• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chapter I Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438Pid.B2014Pn.Mdn )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Chapter I Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438Pid.B2014Pn.Mdn )"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Suatu kenyataan hidup dalam perkembangan sejarah manusia tidak ada

seorangpun yang dapat hidup menyendiri terpisah dari kelompok manusia lainnya,

kecuali dalam keadaan terpaksa dan itupun sifatnya hanya sementara waktu.

Hidup menyendiri terlepas dari pergaulan manusia dalam masyarakat, hanya

mungkin terjadi dalam dongeng belaka .Namun dalam kenyataannya hal itu tidak

mungkin terjadi2

sia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara sendiri – sendiri

artinya dalam pergaulan hidup manusia sangat tergantung pada manusia lain yaitu

hasrat untuk hidup berkelompok, berkumpul, dan berdamping – dampingan serta

saling mengadakan hubungan antar sesamanya dalam masyarakat. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut , manusia harus bekerja sama dan mengadakan

hubungan antara satu dengan yang lainnya. Adakalanya dalam hubungan antar

manusia tersebut terdapat perbedaan – perbedaan kepentingan dan tujuan,

sehingga menimbulkan pertikaian-pertikaian antara manuia yang satu dengan

manusia lainnya dan bahkan antara kelompok manusia yang satu dengan

kelompok manusia lainnya.Keadaan seperti ini tentu saja dapat mengganggu .

Sudah menjadi kodrat manu

2

(2)

keserasian hidup bersama yaitu rasa nyaman, aman, dan senantiasa harmonis

dalam suatu masyarakat. Untuk itu dibutuhkan seperangkat aturan-aturan atau

kaidah – kaidah yang berfungsi menciptakan dan menjaga hubungan – hubungan

dalam masyarakat agar selalu harmonis.

Negara indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum (

rechsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Pernyataan

tersebut secara tegas tercantum dalam Penjelasan umum Undang –Undang Dasar

1945. Hal ini menjukkan bahwa indonesia adalah negara Hukum, Indonesia

menerima hukum sebagai suatu Ideologi untuk menciptakan ketertiban ,keamanan

, keadilan , serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari itu semua

adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara

indonesia3

Pidana merupakan suatu nestapa (penderitaan) yang dialamatkan kepada

seseorang yang melakukan tindak pidana atau Kejahatan.Kejahatan yang

dilakukan akibat melanggar perundang – undangan. Akibat dari pada itu mereka .

Oleh karena itu, hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang

tingkah laku dan karena itu pula hukum berupa norma. Hukum yang berupa

norma dikenal dengan sebutan norma hukum,dimana hukum mengikat diri pada

masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut.Hukum sendiri sangat erat

kaitannya dengan kejahatan sebagai salah satu aspek yang terdapat dalam hukum,

terutama Hukum Pidana.

3

(3)

harus mendapat sanksi tegas dari negara. Sanksi tersebut dapat berupa kurungan,

penjara, denda , atau pidana mati. Ini sesuai dengan pasal 10 KUHP.

Kejahatan adalah perbuatan – perbuatan yang melanggar norma- norma

yang berlaku dalam masyarakat.Dalam pengertian secara Yuridis kejahatan adalah

semua perbuatan manusia yang memenuhi perumusan ketentuan – ketentuan yang

disebutkan dalam KUHP. Masalah kejahatan tidak lepas dari kehidupan

bermasyarakat dimana merupakan salah satu bagian dari kehidupan manusia yang

berlangsung terus-menerus. Kenyataan menunjukkan bahwa hampir setiap hari

dalam media massa , baik media cetak maupun elektronik memuat berita tentang

kejahatan .

Berdasarkan sosiologi, kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisidan

proses-proses sosial yang sama,yang menghasilkan perilaku-perilaku sosial

lainnya.analisis terhadap kondisi dan proses-proses tersebut menghasilkan dua

Kesimpulan, yaitu terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dengan

variasi organisasi-organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi. Tinggi

rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk dan

organisasi-organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi.Maka, angka-angka

dalam masyrakat ,golongan- golongan masyrakat dan kelompok-kelompok sosial

(4)

sosial,persaingan serta pertentangan kebudayaan ideologi politik,

agama,ekonomi,dan seterusnya4

- Kejahatan terhadap nyawa orang lain pasal 338-350 KUHP.

.

Salah satu masalah yang paling sering yaitu kejahatan dengan kekerasan

dimana dengan sejalannya perkembangan peradaban manusia hampir semua

memiliki unsur kekerasan sebagai fenomena dalam realita kehidupan

sesungguhnya .Terjadinya kejahatan dengan kekerasan merupakan hasil interaksi

antar manusia dengan lingkungannya .Hasil interaksi itu berawal dari timbulnya

motivasi yang kemudian berkembang menjadi niat negatif untuk berbuat

kejahatan dengan kekerasan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya.

Kekerasan adalah perbuatan terhadap fisik dengan menggunakan tenaga

atau kekuatan badan yang cukup besar dan ditujukan kepada orang, yang

mengakibatkan orang tersebut menjadi tidak berdaya.

Kejahatan kekerasan dalam KUHP , pengaturannya tidak disatukan dalam

satu bab khusus, akan tetapi terpisah- pisah dalam bab tertentu. Didalam KUHP

(R. Soesilo, 1985) kejahatan kekerasan dapat digolongkan sebagai berikut :

- Kejahatan penganiayaan pasal 351-358 KUHP.

- Kejahatan seperti Pencurian, penodongan , perampokan pasal 365 KUHP.

- Kejahatan terhadap kesusilaan , khususnya pasal 285 KUHP.

- Kejahatan yang menyebabkan kematian atau luka karna kealpaan, pasal

359- 367 KUHP.

4 Soerjono Soekanto.sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Raja Grafindo

(5)

Unsur tindak pidana pencurian merupakan perbuatan pengambilan barang.

Kata mengambil merupakan dengan cara menggerakkan tangan dan jari- jari ,

memegang barangnya ,dan mengalihkannya ke tempat lain.

Akhir – akhir ini berbagai bentuk pencurian sudah sedemikian merebah ,

menjamur, bahkan sangat meresahkan orang dalam kehidupan masyarakat sehari-

hari. Bagaimana tidak , berbagai trik dilakukan dalam aksi pencurian mulai dari

Hipnotis, menggunakan obat bius, bahkan pencurian secara bergerombol

menggunakan senjata api, yang membuat korban tidak mampu berkutik.Pencurian

yang dilakukan pun skalanya semakin besar dengan sasaran pencurian yang tidak

lagi terfokus kerumah – rumah di malam hari melainkan justru dilakukan di siang

hari di tempat keramaian seperti Bank, Toko emas, pengadaian , swalayan,

dengan hasil rampokan yang tidak tanggung – tanggung jumlahnya. Hal tersebut

menunjukkan bagaimana seseorang begitu kreatif dalam melakukan kejahatan.

Bahkan sebagian besar masyarakat sudah cenderung terbiasa dan seolah – olah

memandang kejahatan pencurian tersebut merupakan kejahatan yang dianggap

sebagai kebutuhan baik perorangan maupun kelompok.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal

362 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif sebagai berikut5

- Unsur subjektif : met het oogmerk om het zich wederrechtelijk toe te

eigenen. “ Dengan maksud untukmenguasai benda tersebut secara

melawan hukum”.

:

5

(6)

- Unsur objektif :

Hij atau barangsiapa.

wegnemen atau mengambil.

eenig goed atau sesuatu benda.

dat gehell of gedeeltelijk aan een ander toebehoort atau yang sebagian

atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

Suatu tindak pidana pencurian yang diatur dalam pasal 365 KUHP juga

merupakan gequalificeerdediefstal atau pencurian dengan kualifikasi ataupun

merupakan suatu pencurian dengan unsur –unsur memberatkan . Dengan

demikian maka yang diatur dalam Pasal 365 KUHP sesungguhnya hanyalah satu

kejahatan, dan bukan dua kejahatan yang terdiri atas kejahatan pencurian dan

kejahatan pemaikan kekerasan terhadap orang , dari kejahatan pencurian dengan

kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang6

Pencurian dengan kekerasan merupakan salah satu penyakit masyarakat

yang berhubungan dengan kejahatan, yang dalam perkembangannya selalu

merugikan dan menyiksa orang lain. Oleh karena itu perlu diupayakan agar .

Maka sudah jelas pada hakikatnya , bahwa pencurian dengan kekerasan

adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, moral dan

hukum serta membahayakan bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Ditinjau dari kepentingan nasional penyelenggaraan pencurian dengan kekerasan

merupakan perilaku yang negatif dan sangat merugikan moral masyarakat.

6 Simons,Leerboek. Van het Netherland Strafrecht II.Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada,

(7)

masyarakat dapat menjauhi perbuatan kejahatan pencurian dengan kekerasan

terhadap orang lain7

Kejahatan merupakan produk dari masyarakat,demikian kompleksnya

akibat yang ditimbulkan oleh kejahatan dengan kekerasan, hampir dipastikan

aparat penegak hukum terutama polisi mengalami kesulitan dalam mengungkap

faktanya oleh karena itu perlu ditumbuhkan kesadaran Hukum di dalam

masyarakat itu sendiri. Menyikapi fakta tersebut maka kejahatan dengan

kekerasan tidak mungkin dihilangkan secara keseluruhan , termasuk didalamnya

pencurian dengan kekerasan. Hanya dalam upaya lintas sektoral, .

Apabila diperhatikan jumlah tindak pidana pencurian dengan kekerasan

akhir-akhir ini meningkat dan Dampak kejahatan tersebut sangat besar dalam

mempengaruhi serta mengganggu ketentraman dan kehidupan masyarakat.Patut

diakui bahwa tindak pidana pencurian dengan kekerasan tersebut menyebabkan

jatuhnya korban benda dan jiwa manusia. Oleh karena itu tindak pidana pencurian

dengan kekerasan tidaklah dapat dipandang sebagai suatuhal yang dapat berdiri

sendiri, akan tetapi merupakan bagian yang sangat kompleks, termasuk

kompleksitas dari akibat yang ditimbulkannya.

Bagaimanapun juga tindak pidana pencurian dengan kekerasan dapat

berakibat buruk terhadap masyarakat, misalnya mengganggu ketertiban ,

ketentramaan, dan keamanan masyarakat serta dapat pula menimbulkan kerugian

yang besar kepada masyarakat ,baik kerugian fisik maupun kerugian materil.

7 Skripsi (online) ,Tinjauan Kriminologis Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan

(8)

berkesinambungan dan terpadu pasti dapat diatasi, paling tidak kuantitas dan

kualitasnya dapat dikurangi.

Maka dari itu pihak instansi Kepolisian harus lebih ekstra bekerja keras

dengan upaya – upaya strategis dan ditambah kolaborasi dengan masyarakat

sebagai upaya untuk perlindungan bagi masyarakat dan upaya untuk memberantas

tindak pidana pencurian dengan kekerasan dalam lingkup masyarakat.

Berkaitan dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti

permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul “ANALISIS HUKUM

MENGENAI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI (STUDI PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI MEDAN)"

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan salah satu bagian penting dari suatu

penelitian, sebab dengan adanya rumusan masalah akan mempermudah peneliti

untuk melakukan pembahasan searah dengan tujuan yang diterapkan, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Pengaturan Hukum mengenai tindak Pidana Pencurian dengan

Kekerasan?

b. Bagaimana Faktor - Faktor penyebab terjadinya Tindak Pidana Pencurian

dengan Kekerasan?

c. Bagaimana Penerapan Kebijakan Hukum Dalam Upaya Penanggulangan

(9)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan – pengaturan tentang

tindak pidana pencurian secara umum dan pencurian dengan kekerasan

yang berlaku di indonesia.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang mempengaruhi terjadinya

tindak pidana pencurian dengan kekerasan

c. Untuk mengetahui penerapan kebijakan hukum terhadap tindak pidana

pencurian dengan Kekerasan berdasarkan studi putusan pengadilan negeri

medan No. 2438/ Pid.B/2014/PN.Mdn.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kegunaan secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

Hukum , khususnya Hukum Pidana mengenai sebab- sebab terjadinya kejahatan

atau tinjauan kriminologis dan memperluas pengetahuan tentang hal – hal yang

berkaitan dengan tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

(10)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban – jawaban atas persoalan

kriminologi serta menjadi referensi khusus bagi Mahasiswa yang menggeluti ilmu

hukum Pidana, mengingat perkembangan ilmu hukum Pidana yang mengalami

banyak permasalahan dan membutuhkan suatu pemecahan untuk menjelaskan

semua itu, tentunya diperlukan suatu konstruksi pemikiran sehingga dapat

memecahkan bersama .

E.Keaslian Penulisan

Penulis mencoba menyajikan sesuai dengan fakta - fakta yang akurat dan

dari sumber yang terpercaya dalam hal penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini

tidak jauh dari kebenarannya. Dalam menyusun skripsi ini pada prinsipnya

penulis membuatnya dengan melihat dasar-dasar yang telah ada baik dari literatur

yang diperoleh penulis dari perpustakaan dan media massa baik cetak maupun

media elektronik yang akhirnya penulis tuangkan dalam skripsi ini. Kemudian

setelah penulis memeriksa judul-judul skripsi yang ada di perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara (USU), maka judul mengenai “ANALISIS

HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN

KEKERASAN DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI (STUDI

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MEDAN belum ada yang

mengangkatnya, atas dasar itu penulis dapat mempertanggungjawabkan keaslian

(11)

F. Tinjauan Kepustakaan.

1. PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENCURIAN

DENGAN KEKERASAN

Sebelum masuk kepada pengertian Hukum pidana ada baiknya apabila kita

mengetahui arti dari Hukum itu sendiri .Hukum mempunyai arti luas dan sukar

bagi kita untuk memberi defenisi lengkap dari Hukum itu sendiri. Utrecht

memberikan batasan Hukum sebagai berikut “ Hukum itu adalah himpunan

peraturan – peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus

suatu tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu

“. Selain Utrecht juga beberapa Sarjana Hukum Indonesia lainnya telah berusaha

merumuskan tentang apakah Hukum itu, yang diantaranya ialah :8

1. S.M.Amin, S.H.

Dalam buku beliau yang berjudul “ Bertamasya ke Alam Hukum” hukum

dirumuskan sebagai berikut : “ Kumpulan-kumpulan peraturan –peraturan yang

terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu

adalah mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan

dan ketertiban terpelihara “.

2. M.H. Titaatmidjaja,S.H.

Dalam buku beliau “ Pokok-Pokok Hukum Perniagaan “ ditegaskan bahwa

“Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah laku

tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti

(12)

kerugian – jika melanggar aturan-aturan itu – akan membahayakan diri sendiri

atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaan, didenda dan

sebagainya “.

Dari beberapa Pengertian Hukum diatas baru kemudian kita masuk kepada

pengertian Hukum Pidana itu sendiri, ada beberapa pengertian hukum pidana

menurut para ahli :

Defenisi hukum Pidana menurut Prof. Simons

Dalam bukunya yang berjudul “ Lerboek van het Nederland strafrecht “

1937 antara lain adalah sebagai berikut9

- Hukum Pidana adalah semuanya perintah-perintah dan larangan-larangan

yang diadakan oleh negara dan yang diancam dengan suatu pidana atau

nestapa (leed) bagi barang siapa yang tidak menaatinya :

- Semua aturan-aturan yang menentukan syarat-syarat akibat hukum itu dan

semuanya aturan-aturan untuk mengenakan atau menjatuhi dan

menjalankan pidana tersebut.

Defenisi Hukum Pidana menurut Prof. Moeljatno, S.H.

Dalam bukunya yang berjudul “ Asas-Asas Hukum Pidana “ 1985 antara

lain sebagai berikut : Hukum Pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukum

yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan

untuk :

9

(13)

- Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan yang

dilarang dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu

bagi barang siapa melanggar larangan tersebut .

- Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah

melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhkan pidana

sebagaimana yang telah diancamkan.

- Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana dapat dilaksanakan

apabila ada orang yang telah melanggar larangan tersebut .

Defenisi Hukum Pidana menurut Sudarto:10

- Pidana adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang

melakukan perbuatan yang memenuhi syarat – syarat tertentu.

Defenisi Hukum Pidana menurut Roeslan Saleh :11

- Pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud suatu nestapa yang

sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik itu.

Berdasarkan beberapa pengertian (defenisi) pidana yang dikemukakan

oleh para ahli, Muladi dan Barda Nawawi Arief menyimpulkan bahwa pidana

(straf) itu pada dasarnya mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut12

1) Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau

nestapa atau akibat-akibat lainnya yang tidak menyenangkan;

:

10

Muladi dan Barda Nawawi Arief.Teori- Teori dan Kebijakan Pidana.Bandung: Alumni,2005.halaman.2

11

Ibid.

(14)

2) Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang

mempunyai kekuasaan ( oleh yang berwenang );

3) Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak

pidana menurut undang-undang.

Delik yang dapat dipidana 13

- Dengan keadaan psychist orang itu apakah pelaku mampu bertanggung

jawab atas perbuatannya dan apakah pelaku insyaf dengan perbuatan yang

ia lakukan,itu bergantung seperti apa yangtelah dilakukan oleh seorang

anak yang cukup umur. :

Suatu perbuatan yang melanggar aturan Hukum dapat dipidana apabila

sudah bisa dinyatakan salah.Apa yang diartikan salah adalah suatu pengertian

psychologisch yang berarti adanya hubungan batin orang yang melakukan

perbuatan dengan perbuatan yang dilakukan sehingga terjadi perbuatan yang

disengaja atau alpa.

- Dari suatu perbuatan yang dilakukan orang , adakah hubunganbatin pelaku

dengan perbuatan yang dilakukan akan menimbulkan cela? Apakah

perbuatan yang ia lakukan tersebut kesalahannya dapatdimaafkan seperti

perbuatan seorang dokter yang ditodong dengan pistol lalu ia membuat

surat keterangan yang tidak benar.

Dengan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa unsur kesalahan terdiri

dari 14

13 Suharto RM,SH.op.cit.halaman.6

(15)

- Bahwa perbuatan disengaja atau alpa.

- Adanya kemampuan bertanggung jawab .

- Pelaku insyaf atas melawan hukumnya perbuatan.

- Tidak ada alasan pemaaf atas tindak pidana yang dilakukan

Delik yang tidak dapat dipidana 15

- Hapusnya kewenangan untuk memidana

:

Bahwa tindak pidana tersebut dalam hal apa dilakukan ternyata perbuatan

itu dipengaruhi oleh hal ikhwal pada diri pelaku, artinya meskipun ia

sudah melanggar larangan suatu aturan hukum pengenaan pidana dapat

hapus apabila perbuatan itu diatur dalam pasal –pasal ;Pasal 44,pasal

45,pasal 48, pasal 49 ayat 1 dan 2 , pasal 50, pasal 51 KUHP.

- Hapusnya kewenangan menuntut

Bahwa tindak pidana tersebut kapan dilakukan, disini menunjuk waktu

atas tindak pidana itu dilakukan seperti yang diatur dalam pasal; pasal 1

ayat 1,pasal 76, pasal 77, pasal 78 KUHP.

Di dalam KUHP dikenal istilah starbarrfeit. Kepustakaan tentang hukum

pidana sering menggunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang

dalam merumuskan undang-undang mempergunakan peristiwa pidana, atau

perbuatan pidana atau tindak pidana16

14

Ibid.

15Ibid.halaman.7

16

(16)

Ketentuan yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

tentang kejahatan yang ditujukan terhadap kekayaan orang lain dengan maksud

untuk memilikinya yaitu tindak pidana pencurian diatur di Buku II dalam BAB

XXII memiliki kualifikasi tentang tindak pidana pencurian yaitu :

a) Pencurian biasa

Barangsiapa mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian

termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan

melawan hak, dihukum, karena pencurian dengan hukuman penjara,

selama-lamanya lima tahun atau sebanyak-banyaknya Rp.900- (K.U.H.P. 35, 364, 366,

486)17

b) Pencurian Dengan Pemberatan

Pengaturan hukum tentang pencurian dengan pemberatan dapat dilihat

dalam pasal 363 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yaitu :

(1) hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun dihukum :18

1.Pencurian hewan (K.U.H.P.101)

2. Pencurian pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa

laut, letusan gunung api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta

api, huru-hara, pemberontakan atau kesengsaraan di masa perang.

3. Pencurian pada waktu malam dalam sebuah rumah atau perkarangan yang

tertutup yang ada dirumahnya, dilakukan oleh orang yang ada disitu tiada

(17)

dengan setahunya atau bertentangan dengan kemauan orang yang berhak

(yang punya). (K.U.H.P. 98, 167, 365)

4. Pencurian dilakukan oleh dua orang bersama-sama atau lebih. (K.U.H.P.

364)

5. Pencurian yang dilakukan oleh tersalah dengan masuk ke tempat kejahatan

itu atau dapat mencapai barang yang diambilnya dengan jalan

membongkar, memecah atau memanjat atau dengan jalan memakai kunci

palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam No. 3 disertai dengan salah satu

hal yang tersebut dalam No. 4 dan 5, dijatuhkan hukuman penjara

selama-lamanya Sembilan tahun.

c) Pencurian Ringan

Pasal 364 menamakan pencurian ringan bagi suatu pencurian biasa, atau

yang dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama atau disertai hal-hal

tersebut dalam pasal 363 nomor 5, apabila tidak dilakukan dalam suatu rumah

kediaman atau di perkarangan tertutup di mana ada rumah kediaman, dan lagi

apabila barang yang dicuri berharga tidak lebih dari dua puluh lima rupiah; dan

hukumannya hanya maksimal tiga bulan penjara atau denda enam puluh rupiah19

d) Pencurian Dengan Kekerasan

Pengaturan hukum pencurian dengan kekerasan dapat dilihat dari pasal

365 KUHP yaitu :20

19 Wirjono Prodjodikoro. 2003. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung :

PT Refika Aditama, halaman.26.

(18)

1. Dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun dihukum

pencurian yang didahului kekerasan terhadap orang lain, dengan maksud

untuk mempersiapkan atau memudahkan pencurian itu, atau si pencuri jika

tertangkap basah, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang

turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang

yang dicuri tetap tinggal di tangannya.

2. Hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan :21

ke-1: Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah

kediaman atau di perkarangan tertutup di mana ada rumah kediaman, atau

di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

ke-2: Jika perbuatan itu dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama;

ke-3: Jika yang bersalah telah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan

jalan membongkar atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu,

perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu;

ke-4: Jika perbuatan itu berakibat luka berat;

3. Dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun jika

perbuatan itu berakibat matinya orang.

4. Hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau penjara

selama-lamnya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang

luka berat atau mati, dan lagi perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh

dua orang atau lebih, dan lagi pula diseertai salah satu dari hal-hal yang

disebutkan dalam nomor 1 dan nomor 2.

(19)

e) Pencurian Dalam Kalangan Keluarga

Pengaturan tentang pencurian dalam kalangan keluarga diatur dalam pasal

367, yaitu :22

(1) Jika pembuat atau pembantu salah satu kejahatan yang diterangkan dalam

bab ini ada suami (istri) orang yang kena kejahatan itu, yang tidak, bercerai

meja makan dan tempat tidur atau bercerai hasrat benda, maka pembuat,

atau pembantu itu tak dapat dituntut hukuman.

(2) Jika suaminya (istrinya) yang sudah diceraikan meja makan tempat tidur,

atau harta benda, atau sanak atau keluarga orang itu karena kawin, baik

dalam keturunan yang lurus, maupun keturunan yang menyimpang dalam

derajat, dalam derajat yang kedua, maka bagi ia sendiri hanya dapat

dilakukan penuntutan, kalau ada pengaduan dari orang yang dikenakan

kejahatan itu.

(3) Jika menurut adat istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapa dilakukan oleh

orang lain dari bapak kandung, maka ketentuan dalam ayat kedua berlaku

juga bagi orang itu (K.U.H.P. 55s, 72s, 9, 370, 376, 394, 404, 141)

2.FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA

PENCURIAN DENGAN KEKERASAN

Menurut kartono Defenisi kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang

bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merupakan masyarakat,

asosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang.23

(20)

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan. Bonger memberikan defenisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan

yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya24

1. Mashab italia atau Antropologi

Menurut Bonger mashab – mashab dalam Kriminologi adalah sebagai berikut :

Mashab ini mula-mula berkembang di Italia, sehingga dalam Kriminologi

sering disebut sebagai Mashab Italia. Tokoh terkenal dari Mashab ini

adalah C.Lombroso

2. Mashab Lingkungan.

Menurut Mashab ini orang yang melakukan kejahatan karena dipengaruhi

oleh faktor-faktor lingkungan.Tokoh ternama mashab ini adalah

A.Lacas-Sagne.

3. Mashab Bio-Sosiologis

Mashab bio-sosiologis adalah merupakan pengembangan dan perpaduan

antara aliran Antropologi dan aliran sosiologis.

Tokoh ternama aliran ini antara lain A.D.Prins, Van Hammel dan

D.Simons.

4. Mashab Spiritualis

Aliran ini pada mulanya mencari sebab-sebab kejahatan itu dari pihak

beragamanya seseorang.Tokoh yang terkenal yaitu F.A.K.Krauss,

H.Sturbugs dan N.De Beats.

23

Kartini Kartono, Patalogi Sosial Jilid I, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, halaman. 125.

24

(21)

faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan tindak pidana

pencurian dengan kekerasan yang diantaranya :

a) Faktor Internal

Yaitu faktor yang berasal bathin dari pelaku itu sendiri,seperti faktor

pendidikan dan keluarga dalam melakukan tindak pidana pencurian dengan

kekerasan.

b) Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar diri pelaku dalam melakukan tindak

pidana pencurian dengan kekerasan seperti , lingkungan sosial, pengaruh massa

,teknologi dan lain-lain.

3. KEBIJAKAN HUKUM DALAM UPAYA PENANGGULANGAN

TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN.

Kebijakan penanggulangan tindak pidana dapat dikelompokkan menjadi 2

(dua) macam yaitu :25

1. Kebijakan penanggulangan tindak pidana dengan menggunakan sarana

hukum pidana (penal policy) ; dan

2. Kebijakan penanggulangan tindak pidana dengan menggunakan sarana diluar

hukum pidana (non-penal policy)

25Teguh Prasetyo dan Abdul Halamanim Barkatullah. Politik Hukum Pidana : Kajian

(22)

Pada dasarnya penal policy lebih menitik beratkan pada tindakan represif

setelah terjadinya suatu tindak pidana, sedangkan non-penal policy lebih

menekankan pada tindakan preventif sebelum terjadinya suatu tindak pidana.

Marc Ancel menyatakan bahwa “modern criminal science” terdiri dari tiga

komponen “Criminology”, “Criminal Law” dan “Penal Policy”. Marc Ancel

mengemukakan bahwa “Penal Policy”adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada

akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif

dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada

pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan

undang-undang, dan juga kepada para penyelenggara atau pelaksana putusan

pengadilan26

Usaha penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana pada hakikatnya

merupakan bagian dari usaha penegakan hukum (khususnya penegakan hukum

pidana).Oleh karena itu sering dikatakan bahwa politik atau kebijakan hukum

pidana merupakan bagian dari penegakan hukum (Law enforcement policy).Usaha

penanggulangan kejahatan lewat undang-undang (hukum) pidana pada hakikatnya

juga merupakan bagian dari usaha perlindungan masyarakat (social welfare). .

27

Kebijakan sosial (social policy) dapat diartikan sebagai segala usaha yang

rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan sekaligus mencakup

perlindungan masyarakat. Jadi, di dalam pengertian “social policy” sekaligus

26

Barda Nawawi Arief. Kebijakan Hukum Pidana : Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011. halaman.23.

27 Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung : PT. Citra Aditya

(23)

tercakup di dalamnya “tercakup di dalamnya “social welfare policy” dan”social

derence policy”. Dilihat dalam arti luas, kebijakan hukum pidana dapat mencakup

ruang lingkup kebijakan di bidang hukum pidana material, di bidang hukum

formal dan di bidang hukum pelaksanaan pidana.28

Spesifikasi penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian yang

dilakukan adalah metode penelitian hukum yang Yuridis Nornatif dinamakan juga

dengan penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal.Pada

penelitian normatif data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat

merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tirtier.

Pelaksanaan penelitian normatif secara garis besar ditujukan kepada : G. Metode Penelitian.

a. Spesifikasi Penelitian

29

- Penelitian terhadap asas-asas hukum.

- Penelitian terhadap sistematika hukum.

- Penelitian terhadap sinkronisasi hukum.

- Penelitian terhadap sejarah hukum.

- Penelitian terhadap perbandingan hukum.

28Ibid. halaman. 30

29Ediwarman. Monograf Metodologi Penelitian Hukum : Panduan Penulisan Skripsi, Tesis dan

(24)

Dalam hal penelitian hukum normatif, dilakukan penelitian terhadap

peraturan perundang-undangan dan berbagai literatur yang berkaitan dengan

permasalahan skripsi ini.

b.Metode Pendekatan.30

d. Alat Pengumpulan Data

Metode Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan Normatif.

c.Lokasi Penelitian,Populasi dan Sampel.

Lokasi penelitian penulis dalam menyusun skripsi ini adalah Pengadilan

Negeri Medan.

31

Prosedur pengumpul dan pengambilan data yang digunakan dalam

penulisan karya ilmiah ini menggunakan studi kepustakaan (library research),

yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan

dengan permasalahan skripsi ini seperti, buku-buku, makalah, yang bertujuan Berdasarkan pendekatan dan data dalam penelitian ini, maka metode

pengumpulan data yang dipakai adalah studi kepustakaan , yaitu menelaah bahan

hukum primer maupun bahan hukum sekunder yang berkaitan dengan analisis

hukum tentang tindak pidana pencurian dengan kekerasan.

e.Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

(25)

untuk mencari atau memperoleh konsepsi-konsepsi, teori-teori atau bahan-bahan

yang berkenaan dengan analisis hukum tentang tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dalam Prespektif Kriminologis.

f.Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penulisan skripsi ini dengan cara

kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau

tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian

dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang telah dilakukan memberikan hasil bahwa ada hubungan secara statistik antara antara sikap dengan partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi di RW

Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri,

Pembahasan : Perusahaan menggunakan metode tidak langsung dalam melakukan pencatatan piutang tak tertagih  yaitu menggunakan akun cadangan kerugian piutang (yang

Dan membuat VOD dengan memasukkannya ke dalam aplikasi E-learning yang berbasis php MySQL, baik untuk live unicast maupun on -demand streaming. Sehingga informasi yang membutuhkan

Secara keseluruhan, mulai dari ob- servasi guru dalam pembelajaran hingga pencapaian prestasi belajar siswa, maka ha- sil tindakan siklus I dapat disajikan sebagai berikut :

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 responden.Pengambilan sampel yang digunakan menggunakan sampling jenuh.Alat ukur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu

The first teacher emphasizes the impor - tance of rapport solely with children and the second teacher similiarly confirms the same concern include relationship with parents.. Yet,

dalam pengumpulan data yaitu skala dukungan sosial keluarga yang dimodifikasi oleh penulis.. berdasarkan skala dukungan sosial keluarga yang dikemukakan oleh Weiss (1983)