• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Seme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Seme"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

53 4.1.1 Kondisi Pra Siklus

Keaktifan belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Bawen tergolong rendah. Berdasarkan hasil observasi menggunakan lembar observasi keaktifan siswa, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang digunakan guru dalam sehari-hari sering atau sebagian besar dilakukan dengan metode ceramah yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran. Pembelajaran IPA masih teacher-centered, dalam kegiatan pembelajaran sebagian besar siswa hanya menerima begitu saja materi yang disampaikan guru kemudian diakhiri evaluasi sehingga dalam pembelajaran siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengeluarkan kemampuan yang dimiliki.

(2)

Tabel 4.1

Hasil Observasi Keaktifan Belajar Pra Siklus pada Mata Pelajaran IPA Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II

Tahun Pelajaran 2014/2014 Lemahireng 02 Kecamatan Bawen yang mempunyai keaktifan tinggi adalah 8 siswa dengan persentase 26% kemudian siswa kategori keaktifan sedang berjumlah 10 orang dengan persentase 32% dan siswa dengan keaktifan rendah ada 13 orang dengan persentase 26%. Rata-rata kelas hanya 2,50. Hal ini berarti siswa yang mempunyai keaktifan tinggi hanya 8 siswa dengan persentase 26% lebih rendah dari jumlah keseluruhan siswa di bawah kategori keaktifan rendah yaitu 13 siswa persentase 42%. Selain keaktifan siswa yang masih kurang, hasil belajar siswa juga rendah dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPA kelas 4 pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 diperoleh data :

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02Kecamatan Bawen Semester II

Tahun Pelajaran 2014/2015

(3)

tuntas yang memperoleh nilai kurang dari KKM. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 70. Dan rata-rata kelas adalah 64,57. Dalam menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) kepala sekolah berpedoman dengan kemampuan siswa yang ada di SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen.

4.1.2 Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dengan menerapkan tiga tahap penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, dan refleksi.

4.1.2.1 Perencanaan

Tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam penelitian pembelajaran kooperatif tipe Make A Match antara lain: menelaah materi pembelajaran IPA kelas 4 dan mengkaji indikator-indikatornya, menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melakukan uji validitas instrumen, menyiapkan lembar observasi keterlaksanaan sintaks dan rubrik penskoran keaktifan belajar siswa, menyiapkan soal evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam pembelajaran dan yang terakhir menyiapkan alat peraga.

4.1.2.2 Pelaksanaan dan Observasi

Pertemuan pertama dalam siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2015. Materi yang diajarkan adalah faktor – faktor penyebab dan kerugian terjadinya erosi dan abrasi. Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan doa bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan

memberikan pertanyaan: “coba sebutkan apa saja yang penyebab perubahan fisik di alam?” dan “Siapa yang pernah main ke pantai? Main apa di pantai?

Bagaimana pasirnya jika terkena ombak?”

(4)

Kemudian guru menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif tipe Make A Match kepada siswa, setelah itu guru menyiapkan kartu permaina mencari pasangan yang berisi soal dan jawaban tentang materi faktor – faktor penyebab erosi dan abrasi. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru membagi kartu pada siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk mencari pasangan kartu yang dimiliki dengan diberi waktu selama 5 menit. Siswa yang mendapatkan pasangan kartu yang cocok sebelum waktu habis diberikan reward sedangkan siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang cocok akan diberi hukuman. Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan kartu kembali dan mengocoknya dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai waktu yang ditentukan dalam pembelajaran habis.

Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya erosi dan abrasi. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai umpan penguasaan materi. Kemudian guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan kedua dilaksanakan pasa hari Kamis tanggal 23 April 2015. Materi yang diajarkan adalah faktor – faktor penyebab dan kerugian terjadinya banjir dan lonsor. Dalam pelaksanaan pertemuan kedua, guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan doa bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya yaitu tentang erosi dan abrasi,

guru juga bertanya kepada siswa: “coba sebutkan bencana alam apa saja yang

pernah kalian lihat selain abrasi dan erosi?”

(5)

kepada siswa, setelah itu guru menyiapkan kartu permaina mencari pasangan yang berisi soal dan jawaban tentang materi faktor – faktor penyebab banjir dan longsor. Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru membagi kartu pada siswa, setelah itu guru meminta siswa untuk mencari pasangan kartu yang dimiliki dengan diberi waktu selama 5 menit. Siswa yang mendapatkan pasangan kartu yang cocok sebelum waktu habis diberikan reward sedangkan siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang cocok akan diberi hukuman. Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan kartu kembali dan mengocoknya dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai waktu yang ditentukan dalam pembelajaran habis.

Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya banjir dan longsor. Di akhir pertemuan, guru memberikan penguatan dan umpan balik. Kemudian guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.

Tabel 4.3

Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Siklus 1

No Siklus 1

Keterlaksanaan Siklus f (Pertemuan Pertama)

Ya Tidak

1. Pertemuan 1 15 3

2. Pertemuan 2 17 1

(6)

kepada siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Guru juga belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Guru juga belum mengajak siswa untuk menarik kesimpulan bersama dan melakukan refleksi.

Pada pertemua kedua, hasil observasi menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya. Guru sudah menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi lebih kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Guru juga sudah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami sehingga siswa sudah mulai berani untuk bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru. Siswa juga tampak sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga belum mengajak siswa unuk menarik kesimpulan bersama.

Selama melakukan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match untuk kedua kalinya, secara keseluruhan penyajiannya sudah cukup sistematis. Guru mengelola kelas dengan baik, memberikan motivasi kepada siswa saat proses pembelajaran. Memberikan arahan kepada siswa saat melakukan pengamatan. Hanya saja masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan oleh guru. Sehingga perlu diadakan perbaikan agar dapat mencapai semua indikator yang telah ditentukan.

(7)

4.1.2.3 Refleksi

Setelah melaksanakan tindakan Siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap pembelajaran Make A Match yang telah dilakukan selama tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan I, dan pertemuan II dan pertemuan III dilaksanakan untuk evaluasi. Refleksi dilakukan dengan cara berdiskusi dengan guru, observer, dan beberapa siswa tentang pembelajaran Make A Match yang telah dilakukan. Secara keseluruhan pembelajaran Make A Match yang dilakukan oleh guru sudah baik. Guru merasa dengan menerapkan pembelajaran seperti ini akan melatih siswa untuk saling bekerjasama satu sama lain. Siswa juga lebih mudah dalam memahami materi karena mereka saling berpartisipasi mengeluarkan ide dan berpikir bersama dalam memecahkan masalah. Selain itu siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran ini. Siswa merasa pembelajaran ini sangat menyenangkan karena dapat bertukar pikiran dengan teman kelompok. Sehingga siswa yang biasanya pasif menjadi aktif ketika dihadapkan pada tugas yang penyelesaiannya harus dilakukan secara bersama-sama dengan teman kelompoknya.

Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa pada Siklus I yang terdiri dari pertemuan I dan II, persentase keaktifan kategori tinggi adalah 65%. Sedangkan indikator keberhasilan untuk kerjasama siswa adalah 70%. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa masih belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh dengan KKM=70 dari jumlah 31 siswa, yang sudah mencapai ketuntasan sebanyak 20 orang dengan persentase 65% dan siswa yang belum mencapai ketuntasan sebanyak 11 orang dengan persentase 35%. Indikator keberhasilan untuk hasil belajar adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Karena keaktifan dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, maka akan dilanjutkan pada Siklus II. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.

(8)

a. Kelebihan

1. Rencana pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaannya. 2. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran ini. 3. Dapat meningkatkan keaktifan siswa.

4. Siswa lebih mudah dalam mengerjakan soal dan memahami materi karena pembelajaran yang menyenangkan dapat memudahkan siswa dalam memahami materi.

b. Hambatan

1. Siswa tidak berdiskusi dalam bekerja kelompok (mencari pasangan) karena sibuk mengganggu teman yang lain.

2. Siswa tidak bertanya kepada siswa lain/guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

3. Siswa tidak mencoba memngerjakan soal setelah guru menjelaskan materi. 4. Penyelesaian

1. Guru menegur dengan tegas siswa yang ramai dan tidak ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok (mencari pasangan)

2. Guru mencoba memancing siswa melalui pertanyaan agar mengetahui siswa mana yang belum memahami materi.

3. Guru menegur siswa yang tidak mengerjakan soal untuk mengerjakan di depan kelas.

Berdasarkan hasil analisis data pada Siklus I menunjukkan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran Make A Match sudah meningkat, namun belum mencapai idikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa maka dilanjutkan pada Siklus II. Peneliti merencakan tindakan Siklus II dengan menerapkan langkah-langkah yang sama, hanya saja pada Siklus II merupakan perbaikan-perbaikan dari kelemahan atau kekurangan pada Siklus I.

4.1.3 Pelaksanaan Siklus II 4.1.3.1 Perencanaan

(9)

melihat dan menelaah hasil refleksi siklus I. Mencari strategi untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan serta mempertahankan dan meningkatkan kelebihan pada siklus I. Mencari referensi dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan indikatornya, menyiapkan alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam pembelajaran.

Setelah semua perangkat pembelajaran disiapkan langkah selanjutnya yaitu menyiapkan lembar observasi yang akan digunakan untuk menilai pelaksanaan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan rubrik penskoran keaktifan belajar siswa.

4.1.3.2 Pelaksanaan dan Observasi

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 5 Mei 2015. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah cara mencegah erosi dan abrasi. Dalam pelaksanaan pertemuan pertama ini, guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan doa bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan memberikan

pertanyaan pada siswa “Siapa yang pernah sakit? Kalau sakit diapakan supaya sembuh? Bagaimana agar kita tidak sakit?” dan Guru mengaitkan materi yang

(10)

siswa yang tidak mendapakan pasangan kartu yang cocok akan diberi hukuman. Setelah satu babak berakhir guru mengumpulkan kartu kembali dan mengocoknya dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai waktu yang ditentukan dalam pembelajaran habis.

Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai cara mencegah erosi dan abrasi. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai umpan penguasaan materi. Kemudian guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2015. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini adalah cara mencegah banjir dan longsor. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan melakukan doa bersama siswa-siswanya. Guru melakukan absensi dan mengkondisikan kelas dengan serta memberikan motivasi. Setelah itu guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang dipelajari di pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari hari ini.

(11)

dan membagikan pada siswa kembali, begitu seterusnya sampai waktu yang ditentukan dalam pembelajaran habis.

Guru memberikan penguatan dan meluruskan kesalahpahaman materi yang diajarkan, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran. Pada kegiatan akhir siswa dan guru saling memberi umpan balik mengenai cara mencegah banjir dan longsor. Di akhir pertemuan, guru memberikan beberapa pertanyaan sebagai umpan penguasaan materi dan guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa guna untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran Kemudian guru mengakhiri pelajaran dan mengucapkan salam penutup.

Tabel 4.4

Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match Siklus 2

No Siklus 2

Keterlaksanaan Siklus F

Ya Tidak

1. Pertemuan 1 18 0

2. Pertemuan 2 18 0

Berdasarkan tabel 4.4, hasil observasi menunjukkan bahwa guru sudah melaksanakan semua indikator pembelajaran Make A Match yang sudah ditentukan. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai kelas. Guru sudah mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif sehingga pembelajaran berjalan dengan lancar. Guru juga sudah memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapatnya sehingga siswa lebih aktif dan mudah memahami materi yang diajarkan. Melalui kegiatan diskusi yang dilakukan siswa bersama anggota kelompoknya, siswa menjadi lebih antusias dalam mengerjakan tugas. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan mencari pasangan siswa dapat saling berpartisipasi.

(12)

membimbing jalannya diskusi dengan baik sehingga suasana kelas menjadi terkontrol. Siswa juga sudah mampu melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan tanpa harus menunggu perintah dari guru. Hal ini disebabkan karena siswa sudah memahami dan menguasai langkah-langkah pembelajaran Make A Match dengan baik.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 7 Mei 2015. Pertemuan ketiga ini digunakan untuk evaluasi pembelajaran IPA dengan tujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya pembelajaran IPA dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Dalam kegiatan intiguru menyampaikan tata tertib dalam mengerjakan evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Guru membagi lembar soal evaluasi dan siswa mengerjakan soal evaluasi. Guru mengawasi jalannya evaluasi pembelajaran. Setelah selesai, siswa mengumpulkan soal evaluasi dan jawaban siswa. Kegiatan selanjutnya yaitu guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. Apabila hasil evaluasi telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan maka pembelajaran ini akan berhenti sampai siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

4.1.3.3 Refleksi

Setelah melaksanakan tindakan Siklus II, peneliti melakukan refleksi terhadap pembelajaran Make A Match yang telah dilakukan selama tiga kali pertemuan, yaitu pertemuan I dan II, dan pertemuan III dilaksanakan untuk evaluasi. Melalui pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif dan sportif dalam mengikuti permainan mencari pasangan. Siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Secara keseluruhan guru sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran Make A Match dengan baik. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran ini, maka dilaksanakan tes evaluasi Siklus II. Tes evaluasi dilaksanakan pada pertemuan ketiga.

(13)

tinggi sebesar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa kerjasama siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh dengan KKM=70 dari jumlah siswa 31, yang sudah mencapai ketuntasan adalah sebanyak 31 orang dengan persentase 100%. Indikator keberhasilan untuk hasil belajar adalah 80%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas sudah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan.

Hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran Siklus II adalah sebagai berikut:

a. Rencana pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksanaannya. b. Siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran Make A Match c. Menambah wawasan guru tentang pembelajaran kooperatif tipe Make A

Match.

d. Keaktifan siswa menjadi lebih meningkat melalui kegiatan diskusi kelompok.

e. Melatih siswa untuk bermain sportif dalam permainan.

Berdasarkan hasil analisis data pada Siklus II menunjukkan bahwa hasil observasi kerjasama dan hasil belajar siswa sudah mencapai indikator

keberhasilan yang telah ditentukan. Sehingga penelitian ini dilakukan sampai Siklus II dan tidak dilanjutkan pada Siklus berikutnya.

4.1.4 Data Hasil Observasi Keaktifan 4.1.4.1 Data Hasil Observasi Keaktifan

(14)

Tabel 4.5

Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 17 orang persentase 55% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 11 orang dengan persentase 35, dan siswa yang kategori keaktifan rendah ada 3 orang dengan persentase 10% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,72. Pada pertemuan kedua, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 20 orang persentase 65% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 11 orang dengan persentase 35% dan siswa yang kategori keaktifan rendah tidak ada, sehingga persentase 0% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,84.

4.1.4.2 Data Hasil Observasi Keaktifan Siklus II

(15)

Tabel 4.6

Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Berdasarkan Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa pada pertemuan pertama siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 25 orang persentase 81% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 6 orang dengan persentase 19, dan idak ada siswa dengan kategori keaktifan rendah dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 2,87. Pada pertemuan kedua, siswa yang kategori keaktifan tinggi frekuensi 27 orang persentase 87% sedangkan siswa dengan kategori keaktifan sedang berjumlah 4 orang dengan persentase 13% dan siswa yang kategori keaktifan rendah tidak ada, sehingga persentase 0% dan rata-rata keaktifan siswa klasikal adalah 3,00.

4.1.5 Data Hasil Belajar

4.1.5.1 Data Hasil Belajar Siklus I

(16)

Tabel 4.7

Hasil Belajar Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

No Interval Frekuensi Persentase (%)

Hasil evaluasi siklus I menunjukkan rentang nilai yang diperoleh siswa. Rentang nilai 49-55 sebanyak 9 siswa, 56-62 sebanyak 0 siswa, 63-69 sebanyak 2, 70-76 sebanyak 11 siswa, 77-83 sebanyak 5 siswa, dan nilai 84-90 sebanyak 4 siswa.

4.1.5.2 Data Hasil Belajar Siklus II

Data hasil evaluasi yang diperoleh pada siklus I akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel distribusi frekuensi hasil evaluasi siswa kelas 4 di SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Belajar Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

(17)

Hasil evaluasi siklus I menunjukkan rentang nilai yang diperoleh siswa. Rentang nilai 56-62 sebanyak 0 siswa, 63-69 sebanyak 0 siswa, 70-76 sebanyak 13, 77-83 sebanyak 7 siswa, 84-90 sebanyak 5 siswa, dan nilai 91-97 sebanyak 6 siswa.

4.1.6 Analisis Data

4.1.6.1 Analisis Keaktifan Belajar a. Analisis Keaktifan Belajar Silklus I

Analisis keaktifan belajar Siklus I tersaji pada Tabel 4.9 dimana digolongkan menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3(kategori keaktifan tinggi) dan yang memperoleh skor < 3(kategori keaktifan belajar sedang dan rendah). Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 4.10:

Tabel 4.9

Analisis Keaktifan Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II

Tahun Pelajaran 2014/2015

Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui bahwa siswa di atas kategori keaktifan

tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 20 siswa persentase 65% dan di bawah < 3 atau

kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 11 siswa dengan persentase 35%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi sedangkan

No Keaktifan Belajar F Persentase

(%) 1 Skor ≥ 3

(kategori keaktifan tinggi)

20 65%

2 Skor < 3

(kategori keaktifan sedang dan rendah)

11 35%

Jumlah 31 100%

(18)

rata-rata perolehan skor keaktifan belajar pada Siklus I menunjukan 65% keaktifan tinggi. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar Siklus I:

Gambar 4.1. Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus I Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Berdasarkan Gambar 4.1 diketahui bahwa pada Siklus I terdapat 65%

siswa yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 35% siswa mendapat skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.

b. Analisis Keaktifan Siklus II

Analisis keaktifan belajar Siklus I tersaji pada Tabel 4.10 dimana digolongkan menjadi dua kategori yaitu yang memperoleh skor ≥ 3(kategori keaktifan tinggi) dan yang memperoleh skor < 3(kategori keaktifan belajar sedang dan rendah). Hasil analisis keaktifan siswa tersaji pada Tabel 4.10:

65% 35%

Persentase Keaktifan Siklus I

(19)

Tabel 4.10

Analisis Keaktifan Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II

Tahun Pelajaran 2014/2015

Berdasarkan Tabel 4.10, diketahui bahwa siswa di atas kategori keaktifan

tinggi dengan skor ≥ 3 berjumlah 27 siswa persentase 87% dan di bawah < 3 atau kategori keaktifan sedang dan rendah berjumlah 4 siswa dengan persentase 13%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa keaktifan belajar Siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, dimana indikator keberhasilan yang ditentukan adalah 70% siswa mencapai kategori keaktifan tinggi. Rata-rata perolehan skor keaktifan belajar pada Siklus I menunjukan bahwa 87% keaktifan tinggi. Hasil ini diperoleh dari hasil rata-rata pertemuan pertama dan kedua. Berikut ini diagram ketuntasan keaktifan belajar Siklus II:

No Keaktifan Belajar f Persentase

(%) 1 Skor ≥ 3

(kategori keaktifan tinggi)

27 87%

2 Skor < 3

(kategori keaktifan sedang dan rendah)

4 13%

Jumlah 31 100%

(20)

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Keaktifan Belajar Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

Berdasarkan Gambar 4.2 diketahui bahwa pada Siklus II terdapat 87% siswa yang mendapatkan skor ≥ 3 atau keaktifan tinggi, dan ada 13% siswa mendapat skor < 3 atau keaktifan sedang dan rendah.

4.1.6.2 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar

Analisis ketuntasan dilakukan dengan membandingkan data mentah dengan nilai KKM pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match.

a. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Berdasarkan hasil belajar yang telah diperoleh siswa setelah pembelajaran siklus I ini dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match, terbukti dari sebagian besar siswa yang tuntas KKM. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:

87% 13%

Persentase Keaktifan Siklus II

(21)

Tabel 4.11

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Ketuntasan Frekuensi Persentase ( % )

Tuntas 20 65

Tidak tuntas 11 35

Jumlah 32 100

Maximum 85

Minimum 50

Rata –rata 68,87

Keadaan ketuntasan pembelajaran siswa dapat disajikan dalam gambar diagram berikut ini:

Gambar 4.3 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran

2014/2015

Gambar 4.3 menunjukkan hasil analisis data siklus 1 bahwa dari 31 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran, terdapat 20 siswa (65%) mampu mencapai KKM (70) dan 11 siswa (35%) masih berada di bawah KKM.

b. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

Berdasarkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I yang belum mencapai target, maka dilakukan refleksi untuk memperbaiki dan merancang pembelajaran siklus II. Pada pelaksanaan siklus II ini didapatkan hasil belajar siswa yang meningkat dibanding dengan hasil pada siklus I. Peningkatan

35%

65%

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Siklus I

(22)

ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12

Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 Ketuntasan Frekuensi Persentase ( % )

Tuntas 31 100

Tidak tuntas 0 0

Jumlah 31 100

Maximum 95

Minimum 70

Rata –rata 80,81

Keadaan ketuntasan pembelajaran siswa dapat disajikan dalam gambar diagram berikut ini:

Gambar 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II Tahun Pelajaran

2014/2015

Gambar 4.4 menunjukkan ketuntasan hasil belajar sikus II mata pelajaran IPA kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen bahwa dari 31 siswa yang mengikuti evaluasi pembelajaran, 100 %siswa mampu mencapai KKM

(≥70) dan tidak ada siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. 0%

100%

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Siklus II

(23)

4.1.7 Analisis Deskriptif Komparatif

4.1.7.1 Analisis Deskriptif Komparatif Keaktifan Belajar

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan keaktifan belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015. Perbandingan keaktifan siswa disajikan pada Tabel 4.13

Tabel 4.13

Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II tahun ajaran 2014/2015

Kategori Keaktifan Prsa Siklus Siklus I Siklus II

Keaktifan Rendah (≥3) 42% 0% 0%

Keaktifan Sedang (2 - 2,9) 32% 35% 13%

Keaktifan Tinggi (1 - 1,9) 26% 65% 87%

(24)

G

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Keaktifan Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015

4.1.7.2Analisis Deskriptif Komparatif Hasil Belajar

Berdasarkan hasil tindakan dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran IPA di kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015. Perbandingan hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14

Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen

Semester II tahun ajaran 2014/2015

Ketuntasan Prasiklus Siklus I Siklus II

F % F % F %

Persentase Perbandingan Skor Keaktifan Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Keaktifan Rendah (≥3)

Keaktifan Sedang (2 - 2,9)

(25)

Dari Tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa dari pra Siklus sampai ke Siklus II mengalami peningkatan. Pada pra Siklus siswa yang tuntas belajar adalah 10 siswa (32%), pada Siklus I menjadi 20 siswa (65%) dan pada Siklus II menjadi 31 siswa (100%). Sedangkan siswa yang belum tuntas jumlahnya menurun. Pada saat pra siklus terdapat 21 siswa (68%) belum tuntas, pada Siklus I masih 11 siswa (35%) yang belum tuntas dan pada Siklus II tidak ada yang di bawah KKM. Nilai tertinggi siswa meningkat yaitu pada pra Siklus 70, siklus I meningkat menjadi 85 dan pada Siklus II nilai tertinggi yaitu 95. Nilai terendah pra Siklus 50, Siklus I 50 dan Siklus II nilai terendah 70. Rata-rata siswa dari pra Siklus ke Siklus II juga mengalami peningkatan dari prasiklus 64,57 menjadi 68,887 ke Siklus I dan pada Siklus II menjadi 80,81. Selanjutnya untuk memperjelas perbandingan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa dari prasiklus sampai dengan Siklus II disajikan dalam Gambar 4.6:

Gambar 4.6 Diagram Batang Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen Semester II tahun ajaran 2014/2015

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan paparan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap siswa kelas 4

SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen pada mata pelajaran IPA, maka dapat

diketahui adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan menggunakan

metode Make A Match. Setelah dilakukan tindakan terkait penerapan metode Make A

Match keaktifan belajar terlihat ada peningkatan. Pada pra Siklus sampai dengan Siklus II

0%

Persentase Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

belum Tuntas

(26)

keaktifan belajar mengalami peningkatan dilihat dari persentase keaktifan siswa kategori tinggi. Pada pra Siklus keaktifan siswa kategori tinggi mencapai 26% siswa kategori keaktifan sedang persentase 32% dan siswa dengan keaktifan rendah persentase 42%. Keaktifan siswa kategori tinggi pra Siklus adalah 26% kemudian mengalami peningkatan ke Siklus I menjadi 65%. Pada keaktifan siswa kategori sedang pra Siklus sebesar 32% kemudian di Siklus I menjadi 35%. Keaktifan siswa kategori rendah pra siklus sebesar 42% kemudian pada Sklus I menurun menjadi 0%. Pada Siklus I keaktifan siswa kategori tinggi adalah 65% lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada Siklus I keaktifan belajar belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran Siklus I hal ini dapat disebabkan karena karakter anak yang suka ramai menajadi kendala dalam melakukan permaian karena tidak mendengarkan arahan dari guru, siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini sehingga membutuhkan waktu yang lama saat melaksanakan permainan mencari paangan, siswa kurang sportif dalam melaksanakan permainan. Kurangnya respon dari siswa, terlihat pada saat pembelajaran guru belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada siswa yang berhasil menemukan pasangan kartu yang cocok untuk mempresentasikan di depan kelas.

Pembelajaran Siklus I belum mencapai indikator keberhasilan sehingga diberikan tindakan pada Siklus II yang menunjukkan hasil peningkatan keaktifan belajar kategori tinggi dari Siklus I sebesar 65% meningkat ke Siklus II menjadi 87% Pada keaktifan siswa kategori sedang Siklus I sebesar 26,3% menurun di Siklus II menjadi 24,4%. Keaktifan siswa kategori rendah pada Siklus I sebesar 35% menurun pada Siklus II menjadi 13%. Pada Siklus II keaktifan siswa kategori tinggi adalah 87,6% lebih tinggi dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 70% siswa kategori keaktifan tinggi. Jadi pada Siklus II keaktifan belajar telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yang berarti melalui penerapan metode Make A Match dapat meningkatkan keaktifan belajar.

(27)

meningkatkan keaktifan belajar dengan dicapainya 87% keaktifan siswa kategori tinggi. Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Menurut E. Mulyasa (2002:32), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik maupun sosial dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan analisis data hasil belajar terhadap siswa kelas 4 SD Negeri Lemahireng 02 Kecamatan Bawen pada mata pelajaran IPA, dapat diketahui juga adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan Make A Match. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil nilai Siklus I dan Siklus II. Pada pra Siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di atas Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 70) atau dikatakan tuntas adalah 10 siswa (32%) kemudian meningkat pada siklus I menjadi 20 siswa (65%) dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 31 siswa (100%). Pada pra siklus diketahui siswa yang mendapat nilai di bawah Kategori Ketuntasan Minimal (KKM 70) atau dikatakan tidak tuntas adalah 21 siswa (68%) kemudian menurun pada Siklus I menjadi 11 siswa (35%). Pada Siklus I siswa tuntas belajar adalah 20 siswa (65%) lebih rendah dari indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80% siswa tuntas belajar. Jadi pada Siklus I hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan, berdasarkan hasil refleksi pada saat pembelajaran Siklus I hal ini dapat disebabkan karena guru belum mengelola waktu pembelajaran dengan baik terutama pada kegiatan mencari pasangan. Pada Siklus I saat mencari pasangan kartu, siswa masih merasa kebingungan untuk menemukan pasangan kartunya.

(28)

Gambar

Tabel 4.2 Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus Siswa Kelas 4
Tabel 4.5 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa
Tabel 4.6 Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siklus II Mata Pelajaran IPA Siswa
Tabel 4.7 Hasil Belajar Siklus I Mata Pelajaran IPA Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

merupakan hal yang penting bagi suatu perusahaan karena menunjukan keinginan konsumen untuk menggunakan suatu produk pada waktu yang akan datang. Minat menggunakan

Agitasi pada proses churning harus dilakukan dengan benar agar pembentukan mentega menjadi maksimal selain itu pengocokan atau penumbukan mentega tidak bisa

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika &#34; nilai diskriminannya kurang dari 0 (D &lt; 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner &#34;. b) Determinan, yang

dengan tepat dan benar menguraikan Root yang digunakan dalam istilah yang berkaitan dengan system otot dengan tepat dan benar menguraikan prefi yang digunakan dalam

RETAKAFUL OPERATIONAL COST OF TAKAFUL OPERATIONAL COST SHARE OF SURPLUS FOR THE PARTICIPANT SURPLUS (PROFIT) 100% COMPANY TAKAFUL CONTRACT BASED. ON PRINCIPLE

Selama hampir 20 tahun, logo Chevron tidak beganti hingga tahun 2001 ketika Chevron melakukan merger dengan Texaco dimana merger tersebut mengharuskan Chevron untuk mengganti

institutions and organizations based on Islamic values and principles could not develop.  In the absence of

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS