satu-satunya hiburan rakyat bukan saja di keraton tapi tumbuh dan berkembang sampai ke desa-desa dan salah satunya Desa Sekuduk yang memiliki grup tanjidor yang bernama Nada Irama. Dari hasil penelitian ini diperoleh data mengenai silsilah kepemimpinan Gru Nada Irama seperti tabel dibawah ini.

Bagan 1 Silsilah Kepemimpinan Grup Musik Tanjidor Nada Irama Marani (Long Sumar)

1942 – 1961

Membuat Grup Nada Irama

Sanusi 1962 – 1966

Adnan

1967 – sekarang (2016) Puncak kejayaan pada tahun

1990

Berikut ini paparan mengenai prestasi yang pernah diraih Grup Nada Irama yaitu

1. Mendapatkan piala Juara 1 dalam lomba Festival Tanjidor dalam rangka HUT KODAM XII ke 26 di Singkawang tahun 1984 seperti gambar dibawah ini.

(7)

Gambar 2 Pemain mengikuti lomba tahun 1984

2. Mendapatkan piala Juara I Festival Tanjidor Ke 1 yang diadakan di Taman Pasir Panjang Indah, Singkawang pada tanggal 08 Juli 1990. Pada festival tanjidor kali ini Grup Nada Irama dihadiahkan satu buah trompet dan uang senilai 65.000 rupiah. Pada tahun 1990 Grup Tanjidor Nada Irama mencapai puncak kejayaannya dan karena sudah mulai berkolaborasi dengan penyanyi dangdut seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3 Piala Juara 1 Festival Tanjidor Ke 1 tahun 1990

(8)

3. Mendapat piala bergilir pada lomba festival tanjidor SeKal-Bar pada rangka memperingati HUT ke XIV Hotel Palapa di Singkawang tahun 1990, gambar 5 dibawah ini merupakan piala yang didapat.

Gambar 5 Piala Bergilir HUT ke XIV Hotel Palapa

Gambar 6 Pemain Nada Irama ketika lomba

4. Mendapatkan piala Juara II ketika mengikuti lomba tanjidor yang diadakan dilapangan sepak bola (Gabsis) di Sambas pada tahun 2003. Piala ini merupakan piala terakhir yang didapat Grup Nada Irama, karena Grup Nada Irama tidak pernah mengikuti lomba tanjidor lagi sampai sekarang.

(9)

Berdasarkan penelitian terdahulu Astuti (2011:71) mengatakan bahwa penyelenggaraan kompetisi musik tanjidor pernah diadakan pada tahun 2003 dan 2005 di lapangan Gabsis Kabupaten Sambas. Setelah itu tidak pernah lagi diadakan lomba tanjidor sampai sekarang. Adnan juga menjelaskan lagu yang dimainkan Grup Nada Irama diantaranya lagu yang ada dari zaman Belanda yaitu lagu yang bersifat marras (mars) seperti lagu cempleset, bunne humeur, concordini overtere, piodalitas. Lagu-lagu yang lain seperti lagu dangdut dan pop dimainkan saat mengisi acara hiburan di masyarakat, seperti lagu pengantin baru yang dimainkan saat mengarak pengantin, sedangkan lagu nasional dimainkan untuk acara formal seperti pada saat mengisi upacara 17 Agustus dan acara-acara formal lainnya. Lagu yang dimainkan Grup Nada Irama tidak hanya lagu yang berasal dari Belanda, tapi lagu keroncong tempo dulu juga terkadang dimainkan. Untuk sekarang lagu yang sering dimainkan adalah lagu-lagu dangdut dan lagu pop mengikuti masa kini.

Peneliti juga membahas mengenai lagu yang dimainkan Grup Nada Irama, Adnan juga menjelaskan mengenai kegiatan Grup Nada Irama seperti latihan. Beliau mengatakan bahwa Grup Nada Irama tidak memiliki jadwal latihan rutin dan tempat serta waktu yang ditetapkan untuk latihan, karena latihan hanya dilakukan ketika sehari sebelum tampil baik latihan perorangan maupun latihan bersama-sama. Adnan hanya pernah melakukan latihan rutin pada awal tahun 2014 khusus untuk generasi muda yang berusia sekitar 16-25 tahun yang berjumlah 6-8 orang. Latihan bertujuan untuk mengajarkan cara bermain musik tanjidor dan cara membaca notasi balok agar musik tanjidor yang ada di Desa Sekuduk bisa beregenerasi.

Mengingat usia pemain musik yang lama sudah cukup berumur (40 tahun keatas), sungguh sangat disesalkan sekali generasi muda tidak meneruskan musik tanjidor yang merupakan kesenian asli dari daerah setempat khususnya untuk Grup Nada Irama. Niat baik Adnan mengajarkan musik tanjidor kepada generasi muda hanya bertahan beberapa bulan saja, karena faktor ekonomi yang membuat sebagian generasi muda lebih memilih menjadi TKI ke negeri tetangga (Malaysia). Selebihnya jika ada tawaran untuk bermain musik, Grup Nada Irama masih menggunakan pemain lama atau menggunakan masyarakat setempat yang bisa bermain musik secara otodidak yang mengandalkan feeling untuk melengkapi pemain.

Untuk sekarang musik tanjidor tidak hanya dimainkan pada saat acara-acara resmi, namun sudah dimainkan kapan saja dan dimana saja seperti pada acara-acara sebagai berikut:

1. Upacara 17 Agustus, musik tanjidor sering tampil untuk mengisi acara dari Indonesia merdeka sampai sekarang masih dilakukan.

2. Memperingati hari-hari nasional, seperti 17 agustus, hari pendidikan, dan sebagainya, untuk sekarang kadang musik tanjidor tampil kadang tidak. 3. Menyambut tamu penting, sampai sekarang masih dilakukan.

4. Pesta perkawinan, dari dulu sampai sekarang musik tanjidor masih digunakan sebagai hiburan ketika tamu undangan menyantap hidangan, ngarak penganten (arak-arakan pengantin), arak-arakan pengantin biasanya dilakukan pada siang hari dan malam hari.

(10)

6. Tepung tawar (syukuran atas kelahiran anak), tepung tawar juga ada yang memakai hiburan musik tanjidor ada juga tidak.

7. Rawah Haji (syukuran naik haji), sampai sekarang musik tanjidor masih dipakai untuk mengisi acara.

8. Saman (acara perpisahan di sekolah), musik tanjidor mengisi acara pada saat tamu undangan menyantap hidangan. Namun, sekarang acara perpisahan di sekolah sudah tidak menggunakan musik tanjidor lagi.

9. Acara beker (pertandingan sepak bola), pada pertandingan sepak bola musik tanjidor dimainkan saat pembukaan acara, untuk sekarang musik tanjidor sudah jarang tampil untuk acara beker.

Pembahasan

Pertemuan pertama peneliti bertemu dengan narasumber utama yaitu Adnan. Pertemuan tersebut dilaksanakan pada hari Senin, 01 Januari 2015 pukul 12.50 tepatnya di rumah Adnan yang berada di Dusun Sejiwa Sehati 05 RT/RW 03 Desa Sekuduk, beliau merupakan ketua dari Grup Tanjidor Nada Irama yang sampai sekarang masih aktif dalam memainkan musik tanjidor. Pada pertemuan ini peneliti mengobservasi dan sedikit mengupas latar belakang Grup Musik Tanjidor Nada Irama. Hari yang sama pada tanggal 01 Januari 2016 pukul 14.00 peneliti juga menemui narasumber kedua yaitu Yurid untuk menanyakan kembali latar belakang Grup Nada Irama. Hasil dari wawancara peneliti menemukan hal yang sama dengan apa yang disampaikan narasumber utama. Peneliti juga baru mendapatkan data awal dan melanjutkannya pada pertemuan selanjutnya pada tanggal 05 Januari 2016. Pertemuan kedua pada tanggal 05 Januari 2016 peneliti mendapatkan informasi melalui wawancara dengan Adnan. Beliau menjelaskan latar belakang terbentuknya grup tanjidor Nada Irama. Pada waktu Belanda masih menjajah Indonesia, musik tanjidor lebih dikenal dengan musik kuning, dikatakan demikian karena alat musiknya berwarna kuning (terbuat dari logam).

Peneliti juga melakukan wawancara dengan Tukiman pada tanggal 25 Januari 2016. Beliau menjelaskan bahwa grup tanjidor Nada Irama memang lebih tua dibanding dengan grup tanjidor yang beliau pimpin sekarang. Terbukti bahwa grup Nada Irama berdiri sebelum merdeka yaitu pada tahun 1942 sedangkan Kijang Berantai baru berdiri setelah Indonesia merdeka yaitu pada tahun 1960-an. Tukiman mulai bermain tanjidor sejak masih remaja sampai sekarang beliau menjadi ketua Grup Kijang Berantai, beliau juga berguru dengan orang yang sama yaitu Pak Akis. Tukiman merupakan generasi ke 5 di Grup Kijang Berantai yang pertama adalah Pak Daud, kedua Pak H. Rasid, ketiga Suhaili, keempat Pak Usman Zaili dan yang terakhir adalah Tukiman. Pemain di Grup Kijang Berantai untuk saat ini berjumlah 15 orang, namun terdapat perbedaan pada alat musik yang digunakan karena pada Grup Kijang Berantai menggunakan saxophone dan tidak menggunakan sousaphone sedangkan pada Grup Nada Irama tidak menggunakan saxophone melainkan menggunakan sousaphone.

(11)

waktu Long Sumar (Marani) yang merupakan pemain tanjidor pada era Mansur memisahkan diri dan membuat grup tanjidor dengan nama Nada Irama pada tahun 1942. Beliau merupakan paman dari Adnan dan sekaligus menjadi ketua generasi pertama di Grup Nada Irama. Alasan mengapa membuat grup tanjidor yang baru dikarenakan alat musik lama (yang berwarna kuning) dijual ke Desa Setambah. Kemudian salah satu pemain memesan dan membeli beli alat musik yang baru ke negara tetangga tepatnya ke Singapura.

Pemain yang bernama H. Yahya atau Sittol-lah yang mengurus pembelian alat musik yang baru tersebut dengan uang hasil patungan dari anggota grup. Namun, alat musik yang sampai ke tangan Grup Nada Irama hanya 9 buah saja, karena pada waktu itu sedang terjadi perang melawan Jepang yang saat itu menjajah Indonesia. Untuk melengkapi alat musik yang hanya 9 buah saja, Grup Nada Irama membeli alat second dari seseorang yang berasal dari Etnis Tionghoa di Sambas dan membeli 2 buah trompet dengan Pak Akis. Data-data mengenai deskripsi dan latar belakang di atas didapat dan ditanyakan lagi melalui wawancara dengan Yurid juga pada tanggal 05 Januari 2016 di jam yang berbeda, dan data yang didapat dinyatakan valid karena hasil wawancara dengan Adnan sama dengan apa yang dikatakan Yurid.

Pada tahun 1961 kepemimpinan Long Sumar (Marani) berakhir dan kemudian dilanjutkan oleh Sanusi. Pada tahun 1962 mulailah Adnan dan Yurid belajar memainkan musik tanjidor. Adnan dan Yurid belajar musik tanjidor dengan Tarji’un, Sanusi dan Muzani, beliau bertigalah yang bisa membaca notasi balok pada saat kepemimpinan Sanusi pada tahun 1962-1966. Kepemimpinan Sanusi hanya sebentar saja dikarenakan beliau sakit dan kemudian meninggal dunia, begitu juga dengan Tarji’un dan Muzani. Grup Nada Irama yang tersisa hanya beberapa pemain saja sampai sekarang termasuk Adnan yang melanjutkan menjadi ketua setelah Sanusi pada tahun 1967 sampai sekarang. Saat Adnan menjadi ketua, saat itu Grup Nada Irama mengalami masa kejayaan ditahun 1980-1990. Karena pada waktu itu musik tanjidor disukai banyak orang dan digunakan diberbagai acara. Bahkan Adnan mengatakan pada saat itu Grup Nada Irama pernah tampil sampai 40 kali dalam satu tahun.

(12)

Adnan juga menjelaskan mengenai kegiatan Grup Nada Irama seperti latihan. Grup Nada Irama tidak memiliki jadwal latihan rutin dan tempat serta waktu yang ditetapkan untuk latihan, karena latihan hanya dilakukan ketika sehari sebelum tampil baik latihan perorangan maupun latihan bersama-sama. Adnan hanya pernah melakukan latihan rutin pada awal tahun 2014 khusus untuk generasi muda yang berusia sekitar 16-25 tahun yang berjumlah 6-8 orang. Latihan bertujuan untuk mengajarkan cara bermain musik tanjidor dan cara membaca notasi balok agar musik tanjidor yang ada di Desa Sekuduk bisa beregenerasi. Mengingat usia pemain musik yang lama sudah cukup berumur (40 tahun keatas), sungguh sangat disesalkan sekali generasi muda tidak meneruskan musik tanjidor yang merupakan kesenian asli dari daerah setempat khususnya untuk Grup Nada Irama. Niat baik Adnan mengajarkan musik tanjidor kepada generasi muda hanya bertahan beberapa bulan saja, karena faktor ekonomi yang membuat sebagian generasi muda lebih memilih menjadi TKI ke negeri tetangga (Malaysia). Jika ada tawaran bermain tanjidor Grup Nada Irama masih menggunakan pemain lama atau menggunakan masyarakat setempat yang bisa bermain musik secara otodidak yang mengandalkan feeling untuk melengkapi pemain.

Kebutuhan masyarakat akan musik tanjidor untuk memeriahkan berbagai acara mendorong masyarakat untuk tetap menggunakan musik tanjidor karena ada kebanggan tersendiri apabila pada acara yang diadakan masyarakat menggunakan musik tanjidor. Teori mengenai fungsi musik dalam masyarakat menurut Alam P. Merriam (dalam R. Okky Satya 2012:10) juga membuktikan bahwa musik sebagai sarana entertaiment yang berarti musik berfungsi sebagai sarana hiburan bagi pendengarnya dan juga menjadi sarana kelangsungan dan statistik kebudayaan yang artinya musik juga berperan dalam pelestarian guna kelanjutan dan stabilitas suatu bangsa. Kebutuhan masyarakat akan musik tanjidor untuk mengisi acara hiburan sangat mempengaruhi eksistensi musik tanjidor yang ada.

(13)

Faktor lainnya terdapat pada faktor ekonomi yang membuat sebagian pemain yang berusia muda (berusia 20an tahun) pergi merantau ke Malaysia, sehingga yang ada hanya pemain lama yang usianya sudah tua (diatas 30 tahun). Disamping faktor ekonomi, Adnan juga mengatakan bahwa alat musik tanjidor yang ada saat ini hanya 60% layak pakai karena sudah terlalu lama. Kendala juga dialami pada masalah transportasi, karena sering menggunakan jalur air (sungai). Jadi, waktu bongkar muat alat musik menghabiskan tenaga dan biaya selama diperjalanan, dikarenakan akses melalui jalur darat masih belum bisa digunakan untuk saat ini.

Faktor terakhir adalah kurangnya dukungan dari pemerintah setempat, dikatakan demikian karena Adnan sendiri selaku ketua Grup Nada Irama mengatakan bahwa belum pernah menerima bantuan baik dana, sarana maupun prasarana dari pemerintah setempat, sedangkan prestasi yang pernah diraih sudah membuktikan bahwa Grup Nada Irama memang berkualitas dan sering mendapatkan juara. Mengingat alat musik yang semakin lama semakin usang, hendaklah pemerintah bisa lebih peduli dan memberikan bantuan dengan kesenian daerah, karena kalau pemerintah tidak peduli dengan kesenian daerah, maka lambat laun kesenian musik tanjidor akan hilang ditelan zaman. Upaya grup musik tanjidor Nada Irama dalam mempertahankan eksistensinya adalah dengan cara mengajarkan notasi balok kepada generasi muda, pemain musik mencari anggota arisan, menyisihkankan uang hasil tampil, menggunakan musik tanjidor sebagai sarana hiburan pada acara yang diselenggarakan dan menjadikan Sanggar Kammas Sekatri yang ada di Desa Sekuduk sebagai wadah untuk melestarikan kesenian musik tanjidor khususnya pada Grup Nada Irama.

Unsur kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2009:165) ada 7 yang satu diantaranya adalah kesenian, seperti kesenian musik tanjidor merupakan kesenian yang secara turun-temurun sampai sekarang masih berperan dalam memeriahkan acara yang diselenggarakan pada masyarakat khususnya pada masyarakat Melayu Sambas. Menurut Muin (dalam Astuti 2011:66) selama adat dan budaya berjalan di masyarakat, tanjidor tetap dibutuhkan dan sangat berperan dalam segala kegiatan. Hal ini sebagaimana dikatakannya “acara-acara yang diselenggarakan masyarakat tanpa adanya keikutsertaan musik tanjidor, ibarat sayur tanpa garam”. Acara yang dimaksud contohnya arak-arakan pengantin yang tidak sah kalau tidak ada musik tanjidornya.

(14)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Eksistensi Grup Nada Irama ditandai dengan berdiri Grup Nada Irama sejak tahun 1942 dan mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1990. Eksistensi grup musik tanjidor Nada Irama mengalami penurunan sejak tahun 1998 sampai sekarang. Grup Nada Irama sampai saat ini sudah mencapai tiga generasi dari Marani, Faktor yang mempengaruhi eksistensi grup musik tanjidor Nada Irama adalah kebutuhan masyarakat akan musik tanjidor, kebudayan turun temurun yang terdapat pada Suku Melayu Sambas, dan faktor ekonomi. Upaya grup musik tanjidor Nada Irama dalam mempertahankan eksistensinya adalah dengan cara mengajarkan notasi balok kepada generasi muda, pemain musik mencari anggota arisan, menyisihkankan uang hasil tampil bermain musik tanjidor untuk disimpan (duit kas) dan untuk memperbaiki alat musik yang rusak. Disamping upaya dari Grup, masyarakat Desa Sekuduk juga berupaya mempertahankan eksistensi musik tanjidor dengan menggunakan musik tanjidor sebagai sarana hiburan pada acara yang diselenggarakan dan menjadikan Sanggar Kammas Sekatri yang ada di Desa Sekuduk sebagai wadah untuk melestarikan kesenian musik tanjidor khususnya pada Grup Nada Irama. Berdasarkan pada Kegiatan Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terkait pada kurikulum 2013, maka hasil dari penelitian “Eksistensi Grup Musik Tanjidor Nada Irama di Desa Sekuduk Kecamatan Sejangkung

Kabupaten Sambas” dapat diimplementasi-kan dalam sebuah Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang ada di SMP kelas VII semester I mengenai materi ciri-ciri dan fungsi musik daerah setempat.

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah dipaparkan tersebut, maka peneliti memberikan saran kepada berbagai pihak. Saran tersebut peneliti berikan kepada pihak berikut. a. Untuk mempertahankan eksistensi musik tanjidor hendaklah kita sebagai masyarakat lebih meningkatkan kepedulian kita terhadap kesenian musik daerah. b. Mengatasi faktor yang mempengaruhi eksistensi musik tanjidor bisa ditingkatkan dengan melakukan kegiatan rutin dalam melatih generasi muda. c. Pemerintah hendaknya berperan aktif dengan menghimpun dan membentuk wadah seniman agar bisa mempermudah koordinasi antar seniman dalam menggali, mengembangkan dan melestarikan musik tanjidor. d.Upaya untuk mempertahankan eksistensi musik tanjidor bisa dilakukan pemerintah dengan cara kembali mengadakan lomba yang memacu kreativitas dalam memainkan musik tanjidor, mendata ulang kelompok musik yang ada di daerah setempat dan membantu pengadaan alat musik.

(15)

Penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain dalam meneliti sebuah kesenian daerah serta dapat memperoleh manfaat dari penelitian ini. Penelitian ini juga dapat menambah literatur bagi bagi seniman lokal maupun interlokal karena musik tanjidor merupakan kesenian daerah yang merupakan aset negara.

DAFTAR RUJUKAN

Astuti, RR Sri Widhi. (2011). Eksistensi Musik Tanjidor Sange Kelampe di Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Banoe, Pono. (1984). Pengantar Pengetahuan Alat Musik. Jakarta: CV. Baru

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cifta

Maran, Rafael Raga. (2000). Manusia & Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nakagawa, Shin. (2000). Musik dan Kosmos: Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Pusat Bahasa Pendidikan Nasional, (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rinja, S. (2002). Musik Kalimantan Barat. Pontianak: Romeo Grafika

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Purnomo, Wahyu dan Subagyo, Fasih. (2010). Terampil Bermusik. Jakarta: PT Wangsa Jatra Lestari.

Yunus, M. Firdaus. (2011). Kebebasan Dalam Filsafat Eksistensialisme Jean Paul Sartre. (Online). (http://www.journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/au is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0

International License. html, dikunjungi 05 Desember 2015).

Gambar

Gambar 1 Piala Juara 1 Festival tanjidor tahun 1984
Gambar 3 Piala Juara 1 Festival Tanjidor Ke 1 tahun 1990
Gambar 7 Piala Juara II di Sambas tahun 2003

Referensi

Dokumen terkait

jaringan saraf tiruan Backpropagation, maka dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan pengujian yang dilakukan menggunakan data jumlah kasus penyakit

But patching things into place like this in production code is a bad idea, because it’s just too easy to screw up in a way that’s weird or subtle?. Even in the normal web

9.2.1 Prosedur Sertifikasi... Proses sertifikasi adalah proses asesmen dalam rangka pengakuan kompetensi yang diberikan kepada peserta yang telah memastikan dirinya

Bundengan adalah alat musik dari kelopak ruas bambu yang diberi senar dan bilah bambu, merupakan jenis alat musik aneh karena memiliki bentuk fisik yang tak memperlihatkan

[r]

Dengan melakukan klasifikasi menggunakan Naive Bayes Classifier yaitu algoritma yang melakukan perbandingan probabilitas, dapat dilakukan pengklasifikasian berdasarkan

Berikut adalah contoh data penelitian mengenai pertumbuhan krablet rajungan pada pemberian pakan yang berbeda.Pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian dari