• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan Sanksi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencurian (Studi Kasus Putusan No 2.235./Pid.B/2012/PN.Mdn.)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan terjadi perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudah ada. Hal ini menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru yang menghapus pola-pola lama yang mana akan menimbulkan permasalahan sosial. Problem sosial inilah merupakah salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan. kejahatan secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang jahat yang dilakukan oleh manusia yang dinilai tidak baik, tercela dan tidak patut dilakukan. Simandjuntak

menyatakan bahwa “Kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan,

tidak pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat1.”

(2)

Manusia dalam kehidupannya harus berdampingan dengan manusia yang lain (hidup bermasyarakat). Dalam kehidupan bermasyarakat itu, telah ada ketentuan- ketentuan atau norma-norma pergaulan hidup yang berkembang sejak zaman dahulu kala sampai sekarang ini. Ketentutan-ketentuan atau norma-norma hidup tercipta dan di ciptakan sedemikian rupa untuk mengatur tata tertib masyarakat, mengatur hubungan individu dengan individu, antara individu dengan penguasa dan lain- lainnya yang ada kaitannya dengan kehidupan manusia bermasyarakat.

Kejahatan pencurian merupakan salah satu masalah yang tidak akan ada habis-habisnya yang terjadi dalam masyarakat baik yang tinggal di pedesaan maupun di perkotaan, hal ini juga berpengaruh terhadap ketentraman dan kedamaian di dalam kehidupan bermasayarakat. Penomena meningkatnya pencurian ini bukan saja mengusik rasa aman tetapi menarik perhatian, sehingga timbul pertanyaan, kenyataan apa yang sedang berlangsung.

Kehidupan bermasyarakat itu, sering terdapat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap norma-norma pergaulan hidup yang di kenal dengan nama norma hukum. Penyimpangan norma hukum di masyarakat di sebut dengan kejahatan. Kejahatan merupakan masalah sosial yaitu masalah yang timbul di tengah-tengah mayarakat juga.

(3)

perkembangan-perkembangan lain sebagai akibat sampingan yang negatif dari setiap kemajuan atau perkembangan sosial di masyarakat.

Pada saat ini kejahatan meningkat dimana - mana baik di kota maupun di desa. Informasi ini banyak kita lihat di berbagai media massa seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan lain-lainnya, maupun melalui media elektronik seperti radio dan televisi. Kejahatan-kejahatan itu seperti pembunuhan, pemerkosaan, penganiyaan, perampokan, pencurian dan kejahatan-kejahatan tersebut tentunya sangat mengganggu masyarakat untuk berpergian, merasa terancam baik di luar maupun di dalam rumah.

Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu menarik dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu terlebih dari menurut asumsi umum serta beberapa hasil penelitian dari berbagai pihak, terdapat kecendungrungan perkembangan peningkatan dari bentuk dan jenis kejahtan tertentu, baiuk secara kualitas maupun kuantitas.

(4)

Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak biasanya disebabkan oleh berbagai faktor antara lainnya adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di budang komunkasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak tersebut

Selain itu, anak yang kurang kasih sayang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan dan pembinaan dalam perkembangan sikap, perilaku, penyesuaian diri, serta pengawasan dan orang tua, wali, atau orang tua asuh akan memudahkan anak terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya.

Penegakan hukum kepada pelaku tindak pidana harus di kenakan suatu akibat hukum, hal yang sangat erat kaitanya adalah masalah pemidanaan. Hal tersebut berkaitan dengan tujuan dari penegakan hukum yang hendak dicapat yaitu pemenuhan rasa keadilan dan pencapaian kepastian hukum. Dengan demikian pemahaman tentang tujuan dari pemidanaan hal ini penting untuk mengetahui maksud di tegakkan hukum itu.

(5)

harus ditekankan kepadanya bahwa bentuk hukuman bukanlah harga mati atau pembalasan atas perbuatannya dan anak yang berkonflik dengan hukum merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 yang tertulis dalam Pasal 59 dan Pasal 64 ayat (1) dan ayat (2) ada peraturan bagaimana seharusnya pemerintah dalam berkewajiban dan bertanggung jawab dalam memberikan per-lindungan terhadap anak:2

Pasal 59 yang berbunyi :

“Pemerintah dan lembaga negara lainyan berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainya (napza), anak korban penculikan, perjualan, perdagangan , anak korban kekerasan baik secara fisik dan/atau mental, anak yang menyadang cacat dan anak korban perlakuan salan dan

penelantaran.”

Perlindungan hukum bagi anak mempunyai spektrum yang cukup luas. bahwa perlunya perlindungan hukum bagi anak dapat meliputi berbagai aspek.Perlakuan bagi anak yang berorientasi terhadap perlindungan serta pemenuhan hak-hak bagi anak sudah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh komponen bangsa terutama para aparat penegak hukum dan perlindungan anak tersebut dapat dilihat pada Pasal 64 UU Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlin-dungan Anak :

(6)

Pasal 64 yang berbunyi :

1. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagimana dimaksud dalam Pasal 59 meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak pidana, merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.

2. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana yang di maksud dengan ayat (1) dilaksanakan melalui : a. Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat

dan hak-hak anak;

b. Penyedianan petugas pendamping khusus anak sejak dini; c. Penyedian sarana dan prasarana khusus;

d. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak;

e. Pemantuan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum;

f. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga;dan

g. Perlindungan dari pemberitaan identitas melaui media massa untuk menghindari labelisasi.

Dalam Pasal tersebut di atas dijelaskan bahwa pemidanaan terhadap anak bukanlah semata-mata penghukuman tetapi rehabilitasi dalam pendidikan dan pencegahan. Dengan demikian diberikannya hukuman kepada anak bukanlah sebagai pemberi rasa sakit namun sebagai pembinaan sehingga dengan pembinaan diharapkan anak dapat menyadari perbuatanya dan dapat kembali ketengah-tengah masyarakat untuk melanjutkan masa depannya.

Berdasarkan dari penjelasan di atas, penulis tertarik untuk membahas bagaimana penerapan sanksi terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian dalam skripsi penulis yang berjudul “PENERAPAN SANKSI TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN (STUDI KASUS PUTUSAN NO

(7)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, saya merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana yang mengatur tentang sistem pemindanaan terhadap anak pelaku tindak pidana ?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian?

3. Bagaimanakah penerapan sanksi terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dibawah umur (Studi putusan no.2.235/Pid.B/2012/PN.Mdn) ?

C. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari skripsi ini adalah sebagai berikut

1. Untuk mengetahui kebijakan hukum pidana yang mengatur tentang sistem pemidanaan terhadap anak pelaku tindak pidana.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian.

(8)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penulisan skripsi diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya ilmu hukum, terkhususnya hukum pidana. Terlebih lagi menambah pembendaharaan karya-karya ilmiah yang membahas mengenai tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak di bawah umur.

2. Manfaat Praktis

Skripsi ini diharapkan pula, nantinya dapat bermanfaat bagi kalangan praktis dan penegak hukum dalam memutuskan sanksi pidana terhadap tindak pidana pencurian yang dilakukakan oleh anak dibawah umur, sehingga para pengak hukum dapat memutuskan suatu perkara tindak pidana pencuriaan yang dilakukan oleh anak dibawah umur dan dapat menciptakan suatu pembaruan hukum pidana di Indonesia.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi yang berjudul “Penerapan sanksi terhadap anak pelaku tindak

(9)

F. Tinjauan Pustaka

1. Batasan Usia Anak

Anak menjadi satu masalah di Indonesia terutama karena dalam berbagai peraturan yang ada di Indonesia batasan usia anak itu berbeda-beda.Ada beberapa Undang-Undang itu memyebutkan bahwa batasan usia anak itu :

a. Dalam KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) tidak menyebutkan secara eksplisit mengenai batas usia anak, namun dalam tersebut dapat dilihat dalam kententuan Pasal 153 ayat 3 yang memberikan wewenang pada hakim untuk melarang anak yang belum mencapai usia 17 tahun untuk menghadiri sidang sedangkan Pasal 171 (a) memutuskan bahwa anak yang belum berusia 15 tahun dan belum pernah kawin dapat memberikan keterangan tanpa sumpah3.

b. Pasal 330 KUH Perdata, anak adalah belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin4.

c. Undang-Undang No 4 Tahun 1979 Tentang Kesejaterahaan Anak. Pasal 1 ayat 2 menegaskan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah5.

3 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana 4 Kitab Undang Undang Hukum Perdata

(10)

d. Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan membatasi usia anak dibawah kekuasaan orang tua atau perwalian sebelum 18 tahun (Pasal 47 ayat 2) dan (Pasal 50 ayat 1)6.

e. Undang-Undang No 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak membatasi usia anak tersebut adalah telah mencapai 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas ) tahun dan belum pernah kawin7.

f. Undang-Undang No 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pi-dana Anak yang membatasai umur anak yaitu telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun.8

g. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hak-Hak Anak yang ditandatangani oleh Pemerintah RI tanggal 26 Januari 1990 batas umur adalah dibawah umr 18 tahun9.

2. Tindak Pidana Pencurian Menurut KUHP

Ketentuan umum mengenai tindak pidana pencurian telah diatur dan dijelaskan dalam KUHP oleh karena itu tidak ada lagi alasan bagi seseorang tindak pidana untuk tidak dapat dihukum. Dan ada macam-macam tindak pidana pencurian tersebut yaitu :

6 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 7 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak 8 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

(11)

a. Pasal 362 KUHP merumuskan :

“Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau

sebagaian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan pidana penjara, selama-lamnya lima tahun atau denda paling banyak Rp.900,-,”

Unsur-unsur dalam Pasal 362 KUHP adalah 1. Unsur-unsur obyektif, terdiri dari:

a) Mengambil

Menurut Van Bemmelen dan van Hattum, unsur mengambil merupakan unsur terpenting atau unsur yang pertama dalam tindak pencurian10. Unsur mengambilinimengalami berbagaipen afsiran,mengambil yang diartikan setiap per buatan untuk membawa sesuatu benda di bawah kekuasaannya yang nyata dan multak11. Perbuatan mengambil berarti perbuatan yang mengakibatkan barang dibawah kekuasaan yang melakukan atau yang mengakibatkan barang diluar kekuasan pemiliknya. Dalam

10P.A.F. Lamintang, Delik‐delik Khusus Kejahatan‐kejahatan Terhadap Harta Kek ayaan, Bandung: Sinar Baru, 1989, Cet‐1, hal. 11.

(12)

pencurian, mengambil yang dimaksud adalah mengambil untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum12 maksudnya adalah waktu pencuri mengambil barang, barang

tersebut belum ada dalam kekuasaannya, apabila waktumemilikibarang itu sudah ada ditangannya, maka perbuatan tersebut bukan termasuk pencurian tetapi penggelapan, pencurian dikatakan selesaiapabila barang ter-sebut sudah pindah tempat13.

b) Suatu barang atau benda

Pengertian “barang ”dalam Pasal 362KUHPjuga mengalami perkembangan makna. Pengertian“barang” dalamPasal362

KUHP ini pada awalnya menunjuk pada pengertian barang atau bendabergerak dan berwujud, termasuk binatang14.

Dalam perkembangannya pengertian “barang”

atau“benda” tidak hanya terbatas pada benda

atau barang berwujud dan bergerak,

12 Ibid, hal.12

(13)

tetapitermasuk dalampengertian barang atau benda adalah “barang atau benda tidak terwujud dan tidak bergerak”15. Benda yang dikategorikan sebagaibenda tidak terwujud da n tidak bergerak tersebut antara lain halaman dengan segala sesuatu yang dibangun diatasnya, pohon-pohon dan tanaman yang tertanam dengan akarnya di dalam tanah, buah-buahan yang belum dipetik, dan

sebagainya. Barang yang tidak ada pemiliknya, tidak dapat menjadi obyek pencurian, yaitu barang dalam keadaan res nullus (barang

yang pemiliknya telah melepaskan haknya)

danresderelictae16

c) Barang itu harus “seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

Unsur ini mengandung suatu pengertian, bahwa benda yang diambil itu haruslah

barang atau bendan yang ada pemiliknya17, barang atau benda yang tidak ada pemikinya

15 Ibid

16 H.A.K. Moch. Anwar, Huk um Pidana Bagian Khusus (KHHP Buku II), Bandung:CitraA ditya Bakti, Cet‐5, 1989, hal. 19.

(14)

tidak dapat menjadi obyek pencurian. Terha dap unsur “yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain” ini dapat diilustrasikan dalam contoh sebagai berikut: “Dua orang A dan B secara bersama-sama ( patungan ) membeli sepeda.Sepeda tersebut kemudian disimpan di rumah A. ketika A sedang keluar rumah sepeda tersebut di curi oleh B dan kemudian di-jualnya. Dalam hal ini perbuatan B tersebut tetap merupakan tindak pidana pencurian, sekalipun sebagian dari sepeda tersebut adalah miliknya sendiri”.

2. Unsur –unsur subyektif, terdiri dari : a) Dengan maksud

(15)

362 KUHP menunjuk adanya unsure keseng ajaan dalam tindak pidana pencurian. b) Yang ditujukan untuk memiliki

Unsur “memiliki” untuk dirinya sendiri dal am rumusan Pasal 362 KUHP merupakan terjemahan dari kata zich toeeigenen. Istilah zich toeeigenen sebenarnya mempunyai makna yang lebih luas dari sekedar

“memiliki”. Oleh beberapa sarjana, istilah

(16)

mempersilahkan orang lain berbuat sesuatu dengan barang itu tanpa persetujuannya18. c) Secara melawan hukum

Secara melawan hukum yakni perbuatan memiliki yang dikehendaki tanpa hak atau kekuasaansendiridarisipelaku. Pelaku harus sadar bahwa barang yang diambilnya adalah milik orang lain.19

b. Pasal 363 KUHP merumuskan :

1) Diancam dengan pidana paling lama 7 tahun : 1. Pencurian ternak

2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, letusan gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan, atau kesengsaraan dimasa perang. 3. Pencurian pada waktu malam dalam suatu rumah atau

pekarangan yang tertutup yang ada dirumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitutiada dengan setahunya atau betentangan dengan kemauan orang yang berhak.

4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih

18 Wirjono Projodikoro, Tindak -Tindak Pidana tertentu di Indonesia, Bandung : Eresco, 1986, hal.78

(17)

5. Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ketempat kejahatan itu atau dapat mencapai barang yang diambilnya dengan jalan membongkar, memecah dan memanjat, atau dengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal tersebut dalam butir 4 dan 5, maka dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun

Kemudian unsur-unsur dari tindak pidana pencurian dengan pemberatan sebagaimana bunyi Pasal di atas adalah20 :

a. Pencurian ternak (vee). Objek dari pencurian adalah ternak sebagai unsure tambahan. Pasal 101 yang ber-bunyi Ternak berarti hewan yang berkuku satu, hewan yang memamah biak dan babi. Binatang yang berkuku satu misalnya : kuda, kedelai,dsb dan binatang yang memamah biak umpamanya : sapi, kerbau, kambing, biri-biri, dsb. Harimau, anjing, dan kucing tidak ma-suk golongan hewan, karena bukan binatang yang berkuku satu, bukan binatang yang memamah biak dan juga bukan babi21 .

(18)

b. Dalam butir 2 dari Pasal 363 KUHP juga disebut pencurian pada waktu ada kebakaran, peletusan, ban-jir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung api, kapal karam atau terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, dan pemberontakan. Keadaan-keadaan tersebut adalah bencana. Pencurian ini dilakukan sewaktu terjadi bencana, dimana orang- orang diseki-tar tempat terjadinya bencana itu ada dalam keadaan panik dan cemas hingga mereka kurang memper-hatikan barang-barang miliknya. Keadaan ini memu-dahkan pencurian. Sebenarnya para pelaku pencurian berkewajiban untuk menolong korban seseuai dengan rasa pri-kemanusiaan.

c. Macam unsur pemberatan yang ketiga adalah pen-curian pada malam hari di dalam sebuah rumah kedi-aman, dilakukan oleh orang yang ada di situ tanpa se-tahu atau bertentangan dengan kehendak yang berhak.

Apa yang dimaksud dengan “malam hari” sudah jelas,

yaitu sebagaimana dikatakan oleh Pasal 98 KUHP,

yang mengatakan: “Malam berarti masa antara

(19)

“pencurian pada waktu istirahat malam” (voor de

nachtrust bestemdetijd)

d. Unsur pemberatan keempat yaitu: apabila pencurian itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih (twee of meerverenigde personen). Istilah “bersama

-sama” (verenigde personen) menunjukkan, bahwa dua

orang atau lebih mempunyai kehendak melakukan pencurian bersama-sama. Jadi disini diperlukan unsur, bahwa para pelaku bersama-sama atau bersekutu

da-lam kaitannya dengan “mededaderschap” yang

mempunyai kesengajaan (gezamenlijk opzet) untuk melakukan pencurian. Menurut Pasal 55 KUHP

“Mededaderschap” terdiri dari empat macam

per-buatan yang dapat berupa:

1. Melakukan sendiri atau pelaku (pleger) 2. Menyuruh orang lain untuk melakukan (doenpleger)

3. Turut serta melakukan kejahatan (medepleger)

4. Menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu kejahatan (uitlokker)22.

(20)

Tidak cukup apabila para pelaku itu secara kebetulan bersa-ma-sama melakukan pencurian di tempat yang sama. Apabila seorang pencuri melakukan pencurian di suatu tempat, kemudi-an seorkemudi-ang pencuri lain ingin melakukkemudi-an juga di tempat tersebut tanpa sepengatahuan pencuri yang pertama, maka hal ini tidak pula termasuk istilah mencuri bersama-sama sebagaimana dis-yaratkan oleh Pasal 363 (1) butir 4 KUHP.

e. Unsur pemberatan kelima adalah dengan menggunakan cara-cara:

a. Merusak

Maksudnya di dalam melakukan pencu-rian tersebut disertai dengan perbuatan pe-rusakan terhadap sebuah benda. Misalnya memecah kaca jendela.

b. Memotong

Maksudnya di dalam melakukan pencurian tersebut diikuti dengan perbuatan-perbuatan lain. Misalnya: memotong pagar kawat c. Memanjat

(21)

me-mang sudah ada, tetapi bukan untuk masuk atau masuk melalui lubang di dalam tanah yang dengan sengaja digali, begitu juga me-nyeberangi selokan atau parit yang digunakan sebagai batas penutup.

d. Memakai anak kunci palsu

Mengenai ini diterangkan dalam Pasal 100

KUHP ialah: “Yang dimaksud anak kunci

palsu termasuk juga segala perkakas yang tidak dimaksud untuk membuka kunci”. Penafsiran ini merupakan peluasan. Dengan demikian setiap benda atau alat itu tidak di-pergunakan untuk membuka kunci tetapi benda atau alat itu tidak diperuntukkan un-tuk membuka kunci, seperti antar lain sepotong kawat, paku, dan besi. Anak kunci biasa yang sama pasnya dengan anak kunci aslinya, tetapi bukan anak kunci yang di-pergunakan untuk membuka kunci oleh pemilik rumah, termasuk dalam pengertian anak kunci palsu.

(22)

Menurut Yurisprudensi yang dimaksud dengan perintah palsu hanyalah menyangkut perintah palsu untuk memasuki tempat kedi-aman dan pekarangan orang lain. Perintah palsu tersebut berwujud perintah yang kelihatannya seperti surat perintah asli yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, tetapi sebenarnya bukan. Misalnya: seorang pencuri yang mengakui petugas dinas air minum yang memasuki rumah dengan alasan akan memperbaiki pipa-pila ledeng dengan menunjukkan surat perintah resmi, akan tetapi sebenarnya ia bukan petugas Di-nas Air Minum dan yang ditunjukkan bukan surat perintah resmi.

f. Memakai pakaian jabatan palsu

(23)

tadi ia dapat memasuki rumah korban dengan mudah.

c. Pasal 364 KUHP merumuskan :

Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 No 4, begitu juga apa yang diterangkan dalam Pasal 363 No-5, asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tetutup yang ada rumahnya, maka jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, dihukum karena pencurian ringan dengan hukum penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak-banyaknyaRp.900,-.

Unsur-unsur dalam Pasal 364 KUHP adalah

a. Pencurian biasa (Pasal 362), asal barang yang dicuri tidak lebih dari Rp.250,-

b. Pencurian dilakukan oleh dua orang lebih (Pasal 363 sub 4), asal harga tidak lebih dari Rp.250,- dan

c. Pencurian dengan masuk ketempat barang yang diambilnya dengan jalan membongkar, memecah, dsb (Pasal 363 sub 5 ). Jika :

1. Harga tidak lebih dari Rp.250,-dan 2. Tidak dilakukan dalam rumah atau

perkarangan tertutup yang ada ru-mahnya.23

(24)

d. Pasal 365 KUHP merumuskan :

1. Hukuman dengan penjara selama-lamanya sembilan tahun, dihukum pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, dengan maksud akan memyiapkan atau memudahkan pencurian itu , atau jika tertangkap tangan ( terpergok), supaya ada kesempatan bagi diri sendiri atau bagi kawannya yang turut melakukan kejahatan itu akan melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu tetap, ada di tangannya.

2. Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun,dijatuhkan: Ke 1. Jika pencurian itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah tempat kediaman atau pekarangan yang tertutup yang ada tempat kediamannya, dijalan umum atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

Ke 2. Jika pencurian itu dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu

Ke 3. Jika masuknya ke tempat melakukan pencurian dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu;

Ke 4. Jika pencurian itu mengakibatkan luka berat.

(25)

4. Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selawa waktu tertentu paling lama 20 tahun. Jika pencurian itu mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu dan disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam butir 1 dan butir 3.

Unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Unsur-Unsur Obyektif :

1)Cara atau upaya-upaya yang diguanakan berupa : a. Kekerasan

b. Ancaaman kekerasan 2)Yang ditujukan pada orang

3)Waktu penggunaan upaya kekerasan atau ancaman kekerasan itu ialah :

a. Sebelum b. Pada saat

c. Setelah berlangsungnya pencurian 2. Unsur-Unsur Subyektif

Digunakan kekerasan atau ancaman kekerasan itu, dengan maksud yang di tujukan :

(26)

c. Untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya apabila tertangkap tangan d. Untuk tetap menguasai benda yang dicuri

apabi-la tertangkap tangan24.

Bentuk kedua, yakni pada ayat 2 dengan ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun, yang dibagi lagi menjadi 4 bentuk, yang masing- masing memuat unsur-unsur berupa ;

1. Semua unsur pencurian bentuk pokok 2. Unsur-unsur khusus dalam ayat 1 Pasal 365

3. Unsur-unsur lebih khusus lagi bersifat alternative, yang merupakan masing-masing bentuk dari empat bentuk yang dimaksud dalam ayat 2 Pasal 365,yaitu;

a. Pertama yang terdiri dari tiga bentuk, yakni;

1. Pencurian yang dilakukan waktu malam atau perkarangan tertutup yang didalamnya ada tempat kediamaannya

2. Dijalan umum

3. Didalam kereta api atau trem yang sedang berjalan. b. Kedua, pelaku lebih dari satu orang dengan bersekutu.

Unsur lebih dari orang dengan bersekutu adalah kualitas dari orang-orang yang terlibat kejahatan sebagai yang di

(27)

sebutkan dalam Pasal 55 ayat 1 KUHP, atau dalam doktrin dikenal dengan petindak peserta

c. Ketiga, cara masuk atau sampai pada benda yang dicuri dengan;

a. Merusak, b. Memanjat

c. Memakai anak kunci palsu d. Perintah palsu

d. Keempat timbulnya akbiat luka berat. Antara kekerasan dengan luka berat harus ada hubungan sebab dan akibat, yang dimaksudnya adalah bahwa luka berat itu disebabkan langsung oleh digunakannya kekerasan. Adapun luka berat itu, menurut Pasal 90 KUHP adalah : 1. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak lagi memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang dapat menimbulkan bahaya maut,

2. Menjadi tidak mampu secara terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan yang merupakan mata pencaharian

3. Kehilangan salah saru pancaindra 4. Menjadi cacat,

(28)

6. Tergangu kekuatan akan selama empat minggu lebih,

7. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan

1) Pencurian dengan kekerasan bentuk ketiga, yakni yang diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun. Pencurian bentuk ketiga ini adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 365 ayat 3, yang harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut

a. Semua unsur pencurian bentuk pokok (Pasal 362) b. Unsur-unsur dengan kekerasan ( Pasal 365 ayat 1) c. Adanya akibat kematian seseorang

2) Pencurian dengan kekerasan bentuk keempat, adalah yang terberat, karena diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau pidana penjara sementara setinggi-tingginya 20 tahun, yaitu apabila tergabungnya unsur-unsur sebagai berikut :

a. Semua unsur pencurian bentuk pokok ( Pasal 362 )

b. Semua unsur pencurian dengan kekrasan (Pasal 365 ayat 1) c. Unsur timbulnya akibat, luka berat atau matinya orang, d. Dilakukan oleh dua orang dengan bersekutu

(29)

1. Waktu pencurian yakni malam, ditambah unsur tempat yakni dalam sebuah tempat kediaman atau perkarangan tertutup yang ada tempat kediamannya

2. Unsur cara-caranya untuk masuk atau sampai pada tempat melakukan kejahatan dengan jalan;

a. Merusak b. Memanjat

c. Memakai anak kunci palsu d. Memakai perintah palsu

e. Memakai pakaian jabatan palsu. e. Pasal 366 KUHP merumuskan :

Dalam pemidanaan karena salah satu perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362,363 dan 365 dapat dijatuhkan pencabutan hak tersebut dalam Pasal 35 no 1-4

f. Pasal 367 KUHP merumuskan :

1. Jika pembuat atau pembantu dari salah satu kejahatan yang diterangkan dalam bab ini adalah suami (istri) orang yang kena kejahatan itu, yang tidak,bercerai meja makan dan tempat tidur atau bercerai hasrat benda, maka pembuat atau pembantu ituutak dapat dituntut hukuman.

(30)

maupun keturunan yang meyimpang dalam derajat yang kedua, maka bagi diri sendiri hanya dapat dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang dikenakan kejahatan itu.

3. Jika menurut adat istiadat keturunan, kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain dari bapak kandung, maka ketentuan dalam ayat kedua, berlaku bagi orang itu.

3. Faktor Penyebab Tindak Pidana yang Dilakukan Oleh Anak Dibawah Umur

Berbagai faktor memungkinkan bagi anak untuk melakukan kenakalan dan kegiatan kriminal yang dapat membuat mereka terpaksa berhadapan dengan hukum dan sistem peradilan pidana. Mungkin ada macam-macam faktor seseorang itu melakukan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak tersebut yaitu25 :

1. Faktor Keluarga 2. Faktor Ekstenal 3. Faktor Lingkungan 4. Faktor Psikologi 5. Faktor Pendidikan

Ad.1 Faktor Keluarga

(31)

Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan dimana anak mendapatkan pendidikan untuk yang pertama kali. Keluarga merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membsarkan anak dan terutama bagi perkembangan tingkah laku anak, sehingga keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak.

Keluarga yang baik akan berpegaruh positif, bagi perkembangan anak sedangkan keluarga yang kurang baik akan berpengarug negatif. Oleh karena itu baik buruknya suatu keluarga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan seorang anak.

(32)

yang kurang kontrol orang tua terhadapa anak-anaknya dalam pergaulan, maka tanpa di ketahui anak itu dapat saja melakukan kejahatan.26

Ad.2 Faktor Ekomomi Sosial

Krisis dibidang ekonomi membawa pada peningkatan jumlah pengangguran, gelandangan dan meningkatnya kejahatan konvensional yang tinggu, khususnya kejahatna pencurian. Adanya patologi sosial atau penyakit masyarakat apabila ditammbah dengan adanya kemerosotan nilai-nilai agama dapat membawa kearah penurunan moral khususnya kejahatan yang dilakukan oleh anak.

Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat. Susunan masyarakat dimana terdapat perbedaan golongan kelas ekonomi menengah keatas atau menegah kebawah ataupun golongan masyarakat yang golongan miskin dibangkitkan dengan adanya kekeyaan yang sering dipertontonkan.

Apalagi jika dilihat dari masa pertumbuhan anak-anak yang suka meniru dan berkeinginan besar untuk memiliki akan mudah tergiur terhadap apa yang didemonstrasikan oleh anak-anak kalangan atas baik

(33)

ssecara langsung maupun tidak langsung. Hal ini tentu saja akan lebih cepaat mendorong anak tersebut melakukan kejahatan.

Ad.3 Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mempegaruhi setiap perkembangan jiwa dan perilaku seorang anak biasanya dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu keluarga dan lingkungan tempat tinggal anak tersebut. Pada lingkungan keluarga kejahatan anak dapat terjadi karena kurang dapatnya orang tuanya sehingga anak merasa tidak diperhatikan, atau karena keberadaan orang tua mereka yang telah terpisah atau karena keberadaan orang tua mereka yang telah terpisah dan kurang kontrol orang tua terhadap setiap langkah pergaulan anaknya.

Faktor lingkungan tempat tinggal anak berpengaruh pada perkembangan jiwa dan kepribadiannya karena memang sudah merupakan naruli manusisa untuk berkumpul dengan teman-teman untuk bergaul, namun terkadang pergaulan akan menimbulkan efek yang baik dan tidak baik. Kebiasaan anak-anak yang jahat tampaknya mempunyai sifat terbuka dan baik seta tolong menolong, asal temannya itu suka pula bergaul dengan merekan dan sama-sama melakukan aktivitas yang sama pula seperti melakukan pencurian, pencurian ini awalnya dilakukan dalam lingkungan keluarga.

(34)

disepakati oleh semua pihak bahwa media masa memegang peranan yang posiitif dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Masyarakat dengan alat-alat tersebut dapat mengketahui peristiwa dalam dan luar negeri dengan segera, namun tanpa disadari kemajuan teknologi dapat membawa dampak negatif dari perkembangan jiwa anak tersebut ketika membaca koran, menonton TV banyak dilihat bahwa karena angka kemiskinan yang sangat tinggi para orang dewasa banyak yang melakukan pencurian agar mudah dan mempercepat mendapatkan uang, dengan sifat dan sikap anak yang masih lugu anak cepat mengikuti cara-cara orang dewasa dengan mudah dan cepat mendapaatkan uang.

Jadi, nampaklah bahwa faktor lingkungan, juga memegang peranan dalam mempengarugi atau mendorong anak untuk melakukan kejahatan. Pendidikan dirumah tangga paling menentukan dalam membina kepribadian, sedangkan lingkungan sehari-hari dan sekolah merupakan kejadian nyata bagi kehidupan anak, yang ternyata anak dibwah umur dapat pulan melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana.

Ad.4 Faktor Psikologi

Psikologi atau ilmu jiwa adalah suatu ilmu yang memperlajari tindakan-tindakan atau tingkah alaku manusia dihubungkan dengan jiwa para perlakunya27. Karena disini dari masa anak ke masa dewasa dan disini lah banyak membuat anak tersebut banyak melakukan kejahatan

(35)

disebabkan anak pada masa perubahan itu lah pemikiraan anak itu labil. Maka dari itu anak banyak cenderung melakukan kejahatan, karena menurut pemikiran anak tersebut, kebutuhannya harus terpenuhi walapun anak tersebut melakukan tindak pidana dalam memenuhi perkara tersebut.

Ad.5 Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan ini merupakan salah satu faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap tindak pidana pencurian. Umumnya pelaku tindak pidana pencurian adalah orang-orang yang tidak berpendidikan dan kalaupun berpendidikan hanya berpendidikan rendah saja.

Hal tersebut mengakibatkan kecilnya kemungkinan untuk memperolah pekerjaan karena bagaimana kita ketahui pada masyarakat sekarang ini tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa untuk memperoleh pekerjaan maka seseorang harus menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sebab pekerjaan yang tersedia pada masa sekarang ini, sebagai besar telah menggunakan teknologi modern tersebut, oleh karena itu maka dibutuhkan para pekerja yang mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk menguasai teknologi modern tersebut.

G. Metode penelitian

1. Jenis Penelitian

(36)

langsung kelapangan untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan penulisan skripsi tersebut .

2. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data skunder diperoleh dari :

a).Bahan Hukum Primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa undang-undang, peraturan pemerintah, dan sebagainya

b) Bahan Hukum Skunder, yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang pidana pencurian seperti : seminar hukum, majalah-majalah, karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan persoalnya diatas.

c) Bahan Hukum Tersier, yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan sekunder sedangkan data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data tersebut dapat diperoleh :

(37)

ada hubungannya dengan pembahasan yang dilakukaan. Data ini merupakan data sekunder

2. Penelitian Lapangan, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan wawancara pada Hakim Anak di Pengadilan Negeri Medan.

4. Analisis Data

Data primer dan data sekunder yang telah diperoleh melalui penelitian keperpustakaan dan penelitian lapangan kemudian dianalisis secara kualitatif. Analisis Kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat didalam skripsi.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ibi terbagi dalam beberapa bagian yang di sebut dengan bab, dimana masing-masing bab merupakan penjelasan permasalahan pada skrpisi ini. Namun bab tersebut masih dalam konteks yang berkaiatan satu sama lainnya. Secara sistematika menempatkan materi pembahasan keseluruhan dalam lima bab yang terperinci sebagai berikut :

BAB I :Meliputi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, sistematika penulisan.

(38)

Tentang Pengadilan Anak, dan sistem pemidanaan dalam UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Pengadilan Pidana Anak.

BAB III :Meliputi bagaimana faktor – faktor yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana pencurian.

BAB IV : Meliputi tentang bagaimana suatu perkara tersebut apakah penerapan sanksi pidana tersebut terhadap tindak pidana pencurian yang melihat suatu putusan pengadilan negeri medan.

BAB V : Meliputi ini penulis membuat kesimpulan dan saran menjadi bahan masukan untuk penelitian mengenai masalah dalam skripsi ini.

Referensi

Dokumen terkait

■ Kekuatan dari pendekatan ini adalah penekanannya yang melakukan pengukuran: seberapa akurat persepsi seseorang terhadap sikap orang lain sesuai dengan sikap yang

Pada tanggal 28 Desember 2010 dan 21 April 2011, Entitas Induk bersama dengan SDN, DKU, BIG dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera, pihak berelasi, menandatangani

Dalam penelitian ini sumber data sekunder diperoleh dari dokumentasi BAZIS Desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri berupa sejarah

Two Bayesian estimators of µ using two different priors are derived, one by using conjugate prior by applying gamma distribution, and the other using

Sedangkan tingkat kinerja sistem drainase terhadap indicator fisik yang dinyatakan dalam skor adalah cukup (diperoleh dari total pengalian nilai dengan bobot

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menangani proses pengisian data, perubahan data,

1. Media big book adalah buku bacaan yang berkarakteristik khusus, yaitu berisi tulisan dan gambar yang dibesarkan sehingga memudahkan peserta didik untuk membacanya dan

Uji Hayati Dilakukan Untuk Mengetahui Perbandingan EfektifitasKemampuan Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Anting-Antingan Dengan Fulicur 430 Sc Dalam Menghambat