• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan - Analisis Pengaruh Intellectual Capital, Capital Adequacy Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Dengan Leverage Sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Keuangan - Analisis Pengaruh Intellectual Capital, Capital Adequacy Ratio Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Dengan Leverage Sebagai "

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah salah satu bentuk penilaian dengan asas manfaat dan efesiensi dalam penggunaan anggaran keuangan. Melalui kinerja keuangan, perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi dan efektifitas dari aktivitas perusahaan pada periode waktu tertentu. Kinerja keuangan juga berguna sebagai salah satu pertimbangan investor atau pihak external dalam menanamkan modalnya di perusahaan. Menurut Sucipto (2003) kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran yang dipakai dalam mengukur keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007) kinerja keuangan yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya yang dimilikinya.

(2)

kelangsungan pengendalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga, juga sangat bermanfaat bagi investor dalam mengevaluasi nilai saham dan evaluasi jaminan keamanan saham yang ditanamkan pada perusahaan.

Abdullah (2005) menyatakan bahwa analisis kinerja keuangan bank memiliki dua tujuan yaitu untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya serta untuk mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aktiva yang dimiliki dalam menghasilkan profit.

Srimindarti (2008), kinerja keuangan dapat dilihat dari profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profit dari kekayaan yang dimilikinya atau dapat juga disebut sebagai efesiensi penggunaan aktiva perusahaan. Apabila profitabilitasnya rendah maka kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

Gunawan dan Dewi (2003), bank sebagai sebuah perusahaan yang menjunjung tinggi terhadap pelayanan dan kepercayaan masyarakat wajib mempertahankan kinerjanya, oleh karena itu diperlukan transparansi atau pengungkapan informasi laporan keuangan bank yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan, serta sebagai dasar pengambilan keputusan.

(3)

bank dalam melakukan kegiatan usahanya (Siamat, 2004). ROA merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan untuk menghasilkan laba, semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset (Pandia, 2012). Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan.

Tandelilin (2001) menyatakan bahwa besarnya tingkat pengembalian perusahaan dapat dilihat melalui besar kecilnya laba perusahaan tersebut. Jika laba perusahaan tinggi maka tingkat pengembalian investasi perusahaan akan tinggi dimana para investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut yang dapat menyebabkan harga saham semakin tinggi pula.

(4)

Skouson et al (1995), ROA merupakan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Menurut Manurung (2004), ROA dalam perbankan dihitung dari income before tax terhadap total aset yang dimiliki perusahaan.

Menurut laporan yang terdapat di www.idx.co.idtentang kinerja keuangan perbankan,ROAdiperoleh dari laba setelah pajak (income after tax) terhadap total aktiva. Penggunaan laba setelah pajak dijelaskan juga dalam PBI No 15 Tahun 2013, dimana rumusan ROA dapat disusun dalam model sebagai berikut;

ROA =

2.1.2 Intellectual Capital(IC)

Menurut Stewart (1997) IC semula diidentifikasikan sebagai perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku perusahaan. Suatu observasi sejak tahun 1980-an, nilai pasar dari suatu bisnis yang didasarkan pengetahuan menjadi lebih besar dari nilai yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang dilakukan oleh para akuntan. Namun hingga sekarang belum ada definisi yang tepat mengenaiICkarena satu-satunya definisi yang paling netral adalah sebagai aktiva tak berwujud (intangibles assets) dan dianggap sebagai modal yang menciptakan kekayaan intelektual dari suatu perusahaan walaupun jarang muncul dalam praktek akuntansi.

(5)

goodwill serta yang kedua adalah intangibles yang tercipta karena persaingan seperti pengetahuan, kerjasama, aktivitas hutang, dan aktivitas struktural. Namun intangibles yang kedua inilah yang secara langsung berdampak pada efektivitas, produktivitas dalam suatu bisnis dimana merupakan sumber dari keunggulan yang dapat dialirkan, ditingkatkan atau bahkan dihancurkan.

Berikut definisi IC yang bersumber dari hasil penelitian empiris diluar Indonesia adalah sebagai berikut (Ulum, 2009);

1. Brooking (1996), IC merupakan kombinasi intangible assets dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang memungkinkan perusahaan dapat berfungsi.

2. Bontis (1996), modal intelektual bersifat elusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi maka akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk dapat bersaing dan unggul.

3. Stewart (1997), mendefinisikan IC merupakan pengetahuan, informasi, property intelektual dan pengalaman yang digunakan untuk menciptakan kekayaan atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna.

4. Edvinsson dan Malone (1997) mengidentifikasi IC sebagai nilai tersembunyi atau hidden value dari bisnis, yakni tidak terlihat secara umum dan tidak terlihat dalam laporan keuangan.

(6)

6. Mavridis (2005), IC adalah suatu asset tidak berwujud dengan kemampuan memberi nilai kepada perusahaan dan masyarakat meliputi hak paten, hak atas kekayaan intelektual, hak cipta dan waralaba.

7. Martinez dan Garcia-Meca (2005) mengatakan IC adalah pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa IC merupakan suatu konsep dimana dapat memberikan sumber daya yang berbasis pengetahuan dan mendeskripsikan aktiva tak berwujud, dimana bila dijalankan dengan optimal, kemungkinan perusahaan sudah menjalankan strateginya secara efektif dan efisien. Dengan kata lain,ICmerupakan pengetahuan yang memberikan informasi mengenai nilai tak berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing.

Menurut Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Internasional, dikenal dengan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) tahun 1999, IC sebagai nilai ekonomi dari dua asset tak berwujud yaitu Structural Capital dan Human Capital. Struktural Capital mengacu pada system software, jaringan distribusi dan rantai pasokan. Human capital meliputi sumber daya manusia dalam organisasi (tenaga kerja) dan sumber daya eksternal yang berkaitan dengan organisasi, seperti konsumen dan pemasok.

(7)

yang mendesain IC melalui pengukuran terhadap nilai efisiensi dengan menggunakan metode Value Added Intellectual Capital(VAICTM). Pendekatan ini relatif mudah karena dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan. Metode ini di desain dengan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah (value creation), alasannya adalah karena nilai tambah merupakan indikator yang paling objektif dalam menilai keberhasilan bisnis dan juga karena IC itu tidak dapat menciptakan nilainya sendiri. Hansen dan Mowen (2009) nilai tambah sangat penting bagi manajemen dalam memperbaiki profitabilitas melalui efisiensi yang berfokus pada hubungan berbagai input aktivitas dengan output aktivitas.

Di Indonesia sendiri, fenomena IC mulai berkembang terutama setelah munculnya PSAK N0 19 tentang aktiva tidak berwujud walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit, dimana dalam Paragraph 09 disebutkan beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud antara lain pengetahuan dan teknologi, desain dan implikasi sistem baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merk dagang. Kenyataan bahwa tidak seperti akuntansi tradisional yang fokus pada kontrol biaya saja, namun akuntansi modern sekarang sudah harus memperhitungkan value creation sejalan dengan penelitian Pulic yang dikenal denganVAICTM.

(8)

beban karyawan. Dimana VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital, Structural Capital dan Physical Capital. Rumusannya sebagai berikut ;

VA = OUTPUT–INPUT Dimana ;

OUTPUT = Total penjualan dan pendapatan lain

INPUT = Beban Penjualan dan Biaya-biaya lain kecuali beban karyawan

Value added(VA)juga dapat dihitung dengan melihat akun-akun perusahaan yang terdapat pada Neraca dan Rugi Laba sebagai berikut ;

VA = OP + EC + D + A

Dimana ;

OP = Operating profit

EC = Employee costs

D & A = Depreciation & Amortisation

Menurut Ghozali dan Chariri (2007), ada 2 metode dalam penentuan nilai tambah dalam perusahaan yaitu;

1. MetodeSubtractive

Nilai Tambah (NT) dihitung dengan cara menghitung Output atau Hasil Penjualan (HP) dengan Beban Input (BI) bahan baku dari pihak luar perusahaan. Secara matematis dapat dirumuskan; NT = HP–BI

2. MetodeAdditive

(9)

Dimana;

BG = Beban Gaji dan Upah

LO = Laba Operasi (sebelum pajak,bunga dan pos-pos luar biasa) NP = Beban penjualan dan biaya lainnya selain beban karyawan

Metode Additive lebih mudah dalam hal penyusunannya karena cukup dalam memodifikasi laporan laba rugi. Dalam metode ini, laporan keuangan VA dapat disusun dengan mengubah laporan keuangan laba rugi. Besarnya laba ditahan dapat dihitung dengan cara mengurangkan berbagai macam beban, pajak dan deviden dari penjualan, secara matematis sebagai berikut;

LD = HP–BI–Dep–BG–I–Div– T ……….. persamaan (1) Dimana ;

LD = Laba ditahan HP = Hasil Penjualan

BI = Beban Input bahan baku dan beban operasional BG = Beban Gaji dan Upah

Dep = Depresiasi I =Interest

Div = Deviden yang dibayar

T =Tax

Dengan memindahkan elemen HP, BI dan Dep maka diperoleh Nilai Tambah Bersih sebagai berikut ;

HP–BI -Dep = BG + I + Div + T + LD ……….. persamaan (2)

(10)

HP– BI = BG + I + Div + T + LD + Dep ……….persamaan (3) Dimana HP–BI atau HP–BI–Dep adalah Nilai Tambah.

Dalam penelitian ini mengacu pada rumus perhitungan Pulic karena dianggap lebih sesuai dengan akun-akun pada perusahaan perbankan.

Adapun teori yang mendukung pengukuran IC melalui VAICTM dalam kaitanya dengan profitabilitas adalah sebagai berikut;

1. Stakeholder Theory, yang dipandang dari kedua bidang baik bidang etika (moral) maupun bidang manajerial. Menurut Watts and Zimmerman dalam Ulum (2009), bidang etika berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi, dan bidang manajerial yakni manajemen harus dipandang sebagai fungsi dari tingkat pengendalian dari stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi. Jadi manajemen diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting dalam penciptaan nilai sumber daya bagi stakeholder. Menurut Deegan dalam Ulum (2009), manajemen perusahaan diharapkan melakukan kegiatan dan melaporkan untuk stakeholder yang dapat mempengaruhi mereka misalnya polusi, inisiatif pengamanan dan lain-lain. Ketika manajer mampu mengelola organisasi secara maksimal, khususnya dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, artinya manajer telah memenuhi aspek etika dari teori ini.

(11)

tidak berwujud serta kemampuan dalam mengelolahnya secara efektif. Jadi aset dan kemampuan akan menciptakan kompetensi dan keunggulan kompetitif dari pesaingnya.

2.1.2.1 PengukuranIntellectual Capital melalui VAICTM

Mengacu kembali pada penelitian Pulic dalam Ulum (2009) menjelaskan bahwa elemen-elemen IC adalah sebagai berikut;

1. Physical Capital

Modal fisik sebagai sumber ekonomi yang dikuasai perusahaan mengarahkan bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa. Modal Fisik terdiri dari aset lancar dan aset tetap.

Menurut Firer dan Williams (2003), Physical Capital adalah seluruh aset berwujud seperti cash, marketable securities, account receivable, inventories, land, ,machinery, equipment, furniture, fixtures, dan vehicles yang dimiliki perusahaan.

(12)

adalah perbandingan antara value added (VA) dengan capital employed(CE) atau modal fisik yang digunakan atau disebut sebagai nilai buku dari aktiva neto.

Menurut Ghozali dan Chariri (2007) dan Siamat (2004), aktiva neto adalah selisih antara total aktiva dengan kewajiban perusahaan yang disebut sebagai ekuitas. Menurut Machfoedz (1999) nilai aktiva bersih perusahaan digunakan dalam menilai goodwill yang dihitung dari harga perolehan historis dari semua aktiva dikurangi hutang perusahaan. Rasio ini menunjukkan adanya kontribusi yang dibuat oleh setiap unit capital employed terhadap value added organisasi.

Formula perhitungannya adalah ;

VACA =

Menurut Pulic (2009), mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan perusahaan lain, dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkanCE-nya.

2. Human Capital

(13)

human capital yakni; pendidikan, keterampilan, kreatifitas, pengalaman dan attitude.

Human Capital dapat memberikan nilai tambah melalui motivasi, komitmen, kompetensi serta efektivitas kerja tim. Nilai tambah yang dapat dikontribusikan oleh pekerja berupa pengembangan kompetensi yang dimiliki oleh perusahaan, pemindahan pengetahuan dari pekerja ke perusahaan serta perubahan budaya manajemen (Rachmawati et al. 2001).

Menurut Ulum (2009), Human Capitalmeliputi pengetahuan individu dari suatu organisasi yang ada pada pegawainya yang dihasilkan melalui kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual. Perlakuan Human Capital terkait dengan gaji, pelatihan, kesempatan jenjang karir dan sebagainya. Cara pengukurannya dikenal sebagai “value added human capital” atau yang lebih dengan istilah VAHU.

Hubungan HC dengan VAHU mengindikasikan kemampuan HC dalam membentuk nilai dalam sebuah perusahaan, dengan kata lain menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada HC untuk VA perusahaan.

Formula perhitungannya adalah ;

VAHU =

3. Structural Capital (SC)

(14)

sinergi karena adanya kemudahan berbagi pengetahuan dan bekerja sama antar individu dalam organisasi dan semua hal selain manusia yang berasal dari pengetahuan yang berada dalam suatu organisasi, termasuk struktur organisasi, petunjuk proses, strategi, rutinitas, software, hardware dan semua hal yang nilainya terhadap perusahaan lebih tinggi daripada nilai materialnya.

Demikian halnya dengan fisical capital dan human capital, structural capital juga akan bernilai tambah dan bermanfaat apabila dilakukan aktivitas terhadapnya. Diindikasikan bagaimana keberhasilan SC yang dibutuhkan perusahaan dalam menciptakan nilai. Pengukurannya dilakukan dengan jumlah rasioSCyang dibutuhkan untuk menghasilkan Rp 1 dariVA, lebih dikenal dengan “structural capital value added” atau disingkat denganSTVA.

Formula perhitungannya adalah;

STVA =

dimanaSC = VA–HC

Jadi Modal Intelektual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal intelektual yang diukur berdasarkan pengukuran dari model value added yang diproksikan dari physical capital, human capital dan structural capital, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penjumlahan dari ketiganya dikenal dengan VAICTM. Menurut Ulum (2009), pengukuran value added dari modal intellektual formulanya adalah sebagai berikut;

VAICTM= VACA + VAHU + STVA

(15)

Menurut Undang-Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Salah satu alat ukur yang dipakai dalam menilai kesehatan bank adalah CAR.CARmerupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank. Peranan modal sangat penting bagi bank untuk kepentingan ekspansi dan juga digunakan sebagai “buffer” untuk menyerap kerugian kegiatan usaha. Menurut Peraturan Bank Indonesia tahun 2013, menyebutkan bank wajib memenuhi ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang berlaku untuk peningkatan modal.

Menurut Mulyono (1999), analisis tentang permodalan disebut juga sebagai analisis solvabilitas, atau juga disebut capital adequacy analysis, bertujuan untuk mengetahui apakah kecukupan modal bank digunakan untuk mendukung kegiatan bank secara efisien, apakah permodalan bank mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan, dan apakah kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) akan semakin besar atau semakin kecil.

Menurut Sihombing (1990) CAR adalah metode mengukur tingkat

(16)

kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,

dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap

besarnya modal bank.

Menurut Manurung (2004) semakin tinggi nilai CAR maka semakin baik bank dalam membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas, berarti semakin tinggi CAR maka bank akan semakin liquid.

Menurut Darmawi (2012) angka rasio CAR menurut bank Indonesia mengacu pada standar ketetapanBank for International Settlementsyaitu minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable.

Secara umum rasioCAR dirumuskan sebagai berikut:

CAR =

Dimana Modal Bank dalam laporan keuangan termasuk dalam modal inti dan modal pelengkap. Termasuk ke dalam modal inti adalah modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun lalu dan laba tahun berjalan dan laba bersih anak perusahaan. Sementara Modal Pelengkap adalah cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, pinjaman subordinasi dimana nilainya setinggi-tingginya 100% dari modal inti.

(17)

meningkatkanprofit perbankan dan kinerja bank akan meningkat pula. Dalam hal ini kecukupan modal dapat menyerap kerugian-kerugian yang ditanggung bank.

Menurut Riyadi (2003) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko yaitu aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga. Terhadap masing-masing jenis aktiva tersebut ditetapkan bobot resiko yang besarnya didasarkan pada kadar risiko yang terkandung dalam aktiva itu sendiri atau yang didasarkan atas penggolongan nasabah, penjamin atau sifat barang jaminan.

2.1.4 Ukuran Perusahaan(Size)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala perusahaan yang dapat diklasifikasikan menurut ukuran total aset, nilai pasar saham, total penjualan. Menurut Husnan (1993), Ukuran perusahaan dinilai melalui analisa “common

size” dengan melihat total aktiva dan penjualan. Secara umum bahwa perusahaan

(18)

Dalam penelitian ini, ukuran perusahaan dilihat berdasarkan total aset yang dimilikinya. Sejalan dengan penelitian Sudarmadji dan Sularto (2007), total aktiva dianggap relatif lebih stabil dibanding nilai pasar saham dan penjualan. Variabel ukuran perusahaan diproxykan dalam logaritma natural (Ln) dari total aset, karena masing-masing bank memiliki total aset dengan nilai selisih yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan nilai yang ekstrim. Formulasinya adalah sebagai berikut;

Ukuran Perusahaan (Size) = LnTotal Aktiva

2.1.5Leverage

(19)

Menurut Sinuraya (1999) rasio leverage menggunakan total aktiva yang dibiayai oleh hutang atau dikenal sebagai “debt to assets ratio” (DAR), dirumuskan sebagai berikut;

DAR =

Menurut Atmaja (2008) semakin rendah hutang dari dana kreditur maka semakin aman baginya dalam memperoleh dananya kembali. Sebaliknya bagi pemilik perusahaan mungkin lebih menyukai rasio leverage tinggi dengan pertimbangan untuk memperbesar tingkat keuntungan, namun apabila rasio leverage terlalu tinggi berarti bahwa pemilik perusahaan terlalu berani berspekulasi, sehingga dikhawatirkan aset tinggi yang diperoleh dari hutang akan meningkatkan risiko besar dalam berinvestasi saat perusahaan tidak dapat melunasi hutang tepat waktu (Husnan, 1993).

Menurut Atmaja (2008) leverage dapat meningkatkan kinerja dan dapat juga menurunkan kinerja bila dihubungkan dengan resiko finansial akibat keputusan dalam menggunakan hutang atau risiko yang timbul dari penggunaan hutang. Menurut Teori Modigliani–Miller, jika dihubungkan dengan pajak maka penggunaanleverage akan meningkatkan kinerja perusahaan karena biaya hutang adalah biaya yang mengurangi pajak.

(20)

hanya sampai pada titik tertentu, setelah itu justru akan menurunkan nilai perusahaan karena keuntungan perusahaan tidak sebanding dengan biayafinancial distress. Jadi dapat disimpulkan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

2.2 Review Penelitian Terdahulu

(21)

Chen et al (2005) menggunakan model Pulic (VAICTM), menguji pengaruh IC terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan yang mengambil sampel pada perusahaan public di Taiwan. Variabel dependen ialah ROA dan ROE, Growth Revenue (GR) sementara variabel independen adalah Intellectual Capital yang terdiri dari HCE, CEE dan SCE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IC berpengaruh positif terhadapROAdanROEbahkan terhadapGR.

Mohammad (2012) dengan judul “The effect of intellectual capital(VAICTM) on firm performance (an investigation of Iran insurance companies)”. Penelitian

pada perusahaan Asuransi di Iran dengan sampel sebanyak 39 perusahaan periode 2005-2007. Variabel dependen ialah ROA, variabel independen adalah VAICTM sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan ROE sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VAICTM berpengaruh signifikan dan positif terhadapROA.

Sartika (2012) dengan judul “Analisis pengaruh ukuran perusahaan,

kecukupan modal (CAR), Kualitas Aktiva Produktif (KAP) dan Likuiditas terhadap Return on Asset (ROA) pada bank umum Syariah di Indonesia periode 2006-2010. Hasil penelitian adalah Ukuran Perusahaan, KAP dan Likuiditas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ROAnamun secara parsial hanya CARyang berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadapROA.

Hesti (2010) dengan judul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif dan Liquditas Terhadap Kinerja Keuangan”. Penelitian dilakukan pada bank Syariah di Indonesia periode

(22)

positif terhadap ROA, sedangkan Kualitas Aktiva Produktif dan Likuiditas berpengaruh negatif dan terhadap ROA.

Al-Quadah & Jaradat (2013) dengan Judul “The Impact of Macroeconomic Variables and Banks Characteristics on Jordania Islamic Bank Profitability”.

Penelitian dilakukan pada bank-bank Islam di Yordania periode 2000-2011. Dimana Variabel Independen; CAR, Size, LDR, Leverage, sedangkan Variabel Dependen adalah ROA dan ROE. Hasil penelitian bahwa CAR dan Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE, sementara Leverage diukur dengan DAR berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA dan ROE. LDR berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROA tetapi berpengaruh signifikan dan negatif terhadapROE.

Dari uraian diatas maka hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut;

Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)

No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan komponen perancangan kawasan yang memilikiperan penting dalam pengalokasian penggunaanlahan atau pemanfaatan ruang pada kawasan perencanaan. Pengaturan peruntukkan

Untuk mendapatkan karyawan sesuai dengan bidang yang dibutuhkan perusahaan, lebih baik dalam proses rekrutmen dan seleksi perusahaan mencari karyawan baru melalui

Hal ini berarti bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan dalam menggunakan metode Problem Focused Coping pada subyek pria dan wanita dalam menghadapi pacaran

Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya terdapat berbagai syariat yang mengatur kehidupan manusia itu sendiri baik syariat beribadah kepada Allah swt. syariat

Dari hasil simulasi pemanenan konstan dan musiman berdasarkan parameter kemampuan tangkap ikan diperoleh nilai yaitu real positif dan negatif yang menunjukkan kestabilan

kebijakan hutang berpengaruh terhadap investment opportunity set membuktikan bahwa ukuran perusahaan yang besar maka akan memperbesar kesempatan investasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar minat mahasiswa menjadi entrepreneur, bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap keinginan

Penggunaan lahan haruslah memenuhi persyaratan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat berproduksi serta tidak mengalami kerusakan untuk jangka waktu yang tidak