• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan efficiency of educational management unified education both in preschool education, school education path, and out-of-school education

The establishment of a school committee is a body that replaces the existence of the Provision of Education Providers (BP3) through the Decree of the Minister of National Education. 044 / U / 2002. The renaming of BP3 to the school committee is based on the need for full community involvement in improving the quality of education. One of the objectives of establishing a school committee is to increase the responsibility and participation of the community in the implementation of education in educational units.

The role of the school committee includes: 1) Considerations. 2) Supporters. 3) Controller. 4) Mediator. The role of the school committee as a supporter includes Resource Management, Facilities and Infrastructure Management, and Budget Management. The role of school committee supporters works with employers and sympathizers. In developing performance with entrepreneurs and responsive to school issues, school committee members are influential people in school as well as with the business world as well as active in the School.

Keywords: Role, Committee, Improve quality, Education

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan kebutuhan seluruh warga negara, maka

pengembangannya harus konseptual, menyeluruh, fleksibel dan

berkesinambungan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan

dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan

merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, pemerintah dan

masyarakat. Dari ketiga lingkungan pendidikan tersebut, lingkungan

(2)

yang saat ini menjadi sarana atau tempat popular bagi sebagian besar orang

dalam menuntut ilmu.1

Seperti sistem pada suatu lembaga pada umumnya, sekolah juga

memiliki susunan organisasi. Organisasi sekolah yang baik mengkehendaki

agar tugas-tugas dan tanggungjawab dalam menjalankan penyelenggaraan

sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi merata sesuai dengan kemampuan,

fungsi, dan wewenang yang telah ditentukan. Kita tahu bahwa pendidikan tidak

hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat dan

orang tua. Pernyataan tersebut didukung dalam UU Nomor 20 tahun 2003,

pada salah satu misinya dijelaskan agar memberdayakan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan berbasis otonomi daerah dalam konteks Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kemudian masyarakat berperan dalam

peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,

pengawasan, dan evaluasi.

Pembentukan komite sekolah merupakan suatu badan yang mengganti

keberadaan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3) melalui

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002.2 Penggantian nama

BP3 menjadi komite sekolah didasarkan atas perlunya keterlibatan masyarakat

secara penuh dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu tujuan

pembentukan komite sekolah adalah meningkatkan tanggung jawab dan peran

serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal

ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu

pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja,

namun juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan

gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan suatu sekolah.

Hal ini sejalan dengan pendapat Hasbullah,bahwa pembentukan komite

sekolah di sekolah masih banyak hanya untuk formalitas saja. Ini disebabkan

masih kurangnya pemahamanan akan tugas pokok dan fungsi dibentuknya

komite sekolah sehingga kurang mendapat perhatian serius baik dari sekolah,

1 Dwi Siswoyo, Ilmu Pendidikan(Uni0y Press: Yogyakarta,2008)h. 139

(3)

orangtua dan pemerintah daerah. Padahal komite sekolah merupakan warga

sekolah yang telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.3

B. Pengertian Komite Sekolah

Komite sekolah berasal dari dua kata yaitu “komite dan sekolah”.

Secara bahasa komite adalah badan, dewan, panitia.4 Berarti komite adalah

sejumlah orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas – tugas tertentu.

Sedangkan “sekolah” adalah sebuah tempat dimana terjadi proses belajar

mengajar serta tempat memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatannya

masing – masing. Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran

serta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi

pengelolaan pendidikan disatuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah,

jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.5Komite

sekolah merupakan institusi yang dimunculkan untuk menampung dan

menyalurkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di

tingkat satuan pendidikan. Karena dijadikan wadah yang representatif,

kemunculan komite sekolah diharapkan bisa mewujudkan peningkatan mutu,

pemerataan dan efisiensi dalam pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan6.

Menurut Bedjo Sujantomengatakan ada 4 poin mengenai komite

sekolah :

1. Badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka

peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di

satuan pendidikan.

2. Dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh stakeholder

pendidikan

3. Nama generik disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing – masing

satuan pendidikan.

3 Hasbullah,Otonomi Pendidikan(Jakarta:Raja Grafindo,2007) h.105

4 Tim Pima Pena, Kamus Ilmiah Populer(Surabaya:GitaMedia Press,2006) h.141. 5 Rusman,Manajemen Kurikulum(Bandung:PT Raja Grafindo Persada,2008) h. 512 6Ade Irawan,Mendagangkan Sekolah Studi Kebijakan MBS di DKI

Jakarta(Jakarta:ICW,2004)h. 42.

(4)

4. BP3, komite sekolah dan atau majelis sekolah yang sudah ada dapat

memperluas fungsi, peran, dan keanggotaannya sesuai dengan acuan ini.7

C. Fungsi dan Tujuan Komite

Kemunculan komite sekolah di awali dengan adanya lembaga Persatuan

Orang Tua Murid dan Guru (POMG), kemudian berganti nama menjadi Badan

Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Pembentukan BP3 berdasarkan

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0293/U/1993 tentang

Pembentukan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan. 8

Pada akhirnya keputusan menteri ini tidak berlaku lagi menyusul

lahirnya keputusan menteri pendidikan mengenai komite sekolah. Perubahan

nama lembaga ini sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan peranannya dalam

mendukung penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah.Komite sekolah

merupakan lembaga perwakilan orangtua/wali murid yang dibentuk

menggantikan BP3. Pembentukan komite sekolah ditetapkan berdasarkan

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002tentang dewan

pendidikan dan komite sekolah pasal 1 butir (2) disebutkan bahwa;“ Pada

setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan dibentuk Komite

Sekolah atas prakarsa masyarakat, satuan pendidikan, dan/atau pemerintah

kabupaten/kota.”9

Setahun kemudian, keberadaan komite sekolah juga diatur dalam

undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional

pasal 1 butir 25 menyebutkan bahwa ;“Komite sekolah/madrasah adalah

lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas

sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan”.10

Adapun komite sekolah berfungsi sebagai berikut:

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;

7 Bedjo Sujanto,ManajemenPendidikanBerbasisSekolah, Model Pengelolaan Sekolah di

Era Otonomi Daerah (Jakarta:CV Sagung Seto)h. 61.

8 Sri Renani Pantjastuti, Komite Sekolah : Sejarah dan Prospeknya di Masa Depan, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), h.44.

(5)

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia

usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu;

3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai

kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat;

4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan

pendidikan mengenai:

a). kebijakan dan program pendidikan;

b). Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS);

c). kriteria kinerja satuan pendidikan;

d). kriteria tenaga kependidikan;

e). kriteria fasilitas pendidikan; dan

f). hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;

5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna

mendukung peningkatan mutu dan pemerataanpendidikan;

6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan

pendidikan di satuan pendidikan;

7. Melakukan evaluasidan pengawasan terhadap kebijakan, program,

penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.11

Komite sekolah merupakan forum pengambil keputusan bersama

antara sekolah dengan masyarakat dalam perencanaan, implementasi

monitoring dan evaluasi program kerja yang dilakukan oleh sekolah.Komite

sekolah berkedudukan di setiap satuan pendidikan,merupakan badan mandiri

yang tidak memiliki hubungan hierarki dengan lembaga pemerintah.12Untuk

memantapkan dan mengembangkan tradisi tersebut, maka dalam UU

Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 dipaparkan bawa komite sekolah

berkedudukan di:

1. Satu satuan pendidikan tertentu.

(6)

2. Beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis yang berada dikawasan

berdekatan.

3. Beberapa satuan pendidikan yang berada jenis dan jenjang pendidikan

serta terletak di kompleks atau kawasan yang berdekatan. Beberapa

satuanpendidikan yang sama di kawasan yang berdekatan milik atau dalam

pembinaan satu yayasan penyelenggaraan pendidikan.13

Pembentukan komite sekolah bertujuan untuk :

1. Suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam

penyelengaraan mewadahi dan meyaluran aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program pendidikan di

kabupaten/kota (untuk dewan pendidikan) dan disatuan pendidikan (untuk

komite sekolah ).

2. Meningkatkan tanggungjawab dan peran serta aktif dari seluruh lapisan

masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.

3. Menciptakan dan pelayanan pendidikan yang bermutu didaerah

kabupaten/kota dan satuan pendidikan.14

D. Struktur Organisasi Komite Sekolah

Pembentukan komite sekolah dilakukan secara transparan, akuntabel

dan demokratis. Dilakukan secara transparan adalah bahwa komite sekolah

harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai

dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia

persiapan, kriteria calon anggota, proses pemilihan dan penyampaian hasil

pemilihan.

Dilakukan secara akuntabel adalah bahwa panitia persiapan

hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya maupun

penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa

dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah

mufakat. Jika sekiranya diperlukan pemilihan anggota dan pengurus dapat

13Departemen Pendidikan Nasional ,Op.cit, pasal 56

(7)

dilakukan melalui pemungutan suara.15 Keanggotaan komite sekolah terdiri

dari unsur masyarakat yang dapat berasal dari perwakilan orangtua / wali

murid berdasarkan jenjang kelas yang dipilih secara demokratis, para tokoh

masyarakat, anggota masyarakat yang mempunyai perhatian untuk

meningkatkan mutu pendidikan, pejabat pemerintah setempat, pakar

pendidikan yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan,

organisasi profesi tenaga pendidikan, perwakilan siswa bagi tingkat SMP /

MTs / SMA / MA / SMK yang dipilih secara demokratis berdasrakan jenjang

kelas dan perwakilan forum alumni SD / SLTP / SLTA yang telah dewasa dan

mandiri.16

1. Keanggotaan Komite Sekolah:

a. Keanggotaan Komite Sekolah terdiri atas:

1) Unsur masyarakat dapat berasal dari:

a) Orangtua/wali pereta didik

b) Tokoh masyarakat

c) Tokoh pendidikan

d) DUDI (dunia usaha dan dunia industri)

e) Organisasi profesi tenaga kependidikan

f) Wakil alumni

g) Wakil perta didik

2) Unsur dewan guru, yayasan penyelenggara pendidikan, badan

pertimbangan desa dapat dilibatkan sebagai anggota komite

sekolah maksimal 3 (tiga) orang.

b. Jumlah anggota minimal 9 (sembilan) orang dan gasal

c. Syarat-syarat, hak dan kewajiban, serta masa bakti keanggotaan

ditetapkan dalam AD/ART.

2. Kepengurusan Komite Sekolah:

(8)

b. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota;

c. Ketua bukan berasal dari kepala satuan pendidikan17.

Struktur kepengurusan komite sekolah ditetapkan berdasarkan

Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) yang sekurang –

kurangnya terdiri dari atas seorang ketua, sekretaris dan bendahara. Apabila

dipandang perlu kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang – bidang

tertentu sesuai kebutuhan yang ada anggota komite sekolah yang berasal dari

unsur dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, badan

pertimbangan desa sebanyak – banyaknya berjumlah tiga orang. Jumlah

anggota komite sekolah sekurang – kurangnya sembilan orang dan jumlahnya

harus ganjil. Syartat – syarat, hak dan kewajiban serta masa keanggotaan

komite sekolah ditetapkan didalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah

Tangga .18

E. Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung

Komite sekolah dan sekolah memiliki kemandirian masing-masing,

tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja sama dam sejalan. Komite

sekolah yang dibentuk untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di

sekolah berperan meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. Komite itu

dibentuk untuk mewadahi dan meningkatkan partisipasi para

stakeholdersekolah untuk turut merumuskan, menetapkan, melaksanakan, dan

memonitor pelaksanaan kebijakan sekolah dan pertanggungjawaban yang

terfokus pada kualitas pelayanan terhadap peserta didik secara proporsional

dan terbuka.19 Komite juga mewadahi partisipasi para stakeholder untuk turut

serta dalam manajemen sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, berkenaan

dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah secara

pro-porsional dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.Dalam mencapai hal

tersebut, komite sekolah memiliki peran dan fungsi tertentu. Peran yang

dimiliki komite sekolah menjadi suatu penunjuk akan kedudukan akan hak dan

kewajiban sebagai lembaga dalam pendidikan. Sri Renani Pantjastuti

17Bedjo Sujanto,Op.cit.,h. 63 18Ibid.h 64

(9)

menjelaskan fungsi komite sekolah sebenarnya merupakan penjabaran dari

peran komite sekolah tersebut.20 Sedangkan fungsinya menjadi latar belakang

dari pembentukan komite sekolah. Oleh karena itu,pembentukannya harus

memperhatikan pembagian peran serta fungsinya sesuai posisi dan otonomi

yang ada.

Dalam peranannya sebagai bahan pendukung, komite sekolah berfungsi

memantau kondisi sekolah seperti tenaga kependidikan sekolah. Ini penting

karena akan dapat diketahui mana yang harus mendapat perhatian serius dalam

masalah sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan dalam proses

pendidikan dalam sekolah dapat diatasi dengan koordinasi bersama komite

sekolah. Dalam peranannya sebagai pendukung ada 3 unsur menjadi fokus

komite sekolah yaitu :

a. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Pengelolaan sumber daya manusia merupakan proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari

pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi,

pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk

mencapai tujuan atau sasaran perorangan, organisasi, dan masyarakat.

Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam hal sumber daya

manusia meliputi :

a. Memantau kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah.

b. Mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di

sekolah.

c. Mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di

sekolah.21

b. Pengelolaan Sarana Prasarana

(10)

Sarana dan prasarana sangat penting dalam dunia pendidikan

karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana

pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses

belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Prasarana dan

sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur

mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih.22

Pengelolaan sarana dan prasarana dapat diartikan sebagai

kegiatan, menata, mulai dari merencanakan kebutuhan, pengadaan,

penyimpanan, pemeliharaan, penginventarisan dan penghapusan serta

penataan lahan, bangunan, perlengkapan danperabot sekolah secara tepat

guna dan tepat sasaran.23Secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan

prasarana pendidikan adalah memberikan pelayanan secara professional di

bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya

proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci, tujuannya adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan

seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan

prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang

didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas

tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang

efisien.

2. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat dan

efisien.

22Ibid. h. 24

(11)

3. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,

sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap

diperlukan oleh semua personel sekolah.24

Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam hal sarana dan

prasarana meliputi :

a. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

b. Mobilisasi bantuan sarana dan parasarana sekolah.

c. Mengkoordinasi dukungan sarana dan parasarana sekolah

d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah.25

c. Pengelolaan Anggaran

Berdasarkan PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan

Pendidikan,disebutkan bahwa ada 3 jenis biaya pendidikan, yaitu biaya

satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan

pendidikan, serta biaya pribadi peserta didik. Sedangkan sumber dari

pendanaan pendidikan antara lain :

a) Pasal 46 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional,menyatakan pendanaan pendidikan menjadi tanggungjawab

bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Sebagai konsekuensi logisnya maka sumber-sumber pemasukan

sekolah bisa berasal dari pemerintah, usaha mandiri sekolah ,

orangtua siswa, dunia usaha dan industri, sumber lain seperti hibah

yang tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang

berlaku, yayasan penyelenggara pendidikan bagi lembaga

pendidikan swasta, serta masyarakat luas.

b) Sumber dana pendidikan untuk SD dan SMP, saat ini bersumber dari

dana BOS yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN); disamping itu terdapat juga dana khusus

24Ibid. h. 20

(12)

melalui pemerintah daerah provinsi dan kabupaten yang disebut dana

khusus dari APBDI dan APBDII. Dana BOS ini, merupakan dana

operasi nonpersonalia sedangkan untuk gaji pendidik dan tenaga

kependidikan bersumber dari dana rutin melalui APBN dan APBD.

c) Dana Masyarakat; dana ini bisa berasal dari komite sekolah/orangtua

siswa atau dari sponsor dan donatur.

d) Dana Swadaya : beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri

sekolah yang bisa menghasilkan pendapatan sekolah antara lain :

(1)pengelolaan kantin sekolah, (2)pengelolaan koperasi sekolah,

(3)pengelolaan wartel, (4)pengelolaan jasa antar jemput siswa,

(5)panen kebun sekolah, (6)kegiatan yang menarik sehingga ada

sponsor yang memberi dana, (7)kegiatan seminar/

pelatihan/lokakarya dengan dana dari peserta yang bisa disisihkan

sisa anggarannya untuk sekolah, (8)penyelenggaraan lomba kesenian

dengan biaya dari peserta atau perusahaan yang sebagian dana bisa

disisihkan untuk sekolah.

e) Sumber lain: selain yang sudah disebutkan di atas, masih ada sumber

pembiayaan alternatif yang berasal dari proyek pemerintah baik yang

bersifat block grant maupun yang bersifat matching grant (imbal

swadaya).26

Adapun prinsip dari pengelolaan anggaran adalah :

1). Transparansi.

Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang

pengelolaan berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu

kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang pengelolaan keuangan yang

transparan berarti adanya keterbukaan dalam pengelolaan keuangan

lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan

jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus

jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan

(13)

untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan

dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan

pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di

sekolah. Disamping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan

timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orangtua siswa dan warga

sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di

dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

2). Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain

karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk

mencapai tujuan yang menjadi tanggungjawabnya. Akuntabilitas di

dalam pengelolaan keuangan berarti penggunaan uang sekolah dapat

dipertanggung jawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah

ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan dan

peraturan yang berlaku maka pihak sekolah membelanjakan uang

secara bertanggungjawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan

kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah. Ada tiga pilar utama

yang menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1)adanya

transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima masukan

dan mengikut sertakan berbagai komponen dalam mengelola sekolah,

(2)adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam

melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3)adanya partisipasi

untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan

pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang

murah dan pelayanan yang cepat

3). Efektivitas.

Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan. Garner mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena

sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi

(14)

lembaga.Efektivitas lebih menekankan pada kualitatifm outcomes.

Pengelolaan keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau

kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai

aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan

dan kualitatifoutcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

4). Efisiensi

Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan.. Efisiensi

adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan

keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud

meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya.27

Menurut Jones, pengelolaan keuangan meliputi:

1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber

daya yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara

sistematik tanpa efek samping yang merugikan.

2. Pelaksanaan yaitu kegiatan berdasarkan rencana yang telah dibuat.

3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.

F. Mutu Pendidikan

Mutu yang menurut bahasa berarti kualitas. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia mutu adalah baik buruk suatu benda;kadar; taraf atau derajat

misalnya kepandaian, kecerdasan dan sebagainya28. Secara umum mutu adalah

gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang

menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan

atau tersirat. Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki

keluaran yang dihasilkan29.

27Ibid. h. 36

28Tim Pima Pena,Op.cit.,h.211

(15)

Sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat

tinggi yang tidak dapat diungguli. Produk yang bermutu adalah sesuatu yang

dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal. Produk tersebut dapat

dinilai serta membuat puas dan bangga para pemiliknya. Mutu berarti sesuatu

yang dinilai dari tingkat keunggulan. Mutu dalam konsep yang absolut berarti

harus high quality atau top quality. Mutu yang absolut ialah mutu yang

idealismenya tinggi dan harus dipenuhi, berstandar tinggi, mahal, sangat

mewah, dan jarang dimiliki orang.30

Dalam dunia pendidikan, mutu pendidikan menekankan pengalaman

dari seluruh masyarakat bukan hanya pengalaman pribadi perorangan. Mutu

merupakan kondisi yang terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap barang

atau jasa yang diberikan oleh produsen. Konsep mutu juga ditetapkan oleh

produsen sebagai pembuat atau pemberi jasa yang didasarkan pada spesifik

yang telah ditentukan produsen.

G. Kesimpulan

Dalam peranannya sebagai bahan pendukung, komite sekolah berfungsi

memantau kondisi sekolah seperti tenaga kependidikan sekolah. Ini penting

karena akan dapat diketahui mana yang harus mendapat perhatian serius dalam

masalah sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan dalam proses

pendidikan dalam sekolah dapat diatasi dengan koordinasi bersama komite

sekolah. Dalam peranannya sebagai pendukung ada 3 unsur menjadi fokus

komite sekolah yaitu :

1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam hal sumber daya

manusia meliputi :

a. Memantau kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah.

b. Mobilisasi guru sukarelawan untuk menanggulangi kekurangan guru di

sekolah.

(16)

c. Mobilisasi tenaga kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan di

sekolah.

2. Pengelolaan Sarana Prasarana

Peran komite sekolah sebagai pendukung dalam hal sarana dan

prasarana meliputi :

a. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah.

b. Mobilisasi bantuan sarana dan parasarana sekolah.

c. Mengkoordinasi dukungan sarana dan parasarana sekolah

d. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan sarana dan prasarana sekolah

3. Pengelolaan Anggaran

Adapun prinsip dari pengelolaan anggaran adalah :

1. Transparansi

2. Akuntabilitas

3. Efektivitas

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arcaro, Jerome S., 2007, Pendidikan Berbasis Mutu. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang – Undang No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Hasbullah, 2007, Otonomi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo.

Irawan, Ade, 2004, Mendagangkan Sekolah Studi Kebijakan MBS di DKI Jakarta.

Jakarta : ICW.

Kemendiknas, 2002, Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan komite

Sekolah. Jakarta : Depdiknas.

Mulyono, 2010. Konsep Pembiayaan Pendidikan. Ar-Ruzz: Yogyakarta.

Pantjastuti, Sri Renani dkk., 2008, Komite Sekolah : Sejarah dan Prospeknya di

Masa Depan.Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Pena Tim, Pima, 2006, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gita Media Press.

Rusman, 2008, Manajemen Kurikulum. Bandung: PT Raja Grafindo Persada.

Scheeren, Jaap, 2003, Peningkatan Mutu Sekolah, Ciputat: PT Logos Wacana

Ilmu.

Siswoyo, Dwi, 2008, Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Uny Press.

Sujanto, Bedjo, 2007, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Orangtua akan marah pada saya apabila pekerjaan yang saya lakukan tidak bagus.. Orangtua selalu menjelaskan alasannya, ketika saya dilarang

Procession culture is then interesting to study as a traditional media in conveying the message of communication.. This message not only to the public, but this message

Immunomodulatory activity in vivo from EPS was measured using phagocytic activity and phagocytic capacity macrophage cells from mice peritoneal cavity

Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Klon BB00105.10 sebagai Bahan Dasar Produk Olahan Goreng Serta Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemiknya

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Karakteristik butir tes dapat terungkap dengan menggunakan dua analisis yakni analisis secara rasional untuk menentukan validitas isi dilakukan menggunakan

Gangguan pendengaran akibat bising atau noise induced hearing loss/NIHL adalah tuli akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan

 Mahasiswa mampu mengevaluasi konsep perencanaan bangunan infrastruktur air dalam suatu wilayah sungai (WS), meliputi irigasi dan saluran (drainase), waduk