Dasar Teori
Darah, seperti cairan, mengalir dari daerah yang bertekanan lebih tinggi ke daerah-daerah yang bertekanan lebih rendah (Campbell, dkk, 2010: 65). Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari individu berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah manusia. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut (Nilasari, 2014: Online). Antigen adalah Antigen adalah karbohidrat yang menempel pada protein atau lipid yang berada di permukaan luar sel darah merah yang disebut aglutinogen. Terdapat dua macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B. Sedangkan aglutinin atau juga bisa disebut antibodi adalah senyawa kimia yang berperan dalam menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh. Terdapat dua macam aglutinin, yaitu alpha α dan betha “β”.
Terdapat tiga sistem penggolongan darah, yaitu golongan darah menurut sistem ABO, golongan darah menurut sistem MNSs, dan golongan darah menurut sistem Rh.
1. Golongan darah menurut sistem ABO
Golongan darah menurut sistem ABO dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Landsteiner membedakan darah manusia ke dalam empat golongan, yaitu A, B, AB, dan O. Penggolongan darah ini disebabkan oleh macam antigen yang dikandung oleh eritrosit (sel darah merah). Adanya antigen di dalam eritrosit, ditentukan oleh suatu seri alel ganda, yaitu IA, IB, dan IO (Darmawati, Suryawati, dan Suhendri, 2005: 66). Alel ganda adalah suatu keadaan dimana sebuah gen memiliki lebih dari satu alela.
tidak terpengaruh. Penggumpalan tadi disebabkan karena pengikatan zat antigenik tertentu pada permukaan sel darah merah dengan antibodi khususan (imunoglobulin) yang ada dalam serum. Dengan uji penggumpalan silang menggunakan sel darah merah dan serta dari individu sehat normal, ternyata mungkin untuk menggolongkan orang ke dalam empat macam golongan dari sudut dua kekhususan antigenik (A dan B). Beberapa orang (golongan O) tidak memiliki salah satu dari kedua kekhususan ini, lainnya hanya memiliki satu kekhususan (golongan A atau golongan B), sedangkan lainnya lagi memiliki keduanya (golongan AB). Antibodi yang bersangkutan disebut anti-A dan anti-B, dan adanya dalam serum individu keempat golongan ditunjukkan pada tabel berikut:
Golongan Darah Kekhususan Antigenik pada Sel
Darah Merah
Antibodi dalam Serum
O - anti-A dan anti-B
A A anti-B
B B anti-A
AB A dan B
-(Harris, 1994: 401-403).
Dari tabel diatas, dapat diketahui orang yang memiliki antigen A tidak memiliki anti-A, melainkan anti-B didalam serum atau plasma darah. Orang demikian dimasukkan dalam golongan darah A. Orang dari golongan darah B mempunyai antigen B dan anti-A. Orang yang tidak memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi memiliki serum anti-A dan anti-B di dalam serum atau plasma darah, dimasukkan dalam golongan darah O. Adapun orang yang memiliki antigen A maupun antigen B, tetapi tidak memiliki anti-A dan anti-B didalam serum atau plasma darah, dimasukkan dalam golongan darah AB (Suryo, 2005: 255-256).
mampu untuk membentuk antigen B. Orang yang tidak memiliki alel IA maupun IB, melainkan hanya memiliki alel i saja, maka ia tidak akan memiliki antigen A maupun antigen B. Interaksi antara alel-alel IA, IB, dan IO menyebabkan terjadinya 4 fenotip (golongan darah) O, A,
2. Golongan darah menurut sistem MNSs
Reaksi dari sel-sel darah merah dengan antiserum pada darah, karena tidak ada bahaya penggumpalan darah.
Landsteiner dan Levine menyatakan bahwa kedua jenis antigen M dan N itu ditentukan oleh sebuah gen yang memiliki dua alel. Alel LM menentukan adanya antigen M dalam eritrosit, sedang antigen N ditentukan oleh alel LN.
Golongan
3. Golongan darah menurut sistem Rh
Golongan darah rhesus sistem rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih banyak perdebatan baik dari aspek genetika, nomeklatur, maupun interaksi antigenetiknya. Rhesus mengalami penggumpalan atau tidak dapat dianalisis dengan menggunakan hukum Hardy-Weinberg dengan rumus:
(p + q + r) = p2 + q2 + r2 + 2pq + 2pr = 1 (Isbeanny, 2014: Online).
Menurut K. Landsteiner dan A. S. Wiener, orang dibedakan atas dua kelompok:
1. Orang Rh-positif (disingkat Rh+) ialah orang yang memiliki antigen Rh di dalam eritrositnya, sehingga waktu darahnya dites (diuji) dengan antiserum yang mengandung anti-Rh, maka eritrositnya menggumpal.
2. Orang Rh-negatif (disingkat Rh-) ialah orang yang tidak memiliki antigen Rh di dalam eritrositnya, sehingga eritrosit tidak menggumpal pada waktu dilakukan tes dengan antiserum anti-Rh (Suryo, 2005: 265).
Secara umum, golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung didalam darahnya, sebagai berikut: Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan
antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A negatif hanya dapat menerima darah dari orang yang bergolongan darah A negatif atau O negatif.
antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B negatif hanya dapat menerima darah dari orang yang bergolongan darah B negatif atau O negatif.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan antigen B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun antigen B. Sehingga, individu dengan golongan darah AB positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali dengan individu golongan darah AB positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, akan tetapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan antigen B. Sehingga, orang dengan golongan darah O negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O negatif hanya dapat menerima darah dari individu yang bergolongan darah O negatif juga (Arifa, ( ): Online).
Daftar Pustaka
Campbell, N. A., dkk. 2010. Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan. Terjemahan oleh Damaring Tyas Wulandari. 2008. Jakarta: Erlangga.
Harris, Harry. 1994. Dasar-Dasar Genetika Biokemis Manusia. Alih bahasa oleh Abdul Salam M. S. 1980. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suryo. 2005. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jurnal
Darmawati, Suryawati, E., Suhendri, E. 2005. Frekuensi dan Penyebaran Alel Golongan Darah A B O Siswa SMUN 1 Suku Bangsa Melayu di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Riau. Jurnal Biogenesis, 1 (2): 66-69. Universitas Riau [10/04/2015].
Arifa, Zhah. ( ). Golongan Darah pada Manusia. Online. Tersedia: https://www.academia.edu/8963863/Golongan_Darah_pada_Manusia [13/04/2015].
Isbeanny, Jeanne. 2014. Alel Ganda dan Penentuan Frekuensi Gen. Online. Tersedia: https://www.academia.edu/9543143/Jurnal_Alel_ganda [12/04/2015].
Nilasari, Zumala. 2014. Pewarisan Sifat yang Dipengaruhi oleh Alel Ganda.
Online. Tersedia: