BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu
organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan
dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang
melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004).
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang
disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan
mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja
organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai
ekonomi, lingkungan dan pengaruh sosial terhadap kinerja organisasi.
Sustainability report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang
menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainability Development yang
membawanya menuju kepada core business dan sector industrinya.
Darwin (2004) mengatakan bahwa Corporate Sustainability Reporting
terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja
Tabel 2.1
Kategori Corporate Sustainability Reporting
No Kategori Bagian Aspek
1. Kinerja Ekonomi Pengaruh ekonomi secara langsung
Pelanggan, pemasok,
karyawan, penyedia modal dan sektor public.
2. Kinerja Lingkungan
Hal-hal yang terkait dengan lingkungan
Bahan baku, energi, air, Keanekaragaman hayati (biodiversity), emisi, sungai, dan sampah, pemasok, produk dan jasa, pelaksanaan, dan angkutan.
3. Kinerja Sosial Praktik Kerja Keamanan dan keselamatan tenaga kerja, pendidikan dan training, kesempatan kerja. Hak manusia Strategi dan manajemen, non
diskriminasi, kebebasan berserikat dan berkumpul, tenaga kerja di bawah umur, kedisiplinan, keamanan, dll. Sosial Komunitas, korupsi, kompetisi
dan penetapan harga. Tanggung jawab
terhadap produk
Kesehatan dan keamanan pelanggan, iklan yang peduli. Sumber: Darwin (2004)
Anggraini (2006) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan
sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut.
a. Lingkungan, meliputi pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan
terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang
berkaitan dengan lingkungan.
b. Energi, meliputi konservasi energi, efisiensi energi, dan lain-lain.
c. Praktik bisnis yang wajar, meliputi, pemberdayaan terhadap minoritas dan
d. Sumber daya manusia, meliputi aktivitas di dalam suatu komunitas, dalam
kaitan dengan pelayanan kesehatan, pendidikan dan seni.
e. Produk, meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan lain-lain.
Komar (2004) mengatakan bahwa Akuntansi pertanggungjawaban sosial
(Social Responsibility Accounting) didefinisikan sebagai proses seleksi
variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran, yang
secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi
kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Akuntansi pertanggungjawaban sosial dapat memberikan informasi mengenai
sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun
negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan pada dasarnya
akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah menilai, mengukur melaporkan
dampak kegiatan perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, baik untuk
keperluan pihak internal maupun pihak eksternal. Secara luas, definisi akuntansi
pertanggungjawaban sosial tidak hanya mencakup dampak operasional
perusahaan tetapi juga program-program sosial yang diadakan oleh perusahaan.
Dengan demikian, seharusnya perusahaan tidak hanya menyadari kalau
kegiatan operasionalnya mempunyai dampak terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitarnya, tetapi sejak awal sudah memasukkan tujuan sosial di dalam tujuan
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial
Dalam penelitian akuntansi dibutuhkan penelitian terhadap hubungan bisnis
dan masyarakat dalam rangka untuk mendefinisikan kembali peran dan tugas
perusahaan dari ekonomi murni menuju ke institusi ekonomi sosial sehingga
perlunya paradigma sosial-ekonomi untuk menganalisis pemilihan praktik
akuntansi oleh manajemen. Dengan analisis ini maka akan dapat membantu
manajemen memahami respon mereka terhadap masalah-masalah sosial-ekonomi
dan hubungannya dengan nilai perusahaan, termasuk bagaimana manajemen akan
mengambil keputusan terkait pengungkapan informasi sosial.
Pengungkapan sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social
disclosure, corporate social reporting, social accounting (Sembiring, 2005). Hal
tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar
peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal,
khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa
perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari
laba untuk pemegang saham.
Pengungkapan sosial perusahaan bersifat sukarela (voluntary disclosure),
yaitu diungkapkan oleh perusahaan secara sukarela tanpa diharuskan oleh standar
yang ada. Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial masih belum memiliki
standar yang baku, sehingga jumlah dan cara pengungkapan informasi sosial
bergantung kepada kebijakan dari pihak manajemen perusahaan. Hal ini
mengakibatkan timbulnya variasi luas pengungkapan informasi sosial dalam
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prediktor
luas pengungkapan (Anggraini, 2006). Setiap perusahaan memiliki karakteristik
yang berbeda antara satu entitas dengan entitas lainnya. Dalam penelitian ini,
karakteristik perusahaan yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial
diproksikan dalam ukuran dewan komisaris, tingkat leverage, ukuran perusahaan
dan profitabilitas.
2.1.2.1 Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi yang
bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Komposisi
individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal penting
dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif (Sitepu, 2009).
Dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih
baik, karena pihak dari luar akan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
perusahaan dengan lebih objektif dibanding perusahan yang memiliki susunan
dewan komisaris yang hanya berasal dari dalam perusahaan.
Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Sembiring (2005) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin
mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan
2.1.2.2 Financial Leverage
Rasio leverage merupakan proporsi total hutang terhadap ekuitas pemegang
saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
tertagihnya suatu utang.
Semakin tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami
pelanggaran terhadap kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk
melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan
laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan
melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan
memaksimalkan laba sekarang.
Semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar
kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan
akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi (Anggraini, 2006).
Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi biaya-biaya
termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial.
2.1.2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan
untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal
ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya
keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan
pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Akan
tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size perusahaan
dengan tanggung jawab sosial perusahaan (Sembiring, 2005).
Secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan, dan
perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih
besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang
memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas. Dari sisi tenaga kerja,
dengan semakin banyaknya jumlah tenaga kerja dalam suatu perusahaan, maka
tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan kepentingan tenaga kerja
akan semakin besar (Sari, 2012).
Program berkaitan dengan tenaga kerja yang merupakan bagian dari
tanggung jawab sosial perusahaan, akan semakin banyak dilakukan oleh
perusahaan. Hal ini berarti program tanggung jawab sosial perusahaan juga
semakin banyak dan akan diungkapkan dalam laporan tahunan.
2.1.2.4 Profitabilitas
Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam
menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun nilai
ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri
(shareholders equity) (Hendra S. Raharjaputra, 2009: 205). Hubungan kinerja
keuangan dengan tanggung jawab sosial perusahaan paling baik diekspresikan
sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk
membuat suatu perusahaan memperoleh laba.
Selain itu tingkat profitabilitas dapat menunjukkan seberapa baik
pengelolaan manajemen perusahaan, oleh sebab itu semakin tinggi profitabilitas
suatu perusahaan maka cenderung semakin luas Corporate Social Responsibility
Disclosure. Dikaitkan dengan teori agensi, perolehan laba yang semakin besar
akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas.
2.1.2.5 Kepemilikan Manajemen
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan manajerial dalam
suatu perusahaan maka manajemen akan berupaya lebih giat untuk memenuhi
kepentingan pemegang saham yang juga adalah dirinya sendiri. Dengan adanya
kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen
dengan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat
dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila
keputusan yang diambil salah. Terutama, dengan keikutsertaan manajer memiliki
perusahaan, hal ini menyebabkan manajer melakukan tindakan yang akan
memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang (Hartati, 2012).
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sembiring (2005) melakukan penelitian Karakteristik Perusahaan dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan yang tercatat Di BEJ.
Melakukan penelitian CSR menggunakan Variabel Independen yang terdiri dari
komisaris ditemukan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial. peneltian ini menggunakan satu tahun pengamatan sehingga
memungkinkan praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang
diamati kurang menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Periode penelitian yang
lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh
hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya.
Anggraini (2006) melakukan penelitian mengenai Pengungkapan Informasi
Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial
dalam Laporan Keuangan Tahunan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ.
Melakukan penelitian jumlah informasi Sosial yang diungkapkan menggunakan
variabel independen: persentase kepemilikan manajemen, tingkat leverage, biaya
politis dan profitabilitas. Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor yang
dipertimbangkan oleh emiten dalam mengambil kebijakan pelaporan
pertanggungjawaban sosial dalam laporan keuangan tahunan perusahaan.
Penelitian ini tidak menguji pengaruh pelaporan pertanggungjawaban sosial
terhadap kinerja pasar dalam hal ini reaksi investor akan informasi tersebut, selain
itu peneliti juga hanya melihat satu media pelaporan yaitu laporan keuangan.
Sitepu (2009) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Tahunan pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ melakukan penelitian CSR
menggunakan Variabel Independen: Ukuran dewan komisaris, Tingkat leverage,
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh
perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi yang diungkapkan.
Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu No
Judul Penelitian
Nama
Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1 Karakteristik
Perusahaan
Secara parsial tiga variable, yaitu size, profile, dan ukuran dewan komisaris ditemukan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
2 Pengungkapa biaya politis dan profitabilitas.
manajemen dan tipe
industri yang
dengan arah sesuai dengan yang diprediksi sedangkan ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan
Jakarta) 3 Faktor-faktor
yang
Variabel ukuran dewan
komisaris, dan profitabilitas, memiliki
pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi sosial yang diungkapkan oleh perusahaan, sedangkan tingkat leverage dan ukuran perusahaan, tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah informasi yang diungkapkan.
.
2.3 Kerangka Konseptual
Menurut Erlina (2008) ”kerangka teoritis adalah suatu model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Kerangka konseptual akan
menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen. Begitu juga
apabila ada variabel lain yang menyertai, maka peran variabel tersebut harus
dijelaskan. Kerangka konseptual penelitian ini digambarkan sebagai berikut
H1
H2
Informasi
H6 H3 Sosial (Y)
H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.3.1 Hubungan UDK dengan Informasi Sosial
Ukuran dewan komisaris dihitung dengan melihat jumlah anggota dewan
komisaris dalam perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,
maka akan semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan
semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan sosial, maka tekanan terhadap
manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapnya. Ukuran Dewan Komisaris (X1)
Leverage (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4)
2.3.2 Hubungan Leverage dengan Informasi Sosial
Leverage ditunjukkan melalui Debt to Equity Ratio (DER), DER pada
umumnya hutang memiliki beberapa keunggulan, yaitu bila biaya bunga hutang
murah, perusahaan akan lebih beruntung menggunakan sumber modal berupa
hutang yang lebih banyak , karena menghasilkan laba per saham yang makin
banyak. Penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio
yang makin besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang
sama akan menghasilkan laba per saham meningkat, maka akan berdampak akan
semakin luas pengungkapan sosialnya.
2.3.3 Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Informasi Sosial
Ukuran perusahaan diukur melalui total aktivanya. Apabila jumlah
aktivanya besar maka perusahaan tersebut termasuk dalam perusahaan besar.
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk
menjelaskan pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. Perusahaan yang lebih
besar mempunyai aktivitas operasi yang lebih banyak dan memberikan pengaruh
yang lebih besar terhadap masyarakat, serta mungkin akan memiliki pemegang
saham yang lebih yang akan selalu memperhatikan program sosial yang dibuat
perusahaan sehingga pengungkapan sosial perusahaan akan semakin luas.
2.3.4 Hubungan Profitabilitas dengan Net Profit Margin (NPM)
Profitabilitas diukur dengan Net Profit Margin (NPM). Profitabilitas
memberikan keyakinan kepada perusahaan untuk melakukan pengungkapan sosial
Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi akan memberikan keluwesan
kepada manajemen untuk melaksanakan dan pengungkapan sosial. Perusahaan
dengan tingkat profitabilitas rendah akan sangat mempertimbangkan pelaksanaan
dan pengungkapan, karena khawatir akan mengganggu operasional perusahaan.
Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan
informasi sosialnya.
2.3.5 Hubungan Kepemilikan Manajemen dengan Informasi Sosial
Kepemilikan Manajemen diukur melalui persentase kepemilikan manajemen
dalam perusahaan. Kepemilikan ini diartikan sebagai kepemilikan masing-masing
pihak manajemen yang memiliki kebutuhan mengenai informasi perusahaan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, semakin tinggi persentase kepemilikan
perusahaan, maka akan semakin luas pengungkapan sosial yang diungkapkan. Hal
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dari masing-masing pihak investor,
pihak direktur dan sekaligus sebagai wujud tanggung jawabnya kepada
perusahaan. Semakin besar kepemilikan manajemen, maka semakin besar juga
pengungkapan sosialnya.
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan sementara dari sebuah
pertanyaan atau pernyataan yang kebenarannya dapat dibuktikan melalui suatu
penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual peneliti
menentukan dan akan menguji hipotesis sebagai berikut.
H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap
H2 : Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan informasi
sosial perusahaan manufaktur.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
informasi sosial perusahaan manufaktur.
H4 : Profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
informasi sosial perusahaan manufaktur.
H5 : Kepemilikan Manajemen berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan informasi sosial perusahaan manufaktur.
H6 : Ukuran dewan komisaris, leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan
kepemilikan manajemen berpengaruh secara simultan terhadap